Organisasi Rumah Sakit
DEFINISI
• RS ad pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan, serta penelitian
diselenggarakan (Association of Hospital Care, 1947)
• RS ad tempat dimana OS mencari dan
menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa,
perawat dan berbagai tenaga kesehatan lainnya diselenggarakan (Wolfer dan Pena, 1987)
• RS ad suatu organisasi yg melalui tenaga
medis profesional yg terorganisir serta sarana kedokteran yg permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yg berkesinabungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yg diderita oleh pasien (American
Hospital Association, 1974)
• RS ad institusi pelayanan kesehatan yg menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yg menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.(Permenkes 147/2010).
Dari definisi2 ini Fungsi RS pada dasarnya ad: 1. Pelayanan kesehatan
2. Pendidikan 3. Penelitian
Sedang tujuan RS
- RS untuk tujuan sosial (Charity)
- RS untuk tujuan profit (property hospital) - RS pemerintah.
Organisasi Rumah Sakit
• Organisasi rumah sakit mempunyai
bentuk yang unik, yang berbeda dengan
organisasi lain pada umumnya.
• Rumah sakit mempunyai kekhususan
yang lahir dari adanya hubungan yang
terjadi antara Medical Staff ( kelompok
dokter) dan Administrator atau CEO
( manajemen) serta Governing Body
(Dewan Penyantun)
Struktur organisasi RS
SO RS di Amerika, pada umumnya
dibedakan 3 kelompok:
1. Dewan Penyantun (board of trustees)
pemilik RS menentukan kebijakan RS
2. Administrator : ditunjukan oleh DP untuk
mengelola manajemen RS.
3. Tenaga medis (medical staff) :
Dewan penyantun
• Penanggung jawab tertinggi atas seluruh kegiatan RS.
• Menentukan kebijaksanaan umum RS
• Anggota2 : tokoh2 masyarakat, pengusaha terkemuka. Dapat juga mewakili pemilik RS
• Kewenangan dan kewajiban agar RS berjalan baik secara efektif dan efisien sesuai dengan kehendak atau tujuan yang dikehendaki pemilik RS.
• Menunjuk seorang CEO untuk menjalankan manajemen RS. (direktur RS)
• Dokter dalam kaitannya sebagai profesional tidak tepat jika ditempatkan secara hirarki
piramidal dalam struktur organisasi rumah sakit, namun mereka mempunyai sendiri strukturnya dalam Medical Staff Organization.
• Secara klasik di Amerika struktur organisasi rumah sakit memang khas sebagai splitting
organization dengan tiga pusat kekuasaan /
kekuatan yaitu Governing Body sebagai wakil pemilik, Administrator dan Medical Staff yang langsung mendapat otoritasnya dari Governing
• Oleh karena itu rumah sakit memang
merupakan sebuah organisasi yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi akibat adanya
hubungan-hubungan tersebut, dimana otoritas formal yang direpresentasikan oleh
Administrator atau CEO ( manajemen) harus
mengakomodasi otoritas keilmuan dan keahlian yang dimiliki oleh kelompok dokter, dimana
secara historis mereka memegang peran yang sangat besar dalam organisasi rumah sakit dan mendapatkan otoritasnya dari Governing Body.
• Untuk menjaga agar hubungan ketiganya
berjalan harmonis, maka sejak lama di
Amerika telah mengaturnya dalam
Hospital bylaws masing-masing rumah
sakit yang pada prinsipnya menetapkan
dan mengatur tentang tugas, kewenangan,
hubungan funsional dan hubungan
tanggung jawab antara Governing Body,
Admistrator ( CEO) dan Medical Staff di
• Dasar hukum kekuasaan Governing Body didapat
karena mereka mewakili pemilik ( yang adalah badan hukum) dalam membina dan mengawasi pengoperasian rumah sakit.
• Administrator atau CEO mendapatkan wewenang formal dari Governing Body untuk menjalankan manajemen
rumah sakit sebagai institusi, sedangkan kekuatan dan pengaruh Medical Staff mempunyai latar belakang
historis, sosial, serta berdasarkan pada kompetensi
akademis dan teknik yang melekat pada pelaku profesi itu. Sebagian dari pengaruh mereka juga bersumber dari konsumen karena kompetensi profesional mereka
dibutuhkan oleh masyarakat.
• Dari uraian diatas tergambarlah bahwa kewenangan dan tanggung jawab moral dan hukum yang tertinggi ada
• Di Indonesia, struktur organisasi rumah sakitnya secara sepintas mempunyai gambaran yang
menyerupai itu, yaitu dengan adanya Komite Medik sebagai Organisasi Staf Medik yang dapat langsung bertanggung jawab kepada pemilik.
• Pertanyaan yang muncul kemudian adalah
apakah susunan unsur-unsur utama di rumah sakit yang ada di Amerika itu sama dengan kenyataan di rumah sakit Indonesia?
Di Indonesia telah pula dirumuskan, yaitu menurut Pedoman Peraturan Internal Rumah sakit dari Dirjen Pelayanan Medik maka pada umumnya tanggung jawab atau tugas Govering Body
adalah:
• Menetapkan tujuan rumah sakit
• Mengawasi mutu pelayanan rumah sakit • Mengawasi keterjangkauan pelayanan • Meningkatkan peran masyarakat
Perbandingan organisasi
• Istilah Governing Body sendiri di Indonesia telah dicantumkan secara formal pada Pedoman
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital
bylaws) oleh Direktorat Jendral Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan th 2002, pada Bab II.
• Dengan perbandingan ini dicoba untuk dikaji ada atau tidaknya analogi antara Governing
Body dalam organisasi rumah sakit di Amerika
dengan rumah sakit milik pemerintah dan rumah sakit swasta di Indonesia. Menurut Samsi
RS milik pemerintah
1. RS Pemerintah bukan BLU.
• Awalnya, di RS Pemerintah tidak mengenal adanya badan internal diatas
• Direktur RS yang kira-kira dapat disamakan dengan
Governing Body.
• Direktur/Kepala RS langsung bertanggung jawab kepada pejabat di eselon lebih tinggi di atas organisasi RS
dalam jajaran birokrasi yang berwenang mengangkat dan memberhentikannya.
• Kep MenKes 983/MENKES/SK/XI/1992 tentang
Pedoman Organisasi RSU pada pasal 46, menetapkan tentang Dewan Penyantun, dengan penjelasan sebagai berikut:
• Dewan Penyantun adalah Kelompok
Pengarah/Penasihat yang keanggotaannya
terdiri dari unsur pemilik RS, unsur pemerintah, dan tokoh masyarakat.
• Dewan Penyantun mengarahkan Direktur dalam melaksanakan Misi RS dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
• Dewan Penyantun dapat dibentuk pada RS yang ditentukan sebagai unit swadana.
• Dewan Penyantun ditetapkan oleh pemilik RS untuk masa kerja 3 tahun.
• Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa Dewan Penyantun disini berperan
sebagai badan Penasehat (Advisory
Board), sehingga tidak dapat disamakan
dengan Governing Body RS di Amerika
yang wewenang dan tanggung jawabnya
jauh lebih besar.
• Disamping itu tidak semua RS Pemerintah
memiliki Dewan Penyantun.
2. RS Pemerintah dengan bentuk BLU.
• Menurut Kep Men Kes No
1243/MENKES/SK/VIII/2005 tentang
penetapan 13eks RS Perusahaan
Jawatan (Perjan) menjadi Unit Pelaksana
Teknis (UPT) DepKes dengan
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum, serta Peraturan
MenKeu No 09/PMK,02/2006 tentang
pembentukan Dewan Pengawas pada
BLU. Tugas dan kewajiban Dewan
• Dewan Pengawas bertugas melaksanakan pengawasan terhadap pengurusan BLU yang dilakukan oleh pejabat pengelola BLU.
• Dewan Pengawas memberi nasihat kepada pengelola BLU dalam melaksanakan kegiatan kepengurusan BLU
• Pengawasan tersebut antara lain menyangkut Rencana Jangka Panjang dan Anggaran,
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah , dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
• Dari rincian di atas, dapat disimpulkan bahwa Dewan Pengawas berfungsi mengawasi dan memberi nasihat, dan bukan governing seperti yang dilakukan Governing Body di rumah sakit di Amerika.
• Jelas juga bahwa fungsi pengawasan lebih
tertuju pada corporate governance, dan sama sekali tidak disinggung tentang pengawasan terhadap clinical governance.
• Malah tidak diterangkan hubungan antara
Dewan Pengawas dengan Staf Medik di RS dan tidak pula disebutkan bahwa Dewan Pengawas seperti halnya Governing Body RS di Amerika adalah penanggung jawab moral dan hukum tertinggi dalam pengoperasian rumah sakit.
3. RS milik BUMN
• RS milik BUMN saat ini kebanyakan
sudah diubah bentuk badan hukumnya
menjadi PT, dan dijadikan anak
perusahaan atau SBU yang dikelola
secara mandiri.
• Pada umumnya manajemen dan struktur
organisasi dari RS sebagai anak
perusahaan atau SBU dari BUMN itu
sudah seperti suatu PT dengan Dewan
Komisaris/ Pengawas dan Direksi.
RS milik swasta
1.
RS milik Perseroan Terbatas (PT)• Ada tiga organ yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab yang berbeda, yaitu Dewan Komisaris, Direksi ,dan Komite Medik. • Namun apakah Dewan Komisaris mempunyai tugas, kewenangan
dan tanggung jawab sama seperti Governing Body di RS Amerika ? • Ada kemungkinan, seperti juga pada Dewan Pengawas pada BLU,
Dewan Komisaris hanya diberi tugas mengawasi dan menasehati Direksi dari aspek Corporate Governance.
• Namun ada beberapa RS Swasta berbentuk PT di Jakarta yang punya badan yang mengacu pada Governing Body seperti di
Amerika. Ada yang menamakan badan tersebut sebagai Steering
2. RS milik Yayasan sesuai dengan UU Yayasan
• Dalam Organisasi Yayasan terdapat tiga organ yang mempunyai tugas, kewenangan dan tanggung jawab yang berbeda, yaitu Pembina, Pengawas, dan
Pengurus, dimana kekuasaan tertinggi ada pada Pembina.
• Yayasan dapat mempunyai badan usaha untuk menunjang pencapaian tujuan Yayasan.
• Anggota Pembina, Pengawas, dan Pengurus dilarang merangkap sebagai anggota Direksi atau bagian dari pengelola badan usahanya.
• Pembina berwenang mengangkat dan memberhentikan anggota Pengawas dan Pengurus.
• Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.
• Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa organ yang paling dekat hubungan
fungsionalnya dengan Direksi rumah sakit sebagai unit pelaksana kegiatan Yayasan, adalah Pengurus Yayasan.
• Oleh karena itu untuk rumah sakit yang
merupakan badan usaha suatu Yayasan, organ yang paling dekat dengan analogi Governing
Struktur informal
• RS ada suatu institusi yg komplex,
terutama RS besar, RS pendidikan, baik
dari segi fisik, segi jumlah departemen
serta jumlah jenis tenaga. Kompleksitas
ini juga tergambar dalam hub masing2
bagian, dan hub sosial antar individu.
• Struktur organisasi (SO) menggambarkan
pembagian pekerjaan, tanggung jawab
• Disain SO dimaksudkan untuk menjawab departementalisasi atau spesialisasi di satu pihak dengan koordinasi atau integrasi di lain pihak.
• Organisasi yang besar banyak departemen lebih sulit koordinasi / integrasi. Harus
dicari SO yg pas manajemen berjalan efektif dan efisien.
• RS spesialisasi terjadi berdasarkan fungsi atau disiplin ilmu misalnya medis, paramedis, perawatan (nursing), teknik (engineering),
• Hub formal antar disiplin atau departemen
dapat dilihat dari SO (organogram),
terlihat hirarki wewenang dari atas ke
bawah.
• SO tidak menggambarkan hal2 yg lebih
detail dan personal. Bila hub yg lebih
personal ini digambarkan dalam bentuk
struktur maka terdapat struktur informal.
• Struktur informal dengan kelompok informal dapat memahami kebutuhan personal atau
individu dan berfungsi sebagai pelengkap atau suplemen dari struktur formal, karena hampir tidak mungkin menyusun struktur formal secara detail.
• Struktur formal kadang2 tidak dapat menunjang perubahan2 yang terjadi terus menerus ada,
walaupun secara pelan2 sehingga tidak terjadi suatu krisis (konflik). Dengan demikian ada dua struktur : formal dan informal yang tidak terlihat namun terasa.
Perencanaan tenaga RS
• Manajemen tenaga kerja berguna untuk
menyediakan personal RS yg efektif dan
produktif bagi RS, yg dpt memberikan
pelayanan bermutu shg dpt memberikan
kepuasan kepada pengguna jasa RS.
• Perencanaan tenaga kerja merupakan
proses memperkirakan secara kuantitatif
dan kualitatif yang diperlukan.
pengertian
• Perencanaan tenaga kerja merupakan
perencanaan yg bertujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan organisasi dalam mencapai
sasarannya melalui strategi
pengembangan konstribusi karyawan di
masa mendatang.
Hal-hal berpengaruh pada
ketenagaan RS
1. Ukuran dan tipe RS
2. Rencana dan pengaturan RS 3. Fasilitas pelayanan kesehatan
4. Jenis dan jumlah perawatan, serta persediaan dan akses pemakaiannya
5. Tipe pelayanan yang ditawarkan 6. Kompleksitas penyakit
7. Usia pasien dan lama hari rawat
8. Kebijaksanaan, prosedur dan sistem personalia.
9. Jenis cuti yg diberikan, seperti melahirkan, sakit, liburan dan tugas belajar
10. Kebutuhan memberikan pelayanan RS dan perawatan 24 jam
11. Ketidakpastian dalam sensus pasien
12. Keterbatasan anggaran, mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan tenaga perawat
13. Waktu yang dihabiskan oleh para personil perawat untuk mengerjakan pekerjaan yang tidak ada hubunganya dengan tugas
14. Turn over (keluar masuk) personil
perawat yang sulit diramalkan
15. Jangkauan pengawasan
16. Program pengembangan personil dan
kegiatan-kegiatan lain dari RS
17. Tingkat kehadiran personil
Informasi yang dibutuhkan RS
• Landasan hukum / kebijakan pengembangan RS dan ketenagaan.
• Berbagai aspek RS : jumlah RS, jumlah TT, BOR, LOS dll.
• Indikator penduduk saat ini dan di masa datang untuk perencanaan
• Tingkat kesehatan penduduk sasaran: penyebab utama morbiditas, mortalitas
• Keadaan sosial ekonomi penduduk demand pelayanan RS.
Langkah-langkah perencanaan
tenaga kesehatan
1. Analisis situasi tenaga kesehatan
2. Analisa penyediaan tenaga di masa mendatang
3. Analisa kebutuhan tenaga kesehatan di masa depan :
a. cara rasio b. cara need
c. cara demand
Penyesuian perhitungan kebutuhan
•
Beberapa aspek perlu diperhatikan:
1. Penyesuaian dengan libur / cuti
2. Produktifitas
3. Pola kedatangan pasien
4. Kualitas pelayanan
Formula menghitung kebutuhan
tenaga
1. Formula lokakarya keperawatan A x 52 x TT x BOR --- + 25 % 41 minggu x 40 jam 2. Formula Gillies A x B x 365
(365 – hari libur x jam kerja/hari) A = rata-rata jam perawatan / hari B = sensus harian rata-rata
3. Formula beban kerja
a x h e = jumlah jam kerja efektif
--- h = waktu untuk melayani pasien b x e
a = jumlah hari setahun (365 hari)
b = jumlah hari buka praktek per tahun c = jumlah jam kerja per hari (7jam) d = jumlah hari kerja efektif
= 365 – (52+10+12+15) = 276 hari Hari minggu (52 hari per tahun)
Hari libur nasional (10 hari per tahun) Cuti ( 12 hari per tahun)
Sakit / izin (15 hari per tahun)
4. Formula Nina
Jumlah perawat yang dibutuhkan = D / 1878
Nina (1990), menggunakan 5 tahap:
Tahap A : jumlah rata2 jam perawatan penderita selama 24 jam Tahap B : jumlah rata2 jam perawatan penderita seluruh RS ( B = A x jumlah TT)
Tahap C: jumlah rata2 jam perawatan seluruh pasien di RS dalam setahun
Tahap D : perkiraan rata2 jam perawatan seluruh ps RS setahun dihubungkan dengan BOR
D = (BOR x C) / 80
1878 = hari kerja efektif / thn = 365 – 52 = 313 hr jam kerja efektif / hari = 8 – 2 = 6 jam