• Tidak ada hasil yang ditemukan

FINISHING KULIT DENGAN METODE BATIK PADA KULIT SAMAK KOMBINASI KROM- ALUM DAN SAMAK NABATI DITINJAU DARI SIFAT FISIS DAN JARINGAN KULIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FINISHING KULIT DENGAN METODE BATIK PADA KULIT SAMAK KOMBINASI KROM- ALUM DAN SAMAK NABATI DITINJAU DARI SIFAT FISIS DAN JARINGAN KULIT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

FINISHING KULIT DENGAN METODE BATIK PADA KULIT SAMAK KOMBINASI

KROM-ALUM DAN SAMAK NABATI DITINJAU DARI SIFAT FISIS DAN JARINGAN KULIT

Sri Sutyasmi

Balai Besar, Kulit, Karet dan Plastik E-mail: srisutyasmi@ymail.com

ABSTRAK

Batik tidak hanya dibuat dari kain, tetapi juga bisa dari kulit untuk melengkapi fasionabel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh finishing kulit dengan metode pada kulit samak kombinasi krom- alum dan samak nabati. Kulit pikel disamak kombinasi dengan krom-alum dan yang lain disamak dengan samak nabati dengan variasi minyak 2%, 4% dan 6%. Dari masing-masing kulit tersamak dilakukan pembatikan dengan batik tulis dan batik cap sesuai motif yang diinginkan, sesudah dibatik, kulit kemudian dilorod lilinnya dan selanjutnya kulit diberi cat dasar dan coletan warna sesuai keinginan, kemudian difinish dengan binder dan lak agar penampilan kulit lebih baik dan warna tidak luntur. Kulit kemudian diplate atau diseterika agar lilin/malam yang masih menempel pada kulit terangkat. Selanjutnya kulit diuji fisis yaitu ketahanan gosok cat kering dan basah, kekuatan rekat cat tutup, kekuatan retak cat tutup, kekuatan tarik dan kemuluran.Selain itu kulit juga diuji morfologi kulit.

(2)

LEATHER FINISHING USING BATIK METHOD ON COMBINATION CHROME-ALUM

AND VEGETABLE TANNED LEATHER IN TERMS OF PHYSICAL PROPERTIES AND SKIN

TISSUE

Sri Sutyasmi

Center for Leather, Rubber and Plastics

E-mail: srisutyasmi@ymail.com

ABSTRACT

Batik is not only of the fabric, but also from the skin to complete the fasionabel. The purpose of this study was to determine the effect leather finishing with batik method to leather combination of chrome alum and vegetable tanning. Pickle tanned leather combined with chrome-alum and other tanned with vegetable tanning with oil variation of 2%, 4% and 6%. From each of tanned leather made of batik with written batik and stamp batik the desired motif, after do batik than removed the candle and then peel by priming and color give as you wish, then finish with binders and lacquers make the appearance of the skin better and color not faded. The skin then diplat or ironed so that the wax attached to the skin lifted. Furthermore, namely physical tested skin scrub resistance and wet paint is dry, paint adhesion strength of the lid, the lid cracked paint strength, tensile strength and also skin tested elongation. Besides the skin also tested skin morfology.

(3)

PENDAHULUAN

Batik sangat populer dan berkembang pesat di Indonesia sejak pengakuan batik oleh UNESCO pada tahun 2009 sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia, hal ini berpengaruh secara signifikan untuk industri batik (Ismail at al, 2012). Sekarang batik tidak hanya kain, tetapi aplikasinya telah dikembangkan untuk kulit samak krom, kulit samak nabati (Pancapalaga, 2010), kulit domba samak nabati yang dikombinasi (Khusniyati, 2007) dan kulit sapi samak nabati (Kasmudjiastuti. 2004) Metode proses pencelupan untuk kulit batik adalah upaya untuk menunjukkan motif batik pada kulit menggunakan lilin namun menggunakan pencelupan dingin. (Pancapalaga, 2010)

Ada tiga faktor utama yang penting dalam metode pembatikan yaitu pewarnaan batik, melepaskan lilin batik dan pencelupan lilin batik, Meningkatnya industri batik menyebabkan efek multiplier untuk bidang ekonomi dan sosial budaya di Indonesia. Jenis pola batik tradisional cukup banyak, tetapi pola dan variasi sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang sangat beragam. Budaya khas bangsa Indonesia yang begitu kaya telah mendorong gaya dan jenis batik tradisional dengan kekhasan karakteristik sendiri (As Azhar et al, 2015; Steelyana, W.E, 2012 ; Haryanto, and Sony Heru Priyanto, 2013).

Keindahan batik memiliki artistik tinggi dengan filsafat yang dalam. Setiap daerah memiliki keunikan dan ciri setiap ornamen dalam bentuk /motive, dan warna. Perbedaan dikarenakan latar belakang budaya, lingkungan.dan geografi. Tapi ada juga kesamaan karena hubungan perdagangan, pemerintah, adat, budaya dan agama (Rahab et al, 2013, Azhare et al,2015).

Batik, adalah karya seni rupa pada kain dan lilin sebagai perintang warna. Metode batik yang diterapkan pada kulit akan menemui banyak kendala antara lain adalah cara pencelupan kulit seperti kain akan menyebabkan kulit menjadi rusak karena panas, sehingga memerlukan cara tersendiri. Perekatan lilin pada kulit yang sukar dilepas dengan metode yang biasa digunakan pada kain, itu juga merupakan kendala tersendiri bagi pembuatan kulit yang di finish dengan batik (Pancapalaga at al, 2013).

Menurut Pancapalaga et al, 2014, pelepasan lilin batik pada kulit yang terbaik adalah menggunakan natrium silika dengan konsentrasi 2 g/l. Hal ini disebabkan alkali silika natrium yang mampu memutus rantai ikatan antara krom dengan lilin batik. Kandungan gondorukem di lilin batik tidak tahan terhadap alkali. Jika terjadi reaksi dengan senyawa alkali akan menjadi reaksi hidrolisis yang terjadi pada jembatan rantai karbon. Oleh karena itu, akibatnya rantai molekul putus, sehingga kekuatan ikatan lilin batik dengan kulit juga putus, penyebabnya adalah karena rantai molekul menjadi lebih pendek.

Selain itu, ketebalan kulit dan kain berbeda karena kulit terdiri dari tiga lapisan sehingga penetrasi bahan yang digunakan untuk finishing kulit sangat menentukan keberhasilan finishing kulit. Pemilihan Jenis pencelupan untuk metode batik pada kulit mengandalkan struktur kimia antara larutan dan kulit, jenis penyamakan dan adanya zat aktif kimia di permukaan kulit (Pancapalaga, et al, 2013).

Bensin atau gasoline bisa digunakan untuk melepaskan lilin batik pada kulit (Kamel et al., 2007), namun penggunaan bensin mahal dan sangat mudah terbakar. Melepaskan lilin batik pada kain sutra adalah dengan menggunakan air panas dan natrium silika pada 2 g / l (Susilaning dan Suheryanto, 20ll).

Pada dasarnya ada dua teknik membatik pada kain. Teknik pertama adalah cara tradisional menggunakan canting, alat seperti pena yang memegang reservoir kecil panas lilin. Teknik ini menggunakan tangan untuk menggambar dengan lilin untuk pewarnaan batik yang dikenal sebagai batik tulis. Teknik lainnya adalah teknik otomatis; yaitu menggunakan cap atau stempel tembaga untuk mengesankan desain lilin pada kain untuk memproduksi batik cap (Rante, et al, 2014).

(4)

Haroun et al, (2009) menyatakan bahwa mekanisme utama pada pewarnaan kulit adalah reaksi garam dengan gugus amino kolagen di kulit. Selain itu, dinyatakan bahwa asam atau pewarna dari bahan anionik memiliki satu atau lebih kelompok SO3Na atau SO3H yang juga berfungsi sebagai penentu tingkat kelarutan. Menurut Pancapalaga et al, 2014, lilin batik yang mengandung monomer resin asam akan mengangkat beberapa epidermis lapisan dan pori-pori kolagen terbuka sehingga monomer asam resin dapat menembus ke dalam kulit samak nabati. Kedalaman penetrasi selama lilin batik melekat ke dalam kulit nabati tergantung pada rasio monomer asam untuk campuran bahan lainnya. Temperatur lilin batik sangat dominan mengganggu jaringan kulit. Kebanyakan lilin batik di absorbsi kedalam korium jaringan kulit (Sutyasmi et al, 2015). Biasanya sangat sulit untuk melorodnya (melepaskan lilin batik dari kulit).

Dalam rangka meningkatkan devisa negara dari sektor non migas salah satunya adalah komoditas kulit yaitu kulit batik. Memproduksi batik kulit yang berkualitas tinggi merupakan usaha yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus. Disisi lain perkembangan akan penyamakan kulit sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi (Pancapalaga,et al, 2013). Sebelumnya juga telah dilakukan penelitian tentang kualitas dan morfologi kulit batik samak krom dan samak kombinasi krom syntan.

Kompetitor dalam usaha batik kulit belum banyak, pada umumnya kulit yang di finish dengan batik yang ada dipasaran adalah kulit yang disamak dengan bahan penyamak nabati, sehingga kulit kaku dan untuk

fasion kurang baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh finishing kulit dengan metode batik pada samak kombinasi krom-alum dan kulit samak nabati terhadap sifat fisis dan jaringan kulit.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit pikel dari kulit kambing, bahan-bahan untuk proses penyamakan kulit samak nabati (mimosa) dan samak kombinasi krom alum, bahan- bahan untuk finishing kulit seperti binder, lak dan pigmen, serta pewarna batik, lilin batik, dan bahan untuk melorod lilin batik.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah drum penyamakan beserta perlengkapanya seperti ember, slang air, canting, kuas, wajan, kompor, cap dan perlengkapannya.

Metode

Metode penelitian ini sesuai dengan Sutyasmi ed al, 2015 yaitu Kulit pikel sebanyak 12 lembar disamak dengan bahan penyamak nabati sebanyak 6 lembar dan bahan penyamak kombinasi krom-alum 6 lembar. Variasi yang digunakan masing-masing penyamakan adalah peminyakan yaitu, 2%, 4% dan 6% . Setiap penyamakan menggunakan 2 lembar kulit. Dari masing-masing kulit tersamak dilakukan pembatikan dengan batik tulis dan batik cap.

Untuk kulit yang dibatik dengan cara batik tulis dibuat pola pada kulit terlebih dahulu sesuai dengan yang diinginkan dan dilanjutkan membatik pada kulit yang sudah dipola dengan menggunakan lilin batik. Selanjutnya kulit yang sudah dibatik kemudian dilorod lilinnya dengan menggunakan lilin yang

(5)

digosok-gosokkan pada kulit batik agar lilin yang menempel lepas. Untuk batik cap, dicap sesuai motif yang diinginkan dan diberi cat dasar dan coletan. Kulit batik kemudian dilorod lilinnya. Pelorodan lilin dalam kulit batik cap sama dengan pada batik tulis. Setelah itu kulit kemudian difinish dengan di beri binder dan lak agar penampilan kulit lebih indah dan menarik serta tidak luntur. Kulit kemudian di plat (setrika) agar lilin yang menempel bisa terambil dan kulit berpenampilan lebih baik dan rata. Kulit jadi kemudian diuji fisis yaitu : ketahanan gosok cat kering dan basah, kekuatan rekat cat tutup, kekuatan retak cat tutup, kekuatan tarik dan kemuluran. Selain itu kulit batik juga diuji morfologi kulit untuk mengetahui pengaruh finishing kulit dengan metode batik. Kulit selanjutnya dibuat barang jadi kulit seperti tas dan dompet kulit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Fisis Kulit Batik Tulis Samak Kombinasi Krom-Alum Dan Samak Nabati

Hasil uji kulit batik tulis dari kulit kombinasi krom-alum dan samak nabati.dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Hasil Uji Kisis Kulit Batik Tulis Dari Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum Dan Samak Nabati

No Kode Kekuatan tarik (kg/cm) Kemuluran (%) Kekuatan retak cat tutup, (mm)

Ketahanan gosok cat Kekuatan rekat cat tutup

Metode uji Kering Basah Kering Basah

1 Al2 359,70 52,59 8,66 4 4 125 75 Al4 370,44 54,10 8,14 4 4 229,16 100 Al6 314,12 53,49 8,65 3/4 4 129.17 75 2 N2 165,18 32,05 7,13 4 4 279,17 50 N4 280,93 46,18 0,83 4 3/4 350 50 N6 165,18 44,76 0,60 4 4 133,34 25 3 N0 137,59 34,20 4,75 3/4 4 558,34 112,5 Keterangan:

1. Al2, Al4, l : adalah kulit batik samak kombinasi krom-alum dengan variasi minyak 2%, 4% dan 6%. 2. N2, N4, N6 : adalah kulit batik samak nabati dengan variasi minyak 2%, 4% dan 6%.

3. N0 : adalah kulit batik samak nabati yang ada di pasaran.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa dengan metode finishing batik, kulit yang disamak kombinasi krom-alum dan di batik dengan batik tulis mempunyai kekuatan tarik hampir sama yaitu sekitar 300 kg/cm, namun yang tertinggi adalah pada variasi minyak 4 %. dengan nilai 370,33 kg/cm. Hasil uji kemuluran kulit untuk kulit kombinasi krom –alum, semua mempunyai kemuluran antara 52% -54%. Kekuatan retak cat tutup mempunyai nilai hampir sama yaitu sekitar 8 mm. Hasil uji ketahanan gosok kering maupun basah mempunyai nilai sama yaitu 4 (sedikit luntur) dan hanya penggunaan minyak 6% yang mempunyai nilai 3/4 yang berarti juga sedikit luntur. Ini mungkin disebabkan karena penggunaan lak pada proses finishing tidak cukup (terlalu sedikit). Hasil uji kekuatan rekat cat tutup baik kering maupun basah yang tertinggi adalah penggunaan minyak 4%.

Kekuatan tarik kulit samak nabati yang tertinggi adalah pada penggunaan minyak 4% dengan nilai 280,93 kg/cm. Hal ini dikarenakan penggunaan minyak yang cocok pada proses penyamakan kulit ini adalah pemakaian minyak 4%. Pada penggunaan minyak 2% dan 6% mempunyai nilai sama yaitu 165 kg/cm. Kekuatan tarik kulit samak nabati yang ada di pasaran mempnyai nilai 137 kg/cm atau lebih rendah dari

(6)

kulit samak nabati hasil penelitian. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kulit samak nabati yang ada di pasaran adalah kaku (kurang minyak). Kemuluran kulit samak nabati hasil penelitian semuanya dibawah 50% atau memenuhi SNI. Hal ini disebabkan karena kulit samak nabati hasil penelitian pemakaian minyaknya cukup (tidak kurang) dan proses penyamakannya juga baik. Kekuatan retak cat tutup yang paling kecil adalah N6 dengan nilai 0,6 mm, sedangkan N4 (pemakaian minyak 4%) dengan nilai 0,83 mm hanya terpaut sedikit. Ketahanan gosok cat baik basah maupun kering adalah sekirtar 4 dimana angka tersebut menunjukkan bahwa ketahanan cat sedikit luntur, mungkin disebabkan karena pemberian lak saat finishing kulit kurang bayak sehingga warna sedikit luntur. Kekuatan rekat cat tutup kering kulit samak nabati hasil penelitian adalah N4 kulit samak nabatidengan minyak 4% mempunyai nilai 350, sedangkan hasil uji kekuatan rekat cat tutup basah pada N4 atau kulit samak nabati dengan kadar minyak 2% adalah 50, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas kulit batik tulis dari penyamakan kombinasi krom-alum dan samak nabati yang terbaik adalah variasi penggunaan minyak 4% karena hasil uji pada variasi tersebut adalah paling tinggi. Hasil uji kulit batik samak nabati yang ada di pasaran menunjukkan bahwa kekuatan tarik lebih rendah dari pada kulit hasil penelitian. Hasil uji kemuluran kulit juga lebih rendah dari kulit hasil penelitian, namun untuk kekuatan retak cat tutup lebih tinggi dari kulit hasil penelitian yang terbaik (N4 dan N6) yaitu 4,75 mm. Hasil uji ketahanan gosok cat baik kering maupun basah keduanya sama-sama luntur dengan nilai ¾ dan 4. Hal ini mungkin disebabkan karena pemberian lak yang kurang atau penggunaan pewarna yang kurang baik (bukan pewarna kulit). Hasil uji kekuatan rekat cat tutup pada kulit samak nabati yang ada di pasaran baik basah maupun kering adalah tinggi apabila dibandingkan dengan kulit hasil penelitian. Hal ini kemungkinan karena kulit samak nabati yang ada di pasaran pemberian catnya hanya dengan dioles sehingga kekuatan rekat cat tutup tinggi.

Berikut adalah gambar kulit batik tulis kulit samak kombinasi krom-alum dan samak nabati

Gambar 1. Kulit samak krom-alum dan nabati Gambar2. Kulit batik tulis samak kombinasi

krom-alum dan nabati

(7)

Haroen et al, 2009, menyatakan bahwa mekanisme utama pewarnaan kulit adalah reaksi antara garam dengan gugus amino kolagen didalam kulit. Selain itu, dinyatakan bahwa asam atau pewarna bahan anionik memiliki satu atau lebih kelompok SO3Na atau SO3H yang juga difungsikan sebagai penentu tingkat kelarutan, dimana kelompok sulfon jumlahnya lebih sedikit tetapi tingkat kelarutannya lebih tinggi dari keasaman bahan pewarna. Faktor utama yang mengendalikan pencelupan kulit adalah sifat fisik dan kimia zat warna sesuai dengan struktur kulit, karena ini dapat mempengaruhi penetrasi dan ikatan antara pewarna dan kulit.

Hal ini menunjukkan bahwa jenis warna bahan naftol dalam metode pewarnaan batik untuk kulit krom nabati memiliki ketahanan cat yang lebih tinggi dari pada kebanyakan jenis lain.

Hasil Uji Kulit Batik Cap Samak Kombinasi Krom-Alum Dan Samak Nabati

Hasil uji kulit batik cap samak nabati krom-alum dan samak nabati dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Hasil uji kulit barik cap samak kombinasi krom-alum dan samak nabati

No Kod e Kekuatan tarik (kg/cm) Kemuluran (%) Kekuatan retak cat tutup, (mm) Ketahanan gosok cat Kekuatan rekat

cat tutup Metode uji Kering Basah Kering Basah

1 Al2 364,39 56,64 8,37 4/5 4 108,34 75 Al4 446.16 55,67 7,82 4/5 4/5 175 104,17 Al6 509,00 62,10 7,81 4 4 158,33 100 2 N2 348,18 64,89 7,44 4 4/5 420,84 50 N4 347,41 34,26 0,66 4/5 4/5 237,67 25 N6 348,18 64,89 0,90 4/5 3/4 133,34 25 3 N0 - - - - Keterangan:

1. Al2, Al4, Al6 : adalah kulit batik samak kombinasi krom-alum dengan variasi minyak 2%, 4% dan 6%. 2. N2, N4, N6 : adalah kulit batik samak nabati dengan variasi minyak 2%, 4% dan 6%.

3. N0 : adalah kulit batik samak nabati yang ada di pasaran.

Dari data diatas dapat diketahui bahwa kekuatan tarik tertinggi kulit batik samak kombinasi krom-alum adalah Al6 dengan nilai 509 kg/cm, sedangkan Al2 dan Al 4 adalah 364,39 kg/cm dan 446,16 kg/cm. Hal ini kemungkinan karena variasi minyak yang digunakan untuk menyamak kulit yang paling pas adalah dengan minyak 6%. Kemuluran terendah pada kulit samak kombinasi krom alum pada batik cap ini adalah Al4 atau kulit batik cap samak krom alum dengan minyak 4% dengan nilai 55,67%, sedangkan yang lain adalah (Al2 dan Al6) mempunyai nilai lebih tinggi yaitu 56,64 % dan 62,10 %, namun semuanya sudah diatas standard SNI kulit atasan yang nilainya maksimal 50%. Kemuluran yang terbaik adalah yang rendah atau dibawah 50%. Hasil uji kekuatan retak cat tutup pada kulit samak kombinasi krom-alum hampir sama yaitu 8,34 mm; 7,82 mm; dan 7,81mm. Sedangkan hasil uji kulit batik cap samak kombinasi krom-alum yang terbaik adalah Al4 atau kulit kombinasi krom alum dengan variasi minyak 4% dengan nilai 4/5 baik kering maupun basah. Kekuatan rekat cat tutup baik kering maupun basah adalah Al4 atau kulit batik samak kombinasi dengan variasi minyak 4%, dengan nilai kering 175 dan basah 104,17.

(8)

Kekuatan tarik kulit batik cap samak nabati berkisar antara 347 kg/cm – 348 kg/cm pada penggunaan minyak 2%, 4% dan 6%. Hal ini berarti pada senua variasi minyak pada penyamakan kulit nabati mempunyai kekuatan tarik yang sama. Kemuluran kulit samak nabati pada penggunaan minyak 4% mempunyai kemuluran yang baik yaitu 34,26% dan pada penggunaan minyak 2% dan 6% (N2 dan N6) mempunyai nilai sama yaitu 64,89%. Hal ini berarti penggunaan minyak 4% adalah yang paling tepat untuk penyamakan nabati. Kekuatan retak cat tutup pada kulit batik cap samak nabati mempunyai nilai N2 7,44 mm, 0,66 mm dan 0,90 mm, dan yang terkecil adalah penggunaan minyak 4 % (N4), dan inilah yang terbaik. Ketahanan gosok cat baik kering maupun basah terbaik adalah N4 atau penggunaan minyak 4 % dengan nilai 4/5 atau tidak luntur. Hal ini mungkin disebabkan karena lak untuk finishing kulit cukup sehingga tidak luntur. Kekuatan rekat cat tutup baik kering maupun basah, tertinggi adalah kulit samak nabati dengan variasi minyak 2% (N2) dengan nilai untuk kering 420,84 dan basah 50. Berikut adalah gambar kulit batik cap hasil penelitian.

Gambar 4. Kulit batik cap

Kecerahan warna batik kulit samak krom dan kombinasi krom-alum dipengaruhi oleh garam krom, dimana prinsip garam krom akan bereaksi dengan gugus karboksilat dari protein kulit, sehingga kulit samak krom cenderung bertambah jumlah kationiknya. Selanjutnya garam krom akan dihidrolisis untuk melepaskan asam, di mana garam krom tersebut juga meningkatkan keasaman kulit nabati. Sebagai hasil dari keadaan ini, cat asam penyamakan krom memiliki kekuatan ikatan yang tinggi dan penetrasi yang lebih baik dan juga distribusi cat pada penampang kulit samak krom merata, sehingga meningkatkan kecerahan warna.

Hasil Uji Morfologi Kulit

Hasil uji morfologi kulit batik sebelum pembatikan, sesudah pembatikan adalah seperti gambar dibawah ini.

(9)

Gambar 7. Morfologi kulit batik samak nabati

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa kulit sebelum dibatik terlihat warna lebih terang dan pada lapisan paling luar dari kulit terlihat padat, sedangkan kulit samak kombinasi krom -alum sesudah dibatik terlihat bahwa walaupun kena panas dari lilin batik tetapi jaringan kulit masih terlihat sama dan kompak atau tidak berubah dan kulit pada lapisan paling luar juga masih terlihat kompak dan warna bisa masuk kedalam kulit, jadi apabila dikaitkan dengan kekuatan tarik dari kulit hasil penelitian yang tetap baik dan memenuhii SNI, maka pengaruh pembatikan dengan lilin panas tidak berpengaruh pada jaringan kulit.

Demikian juga dengan kulit samak nabati, morfologi kulit juga tidak berubah, warna sedikit terang dan kulit bagian pinggir juga terlihat masih kompak. Ini membuktikan bahwa adanya pemanasan dengan lilin batik tidak berpengaruh terhadap jaringan kulit. Apabila dikaitkan dengan kekuatan tarik yang tetap tinggi ini juga berarti jaringan kulit tetap kuat dan tidak berubah.

Pewarnaan lilin batik pada kulit bertujuan untuk menciptakan motif batik, namun itu membuat masalah karena penggunaan lilin batik secara terus menerus dengan menggunakan cairan panas akan menyebabkan suhu meningkat dan mencapai l40 ° C yang berasal dari suhu lilin batik, sehingga akan merusak kulit, karena suhu penyusutan dari kulit dengan bahan penyamak krom (Laboratorium) adalah 96-120 ° C dan untuk bahan penyamak krom komersial adalah 84-100 ° C (O'Flalrerty, 1978). Suhu yang lebih tinggi dari lilin batik, meresap jauh kedalam kulit, yang akhirnya akan merusak kulit dan membuat kulit mengkerut.

KESIMPULAN

Kulit yang difinish dengan metode batik tidak mempengaruhi struktur jaringan kulit yang disamak dengan bahan penyamak kombinasi krom-alum maupun samak nabati. Panggunaan minyak pada proses penyamakan kulit samak kombinasi krom-alum dan samak nabati adalah sebesar 4 %.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, N.,Supadi, Rahab, Lasmedi Afuan, 2013, Strategy To Increase Competitiveness Of Batik Banyumasan, International Journal Of Business And Social Science, International Journal Of Business And Social Science, 4(4), pp 305-311

Azhar, R., Tuwohingide, D., Kamudi, D., & Suciati, N. (2015). Batik Image Classification Using SIFT Feature Extraction, Bag of Features and Support Vector Machine. Procedia Computer Science, 72, 24-30.

Haroun, M., K. Palmina, A. Gurshi. and D.Covington. 2009, Potential of vegetable tanning materials and basic aluminium sulphate in Sudanese leather industry. J. Engineering Science and Teechnology. 4(1): 20-31

Haryanto, J.O., Sony Heru Priyanto, 2013, Recent Future Research in Consumer Behavior:

A better understanding of batik As indonesian heritage Journal of Arts, Science & Commerce, International Refereed Research Journal,, 4(4), pp.32-40

Ismail, T, Lili Sugeng Wiyantoro, Meutia, and Munawar Muchlish, 2012, Strategy, Interactive Control System and National Culture: A Case Study of Batik Industry in Indonesia, International Congress on Interdisciplinary Business and Social Sciences, Procedia - Social and Behavioral Sciences 65 : pp: 33 – 38

Kamel, M.M., N.F., Ali., E.M. Khalil and A.Saadia. 2007. Synthesis of reactive auxiliaries for dye resist treatment of wool. J. Applied Sciences Research. 3(11):1299-1305

Kasmudjiastuti, E. 2004. Penerapan Sablon pada Finishing Kulit Suede. Majalah Kulit Karet dan Plastik. 20(1):15-18 . Khusniyati, I. 2007. Pengaruh pengenceran cat basis dengan methanol terhadap ketahanan bengkuk dan gosok cat

kulit batik dari kulit domba kombinasi. Buletin Kulit Karet dan Plastik. 15(1): 24-30 O’Flaherty . 1978. The Chemistry and Technology of Leather Litton. Volume II, Edes

Certional Publishing Co, Inc Parthasarathi,K. Manual on Tanning and Finishing, Consultant UNIDO.

Pancapalaga W. 2010, The Ratio of Pigmen and Binder in the Coloring of Batik Leather Acid. J. Protein. 12 : 271-282 Pancapalaga W, Endang Sri Hartati dan Khusnul Khotimah, 2013. Batik kulit dan produk barang-barang Batik Kulit

sebagai Produk Berciri Indonesia, jurnal DEDIKASI Volume 10; 73-77 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/dedikasi/article/view/1761

Pancapalaga, V. P. Bintoro, Y. B. Pramono and S. Triatmojo, 2014, The Chrome-Tanned Goat Leather For High Quality Of Batik, J.Indonesian Trop.Anim.Agric. 39(3):188-193

Rahab; Nurul Anwar; Supadi, Lasmedi Affuan, 2013. Promotion Mix Strategy For Improving Competitiveness of Batik Banyumasan, Proceeding on”3rd International Conference

Rante, H,. Michael Lund, Heidi Schelhowe, 2014, Supporting Children In Understanding And Constructing Traditional Batik Patterns Within A Museum Context, International Journal of Multidisciplinary Education and Research, 1(2), pp: 50-54

Setyorini, C.T., Margani Pinasti, Hijroh Rokhayati, 2013, Strengthening the Internal Factors of Batik Cluster SMEs in Indonesia: A Case of Six Districts in South - Central Java, International Journal of Business, Humanities and Technology, 3(1) : 21 – 28

Steelyana,W.E, 2012, “Batik, A Beautiful Cultural Heritage That Preserve Culture And Support Economic Development In Indonesia”, (Binus Business Review (3) 1: 116-130

Susilaning and Suheryanto. 2011. Pengaruh Kosentrasi Natrium Silika pada Proses Pelorodan Kain Batik Sutera, Prosiding Seminar Nasional : Pengembangan Teknologi kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. Yogyakarta, 22 Februari 2011. P.368-372.

Sutyasmi, S, Emilia Kasmujiastuti, Rihastiwi Setya Murti, 2015, Kualitas dan Morfologi Kulit Batik Samak Krom dan Samak Kombinasi Krom-Syntan, Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Gambar

Tabel 1. Hasil Uji Kisis Kulit Batik Tulis Dari Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum Dan Samak Nabati
Gambar 1. Kulit samak krom-alum dan nabati   Gambar2. Kulit batik tulis samak kombinasi
Tabel 2. Hasil uji kulit barik cap samak kombinasi krom-alum dan samak nabati
Gambar 4. Kulit batik cap
+2

Referensi

Dokumen terkait

Čisti usevi ovsa i stočnog graška su imali značajno manji prinos sveže i suve biomase u odnosu na smeše graška i ovsa (Tabela 4), čime se još jednom potvrđuje da je interspecijska

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan keausan akibat beban gelinding-gesek dari perlakuan quench-hardening pada material baja AISI 1065.. Untuk

Nilon tahan terhadap suhu tinggi, dan baik digunakan untuk kemasan bahan yang dimasak di dalam kemasannya, seperti nasi instan, serta untuk produk- produk yang

Hasil penelitian meliputi pencapaian kinerja peserta proliga pada proses pertandingan bolavoli pada event Proliga putaran I Minggu ke 2 tahun 2020 dengan aspek fisik,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan uji beberapa konsentrasi ekstrak tepung daun bintaro (Cerbera manghas L.) terhadap hama penggerek tongkol

Kriteria Inklusi subjek dalam penelitian ini adalah penderita yang bersedia menandatangani surat persetujuan (informed consent), bersedia datang ke Puskesmas untuk

Jual beli merupakan salah satu akad yang banyak dipraktikkan oleh masyarakat. Salah satu praktik jual beli yang terjadi di masyarakat adalah jual beli hak

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan survey “setuju” terhadap kebutuhan sarana prasarana pendukung keamanan bangunan dari kebakaran, namun kondisi