No : TA/TL/2008/027 No : TA/TL/2008/027
TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
PENGGUNAAN TANAMAN ENCENG GONDOK
PENGGUNAAN TANAMAN ENCENG GONDOK
(Eichornia Crassipes)
(Eichornia Crassipes) SEBAGAI PRE TREATMENT
SEBAGAI PRE TREATMENT
PENGOLAHAN AIR MINUM
PENGOLAHAN AIR MINUM
PADA AIR SELOKAN MATARAM
PADA AIR SELOKAN MATARAM
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Teknik Lingkungan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Teknik Lingkungan
Oleh : Oleh : Nama
Nama : : Nuzulul Nuzulul LailLail No.
No. MHS MHS : : 99 99 513 513 005005
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JOGJAKARTA
JOGJAKARTA
2008
2008
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
PENGGUNAAN TANAMAN ENCENG GONDOK
PENGGUNAAN TANAMAN ENCENG GONDOK
(Eichornia Crassipes)
(Eichornia Crassipes) SEBAGAI PRE TREATMENT
SEBAGAI PRE TREATMENT
PENGOLAHAN AIR MINUM
PENGOLAHAN AIR MINUM
PADA AIR SELOKAN MATARAM
PADA AIR SELOKAN MATARAM
Nama
Nama : : Nuzulul Nuzulul LailLail No.
No. Mhs Mhs : : 99 99 513 513 005005
Telah diperiksa dan disetujui oleh : Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dosen pembimbing I Dosen pembimbing I Ir.
Ir. H. H. Kasam, Kasam, MT MT Tanggal Tanggal ::
Dosen pembimbing II Dosen pembimbing II Andik
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR INTISARI INTISARI ABSTRACT ABSTRACT BABBAB I I PENDAHULUANPENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah...1 1.1 LatarBelakangMasalah...1 1.2
1.2 Rumusan Rumusan Masalah Masalah ... ...5...5 1.3
1.3 Tujuan Tujuan Perencanaan Perencanaan ... ...5...5 1.4
1.4 Manfaat Manfaat Penelitian... ...Penelitian... ...5...5 1.5 Batasan Masalah...6 1.5 Batasan Masalah...6 BAB
BAB II II TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKAPUSTAKA 2.1
2.1 Karakteristik Karakteristik Air Air Baku Baku Pada Pada Industri...7Industri...7 2.2
2.2 Air Air Permukaan Permukaan ... ...…...9...…...9 2.3
2.3 Air Air Sungai Sungai Sebagai Sebagai Air Air Bersih...10Bersih...10 2.3.1 Kuantitas...10 2.3.1 Kuantitas...10 2.3.2
2.3.2 Kualitas……… Kualitas……… ...11...11 2.4
2.4 Air Air Minum………Minum………..12………..12 2.4.1 Kekeruhan………..12 2.4.1 Kekeruhan………..12 2.4.2
2.4.3 DO ( Disolved Oxygen)………..15
2.5 Tanaman Enceng Gondok ( Eichornia Crassipes)….17 2.5.1 Klasifikasi Enceng Gondok………..17
2.5.2 Ciri-ciri Fisiologis Enceng Gondok……….21
2.5.3 Manfaat Enceng Gondok...22
2.5.4 Kerugian Enceng Gondok...23
2.5.5 Penyerapan Oleh Enceng Gondok...23
2.6 Hipotesis...24
BAB III METODE PENELITIAN...25
3.1 Lokasi Penelitian...………..25 3.2 Parameter Penelitian...2 5 3.3 Waktu Penelitian...25 3.4 Metode Penelitian...26 3.5 Langkah Penelitian...27 3.6 Variabel Penelitian...29 3.7 Pengujian Kekeruhan...29
3.8 Pengujian Total Disolved Suspended Solid (TSS)....30
3.9 Analisa Kualitas Air Permukaan………...31
3.9.1 Analisa Kekeruhan Dan Analisa Total Suspended Solid(TSS)...31
3.10 Analisa Tanaman...32
3.11 Metode Analisa Data...32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum ... ...33
4.2 Parameter Kekeruhan... ...34
4.2.1 Pembahasan Kekeruhan...42
4.3 Parameter TSS(Total Suspended Solid)...43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...52 5.2 Saran...52 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL 14 Tabel 1.1 Sepektrum Ukuran Partikel.
14 Tabel 1.2 Jenis Partikel Koloid.
31 Tabel3.1 Analisa Kekeruhan Dan AnalisaTotal Suspended Solid (TSS).
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kekeruhan Untuk Td 2 Jam. 34
38 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kekeruhan Untuk Td 4 Jam.
43 Tabel 4.3 Hasil Pengujian TSS Untuk Td 2 Jam.
DAFTAR GAMBAR
17 Gambar 2.1 Tanaman Enceng Gondok.
26 Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian.
28 Gambar 3.2 Reaktor Continyu.
Gambar 4.1 Penurunan Kekeruhan Untuk Konsentrasi 0% Pada Td 2 Jam. 35
36 Gambar 4.2 Penurunan Kekeruhan Untuk Konsentrasi 50% Pada Td 2 Jam.
Gambar 4.3 Penurunan Kekeruhan Untuk Konsentrasi 100% Pada Td 2 Jam. 37
Gambar 4.4 Penurunan Kekeruhan Untuk Konsentrasi 0% Pada Td 4 Jam. 39
Gambar 4.5 Penurunan Kekeruhan Untuk Konsentrasi 50% Pada Td 4 jam. 40
Gambar 4.6 Penurunan Kekeruhan Untuk Konsentrasi 100 %Pada Td 4 Jam. 41
Gambar 4.7 Penurunan TSS Untuk Konsentrasi 0% Pada Td 2 Jam. 44
Gambar 4.8 Penurunan TSS Untuk Konsentrasi 50% Pada Td 2 Jam. 45
Gambar 4.9 Penurunan TSS Untuk Konsentrasi 100% Pada Td 2 Jam. 46
Gambar 4.10 Penurunan TSS Untuk Konsentrasi 0% Pada Td 4 Jam. 47
Gambar 4.11 Penurunan TSS Untuk Konsentrasi 50% Pada Td 4 Jam. 48
PENGGUNAAN TANAMAN ENCENG GONDOK(Eichornia Crassipes) SEBAGAI PRE TREATMENT PENGOLAHAN AIR MINUM
PADA AIR SELOKAN MATARAM
Kasam1), Andik Yulianto), Nuzulul Lail3)
Intisari
Air sungai merupakan air permukaan yang mempunyai sifat yang sangat ditentukan oleh komponen penyusunnya. Adapun parameter pencemaran air sungai seperti TSS, kekeruhan dan lain-lain. Salah satu alternatif pengolahan sebagai pengolahan awal (pre-treatment) sebelum masuk pengolahan selanjutnya. Penelitian
dilakukan dengan memanfaatkan tanaman enceng gondok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kemampuan penggunaan Tanaman Enceng Gondok dalam menurunkan kadar kekeruhan dan TSS pada air Selokan Mataram dengan variasi tutupan tanaman 0% (tanpa tanaman), 50%, dan 100% dengan waktu 2 jam dan 4 jam serta luas tutupan permukaan reaktor.
Penelitian ini menggunakan reaktor yang terbuat dari kayu yang dilapisi plastik dengan ukuran 0,5 m x 1,0 m dan memanfaatkan tanaman enceng gondok
(Eichornia Crassipes) sebagai media untuk menurunkan kekeruhan dan TSS. Sehingga pada akhir penelitian ini dapat diketahui besarnya kemampuan penggunaan Tanaman Enceng Gondok dalam menurunkan kadar kekeruhan dan TSS pada air Selokan Mataram dengan variasi tutupan tanaman 0% (tanpa tanaman), 50%, dan 100% dengan waktu 2 jam dan 4 jam serta luas tutupan permukaan reaktor. Analisis laboratorium menggunakan Spektrofotometri, yaitu untuk menguji kekeruhan dengan metode pada SNI 06-2413-1991. Dan untuk analisis TSS menggunakan Gravimetri dengan metode pada SK SNI 06-6989.3-2004.
Berdasarkan hasil pengujian pada tiap jam telah mengalami perubahan sehingga tanaman enceng gondok mampu menurunkan Kadar TSS maka hasil yang didapat dalam penelitian ini diketahui bahwa tanaman enceng gondok dapat menurunkan TSS dengan efisiensi sebesar 24,56% dan untuk kekeruhan efisiensinya sebesar 34,67 %.
Kata kunci : Air Permukaan, Reaktor Kayu, Tanaman Enceng Gondok, Kekeruhan, TSS.
1Dosen Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan 2
Dosen Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan
3
THE USING OF EICHORNIA CRASSIPES
AS A PRE TREATMENT OF DRINKING WATER TREAT AT WATER SELOKAN MATARAM
Kasam1), Andik Yulianto), Nuzulul Lail3 Abstract
Irrigate the river represent the surface water having the nature of very determined by its compiler component. As for contamination parameter irrigate the river of like TSS, kekeruhan and others. One of the processing alternative as processing of early pre-treatment of before entering processing hereinafter. Research done/conducted by exploiting thyroid crop enceng. Target of this research
is to know the level of ability of Thyroid Crop Enceng usage in degrading rate of kekeruhan and TSS of at water of Moat Mataram with the variation of tutupan crop 0% without crop, 50%, and 100% with the time 2 [hour/clock] and 4 hour and also wide of tutupan of reactor surface.
This research use the made reactor from wood arranged in layers by the plastic of the size 0,5 m x 1,0 m and exploit the thyroid crop enceng ( Eichornia Crassipes) as media to degrade the kekeruhan and TSS. So that by the end of this research is knowable to level of ability of Thyroid Crop Enceng usage in degrading rate of kekeruhan and TSS of at water of Moat Mataram with the variation of tutupan crop 0% ( without crop), 50%, and 100% with the time 2 [hour/clock] and 4 [hour and also wide of tutupan of reactor surface. Analyse the laboratory use the Spektrofotometri, that is to test the kekeruhan with the method of at SNI 2413-1991. And to analyse the TSS use the Gravimetri with the method of at SK SNI 06-6989.3-2004.
Pursuant to examination result of at every hour have experienced of the change so that thyroid crop enceng can degrade the Rate TSS of hence result got in this research is known by that thyroid crop enceng can degrade the TSS with the efficiency of equal to 24,56% and for the turbidity of its efficiency equal to 34,67 %. Key word : irrigate The Surface, Wood Reactor, Thyroid Crop Enceng Gondok, Turbidity, TSS
1Dosen Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Air dan sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara kesehatannya. Kehadiran air di dunia ini sangat penting sekali artinya bagi kehidupann karena tanpa air semuanya akan musnah. Sehingga dapat dikatakan bahwa air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan, tanpa air tidaklah mungkin ada kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan telah membuktikan bagaimana pentingnya air dalam berbagai fenomena. Namun sumber daya air ada batasnya dan
apabila pengelolaannya keliru dapat menimbulkan suatu kerusakan/kehancuran (bencana akibat banjir dan sebagainya). Oleh sebab itu pengembangan dan pengelolaan sumber daya air secara nasional merupakan suatu keharusan.
Melalui penyediaan air minum yang diatur baik dari segi kualitasnya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular diharapkan dapat ditekan seminimal mungkin, supaya air yang masuk ke dalam tubuh manusia baik berupa makanan maupun minuman tidak merupakan pembawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi ataupun distribusi mutlak diperlukan
untuk mencegah terjadinya kontak antara korotan sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan (Sutrisno dan Suciastuti, 1987).
Pengolahan adalah usaha-usaha teknik yang dilakukan untuk merubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting sekali dalam air minum karena adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan air minum yang memenuhi standar kualitas air minum yang telah ditentukan (Anonimous, 1984).
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan digunakan sebagai sumber air minum mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud
dapat dimulai dari proses yang sangat sederhana sampai pada pengolahan yang lengkap, sesuai dengan tingkat pengotoran sumber air asal. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan dan semakin banyak pula teknik-teknik yang
diperlukan untuk mengolah air tersebut agar dapat dimanfaatkan sebagai air minum. Sementara itu peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka makin tinggi pula kebutuhan air masyarakat tersebut (Sutrisno dan Suciastuti, 1987).
Seperti telah diuraikan di atas, air mutlak diperlukan oleh semua makhluk hidup di dunia, khususnya sebagai air minum. Namun air dapat juga menimbulkan berbagai akibat gangguan kesehatan terhadap si pemakai, ini disebabkan sifat air tersebut antara lain, yaitu :
1. Adanya kemampuan air untuk melarutkan bahan-bahan padat, mengabsorpsi gas-gas dan bahan cair lainnya
2. Air sebagai faktor yang utama dalam penularan berbagai macam penyakit infeksi bakteri-bakteri tertentu seperti typhus, paratyphus, dysentri baccilair, dan kolera.
Sumber air dapat digolongkan menjadi dua yaitu: air permukaan ( Run-off water ) misalnya air danau, sungai, bendungan, air hujan, dan air dalam tanah seperti sumur dan artesis. Dipandang dari kandungan bakteri organik, jumlah mikrobia dan kandungan mineralnya, air yang berasal dari daerah permukaan dan dalam tanah dapat berbeda.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.
Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau, kolam dan sebagainya. Air sungai sebagai salah satu sumber air baku secara kuantitatif relatif lebih besar bila dibandingkan dengan sumber air baku
lain.
Partikel-partikel koloid mempengaruhi tingkat kekeruhan yang terjadi pada air sungai, dapat disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia. Komposisi kimia yang terkandung dalam air permukaan sangat tergantung daerah yang dilaluinya. Umumnya air permukaan akan memiliki kekeruhan yang cukup tinggi ditandai dengan tingginya konsentrasi suspended solids. Selain itu juga terdapat beberapa material organik dan plankton yang dapat mempengaruhi kualitas air. Air permukaan juga mempunyai fluktuasi harian, baik temperatur maupun kandungan
kimia lain seperti oksigen, besi, mangan maupun jenis logam lainnya. Tiap elemen tersebut memiliki variasi yang berbeda-beda sepanjang tahun.
Hadirnya material berupa koloid menyebabkan air menjadi tampak keruh yang secara estetika kurang menarik dan mungkin bisa berbahaya bagi kesehatan. Kekeruhan juga dapat disebabkan oleh partikel-partikel tanah liat, lempung maupun lanau.
Tanggung jawab para ahli teknik dimulai dengan pengembangan sumber daya air untuk memenuhi penyediaan air yang cukup dengan kualitas yang baik, yaitu air harus bebas dari :
- Material tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan - Warna yang berlebihan, rasa dan bau
- Material terlarut yang tidak dikehendaki - Zat - zat yang bersifat agresif
- Dan bakteri indikator pencemaran kotoran
Untuk penyediaan air bersih, air tersebut harus secara nyata memenuhi kebutuhan orang, yaitu dapat langsung diminum (potable), juga harus berasa enak dan secara fisis menarik.
Pada penelitian ini, sampel air baku yang digunakan adalah sampel air yang diambil dari air selokan Mataram, Jogjakarta. Tingginya kadar kekeruhan pada air Selokan Mataram melatar belakangi digunakan air tersebut sebagai sampel air yang perlu pengolahan untuk memperbaiki kualitasnya terutama kadar kekeruhan.
Selokan Mataram ini berupa sungai kecil yang dibuat oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada jaman pendudukan jepang. Air dari Selokan Mataram diambil dari sungai Progo dan mengalir sepanjang 60 km menuju sungai Opak banyaknya wilayah yang dilewati Selokan Mataram sehingga hamparan sawah di kawasan yang dilewati selokan mataram kelihatan subur. Inilah fungsi ekonomi dan kultur Selokan Mataram, sebagai irigasi yang menghidupi lahan pertanian di Jogjakarta, khususnya wilayah Kabupaten Sleman (BAPELDA DIY 2006).
Secara politik, pada waktu itu, Selokan Mataram mempunyai makna lain. Karena Selokan Mataram dibangun dalam upaya untuk menolak kerja paksa yang dilakukan oleh penjajah Jepang. Upaya untuk menolak itu sultan mengerahkan rakyatnya untuk membuat Selokan Mataram, dan ini menguntungkan rakyat.
Melihat Selokan Mataram sekarang dengan Selokan Mataram yang dulu tentu banyak yang berbeda,setidaknya dari segi kebersihan wilayah sekitar, namun dari limbah,boleh jadi Mataram lebih kotor dibandingkan yang dulu, karena sekarang disekitar selokan telah berdiri banyak pemukiman dan mereka terbiasa membuang berbagai limbah keselokan,disamping itu juga kepadatan penduduk yang terus
meningkat secara nyata menyebabkan pencemaran air permukaan yang disebabkan oleh buangan limbah domestik maupun limbah non domestik yang masuk kebadan air. Salah satu bentuk pengolahan yang sangat sederhana yang dapat diterapkan adalah melewatkan air permukaan tersebut kedaerah yang terdapat tanaman Enceng Gondok. Untuk tujuan akhirnya atau dengan kata lainnya output yang akan dihasilkan dari penelitian ini yaitu pengolahan bersifat pre-treatment sebagai air minum. Karena didasari dari sumber mata air khususnya untuk kota Yogyakarta adalah air tanah. Untuk itulah pada penelitian ini diharapkan air pada selokan Mataram dapat menjadi
pertimbangan untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat didistribusikan menjadi air minum untuk masyarakat kota Yogyakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
Dengan memanfaatkan Tanaman Enceng Gondok dapat menurunkan kadar kekeruhan, dan TSS pada air Selokan Mataram sebagai pengolahan awal ( pre-treatment ) sebelum diolah terlebih dahulu untuk menjadi konsumsi air minum. Dan efisiensi penurunan konsentrasi untuk kadar kekeruhan, dan TSS yang terjadi di dalam reaktor.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kemampuan penggunaan Tanaman enceng gondok dalam menurunkan kadar kekeruhan dan TSS pada air Selokan Mataram dengan variasi tanaman 0 % ( tanpa tanaman ), 50 %,
100% dengan waktu 2 jam dan 4 jam serta luas tutupan permukaan reaktor.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam tugas akhir ini :
1. Sebagai alternatif untuk pengolahan awal ( pre-treatment ) sebelum masuk pengolahan selanjutnya dengan menggunakan tanaman enceng gondok.
2. Mengetahui efisiensi penurunan kadar kekeruhan, dan TSS oleh tanaman enceng gondok ( Eichornia crassipes) terhadap air selokan Mataram.
3. Diperolehnya sistem pengolahan pendahuluan untuk air minum yang sederhana, mudah, murah serta mempunyai efisiensi yang tinggi.
1.5 Batasan Masalah
Terdapat beberapa batasan masalah dalam pelaksanaan tugas akhir ini yaitu : a. Tanaman yang digunakan adalah tanaman enceng gondok ( Eichornia
crassipes).
b. Tanaman enceng gondok ( Eichornia crassipes) yang digunakan tidak dipengaruhi oleh jumlah, umur, panjang, dan lebar daun tanaman.
c. Penelitian ini terbatas untuk mengetahui efisiensi penurunan optimum guna menurunkan kadar kekeruhan, dan TSS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Air Baku Pada Industri
Penyediaan air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum selalu memeriksa kualitas air bersih sebelum didistribusikan kepada pelanggan sebagai air minum. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang
membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat merubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya.
Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan praktek umum bahwa dalam menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan suatu baku mutu air tertentu (standar kualitas air). Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang karakteristik air baku, seringkali diperlukan pengukuran sifat-sifat air atau biasa disebut parameter kualitas air, yang beraneka ragam. Formulasi-formulasi yang dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja memerlukan penilaian yang kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air (Slamet, 1994).
Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratan kualitas air tersebut. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, air menurut kegunaannya digolongkan menjadi :
• Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
• Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
• Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
• Kelas IV : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Untuk dapat memahami akibat yang dapat terjadi apabila air minum tidak memenuhi standar, berikut pembahasan karakteristik beserta parameter kualitas air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/MENKES/PER/IX/1990
:
a. Jumlah zat padat tersuspensiTSS(Total Suspended Solid)
Materi yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih kecil dari pada molekul / ion yang terlarut. Materi tersuspensi ini dapat digolongkan menjadi dua, yakni zat padat dan koloid. Zat padat tersuspensi dapat mengendap apabila keadaan air cukup tenang, ataupun mengapung apabila sangat ringan; materi inipun dapat disaring. Koloid sebaliknya sulit mengendap dan tidak dapat disaring dengan (filter) air biasa.
Materi tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas air karena menyebabkan kekeruhan dan mengurangi cahaya yang dapat masuk kedalam air. Oleh karenanya, manfaat air dapat berkurang, dan organisme yang
butuh cahaya akan mati. Setiap kematian organisme akan menyebabkan terganggunya ekosistem akuatik. Apabila jumlah materi tersuspensi ini banyak dan kemudian mengendap, maka pembentukan lumpur dapat sangat mengangu dalam saluran, pendangkalan cepat terjadi, sehingga diperlukan pengerukan lumpur yang lebih sering. Apabila zat-zat ini sampai dimuara sungai dan bereaksi dengan air yang asin, maka baik koloid maupun zat terlarut dapat mengendap di muara muara dan proses inilah yang menyebabkan terbentuknya delta. Dapat dimengerti, bahwa pengaruhnya terhadap kesehatan pun menjadi tidak langsung. b. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh adanya zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari
lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga menyebabkan sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan air. Demikian pula dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba itu patogen.
2.2 Air Permukaan
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan(surface water)dan air tanah (ground water ). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan badan air lain, yang tidak mengalami ilfiltrasi kebawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air kesuatu badan air disebut watershed atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan (surface run off ), dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai (river run off ). Sekitar 69% air yang masuk ke sungai berasal dari
hujan, pencairan es / salju (terutama untuk wilayah Ugahari), dan sisanya berasal dari air tanah. Wilayah di sekitar daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air disebut catchment basin.
Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar-kadar bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya bersifat asam, dengan nilai pH 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang terdapat di atsmosfer, misalnya gas karbondioksida (CO2), sulphur (S) dan nitrogen
oksida (NO2) yang dapat membentuk asam lemah (Novotny dan Olem, 1994). Setelah
jatuh kepermukaan bumi, air hujan mengalami kontak dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah.(Effendi, 2003)
2.3 Air Sungai Sebagai Sumber Air Bersih 2.3.1 Kuantitas
Permukaan planet bumi sebagian besar terdiri dari perairan, Dari 40 juta mil kubik air yang berada di permukaan bumi dan ada di dalam tanah tidak lebih dari 0,5 % (0,2 juta mil kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena dari jumlah 40 juta mil kubik 97 % terdiri dari air laut dan jenis air lain yang berkadar garam tinggi, 2,5 % berbentuk es dan salju abadi yang dalam keadaan cair baru dapat dipakai manusia dan mahluk lain (Seyhan, 1977).
Akibat panas sinar matahari pada permukaan bumi, permukaan air laut dan air yang ada pada mahluk hidup menguap munjadi awan yang apabila terkena dingin akan mengalami kondensasi, yang akan turun menjadi hujan. Air hujan akan meresap kedalam tanah dan mengalir di permukaan tanah menuju ke badan- badan air sehingga air di badan air akan bertambah banyak. Dari rantai perputaran
air tersebut, dapat dibedakan atas tiga sumber yaitu : 1. Air angkasa meliputi air hujan dan salju,
Air sungai sangat terpengaruh oleh musim, dimana debit air sungai pada musim hujan relatif lebih banyak dibanding dengan pada musim kemarau. Kuantitas air sungai dipengaruhi oleh :
- Debit sumber air sungai (air hujan, air dari mata air dan sebagainya) - Sifat dan luas area.
- Keadaan tanah.
2.3.2 Kualitas
Air permukaan adalah air yang ada di permukaan tanah, baik keberadaannya bersifat sementara dan mengalir ataupun stabil. Air permukaan bila langsung digunakan untuk kebutuhan sehari-hari perlu diperhatikan apakah
air tersebut sudah tercemar atau belum. Indikator atau tanda bahwa air permukaan sudah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :
l. Adanya perubahan warna, bau dan rasa dalam air. 2. Adanya perubahan suhu air.
3. Adanya perubahan pH dan konsentrasi ion hidrogen. 4. Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut. 5. Adanya mikroorganisme.
6. Meningkatnya radioaktifitas dalam air
Agar air permukaan dapat digunakan sebagai sumber air bersih perlu dilakukan pengolahan air untuk perbaikan kualitas fisika air bersih dapat dilakukan misalnya dengan penyaringan (filtrasi).
Pada umumnya air sungai mengandung zat organik maupun anorganik, yang terkandung dalam air sungai tergantung kadar pencemaran pada air sungai tersebut dan jenis tanah yang dilalui oleh air sungai tersebut.
Sungai pada umumnya akan membawa zat-zat padat yang berasal dari erosi, penghancuran zata-zat organik, garam-garam mineral sesuai dengan jenis tanah yang dilalui. Dan pada sungai-sungai yang melalui daerah-daerah pemukiman yang padat
akan mengalami pencemaran akibat buangan rumah tangga yang dapat mengakibatkan perubahan warna, peningkatan kekeruhan, rasa, bau dan lain-lain.
2.4 Air Minum
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukanbiopolimer , dan sebagainya.
Air dapat dikonsumsi sebagai air minum apabila air tersebut bebas dari mikroorganisme yang bersifat patogen dan telah memenuhi syarat-syarat kesehatan. Untuk masyarakat awam persediaan air minum, mereka mengambil dari sumber air sebelum dikonsumsi air tersebut harus direbus dahulu. Merebus air sampai mendidih bertujuan untuk membunuh kuman-kuman yang mungkin terkandung dalam air
tersebut. Sedangkan air minum yang tersedia di pasaran luas berupa air mineral yang berasal dari sumber air pegunungan dan telah mengalami proses destilasi atau penyulingan di industri dalam skala besar. Penyulingan ini juga bermaksud untuk
menghilangkan mineral-mineral yang terkandung baik berupa mikroorganisme maupun berupa logam berat.
2.4.1 Kekeruhan
Air menjadi keruh karena adanya benda-benda lain yang tercampur atau larut dalam air seperti tanah liat, lumpur, benda-benda organik halus dan plankton. Kekeruhan didefinisikan sebagai suatu istilah untuk menggambarkan butiran- butiran tanah liat, pasir, bahan mineral dan sebagainya yang menghalangi cahaya
atau sinar masuk kedalam air.
Kekeruhan yang di timbulkan oleh bahan-bahan dalam suspensi sangat mudah di hilangkan dengan cara pengendapan, bentuk ini terdiri antara lain bakteria, bahan- bahan anorganik seperti pasir dan lempung serta bahan-bahan organik seperti daun-daunan. Bahan-bahan koloid hanya dapat dihilangkan dengan proses penyaringan dengan saringan pasir. (Chatib, 1992)
Kekeruhan sebenarnya tidak mempunyai efek langsung terhadap kesehatan tetapi tidak disukai masyarakat karena masalah estetika kurang baik. Persyaratan mutu dari kekeruhan air bersih maksimum vang diperolehkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/SK/2002 adalah 5 NTU.
Kekeruhan menunjukkan sifat optis air, yang mengakibatkan pembiasan cahaya kedalam air. Kekeruhan membatasi masuknya cahaya ke dalam air. Kekeruhan ini terjadi karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat tertentu, seperti bahan organik, jasad renik, lumpur, tanah liat dan benda lain yang melayang atau terapung dan sangat halus. Semakin keruh air, semakin tinggi daya hantar listriknya dan semakin banyak pula padatannya (Kristanto, 2002).
Partikel yang terkandung dalam air dapat terjadi karena adanya erosi tanah yang dilalui oleh aliran air. Kation-kation yang terdapat dalam partikel lempung adalah Na+, K , Ca+ 2+, H+
, Al dan Fe , berurutan menurut besarnya gaya adsorbsi yang dialami. Dari urutan kation tersebut, terlihat partikel yang mengandung Na
+
2 2−
+
dan K + sangat stabil dan sukar mengendap karena hanya sedikit yang mengalami gaya adsopsi, sedangkan patikel yang mengandung A13+ dan Fe kurang stabil dan mudah mengendap.
+ 3
Adapun zat yang tidak dapat mengendap tanpa bantuan bahan kimia (koagulan) antara lain unsur organik dari limbah domestik. Jenis dan ukuran partikel koloid dalam air yang sukar mengendap dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Spektrum Ukuran
Tabel 1. Spektrum Ukuran PartikelPartikel No
No Jenis Jenis Partikel Partikel Bahan Bahan Penyusun Penyusun Ukuran Ukuran ( ( Mikron Mikron )) 1
1 Molekul Molekul - - 10^-10 10^-10 - - 10^-810^-8 2
2 Koloid Koloid --3
3 Tersuspensi Tersuspensi ClayClay FeOH FeOH CaCO CaCO33 SiO SiO33 4 4 Bakteri Bakteri 10^-6 10^-6 - - 10^-5.510^-5.5 5 5 Alga Alga 10^-6 10^-6 - - 10^-4.510^-4.5 6 6 Virus Virus 10^-7.5 10^-7.5 - - 10^8.510^8.5 Sumber : Fair, 1968 Sumber : Fair, 1968
Untuk menghilangkan zat-zat tersebut di atas, cara yang umum dilakukan Untuk menghilangkan zat-zat tersebut di atas, cara yang umum dilakukan adalah dengan proses sedimentasi, akan tetapi untuk ukuran partikel yang sangat adalah dengan proses sedimentasi, akan tetapi untuk ukuran partikel yang sangat kecil seperti paktikel koloidal dan partikel tersuspensi memerlukan waktu yang kecil seperti paktikel koloidal dan partikel tersuspensi memerlukan waktu yang sangat lama, seperti dilihat pada
sangat lama, seperti dilihat pada tabel berikut:tabel berikut:
Tabel
Tabel 2. 2. Jenis Jenis Partikel Partikel Koloid Koloid dan Tersdan Tersuspensi.uspensi. No
No Jenis Jenis partikel partikel Diameter Diameter (mm) (mm) Waktu Waktu PengendapanPengendapan 1
1 Kerikil Kerikil 10 10 0,3 0,3 Detik Detik 2
2 Pasir Pasir halus halus 0,1 0,1 33 33 Detik Detik 3
3 silt silt 0,01 0,01 38 38 Detik Detik
4
4 Bakteri Bakteri 0,001 0,001 55 55 Detik Detik 5
5 Koloid Koloid 0,0001 0,0001 - - 0,000001 0,000001 230 230 Hari Hari - - 6,3 6,3 TahunTahun Sumber: Anonim, 1971
Sumber: Anonim, 1971
2.4.2
2.4.2 Total Suspended Solid Total Suspended Solid ((TSSTSS)) TSS
TSS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang
ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya. Sebagai contoh, air organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk suspensi yang dapat tahan sampai permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk suspensi yang dapat tahan sampai berbulan-bulan, kecuali jika keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain, sehingga berbulan-bulan, kecuali jika keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain, sehingga mengakibatkan terjadinya penggumpalan yang kemudian diikuti dengan pengendapan mengakibatkan terjadinya penggumpalan yang kemudian diikuti dengan pengendapan (Fardiaz, 1992)
(Fardiaz, 1992)
Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan, dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan tetapi jika berlebihan, dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan.
terhadap proses fotosintesis di perairan. TSS
TSS adalah zat-zat padat yang berada pada dalam suspensi, dapat dibedakanadalah zat-zat padat yang berada pada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukuranya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel koloid) dam partikel menurut ukuranya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel koloid) dam partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi) (Alaerts dan Santika, 1987)
tersuspensi biasa (partikel tersuspensi) (Alaerts dan Santika, 1987)
Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air (efek Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air (efek tyndall) yang disebabkan oleh penyimpangan sinar nyata yang menembus suspensi tyndall) yang disebabkan oleh penyimpangan sinar nyata yang menembus suspensi tersebut. Partikel-partikel koloid tidak terlihat secara visual, sedangkan larutannya tersebut. Partikel-partikel koloid tidak terlihat secara visual, sedangkan larutannya (tanpa partikel koloid) yang terdiri dari ion-ion dan molekul-molekul tidak pernah (tanpa partikel koloid) yang terdiri dari ion-ion dan molekul-molekul tidak pernah keruh. Larutan menjadi keruh bila terjadi pengendapan (presipitasi) yang merupakan keruh. Larutan menjadi keruh bila terjadi pengendapan (presipitasi) yang merupakan keadaan kejenuhan dari suatu senyawa kimia. Partikel-partikel tersuspensi biasa, keadaan kejenuhan dari suatu senyawa kimia. Partikel-partikel tersuspensi biasa, mempunyai ukuran lebih besar dari partikel koloid dan dapat menghalangi sinar yang mempunyai ukuran lebih besar dari partikel koloid dan dapat menghalangi sinar yang akan menembus suspensi, sehingga suspensi tidak dapat dikatakan keruh, karena akan menembus suspensi, sehingga suspensi tidak dapat dikatakan keruh, karena sebenarnya air di antara partikel-partikel tersuspensi tidak keruh dan sinar tidak sebenarnya air di antara partikel-partikel tersuspensi tidak keruh dan sinar tidak menyimpang (Alaerts dan Santika, 1987)
menyimpang (Alaerts dan Santika, 1987)
2.4.3
2.4.3 DO (DO ( Disolved Oxygen Disolved Oxygen))
Ujicoba oksigen terlarut sangat penting untuk menjamin keadaan aerobik Ujicoba oksigen terlarut sangat penting untuk menjamin keadaan aerobik perairan. Dalam
perairan. Dalam pengendalian pencemaran pengendalian pencemaran air, ikan, air, ikan, tumbuhan dan tumbuhan dan binatang lainbinatang lain perlu berkembang biak. Hal ini perlu pemeliharaan oksigen terlarut yang dapat perlu berkembang biak. Hal ini perlu pemeliharaan oksigen terlarut yang dapat
menunjang tata kehidupan di dalam air dengan keadaan yang sehat. menunjang tata kehidupan di dalam air dengan keadaan yang sehat.
Oksigen terlarut adalah oksigen yang terdapat di dalam air (dalam bentuk Oksigen terlarut adalah oksigen yang terdapat di dalam air (dalam bentuk molekul oksigen, bukan dalam bentuk molekul hydrogen oksida) dan biasanya molekul oksigen, bukan dalam bentuk molekul hydrogen oksida) dan biasanya dinyatakan dalam mg/l (ppm). Adanya oksigen bebas ini sangat diperlukan oleh dinyatakan dalam mg/l (ppm). Adanya oksigen bebas ini sangat diperlukan oleh berbagai biota air (misalnya ikan hanya dapat hidup di air yang mempunyai berbagai biota air (misalnya ikan hanya dapat hidup di air yang mempunyai kandungan oksigen bebas lebih besar 3 ppm). Oksigen bebas dalam air dapat kandungan oksigen bebas lebih besar 3 ppm). Oksigen bebas dalam air dapat berkurang bila dalam air terdapat kotoran atau limbah organik yang
berkurang bila dalam air terdapat kotoran atau limbah organik yangdegradabledegradable..
Dalam air kotor selalu terdapat bakteri (bakteri aerob dan anaerob). Bakteri Dalam air kotor selalu terdapat bakteri (bakteri aerob dan anaerob). Bakteri aerob adalah bakteri yang memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya sedangkan aerob adalah bakteri yang memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya sedangkan bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak memerlukan oksigen bebas dalam bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya. Bakteri aerob dan anaerob akan menguraikan zat organik dalam air hidupnya. Bakteri aerob dan anaerob akan menguraikan zat organik dalam air menjadi persenyawaan yang sederhana. Selama ini air mengandung oksigen bebas menjadi persenyawaan yang sederhana. Selama ini air mengandung oksigen bebas cukup banyak, maka yang bekerja atau tumbuh berkembang adalah bakteri aerob. cukup banyak, maka yang bekerja atau tumbuh berkembang adalah bakteri aerob. Bakteri aerob akan merubah persenyawaan organik menjadi bentuk persenyawaan Bakteri aerob akan merubah persenyawaan organik menjadi bentuk persenyawaan yang tidak berbahaya (yang dikehendaki manusia). Misalnya nitrogen dirubah yang tidak berbahaya (yang dikehendaki manusia). Misalnya nitrogen dirubah menjadi persenyawaan nitrat, belerang dirubah menjadi persenyawaan sulfat, bila menjadi persenyawaan nitrat, belerang dirubah menjadi persenyawaan sulfat, bila oksigen bebas dalam air itu habis atau sangat kurang, maka yang bekerja atau tumbuh oksigen bebas dalam air itu habis atau sangat kurang, maka yang bekerja atau tumbuh dan berkembang adalah bakteri anaerob. Bakteri anaerob merubah persenyawaan dan berkembang adalah bakteri anaerob. Bakteri anaerob merubah persenyawaan organik menjadi bentuk persenyawaan sederhana (tidak dikehendaki manusia). organik menjadi bentuk persenyawaan sederhana (tidak dikehendaki manusia). Misalnya nitrogen dirubah menjadi amoniak, belerang dirubah menjadi
Misalnya nitrogen dirubah menjadi amoniak, belerang dirubah menjadi hydrogenhydrogen sulfide
sulfide, yang keduanya berbentuk gas dan bau., yang keduanya berbentuk gas dan bau.
Oksigen larut dalam air dan tidak bereaksi dengan air secara kimiawi. Pada Oksigen larut dalam air dan tidak bereaksi dengan air secara kimiawi. Pada tekanan tertentu, kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu. Faktor lain yang tekanan tertentu, kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu. Faktor lain yang mempengaruhi kelarutan oksigen yaitu air dan luas permukaan air yang terbuka bagi mempengaruhi kelarutan oksigen yaitu air dan luas permukaan air yang terbuka bagi atmosfer (Mahida, 1984).
2.5 Tanaman Enceng Gondok ( Eichornia crassipes) 2.5.1 Klasifikasi Enceng Gondok
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Suku : Pontederiaceae Marga : Eichhornia
Jenis : Eichornia crassipes Solms
Gambar Rudi, h. 2003. Enceng Gondok : Budi Daya Eceng Gondok di Indonesia
www.Google.com.(22/04/2007)
`
Gambar 2.1 Tanaman Enceng Gondok
Orang lebih banyak mengenal tanaman ini tumbuhan pengganggu (gulma) diperairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Awalnya didatangkan ke Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata dengan cepat menyebar ke beberapa perairan di Pulau Jawa. Dalam perkembangannya, tanaman keluargaPontederiaceae ini justru mendatangkan manfaat lain, yaitu sebagai biofilter cemaran logam berat, sebagai bahan kerajinan, dan campuran pakan ternak.
Eceng gondok hidup mengapung bebas bila airnya cukup dalam tetapi berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak
me n pangkalnya
meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwar
ah air buangan domestik dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
a)
ong dalam makrofita yang terletak di atas permukaan air, yan
mpunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung da
na hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Eceng gondok dapat hidup mengapung bebas di atas permukaan air dan berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Kemampuan tanaman inilah yang banyak di gunakan untuk mengolah air buangan, karena dengan aktivitas tanaman ini mampu mengol
Eceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara biokimiawi (berlangsung agak lambat) dan mampu menyerap logam-logam berat
seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik, kemampuan menyerap logam persatuan berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur tua
(Widianto dan Suselo, 1977).
Adapun bagian-bagian tanaman yang berperan dalam penguraian air limbah adalah sebagai berikut :
Akar
Bagian akar eceng gondok ditumbuhi dengan bulu-bulu akar yang berserabut, berfungsi sebagai pegangan atau jangkar tanaman. Sebagian besar peranan akar untuk menyerap zat-zat yang diperlukan tanaman dari dalam air.
Pada ujung akar terdapat kantung akar yang mana di bawah sinar matahari kantung akar ini berwarna merah, susunan akarnya dapat mengumpulkan lumpur atau partikel-partikal yang terlarut dalam air (Ardiwinata, 1950).
b) Daun
Daun eceng gondok tergol
epidemis. Dipermukaan atas daun dipenuhi oleh mulut daun (stomata) dan bulu daun. R
(reaksi 2)
Klorofil
terluar petiole adalah lapisan epidermis, kemudian dibagian aw a tipis sklerenkim dengan bentuk sel yang tebal disebut pisan parenkim, kemudian didalam jaringan ini terdapat jaringan pengangkut
). Rongga-rongga erupa
ut y, 1950).
) Bunga
an
Eceng
ketiak daun, lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru.
ongga udara yang terdapat dalam akar, batang, dan daun selain sebagai alat penampungan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan O2 dari proses
fotosintesis.
Reaksi fotosintesis :
6CO + 6H O2 2 ⎯ ⎯ CahayaMata ⎯ ⎯ hari ⎯ → C H6 12O +6O 6 2 ……….
Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan untuk respirasi tumbuhan dimalam hari dengan menghasilkan CO yang akan terlepas kedalam air 2 (Pandey, 1980).
c) Tangkai
Tangkai eceng gondok berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya penuh dengan udara yang berperan untuk mengapaungkan tanaman di permukaan
air. Lapisan
b ahnya terdapat jaring n la
( xylem dan floem udara dibatasi oleh dinding penyekat b selaput tipis berwarna p ih (Pande
d
Eceng gondok berbunga bertangkai dengan warna mahkota lembayung muda. Berbunga majemuk dengan jumlah 6 - 35 berbentuk karangan bunga bulir deng putik tunggal.
gondok juga memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut, eceng gondok merupakan tumbuhan perennial yang hidup dalam perairan terbuka, yang mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila air dangkal. Perkembangbiakan eceng gondok terjadi secara vegetatif maupun secara generatif, perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru tumbuh dari
Setiap 10 tanaman eceng gondok mampu berkembangbiak menjadi 600.000 tanaman baru dalam waktu 8 bulan, hal inilah membuat eceng gondok banyak
anfaatkan guna untuk pengolahan air limbah. Eceng gondok dapat mencapai
sebagai berikut :
k. Jika pad
han yang mempunyai derajat keasaman (pH) air ok menjadi baik, pH air optimum berkisar
. ya relatif murah.
3.
2.5 dim
ketinggian antara 40 - 80 cm dengan daun yang licin dan panjangnya 7 - 25 cm. Faktor lingkungan yang menjadi syarat untuk pertumbuhan eceng gondok adalah
1. Cahaya matahari, PH dan Suhu
Pertumbuhan eceng gondok sangat memerlukan cahaya matahari yang cukup, dengan suhu optimum antara 25oC-30 C, hal ini dapat dipenuhi dengano baik di daerah beriklim tropis. Di samping itu untuk pertumbuhan yang lebih baik, eceng gondok lebih cocok terhadap pH 7,0 - 7,5, jika pH lebih atau kurang maka pertumbuhan akan terlambat (Dhahiyat, 1974).
2. Ketersediaan Nutrien Derajat keasaman (pH) air
Pada umumnya jenis tanaman gulma air tahan terhadap kandungan unsur hara yang tinggi. Sedangkan unsur N dan P sering kali merupakan faktor pembatas. Kandungan N dan P kebanyakan terdapat dalam air buangan domesti
a perairan kelebihan nutrien ini maka akan terjadi proses eutrofikasi. Eceng gondok dapat hidup di la
3,5 - 10. Agar pertumbuhan eceng gond antara 4,5 – 7.
Pemilihan tanaman eceng gondok pada reaktor ini didasarkan pada pertimbangan – pertimbangan berikut ini :
1. Tanaman eceng gondok merupakan jenis tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia.
2 Dari segi ekonomi tanaman eceng gondok hargan
Tidak memerlukan perawatan khusus dan pemeliharaan sangat mudah.
Eceng gondok memiliki daya adaptasi yang besar terhadap berbagai macam yang ada disekelilingnya dan dapat berkembang biak dengan cepat. Eceng gondok hal
dapat hidup ditanah yang selalu tertutup oleh air yang banyak mengandung makanan. Sel itu
bas ndok untuk melakukan proses-proses
sebag er a.
nyalah
m air
ang masuk kedalam tumbuhan dan keluar meninggalkan daun dan batang n proses transpirasi, sebagian menyerap mel
dan angin (Anonim, 1996).
enghasilkan glukosa dan oksigen dan ain daya tahan eceng gondok juga dapat hidup ditanah asam dan tanha yang ah (Anonim, 1996). Kemapuan eceng go
ai b ikut :
Transpirasi
Jumlah air yang digunakan dalam proses pertumbuhan ha emerlukan sebagian kecil jumlah air yang diadsorbsi atau sebagian besar dari y
sebagai uap air. Proses tersebut dinamaka
alui batang tetapi kehilangan air umumnya berlangsung melalui daun. Laju hilangnya air dari tumbuhan dipengaruhi oleh kwantitas sinar matahari dan musim penanamnan. Laju teraspirasi akan ditentukan oleh struktur daun eceng gondok
yang terbuka lebar yang memiliki stomata yang banyak sehingga proses transpirasi akan besar dan beberapa factor lingkungan seperti suhu, kelembaban, udara, cahaya
b. Fotosintesis
Fotosintesis adalah sintesa karbohidrat dari karbondioksida dan air oleh klorofil. Menggunakan cahaya sebagai energi dengan oksigen sebagai produk tambahan.
Reaksi fotosintesis :
6 CO + 6H O2 2 ⎯ ⎯ Sinarmatah ⎯ ⎯ ⎯ ari→ C H6 12O + 6O6 2 ……. (reaksi 3)
Klorofil
Dalam proses fotosintesis ini tanaman membutuhkan CO dan H2 2O dan
senyaw
pirasi
hewan mempergunakan energi untuk membangun dan me embran plasma dan dinding sel. Energi tersebut olekul gula tau gluko 6H ah menjadi zat-zat sederhana yang disertai dengan
elepasan energi (Tjitrosomo, 1983). reaksi k
2.5.3 Manfaat Enceng Gondok
Little (1968) dan Lawrence dalam Moenandir (1990), Haider (1991) serta Sukman dan Yakup (1991), m
masalah pencem
pos dalam kegiatan pertanian dan
c. Sebagai sumber gas yang antara lain berupa gas ammonium sulfat, gas
d.
a-senyawa organic lain. Karbondioksida yang digunakan dalam proses ini beasal dari udara dan energi matahari (Sastroutomo, 1991).
c. Res
Sel tumbuhan dan melihara protoplasma, m
dihasilkan melalui pembakaran senyawa-senyawa. Dalam respirasi m a sa (C 12O ) diub6
p
imia adalah :
C H6 12O + 6O 6 2 6 CO + 6H O + energi 2 2 ..….. (reaksi 4)
enyebutkan bahwa eceng gondok banyak menimbulkan aran sungai dan waduk, tetapi mempunyai manfaat sebagai berikut : a. Mempunyai sifat biologis sebagai penyaring air yang tercemar oleh
berbagai bahan kimia buatan industri. b. Sebagai bahan penutup tanah dan kom
perkebunan.
hidrogen, nitrogen dan metan yang dapat diperoleh dengan cara fermentasi.
Bahan baku pupuk tanaman yang mengandung unsur NPK yang merupakan tiga unsur utama yang dibutuhkan tanaman.
e. Sebagai bahan industri kertas dan papan buatan. f. Sebagai bahan baku karbon aktif.
2.5.4 e Ko
yang tidak terkendali di antaranya adalah :
b. erairan sehingga
ksigen dalam air (DO :
c. Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
i vektor penyakit pada manusia. e.
2.5.5 Penyerapan Oleh Enceng Gondok T
potongan
gondok dewasa. Eceng gondok sangat peka terhadap keadaan yang unsur haranya didal ai
tinggi juga
yang cuku dapat dimanfaatkan sebagai
penge ali
S dengan konsentrasi yang
lebih tinggi dari pada medium sekitarnya yang biasanya bermuatan negative. nsekuensi dan keberadaannya, kation emperl
K rugian Enceng Gondok
ndisi merugikan yang timbul sebagai dampak pertumbuhan eceng gondok
a. Meningkatnya evapontranspirasi.
Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam p menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan o
Dissolved Oxygens).
d. Meningkatnya habitat bag
Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.
umbuhan ini mempunyai daya regenerasi yang cepat karena potongan-vegetatifnya yang terbawa arus akan terus berkembang menjadi eceng
am r kurang mencukupi, tetapi responnya terhadap kadar unsur hara yang besar. Proses regenerasi yang cepat dan toleransinya terhadap lingkungan p besar, menyebabkan eceng gondok
nd pencemaran lingkungan. (Soerjani, 1975)
el-sel akar tanaman umumnya mengandung ion
Penyerapan ini melibatkan energi, sebagai ko
m ihatkan adanya kemampuan masuk ke dalam sel secara pasif ke dalam gradient elektrokimia, sedangkan anion harus diangkut secara aktif kedalam sel akar tanaman sesuai dengan keadaan gradient konsentrasi melawan gradient elektrokimia. (Foth, 1991)
Di dalam akar, tanaman biasa melakukan perubahan pH kemudian membentuk suatu zat khelat yang disebut fitosiderofor. Zat inilah yang kemudian
engikat
imbun logam kedalam organ tertentu seperti akar.
Dan kedua, proses pengambil
penyerapan ion tertentu pada kondisi lingkungan yang luas. (Foth, 1991).
2.6 Hip
hipotesis.
m logam kemudian dibawa kedalam sel akar. Agar penyerapan logam meningkat, maka tumbuhan ini membentuk molekul rediktase di membran akar. Sedangkan model tranportasi didalam tubuh tumbuhan adalah logam yang dibawa masuk ke sel akar kemudian ke jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem, kebagian tumbuhan lain. Sedangkan lokalisasi logam pada jaringan bertujuan untuk mencegah keracunan logam terhadap sel, maka tanaman akan melakukan detoksofikasi, misalnya men
Menurut Fitter dan Hay (1991), terdapat dua cara penyerapan ion ke dalam akar tanaman :
1. Aliran massa, ion dalam air bergerak menuju akar gradient potensial yang disebabkan oleh transpirasi.
2. Difusi, gradient konsentrasi dihasilkan oleh pengambilan ion pada permukaan akar.
Dalam pengambilan ada dua hal penting, yaitu pertama , energi metabolik yang diperlukan dalam penyerapan unsur hara sehingga apabila respirasi akan dibatasi maka pengambilan unsur hara sebenarnya sedikit.
an bersifat selektif, tanaman mempunyai kemampuan menyeleksi
otesis
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, maka dapat diambil beberapa
Bahwa kontruksi reaktor dengan menggunakan tanaman Enceng Gondok dapat menurunkan konsentrasi TSS dan kekeruhan. Kapasitas reaktor dengan menggunakan enceng gondok terhadap TSS dan kekeruhan dapat dipergunakan untuk pengolahan air selokan Mataram sebagai langkah awal ( pre-treatment ) untuk pengolahan
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi pengambilan sampel air permukaan yaitu di selokan Mataram,
Yogyakarta. Pengambilan da laboratorium kualitas
lingkungan dan penelitian dilakukan di halaman belakang FTSP, UII, Sleman, Yogjakarta dengan menggunakan reaktor secara Terus menerus (continue) berukuran 1 m x
3.3 Waktu Penelitian
selama 6 bulan yang terdiri dari tahap persiapan penelit
Penelitian dapat disebut dengan penelitian ilmiah apabila memiliki metode penelitian yang sistematis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
3.1 Lokasi Penelitian
sampel dilaksanakan pa
0.5 m yang ditanami tanaman eceng gondok, sedang untuk analisis parameter kualitas air permukaan dilakukan di laboratorium kualitas lingkungan UII Yogjakarta.
3.2 Parameter Penelitian
Sebagai parameter penelitian ini adalah kandungan Kekeruhan dan TSS. Penelitian ini dilakukan analisa pengukuran dan pengujian parameter air permuakaan laboratorium berdasarkan tingkat konsentrasi yaitu 0%, 50%,dan 100% serta variasi waktu penelitian yang diambil setiap 2 jam sekali dengan Td ( Waktu tinggal ) 2 jam dan 4 jam sekali dengan Td ( Waktu Tinggal ) 4 Jam .dari sumber air baku yaitu air permukaan selokan Mataram Yogyakarta.
Waktu penelitian dilakukan
gondok dalam reaktor, pengambilan sample Air permukaan selokan Mataram Yogyakarta, pemeriksaan di laboratorium, analisa data dan penyusunan laporan.
3.4 Metode Penelitian
Metodologi penelitian dalam kegiatan penelitian ini dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
Study literatur dan desain Analisis parameter
Desain peralatan penelitian
• Tanaman yang digunakan
Dimensi reaktor
•
• Sistem inlet dan outlet
Pengumpulan alat dan bahan Alat
• Alat pengambilan sampel • Alat pengujia
• Alat tambahan
Bahan
• Tanaman yang d
• Air permukaan yang digu
• Bahan yang digunakan untuk reaktor •
n sampel
igunakan nakan
Bahan an di unakan u ntuk en u ian s am el
Pembuatan reaktor
Pengambilan sampel
Pengujian sampel
Pengolahan data dan analisis data
3.5 Langkah Penelitian
a. Tahap Persiapan alat dan bahan 1. Dimensi reaktor
Filter bentuk persegi Pan Direncanakan dimensi : P = 100 cm = 1 m L = 50 cm = 0.5 m x 0.5 x 2) T) x 0.5 x 0.25) = 25 m³ 2. embu an rea
canakan reaktor berbentuk persegi panjang
, L = 0 • • aku p • Pipa tegak jang : T = 25 cm = 0.25 m Kecepatan (V) = 2 m/dtk Debit air (Q) = (P x L x V) = (1 = 1 m³/jam Volume = (P x L x = (1 0.1 Td = 2 jam 4 jam P at ktor
Dalam tahap pembuatan alat, diren Dengan rincian sbb: P = 1 m .5 m, T = 0.25 m • Plastik 2m Kaca P ayung • Selang • Pompa
• Ember plastik • papan
3. Gam ba reaktor r
Gambar 3.2 Reaktor continyu
4. Proses sampling
Dalam proses ini, dilakukan pemeriksaan awal untuk parameter Kekeruhan dan TSS. Kemudian selama 3 hari setiap 2 jam sekali dilakukan sampling pemeriksaan parameter TSS dan Kekeruhan dengan masing – masing variasi 50
% dan 100% kemudian setiap 4 jam sekali dilakukan sampling pemeriksaan TSS
dan Kekeruhan dengan mas 00 %.
b. ahap pelaksanaan percobaan
pel air baku yang diambil dari air permukaan selokan ing – masing variasi 50 % dan 1
T
1. Pengambilan sam mataram, Yogyakarta
2. Air baku dari bak penampung dialirkan kedalam kolom bak secara gravitasi dengan kecepatan konstan.
3. Air dibiarkan mengalir terus–menerus dengan arah aliran dari atas ke bawah. 4. Effluent hasil penyaringan diambil, kemudian diukur kadar Kekeruhan dan
3.6
iti adalah Kekeruhan dan TSS
Variasi tanaman 50 % dan 100 %. 4. Durasi waktu 2 jam dan 4 jam
3.7
90 nm
ahan pereaksi :
l : 1mg SiO
- 100 mg SiO dilarutkan dalam 100 mlaquades Cara Kerja
1. Aduk sampel air hingga homogen.
2. Masukkan dalam kuvet.
3. Baca dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 390 nm TSS
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Parameter yang ditel
2. Variabel penelitian adalah perbandingan antara sample blanko, Kekeruhan, dan TSS.
3.
Pengujian Kekeruhan
Metode yang digunakan menurut SNI 06-2413-1991.
Alat dan Bahan yang digunakan
Alat :
Spektrofotometer panjang gelombang 3
B
- Larutan standar kekeruhan (1m 2)
4. Perhitungan : cari kadar kekeruhan dari kurva kalibrasi yang telah
3.8 Pengujian Total dissolved suspended ( TSS ) Me
Bah
a. Kertas er ) dengan berbagai jenis
1. i (Particel Retention) 1,5 μm
2. Gelman type A/E, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,0 μm (standar
water analysis proceures).
d grade 161) dengan
b.
Perala
1. Desikator yang berisi
2. Oven, untuk pengoperasian pada suhu 1030C sampai 1050C;
3. mg;
4.
ukur;
as saring pada peralatan filtrasi. Kemudian basahi kertas saring dibuat oleh laboran.
tode yang di gunakan sesuai dengan SK SNI 06-6989.3-2004
an :
saring (glass fiber filt
Whatman Grade 934 Ah, dengan ukuran por (Standart for TSS in water Analysis).
TSS / TDS testing in sanitary
3. E-D scientific specialities grade 161 (VWR bran
ukuran pori ( particle retention) 1,1 μm ( Recommended for use in TSS/ TDS
testing in water and wastewater.
4. Saringan dengan ukuran pori 0,45μm.
Air suling/aquades
tan
silica gel
Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 Pipet volum;
5. Gelas 6. Penjepit.
Persiapan pengujian
Persiapan dengan memakai kertas saring
a. Letakkan kert
b. Keringkan dalam oven pada suhu 1030C sampai 1050C selama satu jam, esikator selama 10 menit, kemudian timbang.
c. diperoleh berat konstan atau sampai
perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau
Prosedur
a.
c.
suk contoh uji pada kertas saring.
e. Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 1030C sampai
0
C, dinginkan dalam desikator selama 10 menit untuk
1.9 3.9
No P
dinginkan dalam d
Ulangi langkah pada butir b) sampai
lebih kecil dari 0,5 mg.
Aduk c
b. ontoh uji dengan cara mengocok untuk memperoleh contoh uji yang lebih homogen.
Ambil 25 ml contoh uji, d. Ma an
dengan 105
menyeimbangkan dan timbang.
Analisa kualitas air permukaan
.1 Analisa Kekeruhan dan analisa Total Suspended Solid ( TSS )
aramameter SNI Analisa Standar
1. Kekeruhan
06 – 2413 – 1991
Satuan kekeruhan dalam air dapat nyatakan dengan satuan mg/l SiO2, NTU(Nephelometri c Turbidity Units). SNI 5 , 2 SiO2 unit 1 1 NTU = di 2. TSS SK SNI 06 –6989.3 – 2004 mg TSS per liter = ___(A – B) x 1000___ 000 . 000 . 1 Berat isi Berat kosong ) / (mg l TSS =
Volume contoh uji, mL
3.10 Analisa Tanaman
Pada tanaman ini juga dilakukan pengamatan, pengamatan dilakukan secara
.11 Metode Analisa Data
kat efisiensi dari reaktor yang sedang diteliti, maka dilakuka
visual terhadap tanaman uji yang meliputi kondisi tumbuhan.
3
Untuk mengetahui ting
n analisa data yang diperoleh dari hasil pengamatan, baik data utama (tingkat removal) maupun data pendukung (kondisi tanaman uji). Sedangkan untuk memudahkan dalam pengolahan data, maka dipergunakan pengujian dengan metode statistik, yaitu uji statistik T – Test.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pada penelitian pengolahan air permukaan selokan Mataram dengan menggunakan media reaktor yang dilakukan secara kontinyu dengan variasi 0%, 50%, dan 100% pada air permukaan selokan Mataram, bermedia tanaman enceng gondok ( Eichornia crassipes), dengan parameter TSS (Total Suspended Solid) dan Kekeruhan (Turbidity). Pertama-tama adalah pembuatan media reaktor filter berbentuk persegi panjang dari bahan papan dengan tambahan palstik 2m, kaca, paku payung, pipa tegak, selang, pompa, ember plastik. Untuk langkah kedua yaitu proses
sampling, pada proses ini dilakukan pemeriksaan awal (blanko) untuk parameter Kekeruhan dan TSS. Kemudian selama 3 hari setiap 2 jam sekali dilakukan sampling pemeriksaan parameter TSS dan Kekeruhan dengan masing – masing variasi 50 % dan 100% kemudian setiap 4 jam sekali dilakukan sampling pemeriksaan TSS dan Kekeruhan dengan masing-masing variasi 50 % dan 100 %. Sambil berjalannya proses sampling, penelitian ini dilanjutkan ke tahap pengujian di laboratorium Teknik
Lingkungan untuk mengetahui kadar konsentrasi parameter Kekeruhan dan TSS. Setelah data dari hasil pengujian parameter Kekeruhan dan TSS didapatkan maka untuk langkah selanjutnya dilakukan pengolahan data sekaligus analisis data. Untuk parameter Kekeruhan sesuai dengan SNI 06 – 2413 – 1991 sedangkan untuk parameter TSS menggunakan SK SNI 06 – 6989.3 – 2004.
4.2 Parameter Kekeruhan a. Pengujian Keke
Dalam penelitian ini, untuk variasi pada tanaman enceng gondok (eichornia rassipes)50 % - 100% td 2 jam, diuji sebanyak 10 pengambilan sampel dari jam ke 1 ai dengan jam ke 10. Untuk perbandingan konsentrasi antara inlet dan outlet dapat d
ruhan Untuk Td 2 Jam
c samp
ilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kekeruhan Untuk Td 2 Jam
Konsentrasi (NTU) Blanko Konsentrasi (NTU) R 1 Konsentrasi (NTU) R 2 Pengambilan
Inlet 0% Outlet 0% Inlet 50% Outlet 50% Inlet 100% Outlet 100% 1 701 628 1058.424 161.455 394.182 110.545 2 736 839 239.03 174.788 385.697 292.364 3 720 478 990.545 136.000 755.394 163.879 4 775 648 631.758 205.091 480.242 246.303 5 554 536 579.636 162.667 477.818 182.061 6 2717 571 416.969 155.394 1019.636 174.788 7 655 1164 763.879 177.212 249.939 314.182 8 558 543 447.515 271.758 279.03 246.303 9 714 597 327.515 263.273 185.697 179.636 10 498 485 289.939 253.576 333.576 185.697 8628 6489 5745.210 1961.214 4561.211 2095.758
0 3000 500 1000 1500 2000 2500 K e k e r u h a n ( N T U ) Inlet 0% Outlet 0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu Pengambilan
Gambar 4.1 P an Kekeruhan Untu nsentrasi 0% Pada Td 2 Jam.
ari gamb .1 terli bahwa eter kekeruhan untuk konsentrasi 0% ada se kit yang galami ikan k sep a pen an ke
dari 736 NTU naik menjadi NTU enga ke-7 ari 65
naik m njadi 1.164 NTU. Pengambilan sela i penurunan, dan untuk tingka enurunan g palin sar ter a pe ana dari inlet 2.717 NTU outletnya turun m di 571
ada kons asi 0% di kenaikan karena disebabkan proses pengendapan isebabkan waktu perlakuan yang kurang lama sehingga proses tersebut kurang maksimal.
Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung untuk kekeruhan pada konsentrasi 0% sebesar 0,955 dengan probabilitas 0,364 > 0,05 yaitu tidak signifikan, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata kekeruhan antara inlet dan outlet.
enurun kKo
D ar 4 hat param
di men kena enaikan erti pad gambil -2 yaitu
839 , dan p mbilan yaitu d 5 NTU
e njutnya mengalam
t p yan g be jadi pad ngambilan ke-6 dim enja NTU.
P entr terja
0 200 400 600 800 1000 1200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Pengamb ilan
K e k e r u h a n ( N T U ) Inlet 50% Outlet 50%
NTU, dan juga pada pengambilan ke-7 yaitu
ukup sempurna dalam menurunkan parameter kekeru
n rata – rata kekeruhan antara inlet dan outlet.
Gambar 4.2Penurunan Kekeruhan Untuk Konsentrasi 50% Pada Td 2 Jam
Dari gambar 4.2 terlihat bahwa parameter kekeruhan untuk konsentrasi 50% tidak mengalami kenaikan. Selanjutnya untuk semua waktu pengambilan pada umumnya mengalami penurunan, ada beberapa tingkat penurunan yang cukup besar seperti yang terjadi pada pengambilan ke-1 yaitu inlet 1058.424 NTU turun menjadi 161.455 NTU, pada pengambilan ke-3 juga mengalami penurunan yaitu dari inlet 990.545 NTU outletnya turun menjadi 136.000
dari inlet 763.879 NTU outletnya turun menjadi 177.212 NTU.
Untuk konsentrasi 50% tidak terjadi kenaikan karena peranan tanaman enceng gondok pada waktu ini c
han.
Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung untuk kekeruhan pada konsentrasi 50% sebesar 0,04 < 0,05 yaitu signifikan, hal ini berarti terdapat perbedaa
0 200 400 600 800 1000 1200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu Pengambilan K e k e r u h a n ( N T U ) Inlet 100% Outlet 100%
Gambar 4.3 Penurunan Kekeruhan Untuk Konsentrasi 100%
ok yang kurang stabil dalam menurunkan parameter kekeruhan pada
litas 0,022 > 0,05 yaitu tidak signifikan, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata – rata kekeruhan antara inlet dan outlet.
Pada Td 2 Jam.
Dari gambar 4.3 terlihat bahwa parameter kekeruhan untuk 100% ada satu yang mengalami sedikit kenaikan dan terjadi pada pengambilan ke-7 yaitu dari 249.939 NTU naik menjadi 314.182 NTU. Untuk pengambilan selanjutnya mengalami penurunan, ada beberapa tingkat penurunan yang besar seperti pada pengambilan ke-3 yaitu dari inlet 755.394 NTU turun menjadi 163.879 NTU dan selanjutnya pada pengambilan ke-6 yaitu dari inlet 1019.636 NTU outletnya turun menjadi 174.788 NTU.
Pada konsentrasi 100% ini memang terjadi kenaikan satu kali pada pengambilan ke-7, ini disebabkan karena proses penyerapan dari akar tanaman
enceng gond
pengambilan ke-7 ini.
Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan maka didapatkan nilai t hitung untuk kekeruhan pada konsentrasi 100% sebesar 2,67 dengan probabi