• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PALEOSTRUKTUR LAVA BASAL-ANDESITIK KALI MANDALA DAN DIABAS GUNUNG PARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PALEOSTRUKTUR LAVA BASAL-ANDESITIK KALI MANDALA DAN DIABAS GUNUNG PARANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PALEOSTRUKTUR LAVA BASAL-ANDESITIK

KALI MANDALA DAN DIABAS GUNUNG PARANG

Eko Puswanto1 dan Edi Hidayat 1

1UPT Balai Informasi Konservasi Kebumian Karangsambung LIPI

Email: epuswanto@gmail.com

ABSTRAK

Batuan beku mafis lava basal-andesitik Kali Mandala merupakan salah satu anggota Kompleks Mélange Luk Ulo yang tertanam dalam masa dasar lempung hitam yang tergeruskan berumur Kapur Atas – Paleosen. Lava basal-andesitik Kali Mandala berasosiasi dengan kekar-kekar sistematik, zona hancuran, bidang sesar dan cermin sesar dengan liniasi gores garis yang terawetkan dengan baik. Lava basal-andesitik Kali Mandala merupakan batas kontak Kompleks Mélange Luk Ulo dengan diabas produk intrusi dangkal vulkanik Tersier. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa arah tegasan purba pada zona hancuran lava basal-andesitik Kali Mandala dan diabas produk vulkanik Tersier Gunung Parang. Hasil penelitian menunjukkan arah tegasan purba pada zona hancuran lava basal-andesitik Kali Mandala secara umum mempunyai arah σ1 vertikal N60oE, σ2 N222oE, σ3 N314oE, kemiringan bidang sesar besar 45o-90o dan sudut geser sesar >45o. Deformasi ini menghasilkan sesar turun berarah timurlaut – baratdaya (NE – SW). Deformasi ekstensional pada palung subduksi Kompleks Melange Luk Ulo di Karangsambung Selatan ini bersamaan dengan fase regangan pada Eosen Tengah. Tektonik ekstensi masih aktif hingga Eosen Akhir menghasilkan kombinasi gaya ekstensi dan kompresi pada diabas Gunung Parang sehingga terbentuknya sesar geser sinistral berarah timur – barat (E – W) dengan arah tegasan purba σ1 N232oE, σ2 vertikal N96oE, dan σ3 N324oE, dan sudut geser sesar 10o-45o.

Kata kunci : lava basal, sesar, kekar, deformasi, ekstensional

ABSTRACT

An extrusive igneous rock-pillow lava andesitic basalt-in Mandala river is a member of Upper Cretaceous – Paleocene Luk Ulo Melange Complex enclosed in groundmass of scaly clay and sheared. The Mandala River Basaltic Lava Group (MRBLG) are associated with a systematic joints, fault planes, accompanied by the development of crushed zones and well-preserved slickenside fractures. MRBLG are tectonically bounded within the Luk Ulo Melange Complex and Tertiary Volcanic of the Gunung Parang Diabase (TVGPD) in the Karangsambung area. The purpose of this research is to analyze paleostress regimes in MRBLG’s and Gunung Parang Diabase in the Karangsambung area. The result of the paleostress reconstruction on MRBLG showed that the direction of σ1 vertically N60oE, σ2 N222oE, σ3 N314oE, the dip of fault plane 45o-90o and dip-slip

(2)

>45o. The deformation of this area produced normal fault in the direction of NE-SW. We interpreted that extensional deformation in the southern part of Karangsambung Luk Ulo Melange Complex was accompanied by rifting phase in the Middle Eocene. This deformation was still active until Late Eocene and produced strike slip fault in the direction of E-W, and Late Eocene Stress with the direction of σ1 N232oE, σ2 vertically N96oE, σ3 N324oE, and dip-slip 10o-45o which controlled by

combined extensional and compressional along the Tertiary Volcanic of the Gunung Parang Diabase (TVDGPD).

Keywords : lava basalt, fault, joint, deformation, extensional

PENDAHULUAN

Daerah penelitian berada di sekitar Kali Mandala dan Gunung Parang, Karangsambung pada koordinat UTM 49M -0353086 mE, 9166268 mS (Gambar 1). Secara fisiografi, daerah Karangsambung merupakan bagian dari jalur pegunungan Serayu Selatan. Zona Serayu Selatan tersusun oleh Kompleks Mélange Luk Ulo yang berumur Kapur Akhir berasosiasi dengan himpunan batuan ofiolit yang terpisah-pisah dan termetamorfkan (Suparka, 1986) serta batuan sedimen Paleogen Formasi Karangsambung dan Totogan. Himpunan batuan ofiolit berupa batuan bancuh dari kerak samudera, mantel atas, sedimen laut dalam, sedimen lereng benua, serta batuan metamorf bercampur dalam massa dasar batulempung, terbentuk hasil proses subduksi di palung laut dalam (Asikin, 1974; Suparka, 1986; Harsolumakso, 1996; Prasetyadi, 2007, Prasetyadi, 2008; Satyana, 2014). Proses subduksi Kapur-Paleosen di daerah ini berkaitan dengan deformasi kompresional yang menghasilkan sesar-sesar (backtrust) dengan struktur umum miring ke arah selatan. Hal ini yang mendasari Prasetyadi (2007) menginterpretasikan bahwa Kompleks Melange Luk Ulo sebagai akresi buritan. Kompleks Melange Luk Ulo Karangsambung Selatan dijumpai di sekitar batuan beku mafis lava basal-andesitik di Kali Mandala berasosiasi dengan zona hancuran, bidang sesar, cermin sesar, serta liniasi gores garis yang terawetkan dengan baik. Batuan beku mafis lava basal-andesitik di Kali Mandala ini menunjukkan kontak dengan satuan batuan Paleogen. Satuan batuan Paleogen di daerah penelitian ditafsirkan sebagai Formasi Karangsambung dan Totogan hasil mekanisme olistostrom yang terdeformasi setelah diendapkan (Asikin, 1974; Harsolumakso, 1996).

Satuan batuan Paleogen di daerah penelitian juga berhubungan dengan produk intrusi dangkal diabas Gunung Parang yang terbentuk bersamaan dengan proses pengendapan olistostrom Formasi Karangsambung dan Totogan pada Eosen Akhir-Oligosen Awal (Setiawan dkk., 2011).

(3)

Gambar 1. Lokasi pengamatan pada batas transisi Kompleks Melange Luk Ulo Karangsambung Selatan di sekitar batuan beku mafis lava basal-andesitik Kali Mandala dengan satuan batuan Paleogen, diabas Gunung Parang.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa struktur pada batas transisi Kompleks Melange Luk Ulo Karangsambung Selatan di sekitar batuan beku mafis lava basal-andesitik di Kali Mandala dengan satuan batuan Paleogen diabas Gunung Parang. Secara tidak langsung, deformasi ini diperkirakan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proses sedimentasi pengendapan olistostrom Formasi Karangsambung yang terbentuk bersamaan dengan produk intrusi dangkal diabas Gunung Parang.

METODOLOGI

Pendekatan metoda penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data geologi permukaan, terutama data primer struktur geologi di sekitar zona hancuran lava basal-andesitik Kali Mandala dan diabas produk vulkanik Tersier Gunung Parang berupa pengukuran kekar-kekar sistematik, bidang sesar dan cermin sesar dengan linisasi gores garis yang terawetkan dengan baik. Data struktur geologi yang diperoleh dianalisis kinematika dan kronologi arah tegasan purba dengan melalui beberapa

(4)

tahapan, yaitu : (i) identifikasi jenis struktur utama – penyerta dan geometrinya, (ii) identifikasi kinematika dan kronologi arah tegasan purba.

Data hasil pengukuran struktur geologi yang diperoleh di lapangan diolah dan dianalisis dengan metoda proyeksi streografis menggunakan program FaultKin 7 dan Dip versi 2.0. Program FaultKin 7 digunakan untuk membantu mengolah dan menganalisis identifikasi jenis struktur utama – penyerta berdasarkan data hasil pengukuran bidang sesar dan cermin sesar, meliputi data arah-kemiringan bidang sesar, sudut geser sesar, dan arah linisasi gores garis yang terawetkan. Penentuan identifikasi jenis jenis struktur utama sesar mengacu pada klasifikasi sesar Fossen (2010) yang d ibedakan berdasarkan kemiringan bidang sesar (dip of the fault) dan sudut geser (pitch). Program Dip versi 2.0 digunakan untuk menganaliasa hasil pengukuran dan pengamatan kekar-kekar sistematik di lapangan dengan memperhatikan hubungan saling memotong pada batuan yang mengalami gejala frakturasi untuk mengetahui periode deformasi dan arah tegasan purba.

HASIL PENELITIAN

Geologi Daerah Penelitian

Kompleks Melange Luk Ulo tersusun oleh himpunan batuan ofiolit berupa batuan bancuh dari kerak samudera, mantel atas, sedimen laut dalam, sedimen lereng benua, serta batuan metamorf bercampur dalam massa dasar batulempung. Salah satu himpunan batuan ofiolit tersebut adalah batuan beku mafis lava basal-andesitik yang dijumpai di Kali Mandala. Secara umum, lava basal-andesitik Kali Mandala berwarna abu-abu gelap, didominasi oleh mineral-mineral mafik berukuran kristal halus, setempat bertekstur lubang-lubang gas (vesikuler) dan indikasi pola aliran berbentuk konsentris-radier menyerupai bentuk bantal (Gambar 2). Lava basal-andesitik Kali Mandala mulai dari hilir ke hulu terkekarkan intensif, hampir sebagian besar memberikan kenampakan hancuran, terbreksiasi kuat dan terfragmentasi dengan komposisi fragmen dan matrik yang sama, meruncing dan terisi mineral sekunder kalsit. Setempat dijumpai bidang sesar dan cermin sesar dengan liniasi gores garis yang terawetkan dengan baik.

Kali Mandala yang berhulu di daerah Dakah mengalir relatif ke arah timurlaut-baratdaya searah dengan kelurusan struktur utama berada di sebelah utara Gunung Parang. Lava basal-andesitik Kali Mandala di bagian hulu berasosiasi dengan batulempung yang menunjukkan struktur perlapisan yang

(5)

tidak menerus, dengan fragmen-fragmen batuan beku basaltis dan batuan sedimen lainnya yang terdeformasi akibat aktivitas tektonik (Gambar 3).

Gambar 2. A. Lava basal-andesitik Kali Mandala berasosiasi dengan rijang berwarna merah kecoklatan. B. Indikasi lubang-lubang gas pada tubuh lava basal-andesitik (lensa kamera N5oE).

Gambar 3. A. Tubuh lava basal-andesitik yang terfragmentasi dengan fragmen dan matrik dengan komposisi yang sama, meruncing dan terisi mineral sekunder kalsit. Batulempung yang menunjukkan struktur aliran serta perlapisan yang tidak menerus (lensa kamera N5oE).

Struktur Geologi

Deformasi Ekstensional Lava basal-andesitik Kali Mandala

Deformasi tektonik pada lava basal-andesitik Kali Mandala menghasilkan zona hancuran, bidang sesar, cermin sesar dengan liniasi gores garis yang terawetkan dengan baik. Breksi sesar pada zona hancuran menghasilkan fragmentasi dengan arah utama N5oE, berasosiasi dengan gash fracture dan

shear fracture sebagaimana tampak pada Gambar 4. Beberapa slickenside (cermin sesar) terawetkan

dengan baik pada lava basal-andesitik Kali Mandala; dengan bidang sesar N62oE/56o, pitch 55o;

A

B

(6)

N76oE/71o, pitch 70o; N86oE/78o, pitch 75o; N43oE/58o, pitch 75o. Hasil analisis stereografis menunjukkan bahwa secara umum bidang sesar ini mengindikasikan sesar turun berarah timurlaut – baratdaya (NE – SW) dan mempunyai arah σ1 vertikal N60oE, σ2 N222oE, σ3 N314oE, kemiringan bidang sesar besar 45o-90o dan sudut geser sesar >45o(Gambar 5). Hal ini mengindikasikan bahwa struktur utama yang mengkontrol deformasi tektonik pada lava basal-andesitik Kali Mandala relatif berarah timurlaut-baratdaya.

Gambar 4. A. Breksi sesar pada zona hancuran menghasilkan fragmentasi dengan arah utama N5oE dan berasosiasi dengan gash fracture dan shear fracture (lensa kamera N5oE). B. Sketsa zona

hancuran Kali Mandala. C. Cermin sesar terawetkan dengan baik, bidang sesar N62oE/56o, pitch

55o(lensa kamera N295oE).

Diabas Gunung Parang

Batas transisi Kompleks Melange Luk Ulo yang berkembang di sekitar batuan beku mafis lava basal-andesitik Kali Mandala adalah satuan batuan Paleogen yang berkaitan dengan produk vulkanisme Tersier Gunungapi Dakah. Proses vulkanisme ini mengindikasikan intrusi dangkal dan berkaitan dengan aktivitas gunungapi bawah laut (Setiawan dkk., 2011), ditunjukkan dengan kehadiran diabas Gunung Parang berstruktur kekar tiang (columnar joint) berasosiasi dengan lava basal berstruktur

B

A

Pitch

(7)

bantal di Kali Jebug, Watutumpang. Secara umum, batuan beku diabas berwarna abu-abu cerah, holokristalin, didominasi oleh mineral piroksen dan plagioklas, berstruktur diabasik, setempat terpotong oleh veinlet kalsit tipis.

Gambar 5. A. Analisis streografis (equal area on lower hemisphere) bidang sesar N62oE/56o, pitch 55o;

N76oE/71o, pitch 70o; N86oE/78o, pitch 75o; N43oE/58o, pitch 75o pada lava basal-andesitik Kali

Mandala secara umum berupa sesar turun (normal fault; Anderson, 1951). B. Analisis streografis

shear fracture dan gash fracture

Gambar 6. Batas kontak antara diabas Gunung Parang dan batulempung berlapis Formasi Karangsambung (lensa kamera N335oE). A. Deformasi ekstensional sesar turun pada diabas, bidang sesar N72oE/55o, pitch 80o. B. Ilustrasi hubungan deformasi ekstensional dan kompresional. Batulempung Formasi Karangsambung dikontrol sesar naik (bidang sesar N72oE/88o, pitch 50o)

berpasangan dengan sesar geser dekstral (N350oE/50o, pitch 10o).

A

B

(8)

Deformasi Ekstensional Diabas Gunung Parang

Tubuh diabas Gunung Parang mengindikasikan telah beberapa kali terdeformasi oleh aktivitas tektonik dengan periode deformasi yang berbeda. Aktivitas tektonik yang pertama menghasilkan deformasi ekstensional sesar turun dengan bidang sesar N72oE/55o, pitch 80o (Gambar 6.A). Analisis stereografis mengindikasikan sesar turun ini dipengaruhi oleh tegasan purba dengan arah σ1 vertikal N100oE, σ2 N250oE, dan σ3 N342oE (Gambar 8.B). Sesar turun ini diinterpretasikan sebagai hasil reaktivasi sesar turun lava basal-andesitik Kali Mandala.

Sesar turun pada lava basal-andesitik Kali Mandala dan diabas Gunung Parang menghasilkan cekungan sedimentasi graben dimana batulempung Formasi Karangsambung diendapkan. Cekungan graben yang dalam ini memungkinkan terbentuknya proses sedimentasi batulempung Formasi Karangsambung yang dipengaruhi oleh pelongsoran akibat gaya berat. Hampir sebagian besar perlapisan batulempung mengindikasikan telah terdeformasi menghasilkan kenampakan menyerpih, tergerus dan bersisik. Batas kontak diabas Gunung Parang dan batulempung berlapis dengan bidang perlapisan N265oE/70o menghasilkan deformasi kompresional sesar naik (bidang sesar N72oE/88o,

pitch 50o) berpasangan dengan sesar geser dekstral (bidang sesar berkedudukan N350oE/50o, pitch 10o) diinterpretasikan sebagai sesar geser antitetik, sebagaimana tampak pada Gambar 6. Tegasan purba pada sesar naik mempunyai arah σ1 N200oE, σ2 N81oE, σ3 N320oE. Tegasan purba pada sesar geser dekstral mempunyai arah σ1 N190oE, σ2 vertikal N64oE, σ3 N294oE.

Deformasi Kompresional Diabas Gunung Parang

Aktivitas tektonik yang kedua pada tubuh diabas Gunung Parang menghasilkan deformasi sesar geser sinistral yang dipengaruhi oleh tegasan kompresi, dengan bidang sesar N85oE/88o, pitch 22o. Analisis stereografis mengindikasikan sesar geser sinistral ini dipengaruhi oleh tegasan purba dengan arah σ1 horisontal N232oE, σ2 vertikal N96oE, dan σ3 N324oE (Gambar 7). Tektonik deformasi ini menghasilkan terbentuknya sesar geser sinistral (strike slip fault; Anderson, 1951) dengan sudut geser sesar 10o-45o berarah timur – barat (E – W).

(9)

Gambar 7. Sesar geser pada tubuh diabas Gunung Parang berstruktur kekar tiang. A. Sesar geser sinistral pada diabas Gunung Parang dengan bidang sesar N85oE/88o, pitch 22o (lensa kamera N345oE). B. Cermin sesar pada diabas Gunung Parang dengan arah σ1 N232oE, σ2 vertikal N96oE, dan σ3

N324oE.

Sesar geser sinistral ini dapat diinterpretasikan sebagai sesar geser utama (sesar geser sintetik; Moody & Hill, 1954) yang mempengaruhi deformasi lentur ductile-semi ductile pada satuan batuan Paleogen terutama batulempung Formasi Karangsambung di sekitar Gunung Parang. Aktivias tektonik ini menghasilkan kenampakan menyerpih, tergerus dan bersisik pada batulempung berlapis Formasi Karangsambung. Pada beberapa bagian, kontrol sesar geser sinistral menghasilkan deformasi lentur

ductile-semi ductile sehingga terbentuk struktur perlipatan mikro menyerupai huruf “S” (S-shaped structure) pada batulempung berlapis Formasi Karangsambung (Gambar 8). Pola ini

mengindikasikan bahwa sesar geser sinistral Gunung Parang telah mempengaruhi deformasi lentur pada batulempung Formasi Karangsambung menghasilkan struktur lipatan (shear-related fold).

Gambar 8. A. Kenampakan deformasi lentur ductile-semi ductile pada batulempung Formasi Karangsambung menghasilkan struktur perlipatan mikro menyerupai huruf “S” (lensa kamera N55oE). B. Interpretasi sesar geser sinistral mengkontrol

pembentukan struktur “S”

B

A

(10)

DISKUSI

Peneliti pendahulu menyebutkan, bahwa proses subduksi Kapur Akhir-Paleosen di daerah Karangsambung berkaitan dengan deformasi kompresional menghasilkan sesar-sesar (backtrust) pada Komplek Melange Luk Ulo dengan struktur umum miring ke arah selatan. Hal ini yang mendasari Prasetyadi, 2007 menyimpulkan bahwa Komplek Melange Luk Ulo merupakan bagian dari prisma akresi buritan. Sebelum terbentuknya deformasi kompresional setelah pengendapan Formasi Karangsambung pada Eosen Akhir-Oligosen Awal diinterpretasikan daerah Karangsambung Selatan dipengaruhi oleh tektonik ekstensional. Deformasi ekstensional diinterpretasikan terbentuk bersamaan dengan fase regangan pada Eosen Tengah, menghasilkan sesar turun pada lava basal-andesitik Kali Mandala dengan arah tegasan utama timur laut – baratdaya. Pembentukan deformasi ekstensional pada Eosen Tengah di daerah ini tidak lepas dari pengaruh struktur geologi pola meratus yang telah ada sebelumnya. Fase regangan ini menghasilkan cekungan laut dangkal di Karangsambung Utara, dimana Formasi Bulukuning diendapkan (Prasetyadi, 2008). Sementara itu, deformasi ekstensional di Karangsambung Selatan menghasilkan cekungan laut dalam dimana Formasi Karangsambung diendapkan. Tektonik ekstensional ini diinterpretasikan seiring dengan proses pengangkatan komplek prisma akresi pada saat berhentinya proses subduksi Kapur yang dipengaruhi oleh tumbukan mikro kontinen Gondwana (Sribudiyani dkk ., 2003 & Prasetyadi, 2007). Berhentinya proses subduksi Kapur menghasilkan 2 cekungan, cekungan utara berubah menjadi cekungan laut dangkal dimana Formasi Bulukuning diendapkan (Prasetyadi, 2007) sementara cekungan lain terutama di selatan, terbentuk cekungan sedimentasi yang sempit dan dalam dimana Formasi Karangsambung diendapkan. Proses sedimentasi pada cekungan graben ini memungkinkan terbentuknya tektonik gravitasi menghasilkan mekanisme longsoran bawah laut akibat gaya berat yang disebut oleh Asikin, 1974 sebagai olistostrom. Setiawan dkk., 2011 menyebutkan bersamaan dengan proses pengendapan olistostrom Formasi Karangsambung dan Totogan terbentuk intrusi dangkal diabas Gunung Parang yang berafinitas tholeiit pada Eosen Akhir. Intrusi dangkal Gunung Parang ini merupakan bagian kompleks vulkanisme Tersier Gunungapi Dakah yang terbentuk oleh adanya sistem subduksi baru yang menunjam di bawah Komplek Melange Luk Ulo hingga kedalaman 80-125 km.

(11)

Tampak dalam model tektonik Eosen Akhir – Oligosen Awal (Gambar 9) sesar turun pada pada

volcanic neck diabas Gunung Parang mengindikasikan bahwa tektonik ekstensi masih aktif hingga

Eosen Akhir. Dalam perkembangannya, deformasi tektonik menghasilkan kombinasi gaya ekstensi dan kompresi menghasilkan sesar geser (strike slip fault), menyebabkan tubuh diabas Gunung Parang dipengaruhi oleh sesar utama berupa sesar geser sinistral. Deformasi ini mempengaruhi cekungan sedimentasi menjadi tidak stabil, memicu terbentuknya deformasi lentur ductile-semi ductile pada batulempung Formasi Karangsambung. Deformasi lentur ini menghasilkan perlapisan batulempung yang buruk, dan kenampakan tergerus dan bersisik. Hal inilah yang mengindikasikna bahwa endapan olistostrom Formasi Karangsambung dan Totogan terdeformasi setelah diendapkan pada kala Oligosen-Miosen hingga Miosen Awal-Tengah (Harsolumakso, 1996) atau memasuki Oligosen Akhir sebelum pengendapan Formasi Waturanda di bagian tengah Zona Serayu Selatan (Husein dkk., 2013).

Gambar 9. Model tektonik kompresi dan ekstensi Eosen Akhir – Oligosen Awal Karangsambung (Prasetyadi, 2007 & Setyawan dkk., 2011 dengan modifikasi)

KESIMPULAN

Proses subduksi Kapur-Paleosen selain menghasilkan deformasi kompresional juga menghasilkan deformasi ekstensional pada palung subduksi Komplek Melange Luk Ulo di Karangsambung Selatan bersamaan dengan fase regangan pada Eosen Tengah, sehingga terbentuk cekungan yang sempit dan dalam dimana Formasi Karangsambung diendapkan

(12)

Deformasi ekstensional secara umum mempunyai arah tegasan utama timur laut – baratdaya dengan σ1 vertikal N60oE, σ2 N222oE, σ3 N314oE, kemiringan bidang sesar besar 45o-90o dan sudut geser sesar >45o, berupa sesar turun (normal fault; Anderson 1951).

Deformasi ekstensional masih aktif hingga Eosen Akhir dan menghasilkan kombinasi gaya ekstensi-kompresi menghasilkan sesar geser sinistral (strike slip fault; Anderson, 1951) dengan arah tegasan purba timur – barat σ1 N232oE, σ2 vertikal N96oE, dan σ3 N324oE, dan sudut geser sesar 10o-45o.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, C.I., Magetsari, N.A., Purwanto, H.S., 2003, Analisis Dinamik Tegasan Purba pada Satuan Batuan Paleogen – Neogen di Daerah Pacitan dan Sekitarnya, Provinsi Jawa Timur Ditinjau dari Studi Sesar Minor dan Kekar Tektonik, Proceeding ITB Saind & Tek , Volume 35 A, No. 2, h. 111-127

Anderson, E. M., 1951, The Dynamics of Faulting, Oliver and Boyd, Edinburgh.

Asikin S. 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya Ditinjau dari Segi Teori Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung, tidak dipublikasikan, 103 hal.

Asikin S., Handoyo A., Busono H., dan Gafoer S, 1992, Geologic Map of Kebumen Quadrangle,

Java, scale 1 : 100.000. Geological Research and Development Center, Bandung.

Fossen, H., 2010, Structural Geology, Cambridge University Press.

Harsolumakso, A. H., 1996, Status Olistostrom di Daerah Luk Ulo, Jawa Tengah; suatu tinjauan stratigrafi, umur dan deformasi, Kumpulan Makalah Seminar Nasional

Husein, S., Jyalita, J., Nursecha, M.A.Q., 2013, Kendali Stratigrafi dan Struktur Gravitasi Pada Rembesan Hidrokarbon Sijenggung, Cekungan Serayu Utara, GeoResearch, HMTG

Annual Proceeding 2012-2013, h. 21-38.

Prasetyadi, C., 2007, Evolusi Tektonik Paleogen Jawa Bagian Timur, Disertasi ITB, tidak dipublikasikan.

(13)

Prasetyadi, 2008, ”Formasi Bulukuning” dan ”Komplek Larangan” Usulan Formasi Baru Berdasarkan Penemuan Baru Batuan Eosen di Daerah Karangsambung Utara, Majalah

Geologi Indonesia, Volume 23 No 1 dan 2, April dan Agustus, 2008

Rickard, M.J. 1972. Fault Classification – Discussion : Geology Society of America Bulletin, v. 83, p. 2545 - 2546

Suparka, M.E., 1986, Studi Petrologi dan Pola Kimia Komplek Ofiolit Karangsambung Utara, Luh Ulo, Jawa Tengah, Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung, tidak dipublikasikan, 181 hal.

Satyana, A.H., 2014, New Consideration on The Cretaceous Subduction Zone of Ciletuh-Luk Ulo-Bayat-Meratus: Implications for Southeast Sundaland Petroleum Geology, Proceeding

Gambar

Gambar 1.  Lokasi pengamatan  pada batas transisi  Kompleks Melange  Luk  Ulo  Karangsambung Selatan di  sekitar  batuan  beku  mafis  lava  basal-andesitik  Kali  Mandala  dengan  satuan  batuan  Paleogen,  diabas Gunung Parang
Gambar 2.  A.  Lava basal-andesitik Kali Mandala berasosiasi dengan rijang berwarna  merah kecoklatan
Gambar  4.  A.  Breksi  sesar  pada  zona  hancuran  menghasilkan  fragmentasi  dengan  arah  utama  N5 o E  dan  berasosiasi  dengan  gash  fracture  dan  shear  fracture  (lensa  kamera  N5 o E)
Gambar  5.  A.  Analisis  streografis  (equal  area  on  lower  hemisphere)  bidang  sesar  N62 o E/56 o ,  pitch  55 o ;  N76 o E/71 o , pitch 70 o ; N86 o E/78 o , pitch 75 o ; N43 o E/58 o , pitch 75 o  pada lava basal-andesitik Kali  Mandala secara umu
+3

Referensi

Dokumen terkait