• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identification Hydrolyzed Component of VCO using Thin Layer Chromatography

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identification Hydrolyzed Component of VCO using Thin Layer Chromatography"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

167

Identifikasi Komponen Hasil Hidrolisis VCO dengan Kromatografi Lapis Tipis

Identification Hydrolyzed Component of VCO using

Thin Layer Chromatography

LINDA TRIVANA DAN STEIVIE KAROUW

Balai Penelitian Tanaman Palma

Jalan Raya Mapanget, Kotak Pos 1004, Manado 95001

E-mail: lindatrivana@gmail.com

Diterima 10 Agustus 2015 / Direvisi 19 Oktober 2015 / Disetujui 16 Nopember 2015

ABSTRAK

Fraksinasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk identifikasi hasil hidrolisis. Tujuan penelitian, yaitu mengetahui eluen yang paling sesuai untuk memisahkan komponen hasil hidrolisis VCO. Metode penelitian melalui identifikasi komponen hasil hidrolisis VCO secara kualitatif menggunakan kromatografi lapis tipis dengan eluen yang berbeda. Eluen atau fase gerak yang digunakan adalah heksana:dietil eter:asam asetat (70:30:1 dan 80:20:1) dan petroleum eter:dietil eter:asam asetat (60:40:1 dan 70:30:1). Silika gel F254 digunakan sebagai fase diam. Variasi eluen dan rasio pelarut dilakukan untuk mencari sistem eluen yang mampu memberikan pemisahan paling baik dengan waktu elusi lebih cepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eluen petroleum eter:dietil eter:asam asetat (60:40:1 dan 70:30:1) menghasilkan 1 spot. Eluen heksana:dietil eter:asam asetat (70:30:1 dan 80:20:1) masing-masing menghasilkan 2 dan 5 spot. Eluen heksana:dietil eter:asam asetat (80:20:1) menghasilkan pemisahan yang lebih baik dengan waktu elusi tercepat, yaitu 80 menit. Nilai Rf yang diperoleh menggunakan eluen heksana:dietil eter:asam asetat pada rasio 80:20:1 adalah 0,05 (monoasilgliserol) 0,15 (diasilgliserol), 0,42 dan 0,56 (asam lemak bebas), dan 0,86 (triasilgliserol).

Kata kunci: Kromatografi lapis tipis, eluen, hidrolisis, VCO.

ABSTRACT

Fractionation can be used to identify the hydrolyzed component of VCO. The objective of the research was to know the most appropriate eluent to separate hydrolyzed component of VCO. Methodology of the study as follows: the component were identified qualitatively by thin layer chromatography method with various eluent. The eluent which were used for partition as follow: hexane:diethyl ether:acetic acid (70:30:1 and 80:20:1) and petroleum ether:diethyl ether:acetic acid (60:40:1 and 70:30:1). Silica gel F254 was utilized as stationary phase. The eluent and ratio of solvent were performed to find the best of eluent system which was capable to separate the hydrolyzed component. The results showed that 1 spot can be detected by petroleum ether:diethyl ether:acetic acid (60:40:1 and 70:30:1). In contrast, utilization of hexane:diethyl ether:acetic acid (70:30:1 and 80:20:1) obtained 2 and 5 spot, respectively. According to the data, hexane:diethyl ether:acetic acid (80:20:1) showed better capability to separate compared than others. Its also having fastest elution time around 80 minutes. The Rf value of the hexane:diethyl ether:acetic acid (80:20:1) were 0.05 (monoacylglycerol), 0.15 (diacylglycerol), 0.42 and 0.56 (Free fatty acid), and 0,86 (triacylglycerol).

Keywords: Thin layer chromatography, eluent, hydrolysis, VCO.

PENDAHULUAN

Mono- dan digliserida merupakan produk diversifikasi minyak yang bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai prosfek pasar yang menjanjikan. Hal ini disebabkan karena mono- dan digliserida dibutuhkan dalam industri pangan dan farmasi, industri kosmetik, serta pada produk pencuci/ pembersih sebagai surfaktan atau bahan emulsifier (Sihotang, 2006). Monogliserida dan digliserida juga merupakan surfaktan non ionik untuk bahan pengemulsi dan penstabil pada produk-produk pangan dan kosmetik (Hasanuddin et al., 2003).

Trigliserida VCO di dalam tubuh dipecah menjadi digliserida, monogliserida, dan asam lemak bebas. Monogliserida dan asam lemak bebas inilah yang mempunyai sifat anti mikroba. Asam lemak VCO yang paling aktif adalah asam laurat dan asam kaprat dengan senyawa monogliseridanya. Mono-gliserida dan asam lemak bebas VCO bersifat aktif, sedangkan digliserida dan trigliserida bersifat tidak aktif. Oleh karena itu, sifat anti mikroba VCO yang terdiri atas trigliserida akan aktif ketika dicerna atau diubah menjadi monogliserida dan asam lemak bebas dalam tubuh (Alamsyah, 2010).

(2)

168

Trigliserida VCO dapat dipecah menjadi digliserida, monogliserida, dan asam lemak bebas melalui proses hidrolisis. Asam lemak hasil hidrolisis dalam VCO terdiri atas asam laurat, asam miristat, asam kaprilat, dan asam kaprat. Asam lemak ini termasuk asam lemak rantai sedang atau Medium Chain Fatty Acid (MCFA) yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Su’I, 2010). Asam laurat, asam kaprat, asam palmitat, asam miristat, asam linoleat, asam linolenat yang diperoleh dari hidrolisis minyak kelapa juga memiliki kemampuan antibakteri, diantaranya Pneumococci, streptococcus, Micrococci, Candida, S. aureus, S. epidermis dan menghambat perkem-bangan virus (Su’I, 2010). Monolaurin dari hasil hidrolisis VCO juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet dan antibiotik (Mappiratu et al., 2003).

VCO yang telah mengalami hidrolisis kemudian dilakukan pemisahan fraksi 2-mono-gliserida, di2-mono-gliserida, tri2-mono-gliserida, dan asam lemak bebas dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memi-sahkan komponen-komponen atas dasar per-bedaan adsorpsi atau partisi fase diam karena gerakan eluen. Pemisahan ditentukan oleh jenis eluen yang digunakan. Pemisahan dipengaruhi atas interaksi antara senyawa yang dipisahkan dengan fase diam, ukuran partikel fase diam (adsorben), dan kelarutan senyawa yang dipisah-kan dalam eluen (Arindah, 2010). Pemisahan fraksi monogliserida, digliserida, trigliserida, dan asam lemak bebas juga dapat dilakukan dengan cara kromatografi kolom seperti penelitian yang dilakukan Tripanji et al. (2011). Metode KLT dipilih karena ini dalam pelaksanaannya lebih mudah, sederhana, dan murah dibandingkan dengan kromatografi kolom.

Analisis KLT dilakukan untuk memisahkan komponen hasil hidrolisis VCO dengan eluen yang berbeda. Eluen dengan komposisi dan jenis pelarut yang berbeda digunakan untuk mengetahui pengaruh proses pemisahan komponen hasil hidrolisis VCO dan waktu elusi terhadap polaritas eluen. Tujuan penelitian ini, yaitu mengetahui eluen yang paling sesuai untuk memisahkan komponen hasil hidrolisis VCO. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf dapat di-definisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di laboratorium Tek-nologi Hasil, Balai Penelitian Tanaman Palma, pada bulan Juni sampai Juli 2015. Bahan penelitian yang digunakan yaitu, VCO hasil hidrolisis enzimatis, kristal iodine, petroleum eter, dietil eter, heksana, dan asam asetat. Alat yang digunakan, yaitu chamber, pelat silica gel F254, mikrometer pipet,

ependof, gelas ukur, dan oven.

Penelitian menggunakan metode kroma-tografi lapis tipis untuk proses pemisahan kom-ponen hasil hidrolisis VCO. Identifikasi komkom-ponen hasil hidrolisis VCO dilakukan dengan kromato-grafi lapis tipis mengacu pada Subroto et al. (2008); Mappiratu (2007); dan Karouw (2013). Eluen yang digunakan adalah campuran pelarut petroleum eter:dietil eter:asam asetat dengan rasio 60:40:1 dan 70:30:1 dan heksana:dietil eter:asam asetat dengan rasio 70:30:1 dan 80:20:1. Setiap eluen dibuat sebanyak 20 ml. Pelat silika gel F254 berukuran 10 x 8 cm diberi tanda 1,5 cm pada bagian bawah dan 1,5 cm pada bagian atas. Pelat KLT diaktifkan dengan cara dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C selama 60 menit dan didinginkan pada suhu ruang. Sampel diteteskan pada pelat dan dibiarkan mengering (dilakukan triplo). Pelat KLT dimasuk-kan ke dalam tabung pengembang dengan bagian ditetesi berada di bawah sampai pelarut mencapai batas atas, kemudian pelat diangkat dan dikering angin. Band atau noda yang terbentuk divisuali-sasi dengan uap iodine. Komponen yang nampak ditandai dan ditentukan nilai Rf-nya. Nilai Rf dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Jarak yang ditempuh oleh senyawa Nilai Rf =

Jarak yang ditempuh oleh eluen (fase gerak)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil pemisahan komponen hasil hidrolisis VCO

Profil pemisahan komponen pada hasil hidrolisis VCO dengan eluen heksana: dietil eter:asam asetat ditunjukkan pada Gambar 1. Eluen heksana:dietil eter:asam asetat dengan rasio 80:20:1 menghasilkan pemisahan yang lebih baik dibandingkan yang rasio 70:30:1. Heksana:dietil eter:asam asetat (80:20:1) menghasilkan spot yang lebih banyak, yaitu 5 spot yang menunjukkan kejelasan pada proses pemisahan. Jumlah spot dan nilai Rf dapat menentukan eluen yang baik untuk digunakan dalam proses pemisahan.

(3)

169

Tabel 1. Waktu elusi pada pemisahan hasil hidrolisis VCO dengan KLT.

Table 1. Elution time in the separation hydrolyzed component of VCO.

Eluen

Eluent

Rasio

Ratio

Jarak yang ditempuh eluen (cm) Length of eluent (cm) Waktu elusi (menit) Elution time (minute)

Petroleum eter:dietil eter:asam asetat

Petroleum eter:dietyl eter:acetic acid

60:40:1 7,0 96

70:30:1 7,0 90

Heksana:dietil eter:asam asetat

Hexane:dietyl eter:acetic acid

70:30:1 7,0 85

80:20:1 7,0 80

Fraksi pemisahan dari eluen petroleum eter:dietil eter:asam asetat ditunjukkan pada Gambar 2. Eluen petroleum eter:dietil eter:asam asetat dengan rasio 60:40:1 dan 70:30:1 meng-hasilkan 1 spot. Perbedaan tingkat polaritas pada kedua eluen tersebut tidak mempengaruhi proses pemisahan. Eluen heksana:dietil eter:asam asetat memiliki jumlah spot/noda lebih banyak diban-dingkan dengan petroleum eter:dietil eter:asam asetat. Hal ini disebabkan karena heksana lebih nonpolar dibandingkan petroleum eter maka lebih bersifat selektif dalam pemisahan komponen-komponen nonpolar dalam VCO hasil hidrolisis.

Waktu elusi yang dibutuhkan pada proses pemisahan

Campuran pelarut dengan tingkat ke-polaran yang berbeda mampu mempengaruhi laju rambat analit pada fase diam. Fase diam yang digunakan adalah silika gel maka polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan/laju rambat/ migrasi komponen hasil hidrolisis VCO yang ingin dipisahkan dan juga akan menentukan nilai Rf yang diperoleh (Arindah, 2010). Waktu elusi pemisahan hasil hidrolisis VCO dengan KLT di-tunjukkan pada Tabel 1.

Eluen dengan campuran heksana:dietil eter: asam asetat 80:20:1 memiliki waktu elusi yang lebih cepat yaitu 80 menit dibandingkan dengan eluen yang lain. Hal ini disebabkan karena eluen tersebut lebih bersifat nonpolar dan tidak ber-interaksi kuat dengan fase diam sehingga eluen dapat bergerak cepat melalui fase diam. Larutan heksana lebih nonpolar dibandingkan petroleum eter maka eluen dengan heksana lebih cepat merambat melalui fase diam (Arindah, 2010).

Eluen dengan proporsi heksana dan petroleum eter yang lebih banyak memiliki waktu elusi yang lebih cepat. Kondisi ini disebabkan karena heksana dan petroleum eter bersifat nonpolar sehingga tidak berikatan kuat/efek elusi lemah terhadap fase diam yang bersifat polar. Dietil eter dan asam asetat bersifat semi polar yang akan berinteraksi cukup kuat dengan fase diam

(Arindah, 2010). Jika pelarut yang digunakan terlalu polar, maka akan berinteraksi kuat dengan permukaan silika gel/fase diam. Akibatnya eluen akan sulit membawa komponen yang akan di-pisahkan melalui fase diam sehingga membutuh-kan waktu elusi yang lebih lama.

Gambar 1. Pemisahan komponen hasil hidrolisis VCO menggunakan heksana:dietil eter:asam asetat (A) 70:30:1 dan (B) 80:20:1.

Figure 1. Separation of hydrolyzed component of VCO using hexane:diethyl ether:acetic acid (A) 70:30:1 and (B) 80:20:1.

Gambar 2. Pemisahan hasil hidrolisis VCO menggunakan petroleum eter:dietil eter:asam asetat (A) 60:40:1 dan (B) 70:30:1.

Figure 2. Separation of hydrolyzed component of VCO using petroleum ether:diethyl ether:acetic acid (A) 60:40:1 and (B) 70:30:1.

A

B

(4)

170

Tabel 2. Nilai Rf dari hasil hidrolisis VCO dengan KLT. Table 2. Rf value of VCO hydrolysis by TLC.

Eluen Eluent Rasio Ratio Jumlah Spot Total spot Nilai Rf Value Rf Rerata Average Komponen Component Ulangan 1 Test 1 Ulangan 2 Test 2 Ulangan 3 Test 3 PE:DE:AA 60:40:1 1 0,40 0,40 0,44 0,41 ALB 70:30:1 1 0,48 0,45 0,48 0,47 ALB H:DE:AA 70:30:1 2 0,16 0,16 0,18 0,17 DAG 0,82 0,85 0,87 0,85 TAG 80:20:1 5 0,05 0,04 0,05 0,05 MAG 0,15 0,13 0,16 0,15 DAG 0,40 0,40 0,45 0,42 ALB 0,54 0,56 0,58 0,56 ALB 0,86 0,86 0,86 0,86 TAG

Keterangan: PE:DE:AA = petroleum eter:dietil eter:asam asetat, H:DE:AA = heksana:dietil eter:asam asetat, MAG = monoasilgliserol, DAG = diasilgliserol, ALB = asam lemak bebas, TAG = triasilgliserol.

Note: PE:DE:AA = petroleum eter:dietyl eter:acetic acid, H:DE:AA = hexane:dietyl eter:acetic acid, MAG = monoacylglycerol, DAG = diacylglycerol, FFA = free fatty acid, TAG = triacylglicerol.

Identifikasi fraksi komponen pemisahan

Identifikasi noda yang terbentuk dilakukan dengan menghitung nilai Rf. Nilai Rf komponen hasil hidrolisis VCO ditunjukkan pada Tabel 2.

Pemisahan komponen hasil hidrolisis VCO tergantung pada perbedaan kekuatan adsorpsi senyawa yang dipisahkan dengan fase diam dan perbedaan kelarutan masing-masing senyawa pada eluen yang digunakan. Makin kuat suatu senyawa diadsorpsi pada fase diam dan makin kurang larut senyawa tersebut pada eluen, maka makin rendah nilai Rf senyawa tersebut. Sebaliknya, makin lemah senyawa diadsorpsi pada adsorben dan makin larut pada eluen yang digunakan, maka makin besar nilai Rf (Arindah, 2010). Nilai Rf dapat digunakan sebagai acuan identifikasi komponen dan menunjukkan adanya perbedaan sifat molekul.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Purwanto et al. (2013) melaporkan identifikasi hasil hidrolisis minyak ikan menggunakan eluen heksana:dietil eter:asam asetat (60:40:1) dan nilai Rf masing-masing komponen, yaitu 0,08 (mono-asilgliserol), 0,33 (di(mono-asilgliserol), 0,57 (asam lemak bebas), dan 0,88 (triasilgliserol). Sedangkan pada penelitian Djakarsi et al (2008), pemisahkan fraksi monogliserida, diasligliserida, trigliserida, dan asam lemak bebas pada sampel minyak kenari hasil hidrolisis menggunakan eluen heksana:dietil eter:asam asetat (70:30:1) diperoleh nilai Rf, yaitu 0,03 (monoasilgliserol), 0,18 (diasilgliserol), 0,42 (asam lemak bebas), dan 0,66 (triasilgliserol). Karouw (2013) melaporkan identifikasi hasil hidrolisis stearin sawit menggunakan eluen

petroleum eter:dietil eter:asam asetat (60:40:1) diperoleh nilai Rf yaitu 0,054 (monoasilgliserol), 0,420 (diasilgliserol), 0,532 (asam lemak bebas), serta 0,745 dan 0,847 (triasilgliserol).

Eluen terbaik pada penelitian ini adalah heksana:dietil eter:asam asetat 80:20:1 yang memiliki kejelasan pemisahan baik dengan waktu elusi tercepat dibandingkan eluen lain, yaitu 80 menit. Nilai Rf yang diperoleh dari eluen ini adalah 0,05 (monoasilgliserol), 0,15 (diasilgliserol), 0,42 dan 0,56 (asam lemak bebas), serta 0,86 (triasilgliserol). Nilai Rf yang diperoleh berbeda untuk setiap jenis eluen dan sampel yang digunakan.

KESIMPULAN

Hasil penelitian diperoleh bahwa petro-leum eter:dietil eter:asam asetat dengan rasio 60:40:1 dan 70:30:1 menghasilkan 1 spot. Heksana: dietil eter:asam asetat (70:30:1 dan 80:20:1) masing-masing menghasilkan 2 dan 5 spot. Eluen heksana: dietil eter:asam asetat 80:20:1 menghasilkan pemisahan yang lebih baik dan waktu elusi lebih cepat dibanding eluen lainnya. Nilai Rf yang diperoleh dari menggunakan heksana:dietil eter: asam asetat 80:20:1 yaitu 0,05 (monoasilgliserol), 0,15 (diasilgliserol), 0,42 dan 0,56 (asam lemak bebas), serta 0,86 (triasilgliserol). Berdasarkan hasil yang diperoleh eluen heksana:dietil eter:asam asetat (80:20:1) merupakan eluen paling baik untuk pemisahan komponen hasil hidrolisis VCO.

(5)

171

DAFTAR PUSTAKA

Arindah, D. 2010. Fraksinasi dan identifikasi golongan senyawa pada daging buah pepino (Solanum muricatum Aiton) yang berpotensi sebagai antioksidan. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri. Malang.

Djarkasi, G.S.S., S. Slamet, N. Zuheid, R. Sri. 2008. Distribusi dan posisi sn-2 asam lemak minyak biji kenari (Canarium indicum dan Canarium vulgare). Jurnal Agribisnis dan Industri Pertanian 7(1): 108-113.

Hasanuddin, A., Mappiratu., G.S. Hutomo. 2003. Pola perubahan mono dan diasilgliserol dalam reaksi etanolisis minyak sawit merah. J. Teknologi Industri Pangan 14(3): 241-247. Karouw, S. 2013. Pemurnian 2-monogliserida kaya

palmitat dari stearin sawit. Buletin Palma 14(1): 41-46.

Mappiratu, D. Fardiaz, Asriani. 2003. Produksi dan aplikasi produk monoasilgliserol dari minyak kelapa dalam pengolahan santan awet. J. Teknol. dan Industri Pangan 14(3): 215-221.

Mappiratu. 2007. Aktivitas antimikroba mono-asilgliserol produk biogliserolisis minyak kelapa dari berbagai waktu reaksi. J. Sains Biologi UNTAD 5(2): 1-6.

Purwanto, M.G.M., Meliawati, R. Chrisnasari. 2013. Pengaruh pH, suhu, dan konsentrasi substrat terhadap produksi konsentrat asam lemak omega 3 dari limbah minyak ikan melalui hidrolisis oleh enzim lipase dari Candida Rugosa. Prosiding Seminar Nasional Riset Pangan, Obat-obatan, dan Lingkungan untuk Kesehatan, Bogor, 27-28 Juni 2013. p.189-204.

Tripanji, Suharyanto, U. Perwitasari. 2011. Pe-murnian diasilgliserol dari produk glise-rolisis crude palm oil dengan kromatografi kolom. Menara Perkebunan 79(1): 30-35. Sihotang, H., M. Ginting. 2006. Pembuatan

mono-gliserida melalui gliserolisis minyak inti sawit menggunakan katalis natrium metok-sida. Jurnal Sains Kimia 10(2):51-57.

Subroto, E., C. Hidayat, and Supriyadi. 2008. Enzymatic interesterification of fish oil with lauric acid for synthesis of structured lipid. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan XIX(2): 105-112.

Su’I, M., Harijono, Yunianta, Aulani’am. 2010. Aktivitas hidrolisis enzim lipase dari kentos kelapa terhadap minyak kelapa. AGRITECH 30(3): 164-167.

Gambar

Figure 2.  Separation  of  hydrolyzed  component  of  VCO  using  petroleum  ether:diethyl  ether:acetic  acid  (A)  60:40:1  and  (B)  70:30:1

Referensi

Dokumen terkait

398/Kol/XII/2013 tanggal 24 Desember 2013 tentang Jadwal Ujian Nasional 2013, bersama ini diberitahukan bahwa Ujian Nasional yang terdiri atas ujian tulis dan ujian lisan yang

sangat berperan dalam pembelajaran menulis kreatif (mengarang) yaitu dapat memicu kreativitas siswa. Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan

Dengan sentuhan ilmu dan teknologi, bukan tidak mungkin makanan ringan tradisional ini menjadi komoditi ekspor karena selain menarik, nilai gizinya berarti, juga mempunyai

Jadi tidak adil juga kalau melihat, sekarang jadi tidak Ignasian lalu, barangkali menjadi tidak adil.. Karena mungkin sekarang orang bisanya tinggal

[r]

Untuk itu perlu cara atau metode pengumpulan data penduduk yang selama ini kita ketahui telah dilakukan oleh Pemerintah dengan melakukan pendaftaran (registrasi), disamping itu

[r]

Kurikulum 2013 atau sering disebut dengan K13 adalah kurikulum yang sedang berjalan dipendidikan Indonesia.Kurikulum 2013 (K13) merupakan tantangan bagi pendidik