• Tidak ada hasil yang ditemukan

revisi LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL gypsum bonded.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "revisi LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL gypsum bonded.pdf"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

Topik : Bahan Tanam Gypsum Bonded Kelompok : B7

Hari Praktikum : Selasa

Tanggal Praktikum : 15 Agustus 2017

Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes

Penyusun:

1. Zaravia Dewanty 021611133087 2. Aulia Nur Layli F 021611133088 3. Natasia Djamiko 021611133089 4. Rizkia Putri A. 021611133090 5. Novita Indah P. 021611133091

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA 2017

(2)

1. TUJUAN PRAKTIKUM

Setelah praktikum mahasiswa mampu:

a. Melakukan manipulasi bahan tanam dengan benar.

b. Melakukan penanaman model malam menguakan bahan jenis gipsum dengan benar.

c. Melakukan penuangan logam dengan benar.

2. CARA KERJA 2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Bahan

a. Bahan tanam gypsum bonded b. Malam inlay c. Malam sprue d. Sabun e. Parafin a) b) c) d) e)

Gambar 2.1 a) Bahan tanam gypsum bonded, b) Malam inlay, c) Malam sprue, d) Sabun, e) Parafin

2.1.2 Alat

a. Alat cetak model malam bentuk mahkota b. Pisau model

(3)

c. Brander spiritus d. Hand press e. Spatula f. Gelas ukur g. Timbangan h. Bowl i. Crucible former j. Bumbung tuang k. Vibrator l. Kuas m. Pisau model n. Pengukur 7 mm o. penyangga a) b) c) d) e) f) g)

Gambar 2.2 a) brander spirtus, b) pisau model, c) bumbung tuang, d) vibrator, e) Alat cetak model malam bentuk mahkota dan hand press, f) bowl dan spatula,

g) pengukur 7 mm dan penyangga

2.2 Cara Kerja

2.2.1 Pembuatan Model Malam

a. Semua alat yang akan digunakan untuk membuat model malam mahkota dalam keadaan bersih.

(4)

b. Sebelum memulai pekerjaan alat cetak model malam mahkota diperiksa dan dipastikan dalam keadaan bersih dan tidak ada sisa malam yang tertinggal.

c. Ujung alat cetak diulasi dengan parafin secukupnya

d. Malam inlay dilelehkan, setelah malam cair malam dituangkan ke dalam cetakan.

e. Setelah cetakan diisi penuh dengan malam cair, kemudian ditutup dengan cetakan model malam.

f. Cetakan dibiarkan 30 detik, kemudian ditekan sampai batas alat cetak menempel, malam yang keluar dari lubang cetakan dibersihkan.

g. Cetakan dibuka tutupnya, model malam diambil dan diletakan. 2.2.2 Penanaman model malam

a. Malam sprue dipotong secukupnya, kemudian sprue tersebut diletakan pada model malam (dengan cara mencairkan ujung malam sprue dan diletakan pada model malam dalam posisi tegak, malam sprue tersebut dihaluskan.

b. Ujung lain malam sprue diletakan pada crubicle former dalam posisi tegak.

c. Ketinggian model malam diukur, dengan jalan memasukan bumbung tuang pada crucible former, jarak antara tepi bumbung tuang dengan tepi atas model malam diukur dengan menggunakan pengukur 7 mm. Jarak tidak boleh lebih dari 7 mm. Jika jarak lebih dari 7 mm maka sprue ditambah untuk memanjangkan, jika jarak kurang dari 7 mm, maka sprue dipotong atau dipendekkan, lalu sprue dihaluskan kembali.

d. Seluruh permukaan model malam dan sprue diulasi dengan air sabun memakai kuas.

e. Bubuk bahan tanam ditimbang seberat 58 gr dan air diukur sebanyak 20 ml (normal), bubuk bahan tanam seberat 58 gr dan gr dan air sebanyak 25 ml (encer) Bubuk bahan tanam seberat 63 gr dan gr dan air sebanyak 20 ml (kental).

(5)

f. Air dituangkan terlebih dahulu ke dalam bowl, kemudian dimasukan bubuk bahan tanam ke dalam bowl yang telah berisi air, kemudian ditunggu selama 30 detik.

g. Adonan diaduk sebanyak 45 putaran selama 60 detik, kemudian diletakan diatas vibrator selama 30 detik, kemudian adonan dituangkan ke dalam bumbung tuang yang telah lengkap dengan crucible former dan malam model terpasang di atas vibrator. h. Setelah bumbung tuang penuh, bumbung tuang dipindahkan dari

vibrator dan diberi tanda (I,II,III).

a) b) c)

d) e) f)

Gambar 2.3 a) menuangkan malam cair ke dalam cetakan, b) merapikan ujung sprue, c) mengulasi air sabun, d) memasukan bubuk bahan tanam ke dalam bowl

yang telah berisi air, e) mengaduk adonan sebanyak 45 putaran selama 60 detik, f) meletakan adonan diatas vibrator

(6)

3. HASIL PRAKTIKUM

Tabel 3.1 Konsentrasi Bahan Tanam Gypsum Bonded

W/P ratio 20 ml/58 gr 25 ml/58 gr 20 ml/63 gr Konsistensi

adonan

Encer Lebih encer Kental

Manipulasi Mudah dimanipulasi Mudah dimanipulasi Sulit dimanipulasi

Pada percobaan adonan gipsum dengan w/p ratio 20 ml air dan 58 gr bubuk, sesuai dengan aturan pabrik, konsistensi adonan normal atau encer. Pada adonan gipsum dengan w/p ratio 25 ml air dan 58 gr bubuk, konsistensi adonan lebih encer karena penambahan air sebanyak 5 ml. Sedangkan pada adonan gipsum dengan w/p ratio 20 ml air dan 63 gr bubuk, konsistensi adonan kental karena penambahan bubuk sebanyak 5 gr. W/P ratio berbanding terbalik dengan setting ekspansi. Setting ekspansi diperlukan untuk mengkompensasi penyusutan alloy. Jika konsistensi adonan encer atau w/p ratio tinggi maka setting ekspansinya rendah sehingga logam yang dihasilkan menjadi lebih longgar dan tidak fit.

Gambar 3.1 Hasil praktikum

4. PEMBAHASAN

Bahan tanam tuang merupakan sebagai bahan yang sesuai untuk membentuk cetakan dimana logam atau alloy dituangkan (Sakaguchi & Powers, 2012:310).

(7)

Syarat bahan tanam tuang (Sakaguchi & Powers, 2012:310): 1. Mudah dimanipulasi.

2. Kekuatan yang cukup pada suhu kamar. 3. Stabilitas pada suhu yang lebih tinggi. 4. Ekspansi yang cukup.

5. Suhu pengecoran yang menguntungkan.

6. Porositas. Porus yang cukup memungkinkan udara di dalam rongga cetakan. untuk melepaskan diri dengan mudah selama prosedur pengecoran.

7. Permukaan halus.

8. mudah untuk dilepaskan, bahan tanam harus dilepaskan dari permukaan logam dan agar tidak bereaksi secara kimia dengan logam.

9. tidak mahal.

Terdapat dua tipe bahan tanam tuang yaitu gypsum-bonded dan phosphate-bonded, tergantung pada range titik cair dari logam yang akan dipakai. Material gipsum merupakan tipe tradisional yang digunakan untuk conventional casting alloy emas untuk inlay, onlay, dan mahkota (Anusavice et al, 2013:201).

Sifat fisik bahan tanam tuang :

1. Thermal stability, bahan tanam tuang harus memiliki retensi yang baik terhadap suhu saat casting memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan stress saat setting ketika alloy cair memasuki mould bahan tanam tuang. 2. Porositas, gypsum-bonded dan phosphate-bonded merupakan material yang cukup porus, sehingga dapat melepaskan air dan gas lainnya dari dalam mould selama proses casting.

3. Kompensasi ekspansi, keakuratan agar bahan tanam tuang fit dengan casting bergantung pada kemampuan bahan tanam tuang untuk mengkompensasi penyusutan dari alloy selama proses setting. Besarnya penyusutan bervariasi , pada gold alloy sebesar 1,4% pada Ni Cr alloy 2% dan pada Co/Cr sebesar 2,3% (McCabe and Walls, 2008:49-50)

Wax Pattern harus bersih dari minyak dan partikel-partikel kecil. Pemberian wetting agent berupa air sabun ditujukan untuk menurunkan tegangan permukaan model malam sehingga dapat melekat dengan baik dan hasil cetakan menjadi

(8)

lebih halus. Kemudian, sebelum mengaduk gipsum diperlukan pemasangan sprue dan model inlay wax pada posisi yang telah ditentukan (Annusavice et al, 2013:216). Tujuan dari sprue former, atau sprue pin, adalah untuk memberikan saluran terhadap alloy cair sehingga dapat mencapai cetakan di cincin setelah lilin dihilangkan. Diameter dan panjang sprue former tergantung pada jenis dan ukuran dari pola, jenis mesin casting yang akan digunakan, dan dimensi cincin di mana casting akan dibuat. Sprue former tersedia dalam berbagai ukuran atau diameter. Sprue former pada casting ring dilekatkan pada model inlay wax dan crucible former (Annusavice et al, 2013:213).

Diameter sprue harus sesuai dengan daerah paling tebal dari model malam. Hal ini bertujuan untuk memudahkan mengalirnya logam dan mengisi rongga yang kosong. Jika diameter sprue terlalu besar akan mengakibatkan distorsi dan jika terlalu kecil, daerah tempat menempel sprue akan memadat terlebih dahulu sebelum tertuang penuh dan shrinkage porosity bisa terjadi (Annusavice et al, 2013:213). Gypsum bonded memiliki ikatan yang paling regang dan ukuran partikel lebih besar daripada fosfat dan silika bonded sehingga tidak butuh ventilasi dari malam. Jarak ideal antara model malam dengan bumbung tuang adalah 6-7 mm. Jika jarak kurang dari 7 mm, otomatis sprue lebih panjang sehingga alloynya akan memadat terlebih dahulu sebelum sampai ke ujung dan tertuang penuh. Selain itu, hasil cetakan akan menjadi lebih kasar Namun jika jarak lebih dari 7 mm/sprue lebih pendek, udara tidak akan bisa keluar karena terlalu tebal sehingga udara terjebak dan menyebabkan gaseous porosity dan backpressure.

(9)

Sprue harus dilekatkan pada bagian tertebal/area cross-sectional yang paling besar dari model malam. Hal ini untuk mempermudah flow dari alloy cair dari bagian yang tebal ke area lebih tipis yang mengitarinya. Desain ini juga meminimalisir resiko dari turbulensi. Turbulensi dari logam cair saat memasuki model malam menyebabkan porositas, hal tersebut disebabkan oleh adanya gas yang terperangkap dan perlekatan sprue pada sudut yang tidak tepat. Pada saat melakukan percobaan, sprue dilekatkan di tengah karena model malam memiliki ketebalan yang sama sehingga posisi tengah adalah posisi yang benar karena mempermudah alloy mengalir ke seluruh arah. Semua perlekatan, baik itu perlekatan antara sprue dan model malam ataupun perlekatan antara sprue dan crucible former harus dihaluskan dan dirapikan untuk menghilangkan ujung dan sudut yang tajam yang dapat menganggu (Anusavice et al, 2003:214).

Pada praktikum bahan tanam gypsum bonded ini, pemberian parafin pada die bertujuan untuk meningkatkan kelancaran dalam cetakan saat dikeluarkan dan membuat hasil cetakan menjadi lebih tahan terhadap retak dan mengelupas. Hal ini juga meningkatkan ketangguhan lilin dan meningkatkan kelancaran dan kilau permukaan (Anusavice et al, 2013:197). Pemberian parafin pada die malam tidak boleh terlalu banyak. Jika parafin padat diberikan terlalu banyak akan menghambat adaptasi. Jika parafin cair diberikan terlalu banyak, parafin cair akan meresap ke dalam malam sehingga sifat mekaniknya akan berubah menjadi lebih rapuh.

Pemanasan malam tidak boleh dilakukan sampai mendidih karena hal tersebut akan menyebabkan cetakan akhir yang kurang sempurna. Malam juga akan teroksidasi ketika pemanasan dan jika sampai mendidih maka molekul malam akan menguap sehingga mengubah sifat-sifat mekanisme. Selain itu, malam yang terlalu panas memiliki flow yang tinggi sehingga saat dilakukan pengepresan, maka permukaan model malam tidak tercetak secara sempurna (Anusavice et al, 2013:197).

5. KESIMPULAN

1. Pemberian wetting agent berupa air sabun ditujukan untuk menurunkan tegangan permukaan model malam.

(10)

2. Sprue harus diletakkan pada permukaan malam yang paling tebal sehingga logam cair dapat mengalir dengan lebih mudah ke seluruh rongga mould. Tujuan dari sprue former adalah untuk memberikan saluran terhadap alloy cair sehingga dapat mencapai cetakan di cincin setelah lilin dihilangkan. 3. Pemberian parafin pada die bertujuan untuk meningkatkan kelancaran

dalam cetakan saat dikeluarkan, membuat hasil cetakan lebih tahan terhadap retak dan mengelupas, meningkatkan ketangguhan lilin dan meningkatkan kelancaran dan kilau permukaan.

4. Pemanasan malam tidak boleh dilakukan sampai mendidih karena hal tersebut akan menyebabkan cetakan akhir yang kurang sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K. J. and Phillips, R. W. 2013. Phillips' Science of Dental Materials.St. Louis, Mo.: Saunders. pp.197-199,201,213-216

Sakaguchi, R.L. and Powers, J.M. 2012. Craig's restorative dental materials 13th ed. St. Louis, Mo.: Mosby Elsevier. chp.3. pp.310

McCabe J.F. and Walls A.W.G, 2008. Applied Dental Material 9th ed. New Castle: Blackwell Publishing. pp.49-50,80-81

Gambar

Gambar 2.1 a) Bahan tanam gypsum bonded, b) Malam inlay, c) Malam sprue,   d) Sabun, e) Parafin
Gambar 2.2 a) brander spirtus, b) pisau model, c) bumbung tuang, d) vibrator,    e) Alat cetak model malam bentuk mahkota dan  hand press, f) bowl dan spatula,
Gambar 2.3 a) menuangkan malam cair ke dalam cetakan, b) merapikan ujung  sprue, c) mengulasi air sabun, d) memasukan bubuk bahan tanam ke dalam bowl
Gambar 3.1 Hasil praktikum
+2

Referensi

Dokumen terkait