• Tidak ada hasil yang ditemukan

Silabus Pembekalan CBT FK UMSU 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Silabus Pembekalan CBT FK UMSU 2016"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 1

U

jian

K

ompetensi

M

ahasiswa

P

rogram

P

rofesi

D

okter

(UKMPPD – CBT)

Panitia Pembekalan UKMPPD

Fakultas Kedokteran

(2)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 2

Bismillahirrahmanirrahiim

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum,

hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS 13:11)

Rabbi zidni ‘ilma warzuqni fahma

Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlan wa Anta taj’alul hadzna idzaa syi’ta sahlan

(3)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 3

DAFTAR ISI

Set 1 Pulmonologi ... 4

Set 2 Endokrinologi ... ... ... 9

Set 3 Nefro-urologi ... 16

Set 4 Gastroentero Hepatologi ... 19

Set 5 Tropik Infeksi ... 22

Set 6 Hematologi & Rheumatologi ... 26

Set 7 Obstetri Ginekologi ... 32

Set 8 Pediatrik ... 38

Set 9 Mata & THT ... 42

Set 10 Neurologi ... 50

Set 11 Psikiatri ... 55

Set 12 Public Health ... 59

Set 13 Bedah ... 62

Set 14 Bioetika & Forensik ... 66

Set 15 Kulit dan Kelamin ... 70

(4)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 4

P

ulmonologi

Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

TUBERCULOSIS

 Penyebab: M. Tuberculosa

 Gejala : batuk berdahak ≥ 2 minggu, hemoptisis, BB menurun, keringat malam, badan lemas

 Pemeriksaan fisik : demam subfebris, SP : Bronchial, vesikuler melemah pada apex ST: Ronkhi basah, amforik

 Penunjang : Darah Lengkap, Pewarnaan BTA, foto thorax PA, lateral, top lordotik, uji mantoux/tuberkulin

Alur DIagnostik

Klasifikasi Pasien TB

1. Baru : Belum pernah minum OAT atau sudah minum OAT <1 bulan

2. Kambuh/relaps : pernah sembuh atau OAT lengkap kemudian terinfeksi TB lagi 3. Drop out/Default : OAT ≥1 bulan, kemudian putus obat ≥2 bulan

4. Kasus Gagal : BTA (+) pada akhir bulan ke 5 5. Kronik : BTA (+) dengan OAT kategori 2 6. Bekas TB : BTA (-), Ro: tidak aktif

1

(5)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 5 Penatalaksanaan TB

Kategori I : 2 RHZE/4R3H3  TB paru kasus baru, BTA +, BTA -, ekstra paru Kategori II : 2 RHZES/RHZE/5R3H3E3  Kasus kambuh, dropout, gagal kategori I Kategori anak: 2 RHZ/4RH atau 2 RHZE(S)/4-10 RH

Dosis OAT per KgBB  I-R-S-E-P Isoniazid : 5 mg/KgBB Rifampisin : 10 mg/KgBB Streptomisin : 15 mg/KgBB Etambutol : 15-20 mg/KgBB Pirazinamid : 25 mg/KgBB Evaluasi pengobatan

Kategori I : akhir bulan 2*), akhir bulan 5, akhir bulan 6 Kategori II : akhir bulan 3, akhir bulan 5, akhir bulan 8

*) jika akhir bulan 2 (+)  cek akhir bulan 3, jika masih (+)  tetap lanjutkan pengobatan

Resistensi

1. TB MR (Mono resistan) : resistan 1 jenis OAT lini pertama

2. TB PR (Poli resistan) : resistan 2 jenis OAT lini pertama, selain isoniazid dan rifampisin bersamaan

3. TB MDR (Multi Drug Resistan) : resistan isoniazid dan rifampisin secara bersamaan

4. TB XDR (Extensive Drug Resistan) : TB MDR + resistan salah satu OAT gol fluorokuinolon + minimal OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, Amikasin)

EFEK SAMPING OAT

Rifampisin  pewarnaan merah, gangguan hormonal, mengganggu kerja obat lain . Th/ edukasi INH  neuritis perifer, anemia defisiensi folat. Th/ vitamin B6 1 x 100 mg

Pyrazinamide  heptotoksik poten, gout artritis. Th/ aspirin , pct, oains Etambutol  gangguan visus/buta warna merah hijau. Th/ stop etambutol

Streptomisin  nefrotoksik, ototoksik, dan gangguan keseimbangan. Th/ stop streptomisin TB keadaan khusus

TB + Hamil/menyusui  mulai OAT kecuali streptomisin TB + kontrasepsi hormonal  efek kontrasepsi menurun

TB + DM  prinsip pengobatan sama, lama pengobatan bisa sampai 9 bulan jika tidak terkontrol TB + Ggn Ginjal  hindari aminoglikosid, sesuaikan dosis pirazinamid dan etambutol

TB + HIV  OAT baru disusul ARV

TB + Ggn Hati  jika ikterik (+) / SGOT/SGPT >5x awal / Bilirubin >2  stop OAT hingga ikterik (-) / bilirubin <2 / SGOT/SGPT <2x normal

ASMA

 Inflamasi kronik saluran napas, gejala episodik berulang, obstruksi jalan napas, reversibel  Gejala stabil : batuk tengah malam, sesak nafas saat olahraga dan tenang saat istirahat  Gejala serangan : perasaan sesak berat, susah bernafas, wheezing pada ekspirasi  Pemeriksaan fisik : SP : vesikular/bronchial ST: wheezing/ekspirasi memanjang

 Penunjang : faal paru (spirometri atau Arus Puncak Ekspirasi), uji reversibilitas, uji alergi, imunologi Klasifikasi

Derajat asma berdasarkan gambaran klinis  lihat serangan malam! Intermiten  gejala malam ≤2x bulan

Persisten ringan  gejala malam >2x bulan Persisten sedang  gejala malam >1x/seminggu Peristen berat  sering

Derajat asma pada anak  lihat frekuensi serangan! Episodik jarang  <1x/bulan

Episodik sering  >1x/bulan Persisten  sering

(6)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 6 Berat serangan asma akut  lihat cara berbicara!

Serangan ringan  bicara 1 kalimat Serangan sedang  bicara beberapa kata Serangan berat  bicara kata demi kata

Mengancam jiwa  mengantuk, kesadaran menurun Tingkatan asma terkontrol  lihat eksaserbasi! Terkontrol  tidak ada eksaserbasi

Terkontrol sebagian  ≥1x eksaserbasi dalam setahun Tidak terkontrol  >1x eksaserbasi dalam seminggu

Alur Tatalaksana Asma di Rumah Sakit

Tatalaksana Asma

Reliever : SABA, Aminofilin, antikolinergik, steroid low dose

Controller : LABA, Steroid, metilxantin, antileukotrin

Asma eksaserbasi : Reliever Maintenance asma : Controller

(7)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 7

PNEUMONIA

Pneumonia  infeksi parenkim paru selain dari M. tuberculosa

Pneumonia dewasa (tipikal): demam tinggi, batuk purulen, sesak berat Etiologi: Klabsiella pneumonia

Th/ Golongan makrolide

Pneumonia atipikal: demam afebris, batuk dan sesak tidak terlalu berat Etiologi: Klamidia sp dan mycoplasma

Th/ golongan makrolide

Pneumonia pada anak Etiologi: Streptococcus pneumonia

Pneumonia ringan  hanya demam, batuk dan sesak. Th/ cotrimoksazole

Pneumonia berat  disertai dengan sianosis, retraksi, nafas cuping hidung. Th/ ampicilin

Community Acquired Pneumonia (CAP)  gejala pneumonia di luar rumah sakit atau <48 jam setelah dirawat

Hospital Acquired Pneumonia (HAP)  gejala penumonia setelah rawat inap ≥ 48 jam di RS Ventilator Associated Pneumonia  muncul gejala penumonia setelah pemasangan ventilator

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

 Penyakit paru kronik yang ditandai hambatan aliran udara, progresif, nonreversibel atau reversibel parsial, akibat paparan gas atau partikel berbahaya. Terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema

 Bronkitis kronik  diagnosis klinis  batuk kronik produktif minimal 3 bulan berturut-turut  Emfisema  diagnosis radiologis  hiperinflasi paru (paru hiperlusen)

 Gejala PPOK : sesak nafas, batuk berdahak kronis, riwayat terpajan dengan faktor resiko

 Pemeriksaan fisik : pursed lips breathing, barrel chest, pelebaran sela iga, SP : vesikuler N atau melemah ST: ronkhi, wheezing, ekspirasi memanjang

 Penunjang : Darah rutin, foto thorax, faal paru (spirometri dan APE), AGDA  PPOK eksaserbasi : sesak bertambah, sputum purulen, bertambah batuk  Th/ Nebule SABA + antikolinergik, antibiotik

Spirometri

 Obstruksi : problem pada jalan napas. Cth: Asma, PPOK. Indikator FEV1<<<

 Restriksi : problem pada gangguan kapasitas pengembangan paru. Cth : Efusi pleura. Indikator FEV1/FVC <<<

 Reversibiliti : perbaikan FEV1 secara spontan atau setelah pengobatan. Asma : reversibiliti ≥ 15%, PPOK : reversibiliti <15%

Bronkiektasis

Batuk dengan sputum produktif, berwarna seperti karat, berbau sangat busuk dengan jumlah yang sangat banyak dan membentuk lapisan lapisan. Gambaran khas  honeycomb appearance Efusi Pleura

Suara napas hilang, perkusi redup.

Sesak berkurang jika miring ke posisi yang sakit Cari penyakit yang mendasari.

(8)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 8 GAMBARAN FOTO THORAKS

Pneumonia : konsolidasi inhomogen, air bronkogram, infiltrat

TB aktif : infiltrat pada apex dengan kavitas, destroyed lung, efusi TB inaktif : fibrosis paru, penebalan pleura (schwarte)

Bronkiektasis : honeycomb appearence Hidropneumotoraks : air fluid level

Abses paru : air fluid level dalam kavitas berdinding tebal Pneumotoraks : corakan avaskuler dengan kolaps pleural line Efusi pleura : sudut costofrenicus tumpul, meniscus sign (+) Ca paru : konsolidasi homogen berbatas tegas

Ca metastasis : coin lesion

Tb milier : snow storm

Edema paru akut : batwings / butterfly appearence Bronkitis akut / asma : corakan caskuler meningkat

Bronkiolitis : patchy atelektasis dan infiltrat peribronkial Emfisema : paru hiperlusen, sela iga melebar

Atelektasis : konsolidasi homogen dengan mediastinum tertarik ke arah konsolidasi Hemothorax/efusi pleura masif : konsolidasi homogen dengan mediastinum terdorong ke arah lawan konsolidasi

(9)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 9

E

ndokrinologi

Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

DIABETES MELITUS

Patofisiologi Penyebab polifagia: hipoglikemia intrasel Peyebab poliuria: karena glukosa yang telalu tinggi menarik air Penyebab polidipsi : karena dehidrasi intrasel memberikan feedback ke hipotalamus

Diagnostik DM: Keluhan Klasik, KGD sewaktu dan KGD puasa

Monitoring DM: KGD puasa, KGD 2 jam PP, dan HbA1c

KGD puasa

< 110 : normal 110-125: glukosa puasa terganggu (prediabetes) >125: DM

OGTT

< 140: normal 140-199: toleransi gula terganggu (prediabetes) >200: DM HbA1C < 5,7 % : normal 5,7 – 6,4 : prediabetes ≥6,5% : DM

2

SET

(10)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 10 PENATALAKSANAAN DM

1. Edukasi modifikasi lifestyle

2. Diet rendah kalori dgn indeks glikemik < 70, 3 porsi besar + 2 snack (porsi kecil tapi sering) 3. olahraga aerob 3-5 x per minggu @ 30-40 menit aerob spt jalan cepat, lari, renang 4. Medikamentosa

Insulin Sensitizer Insulin Secteroric Absorpsi Glukosa Kelebihan:

Cocok utk pasien obese/sind.metabolik Kelemahan:

Kontraindikasi pada gagal jantung dan gagal ginjal  mengakibatkan retensi air

Kelemahan:

Potensi tinggi hipoglikemik. Jangan diberikan bersamaan dengan insulin.

Diberikan 30 menit sebelum makan Acarbose ES: Perut kembung, flatulens Diberikan bersamaan dengan makanan DPP IV inhibitor Metformin 1st line therapy DM Dosis 3x500 mg Sulfonilurea Cth. Glibenklamid, glimiperide, glicazide

1 kali sehari (long acting)

Thiazolidindion Glinid

Cth. Repaglinid

Agonis GLP-1

Peningkatan pelepasan insulin, << BB, menghambat pelepasan glukagon, memparbaiki cadangan sel beta pankreas Efek samping : sebah dan muntah

Cth : Liraglutide sc

5. Insulin

DM dengan segala komplikasi, DM tipe I, DM dengan kehamilan DM yang gagal dengan OAD  dibuktikan dengan HbA1C > 9 gr% DM dengan infeksi berat

Jenis insulin:

(11)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 11 TARGET PENURUNAN KGD

KGD puasa : 80-130 mg/dl KGD 2 jam PP : < 180 mg/dl (standard of medical care in

Diabetes 2015)

Mengendalikan KGD sepanjang malam  sesuaikan dosis dengan hasil KGD puasa saat bangun tidur pagi hari

Merupakan 1st line insulin pada kasus DM tipe 2 yang gagal obat, karena sasaran utama terapi insulin pada DM tipe 2 adalah mengendalikan KGD puasa

2. Insulin reguler/prandial (Short acting – diberikan 30 menit sebelum makan subcutan)

Mengendalikan KGD setelah makan  sesuaikan dosis dengan hasil KGD 2 jam PP

Utk kasus DM tipe 1: first line

Utk kasus DM tipe 2: berikan dulu insulin basal sampai KGD puasa terkontrol. Setelah KGD puasa terkontrol, tapi HbA1C belum terkontrol, maka tambahkan insulin reguler/prandial

Catatan khusus penatalaksanaan DM Tipe 2

1. Untuk penderita DM Tipe 2 yang memiliki HbA1C < 7%, maka dilakukan modifikasi gaya hidup sehat. Bila setelah 3 bulan HbA1C masih <7%, maka dilanjutkan dengan monoterapi.

2. Untuk penderita DM Tipe 2 yang memiliki HbA1C 7-9 %, maka dilakukan modifikasi gaya hidup sehat dan monoterapi.

3. Untuk penderita DM Tipe 2 yang sejak awal pemeriksaan ≥9% maka bisa langsung diberikan 2 kombinasi obat.

4. Bila pada pemeriksaan awal HbA1c ≥10% atau KGD sewaktu ≥300 mg/dl dengan gejala metabolik, maka pengobatan langsung dengan

a. Metformin + insulin Basal ± insulin prandial b. Metformin +insulin Basal + GLP 1RA PEMANTAUAN KGD

1. Dilakukan pemeriksaan : sebelum makan, 2 jam sesudah makan, sebelum tidur malam ( pukul 22.00)

2. Pasien dengan pengendalian yang buruk dan tidak stabil dilakukan tes setiap hari.

3. Pasien dengan dengan pendalian yang baik, maka dapat dilakukan pemeriksaan KGD setiap minggu-bulan. KOMPLIKASI DM MIkrovaskuler AKUT KRONIS Makrovaskuler Komplikasi Hipoglikemia Hiperglikemia

KAD Jantung Otak

Kaki Neuropati Nefropati Retinopati HONK

KATEGORI DM TERKONTROL

(12)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 12 Ketoasidosis Diabetik (KAD)

Biasa terjadi pada DM Tipe 1

Ditegakkan jika KGD > 250 dengan penurunan kesadaran akibat akumulasi benda keton Kalau KGD > 250 tapi pasien sadar dan tidak ada sesak  bukan KAD melainkan DM biasa Acidosis . Keton serum/urine (+)

Hiperosmolar Non Ketotic Koma (HONK)

Ditegakkan jika KGD > 600 dengan penurunan kesadaran akibat dehidrasi hiperosmolar Kalau KGD > 600 tapi pasien baik baik saja berarti bukan HONK melainkan DM biasa Osmolaritas > 320 mOsm/l

Penyebab kematian adalah DEHIDRASInya, bukan Hiperglikemia nya

Tatalaksana: rehidrasi dengan Normal saline 6-9 liter/24 jam. Setelah rehidrasi, baru berikan insulin short acting

Pencetus KAD / HONK : paling sering infeksi Hipoglikemia

Bilaka KGD < 60 mg/dl baik sadar maupun tidak sadar

Gejala : penurunan kesadaran, lemas, keringat dingin, terasa lapar, gemetar, pusing. Kalau masih sadar serendah apapun KGD nya  kasi air gula

Kalau sudah tidak sadar  bolus dextrose 20% 50 cc ( D40% 25 cc) dilanjutkan maintenance D10%

/D5%

Pemantauan KGD dianjurkan setiap 15 menit, kemudian diikuti 1-2 jam

KELAINAN KELENJAR TIROID

Struma

Struma adalah pembengkak kelenjar tiroid Bentuknya meliputi :

Nodusa jika ukuran kurang dari 5 cm, difus jika lebih dari 5cm Toksik jika ada gejala. Non toksik jika tidak ada gejala, hanya benjolan saja

Gejala meliputi : jantung berdebar, keringat, tremor, BB turun, merasa panas, diare Hipertiroid

Ditandai dengan jantung berdebar, keringat, tremor, BB turun, merasa panas, diare.

Dalam penegakan diagnosis dapat memakai skala Wayne Index Lab: T3, T4 naik, TSH turun (MESTI ADA HASIL PEMERIKSAAN TIROID)

(13)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 13 Bila hanya ada gejala tetapi tidak ada hasil pemeriksaan fungsi tiroid, maka disebut

TIROTOKSIKOSIS

Marker yang paling sensitif adalah TSH, kemudian fT4, lalu T3

Grave disease: Hipertiroid krn autoimun, sering pada wanita, disertai dengan exophtalmus Th/ 1st line : Metimazole : menghambat sintesis T3 dan T4

2nd line : PTU : menghambat perubahan T4 menjadi T3 (drug of choice pada ibu hamil) Simptomatik : propanolol

Tiroiditis

jika nyeri, hangat, merah, demam. Biasa karen infeksi. Dapat hipertiroid, eutiroi ataupun normotiroid

Krisis Tiroid

Keadaan penurunan kesadaran pada pasien hipertiroid. Paling sering terjadi karena pemakaian obat PTU atau metimazole yang diberhentikan secara mendadak, atau dilakukan operasi pada saat nilai fungsi tiroid belum normal.

Hipotiroid

Juga muncul benjolan. Biasanya berupa struma difusa (struma endemik) akibat kurang asupan yodium.

Etilogi : Hashimoto tiroiditis, def. iodine Gejalanya kebalikan dari gejala hipertiroid. Th/ Levotiroksin

Komplikasi : Koma Mixedema (hipotermia, hipotensi, hipoventilasi, penurunan kesadaran) Hipoparatiroid

Sering terjadi setelah operasi tiroidektomi total, dimana paratiroid akan ikut terangkat juga Hipoparatiroid mengakibatkan HIPOKALSEMIA.

Dijumpai hipokalsemia, hipomagnesium dan hiperfosfatemia, Gejala hipokalsemia: kaku otot, twitching, keram bahkan kejang. Chvostek sign (+), trusseau sign (+), carpopedal spasm (+). EKG: prolong QT interval

Th/ Kalsium seumur hidup

KELAINAN KELENJAR ADRENAL

Kelebihan kortisol Kekurangan Kortisol

Cushing syndrome

Terjadi akibat pemakaian steroid sistemik berkepanjangan.

Moon face, striae, mudah berdarah, buffalo hump, otot perifer atrofi. KGD >>>>

Cushing disease

Krisis Adrenal

Keadaan akut dan mendadak akibat pemberhentian steroid secara mendadak, sehingga steroid endogen mendadak rendah Penurunan kesadaran. Hipoglikemia.

(14)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 14 Terjadi akibat tumor di hipofisis sehingga ACTH

>>> mengakibatkan kortisol juga meningkat

Keadaan kekurangan kortisol kronis. Pasien stabil. Keluhan lemas, mudah mengantuk, dsb.

DYSLIPIDEMIA

Yang menjadi tolak ukur dianosis adalah kadar >> kolesterol total, >> trigliserida, >> LDL dan <<HDL

Biasanya dyslipedimia diserta komorbid yang lain seperti : DM, Hipertensi, hipotiroid, alkoholik, penyait ginjal kronik, kelainan hati.

Target terapi : LDL, TG, lalu HDL Pengobatan :

– << LDL 

– HMG CoA Reductase (First choice)

– Cholesterol absorbstion inhibitor ( cth : ezetimibe) – Bile acid sequestrants ( cth : Cholesteramin, colestipol)

– Untuk obat Cholesterol absorbstion inhibitor dan Bile acid sequestrants diguakan sebagai obat ke 2 (obat kombinasi)

– Fibrat  << Trigliserida – Niacin  >> HDL

(15)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 15

SINDROM METABOLIK

Tatalaksana :

 ATASI DISLIPIDEMIA, Target utama adalah oenurunan LDL

– Konsumsi lemak tak jenuh (MUFA) dan Indeks glikemic << – HMG CoA Reduktase  << LDL

– Fibrat  << Trigliserida – Niacin  >> HDL

 Atasi Hipertensi

 Atasi resistensi insulin. – Kurangi BB

– Tingkatkan Aktivitas Fisik

(16)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 16

N

efro-Urologi

Pembekalan UKMPPD CBT FK

UMSU

INFEKSI SALURAN KEMIH

ISK bawah (Sistitis): disuria, frekuensi, demam subfebris, nyeri suprapubik ISK atas (Pielonefritis): demam tinggi hingga menggigil, nyeri CVA

ISK berulang merupakan faktor predisposisi terbentuknya batu struvit. Etiologi: E coli menyebar secara ascendens

Th/ 1st line golongan Kuinolon cth. Ciprofloxacin 2x500 mg selama 7-14 hari. 2nd line Cotrimoxazole 2x860 mg selama 7-14 hari

ISK pada kehamilan

Cystitis  Th/ Cefalexin 4x500 mg atau Ampicillin 4x500mg atau Nitrofurantoin 2x500 mg Pielonefritis  Th/ Ceftriaxone iv

BATU SALURAN KEMIH

Bedakan lokasi batu dengan memperhatikan gejala pasien.

Nefrolitiasis  nyeri pinggang (paling sering staghorn / bentuk tanduk rusa)

Urolithiasis  nyeri kolik yang menjalar hingga ke skrotum atau paha, mual muntah hebat Vesikolitiasis  pancaran BAK tiba tiba terhenti, kembali mengalir jika berubah posisi

Uretrolitiasis  kesakitan dan menarik narik ujung penisnya saat tengah BAK. Aliran BAK terpecah. Pemeriksaan penunjang: Lakukan foto BNO

Batu radioopaque : Kalsium oxalat, Kalsium fosfat

Batu semiopaque : Magnesium Ammonium Posphat (MAP/Struvit)

Batu radiolusen : Uric acid dan systeine (tidak terlihat dengan BNO  lanjutkan dnegan USG ginjal saluran kemih)

Tatalaksana BSK

Saat sedang muncul nyeri kolik: Berikan analgetik. Saat stabil :

Ca Channel bLocker ( nifedipine) Antibiotik : bial terjadi infeksi Pada Batu ginjal :

Jika ukuran batu <0,5 cm  dilakukan observasi dengan terapi farmakologis Jika ukuran batu 0,5-2,5 cm  dilakukan ESWL

Jika ukuran batu>2m  dilakukan pembedahan Pada batu ureter :

Jika ukuran batu < 10 mm  dilakukan obervasi dengan trapi farmakologi Jika ukuran batu > 10 mm  indikasi ESWL

3

(17)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 17 Kebanyakan batu bersifat asam  lakukan alkalinisasi urine dengan Kalium sitrat. Dapat ditambahkan dengan forced diuresis

Untuk batu basa (cth. MAP/struvit)  lakukan acidifikasi urine dengan asam sitrat

GAGAL GINJAL

Bila gagal ginjal  Ureum creatinin meningkat, Dan bila Ureum creatinin meningkat  diagnosisnya gagal ginjal

Penanda awal gagal ginjal: mikroalbuminuria

Membedakan gagal ginjal akut dan kronik dari 2 hal, dikatakan kronik jika; 1 Hb anemis  akibat defisiensi eritropeitin

2 terbukti ginjal mengisut  dari USG atau biopsi ginjal

Gejala uremic syndrome: mual, muntah, kulit kering dan gatal, sesak, penurunan kesadaran Penyebab gagal ginjal:

Prerenal: Cth. Dehidrasi, hipovolemik, oklusi arteri renalis Renal: Glomeruloferitis kronis, diabetik nefropati

Postrenal: Batu saluran kemih, BPH, Tumor ovarium Indikasi Mutlak Hemodialisis:

Ureum > 200 mg/dl. Creatinin > 8 mg/dl. Kalium > 7 mg/dl. Atau ada asidosis yang tidak terkoreksi

GLOMERULONEFRITIS

Glomerulonefritis merupakan infeksi awal pada glomerulus yang disebabkan oleh toksin Streptococu beta hemolitiukus grup A.

Gejala: ada riwayat ISPA, tercampur antara gejala sindroma nefrotik dan sindroma nefritik. Px. Pemeriksaan ASTO

Th/ antibiotik Penicillin dan Kortikosteroid Sekuele glomerulonefritis:

Sindroma Nefrotik: proteinuria masif, edema anasarka, hipoalbumin, hiperkolesterol Sindroma Nefritik: hematuria, hipertensi, oliguria

Th/ Kortikosteroid

KELAINAN PADA PENIS DAN TESTIS

Perbedaan orchitis, varikokel, hidrokel, dan epidydimal cyst

Orchitis: testis merah, meradang, edema, nyeri. Th/ analgetik dan antibiotik Varicocle: tampak gambaran seperti cacing bergelung. Th/ varicoclectomi Hidrokel: transilminasi (+)

Epidydimal cyst: teraba massa kistik, tidak nyeri. Th/observasi Perbedaan epididiymitis dan torsio testis, fimosis dan parafimosis

Epidydimitis: nyeri berkurang jika testis diangkat (phren sign(+)). Nyeri lebih gradual

Torsio testis: nyeri tidak kurang jika diangkat, testis tampak asimetris. Nyeri lebih mendadak Akan tetapi, Phren sign (-) dapat juga (+), cremaster sign (-) pada torsio

Perbedaan fimosis dengan parafimosis

Fimosis: preputium tdk bisa ditarik ke belakang (unretractable skin/constriction ring) sehingga saat akan BAK, preputium menggembung

(18)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 18 Th/ hidrokortison 1% salep, dilatasi meatal, jika tidak respon  sirkumsisi

Parafimosis: preputium bisa ditarik tapi tidak bisa balik (emergency). Resiko: nekrosis Th/ kompres dingin, sirkumsisi cito

TRAUMA

Perbedaan ruptur uretra anterior dan posterior

RU anterior: jika ada hematome (butterfly / sleeve), trauma kangkang RU posterior: jika ada floating prostats, pada kasus frfaktur ramus pubis Px: retrograde uretrografi

Th/ sistostomi perkutan atau punksi suprapubik

Ruptur ginjal: ada BAK bercampur darah setelah trauma. Jejas pada flank. Ruptur Buli : gejala peritonitis, FR: fraktur pelvic

Striktur Uretra : BAK bercabang , FR : pemasangan kateter, trauma Perbedaan prostatitis, BPH, Ca prostat

Prostatitis: ada nyeri tekan prostat saat di RT. Leukosit >>> BPH: pembesaran prostat kenyal, licin

Ca prostat: pembesaran keras, bernodul nodul

Pemeriksaan PSA: < 4 : normal 4 – 10: suspect Ca > 10: Ca prostat

INFERTILITAS

• Jumlah sperma  40 juta • Konsentrasi sperma 

– Bila kurang : oligozospermia ; bila tidak ada : azospermia • Gerakan  maju ke depan

– Bila terjadi kelainan gerakan sperma :asthenozoospermia • Morfologi  oval head and long tail

(19)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 19

G

astroentero-

H

epatologi

Pembekalan UKMPPD CBT FK

UMSU

KELAINAN MULUT DAN ESOFAGUS

Candidasis oral : dijumpai bercak keputuhan yang sulit diangkat. Sering dijumpai pada pasien HIV atau pada pengguna steroid jangka panjang. Th/ Nistatin drops

Candidiasis esofagitis: lesi kandida meluas hingga ke esofagus mengakibatkan gejala nyeri menelan. Gambaran endoskopi: cobble stone. Th/ Nistatin drops + fluconazole

Gastroesofageal Reflux Disease (GERD)

Ditandai dengan rasa panas terbakar di dada akibat kelemahan lower esophageal sphincter (LES).

FR: kebiasaan berbaring sehabis makan, pecandu kopi/alkohol

GERD berubah menjadi Barret esofagus (lesi pra kanker yang ditandai dengan perubahan epitel esofagus dari yang harusnya squamous menjadi kolumnar) dan akhirnya berubah menjadi Ca esofagus

Th/ PPI Akalasia

Kelainan dimana bagian distal esofagus menuju persambungan ke lambung mengalami stenosis / mengecil, sehingga makanan sulit masuk ke lambung  muntah berulang.

Px: Barium swallow  gambaran mouse tail / paruh burung Striktur Esofagus

Biasa terjadi sebagai akibat menelan bahan bahan korosif seperti asam/basa kuat. Varises Esofagus

Muntah darah segar dalam jumlah banyak. Terjadi pada pasien sirosis hepatis dimana tekanan vena porta meningkat dan diteruskan ke vena di esofagus.

Px: Endoskopi  gambaran cobble stone

KELAINAN LAMBUNG

Dispepsia fungsional

nyeri epigastrik dicetuskan faktor stress psikologis tanpa kelainan organik Th/ Antasida, H2 antagonis (Ranitidin, Famotidin)

Nb. Cimetidin tidak banyak digunakankarena mengakibatkan gangguan libido dan ginekomasti pada pria

Ulkus Peptikum

Ulkus gaster: nyeri tidak hilang dengan makanan

Ulkus duodenum: nyeri berkurang dengan makanan, muncul saat perut kosong & tengah malam Th/ kalau sudah ulkus  langsung PPI

Gastritis

Adalah diagnosis endoskopik atau histopat, yaitu jika ditemukan kuman Helicobacter Pylori Th/ Kombinasi 1 PPI + 2 antibiotik selama 8-12 minggu

Gastritis Erosiva

4

(20)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 20 Nyeri epigastrik hingga PSMBA akibat konsumsi NSAID, ataupun steroid berkepanjangan. Perlu diingat bahwa prostaglandin adalah protektor lambung

Th/ Pilih NSAID selektif COX2 (golongan Coxib) + PPI atau Sucralfat

Komplikasi jangka panjang : esofagitis kronis, Barret’s esophagus, karsinoma esofagus

KELAINAN USUS DAN ANUS

Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Kumpulan gejala rasa tidak nyaman pada perut yang diakibatkan faktor psikis. Gejala mereda setelah BAB.

Th/ edukasi

Inflammatory Bowel Disease (IBD)

Ditandai dengan BAB sering bercampur darah dan nyeri perut Crohn disease : dijumpai skip lesion, cobble stone

Kolitis ulseratif : radang ulserasi pada usus Ca colorectal

Gejala awal: perubahan pola BAB, kadang konstipasi / BAB seperti kotoran kambing, kadang diare, sering disertai darah

Radiologi: Barium enema  filling defect , apple core Lab: pemeriksaan kadar CEA

Hemorrhoid

Hemorrhoid eksterna  nyeri, benjolan kehitaman

Hemorrhoid interna  BAB berdarah menetes darah segar

Grade I  hanya berdarah, tanpa benjolan. Th/ modifikasi lifestyle Grade II  benjolan masuk spontan. Th/ modifikasi lifestyle Grade III  benjolan masuk dengan didorong jari  Th/ operatif Grade IV  tidak bisa masuk lagi Th/ operatif

KELAINAN HEPATOBILIER

Ikterus

Proses normal: Degradasi eritrosit  bilirubin indirect (tidak larut air)  dibawa ke hepar  diubah menjadi bilirubi direct (larut air)  keluar melalui duktus koledokus  dibung melalui feses dan urine Prehepatik : akibat degradasi eritrosit berlebih. Cth malaria

Hepatik : akibat proses pada hepar. Cth hepatitis

Posthepatik : akibat obstructive jaundice / sumbatan pada suktus koledokus. Cth kolelitiasis, tumor pankreas

Ditandai dengan BAB dempul dan terjadi peningkatan bilirubin direct serta alkaline transferase dan gGT

Hepatitis A, B, C, E

Yang menular lewat cairan tubuh B dan C Serologi Hepatitis B HBsAg IgM anti HBc IgG anti HBc Anti HBs HBeAg Hep B akut + + - - -/+

(21)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 21 Hep B kronik

infeksius + - + - +

Hep B kronik non

infeksius + - + - -

Pasca imunisasi - - - + -

Sembuh dari Hep B - - + + -

HbeAg  replikasi aktif IgM anti HBc  window period Kolelitiasis, kolesistitis, kolangitis

Kolelitiasis: 4F , nyerinya muncul jika makan berlemak, hilang timbul Kolesistitis: 4F + murphy sign  px: USG  penebalan diding vesica felea Koledokolitiasis : nyeri, ikterus

Kolangitis: demam, nyeri dan ikterus

Pankreatitis: paling sering pada alkoholik atau penderita kolelitiasis. Amilase & Lipase >>>> Sirosis hepatis

Kriteria SEKASIH

Splenomegaly, Eritema palmar, Kolateral vena, Ascites, Spider necy, Inverse albumin:globulin, Hematemesis

(22)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 22

T

ropik-

I

nfeksi

Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

Helminth

Keterangan Gambar Terapi

Ascaris lumbricoides

telur tebal berlapis bergranul, albumin. Cacing dewasa terlihat makroskopis jelas.

*Loefler syndrome: cacing dewasa masuk sirkulasi paru

Fase infeksius: tertelan telur matang (isi larva)

Alben 400mg SD, Pirantel 10mg/kgBB SD Hookworm (Ancylostoma sp, Necator sp)

telur tipis transparan

Fase infeksius larva filariform menembus kulit Creeping eruption. Cutaneous larva migran

Alben 400mg SD

Trichuris trichiura

Cacing seperti cambuk. Hidup di kolon. Telur tempayan. Komplikasi prolaps rekti.

Mebendazole 2x100mg 3 hari atau 600mg SD Oxyuris/ Enterobius vermicularis

Gatal anus malam hari. Telur asimetris, seperti parutan kelapa. Pirantel 10mg/KgBB SD Taenia (saginata & solium)

Keluhan keluar potongan persegi warna putih (proglotid). Dx: QDP. Telur tebal dd radial isi hexacanth embryo

- Saginata: sist bovis, daging sapi, uterus gravid 15-20

- Solium: sist selulosa, daging babi, uterus gravid 7 -12,bisa neurosistiserkosis

Albendazole selama 2-3 minggu Praziquantel 10mg/kg

Schistosoma 4s (schistosoma, spina pada telur, serkaria fase infeksiusnya, di Sulawesi)

Praziquantel 10mg/Kg

5

(23)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 23 Filaria Elephantiasis. Vektor: mansonia sp

- W.Bancrofti: kepala p = l, inti teratur, lekuk halus

- B. Malayi: kepala p = 2l, inti berkelompok tidak teratur ada inti tambahan, lekuk kinky

- B. Timori: kepala p = 3l, ada 2 inti tambahan

Dx: hapus darah tepi, giemsa stain: (+) mikrofilaria. Jam 22.00-02.00

DEC

Malaria

Fatro (Falciparum Tropicana) – Viter (Vivax Tertiana) – Maqu (Malariae Quartana)

 Falciparum: eritrosit tdk membesar, gambaran accole, Maurer’s dots, gametosit pisang/bulan sabit, ring forms, double infections. Komplikasi malaria cerebral, black water fever.

Th/ AMO3 + ASU 3 + PQ 1

 Vivax: eritrosit membesar, bisa relaps, bintik Schuffner. Menyebabkan malaria tertiana Th/ AMO3 + ASU 3 + PQ 14

 Malariae: dijumpai band form (gambaran seperti pita), merozoit rosette

 Ovale: gambaran seperti komet, james’s dots

Dx: Pemeriksaan hapusan darah tipis (melihat jenis malaria), darah tebal (hitung kepadatan malaria Th/

- Bila hamil: TM1 Kina + Klindamisin. TM2 ACT, (kontraindikasi: PQ, Doxy)

- Malaria berat: Artesunat IV (di RS), Artemeter IM (di lapangan), Kina HCL (ibu hamil) - Cek terapi hari ke 7, 14, 12

Profilaksis: Cloroquin Doxycicline Meflokuine Malaria hemoglobinuria = black water fever Malaria algid = malaria + shock

(24)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 24

DHF

Beda dengan Demam Dengue: Tidak ada kebocoran plasma, HT tidak meningkat >20%. Bisa gejala mirip. Grading DHF

 grade I: gejala klinis + uji tornikuet (+)

 grade II: grade I + perdarahan spontan

 grade III: grade II + muncul tanda tanda presyok, akra; dingin lembab sianosis gelisah, TD <<, Nadi >>

 grade IV: syok (nadi dan TD tidak teraba)

 DSS: kulit dingin lembab, gelisah, MAP<60mmHg, TD < 20mmHg, HR>100x/i Dx: Hari 1 – 3 NS1, IgM, IgG anti dengue

Resusitasi cairan pada DSS kristaloid start 10-20 cc/kg/30 menit 20-30 cc/kg/30 menit Periksa hematokrit sebagai penanda kebocoran plasma per hari

Leptospirosis

Penyebab: leptospira (spirochaeta bentuk spiral dengan flagel)

Menyebar umumnya lewat urine tikus (bisa anjing babi dll) yang larut bersama aliran air

Risiko: banjir, genangan air, pekerja selokan, kebun, tukang potong hewan, peternak, berburu, kemah, renang

Ringan: jika hanya nyeri betis dan demam saja Th/ doxycicline > Ampi > Amox

Sedang - Berat: jika ada ikterus Th/ penicilin 1,5 juta IU per 6 jam atau Ceftriaxone 2 gr/12 jam

Disentri

Diare berlendir dan berdarah

Disentri basiler: Shigella sp. frekuensi > 10 x/hari, demam tinggi, feces alkali Th/cotrimoxazle (anak), Cipro (Dewasa)

Disentri amoeba: Entamoeba hystolitica. Frekuensi < 10x/hari, demam sufebris, lebih ringan. Terjadi akibat tertelan kista matang (inti 4). Feces asam.

Th/metronidazole ; komplikasi: abses hati amoebic

Giardia

Diare berminyak / berlemak

Gambaran seperti buah pir dengan axostyle. Bentuk infeksius : kista Th/ Metronidazole

Demam Tifoid

Salmonella typhii, bakteri gram negatif. Dari kontaminasi makanan.

Demam bertangga/stepladder >7hari, obstipasi/diare, lidah kotor, bradikardia relatif, rose spot Dx: Gold standard adl Kultur. Mgg 1 (sumsum tulang & darah). Mgg 2 (Feces). Mgg 3 (Urin) Pemeriksaan lain: Widal O 1:320 / H > 640, atau kenaikan 4x dlm2 mgg ; Tubex: positif ≥ 4 Th/ Cipro (dewasa), Kloramfenikol (anak), Amox/ampi/sefalosporin gen 3 (ibu hamil)

HIV

Stadium klinis:

1 (Asimtomatik, limfadenopati persisten)

2 (BB turun, herpes zoster, ulkus oral, jamur kuku)

3 (BB turun > 10%, diare kronik, demam, kandidiasis oral, TB paru) 4 (Wasting syndrome, demam-diare,PCP, TB ekstraparu)

(25)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 25 Dx: Anjuran: Pemeriksaan 3 Metode (A1(+) A2(+) A3(+) = reaktif/positif. Salah satu atau dua2 A2/A3 (-) indeterminate). Gold Standard (western blot). Skrining: Rapid Test. Lain2: CD4

*VCT: konseling sukarela dan pribadi bagi klien yang berisiko tertular HIV, anjurkan!

Th/ ARV (2NRTI + 1NNRTI) seumur hidup (std 1 – 2 mulai bisa CD4 < 350), (std 3-4 langsung terapi) Bila ada obat yang tidak bisa bersamaan dengan obat infeksi, utamakan infeksi baru ARV lanjut.

*Pada pasien HIV koinfeksi TB mulai terapiARV sesegera mungkin setelah terapi TB dapat ditolenransi (2-8mgg pertama setelah OAT)

Flu Burung

Definisi kasus:

Suspek: gejala ispa, demam, batuk, sakit tenggorokan, kontak burung/lab (+)

Probabel: suspek + lab virus influenza (+) terbatas ATAU suspek dalam waktu singat jadi pneumonia/gagal nafas/meninggal ATAU suspek + tidak terbukti sebab lain

Konfirmasi: Kultur virus H5N1 (+) atau PCR (+) atau titer antibodi H5 meningkat 4x Th/ Antiviral (Oseltamivir) berikan secepat mungkin (48 jam pertama)

(26)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 26

H

ematologi &

R

heumatologi

Pembekalan UKMPPD CBT FK

UMSU

ANEMIA

Gejala Umum : Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai, pusing, penglihatan berkunang2 dan penurunan konsentrasi.

POLA PIKIR ANEMIA

1. Lihat jenis anemianya berdasarkan gambaran hapusan darah dan MCV MCH 2. Identifikasi etiologinya dan faktor resikonya

6

(27)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 27 KLASIFIKASI ANEMIA

Anemia Mikrositik Hipokromik (MCV <<, MCH <<) = FE-TAL-CIDERA-KRONIK Anemia defisiensi besi

Thalasemia

Anemia cideroblastik Anemia chronic disease

Anemia Normositik Normokromik (MCV n, MCH n) Anemia perdarahan akut

Anemia hemolitik Anemia chronic disease Anemia aplastik

Anemia Makrositer Normokromik (MCV >>) Anemia defisiensi folat

Anemia defisiensi B-12 Anemia Mikrositik Hipokromik

Defisiensi besi  Lemas, pucat, PICA, Anak: (rewel, nafsu makan menurun), papil lidah atrofi, kuku sendok (koilonikia), cheilosis, tidak ada hepatosplenomegali.

Anisopoikilositosis (ukuran dan bentuk eri berbeda2) normoblas dgn banyak sel pencil, serum iron ↓, ferritin ↓, TIBC ↑.

Etio: perdarahan kronis (tukak peptik, hemoroid, infeksi cacing tambang, menoragi, donor darah berlebihan), cacingan, atau intake jelek, ggn absorpsi (makan fe bersamaan dgn teh/kopi, tropical sprue, dll)

Th/ SF 3x200 mg sampai Hb normal, dilanjutkan SF 3x100 mg 2-6 bulan setelah Hb normal, untuk mengisi cadangan. Cek Hb setelah th/ 1 bln.

Thalasemia  organomegali /hepatosplenomegali, riwayat transfusi kontinu. eri anisopoikilositosis

dgn banyak sel target. Px Hb elektroforesis.

Penyakit kronis  pneumonie, Syphilis, AIDS, TB, Artritis Reumatoid, Limfoma hodgkin, (1-2 bln post

infeksi) Iron serum ↓, TIBC ↓/ N, Feritin serum ↑

Sideroblastik  cadangan Fe (+), tp penyediannya (-) krn ada ggn inkorporasi Fe ke heme. Cincin sideroblastik (+) pd pemeriksaan sumsum tulang

Anemia Normositik Normokromik

Aplastik  pansitopenia, efek samping kloramfenikol, Px: aspirasi bone marrow Hemolitik  ikterus, splenomegali, bilirubin indirect meningkat. Retikulosit meningkat. Perdarahan  perdarahan masif dan akut misal pada trauma

Penyakit kronis  penyakit yang mnengganggu hematopoiesis, cth kanker, CKD Anemia Makrositer

Megaloblas: - Defisiensi folat  ibu hamil, efek: kelainan saraf kongenital - Defisiensi B12  pada vegetarian, penyakit lambung Nonmegaloblas: - Penyakit hepar kronik - Hipotiroidisme

(28)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 28 Hemofilia

• H.A Defisiensi faktor VIII 80 % • H.B Defisiensi faktor IX 15 % • H.C Defisiensi faktor XI sisanya

• APTT memanjang  faktor ekstrinsik. PTT bisa normal /naik • kromosom Xh resesive dari wanita

• th/ : kryoprecipitate (F VIII) / fresh frozen plasma Von-willbraind Dis.

• aPTT ↑↑, PTT dalam batas normal • Faktor VWB ↓↓, Faktor VIIIAG ↓↓

Idiopathic Trombositopenic Purpura

Akut ≤ 6 bulan, >> anak-anak 2-6 tahun. Kronik > 6 bulan, >> Wanita, dewasa 18-40 thn Biasa dijumpai pada remaja wanita. Muncul petechia dan purpura. Didahului riw ISPA. Lab: trombositopenia <150.000, IgG trombosit >>, megatrombosit>>,

Biopsi Sumsum Tulang : Megakariosit >> Leukimia

(leukositosis >60.000, anemia, trombositopenia) Sel limfoid  leukemia limfositik.

Sel mieloid (neutrofil, basofil, dan eosinofil)  leukemia mielositik. Akut : sel muda yg dominan (blast) (85%, 100%)

Kronik : sel matur (-sit)

• ALL  Sering pada anak-anak (75% <15 tahun, puncak usia 3-5 tahun), dewasa 25% • CLL  95% neoplasma sel B, >> dewasa

(29)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 29 • AML  >>dewasa (85%), anak (15%), sel auer rod/auer body (+)

• CML  >> dewasa, terbanyak setelah CLL Screening perdarahan

Bleeding Time : jumlah dan fungsi trombosit. Cth. Pada kasus DHF

Prothrombin time (INR) : faktor ekstrinsik . Cth. Pada penggunaan obat warfarin APTT : faktor intrinsik. Cth. Pada hemofilia

D dimer : jalur fibrinolisis. Cth. Pada DIC, DVT

ARTHRITIS

Poliarthritis : > 4 SENDI. Oligoarthritis : 2-4 SENDI

Mono arthritis : 1 SENDI  GA, Pseudogout, Septic Arthritis

Gout Arthritis Osteoarthritis Rheumatoid Arthritis Penderita

Pria usia reproduksi aktif, wanita di usia post

menopause

Wanita usia post-menopause, penderita

obesitas

Sering mengenai wanita usia muda

Predileksi

Sendi yang terkena tunggal, biasanya MTP-1

atau MCP-1

Mengenai sendi-sendi besar (lutut, panggul)

atau falang distal

Sendi yang terkena simetris, falang

proksimal Manifestasi Pembengkakan,

eritema, nyeri hebat

Krepitasi sendi, nyeri memberat pada pagi hari kurang dari 1 jam

Nyeri memberat pada pagi hari sekitar 1 jam

atau lebih

Temuan Tofus Herbeden nodule Swan neck deformity

Patofisiologi

Deposit kristal urat yang menginduksi mediator

inflamasi

Trauma mekanis sendi menginduksi lepasnya

TNF-a, proses degenerasi

Proses autoimun Pannus

(30)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 30 Laboratorium Aspirasi cairan sendi - Rheumatoid factor (+)

Radiologi Punch out lesion, tofus

Osteofit, destruksi celah sendi, kista subkondral,

sklerosis subkondral

Destruksi celah sendi, kista subkondral

Tatalaksana

Colcichine pada fase

attack, tambahkan allopurinol 1x100-300 mg atau probenecid untuk maintenance NSAIDs, Suplementasi glukosamin dan kondroitin sulfat Awal: steroid Definit: Metothrexate

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK

Penyakit Inflamasi Autoimun Sistemik  Hipersensitivitas te II dan iiHipersensitif tipe III

Th/ : steroid jangka panjang kemudian tapering off, atau sitostatik (mtx/siklofosfamid)

(31)
(32)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 32

O

bstetri-

G

inekologi

Pembekalan UKMPPD CBT FK

UMSU

KEHAMILAN NORMAL

a. Menghitung Usia Kehamilan

- Tinggi fundus uteri: 3 jari atas simfisis : 12 minggu, Pertengahan simfisis-umbilikus : 16-18 minggu, Umbilikus: 22-24 minggu.

- Rumus Naegle/HPHT: Siklus 28 hari (Tanggal +7, Bulan -3, Tahun +1), Siklus 35 Hari (Tanggal +14, Bulan -3, Tahun +1), SIklus tidak 28 hari (tanggal + (Siklus-21), Bulan -3, Tahun +1)

- Gerakan Fetus: Primigravida 18 minggu, Multigravida 16 minggu. - Rumus Mc Donald: (TFUx2)/7 untuk Bulan, (TFUx8/7) untuk minggu.

- Rumus Bartholomew: Simfisis 8 minggu (2 Bulan), Pusat (24 minggu), Processus Xypoideus (42 minggu), Umur kehamilan 40 minggu sama dengan kehamilan 32 minggu. Simfisis-pusat dibagi 4 (3-6). Pusat-Processus dibagi 4 (7-10).

- DJJ: USG (5-7 minggu), Dopler (10-12 minggu), Laenec (17-19 minggu)

- Taksiran Berat Janin (TBJ): (TFU-n)x155. n=12 (Jika kepala belum masuk PAP), n=11 (Jika kepala sudah masuk PAP)

- Usia janin dari diameter biparietal pada usia > 12 minggu b. Durasi Kehamilan:

- Preterm: 28-37 minggu - Aterm: 38-42 minggu - Post Term: >42 minggu c. Tanda Kehamilan

- Tidak pasti: Amennorrea, mual muntah, mastoidinia, gerakan janin, sering kencing, konstipasi, perubahan BB (normal 0,5 kg/minggu), peningkatan temperature, perubahan warna kulit (kloasma, striae, linea nigra, dll), perubahan pelvis (Chadwick sign, serviks livide, dll), sekresi kolostrum, pembesaran perut > 16 minggu, Ballotement 16-20 minggu, kontraksi uterus.

- Pasti: DJJ, palpasi, USG (gestasional Sac pd mgg ke 6, dapat melihat bayi kembar), fetal ECG (12 minggu), laboratorium HCG pd minggu ke enam (kadar 500-1000mU/ml

d. ANC

- Trimester 1 sebanyak 1 kali sebelum minggu ke 6 - Trimester 2 sebanyak 1 kali antara minggu ke 24-28

- Trimester 3 sebanyak 2 kali antara minggu 30-32, dan antara minggu 36-38

- Cara lain: 1x/bulan hungga usia 28 minggu, 1x/2 mgg usia 29-36 minggu, 1x/mgg pd 37-40 minggu, 1p2x/mgg usia kehamilan >40

minggu.

PERSALINAN NORMAL

- Usia Kehamilan Aterm (38-42 minggu)

- Presentasi belakang kepala

7

(33)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 33 - Persalinan tidak lebih dari 18 jam

- Tidak ada komplikasi pada ibu dan janin

KEMAJUAN PEMBUKAAN:

Fase Laten Nullipara: > 20 jam, Multipara > 14 jam

Kala 1 laten: 1 cm/jam Kala 1 Aktif: 0,5 cm/jam EPISIOTOMI:

- Perineum Rigid - Primigravida

- Persalinan patologi (Tumor, kista)

- Indikasi tertentu: bayi besar, distosia bahu, persalinan dengan vakum/forsep, FAKTOR DALAM PERSALINAN:

- Power : His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan

kardiovaskular respirasi metabolik ibu - Passage : Keadaan jalan lahir

- Passenger : Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor)

- “P” lainnya : Psychology, physician, position

MASALAH DALAM PERSALINAN

- Masalah kala I: Gangguan His/ Power: Inersia uteri, persalinan lama, Kontraksi uterus hipertonik, Inkoordinasi kontraksi uterus, Gangguan Passage, Disproprosi kepala-panggul, Gangguan Passenger (Malposisi, malpresentasi)

- Masalah kala 2: Distosia bahu dank ala 2 memanjang - Masalah kala 3: Retensio Plasenta

- Masalah kala 4: Perdarahan Post Partum (Atonia uteri (Tone), Robekan (Tissue), Jaringan (Tissue), Faktor koagulasi (thrombin)

PARTOGRAF

(34)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 34 INDUKSI PERSALINAN Stimulasi tanda-tanda persalinan dari sebelumnya tidak ada menjadi ada

Indikasi: Adanya gawat janin atau gawat maternal PERSALINAN DENGAN VAKUM DAN FORSEP

Indikasi: Kala 2 macet/lama, persalinan dgn indikasi persingkat kala 2, kelelahan ibu, ibu dengan kontraindikasi meneran.

Syarat: Panggul adekuat, kepala sudah masuk PAP, posisi Hodge 3-4, pembukaan lengkap Kunci: Forsep digunakan/diindikasikan pada persalinan

dengan kepala bayi defleksi atau malposisi. Sedangkan vakum harus dengan posisi kepala vertex

(puncak kepala)

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

- Preeklampsia: dulu tidak HT, sekarang HT, proteinuria (+)

- Superimposed preeklampsia: dulu HT/< 20 minggu persalinan, sekarang HT, proteinuria (+)

- HT gestasional: dulu tidak HT, sekarang HT, proteinuria (-) menhilang <12 minggu pasca persalinan

- HT kronis: dulu HT/< 20 minggu persalinan, sekarang HT, proteinuria (-) M A S A L A H K A L A S A T U

(35)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 35 - Preeklampsia Ringan: TD < 160/110, proteinuria +1 atau +2. Th/ antioksidan, istirahat

- Preeklampsia Berat: TD ≥160/110, proteinuria +3 atau +4. Th/MgSO4-antidotum Ca Glukonas, hipertensi TD >160/110 dgn Nifedipin 10 mg 3x1, target TD 140/90 mmHg, dalam keadaan berat dapat diberikan interval 30 mnt, max dosis 120 mg/hr. Pilihan lain dgn Nicardipin dan metildopa 2x250 mg.

- Impending eklampsia: nyeri kepala, nyeri epigastrik, pandangan kabur, muntah - Eklampsia: Kejang, tatalaksana antikejang diazepam, patensi airway dan cairan iv. - Preeklampsia berat: terminasi dalam 24 jam

- Eklampsia terminasi dalam 12 jam

PERDARAHAN ANTEPARTUM

< 20 minggu

Abortus: bedakan jenis abortus dengan melihat portio Portio tertutup:

iminens (bercak darah)bedrest + Pil Progesteron Komplet (sudah keluar semua jaringan)observasi Portio terbuka:

Insipiens (tengah berlangsung, darah masif)resusitasi Inkomplet (sisa jaringan)dilatasi dan kuretase

Inkomplit (jaringan keluar sebagian)Kuretase Abortus habitualis: abortus lebih dari 3x berturut-turut

Mola: TFU lebih tinggi dari usia kehamilan, muntah progresif, TD >>> akibat homon HCG KET: syok progresif, nyeri goyang portio  resusitasi cairan  laparotomi cito

Terapi: Usia kehamilan < 16 minggu lakukan AVM, Usia kehamilan > 16 minggu inj. Oksitosin utk ekspulsi jaringan, jika gagal AVM

> 20 minggu

Plasenta previa: painless, causeless, recurent. Terjadi akibat plasenta menutupi segmen bawah rahim

Solusio plasenta: nyeri hebat, didahului trauma, riwayat HT, bagian janin sulit diraba

Ruptur uteri: terjadi saat inpartu, bundle ring sign, bagian janin mudah diraba FR: big baby, panggul sempit, grandemultipara, polihidramnion, riwayat SC

PERDARAHAN POST PARTUM

Early PPH ( < 24 jam) 4T

Tonus Atonia uteri : ditandai dengan kontraksi uterus lemah Th/masase KBI KBE + oksitosin, ergometrin misoprostol

Trauma Laserasi: yang bersiko membuat PPH adalah laserasi grade III dan IV. FR: makrosomia, primigravida, tidak episiotomi

Tissue Retensio plasenta: plasenta belum lahir setelah 30 menit Th/ manual plasenta. Kalau plasenta belum lahir tapi belum 3 menit masih kala III Th/ PTT

Plasenta Adhesif (inkreta, acreta, perkreta)Rujuk Histerektomi Trombin gangguan koagulasi darah

(36)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 36 Late PPH (>24 jam)

Sisa plasenta ditandai dengan TFU masih di atas simfisis setelah bayi dan plasenta lahir Metritis: ditandai dengan tanda gejala infeksi, Lochia berbau dan bernanah, demam.

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

(Mual & muntah hingga usia kehamilan 16 minggu)PUQE Score Gejala: Mul muntah hebat, dehidrasi, penurunan BB, ketonuria, gangguan elektrolit

Th/ cairan: dextrose, piridoksin (B6) 25 mg 2x1, diet rendah lemak, porsi kecil dan sering, krakers asin di pagi hari

Antiemetik: Doxylamine 12,5 mg 2x1 /prometazine 5-10 mg 3x1 Metoclopramide 5-10 mg 3-4x1 Ondansetron 4-8 mg 3-3-4x1 Jaga cairan

Kunci: Hiperemesis Gravidarummenimbulkan komplikasi (dehidrasi, penurunan BB, ketonuria, elektrolit).

Emesis Gravidarum tidak terdapat komplikasi

KETUBAN PECAH DINI (Pecah ketuban pd kehamilan > 22 mgg tanpa tanda persalinan) Test: Nitrazin testlakmus berubah mjd biru, Fernign Testgambaran pakis

Th/ Usia kehamilan >34 minggu: Antibiotik dan terminasi, kehamilan 24-33 minggu: antibiotic, dexametason dan terminasi pada usia 34 mgg atau lebih. Antibiotik eritromicin 4x250 mg.

KORIOAMNIONITIS

(Leukositosis, DJJ >160, Nadi ibu >100, amnion berbau, demam, nyeri fundus) Th/ Ampicilin 2 gr/6 jam + Gentamicin 5 mg/kgBB/24 jam iv  Terminasi kehamilan jika perlu matangkan serviks dan induksi.

CEPHALOPELVICDISPROPORTION

Osborn test (-) normal tidak CPD, Osborn test (+) berarti CPD

(37)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 37

KONTRASEPSI

KEPUTIHAN

- Bacterial vaginosis : terjadi akibat gangguan PH vagina sehingga pergeseran flora normal Etiologi: Gardnella vaginalis kuning keabuan, berbau amis, tes amin (+), clue cell.

Th/ metronidazole 2 gram single dose atau 2x500mg selama 14 hari

- Kandidiasis vaginalis: akibat infeksi Candida putih menggumpal spt susu, gatal, pseudohifa (+). Th/ nistatin supp, clotrimazole cream, fluconazole tab Single dose

- Trichomonas vaginalis : terjadi akibat infeksi IMS sekret kehijauan, nyeri terbakar, strawberry cervix, flagel.

Th/ metronidazole 3x500 mg

CERVICITIS

Keluhan sekret mukopurulen - Gonorrhea

Dijumpai diplococcus gram negatif berwaran merah intraseluler seperti biji kopi Th/ Ceftriaxone 250 mg iv atau Cefixime 400 PO single dose

- Non Gonorhea (Chlamydia, Mycoplasma)

Hasil lab yang dijumpai bukan diplococcus gram negative

Th/ Azythromicin 1 gr single dose atau doxyxiclin 100 mg 2x1 selama 7 hari

(38)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 38

P

ediatrik

Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

Resusitasi neonatus

Semua bayi baru lahir harus menjawab 4 pertanyaan

 Apakah cukup bulan, apakah menangsi spontan, apakah tonus baik, dan apakah ketuban jernih

 Jika salah satunya tidak Hangatkan – Posisikan – Jalan nafas – Rangsang taktil  Jika sianosis tapi usaha nafas ada  pasang

oksigen

 Jika apnea atau HR <100 x/i VTP pompa – lepas - lepas

 Jika HR< 60 x/i Kompresi dada 3 kompresi : 1 ambu

 Jika tetap tidak respon masukkan epinehrine

Semua langkah dilakukan selama 30 detik

Diagnosis Neonatus

Ditegakkan dengan menggunakan Lubchenco yaitu menilai usia kehamilan

NKB: < 37 week NCB: 37-42 week NLB: > 42 week 36 w : 2250 – 3500 gr

34 w : 1800 – 3250 gr 32 w : 1400 – 3000 gr Nilai maturitas otot dengan Ballard Score

Respiratory Distress

a. Hyaline Membrane Disease: bayi preterm, gambaran groundglass / badai salju/ retikulogranuler, akibat kurang surfaktan. Th/steroid

b. Transient tachypne newborn: bayi aterm, hanya masalah adaptasi fisiologis c. Meconium aspirasi syndrome: ketuban berwarna kehijauan, infiltrat di paru

Ikterus neonatorum

 Ikterus patologis jika salah satu terpenuhi Muncul pada hari pertama ATAU Kadar lebih dari 15 mg/dl ATAU bertahan sampai 14 hari

 Ikterus fisiologis: karena asupan ASI kurang (breast feeding jaundice). Th/ ASI lebih sering

8

(39)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 39

Imunisasi

 BCG: umur 0-2 bulan, jika terlambat lebih dari 3 bulan, harus dimantoux dulu, teknik: 0,05 cc intrakutan

 Polio: umur 0,2,4,6. teknik 2 tetes

 DPT: umur 2,4,6. Teknik 0,5 cc im. Yang paling buat demam: pertusis

 Hep B: umur 0,1,6. Teknik 0,5 cc im

 Campak: umur 9. Teknik 0,5 cc s.c MMR: umur 15

Jika terlambat, imunisasi harus dirapel, kecuali BCG, harus di mantoux dulu.

Anak demam ringan dan batuk pilek tetap diimunisasi, keculai nampak dehidrasi dan KU jelek

Diare, Dehidrasi dan Terapi Cairan

 Tanpa dehidrasi : sens CM aktif, minum biasa, mata dan turgor normal Th/ Oralit per kali diare Kurang dari 2 tahun 100ml, > 2 tahun 200 ml

(40)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 40 Th/ Orali 75 cc/kg habis dalam 3-4 jam

 Dehidrasi berat : penurunan kesadaran, malas minum, mata cekung, turgor lambat

Th/ IVFD RL, awal 30 cc/kg lanjutkan dengan 30 cc/kg Kurang dari 1 tahun, awal 1 jam, lanjutan 5 jam

Lebih dari 1 tahun, awal ½ jam, lanjutan 2 ½ jam

Pemberian Zinc selama 10 hari berturut turut untuk semua jenis dehidrasi

Dosis zinc: < 6 bulan = 10 mg, > 6 bulan = 20 mg Tidak diindikasikan pemberian loperamide, kaolin pectin, attapulgite dsb.

Bronkiolitis, Pertusis, Croup

 Bronkiolitis: anak kurang dari 2 bulan, episode wheezing pertama. ronchi+wheezing, Ro: patchy infiltrat, patchy atelektasis. Th/oksigen dan hidrasi

 Pertusis: batuk panjang sampai tercekik dan apnea, hingga menyebabkan perdarahan subconjunctiva Fase infeksius: katarhalis. Th/eritromisin 14 hari atau azithromisin 5 hari

 Croup: batuk berat seperti menggonggong. Th/ steroid oral atau epinephrine nebul Epiglotitis: sesak berat hingga stridor. Thumbprint sign (+).

TB pada Anak

 TB primer: tidak dijumpai lesi saat di foto, hanya tampak fokus Gohn (penebalan hilus)

 TB sekunder: sudah ada manifestasi nyata, tampak infiltrat, kavitas, dll Semua anak dengan riwayat kontak pasien TB wajib di mantoux

Kontak (+), Mantoux (-), Klinis (-) Profilaksis primer INH 10 mg/kg 3 bulan Kontak (+), Mantoux (+), Klinis (-) Profilaksis sekunder INH 10 mg/kg 6 bulan Kontak (+), Mantooux (+), Klinis (+) TB, obati dengan OAT

Mantoux test: 0,1 cc PPD intrakutan Regimen 2 RHZ + 4 RH

Gizi Buruk

Jika BB/TB kurang dari 70%

a. Marasmus: wajah tua, lemak subkutan tipis, otot atrofi, TIDAK ADA EDEMA b. Khwarsiorkor: wajah sembab, rambut

jagung, edema

c. Marasmus-Khwarsiorkor: gejala tercampur

Th/ Fase stabilisasi (F 75) ,Fase transisi (F 100) , Fase rehabilitasi (F 135) (makanan lunak)

Pemberian Makanan pada Anak 0-6 bulan: ASI

6-8 bulan: ASI + bubur susu 8-10 bulan: ASI + nasi tim saring 10-12 bulan: ASI + nasi tim utuh >12 bulan: ASI + makanan keluarga

(41)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 41

Kejang Demam

Kejang demam sederhana: seluruh tubuh, <15 menit, tidak berulang

Kejang demam kompleks: sebelah tubuh, > 15 menit, berulang, ada defisit neurologis (salah satu saja)

Berantas kejang: jika belum terpasang iv line: DZP rektal, jika sudah ada iv line: DZP iv Urutan DZP rektal  DZP rectal DZP iv Phenytoin iv rujuk ICU

Dosis Diazepam 0,3 – 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam

Dosis praktis diazepam rektal, tergantung BB anak Jika <10 kg DZP rektal 5 mg. Jika >10 kg DZP rektal 10mg

 Terapi jangka panjang diberikan hanya kalau kejang demam kompleks Th/ valproate diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan

Pemeriksaan : Lumbal punksi utk singkirkan meningitis

Antibiotik pada Anak

Penumonia ringan: cotrimoxazole

Pneumonia berat (jika ada sianosis, retraksi dan cuping hidung : Ampicilin ISK: cotrimpxazole

Typhoid: kloramfenikol, betalaktam Meningitis: ceftriaxone

OMA: amoxicillin

Cedera Lahir

Faktor resiko: big baby

Palsy Erb (waiter’s tip): cedera C5-C7, refleks moro (-), refleks genggam (+)

Palsy Klumpke (clawing): cedera C8-T1, refleks moro (-), refleks genggam (-)  terkait sindrom Horner (ptosis, miosis, anhidrosis)

Caput succadeneum : benjolan di kepala yang melintasi sutura. Akibat partus lama Cephal hematoma : benjolan di kepala yang tidak melintasi sutura, akibat fakum, forcep

Kelainan Kongenital

Atresia esofagus: saliva berlebihan (drooling), dipasang OGT tidak bisa masuk, tersedak saat disusui pertama kali. Atresia duodenum: double bubble

Atresia jejunum: triple bubble

Atresia bilier: BAB dempul. Bilirubin direct meningkat (obstructive jaundice)

Invaginasi: BAB Berdarah dan lendir, nyeri kolik, teraba massa seperti sosis di abdomen Px; kadang dijumpai portio like app. USG: doughnut sign Th/ awal dapat dilakukan barium enema

Hirschprung: Trias: abdomen distensi, muntah hijau, mekonium terlambat keluar, RT menyemprot akibat hilangnya saraf pada kolon, pada Hirchprung letak rendah (bukan patognomonik)

Hipoglikemika

pada anak Beresiko terjadi pada bayi dari ibu diabetes

Asimptomatik  early feeding dan infus Dextrose 10% laju manintenance Simptomatik Dextrose 10% 2 ml / kgBB

(42)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 42

M

ata &

T

HT

Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

Perbedaan Hordeolum dan Kalazion

Hordeolum: benjolan (nodul) merah meradang, bengkak, nyeri, akut ditepi (eksternum) atau dibalik kelopak mata (internum). Etiologi Infeksi Staphylococcus aureus.

 Hordeolum eksterna: dari kelenjar Moll (apokrin) dan Zeiss (sebasea)  Hordeolum interna dari kelenjar Meibom (sebasea)

Th/ kompres hangat dan AB topikal. Insisi dan drainase bila hordeolum besar (ada fluktuasi) atau pengobatan konservatif tidak berhasil. Hordeolum eksterna insisi dengan teknik horizontal, hordeolum interna insisi dengan teknik vertical.

Kalazion: Radang granulomatosa yang mengakibatkan timbulnya nodul tanpa nyeri benjolan keras mengganjal, dan kronis. Asal kelenjar meibom. Th/ eksisi

P

erbedaan Pterygium dan Penguicula

Pterygium: bentuk segitiga, isinya jaringan fibrovaskular, degeneratif dan invasif biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal maupun temporal meluas ke kornea mengganggu visus. Pterigium juga diduga disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara panas . Jika dibandingkan dengan pseudopterigium yaitu suatu reaksi dari konjungtiva oleh karena ulkus kornea maka dilakukan pengecekan dengan sonde (sonde dapat masuk di antara konjungtiva dan kornea). Thy/ keadaan dini tidak perlu dilakukan pengobatan, namun bila terjadi proses inflamasi dapat diberikan steroid topikal untuk menekan proses peradangan, dan pada keadaan lanjut misalnya terjadi gangguan penglihatan (refraktif), pterigium telah menutupi media penglihatan (menutupi sekitar 4mm permukaan kornea) maupun untuk alasan kosmetik maka diperlukan tindakan pembedahan berupa ekstirpasi pterigium

Pinguecula: Penebalan terbatas pada konjungtiva bulbi, berbentuk nodul yang berwarna kekuningan, tidak masuk ke kornea. Isinya lemak + debu. Th/artificial tears

Trichiasis, Blefaritis, Entropion dan Ektropion

o Trichiasis: beberapa bulu mata masuk ke dalam menggores kornea. Th/ epilasi

o Blefaritis: radang kelopak mata. Palpebra edema eritema, bulu mata lengket dan rontok berskuama

Th/ kompres hangat dan AB topikal salep

o Entropion: semua palpebra dan semua bulu mata melipat masuk ke dalam. Ektropion: palpebra melipat ke luar

Th/ tetes mata buatan dan salep lubrikan mata, pembedahan

9

(43)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 43

Conjunctivitis

Gambaran klinis: Mata merah, visus tidak menurun, tampak pelebaran pembuluh darah konjungtiva.  Conj Viral  Sekret jernih, ditemukan folikel, paling mudah menular, dapat ditemukan papila. .

Etio: adenovirus. Khas: reaksi folikuler Tx: simptomatik, kortikosteroid jika perlu.

 Conj Bakterial  Sekret purulen, perlengketan kelopak mata. Etio: pada neonatus: GO. Pada dewasa: Haemophylus Tx: antibakterial.

 Conj Alergi  Mata gatal dominan, sekret cair, ditemukan papila. Tx: antihistamin dan mast-cell stabilzer.

 Conj Vernal  Cobblestone appearance. Tx: antihistamin dan mast-cell stabilzer.

 Conj Trakoma  Infeksi C. trachomatis. Dapat menyebabkan sikatriks dan entropion. Tx: antibiotic (azithromisin PO, atau salep mata tetrasiklin).

 Conj flikten  pada penderita TB akibat reaksi hipersensitivitas. Th/obati TB nya

Keratitis

CIRI: Mata merah, visus menurun, tampak pelebaran pembuluh darah silier. Nyeri (+) disertai dengan fotofobia.

 Keratitis Bakterial  Lesi dengan defek epitel disertai infiltrat dan edema, secret purulen Tx: antibakterial topikal, sikloplegia, kortikosteroid.

 Keratitits viral Herpes simpleks  Lesi dendritik. Tx: antiviral topikal. sikloplegia, kortikosteroid.  Keratitis viral Herpes zoster  Dengan lesi herpes zoster di wajah unilateral. Tx: antiviral topical

dan oral, sikloplegia, kortikosteroid.

 Keratitis Fungal  Riwayat trauma dengan tumbuhan. Lesi hipopion dan lesi satelit. Tx: antifungal topikal, kontraindikasi kortikosteroid.

 Keratitis Amoeba  Acanthamoeba sp., riwayat berenang dan penggunaan lensa kontak. Tx: amoebisida dan kortikosteroid topikal.

 Ulkus Kornea  Tampilan klinis mirip keratitis. Tes fluorosein positif (tampak defek epitel)

Episkleritis

 Reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera, umumnya satu bola mata.

Etiologi : umumnya tidak diketahui penyebabnya, tapi radang episklera mungkin disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti, tuberkulosis, Reumatoid artritis, lues, SLE dll

Epidemiologi : umumnya penderita merupakan perempuan usia pertengahan dengan penyakit bawaan reumatik

Gejala :

a. Mata merah karena pelebaran pembuluh darah b. Rasa sakit yang ringan

c. Mengganjal d. Keluhan silau

e. Khas : bentuk radang pada episkleritis berupa tonjolan setempal, batas tegas dan warna merah ungu dibawah konjungtiva yang sakit jika ditekan

(44)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 44 f. Pada episkleritis yang luas, gambaran klinis mirip dengan konjungtivitis. bedanya ada lah pada episkleritis tidak terdapat hiperemi konjungtiva tarsal, tidak ada sekret serta nyeri saat penekanan ringan bola mata

Terapi :

1. Pembuluh darah yang melebar akan mengecil bila diberi fenil efrin 2,5% topikal 2. Pengobatan yang diberikan pada episkleritis adalah vasokonstriktor

3. Pada keadaan yang berat diberi kortikosteroid tetes mata, sistemik atau salisilat

Kelainan Visus

Miopia

Bayangan jatuh di depan retina. Bisa disebabkan bola mata terlalu panjang (miopia aksial), lensa terlalu kuat ,atau kornea yang terlalu cekung (miopia kurvatura).

Gejala/ Jika timbul pada anak usia sekolah, prestasi belajar yang menurun, duduk di depan, memicingkan mata.

Thy/ Koreksi dengan lensa negatif terlemah.

Hipermetropia

Bayangan jatuh di belakang retina. Bisa disebabkan bola mata terlalu pendek (hipermeteropia aksial), lensa terlalu lemah, atau kornea yang kurang cekung (hipermeteropia kurvatura).

Gejala/ Mata yang sering lelah (karena akomodasi terus menerus). Thy/ Koreksi dengan lensa positif terkuat.

Presbiopia

Daya akomodasi lensa mata yang mulai melemah. Penuaan pada otot otot lensa mata.. Dimulai sejak umur 40 tahun

Koreksi dengan lensa positif, perkiraan kebutuhan lensa sesuai dengan usia 40 th  +1D 45th  +1,5D 50 th  +2D, dst

Astigmatisma

Pandangan ganda karna bayangan jatuh tidak pada satu titik akibat kelengkungan kornea tidak rata. Penderita astigmatisma regular (melihat garis vertical terlihat kabur dan garis horizontal terlihat jelas) dapat dikoreksi dengan kacamata berlensa silindris

Amblyopia

"Mata malas", yakni kelainan akibat supresi sistem saraf pusat terhadap salah satu mata

yang misalnya disebabkan oleh anisometeropia (perbedaan refraksi antara kedua mata jauh berbeda) atau strabismus.

Gejala/ Visus turun pada salah satu mata, dan bagaimanapun upaya koreksi tidak dapat mencapai visus normal (6/6 atau lebih baik).

(45)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU

Page 45 Strabismus

Strabismus atau mata juling adalah suatu kondisi dimana kedua mata tampak tidak searah atau memandang pada dua titik yang berbeda. Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata sebelahnya dapat saja memandang ke dalam (esotropia), ke luar (exotropia), ke bawah (hipotropia) atau ke atas (hipertropia).

Penyebab  ketidak-seimbangan tarikan otot yang mengendalikan pergerakan mata, kelumpuhan otot, gangguan persyarafan atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi.

Referensi

Dokumen terkait