• Tidak ada hasil yang ditemukan

ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yoh. 3 : 30) EDISI Oktober 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yoh. 3 : 30) EDISI Oktober 2013"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30) EDISI Oktober 2013 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,

Rasanya Bulan Rosario Mei baru saja kita lewati dan kini kita sudah memasuki lagi Bulan Rosario Oktober. Seperti biasa, kita berkumpul bersama saudara-saudari seiman, entah lewat Wilayah KKI, paroki atau kelompok doa lainnya, untuk berdoa roasario selama bulan Oktober ini. Penggunaan rosario dan doanya mempunyai sejarah yang panjang dalam Gereja Katolik, sejak awal kekristenan. Paus Leo X pada tahun 1520 memberikan official recognition kepada cara doa ini dan Paus Pius V mempromosikan praktek doa ini pada tahun 1569. Ada beberapa bagian doa yang ditambah belakangan, misalnya Doxology (Kemuliaan..) dan Credo (Aku Percaya) baru ditambahkan pada abad ke-17. Pada tanggal 16 Oktober 2002 Paus Yohanes Paulus II menerbitkan Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae , yang menambahkan satu peristiwa Rosario lagi yaitu Peristiwa Cahaya, sehingga urutan lengkap Peristiwa Rosario sekarang menjadi: Peristiwa Gembira, Peristiwa Cahaya, Peristiwa Sedih dan Peristiwa Mulia. Peristiwa Cahaya sendiri terdiri dari: 1. Yesus Dibaptis di Sungai Yordan, 2. Yesus Menyatakan Dri dalam Pesta Pernikahan di Kana, 3. Yesus Mewartakan Kerajaan Allah dan Menyerukan Pertobatan, 4. Yesus Dimuliakan di Atas Gunung Tabor, 5. Yesus Menetapkan Ekaristi. Salah satu fokus kegiatan KKI selama beberapa waktu ini ialah Proyek Rumah Doa KKI di Ta Pinu, Bacchus Marsh. Berkat kerja keras pengurus KKI, khususnya Panitia Rumah Doa, proyek besar ini berjalan lancar dan sesuai dengan jadwal. Banyak terima kasih kepada semua yang bekerja membantu dengan berbagai cara dalam pembangunan Rumah Doa KKI ini. Dalam progress report Rumah Doa 2 minggu yang lalu, Ketua KKI Prabudi Darmawan menyampaikan bahwa pekerjaan konstruksi diperkirakan selesai dalam satu-dua minggu ke depan, artinya pada awal bulan Oktober ini. Tentu saja kita bergembira atas perkembangan ini, apalagi melihat foto portal pintu masuk yang sudah terpasang, rangka atap yang sudah naik dan kusen jendela yang sudah terpasang juga. Satu peristiwa lagi yang patut dicatat adalah pertemuan antara KKI yang diwakili oleh Chaplain dan Pengurus KKI dengan Archbishop of Melbourne, Denis Hart pada tanggal 13 September 2013 di Keuskupan Agung Melbourne, 228 Victoria Parade, East Melbourne, Vic. 3002. Tentu saja pertemuan seperti ini sangat penting mengingat eksistesi KKI yang merupakan bagian dari Gereja lokal, yaitu Keuskupan Agung Melbourne. Sungguh menggembirakan bahwa Archbishop Denis Hart berpendapat ada kerjasama yang baik antara KKI dan Keuskupan Agung. “I am very excited and pleased of your great work in the Archdiocese. Please know you have the full support of the Archdiocese. Indonesian community is among the best of community in Melbourne”, demikian antara lain kata-kata Archbishop, yang perlu kita maknai juga sebagai suatu challenge.

Laporan lengkap mengenai pertemuan antara KKI dengan Archbishop ditulis dengan

bagus dan lengkap oleh Sekretaris KKI, Natalia Teguhputri dan dapat Anda baca dalam edisi ini. Dalam edisi ini Anda juga dapat membaca “Dua Paus, Dua Santo Dalam Waktu Dekat” mengenai kanonisasi Paus Yohanes XXIII dan Paus Yohanes Paulus II tahun depan.

MISA KKI Minggu, 3 November 2013 St Martin de Porres 25 Bellin Street Laverton VIC Pukul: 11.30 Minggu, 10 November 2013 St. Joseph Church 95 Stokes Street

Port Melbourne VIC

Pukul: 11.00 Minggu, 17 November 2013 St Francis’ Church 326 Lonsdale St Melbourne VIC Pukul: 14:30 Minggu, 24 November 2013 St. Paschal 98-100 Albion Rd

Box Hill VIC

Pukul: 11.00 MISA MUDIKA Sabtu pertama Monastry Hall St. Francis Church 326 Lonsdale Street Melbourne VIC Pukul: 12.00 PDKKI Setiap Sabtu

St. Augustine’s City Church

631 Bourke Street

Melbourne VIC

(2)

DUA PAUS, DUA SANTO, DALAM WAKTU DEKAT

Pada tanggal 30 September 2013 yang baru lalu Bapa Suci Paus Fransiskus memimpin pertemuan para Kardinal yang menghasilkan pengumuman Kanonisasi atau Penggelaran Santo untuk kedua paus pendahulunya, yaitu Paus Yohanes XXIII dan Paus Yohanes Paulus II yang akan diselenggarakan tahun depan pada tanggal 27 April 2014. Ini sungguh berita besar yang menggembirakan bagi Gereja Katolik, juga berita yang luarbiasa karena dua paus sekaligus dikanonisasi dan dalam waktu yang singkat terhitung dari masa wafat mereka.

Paus Yohanes XXIII yang bernama asli Angelo Giuseppe Roncalli, berasal dari Sotto il Monte, Bergamo, Italia Utara. Be -liau dikenal sebagai “Il Papa Buono” atau Paus yang Baik. Meskipun masa kepausannya singkat (1958 – 1963), Yohanes XXIII meletakkan dasar pembaruan yang sangat penting dalam Gereja Katolik, khususnya lewat Konsili Vatikan II (1962 – 1965). Beliau dikenal sebagai pembawa pembaruan (aggiornamento) dalam Gereja, membuka “jendela” yang membawa angin segar dalam kehidupan Gereja.

Bapa Suci Paus Yohanes XXIII diberi gelar Beato pada tanggal 3 September 2000 dalam masa kepausan Yohanes Pau -lus II. Mukjizat yang dijadikan dasar beatifikasinya adalah penyembuhan seorang suster Italia yang menderita perdarahan internal sesudah doa dan novena dengan perantaraan Paus Yohanes XXIII. Namun untuk kanoniasasi Santo bagi beliau, Paus Fransiskus mengambil langkah yang luarbiasa, yaitu tanpa harus melalui persyaratan mukjizat yang kedua.

Paus Yohanes Paulus II tidak dapat disangkal adalah seorang pemimpin Gereja Katolik yang dikenal luas. Nama aslinya Karel Wojtila, lahir pada tanggal 18 Mei 1920 di Wadowice, Krakow, Polandia, dan meninggal sebagai paus pada pada tanggal 2 April 2005 di Vatikan. Masa kepausannya yang panjang (1978 – 2005) ditandai dengan banyak peristiwa pent -ing, antara lain jatuhnya komunisme dan peningkatan hubungan dan kerja sama dengan agama-agama lain. Selama masa kepausanya beliau telah mengunjungi 133 negara, antara lain ke Indonesia pada tahun 1989, yang selalu dimulai dengan cara khasnya yaitu mencium bumi tempat pijakan pertama kunjungannya. Beliau juga memprakarsai World Youth Day (1985) yang diterima dengan penuh entusiasme oleh kaum muda-mudi Katolik sedunia.

Ketika menerima berita wafatnya Paus Yohanes Paulus II, ribuan pengunjung yang memenuhi lapangan St Petrus secara spontan berseru “Santo Subito!” (“jadikan beliau santo sekarang juga”). Dan memang proses beatifikasi dan kanon -isasinya terlaksana dalam waktu yang singkat. Beliau digelar Beato pada tanggal 1 Mei 2011. Dua mukjizat yang menjadi syarat beatifikasi dan kanonisasi Yohanes Paulus II dialami oleh Sr Simon Pierre yang sembuh secara mengherankan dari penyakit Parkinson dan penyembuhan yang dialami oleh Mora Diaz, seorang ibu dari Costa Rica, yang menderita aneurisma cerebral sesudah berdoa dan menjalankan novena secara khusus memohon penyembuhan lewat perantaraan almarhum Paus Yohanes Paulus II.

Kita patut bersyukur dan bergembira bahwa dalam waktu dekat, yaitu hari Minggu 27 April 2014, Dua Paus, Dua Santo, akan menambah barisan panjang para santo dalam Gereja Katolik. Hari itu adalah Hari Minggu Kerahiman Ilahi (Divine Mercy) yang juga merupakan hari beatifikasi Yohanes Paulus II pada tahun 2011. (RK)

(3)

Sebuah Notulen dalam Bentuk Narasi: Bertemu Uskup Agung Denis Hart

Time & Venue: James Goold House

228 Victoria Parade East Melbourne Vic 3002

Jumat, 13 September 2013 11.30 am-12 noon

In Attendance: Uskup Agung Melbourne Denis Hart dan Pengurus Inti, Pengurus Wilayah, Pengurus Kategorial yang diwakili oleh

1. Romo Antonius Wahyu Anggono (Chaplain) 2. Prabudi Darmawan (President)

3. Linda Munanto (Treasurer) 4. Natalia Teguhputri (Secretary)

5. Suhandi Hioe (Coordinator – St. Angela region) 6. Bradley Rianto (Coordinator – Prayer group/PDKKI) 7. Michael Cangkrama (Coordinator – Prayer group/PDKKI) 8. Evan Pratama (Coordinator – Youth Catholic/Mudika) 9. Kevin Soenandar (Coordinator – Youth Catholic/ Mudika) 10. Anastasia Clara (Coordinator – Youth Catholic /Mudika) 11. Anna Munanto (Coordinator – Holy Trinity Community/KTM) 12. Lia Tanamas (Coordinator –KKI Shrine and Gotaus)

Agenda:

1. Introduction and summary of past and upcoming activities (Romo Wahyu) 2. Youth talk (PDKKI, Mudika, KTM)

3. Feedback

Circa 11.15 am di depan James Goold House, kami semua sudah berkumpul rapi dan was-was mau bertemu dengan uskup Agung. Was-was karena sadar bahwa orang yang ingin ditemui sangat penting, seorang Katolik yang paling senior di Melbourne. Was-was karena beberapa dari kami markir mobil di tengah jalan yang maksimum 1 jam, bahkan ada yang parkir di kawasan premium yang setengah jamnya 9 dolar (hint: ketua Mudika lama). Was-was juga karena tram romo Wahyu seakan-akan ngadat in slow motion, tahu bahwa yang dibawa justru bintang film utama andalan untuk bertemu uskup Denis Hart hari ini. Mmm.. ternyata iman, pengharapan dan kasih kami diuji dan lulus ujian, karena romo Wahyu datang tepat waktu jam 11.30 seperti yang telah dijanjikan.

Kami berduabelas pun masuk dan segera dibukakan pintu menuju lift. Padahal kami sudah siap untuk security check seperti yang diinformasikan di telepon waktu membuat janji. Entah kenapa kali ini tidak ada security check dan visitor pass. Mungkin karena wajah kami ramah sumringah atau karena waktu sudah mepet, kamu diperbolehkan naik ke lantai 8 segera (dua belas orang muat berdesak-desakan di dalam satu lift, bonding moment).

Memasuki ruang rapat di lantai 8 kami langsung kagum. Betapa indahnya ruang rapat itu, meja besar beralaskan taplak ungu, dikelilingi 14 kursi kayu besar dengan coat of arms Archbishop Hart tercetak di setiap sandaran empuk berwarna hijau tua. Dari jendela bisa terlihat bangunan-bangunan tinggi Melbourne bagian timur. Hmm.. mencoba untuk tidak terlalu udik kami langsung duduk mempersiapkan diri menunggu kedatangan Uskup Agung. Agenda dan panduan rapat: check. Hadiah baju batik: check. Kamera: check. Kami siap.

(4)

Tidak lama kemudian Arhbishop Hart masuk, kami menyambut dengan berdiri. Beliau dengan ramah menghampiri tem -pat duduk kami masing-masing, menjabat tangan dan mengulangi nama kami satu persatu lalu mempersilahkan duduk. Sangat casual dan hangat cara berbicara beliau, dengan senyum dan tatapan mata yang kuat. Berpakaian hitam dengan kalung perak yang salibnya tersembunyi di balik jas, kehadiran beliau memang membuat ruangan terasa berbeda. You get the vibe that a holy man is in the room.

Sebelum memulai dengan rendah hati Uskup Hart memohon maaf karena jadwal awal bertemu dengan kami seharusnya minggu lalu, tapi beliau berhalangan karena menghadiri Misa pemakaman uskup William Brennan di Wagga Wagga. Romo Wahyu membuka percakapan dengan memperkenalkan diri, lalu menceritakan kegiatan KKI dan pelayanannya di berbagai tempat. Archbishop Hart kagum akan kegiatan KKI yang rutin dan tersebar di berbagai wilayah, sambil guyon beliau nyelutuk ke romo Wahyu, “Father you can’t be everywhere! Only the Holy Spirit is everywhere.” Archbishop Hart bertanya tentang latar belakang romo Wahyu, apakah berasal dari ordo Karmelit biasa atau yang Discalced Karmelit, dan berapa lama di Melbourne. Romo Wahyu bercerita bahwa dulunya beliau menjabat sebagai sekretaris provinsial ordo Karmel, yang lalu disambut dengan guyonan lagi dari Archbishop bahwa sekretaris provinsial adalah jabatan terpandang ‘because he knows where everybody is buried”- merujuk ke salah satu tugas sekretaris yang maha tahu bahkan sampai penempatan peristirahatan terakhir para biarawan.

Percakapan bergulir ke berbagai Misa mingguan dan aktifitas wilayah KKI yang dijelaskan dengan lancar oleh Prabudi. Dibantu dengan Suhandi yang menjelaskan aktifitas wilayah Santa Maria sebagai contoh, Archbishop kelihatan tertarik mendengar bahwa banyak keluarga muda yang aktif terlibat. Terlebih lagi ketika Evan menjelaskan tentang kesibukan Mudika dan rencana mengikuti Australian Catholic Youth Festival, Archbishop Hart terlihat sangat senang. Beliau memo -tong dengan mengatakan betapa bahagia dan berterima kasihnya beliau terhadap kegiatan aktif KKI sebagai pewarna kehidupan umat Katolik di Melbourne. Dengan kehadiran kami semua yang masih muda-muda, mungkin beliau merasa sedikit terhibur mengingat demografik Katolik di Melbourne sekarang yang memang ‘greying out’. Bisa dimaklumi, baby boomers yang terlahir tahun 50an lah yang biasanya banyak terlihat di Misa. Mungkin itulah sebab beliau menyebutkan bahwa beliau senang ketika melihat university students yang mampir di Misa.

Archbishop Hart lalu bertanya berapa banyak umat KKI di Melbourne, dan Prabudi menyebutkan sekitar 1000 orang. Archbishop lalu bertanya lebih jauh lagi, berapa persentase dari 1000 orang itu yang pelajar/kaum muda yang datang dan pergi setiap tahun. Beliau lalu bergegas menambahkan bahwa hanya mau mendengar jumlah kira-kira saja, tentu sangat sukar untuk diramalkan. Jelas bahwa walau di dalam suasana yang casual dan ramah pikiran uskup agung yang tajam juga berusaha memahami perkembangan KKI sejauh ini, khususnya kaum muda. Untung kami membawa ketua Mudika lama dan baru dan ketua PDKKI lama dan baru. Evan menjelaskan bahwa di setiap Misa Mudika kira-kira ada 30 orang baru setiap bulan. Uskup Agung mendengarkan bahwa kegiatan kaum muda juga berupa social events misalnya movie nights, yang tidak dibebani bobot religious pada mulanya, karena banyak muda-mudi yang awalnya alergi dengan hal-hal yang full-on. Beliau meneguhkan bahwa cara ini bekerja baik, karena sembari berkenalan, pelan-pelan pada akhirnya akan berujung ke hal yang penting, yakni membawa kasih Kristus. Archbishop Hart juga mengakui peran PDKKI yang aktif di St. Augustine. Michael Cang menceritakan kegiatan PDKKI setiap Sabtu di St Augustine dan rencana retreat bulan Oktober nanti (Anna juga menyebutkan bahwa nantinya akan ada rapat tersendiri dengan Archbishop Hart di bulan Okto -ber dengan KTM dan PDKKI dan suster Karmel. Archbishop mengiyakan bahwa beliau sudah melihat rapat itu terjadwal di diary-nya).

Warta KKI diterbitkan oleh pengurus Keluarga Katolik Indonesia setiap akhir bulan.

Sumbangan tulisan, naskah, dan berita seputar kegiatan KKI anda, bisa di kirim lewat email ke Bpk Rufin Kedang di rufink@gmail.com

(5)

Uskup Hart juga senang mendengarkan perkembangan rumah doa KKI di Ta Pinu. Lia menjelaskan bahwa pemban -gunan akan rampung sebelum akhir tahun ini. Uskup Hart sekali lagi mengucapkan terima kasih atas semua kerja dan karya keluarga Katolik Indonesia di Melbourne. “I am very excited and pleased of your great work in the Archdiocese.. Please know you have the full support of Archdiocese.. Indonesian community is amongst the very best of community in Melbourne..” demikian kata-kata beliau, verbatim. Ge-er juga kami lama-lama. Begitu seringnya beliau mengulangi rasa terima kasihnya, sembari memandang kami satu persatu dengan senyum.

Beliau bahkan langsung bangun dari tempat duduk mengecek kalender pribadinya waktu kami bilang kami mengharap -kan Archbishop untuk memberi-kan Sakramen Krisma di Misa HUT KKI 2014. Berhubung di bulan September 2014 beliau ke London, terpilihlah tanggal 5 Oktober 2014, 2 pm untuk Misa di Middle Park. Sesimple itu! Membuat janji dengan pemimpin gereja Katolik di Melbourne yang berpopulasi 3,764,070 orang (sesuai sensus 2006).

Sebagai penutup kami membawa oleh-oleh baju batik untuk uskup Hart, yang disambut dengan antusias, “I finally have something to wear for summer!” kata uskup Hart. Sebelum kami berpisah, uskup Hart mengajak berdoa satu kali Bapa Kami yang kemudian ditutup dengan pemberian berkat. Sebelum berdoa beliau bahkan menawarkan apakah mau berdoa dalam bahasa Indonesia? Kami mengusulkan dalam bahasa Inggris saja karena sebelumnya uskup Hart mengatakan bahasa Indonesia beliau “non-existent”.

Bukan orang Indonesia kalau belum berfoto ria, jadi di dekat pintu keluar kami mengajak Archbishop Hart berfoto. Setelah berjabat tangan satu sama lain (pada saat menjabat tangan Bradley, uskup Hart ingat bahwa dulunya sering bertemu Bradley sebagai pengurus PDKKI. Begitu mendengar bahwa Bradley akan for good, beliau berkata,” I am sorry to hear you are leaving but I am sure you bring a lot of beautiful memories from Melbourne”).

Pertemuan selesai. Kurang dari satu jam, yang berarti kami tidak akan menemukan surat tilang di kaca mobil kami. Juga berarti kami tidak terlalu membabat habis jam makan siang, masih dalam batas reasonable. Kami berpisah jalan melan-jutkan aktifitas masing-masing, tapi membawa perasaan satu. Satu bagian dalam Keluarga Katolik Indonesia di bawah pelukan hangat gereja Katolik universal.

Melbourne, September 13, 2013 Natalia Teguhputri

Referensi

Dokumen terkait

Kelakuan berkas berupa jangkau proton dan profil berkas di dalam target cair diamati dengan simulasi program SRIM, dan efek-efeknya tentang perubahan suhu dan tekanan yang

tertulis atau cetak yang berisi materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, dan latihan yang disusun secara sistematis dan menarik untuk

Dari definisi di atas kiranya dapat di tarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang

Dalam mengeksiskan Pesantren sebagai organisasi Islam modren di masa penjajahan penuturan Azyumardi Azra tersebut diperkuat oleh Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh

Subjective well-being dapat ditemukan pada informan yang menjadi anggota komunits laskar sedekah Surakarta, hal tersebut dapat dilihat bagaimana perasaan bahagia,

Pondok merupakan tempat tinggal bersama antara kyai dengan para santrinya.Di Pondok, seorang santri patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang diadakan, ada

Cultural transform dan jenis konteks arkeologi di situs Benteng Putri Hijau Berdasarkan laporan penelitian tahun 2008 dan 2009, data artefaktual yang diperoleh dari

Teknik wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moloeng, 2007:186). Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang