• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDIT KEAMANAN INFORMASI PADA PDAM TIRTA TARUM KARAWANG MENGGUNAKAN INDEKS KAMI SNI ISO/IEC 27001:2009 DAN FISHBONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AUDIT KEAMANAN INFORMASI PADA PDAM TIRTA TARUM KARAWANG MENGGUNAKAN INDEKS KAMI SNI ISO/IEC 27001:2009 DAN FISHBONE"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

AUDIT KEAMANAN INFORMASI PADA PDAM TIRTA TARUM

KARAWANG MENGGUNAKAN INDEKS KAMI SNI ISO/IEC

27001:2009 DAN FISHBONE

Mochamad Wahyudi

Program Pascasarjana Magister Ilmu Komputer STMIK Nusa Mandiri

[email protected]

Kaman Nainggolan

Program Pascasarjana Magister Ilmu Komputer STMIK Nusa Mandiri

[email protected]

Abstract - Audit is a process of collecting and evaluating evidence of measurable information about an economic entity conducted by a competent and independent person to be able to determine and report the conformity of information including with predetermined criteria. Some of the most frequent problems with institutions are data or information theft caused by low information security. This happens because companies or agencies are less aware of the importance of the role of ICT in organizations. Therefore it is necessary to conduct an information security audit so that it can know the level of information security in an institution whether the institution has complied with information security as per SNI standard or not and to know how high level of information security at that institution. Through the audit results can be known whether the company is viable or not by using OUR Index to evaluate the level of information security. After the results of the evaluation are known to analyze the cause of the problem occurs by using the fishbone method. When the cause of the problem is known to be established an improvement strategy as a recommendation of improvements to information security.

Keywords: Information Security Audit, OUR Index, fishbone

ABSTRAK - Audit merupakan sebuah proses

pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan indepen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi termasuk dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Beberapa masalah yang sering terjadi pada lembaga adalah pencurian data ataupun informasi yang disebabkan oleh rendahnya keamanan informasi. Hal tersebut terjadi karena perusahaan atau lembaga terkait kurang menyadari pentingnya peran TIK dalam

organisasi. Oleh karena itu perlu dilakukan audit keamanan informasi sehingga dapat mengetahui tingkat keamanan informasi pada suatu instansi apakah instansi tersebut sudah mematuhi keamanan informasi sesuai standar SNI atau belum dan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keamanan informasi pada instansi tersebut. Melalui hasil audit dapat diketahui apakah perusahaan layak atau tidak dengan menggunakan Indeks KAMI untuk mengevaluasi tingkat keamanan informasi. Setelah diketahui hasil evaluasi dilakukan analisis terhadap sebab akibat masalah tersebut terjadi dengan menggunakan metode fishbone. Saat sebab akibat masalah sudah diketahui dapat dibentuk strategi perbaikan sebagai rekomendasi terhadap perbaikan keamanan informasi yang ada.

Kata Kunci: Audit Keamanan Informasi, Indeks KAMI, fishbone

PENDAHULUAN

Dalam kasus yang sekarang banyak permasalahan yang berkaitan dengan Teknologi Informasi (TI), salah satu contohnya mengenai TI pada PDAM yang biasa dikenal dengan Pengenalan Teknologi Informasi (PTI). Dalam TI pastinya banyak hal-hal yang harus diperhatikan, salah satunya keamanan informasi. Untuk keamanan TI sendiri harus menyangkut kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan. Contoh dari salah satu PDAM yang menggunakan TI adalah PDAM Tirta Tarum Karawang. PDAM Tirta Tarum Karawang merupakan salah satu perusahaan daerah air minum yang harus melayani air bersih dengan baik kepada masyarakat di kota Karawang. Oleh karena itu diperlukan keamanan demi menjaga kerahasiaan dan integritas yang ada di instansi tersebut. Dan selain itu, peran Teknologi Informasi (TI) sangatlah penting untuk

(2)

ditingkatkan karena kita telah memasuki era informasi (Wahyudi, 2016:1).

Menurut KemKomInfo dalam Muhajirin (2014:3) “Indeks KAMI adalah salah satu alat yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesiapan pengamanan informasi di instansi pemerintah”. Alat evaluasi ini tidak ditujukan untuk menganalisis kelayakan atau efektifitas bentuk pengamanan yang ada, melainkan sebagai perangkat untuk memberikan gambaran kondisi kesiapan (kelengkapan dan kematangan) kerangka kerja keamanan informasi kepada pimpinan instansi dan berfungsi sebagai indikator penerapan keamanan informasi secara nasional. Evaluasi dilakukan terhadap beberapa area target penerapan keamanan informasi dengan ruang lingkup pembahasan yang juga memenuhi semua aspek keamanan yang didefinisikan oleh standar SNI ISO/IEC 27001:2009, diantaranya tata kelola keamanan informasi, pengelolaan resiko keamanan informasi, kerangka kerja keamanan informasi, pengelolaan aset informasi, teknologi dan keamanan informasi, dan yang terakhir peran TIK.

Dalam evaluasi keamanan informasi pastinya terdapat beberapa hasil. Dimana dari beberapa hasil haruslah dianalisis kembali untuk memberikan rekomendasi perbaikan. Karena pastinya tidak semua hasil evaluasi mencapai hasil yang layak. Hasil yang tidak layak inilah yang nantinya perlu rekomendasi perbaikan. Untuk memberikan rekomendasi terhadap hasil evaluasi diperlukan metode yang dapat menganalisis sebab-sebab terhadap hasil yang dinyatakan masih belum layak atau belum sesuai target. Salah satu metode analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui sebab-sebab dari sebuah permasalahan adalah Fishbone. Fishbone adalah salah satu metode/tool di dalam meningkatkan kualitas (Murnawan dan Mustofa, 2014:31). Sering juga diagram ini disebut dengan diagram sebab-akibat atau cause effect diagram. Fishbone digunakan sebagai identifikasi berbagai sebab dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dibagi menjadi beberapa kategori yang berkaitan. Diantaranya manusia, material, mesin, prosedur, lingkungan, dan sebagainya.

Pada penelitian ini akan digunakan Indeks KAMI untuk mengevaluasi hasil kualitas keamanan informasi dan Fishbone untuk menganalisis hasil evaluasi untuk diberikan rekomendasi dari masalah terkait.

Perumusan Masalah Mulai Studi Pustaka Studi Lapangan Penerapan Indeks KAMI SNI ISO/IEC

27001/2009

Hasil Evaluasi dan Temuan

Selesai Penerapan

Fishbone Diagram

Hasil Analisis dan Rekomendasi

Perbaikan

Gambar 1 Kerangka pemikiran Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukanya penelitian diantaranya :

1. Evaluasi keamanan TI di PDAM Tirta Tarum Karawang berdasarkan Indeks KAMI. 2. Mengetahui seberapa baik peran TIK pada

TI PDAM Tirta Tarum Karawang.

3. Mengetahui beberapa area yang lemah dari lima area teknologi yang diuji

4. Memberikan rekomendasi perbaikan keamanan TI di masa mendatang menggunakan metode Fishbone dengan cara menganalisis hasil evaluasi

BAHAN DAN METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian deskriptif ini untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003:97). Menurut Moleong (2004:131) menjelaskan bahwa, “metode kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif

(3)

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.” Metode penelitian yang digunakan diantaranya:

1. Metode Pengumpulan Data

2. Penerapan Kuesioner pada Indeks KAMI 3. Penerapan Fishbone Diagram

4. Memberikan Rekomendasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 3 orang staff TI PDAM Tirta Tarum Karawang. Berikut kumpulan tabel data hasil pengolahan kuesioner:

Tabel Pengolahan dan Perhitungan Data

Tabel 1. Pengolahan Data Peran TIK

Pertanyaan Minim Rendah Sedang Tinggi Kritis

P1 1 P2 1 P3 1 P4 1 P5 1 P6 1 P7 1 P8 1 P9 1 P10 1 P11 1 P12 1 Total 2 4 5 1 0

Dari tabel data di atas menjelaskan bahwa P1 sampai P12 merupakan pertanyaan. Untuk status minim terjawab 2 pertanyaan, rendah 4 pertanyaan, sedang terjawab 5 pertanyaan, dan tinggi terjawab 1 pertanyaan saja sedangkan kritis tidak satupun terjawab. Dalam peran TIK nilai minim mendapatkan skor 0, rendah mendapatkan skor 1, sedang mendapatkan skor 2, tinggi mendapatkan skor 3 dan kritis mendapatkan skor 4. Dari data di atas diperoleh tabel perhitungan sebagai berikut:

Tabel 2 Perhitungan Data Peran TIK

Pertanyaan Skor P1 0 P2 0 P3 3 P4 2 P5 2 P6 2 P7 1 P8 2 P9 2 P10 1 P11 2 P12 1 Total 18

Skor total dari peran TIK dari perhitungan diatas menunjukkan tingkat ketergantungannnya sedang.

Tabel 3 Pengolahan Data Tata Kelola Pertanya an Tidak Dilakuk an Dalam Perencana an Dalam Penerap an Diterapk an Meyelur uh P1 1 P2 1 P3 1 P4 1 P5 1 P6 1 P7 1 P8 1 P9 1 P10 1 P11 1 P12 1 P13 1 P14 1 P15 1 P16 1 P17 1 P18 1 P19 1 P20 1 Total 7 11 2 0

Dari tabel data di atas P1 sampai P20 didapatkan hasil untuk status tidak dilakukan terjawab 7 pertanyaan, dalam perencanaan 11 pertanyaan, dalam penerapan terjawab 2 pertanyaan, dan kritis tidak terjawab. Dalam tata kelola keamanan informasi terdapat tiga kategori pengamanan dan enam tingkat kematangan. Untuk P1 sampai dengan P8 pada tingkat kematangan II dan terletak pada kategori pengamanan 1. Sedangkan P9 sampai P11 pada tingkat kematangan II dan pada

(4)

kategori pengamanan 2. Dan untuk P12 sampai P14 pada tingkat kematangan III pada kategori pengamanan 2. Untuk pertanyaan dari P15 sampai P20 memiliki tingkat kematangan IV dengan kategori pengamanan 3. Nilai skor tidak dilakukan pada kategori pengamanan pada kategori pengamanan 1 sampai 3 adalah 0, skor dalam perencanaan pada kategori pengamanan 1 adalah 1,pada kategori pengamanan 2 adalah 2 sedangkan pada kategori pengamanan 3 adalah 3. Skor dalam penerapan pada kategori pengamanan 1 adalah 2, pada kategori pengamanan 2 adalah 4 sedangkan pada kategori pengamanan 3 adalah 6. Dari data di atas diperoleh tabel perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4 Perhitungan Data Tata Kelola

Pertanyaan Skor P1 1 P2 0 P3 1 P4 1 P5 0 P6 1 P7 1 P8 1 P9 2 P10 4 P11 4 P12 0 P13 2 P14 4 P15 0 P16 0 P17 0 P18 0 P19 0 P20 0 Total 18

Skor total dari tata kelola keamanan informasi dari perhitungan diatas menunjukkan tingkat ketergantungannnya sedang.

Tabel 4 Pengolahan Data Pengelolaan Resiko Pertanya an Tidak Dilakuk an Dalam Perencana an Dalam Penerap an Diterapka n Menyelur uh P1 1 P2 1 P3 1 P4 1 P5 1 P6 1 P7 1 P8 1 P9 1 P10 1 P11 1 P12 1 P13 1 P14 1 P15 1 Total 7 8 0 0

Dari tabel data di atas P1 sampai P15 didapatkan hasil untuk status tidak dilakukan terjawab 7 pertanyaan, dalam perencanaan 8 pertanyaan, dalam penerapan terjawab 0 pertanyaan, dan kritis tidak terjawab. Dalam pengelolaan resiko keamanan informasi terdapat tiga kategori pengamanan dan enam tingkat kematangan. Untuk P1 sampai dengan P9 pada tingkat kematangan II dan terletak pada kategori pengamanan 1. Sedangkan P10 sampai P11 pada tingkat kematangan III dan pada kategori pengamanan 2. Dan untuk P12 sampai P13 pada tingkat kematangan IV pada kategori pengamanan 2. Untuk pertanyaan dari P14 sampai P15 memiliki tingkat kematangan V pada kategori pengamanan 3. Nilai skor tidak dilakukan pada kategori pengamanan pada kategori pengamanan 0 sampai 3 adalah 0, skor dalam perencanaan pada kategori pengamanan 1 adalah 1,pada kategori pengamanan 2 adalah 2 sedangkan pada kategori pengamanan 3 adalah 3. Skor dalam penerapan pada kategori pengamanan 1 adalah 2, pada kategori pengamanan 2 adalah 4 sedangkan pada kategori pengamanan 3 adalah 6. Sedangkan skor dalam penerapan pada kategori pengamanan 1 adalah 3, pada kategori pengamanan 2 adalah 6 sedangkan pada kategori pengamanan 6 adalah 9 Dari data di atas diperoleh tabel perhitungan sebagai berikut:

Tabel 5. Perhitungan Data Pengelolaan Resiko Pertanyaan Skor P1 1 P2 1 P3 1 P4 1 P5 1

(5)

P6 1 P7 1 P8 1 P9 0 P10 0 P11 0 P12 0 P13 0 P14 0 P15 0 Total 8

Skor total dari tata kelola keamanan informasi dari perhitungan diatas menunjukkan tingkat ketergantungannnya rendah.

Tabel 6 Pengolahan Data Kerangka Kerja Pertanya an Tidak Dilakuk an Dalam Perencana an Dalam Penerap an Diterapka n Menyelur uh P1 1 P2 1 P3 1 P4 1 P5 1 P6 1 P7 1 P8 1 P9 1 P10 1 P11 1 P12 1 P13 1 P14 1 P15 1 P16 1 P17 1 P18 1 P19 1 P20 1 P21 1 P22 1 P23 1 P24 1 P25 1 P26 1 Total 4 15 6 1

Dari tabel data di atas P1 sampai P15 didapatkan hasil untuk status tidak dilakukan

terjawab 4 pertanyaan, dalam perencanaan 15 pertanyaan, dalam penerapan terjawab 6 pertanyaan, dan kritis terjawab 1 pertanyaan. Dalam kerangka kerja pengelolaan keamanan informasi terdapat tiga kategori pengamanan dan enam tingkat kematangan. Untuk P1 sampai dengan P4 pada tingkat kematangan II dan terletak pada kategori pengamanan 1, P7 sampai P8 pada tingkat kematangan II dan pada kategori pengamanan 2, P9 sampai P12 pada tingkat kematangan III pada kategori pengamanan 2, P13 sampai P14 memiliki tingkat kematangan III pada kategori pengamanan 2, P15 sampai P16 memiliki tingkat kematangan IV dan kategori pengamanan 3, P17 sampai P18 memiliki tingkat kematangan II dan kategori pengamanan 1, P19 sampai P21 memiliki tingkat kematangan III dan pada kategori pengamanan 1, P22 sampai 23 memiliki tingkat kematangan III dan pada kategori pengamanan 2, P24 memiliki tingkat kematangan IV dan kategori pengamanan 3, dan untuk P25 sampai P26 memiliki tingkat kematangan V dan pada kategori pengamanan 3. Nilai skor tidak dilakukan pada kategori pengamanan pada kategori pengamanan 0 sampai 3 adalah 0, skor dalam perencanaan pada kategori pengamanan 1 adalah 1, pada kategori pengamanan 2 adalah 2 sedangkan pada kategori pengamanan 3 adalah 3. Skor dalam penerapan pada kategori pengamanan 1 adalah 2, pada kategori pengamanan 2 adalah 4 sedangkan pada kategori pengamanan 3 adalah 6. Sedangkan skor dalam penerapan pada kategori pengamanan 1 adalah 3, pada kategori pengamanan 2 adalah 6 sedangkan pada kategori pengamanan 6 adalah 9 Dari data di atas diperoleh tabel perhitungan sebagai berikut:

Tabel 7 Perhitungan Data Kerangka Kerja Pertanyaan Skor P1 1 P2 2 P3 1 P4 2 P5 1 P6 3 P7 2 P8 2 P9 2 P10 2 P11 2 P12 4

(6)

P13 0 P14 0 P15 0 P16 0 P17 1 P18 1 P19 1 P20 0 P21 0 P22 0 P23 0 P24 0 P25 0 P26 0 Total 27

Skor total dari tata kelola keamanan informasi dari perhitungan diatas menunjukkan tingkat ketergantungannnya sedang.

Tabel 8 Pengolahan Data Pengelolaan Aset Keamanan Pertanya an Tidak Dilakuk an Dalam Perencana an Dalam Penerap an Diterapak an Menyelur uh P1 1 P2 1 P3 1 P4 1 P5 1 P6 1 P7 1 P8 1 P9 1 P10 1 P11 1 P12 1 P13 1 P14 1 P15 1 P16 1 P17 1 P18 1 P19 1 P20 1 P21 1 P22 1 P23 1 P24 1 P25 1 P26 1 P27 1 P28 1 P29 1 P30 1 P31 1 P32 1 P33 1 P34 1 Total 2 15 11 0

Dari tabel data di atas P1 sampai P34 didapatkan hasil untuk status tidak dilakukan terjawab 2 pertanyaan, dalam perencanaan 15 pertanyaan, dalam penerapan terjawab 11 pertanyaan, dan kritis tidak terjawab. Dalam pengelolaan aset keamanan informasi terdapat tiga kategori pengamanan dan enam tingkat kematangan. Untuk P1 sampai dengan P16 pada tingkat kematangan II dan terletak pada kategori pengamanan 1, P17 pada tingkat kematangan I dan pada kategori pengamanan 2, P9 sampai P12 pada tingkat kematangan III pada kategori pengamanan 2, P13 sampai P14 memiliki tingkat kematangan III pada kategori pengamanan 2, P15 sampai P16 memiliki tingkat kematangan IV dan kategori pengamanan 3, P17 sampai P18 memiliki tingkat kematangan II dan kategori pengamanan 1, P19 sampai P21 memiliki tingkat kematangan III dan pada kategori pengamanan 1, P22 sampai 23 memiliki tingkat kematangan III dan pada kategori pengamanan 2, P24 memiliki tingkat kematangan IV dan kategori pengamanan 3, dan untuk P25 sampai P26 memiliki tingkat kematangan V dan pada kategori pengamanan 3. Nilai skor tidak dilakukan pada kategori pengamanan pada kategori pengamanan 0 sampai 3 adalah 0, skor dalam perencanaan pada kategori pengamanan 1 adalah 1, pada kategori pengamanan 2 adalah 2 sedangkan pada kategori pengamanan 3 adalah 3. Skor dalam penerapan pada kategori pengamanan 1 adalah 2, pada kategori pengamanan 2 adalah 4 sedangkan pada kategori pengamanan 3 adalah 6. Sedangkan skor dalam penerapan pada kategori pengamanan 1 adalah 3, pada kategori pengamanan 2 adalah 6 sedangkan pada kategori pengamanan 6 adalah 9. Dari data di atas diperoleh tabel perhitungan sebagai berikut:

Tabel 9. Perhitungan Data Pengelolaan Aset Keamanan

(7)

Pertanyaan Skor P1 2 P2 1 P3 1 P4 1 P5 1 P6 2 P7 1 P8 2 P9 1 P10 2 P11 2 P12 2 P13 1 P14 2 P15 2 P16 2 P17 2 P18 2 P19 2 P20 2 P21 4 P22 0 P23 0 P24 0 P25 2 P26 1 P27 1 P28 1 P29 1 P30 1 P31 2 P32 0 P33 2 P34 0 Total 49

Skor total dari tata kelola keamanan informasi dari perhitungan diatas menunjukkan tingkat ketergantungannnya sedang.

Tabel 10. Pengolahan Data Aspek Teknologi

Pertan

yaan Tidak Dilaku kan Dalam Perenca naan Dalam Penera pan Diterap kan Menyel uruh P1 1 P2 1 P3 1 P4 1 P5 1 P6 1 P7 1 P8 1 P9 1 P10 1 P11 1 P12 1 P13 1 P14 1 P15 1 P16 1 P17 1 P18 1 P19 1 P20 1 P21 1 P22 1 P23 1 P24 1 Total 1 10 13 0

Dari tabel data di atas P1 sampai P24 didapatkan hasil untuk status tidak dilakukan terjawab 1 pertanyaan, dalam perencanaan 10 pertanyaan, dalam penerapan terjawab 13 pertanyaan, dan kritis tidak terjawab. Dalam kerangka pengelolaan aset keamanan informasi terdapat tiga kategori pengamanan dan enam tingkat kematangan. Untuk P1 sampai dengan P10 pada tingkat kematangan II dan terletak pada kategori pengamanan 1, P11 sampai P16 pada tingkat kematangan III dan pada kategori pengamanan 2, P17 sampai P19 pada tingkat kematangan II pada kategori pengamanan 1, P20 sampai P23 memiliki tingkat kematangan III pada kategori pengamanan 2, dan P24 memiliki tingkat kematangan IV dan kategori pengamanan 3. Nilai skor tidak dilakukan pada kategori pengamanan pada kategori pengamanan 0 sampai 3 adalah 0, skor dalam perencanaan pada kategori pengamanan 1 adalah 1, pada kategori pengamanan 2 adalah 2 sedangkan pada kategori pengamanan 3 adalah 3. Skor dalam penerapan pada kategori pengamanan 1 adalah 2, pada kategori pengamanan 2 adalah 4 sedangkan pada kategori pengamanan 3 adalah 6. Sedangkan skor dalam penerapan pada kategori pengamanan 1 adalah 3, pada kategori pengamanan 2 adalah 6 sedangkan pada kategori pengamanan 6 adalah 9 Dari data di

(8)

atas diperoleh tabel perhitungan sebagai berikut:

Tabel 11 Perhitungan Data Aspek Teknologi Pertanyaan Skor P1 2 P2 2 P3 2 P4 2 P5 1 P6 2 P7 2 P8 2 P9 1 P10 2 P11 2 P12 4 P13 2 P14 4 P15 2 P16 2 P17 2 P18 2 P19 2 P20 2 P21 2 P22 2 P23 2 P24 0 Total 48

Skor total dari tata kelola keamanan informasi dari perhitungan diatas menunjukkan tingkat ketergantungannnya sedang.

Penetapan Status pada Indeks KAMI Penetapan Status pada Peran TIK

Gambar 2 Skoring Peran TIK

Dari gambar di atas menjelaskan bahwa peran TIK dengan nilai minim mendapatkan skor 0, rendah mendapatkan skor 1, sedang mendapatkan skor 2, tinggi mendapatkan skor 3 dan kritis mendapatkan skor 4. Dan mendapatkan total skor 18 yang menunjukkan tingkat ketergantungannya sedang.

4.1.1 Penetapan Status pada Tata Kelola

Keamanan Informasi

Gambar 3 Skoring Tata Kelola

Keamanan Informasi

Dari gambar di atas tata kelola keamanan informasi memiliki tiga kategori pengamanan dan enam tingkat kematangan. Untuk P1 sampai dengan P8 pada tingkat kematangan II dan terletak pada kategori pengamanan 1. Sedangkan P9 sampai P11 pada tingkat kematangan II dan pada kategori pengamanan 2. Dan untuk P12 sampai P14 pada tingkat kematangan III pada kategori pengamanan 2. Untuk pertanyaan dari P15 sampai P20 memiliki tingkat kematangan IV dengan kategori pengamanan 3. Nilai skor tidak dilakukan pada kategori pengamanan pada kategori pengamanan 1 sampai 3 adalah 0, skor dalam perencanaan pada kategori pengamanan 1 adalah 1,pada kategori pengamanan 2 adalah 2 sedangkan pada kategori pengamanan 3 adalah 3. Skor dalam penerapan pada kategori pengamanan 1 adalah 2, pada kategori pengamanan 2 adalah 4 sedangkan pada kategori pengamanan 3 adalah 6. Dengan total skor yang didapat adalah 18 yang menunjukkan tingkat ketergantungannya sedang. Untuk empat area lainnya selain peran TIK memiliki penilaian yang sama dengan skoring tata kelola.

(9)

Penetapan Status Pengelolaan Resiko

Gambar 4. Skoring Pengelolaan Resiko

Penetapan Status Kerangka Kerja

Gambar 5 Skoring Kerangka Kerja

Penetapan Status Pengelolaan Aset

Gambar 6 Skoring Pengelolaan Aset

Penetapan Status Aspek Teknologi

Gambar 7 Skoring Teknologi Keamanan

Informasi

Mengetahui Hasil Melalui Dashboard Jaring Laba-Laba

(10)

Hasil Evaluasi

Tabel 12 Hasil Evaluasi

Berdasarkan tabel hasil evaluasi kelengkapan pengamanan 5 area, didapatkan skor akhir 150 dari skor 588. Dan tingkat kematangan pada tingkat I hal ini menunjukkan bahwa mulai adanya pemahaman perlunya pengelolaan keamanan informasi akan tetapi penerapan langkah pengamanan belum teratur, kurang adanya pengawasan, pihak pengelola keamanan informasi belum menyadari tanggung jawabnya.

Penetapan Hasil Pada Fishbone Diagram

Tabel 13 Sebab Akibat Masalah Terkait

Masalah Sebab Akibat

Rendahnya Keamanan Informasi

pada PDAM Tirta Tarum Karawang

Man Power:

1. Kurangnya Staff TI 2. Tidak adanya tim

koordinasi khusus Machine: 1. Kurangnya pengamanan jaringan Method:

1. Tidak adanya audit internal 2. Tidak adanya program penilaian kinerja 3. Belum adanya langkah mitigasi Measurement: 1. Tidak adanya mekanisme pengukuran mengenai tata kelola informasi Machine Method Man Power Measurement Rendahnya Keamanan Informasi pada PDAM Tirta Tarum Karawang

Masalah Sebab Akibat Tidak adanya audit internal Belum adanya langkah mitigasi Kurangnya pengamanan jaraingan Kurangnya Staff TI Tidak adanya tim koordinasi khusus Tidak adanya mekanisme

pengukuran tata kelola informasi Tidak adanya program

penilaian kinerja

SSL

Gambar 9 Fishbone Diagram

Memberikan Rekomendasi Permasalahan Rekomendasi Man Power: 1. Kurangnya Staff IT 2. Tidak adanya tim koordinasi khusus Man Power: 1. Menambah Staff IT 2. Dibentuk tim kooordinasi khusus Machine: 1. Kurangnya pengamana n jaringan Method: 1. Tidak adanya audit internal 2. Tidak adanya program penilaian kerja 3. Belum adanya langkah mitigasi Machine: 1. Menambahkan fitur SSL pada situs terkait Method: 1. Dilakukannya audit internal 2. Membuat program penilaian kerja secara berkala 3. Membuat langkah mitigasi unutk pencegahan resiko sedini mungkin Measurement: 1. Tidak adanya mekanisme pengukuran mengenai tata kelola informasi Measurement: 1. Menyusun mekanisme pengukuran mengenai tata kelola informasi Area Peng ama nan Tata Kelol a Risiko Keran gka

Kerja Aset Teknologi

Skor 18 8 27 49 48 Statu s I+ I I+ I+ I+ Ting kat Kele ngka pan 150 Ting kat Kem atan gan I

(11)

KESIMPULAN

Hasil yang didapat dari penelitian mengenai audit keamanan informasi pada PDAM Tirta Tarum Karawang menggunakan Indeks KAMI sebagai alat evaluasi dan Fishbone Diagram sebagai alat analisisnya mendapatkan skor 12 dari total skor 120. Dari skor ini dapat disimpulkan bahwa PDAM Tirta Tarum Karawang memiliki Peran terhadap TIK adalah sedang, artinya masih banyak perbaikan dalam mengelola keamanan informasi. Masih banyak perangkat-perangkat keamanan yang belum diterapakan pada instansi ini. Sehingga diperlukannya strategi perbaikan untuk kedepannya. Strategi perbaikan yang harus dilakukan yakni: menambah staff TI, membuat tim koordinasi khusus, membuat tahapan mitigasi, melakukan audit internal, membuat program penilaian kinerja, membuat fitur SSL, dan membuat mekasnisme pengukuran tata kelola informasi.

DAFTAR REFERENSI

Cleary, Barbara A, dan Sally J. Duncan. (2008). Thinking Tools for Kids: an Activity Book for Classroom Learning . Milwaukee Wisconsin :ASQ Quality Press.

Dewi, Indah Kusuma, Fitroh dan Suci Rahmawati. (2015). Usulan manajemen resiko berdasarkan standard SNI ISO/IEC 27001:2009 menggunakan Indeks KAMI(Keamanan Informasi studi kasus: Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). STUDIA INFORMATIKA: Jurnal Sistem Informasi, Vol. 8 No. 1 (2015).

Gheorghe, Liie dan Ciocoui C.N. (2010). Application of Fishbone Diagram to Determine the Risk of an Event With Multiple Causes Management Research and Practice. Vol 2 Issue 1 (2010) p: 1-120.

Kuswandi dan Mutiara, Erna. (2004). DELTA Delapan Langkah dan Tujuh Alat Statistik untuk Peningkatan Mutu Berbasis Komputer. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo ISBN : 979-20-5657-2. Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian

Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muhajirin, Adi. (2012). Kajian Tingkat Kematangan Sistem Manajemen Keamanan Informasi Studi Kasus: Suku Dinas Komunikasi dan Informatika Jakarta Selatan. Conference Paper June 2012.

Murnawan, Heri dan Mustofa. (2014).

Perencanaan Produktivitas Kerja dari Hasil Evaluasi Produktivitas dengan Metode Fishbone di Perusahaan Percetakan Kemasan PT.X . Jurnal Teknik Industri HEURISTIC Vol. 11 No.1 April 2014.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sakinah, Farroh dan Bambang Setiawan. (2014). Indeks Penilaian Kematangan

(Maturity) Manajemen Keamanan Layanan TI. Jurnal Teknik Pomits Vol. 3, No.2, (2014) ISSN: 2337-3539.

Supristiowadi, Eko, Bambang Setiawan, dan Yudhistira Kesuma. (2012). Kajian dan Pelaksanaan Perbendaharaan Negara di Lingkungan Kantor Wilayah Perbendaharaan Jawa Timur. Jurnal Teknik ITS Vol.1, No. 1, (Sept.2012) ISSN: 2301-9271.

Suswinarno. (2012). Aman dari Risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Visimedia.

Wahyudi, Mochammad. (2016). Audit Information Systems Core Banking System Using Itil V.3 Case Study on BTPN Sharia Bank. 10𝑡ℎ May 2016. Vol. 87. No.1. ISSN: 1992-8645.

Wong, Kam Cheong. (2011). Using an Ishikawa Diagram as a Tool to Assist Memory and Retrieval of Relevant Medical Cases from The Medical Literature . Wong Journal of Medical Case Reports 2011, 5:120.

(12)

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran  Tujuan Penelitian
Tabel 3 Pengolahan Data Tata                                 Kelola  Pertanya an  Tidak  Dilakuk an  Dalam  Perencanaan  Dalam  Penerapan  Diterapkan Meyelur uh  P1  1  P2  1  P3  1  P4  1  P5  1  P6  1  P7  1  P8  1  P9  1  P10  1  P11  1  P12  1  P13  1
Tabel 4 Pengolahan Data Pengelolaan                      Resiko  Pertanya an  Tidak  Dilakuk an  Dalam  Perencanaan  Dalam  Penerapan  Diterapkan Menyelur uh  P1  1  P2  1  P3  1  P4  1 P5 1 P6 1 P7 1 P8 1 P9 1 P10 1 P11 1 P12 1 P13 1 P14 1 P15 1 Total 7 8
Tabel 7 Perhitungan Data Kerangka            Kerja  Pertanyaan  Skor  P1  1  P2  2  P3  1  P4  2  P5  1  P6  3  P7  2  P8  2  P9  2  P10  2  P11  2  P12  4
+6

Referensi

Dokumen terkait

karena sudah mendapatkan 3 (tiga) Calon Pemenang 7 PT Bumi Purwakarta Perkasa TIDAK LULUS Tidak dilakukan Evaluasi. karena sudah mendapatkan 3 (tiga) Calon Pemenang

Dengan hormat, bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona

Dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelom- pok yaitu kelompok kasus (balita yang berkunjung ke Puskesmas yang men- derita diare akut di wilayah kerja

Apabila terdapat kesalahan nama atau NPM mohon segera menghubungi PJ atau Wakil PJ PJ Kristian

Tuntasnya dapat dirumus berdasarkan kepada kajian yang dijalankan menunjukkan (MAIPs) di bawah kepimpinan Raja Duli Yang Maha Mulia Tuanku Syed Sirajuddin Ibni Al-Marhum Tuanku

selaku Kepala Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin, semangat, kemudahan dalam penelitian

Pengembangan sistem penyediaan air minum tahap pertama ini diarahkan pada kawasan strategis menurut RTRW Kota Salatiga Tahun 2010 ± 2030 yaitu kawasan pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan Rumah Potong Hewan (RPH) di Kelurahan Kambiolangi Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang adalah