KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PERKEMBANGAN EKONOMI DAN ARAH
KEBIJAKAN FISKAL
TAHUN 2017
Jakarta, 20 April 2016
Disampaikan Oleh Wakil Menteri Keuangan Pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional
POKOK BAHASAN
3.
KEBIJAKAN DAN POSTUR PAGU INDIKATIF 2017
1.
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN TERKINI
2.
TANTANGAN APBN DAN ARAH KEBIJAKAN FISKAL
KE DEPAN
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN
TERKINI
1
1
• Perekonomian AS menunjukkan perbaikan.
• Pertumbuhan PDB AS pada Q4 2015 direvisi menjadi 1% qoq dari rilis sebelumnya 0.7 % qoq.
• Data perekonomian Eropa menunjukkan perkembangan aktivitas ekonomi
yang lebih baik, tercermin dari berlanjutnya peningkatan hasil survei terhadap aktivitas manufaktur dan jasa
• Pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh utang (debt financed growth) meningkatkan kekhawatiran terjadinya Bubble perekonomian.
• Meskipun ada sinyal perbaikan, perekonomian Jepang masih tertahan.
• Bank of Japan (BoJ) menerapkan kebijakan suku bunga negatif untuk mengatasi deflasi.
• Tiga Faktor Risiko yang perlu diwaspadai:
• Perlambatan Perekonomian TiongkokTiongkok menurunkan target pertumbuhannya menjadi 6.5%-7% untuk 2016.
• Kecenderungan harga komoditas yang masih melemah.
• Kenaikan suku bunga The FedMenurut rapat FOMC, kemungkinan kenaikan suku bunga baru akan dinaikkan pada bulan Juni 2016, dilakukan dengan
memperhatikan outlook dan risiko ekonomi global.
• Konsumsi Pemerintah mengalami peningkatan signifikan
seiring dengan penyerapan belanja yang meningkat
• PMTB tumbuh cukup tinggi didukung oleh telah
berjalannya program pembangunan infrastruktur
• Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sedikit lebih rendah
dibandingkan tahun 2014 karena aktivitas ekonomi yang relatif menurun
• Sektor eksternal masih menunjukkan pelemahan
• Harga komoditas mengalami penurunan sehingga mempengaruhi ekspor
• Rendahnya pertumbuhan impor didorong oleh penurunan impor non-migas
5,6 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 4,9 5,0 4,7 4,7 4,7 5,0 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2013 2014 2015 YoY (%) Tahunan (%) 5,6 5,0 4,8
Pertumbuhan PDB Indonesia 2015 mencapai 4,8%
Q2 Titik Balik Pertumbuhan
Komponen Pengeluaran (YoY)
2013 2014 2015 2015
Yearly Yearly Q1 Q2 Q3 Q4 Yearly Kont. (%)
Kons. RT 5.4 5.1 5.0 5.0 5.0 4.9 5.0 56 Kons. LNPRT 8.2 12.4 (8.3) (7.9) 6.4 8.3 (0.6) 1 Kons. Pemerintah 6.9 1.9 2.2 2.3 6.6 7.3 5.4 10 PMTB 5.3 4.1 4.4 3.6 4.6 6.9 5.1 13 Ekspor 4.2 1.0 (0.9) (0.1) (0.7) (6.4) (2.0) 21 Impor 1.9 2.2 (2.3) (6.8) (6.1) (8.1) (5.8) (21) PDB 5.6 5.0 4.7 4.7 4.7 5.0 4.8 Investment 34.6% Household 55.2% Government 8.5% Non Profit 1.1%
Kontribusi Terhadap PDB Tahun 2015
Source: BPS
6 24,5 23,1 23,0 24,9 24,7 27,3 26,7 0,7 1,1 1,8 2,2 2,3 2,53 2,2 0% 1% 2% 3% 20% 21% 22% 23% 24% 25% 26% 27% 28% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Preliminary 2016 Budget
Government Debt to GDP Fiscal surplus / (Deficit) (% of GDP)
Tren Pertumbuhan Positif Investasi Langsung
Defisit APBN yang Sehat dan Terjaga Source: BPS
Tingkat Inflasi yang Terkendali
(IDR tn)
Kondisi Fundamental Ekonomi Makro Nasional Cukup Kuat
4,45 3,5 2,76 9,59 0,0 3,0 6,0 9,0 12,0 15,0 18,0 21,0 Jan-14Apr-14Jul-14Oct-14Jan-15Apr-15Jul-15Oct-15Jan-16 yoy (%) Maret 2016 : CPI 4.45%, Core 3.50%, Adm Price 2.76%; Vol. Food 9.59%
0 50 100 150 200 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 2015 2014 2013 2012 2011 PMA PMDN (20) (10) 0 10 20 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Capital & Financial Account (LHS) Overall Balance (LHS) Current Account (LHS)
Sebagian besar Nilai Tukar terapresiasi kepada USD pada awal 2016
Per 7 April 2016, Sumber: Bloomberg
Nilai tukar Rupiah dan Pasar Saham bergerak
positif
-3,9% -0,5% 0,5% 0,8% 1,3% 1,9% 2,0% 2,3% 4,3% 4,6% 4,8% 6,0% 6,9% 8,8% 10,0% -06% -04% -02% 00% 02% 04% 06% 08% 10% 12% Mexico India China Vietnam South Africa Turkey South Korea Thailand Indonesia Singapore EU Russia Brazil Malaysia Japan -17,3% -15,0% -7,5% -6,3% -5,5% -2,4% -1,7% 0,6% 0,7% 1,9% 4,0% 5,3% 6,0% -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% Japan China Hongkong Australia India Singapore U.K South Korea U.S Malaysia Philippines Thailand IndonesiaPada tahun 2016, Pasar Saham Indonesia
mengalami pemulihan karena sentimen positif terhadap ekonomi Indonesia
YTD 7 April 2016, Sumber: Bloomberg
IHSG per 7 April 2016
Kondisi kesehatan Pasar Obligasi terus terjaga
Yield Curve SUN Denominasi Rupiah
Sumber: Bloomberg
Posisi Kepemilikan Asing SUN Denominasi Rupiah
*Posisi 6 April 2016; Sumber: DJPPR, Bloomberg
• Masih tingginya minat pasar kepada SBN Indonesia. (Bid to Cover Ratio hasil lelang SUN 29 Maret 2016: 1,6)
• Yield pada SBN Denominasi Rupiah pun lebih rendah dibandingkan dengan posisi tutup tahun 2015.
• Hal ini mengindikasikan bahwa adanya sentimen positif dari investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia.
Rp. Tn
Aliran modal masuk
6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10
1Y2Y3Y4Y5Y6Y7Y8Y9Y10Y 15Y 20Y 30Y 31-Dec-15 1-Sep-15 7-Mar-16 13% 19% 31% 38% 39% 77% 12% 82% 14% 43% 21% 10% 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 700,00 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
Ost. Kepem. Asing % Kepem. Asing
137,70 97,17 53,43 42,60 -22,59 5,44 180,30 74,58 58,87 30/12/2014 30/12/2015 06/04/2016 Bond Stock Total
Uraian
2014 2015 2016 2017
Realisasi Realisasi APBN Realisasi
(Maret) Pagu Indikatif
Pertumbuhan Ekonomi 5,0 4,8 5,3 - 5,5 - 5,9
%, yoy
Inflasi %, yoy 8,4 3,35 4,7 4,45 4,0±1
%, ytd 0,62
Nilai Tukar eop 12.440
11.878
13.795
13.900
13.276
13.700 – 14.200
Rupiah per US$, rata rata Ytd
13.392 13.527
Suku Bunga SPN 3 Bulanan 5,8 5,97 5,5 5,9 5,5 – 6,5
(% rata rata)
ICP 97 49,2 50 30.2 35 - 45
(USD per barel)
Lifting
Minyak Bumi
793,5 777,6 830 785,2* 740 - 750
(ribu barel per hari)
Gas 1.224 1.195 1.155 1234,6* 1.050 – 1.150 (ribu barel setara minyak/hari)
* Realisasi Periode Desember 2015 - Februari 2016
TANTANGAN APBN DAN ARAH
KEBIJAKAN FISKAL KE DEPAN
1
2
TANTANGAN FISKAL KE DEPAN
Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
dan semakin berkeadilan
Optimalisasi Penerimaan Kualitas Belanja Kesinambungan Pembiayaan
Reformasi Penganggaran
JANGKA PANJANGMenjaga Daya Beli Masyarakat
Meningkatkan Iklim Investasi yang Kondusif
Stimulus Fiskal
JANGKA PENDEK REFORMASI STRUKTURAL KETIDAKPASTIAN PEREKONOMIAN GLOBAL TANTANGAN PEREKONOMIAN KE DEPAN :ARAH KEBIJAKAN FISKAL
JANGKA MENENGAH 2017—2020
• Rasio utang pemerintah dijaga pada batas
aman pada kisaran 27—28% PDB;
• Optimalisasi potensi pendanaan utang dari sumber dalam negeri.
• Memilih sumber utang yang lebih sesuai dengan kebutuhan, dengan biaya yang minimal dan risiko terkendali.
• Melanjutkan dukungan terhadap
pembangunan infrastruktur dan program sejuta rumah.
Pembiayaan
Anggaran
Defisit
Anggaran
• Defisit Anggaran dikendalikan menuju ke 1,5% PDB.
• Keseimbangan primer menuju positif dalam jangka menengah.
• Melanjutkan kebijakan fiskal ekspansi dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal.
• Defisit Anggaran dikendalikan pada kisaran 2,3-2,6% PDB.
• kebijakan fiskal ekspansi dalam rangka memberikan stimulus bagi perekonomian
Jangka Menengah 2018—2020 2017
• Mendukung pembangunan infrastrukturPMN dan BLU Lembaga Manajemen Aset Negara • Mendukung program sejuta
rumahBLU PPDPP
• Menyediakan pembiayaan untuk BPJS melalui PMN
ARAH KEBIJAKAN FISKAL
JANGKA MENENGAH 2017—2020
• Alokasi belanja negara pada kisaran 13,8—15,4% PDB.
• Mendukung pendanaan penyelenggaraan pemerintahan dan program-program prioritas nasional (infrastruktur, pendidikan, kesehatan, hankam, dll). • Mempertahankan kebijakan subsidi yang
tepat sasaran.
• Mengarahkan DAK untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah yang sejalan dengan prioritas nasional.
Belanja
Negara
Pendapatan
Negara
•Tax ratio (definisi luas) diarahkan
semakin meningkat;
•Kebijakan perpajakan untuk
mengendalikan konsumsi dan barang yang bersifat eksternalitas negatif. •menyempurnakan administrasi
pengelolaan PNBP agar lebih optimal dan berbasis IT
• Tax ratio (definisi luas) diarahkan
untuk optimal;
• Memperluas Tax base;
• Meningkatkan kepatuhan WP melalui
law enforcement
• Optimalisasi sumber PNBP lainnya (SDA Nonmigas dan Laba BUMN).
Jangka Menengah 2018-2020 2017
1. Mendukung pembangunan di bidang infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, terutama di daerah perbatasan.
2. Melanjutkan efisiensi belanja operasional, penajaman belanja non operasional, serta modal non infrastruktur di K/L.
3. Pengalokasian subsidi yang tepat sasaran. 4. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
kenaikannya lebih besar dari kenaikan Belanja K/L.
5. Pengalokasian DAK untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
KEBIJAKAN DAN POSTUR PAGU
INDIKATIF 2017
1
3
ARAHAN PRESIDEN
Prioritas dalam 5 tahun kedepan :
deregulasi, dan
percepatan pembangunan infrastruktur
Salah satu reform yang ditekankan adalah reformasi anggaran
Rancangan anggaran yang dirumuskan tidak selalu bagi rata
Anggaran yang disusun harus fokus pada program prioritas yang
telah ditentukan dan bermanfaat besar bagi rakyat
Prinsip money follow function, money follow organization harus mulai
ditinggalkan, menjadi
money follow programme
Kementerian dalam menyusun rencana anggaran menghilangkan
kata-kata yang tidak jelas, yang absurd
Lebih memperbesar belanja modal dan melakukan efisiensi pada
belanja barang
Seluruh Kementerian/Lembaga memberikan perhatian pada Papua,
NTT, kawasan perbatasan, pulau-pulau terdepan, terutama dalam
hal pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya
Mengoptimalkan penerapan kebijakan pajak sebelumnya.
Meningkatkan kepatuhan WP
melalui law enforcement
(pemeriksaan dan penyidikan)
Ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan.
Pokok-Pokok Kebijakan Penerimaan Perpajakan 2017
Penerimaan Perpajakan dalam Pagu Indikatif 2017
diperkirakan meningkat dari
outlook
realisasi 2016,
dengan
tax ratio
mencapai 11-12% ...
Perkembangan Penerimaan Perpajakan 2010—2016 & Proyeksi 2017 0 500 1.000 1.500 2.000 APBN Proyeksi RAPBNP 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Res. Envelope 2017 Pajak Non Migas Kepabeanan & Cukai PPh Migas
Pokok-Pokok Kebijakan PNBP 2017
Mengoptimalkan penerimaan
SDA migas menahan turunnya lifting.
Mengoptimalkan penerimaan
SDA Non Migas pengawasan SDA pertambangan, kehutanan dan perikanan.
Meningkatkan PNBP K/L
optimalisasi IT, penyempurnaan UU, PP, dan KMK terkait PNBP.
PNBP Lainnya dalam Pagu Indikatif 2017 akan meningkat,
namun penerimaan migas tertekan oleh turunnya harga
minyak dunia dan tingkat produksi ...
Perkembangan PNBP 2010—2016 & Proyeksi 2017 79 112 113 106 97 50 50 35 40 0 20 40 60 80 100 120 0 100 200 300 400 APBN Proyeksi RAPBNP 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Res. Envelope 2017
(triliun rupiah) (USD/barel)
Melanjutkan Reformasi Subsidi Energi dan realokasi ke anggaran yang lebih produktif ... (Triliun Rupiah) 104,4 94,6 116,9 223,0 94,6 140,0 255,6 306,5 310,0 341,8 137,8 102,1 78,5 123,0 142,2 154,2 208,3 225,2 266,9 310,9 345,3 375,4 408,5 419,2 30,8 47,2 57,6 67,5 76,3 86,0 114,2 145,5 155,9 177,9 290,3 311,9 10,0 18,7 23,2 26,6 29,3 33,0 41,0 46,6 52,7 67,5 74,3 104,8 20,7 46,9 ,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 400,0 450,0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 APBNP 2015 APBN2016
Subsidi Energi Anggaran Pendidikan Anggaran Infrastruktur Anggaran Kesehatan Dana Desa
- Pemenuhan 20% anggaran
pendidikan dan 5% anggaran kesehatan
- Peningkatan anggaran infrastruktur - Subdidi yang lebih tepat sasaran
Pokok-Pokok Kebijakan
Belanja Pemerintah Pusat 2017
Belanja K/L
Mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur pemerintah a.l gaji ke-13.
Melanjutkan efisiensi dan penajaman belanja non operasional (a.l. pengendalian belanja perjalanan dinas, moratorium gedung).
Melanjutkan dan memperkuat pembangunan infrastruktur dan konektivitas untuk memperbaiki kualitas pembangunan (kereta api, bandara, jalan, jembatan),
kemaritiman dan kelautan, serta pariwisata dan industri.
Mendukung pelaksanaan program prioritas di bidang pendidikan, kesehatan, kedaulatan pangan/energi.
Mendukung penegakan hukum (penanganan perkara) serta stabilitas pertahanan dan keamanan (alutsista dan pencegahan terorisme), politik dan demokrasi.
Belanja Non K/L
Efisiensi pembayaran bunga utang a.l. melalui pemilihan komposisi instrumen utang yang optimal dan melaksanakan transaksi lindung nilai.
Menyediakan cadangan belanja (a.l. risiko fiskal, cadangan ketahanan energi dan cadangan BBM Pemerintah).
Belanja hibah kepada pemda terutama untuk pembangunan infrastruktur (dari
pinjaman/hibah LN, dan pendapatan negara).
Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat
2010—2016 & Proyeksi Kapasitas Fiskal 2017
10,9 26,7 14,4 12,5 5,8 (2,5) 12,9 (1,6) -120,0 -100,0 -80,0 -60,0 -40,0 -20,0 0,0 20,0 0,0 200,0 400,0 600,0 800,0 1.000,0 1.200,0 1.400,0 1.600,0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 APBN Proyeksi2016 RAPBNP 2017 Proyeksi Pagu Indikatif % Triliun Rupiah
Belanja K/L Belanja Non-K/L Pertumbuhan BPP
1,8-5,8
Pokok-Pokok Kebijakan
Subsidi Tahun 2017
• Melanjutkan pemberian subsidi
yang lebih tepat sasaran untuk BBM dan LPG Tabung 3 kg.
• Memperbaiki mekanisme penyaluran dan akurasi data
penerima subsidi listrik yang lebih tepat sasaran.
• Melanjutkan pemberian subsidi untuk pelanggan rumah tangga miskin dan rentan dengan daya 900 VA .
• Mengembangkan energi baru dan terbarukan
• Meningkatkan ketepatan penyaluran subsidi pangan
(raskin) kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui perbaikan mekanisme penyaluran dan
peningkatan akurasi data penerima;
• Melaksanakan secara bertahap mekanisme subsidi pupuk melalui subsidi langsung kepada petani;
• Melanjutkan dukungan bagi pelaksanaan Program Satu Juta Rumah bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR).
Kebijakan Subsidi
Non- Energi
Kebijakan
Subsidi Energi
Pokok-Pokok Kebijakan
Transfer ke Daerah & Dana Desa 2017
Transfer ke Daerah
Dana Desa
• Meningkatkan alokasi DAK melalui
pengalihan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan di K/L yang telah menjadi kewenangan daerah.
• Memperkuat sistem pengalokasian DAK
fisik berdasarkan kebutuhan daerah
(proposal based).
• Meningkatkan kualitas penganggaran dan
penyaluran DBH dan penguatan DAU sebagai instrumen equalization grant.
• Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dana otsus Provinsi Papua, Papua Barat, dan
Provinsi Aceh, serta Dana Keistimewaan DIY.
• Meningkatkan alokasi DID untuk
memberikan penghargaan kepada daerah yang memiliki kinerja baik.
•
Meningkatkan alokasi Dana Desa
2017 sehingga secara bertahap
mencapai 10 persen dari dan di
luar transfer ke daerah.
•
Mendorong peningkatan kualitas
Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2017
... Meningkat lebih tinggi dari Belanja K/L
332,9 417,6 489,4 582,9 577,2 724,7 748,6 773,5790,2 344,7 411,3 480,6 513,3 573,7 623 758,1 750,3780,9 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Perbandingan
Belanja K/L dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2010 - 2017 (dalam triliun rupiah)
Belanja K/L Transfer ke Daerah dan Dana Desa
2010-2015: Realisasi 2016 : Proyeksi RAPBNP
Perkembangan Dana Transfer Ke Daerah 2010-2016 & Proyeksi 2017 19,3% 16,9% 6,8% 11,8% 8,6% 23,6% 21,7% 1,3% 0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0 700,0 800,0 900,0 2010 LKPP 2011 LKPP 2012 LKPP 2013 LKPP 2014 LKPP 2015 Real 31 Des 2016 APBN 2016 Proyeksi RAPBNP 2017 Pagu Indikatif
Transfer ke Daerah Dana Desa Pertumbuhan
753,5 - 770,2 770,3 - 800,9
Pokok-Pokok Kebijakan
Pembiayaan Anggaran 2017
Mengendalikan rasio utang pemerintahdalam batas yang aman.
Mendukung pendanaan dalam rangka
penyediaan tanah bagi pembangunan infrastruktur BLU Lembaga Manajemen Aset Negara.
Menampung kebutuhan untuk BLU PPDPP
(FLPP) dalam rangka program sejuta
rumah.
Menyediakan pembiayaan untuk cadangan
BPJS.
Mendukung peningkatan kapasitas Dana
Pengembangan Pendidikan Nasional
terutama untuk meningkatkan akses
terhadap pendidikan tinggi.
Memprioritaskan skema Kerjasama
Pemerintah Swasta (KPS) untuk mendukung pembangunan infrastruktur.
Perkembangan Pembiayaan Anggaran 2010-2016 & Proyeksi 2017 0,73 1,14 1,86 2,33 2,15 2,15 0,73 1,14 1,86 2,33 2,15 2,53 2,60 2,30 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 (100,0) (50,0) 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 400,0 450,0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Realisasi Sementara 2016 APBN 2016 Proyeksi RAPBNP 2017 Pagu Indikatif Persen Triliun Rp Nonutang Utang % Defisit Anggaran thd PDB (RHS) 2,60
LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT
1
4
LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT
1. Pagu Indikatif Tahun 2017 akan segera ditetapkan, dan menjadi
bahan dalam Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) antara
Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas dan K/L.
2. Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM
& PPKF) 2017 akan disampaikan kepada DPR RI selambatnya 20
Mei 2016, guna dilakukan pembahasan dalam Pembicaraan
Pendahuluan.
3. Dalam Pembicaraan Pendahuluan & Pembahasan KEM & PPKF
2017, K/L diharapkan mempersiapkan dengan baik, khususnya saat
melakukan pembahasan rencana kerja K/L bersama Komisi mitra
kerjanya.
4. Rencana Kerja K/L harus sejalan dengan arahan Presiden, serta
dengan memperhatikan prioritas pembangunan dan tugas
masing-masing K/L untuk mencapai sasaran pembangunan Tahun 2017.
5. Dalam hal terdapat usulan tambahan anggaran K/L, seyogyanya
dilakukan satu pintu melalui Pemerintah (c.q. Kementerian
Keuangan dan Bappenas)
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM PERTEMUAN TIGA PIHAK
1. Melanjutkan kebijakan efisiensi belanja operasional, perjalanan
dinas, rapat/konsinyering, dan belanja kurang produktif lainnya
(termasuk pengadaan kendaraan dinas dan pembangunan gedung
kantor).
2. Melakukan penataan dan penyempurnaan informasi kinerja
(output, outcome dan indikator kinerja) dalam Renja K/L dan
RKA-K/L.
3. Melakukan penataan nomenklatur (mata anggaran) sejalan dengan
penyempurnaan informasi kinerja.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA