• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nita Indriyani 1, Jaenudin 2, Endah Sari Purbaningsih 3. ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nita Indriyani 1, Jaenudin 2, Endah Sari Purbaningsih 3. ABSTRACT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS TEKNIK DISTRAKSI GUIDANCE IMAGERY

DIBANDINGKAN DENGAN RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP

PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI

FRAKTUR DI RSUD GUNUNGJATI KOTA CIREBON

Effectiveness of Distraction GuidanceImageryTechniques Compared with Breathing Relaxation

Towardfor the Reduction of Pain Intensity in Post Operative Fracture Patientat Gunung Jati

Cirebon Hospital

Nita Indriyani

1

, Jaenudin

2

, Endah Sari Purbaningsih

3 1,3

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Mahardika, Cirebon

2

Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Mahardika, Cirebon

Email :

nita.indriyani.ni94@gmail.com

ABSTRACT

Background: Comfort is a basic human need, as in Maslow's hierarchy. If the pain is not treated adequately, in addition to causing discomfort may also affect the pulmonary system, cardiovascular, gastrointestinal, endocrine, imunologikdan stress and can lead to depression and disability. One non-pharmacological pain management held in relaxation techniques and distraction of birth both of these techniques commonly performed on patients with fractures during handling.

Purpose: The general objective of the study was to determine the effectiveness of distraction techniques imagery guidance compared with deep breathing relaxation techniques for reduction pain intensity in patients with fracture post op at room VIII Hospital Gunung Jati Cirebon.

Methods: This research type using quasy study design Experimental Design with type of research is non Equivalent control group design denganpre test and post-test. Samples in this study are patients undergoing recovery process fracture in room VII Hospital Gunung Jati Cirebon.

Results: The survey results revealed an average scale of pain in patients with fractures after distraction techniques performed at 1,385 with correlation values of 0413 and Sig. (2-tailed) of 0.000 means that the application of techniques to decrease pain scale fractures do quite effective and the deep breathing relaxation techniques amounted to 1,583, with a correlation of 0.284 and sig. (2-tailed) 0.000, meaning that the application of a deep breath relaxation techniques to decrease pain scale fractures do less effective than distraction.

Conclusion: Conclusion of the study the effectiveness of reduction in pain intensity in patients with fractures that using distraction techniques are more effective than relaxation breath in, but both have significant differences, this is because the administration of analgesic drugs in patients with fractures Post Op.

(2)

PENDAHULUAN

Menghadapi era globalisasi pada berbagai bidang kesehatan dan untuk mewujudkan Visi Indonesia sehat 2010, maka peningkatan pelayanan kesehatan bermutu, merata dan terjangkau sudah saatnya dilakukan.Hal ini mengandung makna bahwa salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu.

Dimana perawat mampu memberikan rasa nyaman pada pasien, menjaga agar pasien tidak merasa kesakitan dalam pengobatan yang sedang dijalani.Nyeri adalah sesuatu yang sering membuat pasien merasa tidak nyaman.Menurut Corwin (2002) nyeri di definisikan sebagai sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual maupun potensial.Nyeri dapat terjadi akibat trauma ataupun akibat pembedahan.Nyeri yang diakibatkan dari pembedahan biasanya membuat pasien merasa sangat kesakitan.Pembedahan merupakan suatu kekerasan dan trauma bagi penderita, sedangkan anesthesia dapat menyebabkan kelainan yang dapat menimbulkan berbagai keluhan gejala.Kelainan harus di diagnosis agar atas dasar penyebab dan patologinya dapat dilakukan pengobatan.Keluhan dan gej ala yang sering dikemukakan adalah nyeri, demam, takikardi, batuk dan/atau sesak nafas, kolaps dan memburuknya keadaan umum, mual dan / atau muntah, serta gangguan penyembuhan luka operasi (Jong, 2002).

Rasa nyeri merupakan stresor yang dapat menimbulkan stress dan ketegangan dimana individu dapat berespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis. Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu badan, sikap badan, dan apabila nafas makin berat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stress yang dapat mengurangi sistem imun dalam peradangan, serta menghambat penyembuhan respon yang lebih parah akan mengarah pada ancaman merusak diri sendiri (Corwin, 2001).

Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik

pendekatan farmakologi maupun non

farmakologi.Pendekatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan pasien secara individu. Semua intervensi akan berhasil bila dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah dan keberhasilan terbesar sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara stimulant (Smaltzer dan Bare, 2002).

Angka kejadian fraktur merupakan salah satu kasus yang paling banyak terjadi di RS Gunung Jati Kota Cirebon dan berdasarkan data di RS Gunung Jati selama bulan junauary sampai agustus tahun 2015 terdapat 86 kasus, tetapi menurut penggolongan usia 25 sampai 40 tahun terdapat 86 kasus fraktur, dan RS Gunung Jati sudah banyak menangani berbagai macam pasien yang salah satunya adalah pasien dengan

fraktur. Hampir semua pasien fraktur dilakukan tindakan pembedahan atau sering Lama waktu pemulihan pasien post operasi normalnya terjadi hanya dalam satu sampai dua jam (Pooter & Perry, 2005). Menurut Mulyono (2008) pemulihan pasien post operasi membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit, sehingga pasien akan merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada dua jam pertama sesudah operasi karena pengaruh obat anastesi sudah hilang, dan pasien sudah keluar dari kamar sadar. Menurut Walsh dalam Harnawatiaj (2008) pada pasien post operasi seringkali mengalami nyeri hebat meskipun tersedia obat-obat analgesik yang efektif, namun nyeri pasca bedah tidak dapat diatasi dengan baik, sekitar 50% pasien tetap mengalami nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan pasien. Maka penulis tertarik untuk memberikan teknik relaksasinafas dalam untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur karena teknik relaksasi nafas dalam dapat membantu mengurangi dan mengontrol nyeri pada pasien dan teknik relaksasi nafas dalam dapat dipraktekkan dan tidak menimbulkan efek samping. Mencatat studi yang menunjukkan bahwa 60% sampai 70% pasien dengan ketegangan nyeri dapat mengurangi nyerinya minimal 50% dengan melakukan relaksasi nafas dalam.

Penggabungan teknik antara teknik distraksi dan teknik relaksasi pernafasan dalam, diharapkan dapat memberikan efek penurunan nyeri pada pasien fraktur. Oleh karena itu penelitian tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektifitas penggunaan teknik kombinasi antara distraksi (guidance imagery) dengan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur post operasi di RSUD Gunung Jati Cirebon.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasy

experimental design (desain eksperimen semu) dengan

jenis penelitian non equivalent control group design dengan pre test and post test. Sampel pada penelitian ini diobservasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan, kemudian setelah diberikan perlakuan sampel tersebut diobservasi kembali. Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul, 2007). Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang menjalani proses pemulihan fraktur di RSUD Gunung Jati Cirebon. Jumlah sampel 40 pasien fraktur.Analisia yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat dengan uji t. Penelitian ini dilakukan lokasi penelitian yaitu di Ruang VIII RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.Waktu penelitian dimulai dari tanggal 01 Desember sampai dengan 30 Desember 2015.

(3)

HASIL

Hasil Penelitian

1. Gambaran Intesitas Nyeri sebelum dan sesudah dilakukan tindakan distraksi

Berdasarkan analisis univariat skala nyeri pada pasien fraktur di Ruang RSUD Gunung Jati Kota Cirebon maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1.

Gambaran Intesitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Tindakan Distraksi Pelaksanaan teknikdistraksi Intensitas Nyeri Sebelum Prosentase (%) Sesudah Prosentase (%) Tidak Nyeri 0 0 0 0 Nyeri Ringan 12 60.0 20 100 Nyeri Sedang 8 40.0 0 0 Nyeri Berat 0 0 0 0 Nyeri Tidak Tertahankan 0 0 0 0 Total 20 100 20 100

Berdasarkan table 1 diatas dapat diketahui dari 20 responden sebagian besar dilakukan tindakan distraksi sebagian besar responden mengalami nyeri ringan yaitu sebesar 60%.

2. Gambaran Intesitas Nyeri sebelum dan sesudah dilakukan tindakan Relaksasi Nafas Dalam

Berdasarkan analisis univariat skala nyeri pada pasien fraktur di Ruang RSUD Gunung Jati Kota Cirebon maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2.

Gambaran Pelaksanaan teknik Nafas Dalampada Pasien Fraktur di Ruang 8 RSUD

Gunung Jati Kota Cirebon Pelaksanaan teknik nafas dalam Intensitas Nyeri Sebelum Persentase (%) Sesudah Prosentase (%) Tidak Nyeri 0 0 0 0 Nyeri Ringan 12 60.0 20 100 Nyeri Sedang 3 15.0 0 0 Nyeri Berat 5 25.0 0 0 Nyeri Tidak Tertahankan 0 0 0 0 Total 20 100 20 100

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui dari 20 responden sebelum dilakukan tindakan relaksasi nafas

dalam sebagian besar responden mengalami nyeri ringan yaitu sebesar 60%.

3. Gambaran Pelaksanaan Teknik Distraksi pada Pasien Fraktur di Ruang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Berdasarkan analisis bivariat skala nyeri pada pasien fraktur di Ruang RSUD Gunung Jati Kota Cirebonmaka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3.

Gambaran Pelaksanaan Teknik Distraksi pada Pasien Fraktur di Ruang 8 RSUD Gunung Jati

Kota Cirebon

Pelaksanaan

teknik distraksi

Rata-Rata Skala Nyeri

Sebelum

Sesudah

Minimimum

2

0

Maximum

5

2

Mean

3

0.75

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui pelaksanaan terapi dilaksanaan teknik distraksi menjadi 3 siklus atau 3 terapi yang dilakukan hasil didapat bahwa rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan terapi yaitu sebesar 3 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 5, artinya skala nyeri pada pasien fraktur pada kategori nyeri ringan dan sedang.

4. Gambaran Pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien fraktur di Ruang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Berdasarkan analisis bivariat skala nyeri pada pasien fraktur di Ruang RSUD Gunung Jati Kota Cirebon maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.

Gambaran Pelaksanaan Teknik Relaksasi Nafas Dalampada Pasien Fraktur di Ruang 8 RSUD

Gunung Jati Kota Cirebon

Pelaksanaan

Teknik Relaksasi

Nafas Dalam

Rata-Rata Skala

Nyeri

Sebelum

Sesudah

Minimimum

2

1

Maximum

5

2

Mean

3.1

0.65

Berdasarkan tabel 4 di atas didapatkan hasil bahwa rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan terapi yaitu sebesar 3.1 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 5, artinya skala nyeri pada pasien fraktur pada kategori nyeri ringan dan sedang.

(4)

5. Rata-rata Intesitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Distraksi pada Pasien Fraktur di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

Rata-rata intesitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik distraksi pada pasien fraktur di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon dapat diliha pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5.

Rata-rata intesitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik distraksi pada pasien fraktur

di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Intesitas Nyeri N Mean Beda Mean Pvalue Sebelum 20 3.00 1.385 0.000 Sesudah 20 0.75

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat diketahui rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sebelum dilakukan teknik distraksi sebesar 3 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 5, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan dan sedang. Sedangkan rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukan teknik distraksi sebesar 0.75 dengan nilai minimum 0 dan maksimum 2, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan.

6. Rata-rata intesitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pasien fraktur di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

Rata-rata intesitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pasien fraktur di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6.

Rata-rata intesitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik distraksi pada pasien fraktur

di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Intesitas Nyeri N Mean Beda Mean P value Sebelum 20 3.10 1.583 0.000 Sesudah 20 1.52

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diketahui rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sebelum dilakukan teknik nafas dalam sebesar 3.10 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 5, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan dan sedang. Sedangkan rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukan teknik distraksi sebesar 1.52 dengan nilai minimum 1 dan maksimum 2, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan.

7. Perbedaan Rata-Rata Penurunan Intesitas Nyeri Antara Pasien Fraktur Yang Diberi Terapi Distraksi Dengan Pasien Fraktur Yang Diberi Terapi Relaksasi Pernafasan Dalam Diruang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

Perbedaan Rata-Rata Penurunan Intesitas Nyeri Antara Pasien Fraktur Yang Diberi Terapi Distraksi Dengan Pasien Fraktur Yang Diberi Terapi Relaksasi Pernafasan Dalam Diruang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 7.

Perbedaan Rata-Rata Penurunan Intesitas Nyeri Antara Pasien Fraktur Yang Diberi Terapi Distraksi Dengan Pasien Fraktur Yang

Diberi Terapi Relaksasi Pernafasan Dalam Diruang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

Variabel N Mean Beda

Mean

Pvalue

Distraksi 20 1.6155

0.098 0.000

Nafas dalam 20 1.5175

Berdasarkan tabel 7 diatas dapat diketahui rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sebelum dilakukan teknik nafas dalam sebesar 3.10 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 5, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan dan sedang. Sedangkan rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukan teknik distraksi sebesar 1.52 dengan nilai minimum 1 dan maksimum 2, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan.

Berdasarkan analisis bivariat Efektifitas Teknik Distraksi Guidance Imagery Dengan Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2015, maka didiperoleh hasil sebagai berikut: 8. Efektifitas Teknik Distraksi Dengan Teknik

Pernafasan Dalam Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Fraktur di Ruang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

Tabel 8.

Efektifitas Teknik Distraksi Dengan Teknik Pernafasan Dalam Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Fraktur di Ruang 8 RSUD Gunung

Jati Kota Cirebon.

Variabel Beda Mean Sig. (2-tailed) Distraksi

0.097 0.000

Nafas_dalam 0.000

Berdasarkan tabel 8 diketahui rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukannya teknik distraksi sebesar 1.385,dengan nilai correlation sebesar 0.413 dan Sig. (2-tailed) sebesar 0.000, artinya penerapan teknik terhadap penurunan skala nyeri pada pasien fraktur cukup efektif. Korelasi kedua variabel

(5)

dalam kategori baik. Sedangkan rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukannya teknik nafas dalam sebesar 1.583,dengan nilai correlation sebesar 0.284 dan Sig. (2-tailed) sebesar 0.000, artinya penerapan teknik terhadap penurunan skala nyeri pada pasien fraktur kurang efektif jika dibandingkan dengan distraksi. Korelasi kedua variabel dalam kategori lemah.

Pada tabel 8 juga diperoleh hasil nilai hitung masing sebesar 6.310 (distraksi) dan 6.332 (nafas dalam), dibandingkan dengan nilai ttabel yaitu sebesar 2.086, hitung lebih besar dari tabel (6.310 dan 6.332 ≥ 2.086) yang berarti kedua teknik tersebut memiliki pengaruh terhadap penurunan skala nyeri pada pasien fraktur, namun kedua nya memiliki perbedaan penurunan skala nyeri.

PEMBAHASAN

Gambaran Pelaksanaan teknik distraksi pada pasien fraktur di Ruang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui pelaksanaan terapi dilaksanaan teknik distraksi menjadi 3 siklus atau 3 terapi yang dilakukan hasil didapat bahwa rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan terapi yaitu sebesar 3 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 5, artinya skala nyeri pada pasien fraktur pada kategori nyeri ringan dan sedang.

Dalam melakukan teknik distraksi tidak dapat dilakukan hanya dengan sekali terapi saja melainkan melalui beberapa serangkaian terapi.Hasil penelitian, penerapan teknik distraksi dilakukan dalam 3 siklus setiap siklusnya diperiksa skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur. Rata-rata skala nyeri dari siklus 1 sampai siklus menunjukan skala nyeri dari siklus 1 sampai siklus 3, didapat hasil bahwa mengalami penurunan yang cukup signifikan 0.675, artinya pemberian terapi distraksi dapat menurunkan skala nyeri pada pasien Fraktur Kremur.

Teknik distraksi adalah pengalihan perhatian klien ke hal lain dan dengan demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Arif Muttaqin, 2008 : 528). Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impul nyeri ke otak (Priharjo, 2004).

Salah satu yang mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan teknik distraksi adalah ketepan dalam pemilihan teknik distraksi. Menurut Tamsuri, (2007 : 51)Jenis-jenis distraksi yaitu, distraksi visul, distraksi pendengarang, distraksi pernafasan dll. Tanyakan dari beberapa teknik distraksi tersebut mana yang pasien sukai, seperti menyukai menonton pertandingan, atau music.

Gambaran Pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien fraktur di Ruang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui pelaksanaan terapi dilaksanaan teknik relaksasi nafas dalam menjadi 3 siklus atau 3 terapi yang dilakukan hasil didapat bahwa rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan terapi yaitu sebesar 3.1 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 5, artinya skala nyeri pada pasien fraktur pada kategori nyeri ringan dan sedang. Rata-rata skala nyeri dari siklus 1 sampai siklus 3 menunjukan skala nyeri dari siklus 1 sampai siklus 3, didapat hasil bahwa mengalami penurunan yang cukup signifikan 0.60, artinya pemberian terapi relaksai nafas dalam dapat menurunkan skala nyeri pada pasien Fraktur sebesar 0.60 persiklus.

Sementara Smeltzer dan Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman hati, dan berkurangnya rasa cemas.

Rata-rata intesitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik distraksi pada pasien fraktur di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sebelum dilakukan teknik distraksi sebesar 3 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 5, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan dan sedang. Sedangkan rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukan teknik distraksi sebesar 0.75 dengan nilai minimum 0 dan maksimum 2, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan.

Menurut teori gate control dari Melzack dan Wall mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.

Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorphin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan pasien menjadi berkurang.Peredaran nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi. Oleh karena itu, stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri (Tamsuri, 2007 : 47).

(6)

Rata-rata intesitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pasien fraktur di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sebelum dilakukan teknik nafas dalam sebesar 3.10 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 5, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan dan sedang. Sedangkan rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukan teknik distraksi sebesar 1.52 dengan nilai minimum 1 dan maksimum 2, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan.

Enkefalin dianggap dapat menimbulkan hambatan presinaptik dan postsinaptik pada serabut-serabut nyeri tipe C dan A Selain itu keberadaan endorfin dan enkefalin juga membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri yang berbeda dari stimuli yang sama. Kadar endorfin beragam di antara individu, seperti halnya faktor- faktor seperti kecemasan yang mempengaruhi kadar endorfin. Individu dengan endorfin yang banyak akan lebih sedikit merasakan nyeri. Sama halnya aktivitas fisik yang berat diduga dapat meningkatkan pembentukan endorfin dalarn sistem kontrol desendens (Smeltzer & Bare, 2002 : 1029).

Perbedaan Rata-Rata Penurunan Intesitas Nyeri Antara Pasien Fraktur Yang Diberi Terapi Distraksi Dengan Pasien Fraktur Yang Diberi Terapi Relaksasi Pernafasan Dalam Diruang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sebelum dilakukan teknik nafas dalam sebesar 3.10 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 5, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan dan sedang. Sedangkan rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukan teknik distraksi sebesar 1.52 dengan nilai minimum 1 dan maksimum 2, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan.

Faktor lain yang mempengaruhi nyeri adalah hasil penelitian didapat bahwa dari 16 responden yang menjalani post operasi fraktur hampir seimbang antara yang sudah dan yang belum mengalami nyeri. Lebih berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan oleh nyeri tersebut. Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut menerima perbedaan nyeri yang tidak adekuat di masa lalu. Beberapa pasien yang tidak pernah mengalami nyeri hebat, tidak menyadari seberapa hebatnya nyeri yang akan dirasakan nanti.

Efektifitas Teknik Distraksi Dengan Teknik Pernafasan Dalam Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Fraktur di Ruang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukannya teknik distraksi sebesar 1.385,dengan nilai correlation sebesar 0.413 dan Sig. (2-tailed) sebesar 0.000, artinya penerapan teknik terhadap penurunan skala nyeri pada pasien fraktur cukup efektif. Korelasi kedua variabel dalam kategori baik. Sedangkan rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukannya teknik nafas dalam sebesar 1.583,dengan nilai correlation sebesar 0.284 dan Sig. (2-tailed) sebesar 0.000, artinya penerapan teknik terhadap penurunan skala nyeri pada pasien fraktur kurang efektif jika dibandingkan dengan distraksi. Korelasi kedua variabel dalam kategori lemah.

Pada hasil penelitian juga diperoleh hasil nilai hitung masing sebesar 6.310 (distraksi) dan 6.332 (nafas dalam), dibandingkan dengan nilai ttabel yaitu sebesar 2.086, thitung lebih besar dari tabel (6.310 dan 6.332 ≥ 2.086) yang berarti kedua teknik tersebut memiliki pengaruh terhadap penurunan skala nyeri pada pasien fraktur, namun kedua nya memiliki perbedaan penurunan skala nyeri sebesar 0.198.

Perawat yang akan melakukan teknik terapi distraksi atau nafas dalam sebaiknya menanyakan terlebih dahulu apa yang mereka suka, seperti apakah pasien menyukai music, hal ini dilakukan agar pemilihan jenis terapi lebih tepat dan sesuai sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

SIMPULAN

Gambaran teknik distraksi pada pasien fraktur di Ruang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon sebagian besar dilakukan tindakan distraksi sebagian besar responden mengalami nyeri ringan yaitu sebesar 60% dan 40% mengalami nyeri sedang, sedangkan intesitas nyeri sesudah dilakukan tindakan distraksi keseluruhan responden mengalami nyeri ringan sebanyak 100%. Gambaran teknik relaksasi nafas dalam pada pasien fraktur di Ruang 8 RSUDGunung Jati Kota Cirebon sebagian besar responden mengalami nyeri ringan yaitu sebesar 60%, 25% mengalami nyeri berat dan 15% mengalami nyeri sedang sedangkan intesitas nyeri sesudah dilakukan tindakan distraksi keseluruhan responden mengalami nyeri ringan sebanyak 100%. Rata-rata intesitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik distraksi pada pasien fraktur di RSUD Gunung Jati Kota Cirebonrata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sebelum dilakukan teknik distraksi sebesar 3 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 5, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan dan sedang. Sedangkan rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukan teknik distraksi sebesar 0.75dengan nilai minimum 0 dan maksimum 2, artinya rata-rata

(7)

skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan. Rata-rata intesitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pasien fraktur di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sebelum dilakukan teknik nafas dalam sebesar 3.10 dengan nilai minimum 2 dan maksimum 5, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan dan sedang. Sedangkan rata-rata skala nyeri pada pasien fraktur sesudah dilakukan teknik distraksi sebesar 1.52 dengan nilai minimum 1 dan maksimum 2, artinya rata-rata skala nyeri yang dirasakan pasien fraktur pada kategori nyeri ringan. Perbedaan rata-rata penurunan intesitas nyeri antara pasien fraktur yang diberi terapi distraksi dengan pasien fraktur yang diberi terapi relaksasi pernafasan dalam diRuang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon tidak memiliki perbedaan yang cukup berarti beda mean penurunan skala nyeri keduanya yaitu sebesar 0.098. Efektifitas Teknik Distraksi Dengan Teknik Pernafasan Dalam Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Fraktur di Ruang 8 RSUD Gunung Jati Kota Cirebon lebih efektif terhadap penurunan skala nyeri pada pasien fraktur dibanding teknik terpai distraksi, namun kedua nya memiliki perbedaan penurunan skala nyeri sebesar 0.198.

SARAN

Teknik pernafasan dalam lebih efektif dibandingkan dengan teknik distraksi, maka pada pasien dengan nyeri pasca fraktur dapat diberikan terapi teknik pernafasan dalam.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik

Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medica.

Arif.M. (2008).Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien

dengan Gangguan sistem pernapasan.

Jakarta:Salemba Medika

Badriah. D. L. 2006. Metodologi Penelitian Ilmu-ilmu

kesehatan.Bandung : Multazam.

Corwin, J.E.2002. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Depkes. 2010. Perawatan kesehatan RI. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas

Firman, J., & Gila, A. (2002).Psychosynthesis: A

Psychology of the Spirit: State University of

New York Press.

Hidayat. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Bineka Cipta

Jonathan.S. 2005,Teori dan Praktik Riset dengan SPSS, Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Jung, C. G., &Baynes, H. G. (1923).Psychological

Types: Or, The Psychology of Individuation: K.

Paul, Trench, Trubner & Company, Limited. Potter.(2005). Fundamental Keperawatan Konsep,

Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.

Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC

Riyanto, A. (2009). Pengolahan Data Dan Analisis

Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Smeltzer S.C & Bare B.G, 2009.Buku Ajar

Keperawatan Medikal bedah Jakarta EGC.

Sugiyono.(2009). Statistika Untuk Penelitian.

Bandung: CV. Alfabeta.

Syafudin.(2009). Fisiologi Tubuh Manusia untuk

Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika

Syaifuddin.(1997). Anatomi fisiologi untuk siswa

perawat.edisi-2.Jakarta : EGC.

Syaifuddin.(2009). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2.Jakarta : EGC..

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan

nyeri. Jakarta : EGC.

Potter.(2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan

Referensi

Dokumen terkait