• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN EKONOMI DAN ARAH KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2017"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN EKONOMI DAN ARAH

KEBIJAKAN FISKAL

TAHUN 2017

Jakarta, 20 April 2016

Disampaikan Oleh Wakil Menteri Keuangan Pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional

(2)

POKOK BAHASAN

3.

KEBIJAKAN DAN POSTUR PAGU INDIKATIF 2017

1.

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN TERKINI

2.

TANTANGAN APBN DAN ARAH KEBIJAKAN FISKAL

KE DEPAN

(3)

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN

TERKINI

1

1

(4)

Perekonomian AS menunjukkan perbaikan.

• Pertumbuhan PDB AS pada Q4 2015 direvisi menjadi 1% qoq dari rilis sebelumnya 0.7 % qoq.

Data perekonomian Eropa menunjukkan perkembangan aktivitas ekonomi

yang lebih baik, tercermin dari berlanjutnya peningkatan hasil survei terhadap aktivitas manufaktur dan jasa

Pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh utang (debt financed growth) meningkatkan kekhawatiran terjadinya Bubble perekonomian.

Meskipun ada sinyal perbaikan, perekonomian Jepang masih tertahan.

• Bank of Japan (BoJ) menerapkan kebijakan suku bunga negatif untuk mengatasi deflasi.

Tiga Faktor Risiko yang perlu diwaspadai:

• Perlambatan Perekonomian TiongkokTiongkok menurunkan target pertumbuhannya menjadi 6.5%-7% untuk 2016.

• Kecenderungan harga komoditas yang masih melemah.

• Kenaikan suku bunga The FedMenurut rapat FOMC, kemungkinan kenaikan suku bunga baru akan dinaikkan pada bulan Juni 2016, dilakukan dengan

memperhatikan outlook dan risiko ekonomi global.

(5)

Konsumsi Pemerintah mengalami peningkatan signifikan

seiring dengan penyerapan belanja yang meningkat

PMTB tumbuh cukup tinggi didukung oleh telah

berjalannya program pembangunan infrastruktur

Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sedikit lebih rendah

dibandingkan tahun 2014 karena aktivitas ekonomi yang relatif menurun

Sektor eksternal masih menunjukkan pelemahan

• Harga komoditas mengalami penurunan sehingga mempengaruhi ekspor

• Rendahnya pertumbuhan impor didorong oleh penurunan impor non-migas

5,6 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 4,9 5,0 4,7 4,7 4,7 5,0 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2013 2014 2015 YoY (%) Tahunan (%) 5,6 5,0 4,8

Pertumbuhan PDB Indonesia 2015 mencapai 4,8%

Q2 Titik Balik Pertumbuhan

Komponen Pengeluaran (YoY)

2013 2014 2015 2015

Yearly Yearly Q1 Q2 Q3 Q4 Yearly Kont. (%)

Kons. RT 5.4 5.1 5.0 5.0 5.0 4.9 5.0 56 Kons. LNPRT 8.2 12.4 (8.3) (7.9) 6.4 8.3 (0.6) 1 Kons. Pemerintah 6.9 1.9 2.2 2.3 6.6 7.3 5.4 10 PMTB 5.3 4.1 4.4 3.6 4.6 6.9 5.1 13 Ekspor 4.2 1.0 (0.9) (0.1) (0.7) (6.4) (2.0) 21 Impor 1.9 2.2 (2.3) (6.8) (6.1) (8.1) (5.8) (21) PDB 5.6 5.0 4.7 4.7 4.7 5.0 4.8 Investment 34.6% Household 55.2% Government 8.5% Non Profit 1.1%

Kontribusi Terhadap PDB Tahun 2015

Source: BPS

(6)

6 24,5 23,1 23,0 24,9 24,7 27,3 26,7 0,7 1,1 1,8 2,2 2,3 2,53 2,2 0% 1% 2% 3% 20% 21% 22% 23% 24% 25% 26% 27% 28% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Preliminary 2016 Budget

Government Debt to GDP Fiscal surplus / (Deficit) (% of GDP)

Tren Pertumbuhan Positif Investasi Langsung

Defisit APBN yang Sehat dan Terjaga Source: BPS

Tingkat Inflasi yang Terkendali

(IDR tn)

Kondisi Fundamental Ekonomi Makro Nasional Cukup Kuat

4,45 3,5 2,76 9,59 0,0 3,0 6,0 9,0 12,0 15,0 18,0 21,0 Jan-14Apr-14Jul-14Oct-14Jan-15Apr-15Jul-15Oct-15Jan-16 yoy (%) Maret 2016 : CPI 4.45%, Core 3.50%, Adm Price 2.76%; Vol. Food 9.59%

0 50 100 150 200 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 2015 2014 2013 2012 2011 PMA PMDN (20) (10) 0 10 20 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Capital & Financial Account (LHS) Overall Balance (LHS) Current Account (LHS)

(7)

Sebagian besar Nilai Tukar terapresiasi kepada USD pada awal 2016

Per 7 April 2016, Sumber: Bloomberg

Nilai tukar Rupiah dan Pasar Saham bergerak

positif

-3,9% -0,5% 0,5% 0,8% 1,3% 1,9% 2,0% 2,3% 4,3% 4,6% 4,8% 6,0% 6,9% 8,8% 10,0% -06% -04% -02% 00% 02% 04% 06% 08% 10% 12% Mexico India China Vietnam South Africa Turkey South Korea Thailand Indonesia Singapore EU Russia Brazil Malaysia Japan -17,3% -15,0% -7,5% -6,3% -5,5% -2,4% -1,7% 0,6% 0,7% 1,9% 4,0% 5,3% 6,0% -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% Japan China Hongkong Australia India Singapore U.K South Korea U.S Malaysia Philippines Thailand Indonesia

Pada tahun 2016, Pasar Saham Indonesia

mengalami pemulihan karena sentimen positif terhadap ekonomi Indonesia

YTD 7 April 2016, Sumber: Bloomberg

IHSG per 7 April 2016

(8)

Kondisi kesehatan Pasar Obligasi terus terjaga

Yield Curve SUN Denominasi Rupiah

Sumber: Bloomberg

Posisi Kepemilikan Asing SUN Denominasi Rupiah

*Posisi 6 April 2016; Sumber: DJPPR, Bloomberg

• Masih tingginya minat pasar kepada SBN Indonesia. (Bid to Cover Ratio hasil lelang SUN 29 Maret 2016: 1,6)

• Yield pada SBN Denominasi Rupiah pun lebih rendah dibandingkan dengan posisi tutup tahun 2015.

• Hal ini mengindikasikan bahwa adanya sentimen positif dari investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

Rp. Tn

Aliran modal masuk

6 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9,5 10

1Y2Y3Y4Y5Y6Y7Y8Y9Y10Y 15Y 20Y 30Y 31-Dec-15 1-Sep-15 7-Mar-16 13% 19% 31% 38% 39% 77% 12% 82% 14% 43% 21% 10% 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 700,00 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

Ost. Kepem. Asing % Kepem. Asing

137,70 97,17 53,43 42,60 -22,59 5,44 180,30 74,58 58,87 30/12/2014 30/12/2015 06/04/2016 Bond Stock Total

(9)

Uraian

2014 2015 2016 2017

Realisasi Realisasi APBN Realisasi

(Maret) Pagu Indikatif

Pertumbuhan Ekonomi 5,0 4,8 5,3 - 5,5 - 5,9

%, yoy

Inflasi %, yoy 8,4 3,35 4,7 4,45 4,0±1

%, ytd 0,62

Nilai Tukar eop 12.440

11.878

13.795

13.900

13.276

13.700 – 14.200

Rupiah per US$, rata rata Ytd

13.392 13.527

Suku Bunga SPN 3 Bulanan 5,8 5,97 5,5 5,9 5,5 – 6,5

(% rata rata)

ICP 97 49,2 50 30.2 35 - 45

(USD per barel)

Lifting

Minyak Bumi

793,5 777,6 830 785,2* 740 - 750

(ribu barel per hari)

Gas 1.224 1.195 1.155 1234,6* 1.050 – 1.150 (ribu barel setara minyak/hari)

* Realisasi Periode Desember 2015 - Februari 2016

(10)

TANTANGAN APBN DAN ARAH

KEBIJAKAN FISKAL KE DEPAN

1

2

(11)

TANTANGAN FISKAL KE DEPAN

Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

dan semakin berkeadilan

Optimalisasi Penerimaan Kualitas Belanja Kesinambungan Pembiayaan

Reformasi Penganggaran

JANGKA PANJANG

Menjaga Daya Beli Masyarakat

Meningkatkan Iklim Investasi yang Kondusif

Stimulus Fiskal

JANGKA PENDEK REFORMASI STRUKTURAL KETIDAKPASTIAN PEREKONOMIAN GLOBAL TANTANGAN PEREKONOMIAN KE DEPAN :

(12)

ARAH KEBIJAKAN FISKAL

JANGKA MENENGAH 2017—2020

Rasio utang pemerintah dijaga pada batas

aman pada kisaran 27—28% PDB;

• Optimalisasi potensi pendanaan utang dari sumber dalam negeri.

• Memilih sumber utang yang lebih sesuai dengan kebutuhan, dengan biaya yang minimal dan risiko terkendali.

• Melanjutkan dukungan terhadap

pembangunan infrastruktur dan program sejuta rumah.

Pembiayaan

Anggaran

Defisit

Anggaran

• Defisit Anggaran dikendalikan menuju ke 1,5% PDB.

• Keseimbangan primer menuju positif dalam jangka menengah.

• Melanjutkan kebijakan fiskal ekspansi dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal.

• Defisit Anggaran dikendalikan pada kisaran 2,3-2,6% PDB.

• kebijakan fiskal ekspansi dalam rangka memberikan stimulus bagi perekonomian

Jangka Menengah 2018—2020 2017

• Mendukung pembangunan infrastrukturPMN dan BLU Lembaga Manajemen Aset Negara • Mendukung program sejuta

rumahBLU PPDPP

• Menyediakan pembiayaan untuk BPJS melalui PMN

(13)

ARAH KEBIJAKAN FISKAL

JANGKA MENENGAH 2017—2020

• Alokasi belanja negara pada kisaran 13,8—15,4% PDB.

• Mendukung pendanaan penyelenggaraan pemerintahan dan program-program prioritas nasional (infrastruktur, pendidikan, kesehatan, hankam, dll). • Mempertahankan kebijakan subsidi yang

tepat sasaran.

• Mengarahkan DAK untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah yang sejalan dengan prioritas nasional.

Belanja

Negara

Pendapatan

Negara

Tax ratio (definisi luas) diarahkan

semakin meningkat;

•Kebijakan perpajakan untuk

mengendalikan konsumsi dan barang yang bersifat eksternalitas negatif. •menyempurnakan administrasi

pengelolaan PNBP agar lebih optimal dan berbasis IT

Tax ratio (definisi luas) diarahkan

untuk optimal;

Memperluas Tax base;

• Meningkatkan kepatuhan WP melalui

law enforcement

• Optimalisasi sumber PNBP lainnya (SDA Nonmigas dan Laba BUMN).

Jangka Menengah 2018-2020 2017

1. Mendukung pembangunan di bidang infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, terutama di daerah perbatasan.

2. Melanjutkan efisiensi belanja operasional, penajaman belanja non operasional, serta modal non infrastruktur di K/L.

3. Pengalokasian subsidi yang tepat sasaran. 4. Transfer ke Daerah dan Dana Desa

kenaikannya lebih besar dari kenaikan Belanja K/L.

5. Pengalokasian DAK untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

(14)

KEBIJAKAN DAN POSTUR PAGU

INDIKATIF 2017

1

3

(15)

ARAHAN PRESIDEN

Prioritas dalam 5 tahun kedepan :

deregulasi, dan

percepatan pembangunan infrastruktur

Salah satu reform yang ditekankan adalah reformasi anggaran

Rancangan anggaran yang dirumuskan tidak selalu bagi rata

Anggaran yang disusun harus fokus pada program prioritas yang

telah ditentukan dan bermanfaat besar bagi rakyat

Prinsip money follow function, money follow organization harus mulai

ditinggalkan, menjadi

money follow programme

Kementerian dalam menyusun rencana anggaran menghilangkan

kata-kata yang tidak jelas, yang absurd

Lebih memperbesar belanja modal dan melakukan efisiensi pada

belanja barang

Seluruh Kementerian/Lembaga memberikan perhatian pada Papua,

NTT, kawasan perbatasan, pulau-pulau terdepan, terutama dalam

hal pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya

(16)

 Mengoptimalkan penerapan kebijakan pajak sebelumnya.

 Meningkatkan kepatuhan WP

melalui law enforcement

(pemeriksaan dan penyidikan)

 Ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan.

Pokok-Pokok Kebijakan Penerimaan Perpajakan 2017

Penerimaan Perpajakan dalam Pagu Indikatif 2017

diperkirakan meningkat dari

outlook

realisasi 2016,

dengan

tax ratio

mencapai 11-12% ...

Perkembangan Penerimaan Perpajakan 2010—2016 & Proyeksi 2017 0 500 1.000 1.500 2.000 APBN Proyeksi RAPBNP 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Res. Envelope 2017 Pajak Non Migas Kepabeanan & Cukai PPh Migas

(17)

Pokok-Pokok Kebijakan PNBP 2017

 Mengoptimalkan penerimaan

SDA migas  menahan turunnya lifting.

 Mengoptimalkan penerimaan

SDA Non Migas  pengawasan SDA pertambangan, kehutanan dan perikanan.

 Meningkatkan PNBP K/L 

optimalisasi IT, penyempurnaan UU, PP, dan KMK terkait PNBP.

PNBP Lainnya dalam Pagu Indikatif 2017 akan meningkat,

namun penerimaan migas tertekan oleh turunnya harga

minyak dunia dan tingkat produksi ...

Perkembangan PNBP 2010—2016 & Proyeksi 2017 79 112 113 106 97 50 50 35 40 0 20 40 60 80 100 120 0 100 200 300 400 APBN Proyeksi RAPBNP 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Res. Envelope 2017

(triliun rupiah) (USD/barel)

(18)

Melanjutkan Reformasi Subsidi Energi dan realokasi ke anggaran yang lebih produktif ... (Triliun Rupiah) 104,4 94,6 116,9 223,0 94,6 140,0 255,6 306,5 310,0 341,8 137,8 102,1 78,5 123,0 142,2 154,2 208,3 225,2 266,9 310,9 345,3 375,4 408,5 419,2 30,8 47,2 57,6 67,5 76,3 86,0 114,2 145,5 155,9 177,9 290,3 311,9 10,0 18,7 23,2 26,6 29,3 33,0 41,0 46,6 52,7 67,5 74,3 104,8 20,7 46,9 ,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 400,0 450,0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 APBNP 2015 APBN2016

Subsidi Energi Anggaran Pendidikan Anggaran Infrastruktur Anggaran Kesehatan Dana Desa

- Pemenuhan 20% anggaran

pendidikan dan 5% anggaran kesehatan

- Peningkatan anggaran infrastruktur - Subdidi yang lebih tepat sasaran

(19)

Pokok-Pokok Kebijakan

Belanja Pemerintah Pusat 2017

Belanja K/L

 Mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur pemerintah  a.l gaji ke-13.

 Melanjutkan efisiensi dan penajaman belanja non operasional (a.l. pengendalian belanja perjalanan dinas, moratorium gedung).

 Melanjutkan dan memperkuat pembangunan infrastruktur dan konektivitas untuk memperbaiki kualitas pembangunan (kereta api, bandara, jalan, jembatan),

kemaritiman dan kelautan, serta pariwisata dan industri.

 Mendukung pelaksanaan program prioritas di bidang pendidikan, kesehatan, kedaulatan pangan/energi.

 Mendukung penegakan hukum (penanganan perkara) serta stabilitas pertahanan dan keamanan (alutsista dan pencegahan terorisme), politik dan demokrasi.

Belanja Non K/L

 Efisiensi pembayaran bunga utang  a.l. melalui pemilihan komposisi instrumen utang yang optimal dan melaksanakan transaksi lindung nilai.

 Menyediakan cadangan belanja (a.l. risiko fiskal, cadangan ketahanan energi dan cadangan BBM Pemerintah).

 Belanja hibah kepada pemda terutama untuk pembangunan infrastruktur (dari

pinjaman/hibah LN, dan pendapatan negara).

(20)

Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat

2010—2016 & Proyeksi Kapasitas Fiskal 2017

10,9 26,7 14,4 12,5 5,8 (2,5) 12,9 (1,6) -120,0 -100,0 -80,0 -60,0 -40,0 -20,0 0,0 20,0 0,0 200,0 400,0 600,0 800,0 1.000,0 1.200,0 1.400,0 1.600,0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 APBN Proyeksi2016 RAPBNP 2017 Proyeksi Pagu Indikatif % Triliun Rupiah

Belanja K/L Belanja Non-K/L Pertumbuhan BPP

1,8-5,8

(21)

Pokok-Pokok Kebijakan

Subsidi Tahun 2017

• Melanjutkan pemberian subsidi

yang lebih tepat sasaran untuk BBM dan LPG Tabung 3 kg.

• Memperbaiki mekanisme penyaluran dan akurasi data

penerima subsidi listrik yang lebih tepat sasaran.

• Melanjutkan pemberian subsidi untuk pelanggan rumah tangga miskin dan rentan dengan daya 900 VA .

• Mengembangkan energi baru dan terbarukan

• Meningkatkan ketepatan penyaluran subsidi pangan

(raskin) kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui perbaikan mekanisme penyaluran dan

peningkatan akurasi data penerima;

• Melaksanakan secara bertahap mekanisme subsidi pupuk melalui subsidi langsung kepada petani;

• Melanjutkan dukungan bagi pelaksanaan Program Satu Juta Rumah bagi Masyarakat

Berpenghasilan Rendah (MBR).

Kebijakan Subsidi

Non- Energi

Kebijakan

Subsidi Energi

(22)

Pokok-Pokok Kebijakan

Transfer ke Daerah & Dana Desa 2017

Transfer ke Daerah

Dana Desa

• Meningkatkan alokasi DAK melalui

pengalihan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan di K/L yang telah menjadi kewenangan daerah.

• Memperkuat sistem pengalokasian DAK

fisik berdasarkan kebutuhan daerah

(proposal based).

• Meningkatkan kualitas penganggaran dan

penyaluran DBH dan penguatan DAU sebagai instrumen equalization grant.

• Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dana otsus Provinsi Papua, Papua Barat, dan

Provinsi Aceh, serta Dana Keistimewaan DIY.

• Meningkatkan alokasi DID untuk

memberikan penghargaan kepada daerah yang memiliki kinerja baik.

Meningkatkan alokasi Dana Desa

2017 sehingga secara bertahap

mencapai 10 persen dari dan di

luar transfer ke daerah.

Mendorong peningkatan kualitas

(23)

Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2017

... Meningkat lebih tinggi dari Belanja K/L

332,9 417,6 489,4 582,9 577,2 724,7 748,6 773,5790,2 344,7 411,3 480,6 513,3 573,7 623 758,1 750,3780,9 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Perbandingan

Belanja K/L dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2010 - 2017 (dalam triliun rupiah)

Belanja K/L Transfer ke Daerah dan Dana Desa

2010-2015: Realisasi 2016 : Proyeksi RAPBNP

Perkembangan Dana Transfer Ke Daerah 2010-2016 & Proyeksi 2017 19,3% 16,9% 6,8% 11,8% 8,6% 23,6% 21,7% 1,3% 0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0 700,0 800,0 900,0 2010 LKPP 2011 LKPP 2012 LKPP 2013 LKPP 2014 LKPP 2015 Real 31 Des 2016 APBN 2016 Proyeksi RAPBNP 2017 Pagu Indikatif

Transfer ke Daerah Dana Desa Pertumbuhan

753,5 - 770,2 770,3 - 800,9

(24)

Pokok-Pokok Kebijakan

Pembiayaan Anggaran 2017

 Mengendalikan rasio utang pemerintah

dalam batas yang aman.

 Mendukung pendanaan dalam rangka

penyediaan tanah bagi pembangunan infrastruktur  BLU Lembaga Manajemen Aset Negara.

 Menampung kebutuhan untuk BLU PPDPP

(FLPP)  dalam rangka program sejuta

rumah.

 Menyediakan pembiayaan untuk cadangan

BPJS.

 Mendukung peningkatan kapasitas Dana

Pengembangan Pendidikan Nasional

terutama untuk meningkatkan akses

terhadap pendidikan tinggi.

 Memprioritaskan skema Kerjasama

Pemerintah Swasta (KPS) untuk mendukung pembangunan infrastruktur.

Perkembangan Pembiayaan Anggaran 2010-2016 & Proyeksi 2017 0,73 1,14 1,86 2,33 2,15 2,15 0,73 1,14 1,86 2,33 2,15 2,53 2,60 ​2,30 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 (100,0) (50,0) 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 400,0 450,0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Realisasi Sementara 2016 APBN 2016 Proyeksi RAPBNP 2017 Pagu Indikatif Persen Triliun Rp Nonutang Utang % Defisit Anggaran thd PDB (RHS) 2,60

(25)

LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT

1

4

(26)

LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT

1. Pagu Indikatif Tahun 2017 akan segera ditetapkan, dan menjadi

bahan dalam Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) antara

Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas dan K/L.

2. Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM

& PPKF) 2017 akan disampaikan kepada DPR RI selambatnya 20

Mei 2016, guna dilakukan pembahasan dalam Pembicaraan

Pendahuluan.

3. Dalam Pembicaraan Pendahuluan & Pembahasan KEM & PPKF

2017, K/L diharapkan mempersiapkan dengan baik, khususnya saat

melakukan pembahasan rencana kerja K/L bersama Komisi mitra

kerjanya.

4. Rencana Kerja K/L harus sejalan dengan arahan Presiden, serta

dengan memperhatikan prioritas pembangunan dan tugas

masing-masing K/L untuk mencapai sasaran pembangunan Tahun 2017.

5. Dalam hal terdapat usulan tambahan anggaran K/L, seyogyanya

dilakukan satu pintu melalui Pemerintah (c.q. Kementerian

Keuangan dan Bappenas)

(27)

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

DALAM PERTEMUAN TIGA PIHAK

1. Melanjutkan kebijakan efisiensi belanja operasional, perjalanan

dinas, rapat/konsinyering, dan belanja kurang produktif lainnya

(termasuk pengadaan kendaraan dinas dan pembangunan gedung

kantor).

2. Melakukan penataan dan penyempurnaan informasi kinerja

(output, outcome dan indikator kinerja) dalam Renja K/L dan

RKA-K/L.

3. Melakukan penataan nomenklatur (mata anggaran) sejalan dengan

penyempurnaan informasi kinerja.

(28)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Referensi

Dokumen terkait

JASA UPAH KERJA PEMASANGAN JARINGAN DISTRIBUSI. a Jaringan Tegangan Rendah (

Tabel 5 menunjukkan bahwa kepuasan kerja memediasi hubungan antara kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasi yang dibuktikan dengan diperolehnya nilai

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan antara intensitas penggunaan facebook terhadap kecenderungan menjadi nomophobia

Solusi untuk permasalahan tersebut antara lain sosialisasi GMP dan pelatihan pembuatan dodol pisang cici kepada pelaku UMKM Dodol Loren, sosialisasi kemasan sekunder

dilakukan apabila Sai Batin atau yang mewakili tidak hadir dalam arak-arakan upacara

Penerapan pola makan yang teratur, istirahat yang cukup dan aktivitas olahraga yang dilakukan sesuai prinsip latihan serta takarannya dapat berpengaruh besar pada

Dan berdasarkan dari evaluasi dengan menggunakan evaluasi uji coba sistem dan analisa hasil uji coba sistem, dapat disimpulkan bahwa aplikasi dapat berjalan

QSize = dipakai untuk membuat objek yang menyimpan ukuran, yang di program ini objek berisi ukuran tersebut diterapkan pada logo dalam tombol.. QFrame = dipakai untuk