• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pendewasaaan manusia baik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pendewasaaan manusia baik"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pendidikan merupakan suatu proses pendewasaaan manusia baik secara fisik maupun secara sosial dan juga merupakan suatu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, dengan pendidikan yang dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berwawasan luas, memiliki kreatifitas tinggi dan mampu bersaing dengan bangsa lain di era globalisasi ini. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi pengaruh yang tersendiri dalam bidang pendidikan. Pendidikan memerlukan persiapan matang.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.1

Pasal di atas menjelaskan bahwa pendidikan di Indonesia bertujuan untuk membentuk watak siswa dan mengembangkan potensi yang dimiliki agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, cerdas dan menjadi warga Negara yang demokratis. Kenyataannya tujuan pendidikan nasional ini belum terlaksana sebagaimana mestinya. Hal ini dapat kita lihat dari

1 Depertemen Pendidikan Nasional. Undang-undang RI Tentang Sistem Pendidikan

(2)

fakta-fakta yang ada, seperti masih ada siswa yang tidak melaksanakan sholat lima waktu, tidak lulus ujian, dalam kehidupan sehari-hari masih ada anak didik yang berbicara kotor, berkelahi dengan teman-temannya, malas belajar, dan masih ada siswa yang tidak disiplin, salah satu penyebabnya adalah kurang perhatian dan bimbingan dari orang tua dan guru di sekolah.

Pendidikan harus ditingkatkan dengan baik dengan memanfaatkan berbagai dimensi waktu agar mencapai tujuan yang diharapkan. Pendidikan memerlukan persaingan matang, daya dukung yang memadai serta partisipasi semua pihak pelaksanaan pendidikan sangat diutamakan karena orang yang memiliki pendidikan akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Mujadalah ayat 11:





























































Artinya:”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:”Berlapang-lapanglah kamu dalam majelis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “ Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(3)

Berdasarkan ayat di atas jelaslah bahwa orang yang memiliki pengetahuan ditinggikan derajatnya oleh Allah. Dengan firman yang memungkinkan untuk menguasi berbagai pengetahuan dan peradaban, dengan mengfungsikan fitrah ia dapat belajar dari lingkungan dan masyarakat sekitar.

Untuk mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Keberhasilan pendidikan sangat bergantung dari lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dunia pendidikan saat ini mulai mengintegrasikan teknologi pada berbagai aspek termasuk dalam pembelajaran. Kebijakan pendidikan diarahkan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sehingga mampu mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan global.

Teknologi informasi adalah serangkaian tahapan penanganan informasi, yang meliputi penciptaan sumber-sumber informasi, pemeliharaan saluran informasi, seleksi dan transmisi informasi, penerimaan informasi secara selektif, penyimpanan dan penelusuran informasi, dan penggunaan informasi.2

Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat

2 Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Jakarta:PT

(4)

yang tinggal di berbagai tempat, di kota, desa, bahkan di daerah terpencil atau pedalaman. Salah satu lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah merupakan suatu wadah untuk menciptakan manusia yang berpendidikan tanpa melihat latar belakang dari peserta didik tersebut. Sekolah diharapkan mampu menciptakan output yang optimal yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing di dunia global. Untuk mewujudkannya maka dalam pelaksanaan pembelajaran memanfaatkan teknologi informasi karena di dunia Internasional perkembangan teknologi semakin pesat.

Dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran dapat mempengaruhi sisi baik dan sisi jelek dari pengguna teknologi informasi, maka dapat menarik perhatian ini sekaligus menganalisis dampak positif dan dampak negatif teknologi informasi terhadap siswa. Disisi lain banyak siswa sekolah yang bisa dibilang kurang mampu memanfaatkan kelebihan teknologi informasi karena justru kerap menggunakan perangkat mobile miliknya untuk sebatas mesin game, mengakses media sosial, menonton film, mengcopy tugas temannya yang sudah selesai, dan melakukan ke curangan dalam ulangan atau dalam ujian tapi siswa memang tak bisa disalahkan sepenuhnya, pihak sekolah dan orang tua juga punya andil besar dalam soal pemanfaatan teknologi yang benar. Dengan kejadian tersebut guru terpaksa mengadakan hukuman atau ganjaran terhadap pelangaran yang mereka buat.

(5)

Hukuman berarti suatu bentuk kerugian atau kesakitan yang ditimpakan kepada orang yang berbuat salah. Untuk menjadi efektif hukuman itu mestilah tidak menyenangkan. Jadi, bersifat kehilangan, kesakitan atau penderitaan. Tujuan jangka pendek dari menjatuhkan hukuman itu ialah untuk menghentikan tingkah laku yang salah, tujuan jangka panjang ialah untuk mengajar dan mendorong anak-anak untuk menghentikan sendiri tingkah laku mereka yang salah itu, yaitu untuk dapat mengarahkan diri sendiri.3

Dari definisi di atas dapat di pahami bahwa pemberian hukuman merupakan sebuah cara memberikan tanggapan secara keras kepada siswa atas kelalaian sehingga siswa jera untuk melakukan kesalahan yang sama diwaktu mendatang. Oleh sebab itulah, dalam memberikan sanksi kepada siswa sesungguhnya bukan merupakan persoalan yang sederhana. Karena di satu sisi, hukuman yang diberikan kepada siswa harus dapat “membebani” siswa untuk memberikan efek jera dan malu untuk melakukan kesalah yang sama, tapi di sisi lain hukuman tersebut juga harus tetap berada dalam koridor proses pendidikan. Adapun kriteria pemberian hukuman yang diberikan pendidik (guru) dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk menciptakan kedisiplinan anak didik agar anak didik belajar dengan baik.

3 Schaefer Charles, Bagimana Membimbing, Mendidik Dan Mendisiplinkan Anak Secara

(6)

2. Untuk melindungi anak didik dari perbuatan yang tidak wajar.

3. Untuk menakuti si pelanggar, agar meninggalkan perbuatannya yang melanggar itu.4

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, terhadap siswa kelas XI SMK Negeri 1 Tilatang Kamang penulis melihat beberapa siswa yang tidak jera dengan hukuman yang diberikan oleh guru mereka tidak membawa perubahan terhadap siswa yang melanggar sehingga pelanggaran yang sama tetap terjadi pada hari-hari berikutnya. Bentuk hukuman yang sering diterima oleh siswa kelas XI SMK Negeri 1 Tilatang Kamang adalah membersihkan labor, membersihkan perkarangan labor dan diberi tugas lebih dari teman-temannya yang lain. Bentuk penyalahgunaan teknologi informasi dalam pembelajaran KKPI yaitu bermain game, menonton film, mengcopy tugas teman yang sudah selesai, membuka sosial media, melakukan kecurangan saat ujian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru KKPI yaitu Bapak Sandi Amla, S. Pd yang penulis lakukan bentuk penyalahgunaan teknologi informasi dan hukuman yang diterima bagi siswa yang melanggar adalah sebagai berikut, untuk siswa yang bermain game dalam pembelajaran yang sedang berlangsung guru memberi hukuman membersihkan labor komputer, kalau kedapatan memlakukan kecurangan dalam ujian siswa diberi hukuman mendapatkan tambahan soal dari teman-temannya yang lain bahkan akan dilakukan ujian lisan dan mengulang kembali melakukan

4http://admelia.jurnal.co.id/2013/12/polemik-pemberian-hukuman-punishment.html di

(7)

ujian, untuk siswa yang membuka media sosial dan memonton film maka akan diberi hukuman menjelaskan kembali pelajaran yang diberikan oleh guru dan jika siswa menggunakan handpone disaat pembelajaran sedang berlangsung maka guru mengambil handpone tersebut dan mengembalikannya pada saat akhir tahun penerimaan rapor.

Berdasarkan fenomena diatas penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini dengan judul : Pengaruh Pemberian Hukuman Terhadap

Siswa Yang Salah Memanfaatkan Teknologi Informasi Di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang Tahun Pelajaran 2017/2018.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapt siswa yang salah memanfaatkan teknologi inforamsi dalam pembelajaran KKPI di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang, seperti bermain game, membuka sosial media, nonton film dan mengcopy tugas teman yang sudah selesai dan melakukan kecurangan dalam ulangan harian dan ujian.

2. Guru masih menggunakan hukuman kepada siswa yang salah memanfaatkan teknologi informasi

3. Siswa tidak jera dengan hukuman yang diberikan guru sehingga terjadi pelanggaran yang sama di hari berikutnya

(8)

C. Batasan Masalah

Agar lebih terarahnya penelitian ini maka penulis memberi batasan masalah yang akan diteliti yaitu: pemberian hukuman dan siswa yang salah memanfaatkan teknologi informasi di kelas XI SMK Negeri 1Tilatang Kamang pada mata pelajaran KKPI tahun pelajaran 2017/2018.

D. Rumusan Masalah

Setelah masalah dibatasi, peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu: Seberapa Besar Pengaruh Pemberian Hukuman Terhadap Siswa

Yang Salah Memanfaatkan Teknologi Informasi Di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang Tahun Pelajaran 2017/2018?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pembatasan masalah yang dikemukan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap dan mengkaji pengaruh pemberian hukuman terhadap siswa yang salah memanfaatkan teknologi informasi di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang tahun pelajaran 2017/2018.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut: 1. Mahasiswa atau Penulis

a. Sebagai penambah wawasan penulis tentang pengaruh pemberian hukuman terhadap siswa yang salah memanfaatkan teknologi informasi di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang tahun pelajaran 2017/2018.

(9)

b. Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata (S1) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Teknologi Informasi dan Komputer (PTIK) di IAIN Bukittinggi.

c. Sebagai pedoman dan acuan bagi peneliti sesudah penulis. 2. Bagi sekolah dan guru

Menjadi bahan masukkan bagi pihak sekolah dalam pemberian hukuman terhadap siswa yang salah memanfaatkan teknologi informasi di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang.

G. Penjelasan Judul

Untuk mempermudah dalam pemahaman judul skripsi ini, maka penulis merasa perlu untuk memberikan penjelasan mengenai kata-kata kunci dari judul skripsi ini yaitu:

1. Pengaruh

2. Hukuman

:

:

Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Maka, sesuatu itu dikatakan berpengaruh apabila ada yang timbul atau berubah pada yang dipengaruhi.

Tanggapan secara keras kepada seseorang (dalam hal ini siswa) disebabkan kelalaian dan kesalahannya. Dengan adanya hukuman diharapkan akan timbul efek jera untuk melakukan kesalahan yang serupa pada masa

(10)

3. Siswa 4. Salah Menanfaatkan Teknologi Informasi : : mendatang.

Pelajar yang masih duduk di bangku sekolah. Dalam hal ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 1Tilatang Kamang.

Tidak tepat sasaran dalam pendayagunaan teknologi informasi agar dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai rencana. Seperti dalam belajar siswa bermain game, membuka sosial media, mengkopy tugas temannya dan lain-lain.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pembahasan menjadi lima bagian bab yang dirincikan secara sistematis. Untuk mendapatkan gambaran yang sistematis di bawah ini penulis paparkan secara ringkas kandungan setiap bab:

Bab I Pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, berisikan hukuman, teknologi informasi, kerangka berfikir, hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian, berisikan metode penelitian, lokasi dan waktu penelitian, variabel penelitian dan sumber data, populasi dan

(11)

sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.

Bab IV Hasil Penelitian, berisikan deskripsi data variabel penelitian, hasil uji hipotesis penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

(12)

12

1. Pengertian Hukuman

Dalam bahasa Indonesia hukuman biasa juga disebut dengan sanksi.1 Hukuman berarti suatu bentuk kerugian atau kesakitan yang ditimpakan kepada orang yang berbuat salah.2 Sedangkan para ahli pendidikan mengemukakan definisi hukuman adalah seagai berikut: a. Menurut M. Arifin, hukuman adalah pemberian pembelajaran dengan

memberikan dorongan (motivasi melalui ancaman kesusahan karena tidak mau mengikuti petunjuk yang benar).

b. Ramayuli menyatakan bahwa hukuman adalah mendidik dengan membuat takut atau ancaman.

c. Menurut Abu Ahmadi hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa yang dengan itu anak akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.

d. Menurut Suwarno hukuman adalah memberikan hukuman, penderitaan dengan sengaja kepada anak yang menjadi acuan kita supaya penderitaan itu betul-betul dirasainya untuk menuju arah perbaikan.

1 W.j.s. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indnesia , (Jakarta: PN. Balai pustaka,

1982), h.364.

2 Charles Schaefer, Bagaimana Membimbing Mendidikan dan Mendisiplinkan Anak

(13)

e. Menurut M. Ngalim Puprwanto hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau timbul dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan.3

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa hukuman merupakan tanggapan secara keras kepada seseorang (dalam hal ini siswa) disebabkan kelalaian dan kesalahannya. Dengan adanya hukuman diharapkan akan timbul efek jera untuk melakukan kesalahan yang serupa pada masa mendatang.

2. Bentuk-Bentuk Hukuman

Keberhasilan dalam mendidik anak tentu sangat diharapkan oleh orang tua, pengajar atau setiap individu yang berkompeten dalam masalah pendidikan anak. Berbagai cara ditempuh untuk mencapai keberhasilan pendidikan anak. Diantaranya memberikan hukuman terhadap kesalahan yang dilakukannya. Sehingga hukuman yang diberikan akan mendorong anak untuk selalu bertindak sesuai dengan keinsyafannya. Tapi perlu diingat, bahwa hukuman tersebut ada beberapa bentuk dan bukan hanya dengan memukul atau hukuman fisik saja. Bahkan terkadang hukuman fisik dengan cara memukul sangat tidak efektif atau dapat menimbulkan dampak negatif seperti gangguan kesehatan anak.

3 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:Remaja Karya,

(14)

Oleh karena itu, pemberian penghargaan justru lebih diutamakan dari pada pemberian hukuman. Karena hal ini lebih memotivasi siswa untuk belajar serta menyampaikan keinginan untuk mendapat tambahan pendidikan dan pengajaran.

Sehubung dengan sifat hukuman untuk menjaga anak didik agar tidak larut dalam perbuatannya yang salah, M. Ngalim Purwanto menyatakan bentuk-bentuk hukuman yang dapat dilakukan antara lain; preventif, represif, asosiatif, logis, dan normatif.4

Sedangkan Zakiah Daradjat menambahkan satu bentuk hukuman lagi yaitu edukatif.5 Untuk lebih jelasnya bentuk-bnetuk hukuman tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Hukuman preventif

Hukuman prevensif yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Penerapan hukuman ini diberikan kepada anak agar menghindari suatu perbuatan atau sikap sebelum perbuatan yang dimaksudkan itu terjadi.

Bentuk prevensif dari pelaksanaan hukuman ini berarti seorang pendidik dalam menggunakan hukuman untuk menjaga tingkah laku anak didik tidak sampai terjerumus kepada perbuatan yang sesat atau menyalahi aturan yang seharusnya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, bentuk prevensif dari metode hukuman ini dapat dicontohkan dengan menyatakan

4Ibid , h. 123.

5 Zakiyah Daradjat, Metode Pengajaran Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan Agama Islam,

(15)

seseorang guru kepada siswa “ jika kalian melanggar tata tertib maka jangan harap nilai kalian akan bagus atau kemungkinan kalian tidak naik ke tingkat selanjutnya”. Dalam contoh tersebut seorang guru menginginkan siswa mematuhi aturan dan tata tertib sekolah yang ditentukan. Artinya pernyataan guru akan memberikan hukuman tersebut hanyalah untuk menakut-nakuti siswa agar tidak melanggar aturan sekolah.

b. Hukuman represif

Represif dapat diartikan dengan penekanan yang bersifat menyembuhkan.6 Represif merupakan suatu metode hukuman yang bersifat memperbaiki sifat anak didik yang terlanjur salah melakukan beberapa kali kekeliruan yang sama, dan pendidik berkeinginan untuk merubah kesalahan tersebut.

Misalnya, pada kesalahan yang pertama siswa melakukan pelangaran bermain games di dalam pembelajaran, maka guru akan memberikan peringatan. Jika peringatan tidak berhasil, maka guru harus memberikan hukuman kepada siswa tersebut.

c. Hukuman asosiatif

Hukuman asosiatif adalah menyamakan sesuatu dengan yang lainnya.7 Maksudnya adalah mempersamakan antara hukuman pelanggaran yang dilakukan ataupun antara penderitaan yang diakibatkan oleh hukuman dengan pelanggaran yang dilakukan.

6 Depdikbud, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 342 7 Ibid , h. 42

(16)

Dalam usaha mengasosiasikan tersebut, seorang pendidik memberikan pengertian kepada siswa untuk menjauhi perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang dengan membandingkan perasaan tidak enaknya memperoleh hukuman. Salah satu contoh penerapannya adalah guru mengasosiasikan tidak naik kelas karena sering melangar aturan sekolah dengan tidak enaknya mengulang kembali pelajaran dengan adik-adik kelas atau diangap siswa bandel.

d. Hukuman logis

Hukuman logis maksudnya, anak mengerti bahwa hukuman itu ada akibat logis dari pekerjaan atau perbuatannya yang tidak baik. Anak mengerti bahwa ia mendapat hukuman itu adalah akibat dari kesalahan yang diperbuatnya. Jadi, hukuman logis diterapkan terhadap anak-anak yang telah memasuki usia 13 tahun keatas. Dengan demikian hukuman ini diberikan kepada anak yang mengerti terhadap tujuan yang diinginkan terhadap tindakan yang keras kepadanya. Misalnya seorang anak disuruh membuat latihan dengan memanfaatkan komputer yang ada didalam labor ternyata siswa tersebut malah membuka sosial media yang dia punya maka siswa tersebut ditahan oleh guru untuk mengerjakan pekerjaan yang tadi belum diselesaikannya.

(17)

Hukuman normatif adalah hukuman yang bermaksud memperbaiki moral anak didik.8 Bentuk hukuman normatif ini dilakukan pada anak didik yang melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku umum dalam membentuk prilaku belajar anak.

Dengan demikian hukuman ini dilakukan terhadap pelanggar norma-norma yang berlaku secara umum seperti berdusta, menipu, dan mencuri. Penerapan hukuman normatif sangat erat hubungannya dengan pembentukan watak anak, dimana melalui tindakan menghukum, pendidik berusaha mempengaruhi anak untuk mengigatkan anak terhadap perbuatannya yang salah, ataupun memberikan pelajaran kepada anak-anak untuk selalu berbuat baik dan menghindari kejahatan.

Pemerlakuan hukuman bagi anak dalam sifat normatif bertujuan agar anak didik tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar aturan kesusilaan, serta membiasakan diri melakukan perbuatan yang sesuai dengan aturan.

Sedangkan menurut Abu Ahmadi, bentuk-bentuk hukuman adalah antara lain:

1) Hukuman membalas dendam, yaitu hukuman yang diberikan oleh pendidik karena anak pernah suatu ketika membuat hati seorang guru tidak senang, kemudian pendidik mencari-cari

8 Ibid, h.184

(18)

kesalahan anak lalu dihukum. Hukuman semacam ini dampaknya tidak baik.

2) Hukuman jasmani (fisik) yaitu hukuman yang memberi akibat yang merugikan anak bahkan dapat mengganggu kesehatan si anak dihukum dengan keharusan merokok terus-menerus selama waktu sekolah bisa berakibat anak batuk sakit.

3) Hukuman jeruk manis, menurut tokoh yang mengemukakan teori hukuman ini, Jan Ligthart, anak yang nakal tidak perlu dihukum, tetapi didekati, diambil hatinya. Misalnya, di suatu kampung ada penghuni baru, sombong tidak mau kenal dengan penduduk lama berlaku baik memberi sesuatu, maka akhirnya si sombong itu berubah menjadi baik dan mau membaur dengan warga lain.

4) Hukuman alam, dikemukakan oleh J.J. Rousseau dari aliran naturalisme, berpendapat bahwa kalau ada anak nakal, jangan di hukum, biarlah kapok atau jera dengan sendirinya. Misalnya seorang gadis yang sangat bebas dalam pergaulan oleh orang tuanya tidak pernah dimarahi, tidak pernah ditegur dan dibiarkan saja, biar jera dengan sendirinya, sebagai akibat dari pergaulan bebas itu akhirnya gadis itu merasa jera setelah berbadan dua.

Penerapan hukuman alam ini dimaksud agar peserta didik dengan sendirinya menyadari akan kesalahan yang telah diperbuat. Akan

(19)

tetapi hukuman alam ini biasanya membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk menyadari kesalahan mereka.

Bentuk-bentuk hukuman yang mendidik, yang layak kita terapkan diantaranya adalah: nasehat dan bimbingan, wajah masam, teguran keras, menghentikan perbuatan anak, memalingkan wajah, mendiamkan, cercaan, hukuman orang tua, pukulan ringan.9

3. Tujuan, Teori, dan Fungsi Hukuman a. Tujuan Hukuman

Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, setidaknya ada dua tujuan yang terkandung dalam memberikan hukuman:

1) Hukuman diberikan karena adanya pelanggaran 2) Hukuman diberikan dengan tujuan.10

Berdasakan penjelasan diatas jangka pendek dari hukuman adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah atau jera untuk megulanginya, dan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mengajar dan mendorong anak-anak menghentikan sendiri tingkah laku mereka yang salah, agar dapat megarahkan dirinya yaitu mematuhi aturan yang berlaku.

9 http://www.salafy.or.id /salafy.php?menu=detil&id_artikel=1269,access date:27

Januari 2017

10 Said Muhammad Allihham, Sunan Abi Daud, (Saudi Arabia: Darul Fikri, 1989), Jilid

(20)

b. Teori-Teori dalam Menghukum

M. Ngalim Purwanto mengemukakan teori-teori tentang hukuman sebagai berikut:

1) Teori Pembalasan

Teori ini yang tertua. Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap kelalaian dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang. Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam pendidikan di sekolah menurut kemauan guru, serta ada pertimbangan dari guru yang bersangkutan.

2) Teori perbaikan

Menurut teori ini, hukuman itu diadakan untuk membasmi kejahatan. Maksudnya ialah untuk memperbaiki tingkah laku yang melanggar hukum, agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi. Teori inilah yang bersifat paedagogis karena bermaksud memperbaiki tingkah laku yang melanggar aturan, baik lahiriah maupun batiniah.

3) Teori perlindungan

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya hukuman ini masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan pelanggaran. Di

(21)

sekolah hukuman diadakan untuk memperbaiki prilaku siswa yang tidak baik dan dapat menimbulkan rasa insaf bertanggung jawab atas perbuatannya.

4) Teori ganti kerugian

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian yang telah diderita dari kejahatan-kejahatan dari pelaku pelanggaran itu. Hukuman ini banyak dilakukan dalam masyarakat maupun pemerintahan. Dalam proses pendidikan teori ini masih belum cukup, sebab dengan hukuman semacam itu siswa mungkin menjadi tidak merasa bersalah atau berdosa, karena kesalahannya telah terbayar dengan hukuman.

5) Teori menakut-nakuti

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akibat perbuatannya yang melanggar aturan, sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan tersebut dan mau meninggalkannya. Juga teori ini masih membutuhkan “ teori perbaikan”. Sebab dengan teori ini besar kemungkinan siswa akan meninggalkan perbuatan jelek hanya karena takut, bukan karena ke sadaran bahwa perbuatannya memang terbentuk dari kata hatinya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan atau maksud dari hukuman ialah mencegah

(22)

mengkoreksi anak sekaligus memberi kesadaran bagi anak untuk mengenal dan mengetahui kesalahannya dan mau memperbaiki tabi’at dan tingkah laku keseharian di sekolah.

c. Fungsi Hukuman

Fungsi hukuman selain alat pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan, dapat pula menjadi motivasi bagi siswa, sebagaimana yang diungkapkan oleh Amir Daein Indrakusuma, sebagai berikut:

“Hukuman walaupun alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif, namun dapat pula menjadi alat motivasi, alat mendorong untuk mempergiat belajar. Siswa yang pernah mendapatkan hukuman oleh kelalaian, karena tidak mengerjakan tugas, maka ia akan berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya, agar terhindar dari hukuman. Hal ini berarti ia didorong untuk selalu belajar membiasakan dan bertingkah laku baik”.11

4. Prinsip dan Syarat-Syarat Hukuman

a. Prinsip-Prinsip Hukuman dalam Pendidikan

1) Prinsip psikologis (Kejiwaan)

Setiap guru berkewajiban mencermati tingkah laku siswanya, baik dari segi tabi’at pembawaan, kesenangan, akhlak dan kejiwaannya. Guru yang bersangkutan bertugas

11 Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan Islam,(Surabaya: Usaha Nasional, 1979),

(23)

mengenal semua siswanya lebih dekat agar dapat melayani mereka dengan layanan yang sesuai, sehingga tidak terjadi pemberian hukuman kepada mereka. Suatu hukuman mungkin cocok untuk seorang siswa, namun bukan berarti cocok pula buat siswa lainnya.

2) Prinsip kasih sayang

Salah satu syarat hukuman secara paedagogis ialah hukuman diberikan atas dasar cinta dan kasih sayang. Ini berarti siswa kadangkala dihukum bukan atas dasar benci atau ingin menyakitinya, atau karena ingin balas dendam. Guru memberikan hukuman demi kebaikan siswa, demi kepentingan dan masa depan mereka. Oleh karena itu setelah hukuman diberikan, diupayakan terciptanya suasana kasih sayang antara guru dan siswa.

3) Prinsip keadilan

M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa, “dalam menghukum hendaklah kita bersikap adil”.12 Hal yang sama dikemukan Charles Schaefer bahwa untuk kepentingan keadilan, tetaplah diingat untuk mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: pelanggaran karena dorongan yang tiba-tiba,

12 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:Remaja Karya,

(24)

tingkah laku yang umum dan pelanggaran karena tekanan-tekanan atau situasi tertentu.13

Pandangan di atas menjelaskan bahwa seorang guru dalam memberikan hukuman terhadap siswanya tidak membeda-bedakan status sosialnya, seperti anak orang kaya, anak saudara atau anak sendiri dan sebagainya. Hukuman yang diberikan sepadan dengan dengan besarnya kesalahan yang diperbuat oleh siswa dan disesuaikan dengan pribadi dan watak yang bersangutan.

4) Prinsip keharusan atau keterpaksaan

Hukuman bukan satu-satunya alat dan bukan alternatif pertama yang harus dilakukan pendidik terhadap peserta didik yang melakukan pelaggaran. Hal ini berarti bahwa penggunaan hukuman sebagai alat pendidikan didasari adanya unsur keharusan, yaitu bila keadaan memaksa untuk menggunakan hukuman sedangkan cara yang lain sudah ditempuh, akan tetapi siswa tetap tetap saja melakukan pelanggaran.

5) Prinsip tanggung jawab

M. Ngalim Purwanto mengemukakan pendapat bahwa, “hukuman yang kita berikan kepada siswa hendaknya dapat menimbulkan rasa tanggung jawab padanya”.14 Ini berarti

13 Charles Schaefer, Bagaimana Membimbing Mendidikan dan Mendisiplinkan Anak

Secara Efektif, (Jakarta:Restu Agung, 2000), h. 18.

14 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:Remaja Karya,

(25)

bahwa hukuman yang diberikan dapat membuat siswa lekas insaf dan menyadari kesalahannya, bukan malah tidak mengakui kesalahannya dan melemparkan kesalahan itu kepada orang lain, dalam arti tidak berani bertanggung jawab atas perbuatannya. Penerapan hukuman yang dimaksud juga tidak diartikan sewenang-wenang, hanya karena guru atau orang tua di rumah agak bebas menerapakan hukuman. Situasi semacam ini merupakan suatu kesempatan yang dipergunakan oleh guru untuk mengajari siswa senangtiasa berani memikul tanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya.

b. Syarat-Syarat Hukuman dalam Pendidikan

Agus Sujanto dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan merumuskan tentang syarat-syarat hukuman yang mendidik, yaitu:

1) Hukuman dapat menimbulkan rasa bersalah bagi yang bersangkutan,

2) Hukuman dapat menimbulkan rasa kesadaran bagi si terhukum, 3) Hukuman berakhir dengan pengampunan.15

Menurut M. Ngalim Purwanto, syarat-syarat hukuman yang paedagogis itu antara lain:

(26)

1) Tiap-tiap hukuman dapat dipertanggung jawabkan. Ini berarti hukuman tidak boleh dilakukan dengan sewenag-wenang, tetapi harus dilandasi dengan kasih sayang.

2) Hukuman itu sedapat-dapatnya memperbaiki yang berarti bernilai mendidik.

3) Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang bersifat perorangan, karena hukuman yang demikian tidak memungkinkan adanya hubungan baik antara pendidik dengan anak didik.

4) Hukuman jangan diberikan sewaktu sedang marah, sebab jika demikian kemungkinan besar hukuman itu tidak adil atau terlalu berat.

5) Tiap-tiap hukuman diberikan dengan sadar dan diperhitungkan terlebih dahulu.

6) Bagi siswa, hukuman itu dirasakan sendiri sebagai kedudukaan atau penderitaannya sehingga siswa merasa menyesal dan menyadari untuk tidak mengulanginya lagi.

7) Hukuman jangan diterapkan pada badan, karena hukuman badan tidak meyakinkan adanya perbaikan pada si terhukum, tetapi sebaliknya hanya menimbulkan dendam atau sikap suka melawan

8) Hukuman tidak boleh merusak hubungan baik antara guru dengan siswanya.

(27)

9) Sehubungan dengan butir di atas, maka perlulah adanya kesanggupan memberi maaf dari guru sesudah menjatuhkan hukuman dan setelah siswa menginsafi kesalahannya.16

Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa pendidikan dalam menjatuhkan hukuman kepada anak didik yang bersalah tidak dapat bertindak sesuka hati, tetapi harus diberikan dengan adil, sesuai dengan kepribadian anak didik, harus ada hubungannya dengan kesalahan dan bagi si pendidik sanggup memberikan maaf setelah hukuman itu dijatuhkan.

B. Teknologi Informasi

1. Pengertian Teknologi Informasi

Istilah teknologi informasi mulai populer di akhir dekade 7-an. Pada masa sebelumnya istilah teknologi informasi dikenal dengan teknologi komputer adalah pengolahan data elektronik atau EDP (Electonic Data Processing) menurut kamus Oxford, teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronik, terutama komputer untuk menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar.

Menurut Lucas, teknologi informasi mencakup perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemprosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi atau menampilkan data. Definisi tersebut lebih

16 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:Remaja Karya,

(28)

dikembangkan oleh Martin yang memberikan makna bahwa teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi.

Dari definisi Martin dapat dilihat adanya keterkaitan erat antara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), teknologi informasi lebih pada sistem pengolahan informasi sedangkan teknologi komunikasi berfungsi untuk pengiriman informasi.

Secara umum, Lucas menguraikan definisi teknologi informasi, yang dijelaskan sebagai berikut: “Teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis, mikro komputer, komputer mainframe, membaca barcode, perangkat lunak pemproses transaksi, perangkat lunak lembar kerja (worksheet), peralatan komunikasi dan jaringan merupakan contoh teknologi informasi”.

Sedangkan menurut Wardiana teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasikan data berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan yang merupakan aspek strategis untuk pengambilan keputusan.

(29)

Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan dan likomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global. Everett M Rogers dalam bukunya Communication Technology, mengemukakan bahwa teknologi informasi merupakan perangkat keras yang sifat organisatoris dan meneruskan nilai-nilai sosial dengan siapa individu atau khalayak mengumpulkan, memproses dan saling menukarkan informasi dengan individu atau khalayak lainnya.

Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti tentang kesehatan pribadi, berita, rekreasi, rohani, dan belanja online. Perkembangan memacu suatu cara baru kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan dengan berakhir kehidupan, seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipegaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Sekarang ini berkembang berbagai aplikasi seperti commerce, e-government, e-ducation, e-library, e-journal, e-laboratory dan lain-lainnya yang berbasis elektronika.

Teknologi informasi diartikan sebagai teknologi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai jenis informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi yang lahir karena adanya dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan teknologi baru yang dapat mengatasi kelambatan manusia mengolah informasi .

(30)

Teknologi informasi mencakup sistem-sistem komunikasi seperti satelit siaran langsung, kabel interaktif dua arah, penyiaran bertenaga rendah (low-powerbroad-casting), komputer (termasuk PC dan komputer genggam), dan televisi, termasuk video, disk dan video tape cassette.

Jadi menurut pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa teknologi informasi adalah serangkaian tahapan penanganan informasi, yang meliputi penciptaan sumber-sumber informasi, pemeliharaan saluran informasi, seleksi dan transmisi informasi, penerimaan informasi secara selektif, penyimpanan dan penelusuaran informasi, dan penggunaan informasi.

2. Ruang Lingkup Teknologi Informasi

Menurut Puskur Kemendiknas, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu:

a. Teknologi informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengolahan informasi.

b. Teknologi komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangakat yang satu ke lainnya.

Teknologi informasi dan komunikasi terdiri dari dua konsep yakni teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Menurut Puskur Kemendiknas “teknologi komunikasi adalah segala hal yang berkaitan

(31)

dengan penggunaan alat bantu untuk memanipulasi, mengelola, memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu kelainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah peralatan elektronika yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak serta segala kegiatan yang terkait dengan pemprosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer atau pemindahan informasi antarmedia.17

3. Fungsi Teknologi Informasi

Pada fungsi teknologi informasi terdapat dua sudut pandang yaitu: a. Fungsi Teknologi Informasi secara umum

1) Capture: proses menyusun record aktivitas yang terperinci.

2) Processing: proses mengubah, menganalisis, menghitung, dan mengumpulkan semua data atau informasi.

a) Pengolahan data b) Pengolahan informasi c) Pengolahan kata d) Pengolahan gambar e) Pengolahan suara

3) Generation:proses yang mengorganisir informasi ke dalam bentuk yang bermanfaat, apakah sebagai angka, teks, bunyi, atau gambar visual.

17 Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Jakarta:PT

(32)

4) Storange dan retrieval: storage adalah proses komputer penguat informasi untuk penggunaan masa depan. Redrieval adalah proses dimana penepatan komputer dan penyimpan salinan data atau informasi untuk mengolah lebih lanjut atau untuk ditrasmisikan ke pengguna lain.

5) Transmission: proses komputer mendistribusikan informasi melalui jaringan komunikasi.

a) Electronic Mail (E- Mail) b) Voice Messaging (Voice Mail)18

b. Fungsi Teknologi Informasi dalam Pendidikan 1) Sebagai gudang ilmu

2) Sebagai alat bantu pembelajaran 3) Sebagai fasilitas pendidikan 4) Sebagai standar kompetensi 5) Sebagai penunjang administrasi 6) Sebagai alat bantu manajemen sekolah 7) Sebagai infrastruktur pendidikan.19

4. Penyalahgunaan Teknologi Informasi

a. Dampak Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam

Pembelajaran

PUSTEKKOM (Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi ) Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan

18 Janner Simarmata, Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi, (Yogyakarta: C.

V Andi Offset, 2006), h. 4.

(33)

menyatakan dampak positif pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan adalah untuk mengatasi masalah sebagai berikut : 1) Masalah geografis, waktu dan sosial ekonomis Indonesia, 2) Negara Republik Indonesia merupakan negara kepulauan, daerah tropis dan pegunungan, hal ini akan mempengaruhi terhadap pengembangan infrastruktur pendidikan sehingga dapat menyebabkan distribusi informasi yang tidak merata, 3) Mengurangi ketertinggalan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan dibandingkan dengan negara berkembang dan negara maju lainnya, 4) Akselerasi pemerataan kesempatan belajar dan peningkatan mutu pendidikan yang sulit diatasi dengan cara-cara konvensional, 5) Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi, 6) Teknologi informasi dan komunikasi akan membantu kinerja pendidikan secara terpadu, sehingga akan terwujud manajemen yang efektif dan efisien, transparan dan akuntabel.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di dunia pendidikan menurut Christyn Elisabeth Siagian dapat dibedakan menjadi dua, yakni dampak positif dan dampak negatif.

(34)

Dampak positif teknologi informasi dalam dunia pendidikan adalah: informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk kepentingan pendidikan, inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-learning yang semakin memudahkan proses pendidikan, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga akan memungkinkan berkembangnya kelas virtual atau kelas yang berbasis teleconference yang tidak mengharuskan sang pendidik dan peserta didik berada dalam satu ruangan, sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah dan lancar karena penerapan sistem teknologi informasi dan komunikasi.

Dampak negatif teknologi informasi dalam dunia pendidikan, antara lain: kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga akan semakin mempermudah terjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), karena semakin mudahnya mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan kecurangan, walaupun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah sistem tanpa celah, akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut akan berakibat fatal, salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention). Terkait dengan dampak negatif dari teknologi

(35)

informasi yang perkembangannya semakin meningkat namun memiliki kekurangan. Misalnya, pada e-learning yang dapat menyebabkan pengalihfungsian guru dan mengakibatkan guru jadi tersingkirkan, atau juga menyebabkan terciptanya individu yang bersifat individual karena sistem pembelajaran dapat dilakukan dengan hanya seorang diri. Bahkan dimungkinkan etika dan disiplin peserta didik susah atau sulit untuk diawasi dan dibina, sehingga lambat laun etika dan manusia khususnya para peserta didik akan menurun drastis, serta hakikat manusia yang utama yaitu sebagai makhluk sosial akan terjerus. Di samping itu, karena seringnya mengakses internet dikhawairkan siswa bukannya benar-benar memanfaatkan teknologi informasi dengan optimal, tetapi malah mengakses hal-hal yang tidak baik, seperti pornografi, game online. Bahkan dapat terkena cyber-relational addiction ialah keterlibatan yang berlebihan pada hubungan yang terjalin melalui internet (seperti melalui chat room dan virtual affairs) sampai kehilangan kontak dengan hubungan-hubungan yang ada dalam dunia nyata. Kemudian juga bisa terkena information overload, yakni menemukan informasi yang tidak habis-habisnya yang tersedia di internet, sehingga rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengumpulkan dan mengorganisir informasi yang ada, yang akhirnya dapat membuat seseorang kecanduan. Hal-hal ini jelas

(36)

sangat menghambat berkembangnya pendidikan dalam teknologi informasi dan komunikasi.

Menurut Jamal Makmur Asmani beberapa dampak negatif dari pemanfaatan teknologi informasi di dunia pendidikan antara lain:

1) Pelajar atau juga siswa menjadi pecandu dari keberadaan dunia maya secara berlebihan. Hal ini bisa terjadi ketika siswa tidak memiliki sikap skeptic serta kritis terhadap sesuatu hal yang baru. Apalagi dalam konteks dunia maya (internet) mereka secara tidak langsung telah masuk di dalam dunia yang over free, maka sangat penting adanya kedua sikap di atas untuk menjadi benteng atau filter dari segala sumber informasi yang ada. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya ialah perhatian dari orang tua juga sangat berperan dalam menanamkan nilai-nilai tentang sebuah norma agama sebagai landasan hidup.

2) Tindakan kriminal (Cyber Crime). Di dalam dunia pendidikan hal ini dapat terjadi, misalnya pencurian dokumen atau asset penting tentang sebuah tatanan pendidikan yang sesungguhnya dirahasiakan (dokumen mengenai ujian akhir atau negara) dengan media internet.

3) Menimbulkan sikap yang apatis pada masing-masing individu, baik bagi siswa maupun guru. Hal ini dapat dilihat misalnya pada system pembelajaran yang bersifat virtual maupun e-learning. Di

(37)

mana sistem pembelajaran yang tidak saling bertemu antara peserta didik dengan pengajar, maka dapat terjadi peserta didik kurang aktif dalam sistem pembelajaran dan hasilnya tidak maksimal.20

Menurut Nova Sarastini 8 dampak penyalahgunaan teknologi informasi, yaitu:

1) Kemajuan TIK juga akan semakin mempermudah terjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan kecurangan.

2) Walaupun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah sistem tanpa celah, akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut akan berakibat fatal.

3) Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention).

4) Kerahasiaan alat tes semakin terancam Program tes inteligensi seperti tes Raven, Differential Aptitudes Test dapat diakses melalui compact disk. Implikasi dan permasalahan ini adalah tes psikologi yang ada akan mudah

20 Ratih Azka Probovury, 1312142015, Skripsi Pengaruh Penyalahgunaan Teknologi

Informasi dan Integritas Mahasiswa terhadap Prilaku Kecurangan akademik Mahasiswa Akuntansi Sebagai calon akuntan, Universitas Negeri Yogyakarta, h.25

(38)

sekali bocor, dan pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan kecepatan pembocoran melalui internet tersebut. 5) Penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu

untuk melakukan tindakan kriminal. Kita tahu bahwa kemajuan di bidang pendidikan juga mencetak generasi yang e-book berpengetahuan tinggi tetapi mempunyai moral yang rendah. Contohnya dengan ilmu computer yang tinggi maka orang akan berusaha menerobos system perbankkan dan lain-lain.

6) Tidak menjadikan TIK sebagai media atau sarana satu-satunya dalam pembelajaran, misalnya kita tidak hanya mendownload, tetapi masih tetap membeli buku-buku cetak, tidak hanya berkunjung ke digital library, namun juga masih berkunjung ke perpustakaan.

7) Mempertimbangkan pemakaian TIK dalam pendidikan, khususnya untuk anak di bawah umur yang masih harus dalam pengawasan ketika sedang melakukan pembelajaran dengan TIK. Analisis untung ruginya pemakaian.

8) Mahasiswa dan kadang-kadang guru, bisa kecanduan aspek teknologi, bukan isi pelajaran. Hanya karena topik dapat diajarkan melalui TIK, tidak berarti bahwa itu diajarkan secara efektif via TIK. Bahkan jika subjek dapat diajarkan secara efektif melalui TIK, dan ada uang yang tersedia, itu

(39)

tidak selalu berarti bahwa selalu ada keuntungan untuk itu . Ada banyak studi atau kajian yang dilakukan untuk mencari dan melihat apakah penggunaan TIK dapat meningkatkan pembelajaran.

Wibisono mengemukakan dampak penyalahgunaan teknologi informasi, yaitu:

1) Malas belajar dan mengerjakan tugas. Penggunaaan komputer juga menimbulkan dampak negatif dalam dunia pendidikan. Seseorang terutama anak-anak yang terbiasa menggunakan komputer, cenderung menjadi malas karena mereka menjadi lebih tertarik untuk bermain komputer dari pada mengerjakan tugas atau belajar.

2) Perubahan tulisan tangan dengan kemudahan dan kepraktian yang diberikan oleh komputer, terutama dalam hal menuliskan suatu text, membuat seseorang cenderung memilih untuk mengetik dari pada harus menulis secara manual. Akibatnya, lama kelamaan seseorang akan mengalami perubahan tulisan, dari yang dulunya rapi, sampai akhirnya menjadi tulisan yang berantakan dan sulit dibaca, hal tersebut karena mereka tidak lagi terbiasa untuk menulis secara manual.

3) Akibat dari Social Network yang berlebihan. Facebook, Twitter, Skype, Yahoo, memang sering di gunakan untuk

(40)

mencari teman atau lain-lain dan sering di sebut jejaring sosial. Tapi bagi sebagian Remaja bahkan anak-anak jaringan Social tersebut digunakan dengan berlebihan dan Game Online, akibat dari Penggunaan secara berlebihan inilah banyak waktu yang terbuang untuk bermain Social Network ini.

4) Melakukan kecurangan akademik seperti menggunakan catatan saat ujian, menyalin jawaban oang ketika ujian, menerima dan memberi jawaban dengan menggunakan teknologi informasi, menggunakan internet dalam ujian dan lain-lain sebagainya.21

5. Dampak Teknologi Informasi

Teknologi diciptakan untuk membantu pekerjaan manusia agar lebih baik mudah dan efisien. Semakin hari semakin berkembang dan canggih. Semakin banyak pula manfaat yang digunakan, begitu jiga dengan internet semakin hari semakin menjamur dan kecepatan akses semakin meningkat. Namun tidak semua yang diciptakan hanya akan berdampak baik. Sebagaimana halnya teknologi informasi dan internet yang mempunyai beberapa dampak positif dan negatif yang ditimbulkan.

21 Ratih Azka Probovury, 1312142015, Skripsi Pengaruh Penyalahgunaan Teknologi

Informasi dan Integritas Mahasiswa terhadap Prilaku Kecurangan akademik Mahasiswa Akuntansi Sebagai calon akuntan, Universitas Negeri Yogyakarta, h.27

(41)

Dampak negatif penggunaan teknologi informasimenurut Budi Sutedjo yaitu:

a. Pengaruh psikologi, bagi orang yang telah biasa bergaul dengan komputer antara lain keinginan serba cepat dalam melakukan kegiatan apa saja.

b. Menurunnya kemampuan pikir, software komputer telah menyediakan berbagai macam fasilitas yang dapat memproses secara otomatis sehingga dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan berfikir.

c. Menurunya sosialisasi, karena terlalu asyik berkomputer beserta aplikasinya dan perubahan psikologi, maka interaksi pengguna komputer dengan lingkungan sekitarnya akan mulai mengalami penurunan.

d. Merasa status sosialnya lebih tinggi, orang yang memiliki teknologi terbaru orang tersebut sering merasa bahwa status sosialnya lebih tinggi.

e. Meningkatkan jumlah pengangguran, di satu pihak komputer sangat membantu dalam meningkatkan kualitas hasil kerja namun di sisi yang lain komputer juga dapat menggusur tenaga kerja. f. Kejahatan dengan menggunakan komputer, kejahatan

menggunakan komputer juga berkembang, karena kemudahannya untuk melakukan plagiarisme, maka banyak tugas-tugas paper atau pemrograman yang diselesaikan dengan cara mengkopi.

(42)

g. Penyalahgunaan lainnya, komputer juga sering disalahgunakan untuk memproduksi dan menyebarluaskan gambar-gambar porno yang dapat merusak moral pengguna komputer.

h. Perusakan lingkungan, kelestarian lingkungan hidup dan manusia mengalami ancaman, sebab dalam memproduksi komputer membutuhkan bahan-bahan kimia yang menghasilkan limbah dan membahayakan kesehatan dan kelestarian lingkungan.

Adapun dampak positif dan negatif dengan adanya internet bagi pengguna telah dipaparkan oleh Budi Sutedjo. Dampak positif bagi pengguna internet yaitu:

a. Kemampuan dan kecepatan komunikasi

b. Ketersediaan informasi yang terbaru telah mendukung tumbuhnya motivasi untuk membaca dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Adanya fasilitas untuk membentuk dan melangsungkan diskusi kelompok (news group) sehingga akan mendorong peningkatan intensitas kajian iptek atau yang lainnya.

d. Melalui web pendidikan, proses belajar dapat dilakukan secara dinamis, tidak tergantung waktu dan ruang pertemuan. Semua materi dapat diperoleh dengan makalah di situs pendidikan. e. Melalui e-mail, konsultasi dapat dilakukan secara pribadi antar

(43)

Sedangkan dampak negatif dari adanya internet bagi pengguna menurut Budi Sutedjo yaitu:

a. Banjir Informasi

Internet merupakan media informasi publik dan menjadi sarana lalulintas informasi dari berbagai bidang baik oleh perusahaan ataupun perorangan, sehingga menyebabkan banjir informasi yang berdampak kesulitan dalam menyeleksi data atau informasi yang valid dan dibutuhkan.

b. Kurangnya sentuhan manusiawi

Internet sebagai media komunikasi dan aktivitas hanya sebatas menyampaikan informasi dan tidak dapat bertatap mata secara langsung, berjabat tangan atau berpelukan.

c. Ancaman virus dan hacker

Virus komputer diciptakan oleh para cyber crime yang dapat merusak jaringan bahkan data, hal tersebut tidak dapat dihindarkan dalam media publik seperti internet. Terlebih ada kegiatan para Hacker dan Cracker baik yang ingin mencuri data dan informasi sampai merusak sistem komputer.

d. Pornografi mudah diakses

Kemudahan teknologi internet apalagi dengan lahirnya multimedia internet telah memungkinkan disalahgunakan oleh beberapa kalangan yang kurang menunjang etika dan moralitas

(44)

dengan menciptakan situs-situs porno yang mengeksploitasi gambar atau video porno.

e. Kejahatan baru

Pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi banyak melahirkan inovasi maupun keilmuan, namun juga melahirkan kejahatan model baru seperti pembelokan transaksi perbankan ke rekening seseorang, pemanfaatan kartu kredit palsu untuk transaksi e-Education untuk pembayaran SKS, dan lain sebagainya

Teknologi informasi dapat menjadikan penggunanya mempunyai wawasan luas, ilmu pengetahuan, dan inovatif. Namun juga harus dibentengi dengan iman dan karakter yang baik agar tidak salah dalam menggunakannya. Dampak positif dan negatif dari adanya teknologi informasi tidak untuk menjadikan manusia menjadi takut untuk mempergunakannya, tetapi agar dapat selektif dan bijak dalam menggunakannya.

C. Kerangka Berfikir

Menurut Uma Sekaran dalam bukunya Business Reseacrh mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di definisikan sebagai masalah penting.22 Untuk mendapat gambaran yang jelas megenai kerangka konseptual dapat dilihat penjelasan dibawah ini.

(45)

Berhasil dengan baik atau tidaknya suatu hukuman tergantung kepada pribadi guru, pribadi siswa, dan cara yang dipakai dalam menghukum mereka. Selain itu, juga dipengaruhi oleh hubungan antara guru dan siswa serta suasana atau situasi ketika hukuman itu diberikan. Oleh sebab itu, belum tentu dan bahkan tidak mungkin hukuman yang sama diberlakukan terhadap beberapa siswa yang menghasilkan dampak yang sama pula.

Seorang guru yang memberikan hukuman dengan sewenang-wenang tanpa memperhatikan aspek si terhukum dan kesesuaian antara berat ringannya pelanggaran dengan hukuman yang diberikan serta penggunaan hukuman yang terlalu sering, apalagi kalau hukuman itu terlalu keras, besar kemungkinan akibat yang ditimbulkannya pun akan negatif. Begitu juga halnya apabila guru tersebut mengabaikan sifat sabar, adil dan pemaaf dalam memberikan hukuman.

Dampak negatif yang ditimbulkan itu antara lain merasa direndahkan harga diri siswa dan memunculkan sikap permusuhan terhadap yang memberikan hukuman. Keadaan demikian sangat memprihatinkan dan pada akhirnya akan berdampak negatif pula terhadap pergaulannya sehari-hari baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat mengganggu kosentrasi belajar mereka. Apabila mereka tidak kosentrasi lagi dalam belajar, maka akan berakibat pada prestasi belajar mereka yang tidak akan optimal.

(46)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.23

Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:

1. Hipotesis kerja/hipotesis alternatif disingkat dengan Ha. Hipotesis kerja menyatakan ada pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y. 2. Hipotesis nol disingkat dengan Ho menyatakan tidak ada pengaruh

variabel X terhadap variabel Y.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan: “terdapat pengaruh positif anatara hukuman dengan siswa yang salah memanfaatkan teknologi informasi di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang. Dan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian ini, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian dengan menggunakan hipotesis alternatif (Ha) atau disebut juga dengan hipotesis kerja dan hipotesis nol (Ho) yang sering juga disebut dengan hipotesis statistik, sebagai berikut:

(47)

Ha: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara hukuman dengan siswa yang salah memanfaatkan teknologi informasi di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang.

Ho: Terdapat pengaruh yang signifikan antara hukuman dengan siswa yang salah memanfaatkan teknologi informasi di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang.

(48)

48

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Metode Kuantitatif yang bersifat korelasi yang menghubungkan antara dua variabel, dengan menyusun instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data dalam bentuk angket atau kuesioner (pertanyaan). Kemudian penulis melakukan apa yang disebut dengan “Deskriptif Analisis” yaitu dengan menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa informasi dan data yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti. Data dan informasi tersebut diperoleh melalui penelitian lapangan (Field Research).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penulis mengambil tempat penelitian di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang. Adapun alasan penulis memilih lokasi di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang karena berdasarkan survey yang penulis lakukan di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang untuk melihat pengaruh apa yang timbul karena pemberian hukuman terhadap siswa yang salah memanfaatkan teknologi informasi di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 3 sampai 21 Juli 2017 tahun pelajaran 2017/2018.

(49)

C. Variabel Penelitian dan Sum ber Data 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya .1 Sering juga variabel diartikan gejala yang menjadi penelitian atau apa saja yag menjadi perhatian penelitian yaitu:

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel terikat.

Variabel bebas (X): Pemberian hukuman b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel terikat (Y): Siswa yang salah memanfaatkan teknologi informasi.

2. Sumber Data

Bahan untuk menyusun suatu informasi diperoleh dari sumber data. Arikunto mengatakan sumber data adalah subjek dari mana data itu diperoleh.2 Data adalah fakta yang tercatat. Data merupakan unsur penting dalam penelitian dilihat dari sumber dan jenis data ada dua yaitu:

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, 2009), h. 61 2 Ibid,h. 308

(50)

a. Data primer yaitu data yang diambil langsung tanpa perantara dari sumbernya. Data primer dapat diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap objek penelitian, wawancara dan kuisioner.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen, laporan-laporan, karya tulis orang lain dan surat kabar.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka sumber data penelitian ini adalah hasil angket kepada siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang, yaitu angket pemberian hukuman terhadap siswa yang salah memanfaatakan teknologi informasi di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdidri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Tilatang kamang.3

Tabel 3.1

Jumlah Siswa Kelas XI Di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang Tahun Pelajaran 2016/2017

No Kelas Populasi

3 Ibid, h. 117

(51)

1 XI TGB 28 2 XI TITL 1 24 3 XI TITL 2 23 4 XI TKJ 27 5 XI TKR 1 32 6 XI TKR 2 21 7 XI TKR 3 21 Jumlah 176

Sumber :Daftar Siswa Kelas XI Tahun Pelajaran 2016/2017 Di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut. Dalam pengambilan sampel ini penulis menggunakan teknik Random Sampling. Random Sampling yaitu teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.4 Penentuan besaran sampel pada penelitian ini, penulis menggunakan pendapat Suharsimi Arikunto bahwa jika:

“Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih,tergantung kemampuan waktu, tenaga, dana, sempit luasnya

4 Ibid, h. 117

(52)

wilayah pengamatan dan besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti”.5

Melihat jumlah populasi yang cukup banyak yaitu 176 siswa maka penulis menetapkan menarik sampel sebanyak 25%, sehingga 25% dari total populasi sebanyak 44 orang yang dipilih secara acak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel

1 XI TGB 28 28 X 25%= 7 2 XI TITL 1 24 24 X 25%= 6 3 XI TITL 2 23 23 X 25%= 6 4 XI TKJ 27 27 X 25%= 7 5 XI TKR 1 32 32 X 25%= 8 6 XI TKR 2 21 21 X 25%= 5 7 XI TKR 3 21 21 X 25%= 5 Jumlah 176 44

Daftar nama sampel dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 78.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak dapat diwujudkan dalam benda yang

5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Suatu pendekatan Praktik), (Jakarta:PT

(53)

kasat mata, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, dokumentasi , dan lain-lain. 6 Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data yang mana paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliable.

Berdasarkan judul dan permasalahan di atas maka penulis mengambil teknik data sebagai berikut:

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tulisan kepada responden untuk dijawab olehnya.7 Angket terdiri dari 2 macam yaitu angket terstruktur yaitu angket yang berisi pertanyaan dan jawaban untuk pertanyaan tersebut dan angket tidak berstruktur yaitu angket yang tidak memuat jawaban yang diberikan.

Sesuai dengan pengertian tersebut, dalam penelitian ini penulis menggunakan angket berstruktur (tertutup). Angket untuk melihat pengaruh pemberian hukuman kepada siswa yang salah memanfaatkan teknologi informasi di SMK Negeri 1 Tilatang Kamang. Butir angket dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu pertanyan positif dan bertanyaan

6Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2013), h. 100 7 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2009), h.199

(54)

bersifat negatif. Penyekoran untuk setiap butir berdasarkan pilihan dan sifat butir sebagai berikut:

Tabel 3.3 Pengukuran Angket

Alternatif Butiran Angket Positif Butiran Angket Negatif

Selalu 5 1

Sering 4 2

Kadang-kadang 3 3

Jarang 2 4

Tidak pernah 1 5

Dengan memberi skor sesuai dengan kriteria di atas, maka keseluruhan skor dari item yang dijawab responden dijumlahkan. Dari skor yang diperoleh maka dapat ditetapkan tingkat pemberian hukuman terhadap siswa yang salah memanfaatkan teknologi informasi.

Angket dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan skala Likert yang penyusunannya melalui beberapa tahap yaitu:

a. Menentukan indikator tentang aspek-aspek pemberian hukuman dan penyalahgunaan teknologi informasi

Gambar

Tabel 3.2  Sampel Penelitian
Tabel 3.3  Pengukuran Angket
Tabel 3.4. Product Moment
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Variabel Pemberian  Hukuman
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang berhasil dengan terapi yang dianjurkan oleh dokter dan diabetes melitus tersebut dapat terkendali dengan baik, maka dapat menghambat atau mencegah keluhan fisik

dengan baik. Para pekerja akan merasa bangga apabila mereka dapat menunjukkan secara kongkret hasil pekerjaannya. Jika hasil pekerjaan tidak mendapat penghargaan

Mendapat pengetahuan mengenai hasil kekuatan tarik dan kekuatan sobek yang paling baik dari kertas seni yang berbahan limbah bulu ayam dan kulit singkong dengan penambahan CaO

Dari sulitnya mendapat pekerjaan dan tingkat pendidikan yang minim tersebut, masyarakat dapat mudah terpengaruh oleh ajakan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan apalagi dengan

Pentingnya peran guru dalam membentuk perilaku sosial emosional yang baik, karena guru merupakan figur yang sering anak perhatikan saat anak di sekolah, maka perilaku yang

Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran sains terhadap kemampuan berpikir logis anak dengan

Sebaliknya apabila kebiasaan belajar yang tidak baik diterapkan dalam mata pelajaran kearsipan tentu saja akan berdampak kurang baik, karena sama saja peserta didik tidak

Keluarga yang harmonis dapat menciptakan penyesuaian sosial yang baik pada diri anak, namun sebaliknya jika keluarga tidak memiliki peran bagi anak maka anak akan merasa