• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ni Luh Adik Gustini, Santi Damayanti ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ni Luh Adik Gustini, Santi Damayanti ABSTRACT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

THE CORRELATION BETWEEN THE NURSES’ COGNITIVE

LEVEL AND THEIR LIQUID MONITORING BEHAVIOR FOR

HEART-FAILURE PATIENTS IN THE INTENSIVE CARE UNIT

AND HIGH CARE UNIT OF DR. SOERADJI TIRTONEGORO

CENTRAL PUBLIC HOSPITAL IN KLATEN

Ni Luh Adik Gustini, Santi Damayanti

ABSTRACT

Background: Heart failure is the inability of the heart to pump the blood to supply body

cells with nutriments and oxygen adequately. One of the operational cares of heart failure is liquid monitoring. Unbalanced liquids can reduce heart contractility. It should be the nurses’ concerns to behave properly in monitoring liquids and their behavior is influenced by their knowledge.

Research Objective: This research aimed to identify the correlation between the nurses’

cognitive level and their behavior in monitoring liquids for heart-failure patients in the intensive care unit and heart-care unit of Dr. Soeradji Tirtonegoro Central Public Hospital in Klaten.

Research Method: This research was a descriptive correlation study with a cross-sectional

approach. The population consisted of 31 operational nurses in the intensive care unit and heart-care unit of Dr. Soeradji Tirtonegoro Central Public Hospital in Klaten. The sampling technique was a total sampling and the data were analyzed with the Spearman Rank test.

Research Result: The levels of the nurses’ knowledge about liquid monitoring were

categorized as good (observed in16 respondents of 51.6% of all respondents). Their liquid monitoring behavior was also categorized as good (observed in 20 respondents or 64.5% of all the respondents). The Spearman Rank statistical test yielded a p-value of 0.003 (𝑝 < 0.005) and the Rho (correlation coefficient)-value was 0.515.

Conclusion: This research concluded that there was a fair-level significant correlation

between the nurses’ cognitive level and their behavior in monitoring liquids for heart-failure patients in the intensive care unit and heart-care unit of Dr. Soeradji Tirtonegoro Central Public Hospital in Klaten.

(2)

PENDAHULUAN

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama di berbagai negara maju dan tampak adanya kecenderungan meningkat sebagai penyebab kematian di berbagai negara berkembang 1. Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) diketahui bahwa 31,9% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit kardiovaskular 2. Gagal jantung merupakan salah satu masalah kardiovaskuler utama dalam dasa warsa terakhir 3. Gagal jantung atau gagal jantung kongesif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan oksigen dan nutrisi 4. Penyakit gagal jantung merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat 3.

Di Indonesia belum ada data yang akurat mengenai angka kematian gagal janutng, tetapi dengan bertambah majunya fasilitas kesehatan dan pengobatan dapat diperkirakan jumlah penderita gagal jantung akan meningkat setiap tahunnya. Dari hasil pencatatan dan pelaporan rumah sakit (SIRS, Sistem Informasi Rumah Sakit) menunjukkan Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada gagal jantung yaitu sebesar 13,42% 5. Diperkirakan 50-60% dari 875.000 orang yang mengalami hospitalisasi setiap tahun dapat dihindari dengan penatalaksanaan yang lebih baik. Salah satunya adalah

penatalaksanaan cairan yaitu pemantauan cairan 6.

Abnormalitas Cairan dan eletrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung 4. Pada gagal jantung menyebabkan pemompaan jantung semakin berkurang, aliran darah ke ginjal akan berkurang untuk dapat menyekresi garam dan air dalam jumlah yang sesuai dengan asupan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya retensi cairan dan akan berlangsung terus menerus secara tidak terbatas. Pada saat jantung memompa sampai pada kemampuan pemompaan secara maksimum, cairan yang berlebih ini dapat menyebabkan timbulnya edema berat di seluruh tubuh, yang dapat menjadi faktor yang sangat merusak dan dapat menimbulkan kematian 3. Hal tersebut menjadi perhatian serius bagi tenaga kesehatan yang profesional khususnya perawat dalam berperilaku baik dalam pemantauan cairan, diman perilaku seseorang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki 7.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro yang dilakukan peneliti pada tanggal 4, 6, 8 Januari 2014 didapatkan data 16 perawat pelaksana yang bertugas di ICU dan 15 perawat pelaksana yang bertugas di HCU yang masing-masing setiap ruangan dikepalai oleh kepala ruang. Berdasarkan hasil wawancara pada 5 perawat yang bertugas di ICU dan HCU terdapat 3 perawat mengatakan kurang memahami tentang pemantauan cairan pada pasien gagal jantung dan 2 perawat bisa menjelaskan ke peneliti tentang pemantauan cairan pada pasien gagal jantung. Dari 5

(3)

perawat yang diobservasi oleh peneliti terdapat 2 perawat yang melakukan tindakan pemantauan cairan dengan tepat seperti tindakan monitor intake dan output cairan, monitor berat badan, monitor tanda dan gejala oedema, monitor tanda-tanda vital dan 3 perawat melakukan tindakan pemantauan cairan tidak sesuai dengan prosedur.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan prevalensi gagal jantung setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 sebanyak 803 pasien, pada tahun 2011 sebanyak 879 pasien, dan pada tahun 2012 sebanyak 923 pasien. Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku pemantauan cairan pada pasien gagal jantung.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor– faktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus dalam waktu yang bersamaan 7. Dalam penelitian ini tingkat pengetahuan perawat dan perilaku pemantauan cairan pada pasien gagal jantung diukur dalam waktu bersamaan.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Maret sampai 3 April 2014 di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu semua perawat pelaksana yang bertugas di

ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yaitu sebanyak 31 orang dengan mempertimbangkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi dari sampel adalah sebagai berikut

1) Perawat yang pendidikannya minimal DIII Keperawatan.

2) Perawat yang memiliki pengalaman kerja di ICU lebih dari ≥ 2 tahun.

3) Perawat yang bersedia menjadi responden.

Variabel dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran ordinal untuk variabel bebas dan skala pengukuran ordinal untuk varibel terikat. Variabel independen (variabel bebas) pada penelitian ini adalah Tingkat pengetahuan perawat, diketahui dari hasil kuesioner . Parameter untuk tingkat pengetahuan perawat yaitu baik (nilai 0-6), cukup (nilai 7-13), dan kurang (nilai 14-20). Sedangkan variabel dependen (variabel terikat) pada penelitian ini adalah perilaku pemantauan cairan pada pasien gagal jantung. Diketahui dari hasil kuesioner. Parameter perilaku pemantauan cairan pada pasien gagal jantung yaitu baik (nilai 40-60), cukup (nilai 20-39), dan kurang (nilai 0-19).

Cara pengumpulan data untuk memperoleh data mengenai tingkat pengetahuan perawat tentang pemantauan cairan pada pasien gagal jantung diperoleh dengan menggunakan kuesioner berupa pernyataan tertutup sebanyak 20 pernyataan. Data tentang perilaku pemantauan cairan pada pasien gagal jantung diperoleh menggunakan kuesioner berupa pernyataan tertutup sebanyak 15 pernyataan.

(4)

Penelitian ini menggunakan uji validitas isi (content validity) yaitu validitas yang menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes dapat mencakup keseluruhan kawasan isi yang diukur oleh tes tersebut dengan menggunakan pendapat ahli (expert judment) dengan mengujikan kepada 3 ahli di bidang keilmuan Keperawatan Medikal Bedah yang sesuai dengan topik yang akan diteliti yaitu pemantaun cairan pada pasien gagal jantung dengan nilai rata-rata 85. Item dikatakan layak jika nilai rata-rata >75 dan tidak layak jika nilai rata-rata <70.

Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan editing, coding, entry, dan tabulating. Kemudian dilanjutkan dengan analisa univariat dan bivariat yang menggunakan uji korelasi Spearman Rank (Rho). Analisa data menggunakan program SPSS 17.0.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat a. Karakteristik Responden

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Maret-April 2014

No Karakteristik Responden Jumlah ( n ) Persentase ( % ) 1. Umur (tahun) 20-30 tahun 31-40 tahun >40 tahun 12 14 5 38,7 45,2 16,1 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 14 17 45,2 54,8 3. Tingkat Pendidikan D-III D-IV Ners 28 2 1 90,3 6,5 3,2 4. Lama Kerja 2-5 tahun >5 tahun 9 22 29,0 71,0 Total Responden 31 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar berumur antara 31-40 tahun yaitu 14 orang responden (45,2%). Selanjutnya karakteristik responden menurut jenis kelamin yang paling banyak adalah responden perempuan sebanyak 17 orang responden (54,8%).

Pada tingkat pendidikan masih didominasi oleh D-III keperawatan sebanyak 28 orang responden (90,3%), sedangkan lama kerja paling banyak lebih dari 5 tahun berjumlah 22 orang responden (71,0%).

(5)

b. Tingkat Pengetahuan Perawat.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Pada Perawat ICU dan HCU RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Maret-April 2014.

Tingkat pengetahuan perawat Frekuensi (n) Persentase (%) Baik 16 51,6 Cukup 14 45,2 Kurang 1 3,2 Total 31 100 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di ICU dan HCU berpengetahuan baik yaitu sebanyak 16 orang responden (51,6%) dan

berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 1 orang responden (3,2%).

c. Perilaku Pemantauan Cairan pada Pasien Gagal jantung.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Pemantauan Cairan Pada Pasien Gagal Jantung ICU dan HCU Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Maret-April 2014

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di ICU dan HCU berperilaku 2. Analisa Bivariat

baik yaitu sebanyak 20 orang responden (64,5%).

Tabel 4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Perilaku Pemantauan Cairan Pada Pasien Gagal Jantung di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Maret-April 2014. Tingkat Pengetahuan Perawat Perilaku pemantauan Cairan Jumlah

Baik Cukup Rho p-value

N % N % N % Baik 14 87,5 2 12,5 16 100, 0 0,51 5 0,003 Cukup 6 42,9 8 57,1 14 100, 0 Kurang 0 0 1 100, 0 1 100, 0 Total 20 64,5 11 35,5 31 100 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan

bahwa setelah dilakukan analisis hubungan

antara tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku pemantauan cairan pada pasien

Perilaku Pemantauan Cairan Frekuensi (n) Persentase (%) Baik 20 64,5 Cukup 11 35,5 Kurang 0 0 Total 31 100

(6)

gagal jantung, diperoleh hasil bahwa dari 16 responden (100,0%) yang mempunyai pengetahuan baik, 14 diantaranya (87,5%) mempunyai perilaku baik dalam pemantauan cairan.

Dari hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai Rho sebesar 0,515 dengan p-value adalah sebesar 0,003 yang mana p- value tersebut lebih kecil dari 0,05. Ketentuan yang berlaku adalah jika p-value <0,05 maka H0 ditolak, dan apabila p-value

>0,05 maka H0 diterima. Karena 0,003 <

0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang

berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku pemantauan cairan pada pasien gagal jantung di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, dengan keeratan hubungan sedang (nilai Rho sebesar 0,515).

PEMBAHASAN

1. Pembahasan Univariat

Tingkat Pengetahuan Perawat

Hasil penelitan tentang pengetahuan perawat tentang pemantauan cairan pada pasien gagal jantung di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten secara umum memiliki tingkat pengetahuan tentang pemantauan cairan berada dalam kategori baik sebanyak 16 orang (51,6%).

Berdasarkan karakteristik responden pada penelitian ini sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu minimal D-III

Keperawatan. Berdasarkan analisa peneliti responden pengetahuan baik didominasi oleh pendidikan D-III yaitu sebanyak 14 orang responden (50,0%). Tingkat pendidikan sangat

mempengaruhi kemampuan

penerimaan informasi kesehatan, jika pendidikan rendah, maka akan sulit menerima informasi baru. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar untuk mengembangkan diri. Semakin tinggi pendidikan maka akan semakin mudah menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki 13.

Sebagian besar perawat yang bertugas di ICU dan HCU berumur dewasa yaitu 31-40 tahun. Berdasarkan analisa peneliti responden dengan pengetahuan baik berumur antara 31-40 tahun sebanyak 8 orang responden (57,1%). Hal ini sangat baik karena semakin dewasa seseorang maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki. Pengetahuan dipengaruhi oleh bertambahnya umur seiring dengan bertambahnya usia maka seseorang akan mengalami perubahan baik secara fisik, mental maupun emosional dan merupakan ciri kedewasaan fisik dan kematangan kepribadian yang erat hubungannya dengan pengambilan keputusan 13.

Selain itu Sebagian besar perawat yang bekerja di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten memiliki pengalaman yang cukup

(7)

lama yaitu lebih dari 5 tahun. Berdasarkan analisa peneliti responden dengan pengetahuan baik sebagian besar dengan lama kerja lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 13 orang responden (59,1%). Hal ini menunjukkan perawat sudah cukup memiliki pengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Masa kerja seseorang akan menentukan pengalaman dan keterampilan perawat yang merupakan dasar prestasi dalam bekerja. Semakin lama perawat bekerja, semakin banyak kasus yang ditanganinya sehingga semakin meningkat pengalaman. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangan. Pengalaman bekerja banyak memberi keahlian dan ketrampilan kerja 7.

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya 7. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan perawat tentang pemantauan cairan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seserorang. Terbentuknya pengetahuan seseorang tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi pengetahuan 12. Hal ini di dukung oleh pendapat yang dikemukan oleh Mubarak (2007), yang menyatakan

bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan, umur, pengalaman, lingkungan, dan informasi yang didapat 13.

Hasil penelitian yang mendukung penelitian ini yang dilakukan oleh Wisnu (2012), yang menemukan bahwa 56,0% perawat mempunyai pengetahuan baik tentang pelaksanaan Universal Precaution yang meneliti tentang tingkat pengetahuan perawat tentang Universal Precaution di Instalansi Rawat Inap RSUD Majenang 14.

Perilaku Pemantauan Cairan Pada Pasien Gagal Jantung

Hasil penelitan tentang perilaku pemantauan cairan pada pasien gagal jantung di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menunjukkan secara umu perawat pelaksana memiliki perilaku pemantauan cairan berada dalam kategori baik sebanyak 20 orang (64,5%).

Berdasarkan analisa peneliti sebagian besar perawat yang bekerja di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan perilaku baik memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 16 orang responden (51,6%) dan berpendidikan D-III keperawatan yaitu sebanyak 19 orang responden(67,9%) . Hal ini didukung oleh pendapat yang dikemukan oleh Notoadmodjo (2003), bahwa

(8)

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tidakan seseorang 16. Notoadmodjo (2007), juga manambahkankan bahwa pendidikan dan pengetahuan merupakan dasar untuk mengerjakan sesuatu atau bertindak yang dikaitkan dengan pengalaman seseorang 17.

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi, dan tujuan yang baik disadari maupun tidak. Berdasarkan Teori Green, perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan pengalaman. Faktor lain yang mempengaruhi adalah keterampilan, kesediaan fasilitas, sarana prasarana yang mendukung, dan keluarga. Tingkat pengetahuan merupakan modal utama seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien 15.

Hasil penelitian yang mendukung penelitian ini yang dilakukan oleh Wati (2011), yang menemukan bahwa 64,7% mempunyai perilaku baik dalam tindakan pemasangan infus sesuai dengan standar operasional prosedur di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

2. Pembahasan Bivariat

Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Perilaku

Pemantauan Cairan pada Pasien Gagal Jantung

Setelah dilakukan analisa untuk masing-masing variabel, lalu dilakukan perhitungan menggunakan uji korelasi Spearman Rank, diperoleh nilai p-value 0.003. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima karena nilai p-value lebih kecil dari 0.05 jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku pemantauan cairan pada pasien gagal jantung.

Dilihat keeratan hubungannya diperoleh nilai Rho (correlation coefficient) 0,515 menunjukkan kekuatan korelasi sedang (0.40-0.599) dengan arah korelasi positif 11. Melihat keeratan hubungan sedang, hal ini disebabkan karena perilaku pemantauan cairan tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja tetapi dapat disebabkan oleh faktor lain seperti sikap, kepercayaan, pengalaman 15. Berdasarkan arah korelasinya dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat maka semakin baik perilaku perawat, sedangkan semakin rendah tingkat pengetahuan perawat semakin buruk perilaku perawat. Hasil Penelitian yang mendukung penelitian ini yang dilakukan oleh Nurhayati (2011), menyatakan perawat yang mempunyai pengetahuan baik,

(9)

mempunyai perilaku universal precaution sempurna.

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh bahwa dari 31 perawat yang bertugas di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten termasuk dalam responden dengan pengetahuan baik, dengan perilaku baik yaitu berjumlah 14 orang (87,5%). Hal ini didukung menurut Teori Tinambuan (2002), pengetahuan yang tinggi dan luas akan menjadikan seseorang berperilaku baik, sebaliknya bila pengetahuan seseorang rendah atau kurang maka seseorang itu juga akan mempunyai perilaku yang kurang baik. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka. Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng.

Pengetahuan adalah salah satu faktor yang mendorong seseorang untuk berperilaku dalam hal ini adalah perilaku perawat dalam pemantaun cairan. Perilaku perawat dalam melaksanakan pemanataun cairan membutuhkan adanya pemahaman yang besar tentang pemantauan cairan. Hal ini didukung oleh pendapat yang dikemukan oleh Notoadmodjo (2003), bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tidakan seseorang. Hasil Penelitian ini membenarkan teori Sunaryo (2004), yang menyebutkan bahwa faktor pertama yang

mempengaruhi terbentuknya perilaku yaitu tingkat pengetahuan.

Hasil penelitian yang mendukung penelitian ini yang dilakukan oleh Suryanti (2009) tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Tentang Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam PDHI Yogjakarta, yang menyebutkan ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tentang caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam PDHI Yogyakarta. Hasil penelitian yang mendukung penelitian ini yang dilakukan oleh Wati (2011) tentang Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Patient Safety Dengan tindakan pemasangan Infus Sesuai Dengan Standar Operasional Prosedur di RSUD Panembahan Senopati Bantul, yang menyebutkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang patient safety dengan tindakan pemasangan infus sesuai dengan standar operasional prosedur di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Hasil lain yang mendukung penelitian ini yang dilakukan oleh Nurhayati (2011), bahwa pengetahuan merupakan faktor pembentuk perilaku perawat dalam melaksanakan universal precaution di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Perawat yang mempunyai pengetahuan baik, 10,50 kali akan cenderung

(10)

melaksanakan universal precaution dengan sempurna dibandingkan dengan perawat yang berpengetahuan kurang.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar tingkat pengetahuan perawat tentang pemantauan cairan di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten kategori baik yaitu 16 orang (51,6%).

2. Sebagian besar perilaku pemantauan cairan pada pasien gagal jantung di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten kategori baik yaitu 20 orang (64,5%). 3. Ada hubungan tingkat pengetahuan perawat

dengan perilaku pemantauan cairan pada pasien gagal jantung di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan p-value 0.003 (p-value < 0,05). 4. Keeratan hubungan tingkat pengetahuan

dan perilaku pemantauan cairan paa pasien gagal jantung di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yaitu hubungan sedang dengan arah positif (0,515).

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011.

http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buleti n/BULETIN%20kardiovaskular.pdf diakses tanggal 10 November 2013

2. Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2007.

http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil

%20Kesehatan%20Indonesia%202007.pdf diakses tanggal 25 Oktober 2013

3. Guyton, A.C, dan Hall, J.E. (2008). Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC

4. Smeltzer, S.C, dan Bare B.G. (2002). Buku Ajar

Keperawatan Medika- Bedah Brunner & Suddarth,

Jakarta: EGC,2001

5. RISKESDAS, 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen

Kesehatan, Republik Indonesia

6. Marrellin. (2008). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC

7. Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi Penelitian

Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

8. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif

R&D. Bandung: Alfabeta

9. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

10. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

11. Dahlan, MS. (2008). Statistik Untuk Kedokteran dan

Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

12. Wawan dan Dewi. (2011). Teori & Pengukuran

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia ,

Yogyakarta: Nuha Medika

13. Mubarak, W.I. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

14. Wisnu. (2010). “Hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang universal precaution dengan pelaksanaan universal precaution di Instalansi Rawat Inap RSUD Majenang”. Diambil dari:

http://e-journal.respati.ac.id/sites/default/files/2012- VI-18-

TeknologiInformasi/Jurnal%20Sri%20Wisnu.docx. Diakses pada tanggal 3 Juni 2014.

15. Novita, N . (2011). Promosi Kesehatan Dalam

Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika.

16. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar Cetakan kedua.

Jakarta: Rineka Cipta.

17. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan

Ilmu Perilaku, Jakarta: Nireka Cipta.

18. Suryanti, T. (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Tentang Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam PDHI Yogjakarta. Skripsi. STIKES “Aisyiyah”.

Yogyakarta

19. Nurhayati. (2011). “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Perawat Dalam Melaksanakan Universal Precatution di Bangsal Rawat Inap RSUP Dr. Soeradi Tirtonegoro Klaten.

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Di ICU dan HCU RSUP Dr. Soeradji  Tirtonegoro Klaten Maret-April 2014
Tabel  2  Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan  Tingkat  Pengetahuan  Pada  Perawat  ICU  dan  HCU  RSUP  dr

Referensi

Dokumen terkait

BERBASIS KOMUNITAS GURU MOA TATAP MUKA IN-ON-IN  IN-ON-IN .. MGMP

Sedangkan Sasaran merupakan penjabaran dari Tujuan Dinas Bina Marga Sumber Daya Air Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Cilacap, yaitu hasil yang akan dicapai secara

Dalam penelitian ini, Beritagar.id termasuk dalam bentuk blog aggregators. Media ini menggunakan konten pihak ketiga untuk membuat blog tentang suatu topik

STUDI PENGARUH TUNNEL CURUG JOMPONG TERHADAP ALIRAN SUNGAI CITARUM Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. Bocah – bocah kos KPAD 26

Makna awal kata status dan rekanan modernnya adalah estate , yakni sebuah tanah (wilayah) yang sekaligus memiliki pemerintah ( rulers ) dan pemerintahan ( government ).

lebih sering pada malam hari dan memerlukan banyak waktu agar dapat

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya yang telah menerangi jiwa dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa efek dispersi sangat berpengaruh terhadap perambatan pulsa, dengan dispersi kurang dari 1 ps/nm.km seperti pada DFF Triple