• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS INDIVIDU KONSELING HIV ONLINE BERBASIS INTERNET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS INDIVIDU KONSELING HIV ONLINE BERBASIS INTERNET"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS INDIVIDU

KONSELING HIV ONLINE BERBASIS INTERNET

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan pada Mata Kuliah: Sistem Informasi Manajemen Dosen Pengajar: Rr. Tutik Sri Hayati, SKp., MARS.

OLEH :

MUHAMMAD SUNARTO

NPM: 0906573755

PROGRAM MAGISTER DAN SPESIALIS KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

2

Abstrak

Sunarto, Muhammad (2010); HIV merupakan penyakit yang masih terstigmatisasi dan terdiskriminasi sehingga penderitanya pun enggan untuk membuka diri kepada orang-orang di sekitarnya. Hal ini jelas akan meningkatkan risiko penularan kepada orang lain dan lingkungan sekitarnya. Selain itu kondisi yang sangat penting adalah jelas akan memperburuk kondisi klien itu sendiri. Salah satu cara dalam meminimalisir masalah tersebut dan meningkatkan cakupan orang yang terinfeksi dan berisiko terinfeksi adalah dengan memberikan layanan yang mudah diakses dan tetap menjaga kerahasiaan dari klien tersebut. Layanan tersebut adalah layanan konseling online melalui internet sehingga memudahkan klien-klien atau orang-orang yang berisiko mendatanginya. Keunggulan layanan ini adalah dapat mencapai seluruh wilayah dan kerahasiaan klien dapat terjamin namun kelemahan juga muncul di sisi lain karena memungkinkan seseorang menguasai teknologi komputer.

(3)

3

1. Latar Belakang

Kasus-kasus HIV/AIDS di Indonesia berawal pada tahun 1987 yang pertama kali ditemukan pada tahun 1987 di Bali yakni seorang turis yang berasal dari Belanda. Namun seiring dengan waktu meningkat sangat tajam, kasus-kasus tersebut bukan lagi pada turis asing namun telah menjangkiti warga Negara Indonesia sendiri dan bahkan telah ada di seluruh wilayah Indonesia. Peningkatan yang sangat tajam banyak dijumpai di daerah-daerah tertentu dan kelompok-kelompok perilaku risiko tinggi terutama pekerja seks dan pelanggannya. Hasil survei sekitar tahun 2000-2002 menunjukkan bahwa pro-porsi pekerja seks yang terinfeksi HIV masing-masing 26% di Merauke, 6% di Sorong, 8% di Batam/Karimun dan 22% pada waria di Jakarta. Survei pada pekerja seks di Denpasar juga menunjukkan bahwa dalam waktu 6 bulan proporsi yang terinfeksi HIV meningkat sebanyak 300%, yaitu dari 1% pada bulan Juni-September 2000 menjadi 2% pada bulan Oktober-Desember dan menjadi 7% pada bulan April-Mei 2001. Survei pada lebih dari 800 orang laki-laki kelompok tertentu di Denpasar pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 1% dari mereka HIV+. Pada pemakai narkotika suntik proporsinya bahkan jauh lebih tinggi yaitu 53% di Lembaga Pemasyarakatan Denpasar, 40% di RSKO Jakarta dan 24% di pusat rehabilitasi Bogor. Epidemi HIV diperkirakan sudah menjangkau masyarakat umum. Ini tercermin dari peningkatan proporsi HIV+ pada darah donor sebanyak 10 kali lipat pada tahun 2001 dibanding 3 tahun sebelumnya. Pada tahun 2003, jumlah penduduk Indonesia yang telah terinfeksi HIV diperkirakan sekitar 120.000 orang dan infeksi baru yang akan terjadi tahun 2003 diperkirakan sekitar 80.000 orang dan hingga Juni 2010 kasus AIDS telah mencapai 21.770 kasus dan telah meninggal sejumlah 4128. Di antara kasus tersebut kelompok umur yang terbanyak adalah pada rentang usia 15 – 59 tahun 20.354 kasus, kelompok ini merupakan kelompok usia produktif dan aktif secara seksual. (Gunung, 2003; Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2010).

Melihat kasus-kasus yang terjadi sangat tinggi pada kelompok usia produktif maka akan memberikan dampak yang sangat luas pada penderita yang bukan hanya masalah kesehatan namun juga akan berdampak pada seluruh aspek kehidupan pada penderita. Diantara dampak tersebut adalah stigmatisasi dan diskriminalisasi dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini akan menyurutkan niat dari seorang penderita untuk dapat mengakses layanan kesehatan sehingga memungkinkan seseorang untuk dapat menularkan virusnya kepada orang lain yang semakin hari semakin bertambah. Ketertutupan dari seorang

(4)

4

penderita bukan hanya berdampak pada diri sendiri namun juga pada keluarga, dan lingkungan sekitarnya baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Penderita memandang bahwa penyakit yang diderita bila diketahui oleh publik maka akan di usir, dianggap telah melakukan perbuatan asusila, melanggar norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu seorang penderita akan menutup informasi tentang dirinya secara ketat. Hal ini jelas akan memperburuk kondisi dari seorang penderita. Upaya yang dapat dilakukan dalam meminimalisir dampak yang muncul dan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan dan keinginan penderita atau orang yang berisiko tertular untuk melakukan konseling dan tes HIV, diperlukan akses yang lebih mudah, terjangkau bagi masyarakat luas serta kerahasiaan terjamin.

Melihat angka-angka tersebut yang terus meningkat dan dampak yang ditimbulkannya maka kebutuhan akan teknologi dalam memberikan kemudahan akses dan jaminan kerahasiaan tentang jati diri penderita sangat perlu dilakukan. Oleh karena itu, langkah yang tepat dapat dilakukan adalah online konseling bagi para penderita dan orang-orang yang berisiko tinggi tertular tanpa diketahui identitasnya sampai yang bersangkutan bersedia membuka diri tentang identitas dan bersedia melakukan konseling tatap muka.

(5)

5

2. Kajian Literatur a. Pengertian

1) Konseling adalah proses membantu seseorang untuk belajar mencari solusi bagi masalah emosi, interpersonal dan pengambilan keputusan (WHO, 2004). Suatu dialog antara seseorang yang bermasalah (klien) dengan orang yang menyediakan pelayanan konseling (konselor/perawat/perawat) dengan tujuan untuk memberdayakan klien agar mampu menghadapi permasalahannya dan sanggup mengambil keputusan yang mandiri atas permasalahan tersebut. (Gunung, et al, 2003).

2) Online adalah Komputer atau perangkat yang terhubung ke jaringan (seperti Internet) dan siap untuk digunakan (atau digunakan oleh) komputer atau perangkat lain. (Business Dictionary, 2010)

3) Online Konseling adalah konseling melalui internet yang secara umum merujuk pada profesi yang berkaitan dengan layanan kesehatan mental melalui teknologi komunikasi internet. (Amani, 2007)

b. Tujuan Konseling (WHO, 2004)

Membantu individu bertanggung jawab atas hidupnya dengan :

1) Mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan yang bijak dan realistik 2) Menimbang setiap konsekuensi dari perilakunya

3) Memberikan informasi

c. Tujuan Konseling HIV (Gunung, et al, 2003)

Pada dasarnya konseling HIV mempunyai 2 tujuan utama.

1) Untuk mencegah penularan HIV. Untuk mengubah perilaku, ODHA tidak hanya membutuhkan sekedar informasi belaka, tetapi yang jauh lebih penting adalah pemberian dukungan yang dapat menumbuhkan motivasi mereka. Misalnya dalam hal perilaku seks aman, tidak berganti-ganti jarum suntik, dan lain sebagainya. Dalam proses konseling seorang yang berisiko ataupun yang telah tertular HIV maka yang terpenting dilakukan pada saat proses konseling adalah bagaimana ia merubah perilakunya sehingga tidak menularkan pada orang lain. Hal ini sangat penting untuk memutus mata rantai penularan minimal dari dirinya terlebih dahulu.

(6)

6

2) Meningkatkan kualitas hidup ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dalam segala aspek baik medik, psikologik, sosial, dan ekonomi. Dalam hal ini konseling bertujuan untuk memberikan dukungan kepada ODHA agar mampu hidup secara positif. Konselor/perawat/perawat dapat membantu ODHA untuk memperoleh layanan yang berkaitan dengan pemantauan kekebalan tubuhnya (pemeriksaan limfosit, CD4, viral load), IMS dan HIV/AIDS. Pencegahan/layanan infeksi oportunistik, pengobatan antiretroviral (ARV) dll. (Mbonu, NC., 2009)

Seorang yang telah terinfeksi mengalami berbagai macam permasalahan bukan hanya masalah kesehatan baik secara fisik atau psikologis namun juga secara sosial, ekonomi, budaya dan seluruh aspek kehidupan dari seorang klien. Oleh karena itu seorang yang telah terinfeksi sangat membutuhkan bantuan konseling untuk mendengarkan dan membantu memberikan atau menyediakan solusi atas masalah yang dihadapinya agar mereka dapat kuat dan tetap eksis dan produktif sebagaimana mestinya di dalam anggota keluarga dan masyarakat.

d. Proses Konseling

Proses konseling memiliki 4 (empat) tahapan yakni (WHO, 2004; Gunung, et al, 2003) ;

1) Tahap satu: Membangun hubungan baik dan membina kepercayaan : a) Menjaga rahasia dan mendiskusikan keterbatasan rahasia b) Melakukan ventilasi

c) Mendorong ekspresi perasaan

d) Menggali masalah, mendorong klien menceritakannya e) Memperjelas harapan klien

f) Menjelaskan apa yang dapat dilakukan oleh konselor/perawat/perawat dan cara kerja mereka

g) Memberi pernyataan akan komitmen konselor/perawat/perawat bekerja bersama dengan klien

Pada tahap ini, seorang konselor/perawat/perawat yang menerima permintaan dari seorang klien wajib memberikan jaminan kerahasiaan kepada klien sehingga klien merasa yakin untuk mengutarakan dan berbicara lebih jauh tentang masalah yang dihadapinya (Haberstroh, 2009). Oleh karena itu seorang klien harus mampu menjadi pendengar yang baik dalam proses ini namun hambatan yang perlu

(7)

7

diperhatikan dalam konseling online adalah konseling tanpa komunikasi verbal dan petunjuk visual lainnya kecuali bila menggunakan fasilitas kamera dan headset, namun kedua perangkat komputer harus memilikinya (Haberstroh, et al., 2008)

2) Tahap dua: Definisi dan pengertian peran, batasan dan kebutuhan : a) Ungkapkan peran dan batasan hubungan konseling.

b) Memaparkan dan memperjelas tujuan dan kebutuhan klien. c) Menyusun prioritas tujuan dan kebutuhan klien

d) Mengambil riwayat rinci – menceritakan hal spesifik secara rinci. e) Menggali keyakinan, pengetahuan dan keprihatinan klien

Konselor/perawat yang baik harus memberikan pemahaman yang baik tentang kasus yang dihadapi oleh kliennya dan melakukan pendekatan secara keilmuan yang dimiliki baik keilmuan yang berlatar belakang perawatan maupun keilmuan lainnya namun yang jelas harus diperhatikan adalah memberikan pemahaman dan pendekatan dasar keilmuan yang sesuai (Haberstroh, et al., 2008).

3) Tahap tiga: Proses dukungan konseling lanjutan : a) Meneruskan ekspresi perasaan/pikiran. b) Mengidentifikasi opsi/pilihan

c) Mengidentifikasi keterampilan penyesuaian diri yang telah ada d) Mengembangkan keterampilan penyesuaian diri lebih lanjut e) Mengevaluasi pilihan dan implikasinya.

f) Memungkinkan perubahan perilaku.

g) Mendukung dan menjaga kerjasama dalam masalah klien. h) Monitoring perbaikan tujuan yang teridentifikasi

i) Rujukan yang sesuai

Kelemahan yang dapat terjadi pada proses konseling online pada tahap tiga ini adalah mengevaluasi atas pilihan-pilihan klien yang tepat. Hal ini merupakan hambatan yang sangat besar dalam proses konseling. Namun perlu diingat bahwa tahap ini bila ada dianggap perlu maka seorang klien dapat diminta untuk konseling tatap muka.

4) Menutup atau mengakhiri relasi konseling : a) Klien bertindak sesuai rencana

(8)

8

b) Klien menata dan menyesuaikan diri dengan fungsi sehari-hari c) Eksistensi sistem dukungan dan dukungan yang diakses.

d) Mengidentifikasi strategi untuk memelihara hal yang sudah berubah baik e) Diskusi dan perencanaan pengungkapan status

f) Perjanjian pertemuan makin panjang intervalnya

g) Informasi mengenai sumber daya dan rujukan yang tersedia dan cara mengakses.

h) Pastikan bahwa ketika ia membutuhkan, para konselor/perawat senantiasa bersedia membantu.

Konselor/perawat harus dapat menjamin dan memberikan kesempatan kepada klien agar untuk dapat mengakses informasi sesuai kebutuhannya dan layanan terdekat dari tempat mereka.

e. Konsep Online

Online konseling mengacu pada kegiatan konseling yang berbasis hubungan virtual dengan beradasar pada kebutuhan klien yang masih mempunyai jarak dan masih ragu untuk lebih terbuka kepada orang lain (Hanley T., 2006). Walaupun sebenarnya online konseling merupakan hal yang masih langka di Indonesia namun beberapa negara maju di bidang teknologi telah memanfaatkan teknologi informasi ini dalam memberikan kemudahan akses bagi masyarakatnya.

Di Indonesia, hanya ada satu layanan yang memberikan konseling dan tes HIV melalui internet yakni www.mautau.com. Namun layanan ini merupakan layanan yang diselenggarakan oleg sebuah LSM yang bergerak di bidang HIV/AIDS. Pada instansi pemerintah hal ini belum akrab digunakan.

Keunggulan layanan ini adalah memberikan layanan yang mudah dan murah serta kerahasiaan terjamin dan daya jangkau yang sangat luas di seluruh wilayah yang telah mempunyai akses internet. Namun disamping keunggulan tersebut, layanan ini jelas memiliki kelemahan yakni menyulitkan bagi orang-orang yang tidak memahami teknologi komputer dan telepon genggam berbasis internet dan chatting serta kesulitan dalam memahami emosi yang muncul dari kedua belah pihak terutama kliennya.

(9)

9

diadaptasi dari http://picsdigger.com/domain/houstonzoo.org/ dengan modifikasi.

Pada layanan konseling online ini, konselor/perawat harus memiliki komputer atau telepon genggam yang terkoneksi dengan internet dan mempunyai fasilitas chatting. Langkah-langkahnya :

1) Klien menghubungi konselor/perawat melalui koneksi internet melalui fasilitas chatting dan konselor/perawat melakukan proses konseling online dengan cara chatting kepada klien

2) Setelah klien merasa telah siap untuk melakukan tes maka klien dapat mengisi form isian yang dapat diunduh dan ditandatangani kemudian klien mendatangi laboratorium untuk melakukan tes

3) Pihak laboratorium akan memberikan hasil tes kepada konselor melalui fasilitas isian yang telah disediakan oleh konselor.

4) Klien kemudian melakukan proses konseling kembali, apabila yang bersangkutan dinyatakan negatif dan tidak dalam proses masa periode jendela maka yang bersangkutan bisa dibacakan hasilnya melalui proses chating namun apabila hasilnya positif maka klien diharapkan datang ke klinik untuk proses konseling lebih lanjut. Hal ini dilakukan untuk memberikan rasa aman pada klien atas hasil yang diperolehnya.

5) Konselor memberikan konseling lanjutan dan rujukan sesuai dengan kebutuhan klien.

Konselor/perawat

K l i e n Laboratorium

(10)

10

Unsur-unsur yang terlibat dalam program konseling online dan rujukan :

diadaptasi dari voluntary HIV counselling and testing: manual for training of trainers part I & II with CDs (2004) and Perez (2009).

Seluruh unsur-unsur tersebut di atas mempunyai peranan yang sangat penting dalam penanganan klien setelah yang bersangkutan telah terbuka dan akan mendapatkan layanan rujukan.

3. Kesimpulan dan Rekomendasi

a. Kesimpulan

Penderita/klien atau orang-orang yang berisiko tertular HIV adalah mereka yang mempunyai masalah ketakutan akan diskriminasi dan stigmatisasi dari lingkungannya. Mereka adalah orang-orang yang kemungkinan juga akan menularkan kepada orang-orang di sekitarnya bila mereka tidak mengetahui status HIV-nya. Layanan konseling online hanyalaha segelintir layanan yang dapat diberikan kepada masyarakat luas dalam memberikan kemudahan dan menghilangkan rasa takutnya terdiskriminasi dan terstigmatisasi sampai mereka mampu untuk lebih terbuka kepada orang-orang di sekitarnya dan masyarakat pada umumnya.

Kemudahan akses ini pula memungkinkan seorang klien lebih mudah mendapatkan layanan sesuai dengan kebutuhannya akan permasalahan kesehatan yang dihadapi serta masalah-masalah lain yang terkait dengnan penyakit yang dideritanya tersebut.

Dukung-an ODHA Dokter Petugas Laborato-rium Manager Kasus Perawat Home Care Klien/ Keluarga Konselor/ Perawat

(11)

11

Layanan ini bukan tidak memiliki kelemahan, namun diharapkan kelemahan ini dapat diperkecil dengan kemampuan konselor dalam menguasai teknologi dan juga kemampuan konselingnya sehingga mereka mampu mengambil langkah-langkah yang tepat dalam meminimalisasi kemungkinan yang akan timbul akibat proses konseling ini.

b. Rekomendasi

Layanan konseling online ini diharapkan ada dan mampu disediakan oleh pemerintah dalam upaya mencapai target sasaran yang lebih optimal dan meminimalisasi penularan yang semakin hari semakin meningkat.

Layanan konseling online ini diharapkan dapat tersedia di semua layanan Klinik VCT yang telah ada di seluruh Indonesia khususnya rumah sakit-rumah sakit kabupaten dan beberapa puskesmas di beberapa wilayah yang memiliki risiko tinggi penularan HIV.

(12)

12

DAFTAR PUSTAKA

Amani, Nasanin (2007): Investigating The Nature, The Prevalence, And Effectiveness Of

Online Counseling, A Thesis, Department of Educational Psychology,

Administration and Counseling, California State university Long Beach.

Ditjen PPM & PL Depkes RI (2010): Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia, dilaporkan sampai Juni, 2010

Gunung, I Komang, et al (2003): HIV/AIDS Counselor Handbook, Macfarlane Burnet Institute for Medical Research and Public Health Limited.

Haberstroh, S et al. (2008): Facilitating Online Counseling: Perspectives From

Counselors in Training, Journal of Counseling and Development : JCD; Fall 2008;

86, 4; ABI/INFORM Global pg. 460

Haberstroh, S (2009): Strategies and Resources for Conducting Online Counseling,

Journal of Professional Counseling: Practice, Theory, And Research Vol. 37, No.2, Fall/Winter 2009

Hanley, T. (2006): Developing Youth-Friendly Online Counselling Services in the United

Kingdom: A Small Scale Investigation into the Views of Practitioners,

Counselling and Psychotherapy Research, September 2006; 6(3): 182_185

Mbonu, NC., (2009): Stigma of People with HIV/AIDS in Sub-Saharan Africa: A

Literature Review, Hindawi Publishing Corporation Journal of Tropical Medicine

Volume 2009, Article ID 145891, 14 pages doi:10.1155/2009/145891

Perez, P. (2009): Using Development Methodology to Create or Enhance Your

Counseling Center Web Site: A Collaborative Research Based Model. Volume 4

Issue 1, http://jtc.colstate.edu/Vol4_1/Perez/Perez.htm

WHO (2004): Voluntary HIV Counselling And Testing: Manual For Training Of

Trainers Part I & II With CDs, World Health Organization, Regional Office for South-East Asia.

________ (2010): http://www.businessdictionary.com/definition/online.html # ixzz13xUtzBOm

Referensi

Dokumen terkait

Tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan sains dalam berbagai disiplin ilmu pada masa dinasti Umayyah Andalusia menjadi salah satu pemantik kemajuan peradaban

Menganalisis efisiensi tataniaga dengan dilihat farmer’s share dan total biaya pemasaran dengan total nilai penjualan karet yang ada di Desa Lubuk Tunggal Kecamatan

2.5.6 Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28 hari (KN Lengkap) Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan

Karena disana pun ada yang berdakwah kepada Allah dan menyeru kepada Aqidah ini, akan tetapi itu adalah perjuangan perorangan, berbeda dengan perjuangan disini

Uji ANOVA dari masing-masing kelompok uji baik aktivitas dan kapasitas fagositosis dari variasi konsentrasi logaritma yang diberikan 0,1 – 1000 µg maupun terhadap kontrol (-)

Sehubungan dengan itu, salah satu pembelajaran yang menarik yaitu pembelajaran outdoor, karena pembelajaran ini peserta didik dapat belajar sesuatu yang konkrit atau nyata

Berdasarkan penjelasan di atas dan dengan melihat pentingnya pelanggan bagi kelangsungan usaha, maka yang menjadi msalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana

Vielä selkeämmin nuoret valitsivat vaihtoehdokseen sen, että he eivät halunneet käydä oman seurakunnan rippileiriä, jonka kanssa melko tai erittäin paljon samaa mieltä oli