• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mayenru Dwindra, S.Ked

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mayenru Dwindra, S.Ked"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Author :

Mayenru Dwindra, S.Ked

Faculty of Medicine – University of Riau

Pekanbaru, Riau

2009

(2)

INFEKSI CYTOMEGALOVIRUS

Pendahuluan

Infeksi Cytomegalovirus (CMV) biasanya dikelompokkan dalam infeksi TORCH yang merupakan singkatan dari toxoplasma, rubella, citomegalovirus, dan herpes simplex virus atau ada juga yang menambahkan others untuk huruf O-nya. Seperti pada infeksi TORCH, infeksi CMV dipopulerkan sebagai penyakit yang berdampak negatif terhadap janin atau fetus yang dikandung oleh wanita hamil yang terinfeksi. Pada infeksi CMV, infeksi maternal atau ibu hamil kebanyakan bersifat

silent, asimtomatik tanpa disertai keluhan klinik atau gejala, atau hanya menimbulkan

gejala yang minim bagi ibu, namun dapat memberi akibat yang berat bagi fetus yang dikandung, dapat pula menyebabkan infeksi kongenital, perinatal bagi bayi yang dilahirkan.

Keadaan seperti ini memang perlu diketahui dan dideteksi agar dapat diberikan pengelolaan yang tepat, sebab infeksi prenatal dapat berakibat fatal, sedangkan infeksi kongenital atau perinatal yang pada awalnya berjalan tanpa gejala dapat menjadi manifes di kemudian hari. Infeksi CMV tidak selalu bergabung dalam infeksi TORCH, melainkan dapat berdiri sendiri, karena selain pada ibu hamil dan fetus, dapat menyerang setiap individu. Prevalensi infeksi sangat tinggi, dan walaupun umumnya bersifat silent, infeksi CMV ternyata dapat memicu banyak macam penyakit lain, antara lain keganasan, penyakit autoimun, bermacam inflamasi seperti radang ginjal-saluran kemih, hati, saluran cerna, paru, mata, dan infertilitas.

Diagnosis infeksi CMV tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan latar belakang klinik saja, terlebih bila tidak dijumpai keluhan atau hanya menimbulkan keluhan yang mirip dengan infeksi virus pada umumnya. Deteksi secara laboratorik diperlukan untuk menunjang diagnosis. Berbagai metoda pemeriksaan laboratorium telah dikembangkan dengan menggunakan bahan pemeriksaan serum darah, urin, cairan tubuh lain. Sejauh ini, pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi CMV banyak dilakukan oleh pasangan pranikah, prahamil, atau wanita hamil yang mempunyai riwayat kelainan kehamilan termasuk keguguran atau ingin punya anak, serta bayi baru lahir cacat.

(3)

Epidemiologi

Infeksi CMV tersebar luas di seluruh dunia, dan terjadi endemik tanpa tergantung musim. Pada populasi dengan keadaan sosial ekonomi yang baik, kurang lebih 60 - 70% orang dewasa, menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium positif terhadap infeksi CMV. Keadaan ini meningkat kurang lebih 1% setiap tahun. Pada keadaan sosial ekonomi yang jelek, atau di negara berkembang, lebih dari atau sama dengan 80 - 90% masyarakat terinfeksi oleh CMV. Lisyani dalam observasi selama setahun di tahun 2004, mendapatkan dari 395 penderita tanpa keluhan yang memeriksakan diri untuk antibodi anti-CMV, 344 menunjukkan hasil pemeriksaan IgG (imunoglobulin G) seropositif, 7 dari 344 penderita tersebut juga disertai IgM positif, dan 3 penderita hanya menunjukkan hasil IgM positif. Total seluruhnya 347 orang atau 87,8 % menunjukkan seropositif. Hasil observasi ini menyokong pendapat bahwa sangat banyak masyarakat kita yang terinfeksi oleh CMV, dan sebagian besar sudah berjalan kronik dengan hanya IgG seropositif, tanpa menyadari bahwa hal tersebut telah terjadi.

CMV merupakan penyebab infeksi kongenital dan perinatal yang paling umum di seluruh dunia. Prevalensi infeksi CMV kongenital bervariasi luas di 5 antara populasi yang berbeda, ada yang melaporkan sebesar 0,2 –3% 5, ada pula sebesar 0,7 sampai 4,1%.6 Peneliti lain mendapatkan angka infeksi 1%-2% dari seluruh kehamilan. Ogilvie melaporkan bahwa penularan seperti ini terjadi kira-kira pada 1 dari 3 kasus wanita hamil. Infeksi fetus in utero yang terjadi ketika ibu mengalami reaktivasi, reinfeksi, biasanya bersifat asimtomatik saat lahir dan kurang menimbulkan sequelae (gejala sisa) dibandingkan dengan infeksi primer. Hal ini disebabkan karena antibodi IgG anti-CMV maternal dapat melewati plasenta dan bersifat protektif. Keadaan asimtomatik saat lahir dijumpai pada 5 –17%, ada pula yang melaporkan 90% dari infeksi CMV kongenital. Infeksi kongenital simtomatik dapat terjadi bila ibu terinfeksi dengan strain CMV lain.

Transmisi / Penularan

Transmisi CMV terjadi dari satu orang (penderita) ke orang lain dan tidak berhubungan dengan makanan, air/ minuman, atau binatang. Infeksi CMV bukanlah

(4)

suatu infeksi yang sangat infeksius, namun namun penyebarannya patut diwaspai karena melibatkan anak-anak terutama usia dini. Infeksi CMV menyebar melalui kontak langsung dengan orang yang dalam saliva, urin, air susu, dan cairan tubuh lainnya mengandung CMV.

a. Transmisi intrauterus terjadi karena virus yang beredar dalam sirkulasi (viremia)

ibu menular ke janin. Kejadian transmisi seperti ini dijumpai pada kurang lebih 0,5 – 1% dari kasus yang mengalami reinfeksi atau rekuren. Viremia pada ibu hamil dapat menyebar melalui aliran darah (per hematogen), menembus plasenta, menuju ke fetus baik pada infeksi primer eksogen maupun pada reaktivasi, infeksi rekuren endogen, yang mungkin akan menimbulkan risiko 6 tinggi untuk kerusakan jaringan prenatal yang serius. Risiko pada infeksi primer lebih tinggi daripada reaktivasi atau ibu terinfeksi sebelum konsepsi. Infeksi transplasenta juga dapat terjadi, karena sel terinfeksi membawa virus dengan muatan tinggi. Transmisi tersebut dapat terjadi setiap saat sepanjang kehamilan, namun infeksi yang terjadi sampai 16 minggu pertama, akan menimbulkan penyakit yang lebih berat.

b. Transmisi perinatal terjadi karena sekresi melalui saluran genital atau air susu

ibu. Kira-kira 2% – 28% wanita hamil dengan CMV seropositif, melepaskan CMV ke sekret serviks uteri dan vagina saat melahirkan, sehingga menyebabkan kurang lebih 50% kejadian infeksi perinatal. Transmisi melalui air susu ibu dapat terjadi, karena 9% - 88% wanita seropositif yang mengalami reaktivasi biasanya melepaskan CMV ke ASI. Kurang lebih 50% - 60% bayi yang menyusu terinfeksi asimtomatik, bila selama kehidupan fetus telah cukup memperoleh imunitas IgG spesifik dari ibu melalui plasenta. Kondisi yang jelek mungkin dijumpai pada neonatus yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah.

c. Transmisi postnatal dapat terjadi melalui saliva, mainan anak-anak misalnya

karena terkontaminasi dari vomitus.

d. Alur masuk sel

CMV memasuki sel dengan cara terikat pada reseptor yang ada di permukaan sel inang, kemudian menembus membran sel, masuk ke dalam vakuole di sitoplasma, lalu selubung virus terlepas, dan nucleocapsid cepat menuju ke nukleus sel inang. Dalam waktu cepat setelah itu, ekspresi gen immediate early (IE) spesifik RNA

(5)

(ribonucleic acid) atau transkrip gen alfa (α) dapat dijumpai tanpa ada sintesis protein virus de novo atau replikasi DNA virus. Ekspresi protein ini adalah esensial untuk ekspresi gen virus berikutnya yaitu gen early atau gen β yang menunjukkan transkripsi kedua dari RNA. CMV tidak menghentikan sintesis protein inang, bahkan pada awalnya meningkatkan sintesis protein inang. Hal ini menunjukkan bahwa replikasi dan perakitan CMV, tergantung dari beberapa enzim inang.

e. Radang hati

Radang hati atau Hepatitis CMV dapat terjadidisertai dengan atau tanpa ikterus. Sel hepar yang terinfeksi CMV dan sel epitel saluran empedu juga seringkali mengandung inklusi intranukleus seperti yang dijumpai pada sel epitel tubulus ginjal. Hepatitis CMV kongenital akibat infeksi yang terjadi intrauterus dapat timbul berat, sering disertai asites berulang. Infeksi perinatal juga seringkali menunjukkan sirosis progresif, sedangkan pada anak yang lebih tua, infeksi seringkali berjalan asimtomatik, walaupun dapat berjalan simtomatik dengan febris yang berlangsung lama, faringitis eksudatif, limfadenopati dan hepatoslenomegali.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menunjang diagnosis infeksi CMV. Bahan pemeriksaan atau spesimen yang dipakai ialah serum darah, urin, cairan tubuh lain. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain ialah isolasi virus dari cairan tubuh (saliva, urin, cairan tubuh lain), kadar antibodi, peningkatan enzim hepar dan petanda laboratorik lain dari organ yang terinfeksi. Interpretasi terhadap hasil pemeriksaan tersebut diperlukan agar dengan tepat dapat diterapkan sesuai dugaan klinik. Hasil pemeriksaan CMV positif menunjukkan adanya infeksi, bukan penyakit.

Pada hepatitis CMV, dapat dilakukan tes faal hati sama seperti infeksi hepatitis yang disebabkan penyakit lain yaitu enzim transaminase (ALT, AST), total bilirubin, bilirubin direk dan indirek, total protein, albumin, globulin dengan bahan pemeriksaan serum darah, tergantung dari gejala klinik yang timbul. Pemikiran terhadap hepatitis lebih sering ditujukan untuk infeksi virus hepatitis B atau C, oleh

(6)

karena itu, apabila terdapat peningkatan enzim transaminase yang tidak disertai hasil positif untuk hepatitis B dan C dan tidak disebabkan karena obat yang mempunyai efek hepatoksik, atau penyakit lain, perlu dipikirkan kemungkinan hepatitis CMV.

Kultur virus merupakan gold standard untuk infeksi CMV, namun metoda ini memerlukan waktu 7 – 10 hari. Spesimen harus diambil selama stadium akut, yaitu ketika terjadi pelepasan virus tertinggi. Pemulihan terjadi sporadik dan hasil tidak dapat dipercaya bila diambil selama stadium penyembuhan. Isolasi dilakukan dari saliva atau urin, kadang-kadang dari darah perifer. Kultur virus tidak dapat membantu untuk membedakan infeksi primer dengan infeksi lama, karena virus sering dijumpai pada reaktivasi asimtomatik.

Diagnosis

Diagnosis pada bayi baru lahir dibuat dengan isolasi virus atau dengan PCR, biasanya dari sampel urin. Diagnosis infeksi CMV pada orang dewasa menjadi sulit karena tingginya frekuensi penyakit tanpa gejala dan relaps. Untuk menegakkan diagnosis sebaiknya dilakukan berbagai cara pemeriksaan bila memungkinkan. Isolasi virus, deteksi antigen CMV (bisa dilakukan dalam waktu 24 jam), deteksi DNA CMV dengan PCR atau hibridisasi in situ dapat dilakukan untuk melihat adanya virus pada organ, darah, sekret saluran pernafasan dan urin. Studi serologis sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya antibodi spesifik IgM dari CMV atau adanya kenaikan 4 kali lipat titer antibodi. Interpretasi hasil pemeriksaan ini membutuhkan pengetahuan tentang latar belakang epidemiologis dan klinis dari penderita.

Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan tubuh lain. Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang mencapai kadar puncak 3 – 6 bulan pasca infeksi dan bertahan sampai 1– 2 tahun kemudian. IgG meningkat secara cepat dan bertahan seumur hidup. Masalah dari interpretasi tes serologi adalah :

1. Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan saat infeksi yang tepat

2. Angka negatif palsu yang mencapai 20%

(7)

Pengobatan Dan Pencegahan

Obat-obat infeksi virus yaitu acyclovir, gancyclovir, dapat diberikan untuk infeksi CMV. Pemberian imunisasi dengan plasma hiperimun dan globulin dikemukakan telah memberi beberapa keberhasilan untuk mencegah infeksi primer dan dapat diberikan kepada penderita yang akan menjalani 31 cangkok organ. Namun demikian, program imunisasi terhadap infeksi CMV, belum lazim dijalankan di negeri kita. Pada pemberian transfusi darah, resipien dengan CMV negatif idealnya harus mendapat darah dari donor dengan CMV negatif pula.2 Deteksi laboratorik untuk infeksi CMV, idealnya dilakukan pada setiap donor maupun resipien yang akan mendapat transfusi darah atau cangkok organ. Apabila terdapat peningkatan kadar IgG anti- CMV pada pemeriksaan serial yang dilakukan 2x dengan selang waktu 2-3 minggu, maka darah donor seharusnya tidak diberikan kepada resipien mengingat dalam kondisi tersebut infeksi atau reinfeksi masih berlangsung. Seorang calon ibu, hendaknya menunda untuk hamil apabila secara laboratorik dinyatakan terinfeksi CMV primer akut. Bayi baru lahir dari ibu yang menderita infeksi CMV, perlu dideteksi IgM anti-CMV untuk mengetahui infeksi kongenital.

A. Cara-cara pencegahan :

1) Waspada dan hati-hati pada waktu mengganti popok bayi, cuci tangan dengan baik sesudah mengganti popok bayi dan buanglah kotoran bayi di jamban yang saniter.

2) Wanita usia subur yang bekerja di rumah sakit (terutama yang bekerja dikamar bersalin dan bangsal anak) sebaiknya memperhatikan prinsip tindakan

kewaspadaan universal; sedangkan pada tempat penitipan anak dan anak

prasekolah lakukan prosedur standar yang ketat tentang kebersihan perorangan seperti kebiasaan mencuci tangan. Terhadap anak-anak dengan retardasi mental diberikan perhatian lebih spesifik.

3) Hindari melakukan transfusi kepada bayi baru lahir dari ibu yang seronegatif dengan darah donor dengan seropositif CMV.

4) Hindari transplantasi jaringan organ dari donor seropositif CMV kepada resipien yang seronegatif. Jika hal ini tidak dapat dihindari, maka pemberian IG hiperimun atau pemberian antivirus profilaktik mungkin menolong.

(8)

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar :

1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat: laporan resmi tidak diperlukan, Kelas 5 (lihat tentang pelaporan penyakit menular).

2) Isolasi: tidak dilakukan. Lakukan tindakan kewaspadaan terhadap sekret yang dikeluarkan oleh penderita yang diduga mengekskresikan virus.

3) Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap discharge dari penderita yang dirawat di Rumah Sakit dan terhadap benda-benda yang tercemar.

4) Karantina: tidak dilakukan.

5) Imunisasi kontak: Vaksin secara komersial tidak tersedia.

6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Tidak dilakukan, karena tingginya angka prevalensi orang yang tidak menunjukkan gejala klinis di masyarakat. 7) Pengobatan spesifik: Ganciclovir, ( cytovene, 5 mg/kg/b/12 jam selama 14-21

hari) intra vena dan per oral, foscarnet IV dipakai untuk pengobatan retinitis CMV pada orang-orang dengan tingkat kekebalan rendah. Obat-obatan ini mungkin lebih bermanfaat, jika dikombinasikan dengan imuno globulin anti-CMV, untuk penderita pneumonitis dan penyakit gastro intestinal pada orang-orang yang immunocomporomised.

Prognosis

Pada bayi yang telah terinfeksi CMV pada saat lahir lebih dari 90 % bayi yang mempunya gejala infeksi CMV akan dapat mengalami gangguan hati, gangguan pertumbuhan, gangguan penglihatan dan pendengaran, gangguan mentaldan abnormalitas/ gangguan neurologis dikemudian hari dibandingkan dengan bayi tanpa gejala infeksi CMV yang memiliki kemungkinan 5-10%.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

1. Suromo LB. Kewaspadaan Terhadap Infeksi Cytomegalovirus Serta Kegunaan Deteksi Secara Laboratorik. Semarang : FK Diponegoro. 2007.

2. Numazaki K, Fujikawa T. Chronological changes of incidence and prognosis of children with asymptomatic congenital cytomegalovirus infection in Sapporo, Japan. BMC Infectious Diseases 2004. Disitasi dari : http://www.biomedcentral.com, pada tanggal : 10 November 2009. Perbaharuan terakhir : Januari 2004.

3. Griffiths PD, Emery VC. Cytomegalovirus. In: Richman DD, Whitley RJ, Hayden FG eds. Clinical Virology. Washington: ASM Press; 2002:433-55.

4. Stehel EK, Sänchez PJ. Cytomegalovirus infection in the fetus and neonate. NeoReviews 2005;4(1):38-45.

5. American Academy of Family Physicians. Cytomegaloviru. Disitasi dari : http://www.americanpregnancy.org/pregnancycomplications/cytomegalovirusinfec tion.html. Pada tanggal : 10 November 2009. Perbaharuan terakhir : Januari 2009. 6. Costello M, Yungbluth M. Viral infection. In : Henry JB ed. Clinical Diagnosis

and Management by Laboratory Methods. 19th ed. Philadelphia: WB Saunders; 1998:1083-114.

7. DIRJEN PP & PL. Infeksi Sitomegalovirus. Disitasi dari : http://www.pppl.depkes.go.id/catalogcdc/Wc60c110994774.htm. Pada tanggal : 10 November 2009. Perbaharuan terakhir : Januari 2009.

8. Kaneshiro NK. Congenital Ctomegaloviru. Disitasi dari : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001343.htm Pada tanggal 11 November 2009. Perbaharuan terakhir : Januari 2009.

9. Earhart M. Congenital CMV infection. Disitasi dari : http://www.ehow.com/about_5410798_congenital-cmv-infections.html. Pada tanggal 11 November 2009. Perbaharuan terakhir : Januari 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Landsat 8 memiliki sensor Onboard Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) dengan 11 kanal.Penelitian ini betujuan untuk mengevaluasi

Untuk mengidentifikasi potensi lahan padi digunakan analisis kesesuaian lahan metode FAO (1976) yang berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk padi sawah (LREP II,

Jl.Cibaduyut Raya Rt 04/03 Bojong Loa Kidul Jawa Barat Bandung Jl.Terusan Kopo Km 12 No 128 Ketapang,Bandung Jawa Barat Bandung Jl.Satria Raya II No 30-21 Babakan Ciparay,Bandung

Efektifitas tersebut dilihat dari hasil perolehan uji citra untuk nilai persentase nilai training 91% yang menghasilkan nilai akurat untuk alpukat setengah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan LKPD interaktif berbasis web dengan pendekatan CTL telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif untuk

membuat sanjai tawar mentah. Untuk mengatasi permasalahan ini peneliti dan kolaborator, berupaya mencarikan solusi untuk meningkatkan keterampilan membuat sanjai tawar mentah

Suatu system variasi yang digunakan untuk mengatakan pada program yang ditulis dengan bahasa java tempat lokasi yang akan digunakan.. Merupakan

Upaya Rumah Sakit Bethsaida untuk pencegahan, melindungi pasien & keluarganya dari kekerasan fisik terutama pada pasien yang tidak mampu melindungi dirinya seperti bayi, anak