• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerjasama: BPPSDMP KEMENTERIAN PERTANIAN RI TABLOID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kerjasama: BPPSDMP KEMENTERIAN PERTANIAN RI TABLOID"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Kerjasama: G era ka n P ar tis ip as i M as ya ra ka t d an M ob ilis as i P en yu lu h P ert an ia n Gerakan P ar tisipasi Masy

arakat dan Mobilisasi P

enyuluh P

(2)

Gerakan Partisipasi Masyarakat

Gerakan Partisipasi Masyarakat

dan Mobilisasi Penyuluh Pertanian

dan Mobilisasi Penyuluh Pertanian

Tim Penyusun:

Mulyono Machmur, Yulianto, Gesha Yuliani

PT. Duta Karya Swasta

(3)

Cetakan 2021

Hak cipta dilindungi undang-undang © PT. Duta Karya Swasta

Tim Penyusun:

Pengarah : Memed Gunawan Ketua Tim Penyusun : Mulyono Machmur Anggota : Yulianto, Gesha Yuliani Tim Layout : Suhendra

Saptyan Edi Kurniawan

Diterbitkan Oleh: PT. Duta Karya Swasta

Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jakarta

e-mail : sintani@cbn.net.id, website:www.tabloidsinartani.com Keterangan Sampul: Agriculture War Room

Sumber: Tabloid Sinar Tani ISBN 978-602-50792-1-4

(4)
(5)

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, Buku “Kostratani Gerakan Partisipasi Masyarakat dan Mobilisasi Penyuluh Pertanian” telah selesai disusun.

Buku ini merupakan intisari dari kegiatan Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI) dan Kegiatan Utama Kementerian Pertanian pada masing-masing Eselon I yang terintegrasi dengan kegiatan Kostratani, khususnya dalam menggerakkan partisipasi petani dan mobilisasi penyuluh pertanian.

Buku ini memuat tentang apa itu kegiatan Kostratani sebagai gerakan partisipasi masyarakat dan mobilisasi penyuluh pertanian, beserta kegiatan masing-masing Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian yang terkait dengan kegiatan Kostratani, seperti Propaktani, SiKomandan, Gedorhorti, Grasida, Gatieks, Pekarangan Pangan Lestari, Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat, KUR, Kartu Tani, dan Asuransi Usaha Pertanian.

Buku ini diharapkan dapat memberikan informasi, motivasi dan gambaran tentang gerakan Kostratani bagi masyarakat, aparatur ditingkat pusat sampai daerah (Kostratani, Kostrada, Kostrawil dan Kostranas), dan capaian kinerja utama Kementerian Pertanian yang terintegrasi dengan kegiatan Kostratani; termasuk optimalisasi peran dari seluruh Eselon I

(6)

Lingkup Kementerian Pertanian dan stakeholder terkait lainnya serta pemerintah daerah dalam penguatan dan pemantapan tugas, fungsi dan peran kelembagaan BPP Kostratani sebagai Pusat pembelajaran dan transfer teknologi bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Pelaku utama bidang pertanian (petani, pekebun, peternak, beserta keluarga intinya) baik perorangan maupun secara bersama-sama (Poktan, Gapoktan, KEP, Korporasi).

Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini disampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih.

Jakarta, Desember 2020 Menteri Pertanian

(7)

DAFTAR ISI

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

„ iv DAFTAR ISI „ vi KATA PENGANTAR „ viii PROLOG „ x

KOSTRATANI: Gerakan Partisipasi Masyarakat dan Mobilitas Penyuluh Pertanian

„ 1

PEDOMAN KOSTRATANI

„ 7

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo: SANG KOMANDAN KOSTRATANI

„ 9

AWR, Ruang Perang Pertanian Berteknologi 4.0

„ 13

Bangkitnya Gairah Penyuluh dan Milenial

„ 17

Maju, Modern dan Mandiri dengan Inovasi Teknologi

„ 27

PROPAKTANI untuk Kesejahteraan Petani

„ 31

Ungkit Populasi Ternak dengan SiKOMANDAN

„ 39

GEDOR HORTI: Hasilkan Produk Berorietasi Ekspor

(8)

GRASIDA: Produksi Meningkat, Bernilai Tambah dan Berdaya Saing

„ 53

GRATIEKS: Karpet Merah untuk Eksportir Pertanian

„ 61

KOSTRATANI: Basis Dukungan Prasarana dan Sarana Pertanian

„ 67

KETAHANAN PANGAN KELUARGA: #KenyangGakHarusNasi

„ 75

KORPORASI PETANI: Transformasi menuju Petani Mandiri, Maju dan Modern

„ 87

EPILOG

(9)

KATA PENGANTAR

Derap langkah membangun pertanian kembali menggelora semenjak pemerintah mencanangkan Komando Stategi Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI). Dibawah komando Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), kegairahan aparat di tingkat Pusat dan daerah, terutana para Penyuluh Pertanian mulai hidup kembali seakan ada secercah cahaya terang dalam menggerakan partisipasi petani, baik sebagai pelaku utama maupun sebagai pelaku usaha.

Ditahun pertama penyelenggaraan Kostratani merupakan Pra Kondisi, terutama melalui kegiatan sosialisasi dan penyiapan inprastuktur Kostratani. Ditingkat pusat dibangun Agricultural War Room (AWR) dan di tingkat kecamatan fasilitas kerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) kian dilengkapi, termasuk pengadaan komputer dan peralatan lainnya yang mendukung kinerja Penyuluh Pertanian. Setiap Unit Eselon I lingkup Kementan pun bergerak sigap menopang dalam menyukseskan Kostratani.

(10)

Walaupun ditahun pertama merupakan tahun Pra Kondisi Kostratani, namun gelora dan getaran Kostratani sudah terasa di pelosok perdesaan, terutama di BPP sebagai lembaga terdepan Kostratani. Harapan besar pada tahun-tahun selanjutnya, Kostratani semakin menggelora, terutama dalam menggerakan partisipasi petani dengan memobilisasi penyuluh pertanian. Mungkin isi buku ini jauh dari sempurna. Namun demikian kami menganggap perlu adanya dikumentasi sebagai catatan sejarah perjalanan pembangunan pertanian.

(11)

PROLOG

Dinamika pembangunan pertanian berkembang dengan pesat seirama dengan berkembangnya teknologi di sektor-sektor lainnya. Berkembangnya teknologi suatu keniscayaan dalam mersepon permintaan pasar yang sangat dinamis terutama permintaan terhadap kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk pertanian.

Di era globalisasi pasar semakin terbuka, persaingan semakin ketat, jarak antara produsen dan konsumen semakin dekat tanpa batas. Menyikapi perkembangan kondisi tersebut, perlu menyiapkan secara matang para pelaku utama dan pelaku usaha di sektor pertanian.

Para petani sebagai pelaku utama dan pelaku usaha perlu ditingkatkan kapasitas dan kapabilitasnya, sehingga mampu bersaing dengan para petani dari negara lain sebagai kompetitor.

Peran penyuluh pertanian mempunyai peran sentral sebagai garda terdepan sekaligus sebagai penyedia input intelektual bagi para petani. Keberadaan penyuluh pertanian diharapkan mampu mengubah sikap, pengetahuan dan keterampilan petani serta mampu membangun jiwa enterpreneur petani.

Adanya tuntutan perkembangan teknologi yang semakin dinamis perlu adanya perubahan pendekatan/metodologi dan manajemen dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Teknologi 4.0 menjadi bahan acuan di masa kini dan masa mendatang. Kostratani merupakan

(12)

manajemen modern dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian.

Dengan penerapan teknologi 4.0 dan manajemen gerakan Kostratani, maka peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani akan dapat diwujudkan dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama. Peningkatan ekspor hasil pertanian tiga kali lipat (gratieks) akan jadi pemicu dan pemacu di sektor hulu dan hilir.

Fasilitasi pelayanan dengan instrumen E-RDKK dilengkapi Kartu Tani akan memperlancar proses penyediaan sarana produksi pertanian tersebut di lokalita. Dipermudahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan, terutama KUR akan membantu para petani yang mengalami kesulitan permodalan usahanya.

Upaya–upaya tersebut terus dikembangkan melalui gerakan partisipasi petani dengan mobilisisai para penyuluh pertanian. Semoga niat baik ini mendapat baik Ridho Allah SWT.

(13)
(14)

KOSTRATANI: Gerakan Partisipasi Masyarakat

dan Mobilisasi Penyuluh Pertanian

D

i bawah komando Syahrul Yasin Limpo, Kementerian Pertanian men canangkan Komando Stra-tegis Pembangunan Pertanian di Kecamatan (Kostratani) sebagai gerakan pembaharuan pembangunan pertanian nasi-onal berbasis teknologi informasi.

Kementerian dengan motto Pertanian Maju, Mandiri, dan Modern ini menggulirkan Kostratan untuk menjamin terwujudnya sinergi dan kesatuan gerak pembangunan pertanian di setiap lini.

Dengan demikian, gerak pembangunan

pertanian pada setiap tingkatan pemerintahan dapat berlangsung harmonis. Perkembangan di lapangan dapat dimonitor dan diarahkan pusat melalui Agriculture War Room (AWR).

Sebagai ujung tombak di tingkat lapangan diperankan oleh Kostratani yang berkedudukan di kecamatan. Melalui Kostratani, pemerintah mengoptimalisasi peran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Sarana dan prasarananya juga ditingkatkan. Kapasitas penyuluh dan kelembagaan penyuluhan serta, kelembagaan petani ditingkatkan dan diperkuat.

(15)

Sebagai sebuah gerakan pembaharuan Kostratan dibuat berjenjang. Di tingkat pusat ada Komando Strategis Pembangunan Pertanian Nasional (Kostranas), kemudian di tingkat provinsi ada Komando Strategis Pembangunan Pertanian Wilayah (Kostrawil), di kabupaten/kota berupa Komando Strategis Pembangunan Pertanian Daerah (Kostrada) dan di kecamatan ada Kostratani.

Karena pembangunan pertanian nasional bukan hanya tanggung jawab peme-rintah pusat, melainkan juga pemepeme-rintah daerah, maka masing-masing pimpinan daerah menjadi penanggungjawab program dalam memacu produksi, produktivitas dan gerakan pertanian di wilayah kerja masing-masing. Kostratani komandannya adalah Camat, Kostrada adalah Bupati/Walikota, Kostrawil adalah Gubernur dan di tingkat

nasional langsung diarahkan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia.

Di tingkat nasional, Menteri Pertanian memainkan peranannya memantau dan mengen dalikan semua kegiatan pem ba-ngunan pertanian di daerah melalui perang kat digital dari daerah yang tersambung dengan AWR. AWR menjadi jembatan informasi bagi pengambil kebijakan dengan petani dan penyuluh di lapangan. Selain itu, AWR juga menjadi pusat kendali dan pemantauan secara real time kondisi pertanaman dan potensi pertanian di seluruh wilayah Indonesia.

Program AWR sebagai pusat data dan sistem kelola pembangunan pertanian nasional berbasis teknologi informasi dengan pencitraan satelit dan artificial intelligence (AI). Teknologi ini menjadi alat ukur dalam melakukan pengawasan sekaligus pemetaan

(16)
(17)

lahan pertanian.

Sumber data AWR berasal dari internal dan eksternal meliputi data alat dan mesin pertanian (alsintan), lahan citra satelit, harga komoditas, profil petani dan penyuluh, capaian kegiatan/program, pengaduan dan kepuasan, data sosial media, dan data survei.

Lima Peran Kostratani

Dalam pergerakannya, Kostratani meng optimalkan tugas, fungsi dan peran BPP dengan menyelaraskan kemajuan era industrialisasi 4.0. Kostratani berpusat di Kecamatan, karena pembangunan pertanian dilaku kan dari lapangan (desa hingga kecamatan).

Kostratani memainkan lima peran strategis yaitu, sebagai pusat data dan infor-masi, pusat gerakan pembangunan pertanian,

pusat pembelajaran, pusat kon sultasi agribisnis, pusat pengembangan jejaring kemitraan. Sebagai pusat data dan infor-masi bagi masyarakat, BPP Kostratani dapat memberikan informasi tentang potensi wila-yah, teknologi pertanian juga informasi pasar.

Kostratani sebagai pusat gerakan pembangunan pertanian, melaksanakan kegiatan unggulan Kementerian Pertanian seperti Propaktani, Gedor Horti, Gratieks, Korporasi Petani dan lain sebagainya. Sasarannya adalah kelompok tani, Gapoktan, Kelompok Wanita Tani, Petani Millenial dan Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP).

Sebagai pusat pembelajaran, BPP Kostratani diperuntukkan bagi penyuluh, petani dan Gapoktan hingga KWT dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, keteram-pilan sumber daya manusia pertanian.

(18)
(19)

Sebagai pusat konsultasi agribisnis, BPP Kostratani dapat berperan sebagai sekretariat konsultasi agribisnis untuk petani hingga swasta untuk meningkatkan usaha pertanian menjadi skala bisnis.

Begitu juga peranan BPP Kostratani sebagai pusat pengembangan jejaring kerjasama. Brigade Kostratani akan memberikan akses dan informasi, sehingga bisa terbentuk kerjasama dalam bidang pertanian. Mulai dari akses permodalan hingga kerjasama bisnis lainnya yang tentu membutuhkan jejaring kerjasama agar semakin berkembang dalam skala bisnis.

Tak hanya memantau, pimpinan daerah (Camat, Bupati/Walikota hingga Gubernur) diharapkan membantu pelaku pertanian

di perdesaan seperti penyuluh pertanian, pejabat fungsional lainnya, petani, dan pelaku usaha pertanian untuk berperan aktif dalam pembangunan pertanian.

Selain itu, pemimpin daerah diharapkan dapat membantu mengaktifkan peran pemimpin nonformal seperti KTNA, kelembagaan petani, tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk memotivasi insan pertanian agar terus berproduksi menuju swasembada pangan berkelanjutan.

Tak kalah pentingnya, Kostratani juga berperan untuk peningkatan sinergitas pelaku dan program pertanian dengan Kementerian dan Lembaga lainnya. Serta, peningkatan jejaring kerja Kostratani dengan instansi pemerintah lainnya dan swasta di daerah. **

(20)

PEDOMAN KOSTRATANI

P

elaksanaan gerakan Komando Strategis Pembangunan Pertanian Kecamatan (Kostratani) Kemen-terian Pertanian telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indo-nesia (Permentan) Nomor 49/2019 tentang Komando Strategis Pembangunan Pertanian.

Dalam Permentan ini, diatur tugas dan keanggotaan dari Kostratan (Kecamatan), Kostrada (Kabupaten), Kostrawil (Provinsi) dan Kostranas (Pusat). Termasuk tata hubungan dan koordinasi diantaranya. Mulai dari optimalisasi fungsi dan peranan Balai

Penyuluhan Pertanian (BPP), unit pelaksana teknis di bidang pengkajian teknologi per-tanian spesifik lokasi (Balai Pengkajian Tekno logi Pertanian/BPTP), Pelaku utama bidang pertanian (petani, pekebun, Peternak, dan beserta keluarga intinya), hingga Pelaku usaha bidang pertanian (perorangan atau korporasi).

Untuk operasionalisasi dan pembagian peran masing-masing pelaku dalam Kostra-tani mulai dari kecamatan sampai pusat, diperlukan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Komando Strategis pembangunan Pertanian

(21)

di Kecamatan (Kostratani) sebagai acuan bagi Eselon 1 Lingkup Kementerian Pertanian sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49 Tahun 2019 tentang Komando Strategis Pembangunan Pertanian.

Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia (Kepmentan) No 13/Kpts/OT.050/ I/02/2020. Keputusan Menteri ini juga dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dalam mengimplementasikan gerakan pembaharuan pembangunan pertanian nasional berbasis teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta pemanfaatan Internet of Thing (loT) di dalam Kostratani.

Termasuk mengoptimalkan peran seluruh Eselon 1 Lingkup Kementerian Pertanian dan stakeholder terkait lainnya serta pemerintah daerah dalam penguatan dan pemantapan tugas, fungsi dan peran

kelembagaan Kostratan secara berjenjang dari Kostratani, Kostrada, Kostrawil dan Kostratanas.

Untuk memberikan acuan bagi pengelola BPP dan stakeholder lainnya dalam mendukung percepatan penguatan tugas, fungsi dan peran BPP beserta langkah kerja yang dilakukan, maka Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), menerbitkan Petunjuk Teknis dan Standar Operasional Presedur

(22)

(SOP) Komando Strategis Pembangunan Pertanian di Kecamatan (Kostratani).

Juknis dan SOP BPP Kostratani ditetapkan melalui Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Nomor 265/Kpts/Or.050/I/11/2020. Juknis dan SOP BPP Kostratani memberikan petunjuk konkrit dalam pelaksanaan kegiatan di BPP untuk mencapai tugas, fungsi dan peran BPP yang maksimal.

Dengan optimalnya tugas, fungsi dan peran, maka BPP dapat mempercepat arus data, informasi dan pelaporan pelaksanaan program dan kegiatan. BPP juga mampu bersinergi lebih cepat dengan Kostrada, Kostrawil dan Kostranas.

Scan disini

1. Permentan Komando Strategis Pem-bangunan Pertanian

2. Keputusan Menteri Pertanian Petunjuk Pelaksanaan Komando Strategi Pembangunan Pertanian di Kecamatan.

3. Keputusan Kepala Badan PPSDMP Petunjuk Teknis dan Standar Operasional Prosedur (SOP) Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)

(23)
(24)

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo

SANG KOMANDAN KOSTRATANI

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo

P

andemi Covid-19 kembali menjadi pembuktian ketangguhan sektor pertanian dalam menghadapi terpaan krisis ekonomi. Ketika hampir semua sektor terpuruk, Badan Pusat Statistika (BPS) mencatat pertumbuhan pertanian Indonesia justru positif 16,24 persen. Padahal pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2020 (q to q) negatif (minus 4,19 persen).

Bukan hanya pertumbuhan PDB yang positif, pertanian juga menjadi penyokong pertumbuhan lapangan usaha di tengah banyak berkurangnya lapangan kerja akibat

(25)

dampak Covid-19. Begitu juga berdasarkan lapangan usaha (y on y) pada triwulan II 2020 sektor pertanian tumbuh positif 2,19 persen dan nasional tumbuh negatif 5,32 persen.

Lima Cara Bertindak

Meski PDB pertanian tetap tumbuh positif 16,24 persen pada triwulan II 2020, 

namun Kementerian Pertanian tetap menyiap-kan beberapa stimulus untuk pertanian dalam menghadapi pandemi Covid-19. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) pun mengakui, tantangan yang dihadapi pertanian saat ini adalah mencukupi pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam jangka pendek, stimulus yang peme rintah lakukan merrefocusing anggaran, pengembangan bufferstock untuk 11 pangan pokok, kegiatan pasar murah, kemitraan

dengan petani dan mendorong tumbuhnya

start-up pertanian.

"Kami juga melakukan percepatan tanam pada Mei-September seluas 5,8 juta hektar," kata SYL. Dari luasan tersebut, diharapkan akan ada produksi beras sebanyak 12,5-15 juta ton pada akhir Desember 2020. Dengan tam bahan produksi  tersebut, nantinya ada stok sebanyak 1,1 juta ton carry over pada tahun 2021.

Selain stimulus tersebut, SYL meng-ungkap kan, pihaknya juga menyiapkan lima cara bertindak. Pertama, peningkatan kapasi-tas produksi melalui percepatan tanam, pengembangan kawasan pangan (food estate) di Kalimantan Tengah, perluasan areal tanam di daerah baru.

Kedua, diversifikasi pangan lokal seperti ubi kayu, sorgum dan sagu dan

(26)
(27)

faatan lahan pekarangan dengan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L). “Kita meng-ajak semua untuk memanfaatkan pangan lokal secara masif seperti ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang, dan sorgum, juga pemanfaatan lahan pekarangan dan marji nal melalui program pekarangan pangan lestari (P2L) untuk 3.876 kelompok,” tutur SYL.

Ketiga, penguatan cadangan pangan. 

Yakni, melalui penyediaan cadangan pangan daerah, baik di provinsi, kabupaten dan kota, serta akselerasi melalui lumbung pangan desa (LPM des). Saat ini ada 5.328 LPM yang tersebar di 33 provinsi. Selain, bekerjasama dengan Kostraling disetiap lumbung pangan kecamatan, penguatan sistem logistik pangan nasional untuk stabilisasi pasokan dan harga

Keempat, pengembangan pertanian modern.  Caranya melalui pengembangan

smart farming, pengembangan dan peman-faatan screen house untuk mening katkan pro duksi komoditas hortikultura di luar musim tanam (cabai bawang merah dan komoditas bernilai ekonomi tinggi), pengembangan korpo rasi petani, pengembangan food estate untuk pening katan produksi pangan utama (beras/jagung).

Termasuk, pengembangan korporasi petani. Dimana petani diarahkan masuk dalam model kelembagaan kerja sama ekonomi sekelompok petani dengan orientasi agribisnis melalui konsolidasi lahan menjadi satu hamparan, tetapi dengan tetap menjamin kepemilikan lahan masing-masing petani. Dengan korporasi petani, pengelolaan sumber daya bisa lebih optimal karena dilakukan secara lebih terintegrasi, konsisten, dan berkelanjutan sehingga terbentuk usaha yang

(28)

lebih efisien, efektif dan memiliki standar mutu tinggi mendorong pertumbuhan ekonomi di perdesaan.

Kelima, Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). Pemerintah melalui Kementerian Pertanian tak hanya mengenjot produksi dalam negeri untuk kebutuhan sendiri tetapi juga masyarakat dunia yang bermuara pada peningkatan devisa negara. Seperti diketahui, Pasar Internasional menyukai produk-produk sub tropis dari Indonesia mulai dari buah-buahan, produk setengah jadi hingga produk jadi dari sektor pertanian.

Karenanya, Kementerian Pertanian melakukan upaya dengan meningkatkan volume ekspor melalui kerjasama dan investasi dengan pemda dan stakeholder terkait. Di sisi lain, penambahan ragam komoditas ekspor dalam bentuk olahan hasil pertanian.

Dari sisi aktor pelaku ekspor, Kementan juga mendorong pertumbuhan eksportir baru melalui penumbuhan agropreneur. Dibesarkan di era digital tentu membuat Agropreneur muda lebih akrab terhadap penggunaan gadget dan internet, sehingga akses untuk memasarkan hasil pertanian di ranah pasar yang lebih luas dapat terjangkau secara optimal.

Dalam memperluas pasar, dilakukan simultan lintas Kementerian/Lembaga dengan menambah mitra dagang luar negeri melalui kerjasama bilateral maupun multilateral.

“Dengan stimulus tersebut, kita harapkan kekhawatiran FAO dapat diminimalisir sekecil mungkin, sehingga dapat memulihkan ekonomi,” kata Mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini. Upaya ini tidak hanya memastikan ketersediaan pangan dan kemudahan aksesnnya di seluruh Tanah Air, namun juga

(29)

mampu menambah devisa dari kegiatan ekspor produk pertanian dan menjadikannya sebagai roda pembangunan yang terus bertumbuh.

Karenanya, Mentan Syahrul Yasin Limpo

terus mengajak seluruh insan pertanian mulai dari penyuluh, petani, dan pelaku usaha pertanian serta stakeholder untuk terus berkontribusi dalam pembangunan pertanian ini..**

(30)

AWR, Ruang Perang Pertanian Berteknologi 4.0

A

griculture War Room (AWR) men -jadi icon program Kostra tani. Ruang perang pertanian ini di-bangun khusus untuk meman-tau perkembangan pembangunan pertanian di daerah. Bahkan AWR menjadi pusat data dan sistem kontrol untuk mem per cepat pem bangunan pertanian nasional berbasis teknologi.

Sesuai motto yang terus digaungkan mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu yakni pertanian maju, mandiri dan modern, AWR menjadi bagian yang tengah dirintis Kementerian Pertanian hingga ke daerah.

(31)
(32)

Teknologi tersebut dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi dalam industri pertanian dengan adanya big data,

machine learning dan internet of things. Penerapan smart farming di AWR ini juga berguna menjadi alat ukur dalam pengawasan sekaligus tools (alat) dalam mapping area lahan nasional. Sehingga, terlihat jelas per-kem bangan setiap komoditas pertanian dari masing-masing daerah seluruh Indonesia. Tentu saja, untuk menyajikan data statistik per tanian yang lebih valid, komprehensif dan

real time.

AWR ini dirancang multiguna dan salah satunya untuk memantau kondisi pertanian hingga tingkat kecamatan dan desa. Selama ini harus diakui, sulit memantau perkembangan secara manual, bahkan membutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan internet of things

data-data ukur di lapangan, mapping area

bisa dilakukan dari tingkat pusat.

Terintegrasi dengan Kostratani

Dalam pelaksanaannya di daerah, AWR tersebut terintegrasi dengan Kostratani yang berpusat di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di kecamatan. Dalam berbagai kesempatan Mentan SYL memang selalu menegaskan, semua gerakan pembangunan pertanian ke depan berada di Kostratani yang ada di kecamatan.

Untuk memantau gerakan Kostratani, Mentan SYL akan melihat melalui AWR yang menggunakan informasi teknologi dengan pencitraan satelit dan artificial intelegent. Tentunya, Kostratani bersama penyuluhnya bergerak di lapangan secara langsung, mendampingi petani, melaporkan data dan

(33)

dalam pusat data AWR. Kemudian digodok bersama direktorat teknis untuk kebijakan pertanian yang menyentuh langsung petani.

Karena itu, tidak salah jika SYL mem-berikan nama War Room. Sebab dalam control room pertanian inilah, perang pemikiran untuk kemajuan pertanian dilakukan dengan meng gunakan data yang terpampang nyata dari lapangan. Dengan demikian, kebijakan pertanian bisa lebih tepat secara lokasi dan kondisi.

Selain sebagai control room dan ‘ruang perang’, AWR juga menjadi ruang komunikasi humanis antara SYL dengan penyuluh dan petani di lapangan. Di tengah kesibukannya, SYL seringkali menyempatkan waktunya bercengkrama langsung dengan penyuluh dan petani langsung dari AWR.

Tak jarang, SYL menanyakan beragam

masalah yang terjadi di daerah, tentu saja berbasis data yang ada di AWR. Misalnya, produktivitas yang masih rendah, jauh dari target karena permasalahan alsintan maupun infrastruktur lainnya. Semuanya dilakukan dengan pola komunikasi dua arah yang ada di AWR. Dengan AWR, tidak ada lagi sekat antara Menteri Pertanian dengan pelaku pertanian di daerah. Komunikasi pun lebih lancar dan permasalahan yang bisa langsung ditangani.

Pengembangan AWR Kementan di-dukung kementerian dan lembaga terkait seperti Kementerian Agraria dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan Nasional (ATR/ BPN), BPS, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) hingga Badan Informasi Geospasial (BIG). ***

(34)

Bangkitnya Gairah Penyuluh dan Milenial

P

eran Balai Penyuluh Pertanian (BPP) sebagai garda terdepan dalam Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) terus di-perkuat.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengem-bangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Prof. Dedi Nursyamsi mengatakan, untuk men-dukung program Kostratani, salah satu yang diperkuat adalah peningkatan kapasitas penyu-luh pertanian, dan kelembagaan pospenyu-luh des dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian.

Dengan adanya Kostratani, semua

pro-Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kemen-terian Pertanian, Dedi Nursyamsi bersama penyuluh

(35)

gram pertanian dari direktorat teknis dan pemerintah provinsi serta kabupaten akan ada di Kostratani. Karena itu, Kostratani akan menjadi garda terdepan dalam melaksanakan seluruh program-program Kementerian Per-tanian.

Penyuluh harus ditingkatkan kapasi-tasnya dalam menguasai teknologi yang bisa meningkatkan produktivitas. Untuk itu, dibutuhkan sinergi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balitbangtan yaitu Balai Peng-kajian Teknologi Pertanian (BPTP).

Sebagai ujung tombak pembangunan pertanian, keberadaan penyuluh sebagai sumber daya manusia dalam Kostratani sangat penting. Dengan penyuluh yang pintar dan kreatif memanfaatkan peluang pertanian, petani bisa berdaya dan sejahtera. Sebab kontribusi terbesar untuk mengungkit

produktivitas pertanian ada pada sumberdaya manusia, termasuk SDM yang akan mengelola teknologi.

Dongkrak Kompetensi Penyuluh

Kostratani melibatkan peran aktif penyuluh pertanian dibawah koordinasi BPP di kecamatan sebagai locus pembangunan pertanian. Penyuluh pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian melalui BPP.

BPPSDMP mempersiapkan sumberdaya manusia pertanian khususnya penyuluh agar meningkat kapasitas dan kompetensinya, khususnya menjadikan pertanian kian maju, mandiri dan modern. Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan, penyuluh diting-katkan kapasitasnya melalui pelatihan-pelat ih an secara tradisional maupun secara virtual.

(36)
(37)

Dengan pelatihan-pelatihan tersebut, penyuluh ditingkatkan keterampilan dan kemampuan untuk mampu meningkatkan produktivitas dan skala bisnis dari pertanian. “Setelah penyuluhnya digembleng, penyuluh turun ke lapang, dampingi petani dan genjot peningkatan produktivitas. Apalagi inovasi teknologi sekarang berperan secara pesat, penyuluh harus tahu itu,” tegas Dedi.

Bahkan di era pandemi Covid-19 ini, BPPSDMP terus mendorong peningkatan kapasitas penyuluh seperti menginisiasi pelatihan teknis secara virtual melalui program Bertani On Cloud. Dalam program ini, pelatihan bagi penyuluh, petani bahkan pelaku UMKM menjadi sasaran utamanya.

Program ini disiarkan dua kali seminggu (Selasa dan Kamis, pukul 08.00-09.30 WIB) dan bisa diakses secara langsung melalui

zoom meeting atau kanal Youtube. Materi yang disampaikan dalam program tersebut sangat bervariasi dimulai dari hulu ke hilir.

Misalnya cara membuat pupuk kompos untuk petani, cara menggunakan alat-alat pertanian, teknik-teknik pertanian, cara mengolah hasil pangan agar memiliki nilai jual yang lebih, bagaimana bertani di pekarangan rumah, hingga bagaimana mendapatkan modal untuk bertani.

Program Bertani on Cloud ini sebagai bentuk pertanian 4.0 dengan moto berlatih kapan saja, dimana saja, tanpa terbatas jarak, ruang dan waktu. Bertani on Cloud

beda dengan pelatihan online lainnya, karena pada program ini juga diberikan sesi interaktif dengan memberikan materi praktek teknis pertanian secara live. Aplikasi ini menyesuaikan kebutuhan masyarakat

(38)

penyuluh, petugas teknis dan insan pertanian lainnya.

“Mereka (penyuluh) harus menyadari bahwa kegiatan menyuluh kepada petani tidak sekedar kegiatan biasa untuk meningkatkan produksi dan produktivitas semata. Pertanian itu harus bisnis. Harus bisa menghasilkan uang,” kata Dedi.

Karena itu, penyuluh bersama petani harus memulai merancang bisnis pertanian dengan berpikir mencari sumber modal, dan informasinya bisa didapatkan dari jejaring kemitraan dalam Kostratani maupun informasi bank seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). Setelah mendapatkan modal bisnis, penyuluh juga mulai merancang model budidaya yang cocok dengan lokasi tersebut.

Langkah berikutnya adalah bagaimana meningkatkan nilai tambah (value added) dari

produk agar lebih tinggi untungnya. Disaat yang sama, harus memikirkan pemasarannya yang tentu saja berkaitan dengan demand

dan supply yang pada akhirnya menentukan harga.

Dengan memikirkan pemasaran, penyu-luh juga bisa berhitung, berapa banyak komo-ditas yang perlu petani hasilkan agar harga saat panen tetap bagus, tidak over supply yang menyebabkan harga menjadi anjlok. Karena itulah, pentingnya bersama petani menguasai hulu hingga hilir. “Pertanian sekarang jangan tanam petik jual tetapi tanam petik olah kemudian jual,” tegas Dedi.

Vokasi Pertanian

Kementerian Pertanian dituntut untuk bisa menghadirkan SDM pertanian yang ber kualitas. Sebab, SDM berkualitas

(39)

akan men dukung prioritas kebijakan pem -bangunan pertanian berbasis food security

atau ketahanan pangan. Karena itu, selain meningkatkan penyuluh pertanian, BPPSDMP

juga mempersiapkan generasi milenial me-lalui pendidikan vokasi pertanian.

Untuk mendapatkan SDM terbaik, kualitas vokasi pertanian harus ditingkatkan.

(40)

Salah satu upaya yang dilakukan Kementan adalah membangun Smart Green House di Polbangtan Bogor. Smart Green house merupakan hasil kolaborasi antara Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) dengan BPPSDMP, dalam hal ini Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan).

Komitmen dalam mencetak job seeker

maupun job creator yang mandiri, modern, dan profesional, serta dapat bersaing di era industri 4.0. Untuk mencapai kemampuan teknis dan manajerial dibidang pertanian, metode pembelajaran pendidikan vokasi melalui pendekatan teaching factory (TEFA) yakni, menerapkan sistem pembelajaran yang dikembangkan semirip mungkin dengan dunia kerja dan dunia industri (DuDi).

Salah satu kemajuan teknologi per-tanian adalah Smart Green House (SGH) yang

merupakan sistem pertanian modern dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi yang diterapkan itu dapat mengatur dan memantau kelembapan tanah dan suhu udara pada

greenhouse serta dapat dimonitor melalui

smartphone.

Dengan Smart Green House diharapkan hadir SDM pertanian yang bisa membantu menyiapkan kebutuhan pangan 267 juta jiwa penduduk Indonesia. "Kita saat ini berbicara mengenai peningkatan produktivitas untuk menjaga ketahanan pangan. Pengungkit utama dalam peningkatan produktivitas itu adalah SDM. Karena itu, kualitas SDM pertanian terus kita tingkatkan. Salah satunya melalui Smart Green House di Polbangtan Bogor ini," tutur Dedi Nursyamsi.

Kementerian Pertanian juga berupaya untuk meningkatkan ekspor melalui program

(41)

Gratieks, serta menyejahterakan petani. Untuk mewujudkan pembangunan tersebut, diperlukan sumberdaya manusia (SDM) pertanian yang professional, bersaya saing dan berwirausaha yang dapat dilakukan melalui pendidikan vokasi pertanian.

Karena itu program pendidikan vokasi sebagai salah satu langkah untuk mendorong lahirnya SDM yang tidak hanya menguasai teori, tetapi mampu untuk menerapkan ilmunya di lapangan. Dalam pelaksanaannya, pendidikan vokasi menerapkan 70% praktikum dan 30% teori. Serta diterapkan juga sistem link and match antara pendidikan vokasi dengan dunia industri.

BPPSDMP sebagai salah satu unit kerja di bawah Kementan, memiliki 7 Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) yang diharapkan bisa menghadirkan SDM

per-tanian terbaik. Yakni Polbangtan Bogor, Yogyakarta Magelang, Malang, Medan, Gowa, Manokwari dan Politeknik Pembangunan Pertanian Indonesia (PEPI) Serpong.

Tak hanya itu Kementan juga memiliki 3 Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMK-PP) Negeri Sembawa, Banjarbaru dan Kupang yang juga siap bertransformasi menjadi Polbangtan.

Hadirnya Milenial

Pembangunan pertanian harus dimulai dari pengembangan SDM -nya. Karena itu, kehadiran Kostratani juga diharapkan menumbuhkan milenial-milenial di pedesaan. Saat ini, ada sekitar 33 juta orang yang bergerak di sektor pertanian. Dari jumlah itu, 70 persen di antaranya berusia di atas 40 tahun. Hanya 30 persen saja petani yang

(42)

usianya di bawah 40 tahun.

“Mereka itulah petani milenial. Sebagian besar petani kita kolotnial. Dalam waktu 10 tahun yang akan datang, mereka akan tidak produktif lagi. Maka, siap tidak siap, kita harus kita genjot pertumbuhan petani milenial. Petani muda harus berkiprah di sektor pertanian,” tutur Dedi.

Dedi menyebut, saat ini petani milenial adalah SDM yang mampu menggerakkan roda pembangunan pertanian Indonesia.

Selain cerdas, petani milenial juga inovatif. Mereka selalu menemukan cara bagaimana menjual produk pertanian yang bagus dengan produktivitas, kualitas dan kontinuitas yang terus meningkat.

“Mereka juga cukup adaptif dengan teknologi baru. Saat ini, pertanian kita sudah masuk dalam inovasi teknologi 4.0. Bahkan sudah banyak yang terbukti membuat start up yang mendekatkan produsen dengan konsumen,” katanya. **

(43)
(44)

Maju, Modern dan Mandiri dengan Inovasi Teknologi

M

aju, modern dan mandiri menjadi motto Kemen terian Pertanian dalam meng gerak-kan pembangunan pertanian melalui Kostratani. Untuk men dukung gerak dan langkah Kostratani di lapangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balit bangtan) terus berinovasi menghasilkan teknologi terbaru.

“Balitbangtan memiliki misi untuk meng hasilkan dan mengembangkan teknologi per -tanian modern yang memiliki scientific recog-nition dengan produktivitas dan efisiensi tinggi,” kata Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (tengah) bersama Kepala Balitbang Pertanian, Fadjry Djufri

(45)

Bahkan pada 5 November lalu, Balit-bangtan mendapat penghargaan sebagai lembaga yang bisa mampu mendaftarkan 25 paten selama pandemi Covid-19. Hasil penelitian tersebut berupa varietas unggul baru (VUB) yang telah dilepas hingga Oktober 2020. Diantaranya 7 VUB tanaman pangan, 3 VUB perkebunan, 4 VUB hortikultura, dan sejumlah teknologi inovatif lainnya.

Dari paten tersebut, Balitbangtan dapat memanfaatkan royalti yang merupakan kompensasi dari kerjasama lisensi invensi Balitbangtan senilai Rp 2,79 miliar. Dari nilai itu, 40 persen merupakan imbalan royalti yang akan diserahkan kepada 16 peneliti. “Ini membuktikan peneliti Balitbangtan tetap semangat melakukan riset di tengah pandemi Covid-19,” kata Fadjry.

Balitbangtan juga telah merancang

riset inovatif kolaboratif yang merangkul seluruh unit kerja dan unit pelaksana teknis, perguruan tinggi serta lembaga terkait agar hasil-hasil riset dapat dimanfaatkan secara maksimal. Untuk mengoptimalkan kebun percobaan di seluruh indonesia, Balitbangtan juga menyiapakan benih unggul komoditas tanaman pangan, perkebunan, hortikultura dan peternakan.

Alsintan Modern

Sedangkan dukungan modernisasi pertanian, Balitbangtan juga terus meng-hasilkan alat mesin pertanian (alsintan) secara massif pada setiap lini produksi (penanaman, panen dan pascapanen). Mekanisasi menjadi penting dalam memacu produktivitas dan kualitas pertanian.

(46)

pertanian tradisional ke modern menggunakan alsintan ini mampu meningkatkan pen-dapatan petani dan meringankan pekerjaan sektor pertanian. Bahkan dengan kesiapan bertahap, pertanian pun siap masuk cara bertani dengan teknologi 4.0. “Tentu saja bisa menarik gene rasi milenial terjun ke

pertanian,” tambahnya.

Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) telah menghasilkan berbagai prototipe alsintan hasil rekayasa anak bangsa. Tak hanya menciptakan prototipe yang akan dikembangkan industri alsintan dalam negeri, BBP Mektan juga telah menjadi lembaga uji alsintan yang terakreditasi, sehingga seluruh alsintan yang terproduksi dan beredar di dalam negeri memiliki jaminan

mutu yang baik.

Selain teknologi me ka ni -sasi, salah satu per alatan yang

diberikan ke BPP adalah drone. Untuk mem bantu penyuluh di lapangan, selain drone pene bar

benih, Balitbang tan juga telah bersiap mem produksi drone deteksi kesehatan tanaman.

(47)

Drone ini bukan mendeteksi penyakit, tetapi mendeteksi gejala awal dari penyakit, yaitu stomata yang tidak menyerap ultaviolet saat fotosintesis dan kembali dipantulkan ke udara. Citra inilah yang ditangkap drone.

Teknologi Drone ini ditargetkan dapat mendeteksi 100 hektare lahan dalam sekali operasional. Adapun manfaat dari teknologi drone pendeteksi tanaman agar hasil produksi bisa dioptimalkan dan mencegah penurunan produktivitas.

Teknologi lainnya yang disiapkan dan bisa dipergunakan dalam Kostratani adalah

Smart Soil Sensing Kit untuk deteksi hara dan keperluan pupuk  yang cepat dan murah. Selama ini untuk memperoleh informasi terkait sifat-sifat tanah diperlukan waktu pengiriman contoh tanah dan analisis kimia di laboratorium.

Seiring dengan perkembangan tekno-logi 4.0, Smart Soil Sensing Kit adalah jawabannya. Perangkat Smart Soil Sensing Kit (S3K) ini merupakan terobosan teknologi advance dalam analisis tanah menggunakan Sensor Near Infrared (NIR) dengan panjang gelombang 1.300-2600 nm yang digunakan untuk mengukur sifat kimia dan fisika tanah terdiri dari pH, tekstur, C, N, P, K, Ca, Na, Mg, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) di dalam tanah secara langsung.

Sementara itu Balai Pengkajian Tekno-logi Pertanian (BPTP)  sebagai UPT Balit-bangtan ikut membantu memperkuat penyuluh di lapangan. Hasil penelitian BPTP yang sifatnya aplikatif bisa dikoneksikan dengan Kostratani untuk kemudian didiseminasikan atau diimplementasikan ke petani. **

(48)

PROPAKTANI untuk Kesejahteraan Petani

K

esejahteraan petani masih menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah. Untuk menjawab PR tersebut, Kementerian Pertanian mendorong terbentuknya klaster pertanian di daerah dengan  ProPaktani yakni Program Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Berbasis Korporasi. ProPaktani menjadi bagian dalam Kostratani yang diharapkan sebagai solusi permanen untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi mengatakan, dalam ProPaktani aspek tata kelola kelembagaan lebih tertata dengan adanya manajer yang

(49)

memimpin kawasan dan dibantu kepala unit yang mengurusi benih, Unit Pengelola Jasa Alsintan (UPJA), permodalan, dan industri pengolahan hasil dan pemasaran.

Kelembagaan petani dari kelompok tani atau gabungan kelompok tani pun akan naik kelas menjadi Badan Usaha Milik Petani (BUMP), Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR), koperasi atau bahkan Perusahaan Korporasi. Dengan ProPaktani

diharapkan per ma-salahan klasik di tingkat petani bisa diselesaikan.

Prinsip Korporasi

Dengan membentuk klaster kemudian menjadi kawasan, petani bisa memiliki posisi tawar yang kuat. Ada beberapa prinsip yang perlu diketahui dalam korporasi petani. Menurut Suwandi, prinsip korporasi yang pertama adalah pendekatan pengelolaan kor-porasi dengan skala lahan hamparan luas.

(50)

hektar (ha), namun bisa dikelompokkan menurut sub kawasan atau klaster 500 ha lebih di 10 titik, sehingga totalnya menjadi 5.000 ha dalam satuu kawasan. Kemudian klaster-klaster tersebut terintegrasi dari hulu sampai hilir.

“Pola korporasi sudah diujicoba sejak tahun lalu di beberapa lokasi seperti di Tuban, Lampung, Kalsel, Sulut dan Yogyakarta, Jateng dan lainnya. Terbukti kinerjanya bagus. Karena itu mulai tahun ini akan direplikasi di 130 Kabupaten,” ujarnya.

Untuk Program Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Korporasi Padi, peme rintah berencana akan ada sebanyak 116 kawasan (dengan luasan 8.500 ha/ kawasan), 2.000 klaster (terdiri dari 500 ha/ klaster). Target akhir seluas 1 juta hektar. 

Kawasan Korporasi Jagung dilakukan pada

80 kawasan (terdiri dari 5.000 ha/kawasan), 1.100 klaster (terdiri dari 350 ha/klaster). Target  luasan mencapai 400.000 ha. Khusus Kawasan Korporasi Kedelai berada pada 44 kawasan (terdiri dari 2.000 ha/kawasan) seluas 800 klaster (150 ha/klaster) dengan target luasan 100.000 ha.

Tak hanya menargetkan luasan korporasi tanaman pangan,  ProPaktani dilaksanakan guna mencapai target peningkatan produksi pangan. Adapun, target luas tanam padi pada 2020 yakni 11.666.571 ha dengan luas panen 11.276.407 ha, produktivitas (provitas) 52,45 kuintal/ha, produksi 59.146.193 ton. Target tersebut tentunya meningkat 12,12 persen dibandingkan tahun 2019.

Sedangkan target luasan tanam jagung pada 2020 yakni 4.487.696 ha, luas panen  4.332.422 ha, provitas 55,78 kuintal/

(51)

budidaya mulai tanam hingga panen dan hilir pasca panen hingga pemasaran.

Untuk tanaman padi, sejak 2019 telah dijalankan Propaktani dengan membentuk Komando Strategis Penggiling (Kostraling) dan Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T). Pemerintah tidak hanya memberikan bantuan prasarana dan sarana produksi, tapi juga fasilitas permodalan dana KUR.

Pertanian Terpadu

Selain membangun kawasan pertanian, Ditjen Tanaman Pangan juga mendorong pengembangan pertanian terpadu. Dengan model tersebut, bukan hanya menghasilkan produk yang berkualitas, tapi juga menambah pendapatan petani. Di Sukoharjo, Jawa Tengah, terdapat pertanian terpadu di lahan 2 ha yang mengembangkan budidaya padi ha dengan produksi 24.167.241 ton atau

meningkat 7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Khusus untuk kedelai target luas tanamnya pada 2020 yaitu 275.131 ha, luas panen 265.611 ha, provitas 14,45 kuintal/ ha, produksinya sebanyak 383.731 ton atau meningkat 7 persen dari tahun 2019.

Prinsip kedua dalam korporasi petani adalah integrated farming dengan komoditas penunjang dan komoditas utama. Contohnya korporasi jagung di Lombok Timur mampu melibatkan 81 kelompok tani. Semua anggota dipayungi off taker supaya bisa mengajukan KUR dan bermitra dengan perusahaan benih, pupuk dan Jasindo.

Prinsip lainnya, Propaktani terintegrasi hulu, hilir, industri turunan hingga pemasaran. Dalam integrasi tersebut ada aspek infrastruktur, alat mesin pertanian (alsintan),

(52)

dengan ikan dan ternak.  Di lokasi tersebut, bisa diterapkan indeks pertanaman (IP) 400 atau empat kali tanam padi.

Teknik yang petani terapkan adalah menggunakan benih berumur pendek 72-90 hari karena semai di luar lahan, pola tanam dan  waktu tanam sesuai kalender tanam, pupuk kimia hanya urea dan jumlahnya pun 25 kg/ha/musim tanam. Sedangkan unsur hara berasal dari kompos, limbah tanaman dan limbah ternak.

Pertanian terpadu di Sukoharjo juga hemat air. Air dari sumur/embung/pompa karena lahannya memang berada di lahan kering atau tadah hujan. Bahkan intergrated farming yang dilakukan petani di Sukoharjo ini  menuju zero waste. Model ini mulai direplikasi di beberapa daerah lainnya.

Contoh lainnya pertanian terpadu adalah

budidaya mina padi di Sleman, DI Yogyakarta dengan model agriculturemix. Di lokasi tersebut dibudidayakan padi, udang, cabai dan timun, bahkan menjadi lokasi eduwisata. “Meski model minapadi sudah ada sejak lama, tapi pertanian terpadu tersebut kini kembali diminati petani. Hampir di semua lokasi pertanian terpadu menjadi agrowisata,” tutur Suwandi.

Pengembangan pertanian terpadu juga berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan petani.  Sebab, nilai eko-nominya menjadi tinggi, karena akan efisien dalam penggunaan lahan. Dengan berbagai tanaman yang ditanam petani, akan saling menyelamatkan jika salah satu tanaman ada yang gagal panen. Artinya, tujuan mening-katkan pendapatan petani bisa tercapai.**

(53)

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (tengah) bersama Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah ketika kunjungan kerja di Nusa Tenggara Barat (NTB)

(54)

Ungkit Populasi Ternak dengan SiKOMANDAN

P

eningkatan produksi daging sapi masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Karena itu Kementerian Pertanian masih menjadikan komo ditas daging sebagai salah satu target swa sembada. Berbagai nama program pun digulirkan.

Pada era Kabinet Kerja, Kementerian Pertanian mempunyai meluncurkan Upaya Khusus SIWAB (Sapi Indukan Wajib Bunting). Sedangkan di kabinet Indonesia Maju ini menjadi SIKOMANDAN (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri).

Menengok ke belakang, program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) pemerintah canangkan pada Oktober 2016. Dari hasil evaluasi, pemerintah program tersebut mampu meningkatkan populasi sekaligus sejahterakan peternak.

Terlihat dari rata-rata pertumbuhan populasi sapi-kerbau dari sesudah program Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB) dan Upsus Siwab (2014-2017) mengalami kenaikan sebesar 3,86 persen per tahun. Dibanding pertumbuhan populasi sebelum program GBIB dan Upsus Siwab (2012 – 2014)

(55)

dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,03 persen pertahun.

Evaluasi pemerintah selama 2016-2018, capaian kinerja program Upsus Siwab dapat terlihat dari pelayanan Inseminasi Buatan/IB dari Januari 2017 hingga 31 Desember 2018 telah terealisasi 7.964.131 ekor. Kelahiran pedet mencapai 2.743.902 ekor atau setara Rp 21,95 triliun dengan asumsi harga satu pedet lepas sapih sebesar Rp 8 juta per ekor. Besarnya nilai tersebut mengingat investasi program Upsus Siwab pada 2017 sebesar Rp 1,41 triliun, sehingga ada kenaikan nilai tambah di peternak sebesar Rp 20,54 triliun.

Selain percepatan peningkatan populasi sapi dan mengubah pola pikir peternak, pemerintah berharap dampak Upsus Siwab juga mampu menurunkan pemotongan betina

produktif. Pemotongan sapi dan kerbau betina produktif secara nasional pada periode Januari  sampai November 2018 juga menurun sebanyak 8.514 ekor. Jumlah pemotongan tersebut menurun 57,12 persen dibandingkan pemotongan sapi dan kerbau betina produktif pada periode yang sama pada 2017.

Tahun 2020, Kementerian Pertanian tetap berkomitmen untuk bisa memenuhi kebutuhan daging sapi dari dalam negeri. Untuk peningkatan populasi dan produktivitas dibuat program baru, yakni Program Sikomandan (Sapi-Kerbau Komoditas Andalan Negeri).  Pemerintah membenahi tata niaga ternak dan daging sapi melalui penguatan kelembagaan sapi lokal, serta pemasaran melalui koperasi peternak, pemanfaatan kapal ternak serta pembangunan holding ground agar distribusinya lancar.

(56)

Data Ditjen PKH, kebutuhan daging sapi pada tahun 2019 diperkirakan sekitar 686.271 ton dengan asumsi konsumsi sebesar 2,56 kg/kapita/tahun. Adapun ketersediaan daging sapi berdasarkan produksi dalam negeri sebesar 404.590 ton yang dihasilkan dari 2.02 juta ekor sapi yang dipotong.

Berdasarkan data tersebut, masih di-perlukan tambahan sebanyak 281.681 ton yang dipenuhi melalui impor, yakni impor sapi bakalan setara 99.980 ton, impor daging sapi 92.000 ton, dan daging kerbau 100.000 ton. Dari impor tersebut ada buffer stock sebanyak 10.299 ton.

(57)

1.000 Desa Sapi

Untuk menggenjot populasi sapi, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan juga telah menyiapkan program terobosan untuk meningkatkan perekonomian dan membantu pemulihan ekonomi nasional sekaligus

melindungi peternak.  Program terobosan tersebut adalah Super Prioritas Program 1.000 Desa Sapi, Proyek Korporasi Petani, Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri (Sikomandan) dan Pengembangan Ekspor.

(58)

desa dalam satu kecamatan menjadi satu korporasi. Konsepnya 1 desa sebanyak 200 ekor (100 ekor penggemukkan, 100 breeding). Diharapkan nantinya tidap desa bisa produktif dengan peng gemukannya. Selanjutnya bagi pelaku usaha penggemukkan sapi

(Gapuspindo) bisa bekerja sama dengan desa untuk menyuplai sapi.

Ke depan setelah 2 tahun, pemerintah berharap peternak tidak ada lagi menjual sapi hidup, tapi sudah dalam bentuk daging. Bahkan peternak yang tergabung dalam

(59)

korporaso sudah mempunyai RPH mini. Perbankan juga diharapkan wajib hadir untuk membantu pemrodalan. Kegiatan ini akan dikawal selama dua tahun.

Adapun arah kebijakan, program dan target pembangunan peternakan 2021 yakni ketersediaan akses dan konsumsi pangan yang berkualitas; nilai tambah dan daya saing industri; dukungan manajemen. Target total produksi 7 komoditas utama peternakan pada 2021 sebesar 5,15 juta ton dan target ekspor 325.717 ton.

Nasrullah menyampaikan turut bangga atas capaian para peternak Indonesia dalam meningkatkan populasi sapi. Jika semangat ini terus dijaga peternak Indonesia bisa meme nuhi kebutuhan dalam negeri bahkan dunia, sesuai visi lumbung pangan dunia 2045. 

Melindungi Peternak Unggas

Pekerjaan rumah lainnya yang terus diselesaikan pemerintah adalah men jaga stabilisasi harga ayam hidup dan menye-lamatkan peternak rakyat. Untuk maksud tersebut, Kementerian Pertanian melalui Ditjen PKHkemudian menerbitkan Surat Edaran untuk menjaga stabilitas supply dan harga

livebird (ayam hidup/LB) di tingkat peternak. Pertama, SE No. 09246T/SE/PK/230./ F/08/2020 mengenai Pengurangan DOC FS Ayam Ras melalui Cutting HE, Penyesuaian Setting HE dan Afkir Dini PS Tahun 2020 Kedua, SE No. 9663/SE/PK.230/F/09/2020 tentang Pengurangan DOC FS bulan September 2020. Selain dua SE tersebut, Dirjen PKH juga mengirimkan surat kepada pelaku usaha No: 18029/PK.230/F/09/2020 tanggal 8 September 2020 tentang Pengurangan DOC Final Stock

(60)
(61)

(FS) Ayam Ras Pedaging Nasional.

Dirjen PKH, Nasrullah mengajak peternak bersatu, bermitra dan berkorporasi. Kementerian Pertanian juga telah menge-luarkan Peraturan Pemerintah (PP) mengenai kemitraan dan pedoman pelaksanaan yang saling mengutungkan. Keuntungan lain kemitraan adalah semua pelaku usaha bisa saling menghitung. Dengan demikian, nanti jika kondisi kembali normal, tidak ada lagi surplus dalam jumlah sangat besar yang membuat harga ayam terjun bebas.

Untuk itu, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan berencana membenahi data perdaerah yang selama ini tidak tercatat dengan baik, karena banyak peternak yang tidak terdata. Pekerjaan rumah (PR) lain akan pemerintah selesaikan adalah distribusi. Selama ini kadang terjadi surplus secara nasional, tapi per wilayah terjadi minus. Jika pola distribusi bisa diperbaiki, maka wilayah suplus bisa dialihkan ke wilayah minus. Salah satu solusinya adalah mengoptimalkan BUMN untuk menyerap ayam milik peternak. **

(62)

GEDOR HORTI

Hasilkan Produk Berorientasi Ekspor

K

omoditas hortikultura menjadi salah satu penyokong devisa negara. Pemerintah pun terus mendorong produksinya, baik komoditas buah dan sayuran. Bukan hanya produksi yang digenjot, soal mutu juga menjadi perhatian utama untuk bisa bersaing di pasar global.

Untuk mewujudkan visi pertanian yang maju, mandiri dan modern sesuai arahan Menteri Pertanian, Ditjen Hortikultura pun meluncurkan GEDOR Horti (Gerakan Dorong Produksi, Daya Saing dan Ramah Lingkungan Hortikultura). Dengan gerakan ini diharapkan

dapat menjaga kualitas dan standar mutu produk hortikultura yang berorientasi ekspor, sehingga mampu bersaing di pasar internasional. “Kualitas merupakan hal yang paling penting bagi konsumen,” kata Dirjen Hortikultura, Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto.

Ada beberapa target yang ingin dicapai dalam program GEDOR HORTI. Pertama, men-dorong peningkatan produksi 7% per tahun.

Kedua, mendorong pemanfaatan KUR senilai Rp 6,39 triliun. Ketiga, mendorong gerakan tiga kali ekspor (Gratieks).

(63)

Komoditas hortikultura yang digenjot produksinya yakni cabai besar, cabai rawit, dan bawang merah. Ditjen Hortikultura telah menetapkan target luas tanam 152.932 ha di 32 propinsi yang tersebar di 234 kabupaten dan cabai rawit seluas 187.995 ha di 30 propinsi yang tersebar di 227 kabupaten.

Bagaimana caranya? Ditjen Hortikultura mengembangkan kawasan rintisan dan yang sudah berkembang (korporasi). Desain pengembangan kawasan hortikultura ini tetap memperhatikan kesesuaian agroklimat dan sumberdaya lainnya. Sedangkan area pengembangannya fokus di satu kecamatan

Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto menunjukkan

(64)

melalui pengawalan intensif Kostratani. Perubahan mindset ini yang diharapkan dapat mendorong gerakan peningkatan produksi.

Pemerintah juga memfasilitasi KUR dengan bunga rendah, diupayakan bagi kelompok tani yang sudah mandiri. KUR tersebut untuk membiayai target pengem-bangan 13 komoditas hortikultura, kegiatan pemasaran hasil, serta alat mesin pengolahan dan pasca panen.

Bantuan lainnya adalah menyediakan benih unggul bersertifikat. Aspek perbenihan memang menjadi amat krusial untuk bisa meningkatkan produksi dan kualitas. Komo-ditas yang unggul tentunya dihasilkan dari benih berkualitas terbaik. Untuk itu lewat GEDOR Hortikultura, Ditjen Hortikultura menyediakan benih unggul bermutu melalui pem berdayaan Balai Benih Hortikultura (BBH).

Sementara itu, upaya proteksi komo-ditas hortikultura diimplementasikan melalui gerak an pengendalian OPT ramah ling-kungan. Ada pula penyiapan pest list untuk persyaratan ekspor, penanganan dampak perubahan iklim atau bencana alam, sampai penguatan kelembagaan perlindungan. Dukungan peng airan dan alsintan, serta penguatan SDM petani dan petugas lapang juga pemerintah berikan.

Memacu ekspor

Target tiga kali ekspor telah pemerintah canangkan melalui program Gratieks. Pertanyaan nya bagaimana menghasilkan produk hortikultura yang siap bersaing di pasar global? Prihasto mengatakan, langkah operasionalnya adalah mengembangkan kawas an hortikultura dan mendorong petani

(65)

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo didampingi Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto (kiri) dan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi saat melepas ekspor benih hortikultura.

menerapkan GAP (Good Agriculture Practices), GHP (Good handling Practices), pengem-bangan produk organik, serta regis trasi kebun/lahan usaha serta packing house.

Untuk itu, pemerintah melakukan pembinaan cara budidaya dan penanganan

usaha. Bantuan sarana/prasarana pasca panen berupa bangunan/bangsal pasca panen dan atau alat mesin pasca panen juga diberikan. “Penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan juga menjadi perhatian pemerintah,” ujarnya.

Penerapan GAP dan GHP bukan hanya mendongkrak produksi, tapi juga dan mempertahankan mutu produk buah, florikultura dan sayuran agar dapat berdaya saing di pasar lokal dan ekspor. Dengan GAP dan GHP akhirnya akan menuntut produsen untuk menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi, selaras dengan sustainability. Target nya tahun 2020 teregistrasi 1.100 kebun/lahan usaha, 60 unit sertifikasi GAP dan 40 unit sertifikasi GHP.

Pada tahun 2020 target komoditas horti-kultura yang akan diekspor meliputi 32.128 ton

(66)

manggis, 2.433 ton mangga, 26.968 ton pisang, 400 ton durian, 257.149 ton nenas, 1.750 ton salak, 59 ton krisan, 60 ton Dracaena, 8.015 ton kunyit, 5.628 ton jahe, 6.826 kapulaga, 12 ton wortel, 45.086 ton kubis, dan 5.503 ton kentang.

Pada prinsipnya, GEDOR Horti bisa dikatakan sebagai tools untuk mencapai program tersebut. GEDOR Horti memiliki program dan strategi yang out put-nya adalah peningkatan komoditas ekspor hortikultura mulai dari hulu sampai hilir

(67)

Aplikasi I-Mofc

Untuk mendukung Gratieks, Ditjen Horti kultura juga meluncurkan aplikasi sentra buah berbasis android ini diberi nama Indonesia Map of Fruits Center (I-Mofc). Aplikasi ini diharapkan menjadi jalan keluar bagi petani yang kerap kesulitan memasarkan hasil pertanian. I-Mofc menjembatani petani dengan eksportir.

Harapannya, I-Mofc lebih memudahkan petani menjadi lebih lancar dan pasti dalam memasarkan produk hasil panennya. Dengan I-Mofc, eksportir hortikultura bisa menjadi lebih yakin untuk mengambil kontrak dengan buyer. Mereka bisa mendapatkan kepastian pasokan produk dengan adanya informasi wilayah yang sedang panen.

Mengusung slogan “Sahabat Petani Meraih Pasar”, aplikasi ini diharapkan mampu membantu petani meraih pasar secara maksimal. Demikian halnya, eksportir dan importir mendapatkan buah yang terbaik dari petani lokal. 

Dalam I-Mofc terdapat banyak fitur yang sangat mudah digunakan petani dan pelaku usaha milenial. Ada lima menu utama seperti menu registrasi, menu kawasan sentra utama, menu lokasi panen, menu potensi pasar dan menu data ekspor. Setidaknya terdapat 14 komoditas buah-buahan yang bisa ditelusuri. Untuk mendapatkan aplikasinya bisa langsung mengunjungi link tinyurl.com/imofc kemudian download file imofc_2_1.3.  **

(68)

GRASIDA: Produksi Meningkat,

Bernilai Tambah dan Berdaya Saing

B

angsa Indonesia patut bersyukur mem punyai ragam komoditas per kebunan. Bahkan beberapa komo ditas menjadi pengisi devisa negara dan telah melanglang buana di pasar ekspor. Sebut saja, minyak sawit, kakao, kopi, teh dan lada. Bahkan produk rempah asal Indonesia sejak dulu menjadi incaran bangsa asing.

Jadi wajar, ketika Kementerian Pertanian mencanangkan Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks), komoditas perkebunan menjadi

harapan. Data BPS tahun 2018 menyebutkan, komoditas perkebunan berkontribusi terhadap PDB nasional sebesar Rp 489,25 triliun. Nilai ekspor komoditas perkebunan tercatat sebesar  27,9 miliar dollar AS atau Rp 402,6 triliun.

Sub sektor perkebunan juga ber kontri-busi sebesar 97,4 persen dari sisi volume ter hadap total volume ekspor komoditas pertanian tahun 2018. Sedangkan kontribusi terhadap total nilai ekspor komoditas pertanian tahun 2018 sebesar 96,9 persen.

(69)
(70)

Tujuh Komoditas

Dengan jumlah komoditas perkebunan yang begitu banyak, dalam lima tahun ke depan Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan hanya menetapkan tujuh komoditas perkebunan utama yang berpotensi ekspor. Yakni, kopi, kakao, kelapa, jambu mete, lada, pala dan vanili.

Ketujuh komoditas tersebut, diharapkan dalam kurun lima tahun ke depan (2020-2024) meningkat ekspornya hingga tiga kali lipat dari sekarang. Untuk mempertahkan sebagai andalan penyokong devisa negara, Ditjen Perkebunan pun memperkenalkan gerakan peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing perkebunan (Grasida).

“Meski tujuh komoditas perkebunan menjadi skala prioritas, sejumlah komoditas perkebunan lainnya tetap akan dikembangkan

kurun lima tahun ke depan,” kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono.

Ditjen Perkebunan saat ini sudah mulai mengidentifikasi daerah yang memiliki potensi ekspor perkebunan. Daerah-daerah tersebut nantinya akan diklasifikasi agar bisa menyerap alokasi KUR dengan baik. Ada klasifikasi utama yang semuanya siap ekapor (umumnya pelaku usaha atau swasta). Ada juga kategori andalan seperti pekebun yang sudah dikorporasikan. Nantinya diharapkan petani atau pekebun yang sudah dikorporasi ada link dengan swasta atau BUMN sebagai off taker.

Untuk pengembangan perkebunan, Kasdi mengatakan, pemerintah menggunakan pendekatan kawasan atau klaster. Melalui pendekatan kawasan tersebut, pekebun akan lebih efisien, sehingga mereka bisa berdaya

(71)

saing. “Kita juga akan bangun logistik benih di setiap kawasan perkebunan. Kebun benih dan nursery itu akan kita kembangkan di kawasan. Prinsipnya, sumber benih tersebut kita dekatkan di kawasan perkebunan supaya pekebun lebih efisien,” paparnya.

Dengan pendekatan kawasan dan klaster, Ditjen Perkebunan mendorong pekebun bisa meningkatkan produksi sebesar 3 kali lipat dari sekarang. Misalnya, untuk kopi yang saat ini produktivitasnya hanya 0,7 ton/ha nantinya bisa ditingkatkan sampai 2 ton/ha.

Untuk itu, pemerintah menyiapkan benih unggulnya yang akan dikembangkan menjadi logistik benih di setiap kawasan perkebunan. Benih unggul yang dikembangkan tersebut nantinya bisa dimanfaatkan pekebun untuk

replanting (peremajaan) tanaman yang sudah tua. Catatan Ditjen Perkebunan ada sekitar

(72)
(73)

350 ribu-400 ribu ha tanaman kopi yang perlu diremajakan. Begitu juga kakao sekitar 400 ribu ha dan kelapa sawit ada 2,4 juta ha.

Dalam program peremajaan, nantinya disertai program tanaman semusim. Misal-nya, dengan membudidayakan tanaman sela seperti jagung, kedelai, tomat, padi gogo, umbi-umbian. Tanaman tersebut dalam tiga bulan bisa dipanen. Bahkan, jika menanam kacang hijau dalam jangka waktu 51 hari sudah panen. Dengan pola tanam seperti itu, petani/pekebun sudah bisa mendapatkan hasil sebelum tanaman utama yang diremajakan menghasilkan.

Guna mendongkrak produktivitas perkebunan, Ditjenbun Kementan juga menerapkan budidaya perkebunan sesuai good agriculture practice (GAP). Karena itu, pekebun yang menerapkan budidaya yang

baik, harus dibantu pemerintah. Jadi, tak hanya dengan varietas baru (unggul, red) yang di tanam. Petani juga mendapat bantuan pupuk dan ketersediaan air untuk mendorong produktivitas.

Selain mengembangkan on farm (hulu), Ditjen Perkebunan juga mendorong petani untuk melakukan hibridasi ke sejumlah sub sektor perkebunan.  Hibridasi yang dilakukan diantaranya mengembangkan produk derivatif (turunan) dari sejumlah komoditas perkebunan. Misalnya,  dari sawit bisa memanfaatkan tandan kosongnya untuk diekspor.

Untuk mengembangkan ketujuh komo-ditas perkebunan tersebut, Ditjen Perkebunan mendorong penyerapan KUR (Kredit Usaha Rakyat) kepada kelompok tani yang plafonnya sekitar Rp 20,37 triliun dari total alokasi untuk pertanian sebanyak Rp 50 triliun. “Melalui

(74)

KUR inilah kami harapkan para pekebun dan segenap stakehokder perkebunan bisa me-manfaatkannya untuk meningkatkan produksi dan memperluas usahanya,” kata Kasdi.

Kasdi mengakui, kebijakaan Gratieks ini pada hakikatnya dalam rangka mem-perebutkan dan memenangkan pasar ekspor dunia, baik kaitannya dengan daya saing maupun akses pasar. Karena itu selain menge-jar kuantitas  ekspor 3 kali lipat juga,  Ditjen Perkebunan juga mendorong pening katan 

mutu produk, konsistensi dan kontinuitasnya.

Enam Strategi

Untuk memperkuat ekspor, khusus nya di masa pandemi Covid-19, Kasdi mengung-kapkan, pihaknya telah menyiapkan enam strategi utama untuk memperkuat ekspor perkebunan. Pertama, lobi perdagangan

dengan negara mitra baru, termasuk untuk meng upayakan direct ekspor terhadap komo-ditas yang selama ini di re-ekspor melalui Tiongkok. 

Kedua, berusaha melobi kembali kesepakatan tarif bea masuk di negara tujuan dan memberikan kemudahan perdagangan bilateral. Misalnya, untuk sugar, vanaspati ghee dan komoditas lainnya. Ketiga, meningkatkan jaminan atas kualitas, brand image, dan ketersediaan produk secara kontinu.

Strategi keempat, Ditjen Perkebunan berupaya meningkatkan kerja sama per-dagangan untuk peningkatan akses pasar. Misalnya, optimalisasi pemanfaatan per-wakilan Indonesia di luar negeri. Sedangkan untuk kerja sama yang sudah berjalan dipercepat, dan  tentunya dengan melakukan pengembangan kesepakatan baru.

(75)

Kelima, pemerintah akan berupaya meningkatkan konsumsi domestik, seperti program B-30 untuk CPO, aspal Karet untuk karet, kopi, gula semut dan komoditas lainnya. Strategi keenam, adalah optimalisasi pelayanan jaringan informasi  dan komunikasi

secara terorganisasi antara Bussiness to bussiness (B to B) dan goverment to goverment (G to G). Dengan strategi tersebut, produk perkebunan tetap bisa melenggang di pasar internasional dan menjadi pendulang devisa negara. ***

(76)

GRATIEKS:

Karpet Merah untuk Eksportir Pertanian

“E

kspor pertanian semakin mudah dengan adanya kebijakan Badan Karantina Pertanian. Regulasi sangat mudah dari pemerintah. Selama ini, kita tidak menyalahi peraturan. ”Ungkapan datang dari Ricky Subagja, seorang eksportir tanaman hias yang kini mampu menembus pasar ekspor Jerman, Kanada, Belgia, dan Amerika Serikat.

Bukan hanya Ricky, banyak eksportir lain yang kini merasakan kemudahan mengirim produknya ke luar negeri. Kalangan eksportir

mengakui kebijakan Barantan Kementerian Pertanian sangat mendukung kegiatan ekspor kala pandemi.

Kemudahan regulasi kepada pelaku usaha memang menjadi cara pemerintah mamacu ekspor komoditas pertanian dengan Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). “Eksportir harusnya diberikan karpet merah melalui regulasi yang disederhanakan. Kita harus permudah ekspor, tapi tidak melanggar ketentuan perdagangan dunia,” kata Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil.

(77)

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo didamping Kepala Badan Karantina, Ali Jamil saat melaunching Gratieks

peran Pemerintah Daerah ikut menjadi bagian dalam gerakan tersebut. Apalagi ekspor komoditas pertanian menjadi salah satu sektor yang tumbuh positif saat dunia mengalami krisis, termasuk ketika pademi Covid-19. Keberpihakan Pemda melalui

gubernur sangat penting dalam regulasi untuk mempermudah ekspor.

Guna membantu pemerintah daerah mengetahui potensi komoditas ekspor, peme rintah pusat telah meluncurkan aplikasi iMace (Indonesia Map of Agriculture

(78)

Kepala Badan Karantina, Ali Jamil saat melepas ekspor mangga

Kepala Badan Karantina, Ali Jamil saat melepas ekspor mangga

Commodities Export). Dengan aplikasi ini, Pemda bisa membuat kebijakan mengenai ekspor, pembinaan petani dan eksportir juga mengetahui potensi komoditas yang ada di

daerah.

Pemerintah pusat juga telah menegaskan kepada gubernur bahwa tidak ada kabupaten/ kota yang tidak ada komoditas ekspornya.

(79)

Produk pertanian dari Jawa Tengah yang diekspor.

Apalagi Indonesia mempunyai lebih dari 600 komoditas pertanian yang bisa dieskpor. “Untuk mendorong devisa dari desa, kami telah membuat program Desa Gratieks. Targetkan ada 1.000 desa Gratieks dengan 10 komoditas unggulan di seluruh Indonesia,” tutur Ali Jamil.

Lima kebijakan strategis

Sesuai Permentan Nomor 42 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Peningkatan Investasi Dan Ekspor Produk Pertanian, Badan Karantina Pertanian ditunjuk sebagai Koordinator Tim Peningkatan Ekspor. Setidaknya ada lima kebijakan strategis yang pemerintah berikan.

Pertama, meningkatkan volume ekpor dengan bekerjasama dengan pemerintah daerah dan stake holder untuk melakukan terobosan dan inovasi kebijakan ekspor (3K).

Kedua, menambah negara mitra dagang melalui  kerjasama dan harmonisasi aturan protokol karantina baik bilateral maupun multilateral. Ketiga, mendorong pertumbuhan eksportir baru dengan cara Kementan

Referensi

Dokumen terkait

Keempat, hubungan PKL pentol bakar dengan aparat pemerintahan (Satpol PP). Keberadaan Satpol PP sangat erat hubungannya dengan para pelaku PKL di manapun berada

Pada gambar 9 hingga gambar 14 dapat dilihat perbandingan hasil keluaran respon mesin pada multi machine dengan kontrol LQR-GSO..

Declaration on the Elimination of Violence Against Women merupakan deklarasi yang diproklamirkan pada tahun 1993 Deklarasi ini ditujukan untuk menguatkan

industri kreatif untuk inovasi yang menjadi prioritas utama adalah pentingnya ketersediaan sumber daya potensial dengan nilai sebesar 15,862 dilanjutkan dengan

Maka dari itu pada uraian di atas Kali ini mangajukan salah satu metode guna meningkatkan nilai atau kwalitas pada citra retina yang kurang baik dan cahaya atau kontrs

Proses pembusukan pada kotoran ayam akan menimbulkan bau yang disebabkan oleh pelepasan gas amonia yang merupakan salah satu limbah yang berbau clan berbahaya dalam jumlah

Dalam konsep perancangan media informasi jurus dasar Pencak Silat Gadjah Putih ini, informasi yang disampaikan berupa gerakan jurus dasar yang dikemas dalam bentuk buku panduan

Demikian pula jumlah kumulatif barang yang dimuat melalui penerbangan internasional pada bulan Januari – Oktober 2016 naik signifikan dari 4.310 kg menjadi 57.956 kg