• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNDERSTADING THE POLICY MAKING ASSOCIATED WITH THE DECREE OF THE MINISTRY OF EDUCATION AND CULTURE NUMBER 107/U/2001

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNDERSTADING THE POLICY MAKING ASSOCIATED WITH THE DECREE OF THE MINISTRY OF EDUCATION AND CULTURE NUMBER 107/U/2001"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

UNDERSTADING THE POLICY MAKING

ASSOCIATED WITH THE DECREE OF THE

MINISTRY OF EDUCATION AND CULTURE

NUMBER 107/U/2001

Ida Malati Sajati

Sri Kurniati

The Ministry of Education and Culture has released a decree Number 107/U/2001 on the operation and management of distance higher education systems. The decree is an answer from universities on how to develop and conduct distance education systems. This article examines the perception of decision makers at universities (i.e. Rector, Vice-Rectors, Deans, and Heads of Programs of Study) toward the decree. A

correlational description method of research with stratified random sampling are used to obtain the information required from around 200 respondents coming from 25 universities both in and outside Java. Results show that not all the respondents show their great concern about the decree Number

107/U/2001. Although there are no significant differences in the level of understanding on that decree among decision makers at any level, there is a tendency of decreased level of understanding among them.

Key words: decision maker, higher education, Ministry of Education and Culture decree Number 107/U/2001, open and distance education.

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi (PT) dengan menggunakan Sistem Belajar Jarak Jauh (SBJJ) secara penuh di Indonesia selama ini diselenggarakan oleh Universitas Terbuka (UT). Dengan sistem pendidikan semacam ini, diharapkan dapat tercipta lingkungan belajar yang beragam. Hal ini dimungkinkan karena dalam SBJJ pertemuan tatap muka dilakukan terbatas. Proses pembelajaran dalam SBJJ difasilitasi oleh media

pembelajaran yang dikemas sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa dapat menentukan sendiri kapan, dimana, dan dengan strategi apa mereka melakukan proses pembelajaran.

Seiring dengan beroperasinya UT, PT tatap muka mulai memperluas pasarnya dengan mengembangkan program pendidikan yang

(2)

dilaksanakan di luar kampus. Perguruan tinggi tersebut menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran seperti itu sebagai pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ). Dalam prakteknya, bukan sistem pendidikan jarak jauh yang

dilakukan tetapi praktek kelas jauh. Hal tersebut dapat diidentifikasi proses pembelajaran dilakukan oleh dosen yang datang ke lokasi mahasiswa pada hari Sabtu dan Minggu dengan metode tatap muka dan penggunaan buku teks dalam proses pembelajaran, bukan media pembelajaran yang dikemas untuk dapat dipelajari mahasiswa secara mandiri.

Melihat fakta itu pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, mengkhawatiran akan terjadinya penurunan kualitas lulusan PT secara umum. Untuk menghindari semakin maraknya praktek kelas jauh ini, diikuti dengan semakin kencangnya desakan masyarakat terhadap demokratisasi dan otonomi pendidikan, maka pada tahun 2001 pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional, membuka kesempatan kepada PT tatap muka untuk dapat menyelenggarakan PTJJ secara resmi dengan menerbitkan Surat Keputusan Mendiknas (Kepmen) Nomor 107/U/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan PTJJ. Dengan terbitnya Kepmen tersebut, diharapkan praktek kelas jauh dihentikan dan digantikan oleh sistem PTJJ yang penyelenggaraannya resmi dan direstui pemerintah.

Untuk melihat persepsi dan kesiapan perguruan tinggi dalam mengadopsi sistem pendidikan jarak jauh, dilakukan penelitian tentang

Persepsi Para Pengambil Kebijakan Di PT Terhadap SK Mendiknas Nomor 107/U/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)

keberadaan dan kepemilikan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001, (2) pemahaman para pengambil kebijakan di PT tentang isi Kepmen tersebut, (3) perbedaan tingkat pemahaman para pengambilan kebijakan di PT terhadap isi Kepmen tersebut dilihat dari perbedaan Jabatan Struktural, Golongan, Kategori Fakultas, Lokasi PT, serta Jenis Kelamin dan (4) peran Kepmen dalam membantu PT menyelenggarakan PTJJ serta rencana PT tatap muka menyelenggarakan PTJJ.

Metode penelitian adalah deskriptif korelasional. Data yang diperoleh dipaparkan secara deskriptif kemudian dihitung korelasinya secara statistik. Namun dari hasil analisis statistik tidak diperoleh korelasi yang signifikan sehingga analisis dibuat dengan melihat perbandingan persentase.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang butir

pertanyaannya diukur dalam skala Likert dan pilihan jawaban 'ya' dan 'tidak'. Skala Likert disajikan dalam bentuk angka 1 sampai 4 yang diartikan mulai dari sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju.

(3)

PT yang dijadikan sampel adalah PT Negeri (PTN) dan PT Swasta (PTS) yang berlokasi di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Kuesioner dikirimkan kepada 25 PT, yang terdiri atas 19 PTN dan 6 PTS. Dari 25 PTN dan PTS ini, 11 berlokasi di Pulau Jawa dan 14 berlokasi di luar Pulau Jawa, yaitu: Sumatera, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Kalimantan.

Populasi penelitian adalah para pengambil keputusan dari PTN dan PTS. Sedangkan sampel penelitian ditentukan secara acak bertingkat. Dari setiap PT dipilih 8 responden, yaitu 2 responden (Rektor dan Pembantu Rektor I) untuk kategori pengelola PT, 4 responden (2 Dekan dan 2 Pembantu Dekan I) untuk kategori pengelola fakultas, dan 2 responden (2 Ketua Jurusan) untuk kategori pengelola jurusan. Secara keseluruhan, jumlah sampel adalah 25 PT x 8 responden = 200 responden. Dari 200 kuesioner yang dikirimkan 135 kuesioner kembali dan diolah datanya.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Kepemilikan dan Kepedulian terhadap Kepmen Nomor 107/U/2001 Dokumen Kepmen dimiliki oleh 79 responden (58.51%) dari 135 responden. Dari 79 responden yang memiliki dokumen, 52 orang (65,82%) memperoleh dokumen dari pejabat dari perguruan tingginya sendiri,

(34,18%) dari pihak lain, seperti kolega, Dirjen Dikti, orang lain, Mendiknas, pejabat perguruan tinggi lain, serta dari Kopertis. Data ini menunjukkan bahwa telah ada kesadaran dan komitmen yang tinggi di kalangan pengambil kebijakan di PT untuk mensosialisasikan Kepmen

kepada kalangan di bawahnya, walaupun belum seratus persen tercapai. Empat puluh lima orang responden yang mengaku memiliki dokumen Kepmen mengatakan bahwa mereka peduli terhadap isi Kepmen tersebut. Hal ini berarti bahwa hanya sepertiga dari responden yang peduli terhadap isi Kepmen. Hal ini sangat tidak kondusif untuk

mengimplementasikan sistem pendidikan jarak jauh di pendidikan tinggi. Di satu sisi, banyak perguruan tinggi yang menginginkan membuka pendidikan tinggi jarak jauh tetapi di sisi lain pada saat aturan mainnya dibuat hanya sebagian kecil saja yang peduli.

Pemahaman tentang isi Kepmen Mendiknas Nomor 107/U/2001 Pemahaman responden terhadap isi Kepmen ditunjukkan dengan jawaban responden terhadap butir pertanyaan yang berkaitan dengan pengertian, tujuan, syarat penyelenggaraan, penyelenggaraan, kurikulum, materi ajar, media dan metode, belajar mandiri, praktek dan praktikum, pemantapan pengalaman lapangan, layanan bantuan belajar, evaluasi hasil belajar, serta unit sumber belajar dalam PTJJ. Kalau dilihat secara

(4)

umum, isi Kepmen dipahami oleh sebagian besar responden (rerata 60,41%). Sisanya, 19,46% tidak memahami dan yang tidak berpendapat (20.13%). Rincian lihat Gambar 1 dan Tabel 1.

Data tersebut menunjukkan bahwa 10 dari 14 (71,4%) butir yang terdapat dalam Kepmen dipahami oleh lebih dari 50% responden. Butir tersebut adalah Pengertian PTJJ, Syarat Penyelenggaraan PTJJ,

Penyelenggaraan PTJJ, Kurikulum, Materi Ajar, Media dan Metode, Belajar Mandiri, Pemantapan Pengalaman Belajar, Layanan Bantuan Belajar, dan Evaluasi Hasil Belajar. Melihat data ini semestinya perguruan tinggi sangat memamahi bedanya sistem pendidikan jarak jauh dan praktek kelas jauh sehingga menghindarkan diri dari pembukaan program kelas jauh. Dalam kenyataannya praktek kelas jauh tetap marak. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakpedulian beberapa pihak dari perguruan tinggi terhadap keberadaan Kepmen ini atau isi Kepmennya yang belum secara efektif memberikan arahan yang jelas kepada perguruan tinggi dalam

menyelenggarakan sistem pendidikan jarak jauh.

100 80 60 40 20 Ya 0 T idak

Gambar 1. Grafis Tingkat Pemahaman Responden terhadap Isi Kepmendiknas Nomor 107/U/2001

T in g k at P em ah am an (% ) P e n P T P T J J J J U S s.B e d lm B d l. d P T lm . lm JJ E v B a n b JJ .H a el J J L a lm P lm P T . y T P P ik u m T JJ J L d d P ra ek d l i d lm T JJ t k m P P T P ra an d et o d e t k i r P B e ia & P T JJ M l.M M e ri A j T JJ T JJ d ar M a u lu m ar aa n P T e t P P K u el en g el en g rik g . P e t p e n y n y S y an P T T JJ ara JJ T u er tia ju n P g

(5)

Tabel 1. Tingkat Pemahaman Responden terhadap Isi Kepmendiknas Nomor 107/U/2001

Isi Kepmen Ya(%) Tidak (%) Abstain (%)

Pengertian PTJJ 47.40 45.19 7.41 Tujuan PTJJ 69.26 15.56 15.18 Syarat penyelenggaraan PTJJ 68.48 15.46 16.06 Penyelenggaraan PTJJ 77.22 12.22 10.56 Kurikulum PTJJ 63.70 17.77 18.53 Materi Ajar PTJJ 65.93 18.27 15.80

Media dan Metode PTJJ 71.85 11.85 16.30

Belajar Mandiri dalam PTJJ 71.60 13.83 14.57

Praktek dalam PTJJ 34.81 25.68 39.51

Praktikum dalam PTJJ 45.68 24.69 29.63

Pemantapan Pengalaman Lapangan dalam PTJJ 52.41 21.30 26.29

Layanan Bantuan Belajar dalam PTJJ 66.79 13.21 20.00

Evaluasi Hasil Belajar dalam PTJJ 64.44 17.33 18.23

Unit Sumber Belajar dalam PTJJ 46.17 20.49 33.34

Perbedaan Tingkat Pemahaman Para Pengambilan Kebijakan di Perguruan Tinggi terhadap Kepmen Dilihat dari Perbedaan Jabatan Struktural, Golongan, Kategori Fakultas, Lokasi PT, dan Jenis Kelamin

Secara umum hasil studi menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan dalam pemahaman isi Kepmen Nomor 107/U/2001 antara para pengelola PT dilihat dari jabatan struktural, golongan, kategori fakultas, lokasi PT, dan jenis kelamin. Walaupun demikian, terdapat penurunan tingkat pemahaman antar tingkatan pengelola PT, yaitu antar rektorat, fakultas, dan jurusan. Demikianpun terdapat penurunan tingkat pemahaman antar golongan IV dan golongan III, fakultas eksak dan noneksak, PT di Jawa dan di Luar Jawa, serta pria dan wanita. Secara rinci data tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 2.

Pada umumnya, para pengambil kebijakan di PT, dari mulai Rektor, Pembantu Rektor, Dekan, Pembantu Dekan, Ketua Jurusan, Ketua Program sampai dengan Dosen memiliki pemahaman yang cukup tinggi terhadap isi Kepmen Nomor 107/U/2001. Tingkat pemahaman mereka rata-rata di atas 3, yaitu setuju dengan pernyataan dalam Kepmen tentang berbagai hal yang berkaitan dengan PTJJ atau dengan kata lain mereka memahami arti setiap pernyataan yang terdapat dalam Kepmen kecuali pemahaman terhadap media, metode dan layanan bantuan belajar saja yang nilainya dibawah 3, artinya kurang dipahami.

Apabila diamati tren tingkat pemahaman antar tingkat pengelola ini, terlihat adanya kecenderungan penurunan tingkat pemahaman, dimana pengelola PT pada tingkat rektorat lebih tinggi tingkat pemahamannya dibanding pengelola tingkat fakultas dan tingkat jurusan.

(6)

3.6 3.4 3.2 3.0 2.8 Rektorat 2.6 Fakultas

2.4 Jurusan dan Dosen

Gambar 2. Kejelasan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 menurut Kategori Jabatan Struktural

Tabel 1. Kejelasan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001menurut Jabatan Struktural.

Isi Kepmen Rektorat Fakultas Jurusan dan Dosen

Pengertian PTJJ 3.38 3.24 3.10 Tujuan PTJJ 3.34 3.18 3.11 Syarat Penyelenggaraan PTJJ 3.18 3.08 2.96 Penyelenggaraan PTJJ 3.29 2.85 2.58 Kurikulum PTJJ 3.24 2.88 2.68 Materi Ajar PTJJ 3.08 2.96 2.85

Media dan Metode dalam PTJJ 2.78 2.95 2.94

Belajar Mandiri dalam PTJJ 3.25 3.10 2.86

Praktek dalam PTJJ 3.20 3.12 3.01

Praktikum dalam PTJJ 3.50 3.36 3.28

Pemantapan Pengalaman Lapangan dalam PTJJ 3.31 3.14 3.19

Layanan Bantuan Belajar dalam PTJJ 2.69 2.55 2.50

Evaluasi Hasil Belajar dalam Sistem PTJJ 3.31 3.14 2.98

Unit Sumber Belajar dalam PTJJ 3.39 3.08 3.04

Hal ini kemungkinan karena Kepmen pertama kali diterima oleh para pengelola perguruan tinggi tingkat rektorat. Disamping itu, pengelola PT tingkat rektorat diasumsikan lebih mudah akses terhadap informasi yang berkaitan dengan PTJJ dibandingkan pengelola tingkat fakultas dan

T in g k at P em a h am an .P T J P T J J J B d el . lm d lm T JJ U S a s.B d lm P E v B an b JJ JJ . H e l L a d lm lm P y . P T T P P tik u m P T T J L d JJ P r te k d i d lm T JJk a l m P P r an d to d e a k i r P B e & P T J l. M M e J M e ri A T JJ T JJ d ia ja r P M a u lu m ra a n P T e t P K u e le n el en rik g g a g . P e t p e J n y n y S y n P T T JJ ar a J ju a n P T u er tia P e n g

(7)

jurusan. Namun ada yang aneh, yaitu tingkat pemahaman pengelola perguruan tinggi pada tingkat rektorat lebih rendah terhadap media dan metode dalam PTJJ dibanding pemgelola tingkat fakultas dan jurusan. Kemungkinan hal ini terjadi karena para pengelola tingkat perguruan tinggi lebih peduli terhadap masalah kebijakan sementara pengelola tingkat fakultas dan jurusan adalah mereka yang melaksanakan langsung proses pembelajaran yang terkait erat dengan pemanfaatan media dan metode pembelajaran. Dengan demikian mereka lebih memahami pengertian media dan metode, bukan saja secara konseptual, tetapi juga secara teknis

operasional. 3.6 3.4 3.2 3.0 2.8 2.6 2.4 GolonganIII 2.2 GolonganIV

Gambar 3. Kejelasan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 menurut Kategori Golongan

T

in

g

k

at

P

em

ah

P en P T P T JJ JJ B d e l. P T l m . d l m J J U S a s . B l d l m E v . B a n b T JJ T JJ .H e L a y d l m d l m P J P P P t i k u m m P T P T J L J P r a t e k d r i d l m P T J J k l P ra M a n et o d kd i e B e l ia & r P T J .M J M e e r i A j P T JJ P T JJ d a M a i k u l u m g a r a a n . P T t K u y e le n y e le n rg g P e n a t p e JJ n S y a an P P T JJ rT T u g er tia jun

(8)

Tabel 3. Kejelasan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 menurut Kategori Golongan

Isi Kepmen Gol. III Gol. IV

Pengertian PTJJ 2.34 2.59 Tujuan PTJJ 3.07 3.07 Syarat Penyelenggaraan PTJJ 3.07 3.18 Penyelenggaraan PTJJ 3.02 3.12 Kurikulum PTJJ 3.05 3.14 Materi Ajar PTJJ 3.06 3.11

Media dan Metode dalam PTJJ 3.31 3.38

Belajar Mandiri dalam PTJJ 3.10 3.27

Praktek dalam PTJJ 2.77 2.84

Praktikum dalam PTJJ 2.76 2.88

Pemantapan Pengalaman Lapangan dalam PTJJ 2.80 2.98

Layanan Bantuan Belajar dalam PTJJ 3.04 3.19

Evaluasi Hasil Belajar dalam Sistem PTJJ 2.90 3.09

Unit Sumber Belajar dalam PTJJ 2.89 2.92

Secara umum, para pengambil kebijakan di PT yang bergolongan IV memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi terhadap isi Kepmen daripada yang bergolongan III (lihat Gambar 3 dan Tabel 3). Hal ini senada dengan pengelola PT tingkat rektorat yang memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi terhadap Kepmen Nomor 107/U/2001 dibanding dengan tingkat pemahaman para pengelola PT di tingkat fakultas dan jurusan. Keadaan semacam ini karena para pengambil kebijakan di PT yang bergolongan IV sudah menduduki posisi jabatan struktural yang lebih lama dibanding yang bergolongan III pada umumnya. Seperti dikemukakan sebelumnya, para pengambil kebijakan yang berkedudukan lebih tinggi memiliki kemudahan akses terhadap informasi yang lebih tinggi pula dibanding yang berkedudukan lebih rendah. Oleh sebab itu, pemahaman mereka terhadap isi Kepmen lebih tinggi dibanding yang bergolongan lebih rendah.

Pada umumnya, para pengambil kebijakan di PT yang berlokasi di Jawa memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi dibanding para pengambil kebijakan di PT yang berlokasi di luar Jawa (rincian lihat Gambar 4 dan Tabel 4). Hal ini kemungkinan karena para pengambil kebijakan di PT yang berlokasi di Jawa lebih mudah mengakses informasi yang berkaitan dengan PTJJ dibanding para pengambil kebijakan di PT yang berlokasi di luar Jawa. Walaupun terdapat lima pernyataan yang berkaitan dengan pengertian, kurikulum, materi ajar, belajar mandiri, dan layanan bantuan belajar dalam PTJJ yang dipahami secara lebih baik oleh para pengambil kebijakan PT di luar Jawa daripada yang di Jawa tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan, hanya berkisar 0.01 - 0.02 saja.

(9)

3.6 3.4 3.2 3.0 2.8 2.6 Jawa 2.4 LuarJawa

Gambar 4. Kejelasan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 menurut Kategori Lokasi

Tabel 4. Kejelasan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 menurut Kategori Lokasi

Materi Kepmen Jawa Luar Jawa

Pengertian PTJJ pada umumnya 2.46 2.61

Tujuan PTJJ 3.16 3.03

Syarat Penyelenggaraan PTJJ 3.19 3.16

Penyelenggaraan PTJJ 3.16 3.08

Kurikulum PTJJ 3.13 3.14

Materi Ajar PTJJ 3.09 3.11

Media dan Metode dalam PTJJ 3.41 3.35

Belajar Mandiri dalam PTJJ 3.24 3.26

Praktek dalam PTJJ 2.90 2.80

Praktikum dalam PTJJ 2.93 2.83

Pemantapan Pengalaman Lapangan dalam PTJJ 2.98 2.94

Layanan Bantuan Belajar dalam PTJJ 3.17 3.18

Evaluasi Hasil Belajar dalam Sistem PTJJ 3.10 3.04

Unit Sumber Belajar dalam PTJJ 2.93 2.93

T in g k at P em ah am P e . P T J P T JJ J U S as .B e d lm B d l. P T lm d lm JJ E v B a n b JJ J .H el L a d lm P lm P. y T T J P P tik u m P T J T J L d J P ra te k d i d lm T JJ k lm P P ra a n d to d e k i r P B e a & M P T JJ l.M e M e ri A j T JJ T JJ d i ar M a u lu m ra an T t e P P K u e le n g e le n g ri k g a . P P e at p e n Jy n y S y a n P T T JJ r J T u e r t ia n u j P n g

(10)

3.6 3.4 3.2 3.0 2.8 2.6 Eksak 2.4 Non Eksak

Gambar 5. Kejelasan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 menurut Kategori Fakultas

Tabel 5. Kejelasan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 menurut Kategori Fakultas

Isi Kepmen Eksak Non Eksak

Pengertian PTJJ 2.55 2.53 Tujuan PTJJ 3.15 3.02 Syarat Penyelenggaraan PTJJ 3.23 3.13 Penyelenggaraan PTJJ 3.16 3.07 Kurikulum PTJJ 3.18 3.10 Materi Ajar PTJJ 3.21 3.01

Media dan Metode dalam PTJJ 3.48 3.29

Belajar Mandiri dalam PTJJ 3.32 3.20

Praktek dalam PTJJ 2.97 2.73

Praktikum dalam PTJJ 2.94 2.81

Pemantapan Pengalaman Lapangan dalam PTJJ 3.05 2.88

Layanan Bantuan Belajar dalam PTJJ 3.21 3.15

Evaluasi Hasil Belajar dalam Sistem PTJJ 3.11 3.03

Unit Sumber Belajar dalam PTJJ 2.94 2.92

T in g k at P e . P T J P T JJ J U S as .B e d lm B d l. P T lm d lm JJ E v B an b JJ JJ .H e l L a d lm lm P y . P T T P P ik u m P T J T J L d J P ra k d d lm JJ k t lm P k t e ir i P T P ra M an d to d e e B e a & M P T JJ. l M e ri A ja T JJ T JJ i d r M a u lu m ra an T t e P P K u e le n g e le n g rikga . P P e t p eny n y S y a n P T T JJ a r J J T u e r t ia ju a n P n g

(11)

Secara keseluruhan, para pengambil kebijakan di PT yang berasal dari fakultas eksakta memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi terhadap seluruh pernyataan yang terdapat dalam Kepmen Nomor 107/U/2001 dibanding yang berasal dari fakultas non-eksakta. Keadaan semacam ini kemungkinan karena para pengambil kebijakan di PT yang berlatar eksakta dapat berpikir dengan lebih logis dan realistis dibanding mereka yang berlatar belakang non-eksakta. Fenomena semacam ini menarik untuk dicermati karena masih dipertanyakan apakah betul asumsi yang mengatakan bahwa pengelola pendidikan tinggi yang berlatar belakang eksakta lebih logis dan realistis, dibanding yang non eksakta? 3.6 3.4 3.2 3.0 2.8 2.6 Laki-laki 2.4 Perempuan

Gambar 6. Kejelasan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 menurut Kategori Jenis Kelamin

T

in

g

k

a

t

P

e

m

a

P e B d e l. P T l m . d l m J J P T P T JJ J J U S a s. B l d l m E v . B a n b T J J T JJ .H e L a y d l m d l m P J P P P t i k u m P T P T J L J P r a t e k d r i d l m P T J J k lm P r a M an d et o k ie B e l ia & r P T J .M J M e e r i A j P T J J P T JJ d a M a k u l u m g a r a a n . P T t K u y e le n y e le n ri g g P e n a t p e JJ n S y a a n P T P T JJ r T u g e r t jun

(12)

Tabel 6. Kejelasan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 menurut Kategori Jenis Kelamin

Isi Kepmen Laki-laki Perempuan

Pengertian PTJJ 2.56 2.51 Tujuan PTJJ 3.10 2.90 Syarat Penyelenggaraan PTJJ 3.16 3.30 Penyelenggaraan PTJJ 3.12 3.09 Kurikulum PTJJ 3.16 2.92 Materi Ajar PTJJ 3.09 3.16

Media dan Metode dalam PTJJ 3.37 3.34

Belajar Mandiri dalam PTJJ 3.27 3.11

Praktek dalam PTJJ 2.87 2.57

Praktikum dalam PTJJ 2.88 2.76

Pemantapan Pengalaman Lapangan dalam PTJJ 3.00 2.65

Layanan Bantuan Belajar dalam PTJJ 3.18 3.11

Evaluasi Hasil Belajar dalam Sistem PTJJ 3.09 2.91

Unit Sumber Belajar dalam PTJJ 2.93 2.92

Sebagian besar para pengambil kebijakan di perguruan tinggi yang berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini senada dengan perbedaan tingkat pemahaman antara pengelola perguruan tinggi yang belatar belakang eksakta dan non-eksakta (rincian lihat Gambar 6 dan Tabel 6).

Peran Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 dalam Membantu Perguruan Tinggi Tatap Muka Menyelenggarakan PTJJ

Butir yang berkaitan dengan peran Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 terhadap rencana masing-masing perguruan tinggi menyelenggarakan PTJJ terdiri dari kategori memudahkan, memotivasi, memberi rambu-rambu, efektif mengatur, dan hal lain yang terkait.

Memudahkan artinya dengan membaca Kepmen, para pengambil kebijakan di PT memperoleh gambaran yang jelas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan PTJJ; memotivasi artinya dengan membaca Kepmen, para pengambil kebijakan di PT memperoleh kejelasan dan bersemangat untuk mulai mempertimbangkan penyelenggaraan PTJJ di PTnya; memberikan rambu-rambu artinya dengan membaca Kepmen para pengambil kebijakan di PT memperoleh informasi teknis operasional tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan PTJJ; efektif mengatur artinya dengan membaca Kepmen, para pengambil kebijakan di PT

memahami konsekwensi dari menyelenggarakan PTJJ, apa syarat-syaratnya dan apa konsekwensinya apabila syarat tersebut tidak dipenuhi.

Respon para pengambil kebijakan di PT yang berlokasi di luar Jawa lebih baik dibanding respon para pengambil kebijakan dari Jawa.

(13)

Hal ini menarik untuk dicermati karena dalam beberapa hal pemahaman para pengambil kebijakan di PT Jawa terhadap isi Kepmen pada umumnya lebih baik daripada yang di luar Jawa tetapi dalam hal memandang peran

Kepmen terhadap penyelenggaraan PTJJ sebaliknya. Namun, secara statistik tidak terdapat perbedaan pendapat yang signifikan antara respoden dalam dan luar Jawa dalam memandang peran kepmen penyelenggaraan PTJJ (rincian lihat Gambar 7 dan Tabel 7).

3.2 3.1 3.0 2.9 2.8 2.7 Jawa 2.6 Luar Jawa

Memudahkan Memberi Rambu-rambu Hal lain yg berkait

Memotivasi Efektif Mengatur

Gambar 7. Peranan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 terhadap Penyelenggaraan PTJJ menurut Kategori Lokasi PT

Tabel 7. Peranan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 terhadap

Penyelenggaraan PTJJ menurut Kategori Lokasi PT

Isi Kepmen Jawa Luar Jawa

Memudahkan 2.74 2.94

Memotivasi 2.73 2.99

Memberi Rambu-rambu 3.01 3.15

Efektif Mengatur 2.70 2.86

Hal lain yang berkait 2.76 2.82

Dilihat dari kategori fakultas, tidak terdapat perbedaan pendapat yang signifikan antara pengambil kebijakan dari fakultas eksakta dan non eksakta didalam memandang peran Kepmen terhadap penyelenggaraan

P er a n K ep m en

(14)

PTJJ. Secara umum, peranan Kepmen masih dianggap sebagai informasi umum saja tentang PTJJ, belum memberikan aturan yang efektif tentang penyelenggaraan PTJJ. Meskipun demikian terdapat pendapat yang sangat positip terhadap peran Kepmen sebagai pemberi rambu dalam

penyelenggaraan PTJJ. Artinya, para pengambil kebijakan di PT, baik yang berlatar belakang eksakta maupun non eksakta, sama-sama memandang Kepmen di satu sisi dapat pula berperan dalam memberikan rambu-rambu kepada PT didalam menyelenggarakan PTJJ. Informasi serupa tentang peranan Kepmen terhadap penyelenggaraan PTJJ juga

didapatkan pada kategori gender (rincian lihat Gambar 8 dan Tabel 8). 3.2 3.1 3.0 2.9 2.8 2.7 Eksak 2.6 Non Eksak

Memudahkan Memberi Rambu-rambu Hal lain yg berkait Memotivasi Efektif Mengatur

Gambar 8. Peranan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 Terhadap Penyelenggaraan PTJJ menurut Kategori Fakultas

Tabel 8. Peranan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 terhadap

Penyelenggaraan PTJJ Menurut Kategori Fakultas

Isi Kepmen Eksak Non Eksak

Memudahkan 2.83 2.89

Memotivasi 2.94 2.85

Memberi Rambu-rambu 3.13 3.08

Efektif Mengatur 2.78 2.81

Hal lain yang berkait 2.97 2.66

P er an K ep m en

(15)

Pada saat peranan Kepmen terhadap penyelenggaraan PTJJ dilihat dari kategori golongan maka data menunjukkan perbedaan yang signifikan antara golongan III dan golongan IV (rincian lihat Gambar 9 dan Tabel 9). Golongan III memandang Kepmen berperan sangat baik didalam

memberikan informasi yang komprehensif tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan PTJJ. Hal ini ditunjukkan dengan nilai di atas 3 untuk tiga pernyataan tentang peranan Kepmen, yaitu memudahkan, memberi rambu dan efektif mengatur. Sementara golongan IV memandang Kepmen hanya sebagai pemberi informasi umum tentang penyelenggaraan PTJJ. Hal ini ditunjukkan oleh nilai yang rata-rata 2 untuk 4 dari 5 pernyataan tentang peran Kepmen terhadap penyelenggaraan PTJJ, yaitu

memudahkan, memotivasi, efektif mengatur, dan hal lain yang terkait. Hanya satu pernyataan yang nilainya 3, yaitu kepmen dianggap berperan positip didalam memberikan rambu- rambu penyelenggaraan PTJJ. Perbedaan pendapat yang signifikan ini kemungkinan dikarenakan

pemahaman golongan IV terhadap isi Kepmen lebih baik daripada golongan III, sehingga pada saat ditanya tentang perannya, mereka masih melihat Kepmen tersebut belum memberikan rambu yang jelas tentang

penyelenggaraan PTJJ. 3.3 3.2 3.1 3.0 2.9 2.8 2.7 Golongan III 2.6 Golongan IV

Memudahkan Memberi Rambu-rambu Hal lain yg berkait Memotivasi Efektif Mengatur

Gambar 9. Peranan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 terhadap Penyelenggaraan PTJJ menurut Kategori Golongan

T in g k at P er an

(16)

Gambar 9. Peranan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 terhadap

Penyelenggaraan PTJJ m

enurut Kategori Golongan

Isi Kepmen Gol. III Gol. IV

Memudahkan 3.03 2.83

Memotivasi 2.87 2.88

Memberi Rambu-rambu 3.24 3.08

Efektif Mengatur 3.02 2.75

Hal lain yang berkait 2.69 2.81

Dilihat dari kategori jabatan struktural, yaitu pengambil kebijakan di PT pada level rektorat, fakultas dan jurusan, terlihat pendapat yang bervariasi tentang peran Kepmen terhadap penyelenggaraan PTJJ (rincian lihat Gambar 10 dan Tabel 10). Pada level rektorat, mengemuka pendapat yang setuju dengan pernyataan bahwa Kepmen memiliki peran

memudahkan, memberi rambu-rambu, dan hal-hal lain yang terkait dengan penyelenggaraan PTJJ. Artinya, dengan membaca kepmen tersebut para pengambil kebijakan di tingkat rektorat memiliki informasi umum, rambu-rambu yang jelas serta hal lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan PTJJ sehingga pada saat PT mereka berniat menyelenggarakan PTJJ, mereka sudah memahami syarat-syarat yang perlu dipersiapkan dan dipenuhi. Dua peran lain dari Kepmen yang tidak begitu nampak menurut mereka adalah peran dalam memotivasi dan mengatur dengan efektif penyelenggaraan PTJJ apabila suatu saat nanti PT mereka menyelenggarakan PTJJ. Padahal ke dua peran tersebut sangat penting didalam memberi kepercayaan diri bagi mereka sebagai PTJJ.

Para pengambil kebijakan di tingkat fakultas nampaknya lebih pesimis didalam memandang peran Kepmen terhadap penyelenggaraan PTJJ ini. Dari lima pernyataan tentang peran Kepmen (memudahkan, memotivasi, memberi rambu-rambu, efektif mengatur, dan hal lain yang terkait dengan penyelenggaraan PTJJ), hanya satu peran yang menurut mereka

mencerminkan peran Kepmen dalam penyelenggaraan PTJJ, yaitu berperan didalam memberi rambu. Artinya, dengan membaca Kepmen tersebut, para pengambil kebijakan di tingkat fakultas belum mendapatkan informasi yang komprehensif tentang penyelenggaraan PTJJ, yang semestinya mudah dipahami, memotivasi, memberikan rambu yang jelas, serta efektif mengatur proses penyelenggaraan PTJJ di PT mereka. Dalam kenyataannya, Kepmen tersebut baru sebatas memberikan rambu umum saja tentang

penyelenggaraan PTJJ. Pendapat para pengambil kebijakan di tingkat fakultas yang cenderung pesimis ini nampaknya dilatarbelakangi oleh peran mereka sebagai pengembang program, yang justru memerlukan petunjuk teknis yang lebih operasional daripada hanya sekedar rambu-rambu umum saja.

(17)

3.3 3.2 3.1 3.0 2.9 Rektorat 2.8 Fakultas

2.7 Jurusan dan Dosen

Memudahkan Memberi Rambu-rambu Hal lain yg berkait Memotivasi Efektif Mengatur

Gambar 10. Peranan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 terhadap Penyelenggaraan PTJJ menurut Kategori Struktural

Tabel 10. Peranan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 terhadap

Penyelenggaraan PTJJ menurut Kategori Struktural

Isi Kepmen Rektorat Fakultas Jurusan

Memudahkan 3.23 2.77 3.06

Memotivasi 2.86 2.86 3.06

Memberi Rambu-rambu 3.14 3.07 3.22

Efektif Mengatur 2.85 2.75 3.06

Hal lain yang berkait 3.08 2.81 2.76

Pendapat para pengambil kebijakan di jurusan nampaknya lebih optimis dibanding seniornya di tingkat fakultas. Para pengambil kebijakan di tingkat jurusan ini berpendapat bahwa Kepmen berperan dalam memberi kemudahan, memotivasi, memberi rambu, dan mengatur dengan efektif penyelenggaraan PTJJ.

Bila dirangkum maka terdapat pendapat yang beragam antara pengambil kebijakan di tingkat rektorat, fakultas dan jurusan tentang peran Kepmen terhadap penyelenggaraan PTJJ. Hal ini menunjukkan bahwa Kepmen belum berperan secara optimal didalam memandu PT menyelenggarakan PTJJ. Nampaknya perguruan tinggi masih

T in g k at P er an

(18)

membutuhkan petunjuk teknis yang lebih operasional tentang penyelenggaraan PTJJ daripada hanya sekedar kepmen.

Rencana Perguruan Tinggi Tatap Muka Menyelenggarakan PTJJ Sebagian besar PT tidak memiliki rencana untuk

menyelenggarakan PTJJ. Sebanyak 71,7% PT mengatakan tidak

merencanakan untuk menyelenggarakan PTJJ dan tidak berpendapat. Hal ini menunjukkan ketidaksiapan PT menyelenggarakan PTJJ. Ketidaksiapan ini dapat dikarenakan ketidaktahuan atau karena tahu segala konsekuensinya maka mereka merasa tidak siap untuk memenuhi segala persyaratan

penyelenggaraan PTJJ (lihat Gambar 11 dan Tabel 11).

Dari kelompok PT yang menyatakan memiliki rencana

menyelenggrakan PTJJ, pada umumnya rencana tersebut baru sebatas tahap rencana, wacana dan ide. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata 12,65% sementara sisanya, rerata 6,82%, menyatakan memiliki rencana yang lebih dari sekedar rencana, ide dan wacana.

90 80 70 60 50 40 30 Ya 20 Tidak

Gambar 11. Rencana PT menyelenggarakan PTJJ

V al u R e a W d I e M e M e M e M e M e M e le g n a r m e n y S d g o le h i ji n e r n ca n ca e nm b p m y n y n ga n p m n a a s er p ia p ia k ju ia p an k an k u k ti an k n a m ar S . u PK r. iji n p en D S M ra P g ro . g . . s

(19)

Tabel 11. Rencana PT menyelenggarakan PTJJ

Tahapan Kegiatan Ya Tidak Abstain Total

1. Tahap rencana 45 70 20 135

2. Tahap Wacana 53 59 23 135

3. Tahap Ide 47 66 22 135

4. Sudah membentuk tim pengembang 33 78 24 135

5. Sudah mempersiapkan SDM 35 76 24 135

6. Sudah mempersiapkan sarana dan prasarana 34 76 25 135

7. Sudah menyiapkan Kurikulum dan Program 36 75 24 135

8. Sudah Mengajukan ijin 34 77 24 135

9. Sudah memperoleh ijin 34 77 24 135

10. Sedang menyelenggarakan 31 80 24 135

Total 382 734 234 1350

% 28,3 54,4 17,3 100

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian tentang pemahaman para pengambil kebijakan di PT terhadap isi Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 diperoleh gambaran sebagai berikut.

1. Responden yang memiliki Kepmen 58,51%, yang peduli 56,30% yang memahami 60,41%). Sementara itu dari 14 butir isi Kepmen, 9 butir dipahami dengan baik.

2. Sebanyak 5 butir kurang dipahami. Sembilan item isi Kepmen yang dipahami dengan baik adalah tujuan, syarat penyelenggaraan, kurikulum, materi ajar, media dan metode, konsep belajar mandiri, evaluasi hasil belajar, dan layanan bantuan belajar dalam PTJJ. Lima butir yang kurang dipahami adalah pengertian, praktek dan praktikum, pemantapan pengalaman lapangan, dan unit sumber belajar dalam PTJJ. 3. Tidak terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan antara

pengambil kebijakan di tingkat rektorat, fakultas, dan jurusan terhadap isi Kepmen. Namun terlihat kecenderungan penurunan tingkat

pemahaman dari pengambil kebijakan tingkat rektorat, fakultas, dan tingkat jurusan.

4. Tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal pemahaman terhadap isi Kepmen antar kategori responden, seperti jabatan struktural (rektorat, fakultas, jurusan), golongan (III dan IV), fakultas (eksakta dan non eksakta), lokasi PT (Jawa dan Luar Jawa), serta kategori jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Meskipun demikian ditemukan kecenderungan penurunan tingkat pemahaman antar responden dalam satu kategori, misal golongan IV lebih tinggi tingkat pemahamannya dibanding dengan golongan III, eksak lebih tinggi dibanding non-eksak, dan pria lebih tinggi dibanding wanita, serta PT di Jawa lebih tinggi dari luar Jawa.

(20)

5. Diperoleh pendapat yang beragam tentang peranan Kepmen terhadap penyelenggaraan PTJJ.

6. Tidak terdapat perbedaan pendapat yang signifikan didalam memandang Kepmen terhadap penyelenggaraan PTJJ antara

responden yang dikategorikan berdasarkan lokasi (Jawa dan luar Jawa), fakultas (eksak dan non eksak), dan jenis kelamin (laki-laki dan

perempuan).

7. Responden bergolongan III berpendapat bahwa Kepmen memberikan informasi yang baik dalam hal memberi kemudahan,

memberi rambu-rambu, dan mengatur dengan efektif

penyelenggaraan PTJJ. Golongan IV sebaliknya, mereka berpendapat bahwa kepmen hanya memberikan rambu-rambu saja tentang

penyelenggaraan PTJJ, lain tidak.

8. Pendapat responden tentang peran Kepmen terhadap

penyelenggaraan PTJJ dilihat dari jabatan struktural sangat beragam, bahkan cenderung terbolak balik. Responden pada tingkat jurusan nampak lebih optimis daripada responden tingkat rektorat dan fakultas. Responden yang paling pesimis dalam memandang peran kepmen terhadap penyelenggaraan PTJJ adalah responden pada tingkat fakultas. 9. Sebagian besar PT ( 71,70%) mengatakan tidak memiliki rencana

menyelenggarakan PTJJ. Dari PT yang menyatakan memiliki rencana menyelenggarakan PTJJ, rencananya tersebut baru sebatas tahapan rencana itu sendiri, tahapan wacana dan ide. Belum ada PT yang betul-betul serius berminat menyelenggarakan PTJJ.

Berdasarkan hasil penelitian dan untuk meningkatkan

pemahaman para pengambil kebijakan di PT terhadap isi Kepmen Nomor 107/U/2001 tentang pedoman penyelenggaraan PTJJ serta untuk

menghindari praktek kelas jauh di masa datang maka disarankan dilakukan hal berikut.

1. Visitasi ke beberapa PT responden untuk memvalidasi data hasil survey

2. Sosialisasi dan diseminasi Kepmen tentang pedoman penyelenggaraan PTJJ kepada seluruh jajaran PT, tidak hanya pada tingkat rektorat saja. 3. Sosialisasi dan diseminasi Kepmen harus diikuti dengan dengar

pendapat atau diskusi yang lebih mendalam tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan PTJJ dengan pejabat terkait yang kompeten di bidangnya.

4. Perlu dikembangkan pedoman teknis operasional, yang memandu PT menyelenggarakan PTJJ, selain Kepmen yang sudah ada.

5. Harus jelas reward dan punishment dan law enforcement dalam hal

(21)

REFERENSI

Gambar

Gambar 1. Grafis Tingkat Pemahaman Responden terhadap Isi Kepmendiknas Nomor 107/U/2001
Tabel 1. Tingkat Pemahaman Responden terhadap Isi Kepmendiknas Nomor 107/U/2001
Gambar 2. Kejelasan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 menurut Kategori Jabatan Struktural
Gambar 3. Kejelasan Kepmendiknas Nomor 107/U/2001 menurut Kategori GolonganTingkatPemahPen PTPT JJJJBdel.PTlm.dlmJJUSas.BldlmEv.BanbTJJTJJ.HeLaydlmdlmPJPPPtikummPTPTJLJPratekdridlmPTJJklPraManetodkdieBelia&rPTJ.MJMeeriAjPTJJPTJJdaMaikulumgaraan.PTtKuye
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bincar - Bonom logic with its axis points manifests in the mythical form of the relation between Datu (the Creator), the king (the representative of Creator in the world) and

The total fatty acid is the total amount of fatty acids that are present in the antioxidant liquid soap, both fatty acids which are bound to alkali and free fatty

The implementation of online study and study policies established by the ministry of education and culture as a form of vigilance and prevention of the spread of the

Dari segi kepemilikan, seperti telah disebut dalam aspek historis, JTV dimiliki swasta sejak dari mula, bernaung di bawah manajemen PT Jawa Media Televisi yang 100 persen

SETIAP BUTIR PERNYATAAN HANYA BOLEH DIJAWAB SATU KALI DENGAN MENCENTANG SALAH SATU KOTAK DARI LIMA PILIHAN KOTAK YANG DISEDIAKAN...

Peningkatan Kerjasama Anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Simulasi Game Di SMA 1 Bae Kudus.. Bimbingan

Langkah- langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data pada karangan antara lain (1) membaca karangan siswa, (2) mengidentifikasi data, (3) mengelompokkan kesalahan afiksasi,

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah daun seledri pada media tanam tanah entisol yang terpapar pupuk limbah cair nanas satu kali maupun dua kali tidak terdapat