• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

8

2.1.1 Pemasaran

1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu dari seluruh kegiatan pokok yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dalam usahanya mengembangkan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Pada dasarnya, pengertian pemasaran adalah suatu proses yang mempertemukan kemampuan perusahaan (produsen) dengan kebutuhan pelanggan (konsumen) untuk mencapai tujuan perusahaan serta memenuhi kebutuhan pelanggan. Pemasaran bukan hanya sekedar menjual produk, tetapi juga memiliki aktivitas penting dalam menganalisis dan mengevaluasi segala kebutuhan dan keinginan para konsumen.

Menurut Kotler dan Amstrong (2012:28) “ The process by which companies create value for customer and build strong relationship with customers in order to capture value from customers in return “ yang artinya proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalan.

Menurut Stanton dalam Dharmmesta dan Handoko (2011:4) mendefinisikan pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Sedangkan Mursid

(2)

(2008:26) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. Atau dapat dikatakan pula bahwa pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang bertalian dengan arus penyerahan barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen.

Pemasaran yang dikemukakan oleh ahli dapat diketahui bahwa pemasaran merupakan suatu sistem dari kegiatan bisnis yang saling berhubungan dan ditujukan untuk merencanakan, mendistribusikan, dan mempromosikan barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Kegiatan pemasaran harus dikoordinasi dan dikelola dengan baik maka, dikenal istilah manajemen pemasaran.

2. Konsep Pemasaran

Kunci dalam konsep pemasaran untuk mencapai tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif dari pesaing dalam menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang lebih baik kepada pasar sasaran yang dipilih (Kotler dan Keller, 2009:20).

Konsep pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2007:7) terdiri dari : a. Kebutuhan, keinginan, dan permintaan

Konsep pemasaran yang paling dasar yang mendasari pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah bagian dasar dari sifat kodrati manusia, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, keamanan dan lain-lain. Keinginan adalah bentuk kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian individu. Seseorang biasanya mempunyai keinginan tidak terbatas tetapi

(3)

sumber daya yang ada terbatas. Seseorang akan memilih produk atau jasa yang lebih banyak memberi nilai dan kepuasan. Ketika didukung oleh daya beli keinginan akan berubah menjadi permintaan. Dengan sumber daya dan keinginan yang sudah tertentu, orang akan memilih produk dengan tingkat kepuasan yang tinggi. b. Produk dan jasa

Orang akan memuaskan kebutuhan dan keinginannya dengan produk dan jasa. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang bisa memuaskan kebutuhan dan keinginan. Sedangkan jasa adalah segala aktivitas atau manfaat yang ditawarkan untuk dijual oleh suatu pihak yang secara esensial tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan atas apapun.

c. Nilai, kepuasan, dan kualitas

Konsumen biasanya menghadapi beberapa pilihan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumen membuat pilihan pembelian berdasarkan pada persepsi mereka mengenai nilai yang melekat pada berbagai produk dan jasa tersebut. Nilai bagi pelanggan (customer value) merupakan perbedaan antara nilai yang dinikmati pelanggan karena memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya untuk memiliki produk tersebut. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) tergantung pada kinerja produk dalam memberikan nilai terhadap harapan pembeli. Bila kinerja

(4)

produk jauh lebih rendah dari pada harapan, maka pembeli merasa puas. Dan bila kinerja produk melebihi harapan, maka pembeli merasa sangat gembira. Pelanggan yang merasa puas akan melakukan pembelian ulang dan mereka memberitahu orang lain mengenai pengalaman baik tentang produk. Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas dapat didefinisikan sebagai sifat dan karakteristik total produk atau jasa yang berhubungan dengan kemampuan memuaskan kebutuhan pelanggan.

d. Pertukaran, transaksi, dan relasional

Pemasaran terjadi ketika orang memutuskan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan lewat pertukaran, pertukaran adalah tindakan memperoleh obyek yang didambakan seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai penggantinya. Bila pertukaran merupakan konsep inti pemasaran, transaksi di sisi lain adalah unit pengukuran pemasaran. Suatu transaksi terdiri dari perdagangan di mana pihak yang satu memberi kepada pihak lain dan memperoleh sesuatu sebagai penggantinya. Pemasaran transaksi merupakan bagian dari ide pemasaran relasional. Lebih dari sekedar menciptakan transaksi jangka pendek, pemasar perlu membina hubungan jangka panjang dengan pelanggan, distributor, dealer dan pemasok yang bernilai tinggi.

e. Pasar

(5)

Pasar adalah kumpulan pembeli aktual dan potensial dari sebuah produk. Para pembeli mempunyai kebutuhan atau keinginan yang sama dapat dipuaskan lewat pertukaran. Jadi, ukuran pasar tergantung dari jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan, memiliki sumber daya untuk melakukan pertukaran, dan bersedia menawarkan sumber daya dalam pertukaran itu untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

2.2 Harga (Price) 2.2.1 Pengertian Harga

Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang seringkali dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam melakukan pembelian dan tidak bisa dikesampingkan oleh perusahaan. Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Swastha dan Irawan (2009:93) mendefinisikan harga sebagai sejumlah uang (ditambah beberapa produk) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa harga yang dibayar oleh pembeli sudah termasuk layanan yang diberikan oleh penjual. Banyak perusahaan mengadakan pendekatan terhadap penentuan harga bedasarkan tujuan yang hendak dicapainya. Adapun tujuan tersebut dapat berupa meningkatkan penjualan, mempertahankan market share, mempertahankan stabilitas harga, mencapai laba maksimum dan sebagainya.

Tandjung (2004:78) menyatakan bahwa harga adalah jumlah uang yang telah disepakati oleh calon pembeli dan penjual untuk ditukar dengan barang atau

(6)

jasa dalam transaksi bisnis normal.

Kotler (2012:107) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan harga adalah jumlah uang yang ditetapkan oleh produk untuk dibayar oleh konsumen atau pelanggan guna menutupi biaya produksi, distribusi dan penjualan pokok termasuk pengembalian yang menandai atas usaha dan resikonya.

Menurut Rambat & Hamdani (2006:52) bahwa harga adalah uang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat yang dimiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Menurut Alma (2009:169) pengertian harga yaitu suatu atribut yang melekat pada suatu barang yang memungkinkan barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan memuaskan konsumen (satisfaction) yang dinyatakan dengan uang.

Menurut Widiana dan Sinaga (2010:59) harga adalah sejumlah uang yang ditambahkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Dapat juga disampaikan harga adalah nilai dari produk atau jasa yang diharapkan bersama pelayanannya, yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan sejumlah produk.

Harga menurut Kotler (2010:85) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa. Harga merupakan faktor penentu yang mempengaruhi pilihan pembelian, hal ini masih menjadi kenyataan di

(7)

negara-negara dunia ketiga, di kalangan kelompok-kelompok sosial yang miskin, serta pada bahan-bahan pokok sehari-hari. Namun dalam dasawarsa terakhir ini, faktor-faktor lain selain harga telah beralih menjadi relative lebih penting dalam proses pembelian. Harga dapat menunjukkan kualitas merek dari suatu produk, dimana konsumen mempunyai anggapan bahwa harga yang mahal biasanya mempunyai kualitas yang baik. Pada umumnya harga mempunyai pengaruh yang positif dengan kualitas. Konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang positif antara harga dan kualitas suatu produk, maka mereka akan membandingkan antara produk yang satu dengan produk yang lainnya, dan barulah konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu produk. Tjiptono (2009:101) mengatakan bahwa, harga memiliki dua peranan utama dalam mempengaruhi minat beli, yaitu:

a. Peranan alokasi dari harga

Fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

b. Peranan informasi harga

Fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau

(8)

manfaatnya secara obyektif. Presepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

Adapun setiap perusahaan memiliki kebijakan berbeda dalam menetapkan harga yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan. Hal tersebut tidak lepas dari keputusan yang dibuat sebelumnya oleh perusahaan mengenai penempatan pasar. Pertama kali perusahaan harus menentukan terlebih dahulu apa yang ingin dicapai dari suatu produk tertentu. Bila perusahaan telah menjatuhakan pilihannya pada suatu pasar sasaran dengan penempatan pasar tertentu, maka strategi penempatan pasar tertentu, strategi bauran pemasarannya, termasuk harga, akan lebih cepat ditentukan ( Kotler, 2009:111 ).

Sedangkan salah satu tujuan penetapan harga adalah tujuan yang berorientasi pada citra, Tjiptono (2009:105). Citra suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Dalam tujuan berorientasi pada citra, perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan jalan melakukan diferensiasi produk atau dengan jalan melayani segmen pasar khusus. Dan hal ini paling banyak terjadi pada perusahaan-perusahaan yang menjual produk yang termasuk kategori special goods maupun produk yang membutuhkan keterlibatan tinggi dalam proses pembelian.

Setelah harga ditetapkan maka harga tersebut dapat dimodifikasi agar menarik konsumen dengan cara (Tjiptono, 2008) :

1. Harga sesuai kualitas produk 2. Harga bersaing

(9)

3. Harga terjangkau

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga

Menurut Angipora (2002:275) dalam penetapan harga meliputi 4 tahap, yaitu :

a. Mengestimasi permintaan produk

Pada tahap ini seharusnya produsen perlu membuat estimasi permintaan barang atau jasa yang dihasilkan secara total. Hal ini untuk lebih memudahkan dilakukan terhadap permintaan barang yang ada dibandingkan dengan permintaan yang baru.

b. Mengetahui lebih dahulu reaksi dalam persaingan

Kebijakan penentuan harga tentu harus memperhatikan kondisi persaingan yang ada dipasar serta sumber-sumber penyebab lainnya. Sumber-sumber persaingan yang ada dapat berasal dari :

1) Barang sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan lain 2) Barang pengganti

3) Barang lain yang dibuat perusahaan lain yang sama-sama menginginkan uang konsumen.

c. Menentukan market share

Bagi perusahaan yang ingin beregerak dan maju lebih cepat tentu selalu mengharapkan market share yang lebih besar. Memang harus disadari bahwa harapan untuk mendapatkan market share yang lebih besar harus ditunjang oleh kegiatan promosi dan kegiatan lain dari persaingan non harga, disamping dengan penentuan harga tertentu. Usaha meningkatkan

(10)

market share yang diharapkan tersebut akan sangat dipengaruhi oleh kapasitas produksi yang ada, biaya ekspansi dan mudahnya memasuki persaingan.

d. Memilih strategi harga untuk mencapai target pasar

Ada beberapa strategi harga yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai target pasar yang sesuai yaitu :

1) Penetapan harga penyaringan

Strategi ini berupa penetapan harga yang setinggi-tingginya. Kebijakan penetapan harga ini memiliki tujuan untuk menutupi biaya penelitian pengembangan dan promosi.

2) Penetapan harga penetrasi

Merupakan strategi yang serendah-rendahnya untuk mencapai pasar-pasar massal secara cepat yang bertujuan untuk mencapai volume penjualan yang sebesar-besarnya dalam waktu relatif singkat.

3) Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan

Faktor lainnya harus dipertimbangkan dalam penentuan harga adalah mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan dengan melihat pada barang, sistem distribusi dan program promosinya.

2.2.3 Indikator Harga

Indikator yang mencirikan harga yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (Stanton, 2009:97) :

(11)

b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk c. Daya saing harga

d. Kesesuaian harga dengan manfaat.

2.3 Loyalitas Merek (Brand Loyalty) 2.3.1 Pengertian Loyalitas Merek

Menurut Schiffman dan Kanuk (2010) loyalitas merek merupakan pilihan konsumen secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifik atau kategori tertentu.

Menurut Rangkuty (2011:60) menyatakan bahwa loyalitas merek adalah suatu ukuran kesetiaan konsumen terhadap suatu merek.

2.3.2 Pengukuran Loyalitas Merek

Menurut Durianto (2011:132) terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengukuran loyalitas terhadap merek, yaitu:

a. Pengukuran Perilaku (Behavior measures)

Suatu cara langsung untuk menetapkan loyalitas, terutama untuk perilaku kebiasaan (habitual behavior) adalah dengan memperhitungkan pola pembelian yang aktual, yaitu:

a.i.1. Tingkat pembelian ulang (Repurchase rates), yaitu tingkat presentase pelanggan yang membeli merek yang sama pada kesempatan membeli jenis produk tesebut.

a.i.2. Presentase pembelian (Percent of purchase), yaitu tingkat presentase pelanggan untuk setiap merek yang dibeli dari beberapa pembelian terakhir.

(12)

a.i.3. Jumlah merek yang dibeli (Number of brand purchase), yaitu tingkat presentase pelanggan dari suatu produk untuk hanya membeli satu merek, dua merek, tiga merek dan seterusnya. Loyalitas pelanggan sangat bervariasi diantara beberapa kelas produk, tergantung pada jumlah merek yang bersaing dan karakteristik produk tersebut.

b. Pengukuran Biaya Peralihan (Switching cost)

Pengukuran terhadap variabel ini dapat mengidentifikasikan loyalitas pelanggan terhadap suatu merek. Pada umumnya jika biaya untuk berganti merek sangat mahal, pelanggan akan enggan untuk berganti merek sehingga laju penyusutan dari kelompok pelanggan dari waktu ke waktu akan rendah.

c. Pengukuran Kepuasan (Measuring satisfaction)

Pengukuran terhadap kepuasan maupun ketidakpuasan pelanggan suatu merek merupakan indikator penting dari loyalitas merek. Bila ketidakpuasan pelanggan terhadap suatu merek rendah, maka pada umumnya tidak cukup alasan bagi pelanggan untuk beralih mengkonsumsi merek lain kecuali bila ada faktor-faktor penarik yang sangat kuat.

d. Pengukuran Kesukaan Terhadap Merek (Measuring liking the brand) Kesukaan terhadap merek, kepercayaan, perasaan-perasaan hormat atau bersahabat dengan suatu merek membangitkan kehangatan dalam perasaan pelanggan. Akan sangat sulit bagi merek lain untuk dapat menarik pelanggan yang sudah mencintai merek hingga tahapan ini.

(13)

e. Pengukuran Komitmen (Measurement of commitment)

Merek dengan brand equity yang tinggi akan memiliki sejumlah besar pelanggan yang setia dengan segala bentuk komitmennya. Salah satu indikator kunci adalah jumlah interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan produk tersebut. Kesukaan pelanggan terhadap suatu merek akan mendorong mereka untuk membicarakan merek tersebut kepada pihak lain, termasuk merekomendasikan untuk membeli produk dengan merek tersebut.

2.3.3 Indikator Loyalitas Merek

Indikator yang mencirikan loyalitas merek yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Rangkuty (2011:60) :

a. Tingkat pembelian produk yang sama pada kesempatan membeli produk tersebut

b. Terus membeli produk secara berulang

c. Kemungkinan pelanggan untuk tidak beralih ke merek lain d. Menyarankan orang lain untuk membeli produk.

2.4 Lokasi (Locations) 2.4.1 Pengertian Lokasi

Lokasi merupakan salah satu faktor yang ikut berpengaruh pada keputusan pembelian. Dalam konsep pemasaran terdapat istilah yang dikenal dengan bauran pemasaran dan terdiri dari produk, harga, promosi, serta lokasi. Istilah lokasi juga bisa disebut dengan saluran distribusi perusahaan karena lokasi berhubungan langsung dengan pembeli atau konsumen. Sehingga dengan kata lain lokasi

(14)

merupakan tempat dimana produsen menyalurkan produknya kepada konsumen. Menurut Alma (2012:103) mengemukakan bahwa lokasi adalah tempat perusahaan beroperasi atau tempat perusahaan melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mementingkan segi ekonominya. Pemilihan lokasi menurut (Alma, 2012:105), memilih lokasi usaha yang tepat sangat menentukan keberhasilan dan kegagalan usaha dimasa yang akan datang.

Menurut Nugroho dan Paramita (2009:214) suatu lokasi disebut strategis bila berada dipusat kota, kepadatan populasi, kemudahan mencapainya menyangkut kemudahan transportasi umum, kelancaran lalu lintas dan arahnya tidak membingungkan konsumen.

Menurut Lupiyoadi (2013:96) lokasi merupakan keputusan yang dibuat perusahaan berkaitan dengan dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan.

Kotler (2012:92) menyatakan bahwa place (tempat) atau lokasi, yaitu sebagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Lokasi atau tempat merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian kepada para konsumen dan dimana lokasi yang strategis.

Dari penelitian yang dilakukan Jeni Raharjani (2005:24) strategi lokasi adalah salah satu determinan yang paling penting dalam perilaku pembelian konsumen, pengecer harus memilih lokasi yang strategis dalam menempatkan tokonya.

(15)

tempat setiap bisnis merupakan suatu tugas penting bagi pemasar, karena keputusan yang salah dapat mengakibatkan kegagalan sebelum bisnis dimulai. Memilih lokasi merupakan keputusan penting untuk bisnis yang harus membujuk pelanggan untuk datang ke tempat bisnis dalam pemenuhan kebutuhan. Sejalan dengan semakin menjamurnya bisnis atau usaha yang menawarkan produk atau jasa yang sejenis, perbedaan yang sangat tipis sekalipun pada lokasi dapat berdampak kuat pada pangsa pasar dan kemampulabaan sebuah usaha. Disamping itu, keputusan pemilihan suatu lokasi juga mencerminkan komitmen jangka panjang perusahaan dalam hal keuangan, karena merubah lokasi yang buruk kadang kala sulit dilakukan dan sangat mahal (Ardana, 2010)

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lokasi

Menurut Fandy Tjiptono (2002:92) pemilihan tempat/lokasi fisik memerlukan pertimbangan cermat terhadap faktor-faktor berikut:

1. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.

2. Visibilitas, lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas dari jarak pandang normal.

3. Lalu lintas (traffic), menyangkut dua pertimbangan utama:

a) Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan peluang besar terhadap terjadinya buying, yaitu keputusan pembelian yang sering terjadi spontan atau tanpa perencanaan.

b) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa juga jadi hambatan. 4. Tempat parkir yang luas, nyaman, dan aman, baik untuk kendaraan roda

(16)

dua maupun roda empat.

5. Ekspansi, yaitu tersedianya tempat yang cukup luas apabila ada perluasan di kemudian hari.

6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung produk yang ditawarkan.

7. Persaingan, yaitu lokasi pesaing. Dalam menentukan lokasi sebuah usaha, perlu dipertimbangkan apakah dijalan atau daerah tersebut telah terdapat usaha yang sejenis atau tidak.

8. Peraturan Pemerintah yang berisi ketentuan untuk mengatur lokasi dari sebuah usaha-usaha tertentu, misalnya bengkel sepeda bermotor dilarang berlokasi yang terlalu berdekatan dengan tempat ibadah.

2.4.3 Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kesuksesan suatu usaha. Lokasi yang paling ideal bagi perusahaan adalah lokasi dimana yang tidak membutuhkan biaya besar atau dengan kata lain serendah mungkin. Lokasi yang salah akan berdampak biaya operasi perusahaan menjadi tinggi. Sebagai akibatnya perusahaan menjadi tidak mampu bersaing dan mengalami kerugian. Oleh karena itu lokasi merupakan tuntutan yang harus benar-benar dipertimbangkan oleh perusahaan. Ada dua langkah yang perlu diperhatikan dalam memilih sebuah lokasi usaha, yaitu menentukan masyarakat yang akan dituju atau dilayani dan memilih lokasi disekitar masyarakat tersebut.

Menurut Alma (2012:105) untuk menentukan lokasi yang strategis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:

(17)

1. Karakteristik demografi konsumen 2. Kondisi ekonomi setempat

3. Keadaan penduduk setempat 4. Persaingan

5. Iklim sosial dan perdagangan

2.4.4 Indikator Lokasi

Indikator yang mencirikan lokasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Sri Widowati (2011: 183) :

a. Kemudahan parkir

b. Kelancaran akses menuju lokasi c. Kedekatan lokasi.

2.5 Keputusan Pembelian

2.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Suatu keputusan dapat dibuat hanya jika ada beberapa alternatif yang dipilih. Apabila alternatif pilihan tidak ada maka tindakan yang dilakukan tanpa adanya pilihan tersebut tidak dapat dikatakan membuat keputusan. Menurut Kotler (2008:181), keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai dari berbagai alternatif yang ada, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain dan faktor kedua adalah faktor situasional. Oleh karena itu, preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilkan pembelian yang aktual.

Menurut Swastha dan Handoko (2008:110) mengemukakan bahwa keputusan pembelian merupakan proses dalam pembelian yang nyata, apakah

(18)

membeli atau tidak.

Menurut Durianto dan Liana (2006:44), keputusan pembelian dari segi konsumen adalah sesuatu yang berhubungan dengan keputusan untuk membeli produk atau jasa tertentu serta seberapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.

Menurut Sofyan Assauri (2006:121), keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.

Menurut Kotler dan Amstrong (2012:149) menyatakan bahwa keputusan pembelian adalah tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk. Konsumen sebagai pelaku utama dalam proses pembelian selalu menjadi perhatian produsen.

Dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan individu dalam pemilihan alternatif perilaku yang sesuai dari dua alternatif perilaku atau lebih dan dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan merupakan perilaku yang harus dilakukan untuk dapat mencapai sasaran, dan dengan demikian dapat memecahkan masalahnya, dengan kata lain proses pemecahan suatu masalah yang diarahkan pada sasaran.

2.5.2 Peranan dalam Proses Keputusan Pembelian

(19)

beberapa pihak dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Umumnya ada lima macam peranan yang dapat dilakukan seseorang. Ada kalanya kelima peran ini dipegang oleh satu orang, namun seringkali peran tersebut dilakukan oleh beberapa orang.

Menurut Swastha dan Handoko (2006:113) menjelaskan ada lima macam peranan dalam perilaku konsumen. Kelima peranan tersebut meliputi:

1. Pengambil inisiatif (initiator) yaitu individu dalam keluarga yang mempunyai inisiatif pembelian barang atau jasa tertentu atau mempunyai keinginan dan kebutuhan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk melakukan sendiri.

2. Orang yang mempengaruhi (influencer) individu yang mempengaruhi keputusan untuk membeli baik secara disengaja atau tidak sengaja.

3. Pembuat keputusan (decider) yaitu individu yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apakah yang akan dibeli, bagaimana membelinya, kapan dan dimana membelinya.

4. Pembeli (buyer) individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya.

5. Pemakai (user) individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.

Sedangkan Kotler (2008:146) membedakan lima peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian sebagai berikut: pencetus ide yaitu seseorang yang pertama kali mengusulkan ide untuk membeli suatu produk atau jasa tertentu, pemberi pengaruh yaitu seseorang yang pandangan atau pendapatnya

(20)

mempengaruhi keputusan pembelian, pengambil keputusan yaitu seseorang yang memutuskan setiap komponen dalam keputusan pembelian, pembeli yaitu seseorang yang melakukan pembelian yang sebenarnya, dan pemakai yaitu seseorang yang mengkonsumsi produk tersebut.

2.5.3 Indikator Keputusan Pembelian

Menurut Etta dan Sopiah (2013:334) indikator keputusan pembelian, yaitu: a. Adanya kebutuhan akan suatu produk.

b. Timbulnya keinginan terhadap suatu produk. c. Daya beli yang dimiliki konsumen.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini relevan dengan penelitian-penelitian terdahulu, ringkasan penelitian terdahulu disajikan dalam tebel berikut:

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

Nama Tabel Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Euphemia F.T. Yuen and Sian S.L. Chan (2010) Pengaruh Kualitas Layanan Ritel dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan Dependen: Keputusan Pembelian Independen: Kualitas Layanan Ritel, Kualitas Produk Regresi Linier Berganda Hasil pengujian menunjukan bahwa variabel kualitas layanan retail, dan kualitas produk berpengaruh secara nyata terhadap keputusan pembelian Justin Beneke, Ryan Flynn, Tamsin Greig and Melissa Mukaiwa (2013) Pengaruh Persepsi Kualitas Produk, Harga Relatif dan Risiko Pada Nilai Pelanggan dan Kemauan Untuk Membeli: Studi Barang Dagangan Private Label Depeden: Keinginan Untuk Membeli Independen: Persepsi Risiko, Persepsi Kualitas Produk, dan Harga Relatif yang Dirasakan Analisis SEM (Structural Equation Modeling) Hasil pengujian menunjukkan bahwa faktor resiko yang dirasakan, kualitas produk yang dirasakan, dan harga relatif yang dirasakan berpengaruh signifikan terhadap keinginan untuk membeli

(21)

Nama Tabel Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Jumiati Sasmita (2014) Siti Zuliani (2005) Mahmudah Sugiharti (2014) Edwin Amanullah (2013) Konsumen Muda Wawasan Tentang Efek Ekuitas Merek Dari Asosiasi Merek, Loyalitas Merek, dan Citra Merek

Pengaruh Lokasi dan Harga Terhadap Keputusan Berbelanja di Mini Market Sarinah Swalayan Ngalian Semarang Pengaruh Harga dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian Pengaruh Harga, Kualitas Produk dan Loyalitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Wingko Babat “NN MENIKO” Dependen: Keputusan Pembelian Independen: Asosiasi Merek, Loyalitas Merek, Kesadaran Merek, dan Citra Merek

Dependen: Keputusan Berbelanja Independen: Lokasi, Harga Dependen: Keputusan Pembelian Independen: Harga, Lokasi Dependen: Keputusan Pembelian Independen: Harga, Kualitas Produk dan Loyalitas Merek Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel asosiasi merek, loyalitas merek, kesadaran merek, dan citra merek secara simultan terhadap keputusan pembelian Hasil penguian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel lokasi dan harga terhadap keputusan pembelian Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel harga dan lokasi terhadap keputusan pembelian

Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel harga, kualitas produk dan loyalitas merek terhadap keputusan pembelian

(22)

2.7 Rerangka Pemikiran

Gambar 1 Rerangka Pemikiran

2.8 Perumusan Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk Pond’s pada konsumen Hypermart Royal Plaza Surabaya.

H2 : Loyalitas merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk Pond’s pada konsumen Hypermart Royal Plaza Surabaya. H3 : Lokasi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk

Pond’s pada konsumen Hypermart Royal Plaza Surabaya.

H4 : Loyalitas merek berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian produk Pond’s pada konsumen Hypermart Royal Plaza Surabaya.

Loyalitas Merek Lokasi Keputusan Pembelian H1 H2 H3 Harga

Gambar

Gambar 1  Rerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Desa Pendoworejo di Kecamatan Girimulyo dan Desa Sidomulyo di Kecamatan Pengasih tahun 2010 me- rupakan daerah bebas malaria, tetapi pada tahun 2012 ada penderita malaria

Hasil pengukuran pembawa muatan diperoleh tegangan hall yang bergantung pada arus listrik dan kerapatan fluks magnetik, semakin besar arus dan kerapatan fluks

Bentuk-bentuk penerapan adab media sosial yang telah dilakukan pada siswa sekolah dasar diantaranya berupa pengendalian intensitas penggunaan gadget , penanaman nilai-

Kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu indikator bahwa sebagian pemuda di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran berbangsa dan bernegara.Hal

Prosedur lain dari biopsi matriks kuku adalah dengan melakukan avulsi total atau parsial lempeng kuku terlebih dahulu, sehingga matriks dapat dieksplorasi dengan

Dari 4 kriteria, purwarupa sistem pengukuran menggunakan laser sensor masih dalam range sebagai sistem yang dapat digunakan sebagai alat pengukur kerataan WH, meskipun masih

Dalam menetapkan perencanaan transportasi tersebut maka dapat diperoleh suatu manfaat dari biaya yang dikeluarkan sehingga permintaan konsumen terhadap pengiriman

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui potensi ikan-ikan hasil tangkapan unggulan yang didaratkan di PPN Karangantu sebagai bahan baku industri pengolahan; (2)