• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Perpecahan antara Korea Utara dengan Korea Selatan merupakan salah satu dampak yang terjadi akibat Perang Dingin. Kutub perpolitikan dunia yang terpecah menjadi dua memaksa Korea untuk memisahkan diri di bagian utara dan selatan. Republik Korea (Korea Selatan) terbentuk lebih dahulu melalui pemilihan yang diadakan oleh PBB (Persatuan Bangsa – Bangsa) pada 15 Agustus 1948. Di sisi lain, Rakyat Demokratik Republik Korea (Korea Utara) terbentuk pada 9 September 1948 dengan Kim Il-Sung sebagai pemimpin pertama. Pembentukan Korea Selatan yang dibantu PBB tidak lepas dari campur tangan Amerika Serikat. Korea Utara mendapat bantuan serupa dari Uni Soviet. Perpecahan ini kemudian memicu terjadinya Perang Korea dari tahun 1950 – 1953. Namun Perang Korea tidak berakhir dengan damai melainkan dengan perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani oleh pemimpin pasukan PBB (Amerika Serikat), Cina dan Korea Utara. Korea Selatan menolak untuk menandatangani perjanjian tersebut.

Gencatan senjata berarti konflik masih berlanjut, maka perlu dilakukan pertemuan atau negosiasi antara pihak yang terlibat dalam Perang Korea. Dalam hal ini, Cina mengajukan diri sebagai pihak ketiga untuk memfasilitasi pertemuan antara Korea Utara dengan Amerika Serikat. Meskipun Amerika Serikat, sebagai negara hegemoni, memiliki peran penting dan kepentingan dalam konflik di Semenanjung Korea, perlu ditekankan bahwa penyelesaian masalah ada di tangan kedua negara Korea itu sendiri. Upaya bagi kedua negara Korea untuk saling berbicara muncul pada tahun 2000 melalui Inter-Korean Summit (Pertemuan Tingkat Tinggi Antar-Korea) yang mana mempertemukan pemimpin tertinggi Korea Utara dan Korea Selatan. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il, menggantikan pemimpin sebelumnya, Kim Il-Sung, dan presiden Korea Selatan, Kim Dae-Jung. Pertemuan berlangsung selama 3 hari, yaitu 13 Juni – 15 Juni 2000 di Pyongyang, Korea Utara. Hasil dari Inter-Korean Summit 2000 adalah Deklarasi Kerjasama Utara–Selatan 15 Juni (June 15th North-South

(2)

2

Joint Declaration) dan delapan poin perjanjian.1 Beberapa isi dari poin perjanjian adalah untuk mengimplementasikan Deklarasi 15 Juni, untuk mengakhiri koflik, untuk saling menghargai perbedaan ideologi dan untuk memperkuat kerjasama kedua negara Korea. Melalui pertemuan pertama ini, Presiden Korea Selatan, Kim Dae Jung mendapat penghargaan nobel perdamaian dengan sunshine policy yang memungkinkan terjadinya Inter-Korean Summit 2000. Setelahnya, diketahui bahwa Korea Selatan mengirimkan uang sebanyak 500 juta USD yang dilakukan oleh

perusahaan Hyundai.2 Akibatnya banyak yang mengkritik bahwa pertemuan

pertama terjadi bukan karena keinginan damai melainkan karena adanya penyogokan dan menyebutnya dengan skandal ‘cash-for-summit’.

Sebagai tindak lanjut Inter-Korean Summit 2000, pada tanggal 2 Oktober – 4 Oktober 2007, diadakan pertemuan yang kedua di Pyongyang, Korea Utara. Meski begitu, pertemuan yang kedua ini diselenggarakan karena adanya tekanan dari Amerika Serikat, Jepang dan Cina terkait pengembangan nuklir yang dilakukan Korea Utara. Kim Jong-Il masih mewakili Korea Utara sedangkan Korea Selatan diwakili oleh Roh Moo-Hyun sebagai presidennya. Pembahasan dalam Inter-Korean Summit 2007 tidak jauh berbeda dengan pertemuan yang pertama. Namun terdapat satu topik yang diangkat dalam agenda pertemuan, yaitu wacana unifikasi

Korea.3 Hasil dari pertemuan adalah penandatanganan deklarasi damai yang

berencana untuk menggantikan gencatan senjata dengan perjanjian damai yang permanen.

Setelah itu, terjadi pergantian bangku pemerintahan di Korea Utara dari Kim Jong-Il kepada Kim Jong-Un pada tahun 2011. Semenjak itu, hubungan antara Korea Utara dengan Korea Selatan mengalami penurunan. Penurunan tersebut berkaitan dengan pergantian kepemimpinan di Korea Selatan juga. Dua rezim yang

1 Hyonhee Shin, 2018, Factbox: History of inter-Korean summits diakses dari

https://www.reuters.com/article/us-olympics-2018-northkorea-factbox/factbox-history-of-inter-korea-summits-idUSKBN1FU0BO pada tanggal 4 Agustus 2019 pukul 12.27 WIB.

2 Reuters, 2018, Champagne and songs: What happened at previous inter-Korean summits

diakses dari www.straitstimes.com/asia/east-asia/history-of-inter-korean-summits pada tanggal 13 Mei 2019 pukul 13.52 WIB.

3 JH Ahn dan Ina Yoon, 2015, Interview: Was the 2000 inter-Korean summit worth it?

diakses dari www.nknews.org/2015/06/interview-was-the-2000-inter-korean-summit-worth-it/ pada tanggal 23 Mei 2019 pukul 13.33 WIB.

(3)

3 masing – masing dipimpin oleh Lee Myung-Bak (2008-2013) dan Park Geun-Hye (2013-2017) gagal dalam menjaga relasi dengan Korea Utara. Hubungan dekat Korea Selatan dengan Amerika Serikat justru menimbulkan ketidakpercayaan bagi Korea Utara. Kim Jong-Un menjadi lebih agresif dalam pengembangan senjata nuklir dengan beberapa kali melakukan uji coba peluncuran roket dan misil. Contohnya pada tahun 2014, Korea Utara melakukan uji coba peluncuran dua misil balistik Rodong. Tiga tahun kemudian, tensi di Semenanjung Korea semakin meningkat pada tahun 2017 ketika misil jarak jauh milik Korea Utara melintasi

langit Jepang dan diperkirakan jatuh mendekati wilayah perairan Amerika Serikat.4

Peristiwa itu menimbulkan tindakan saling mengecam satu sama lain antara Kim Jong-Un dengan Donald Trump. Tetapi ketegangan di kawasan Semenanjung Korea mulai sedikit mereda memasuki tahun 2018 karena terjadi kesepakatan bagi dua negara Korea untuk melakukan pertemuan. Keputusan itu bermula dari terwujudnya partisipasi bersama kedua Korea dalam Olimpiade Musim Dingin

Pyongchang 2018.5 Kala itu, pimpinan delegasi Korea Utara yang hadir ialah Kim

Yo-Jong, adik perempuan Kim Jong-Un, untuk menemui presiden Korea Selatan, Moon Jae-In. Kesempatan itu digunakan presiden Moon untuk, secara tidak langsung, melakukan negosiasi dengan Kim Jong-Un melalui adiknya; guna

mengadakan inter-Korean Summit.6 Tren positif ini tidak terlepas juga dari pidato

presiden Moon yang dikenal dengan nama Berlin Initiative pada 6 Juli 2017. Peristiwa penting bagi perpolitikan dunia terjadi pada 24 April 2018 dan 26 Mei 2018 lalu, yaitu Inter-Korean Summit yang ketiga diadakan di gedung Peace House, Panmunjom, sebuah daerah di Korean Demilitarized Zone (Zona Demiliterisasi Korea). Pemimpin Korea Utara, yaitu Kim Jong-Un, dan presiden Korea Selatan, Moon Jae-In, hadir mewakili negaranya masing – masing.

4 AP, 2018, When North met South Korea: a timeline of events diakses dari

https://i.stuff.co.nz/world/asia/103455705/when-north-met-south-korea-a-timeline-of-events pada tanggal pada tanggal 23 Mei 2019 pukul 14.57 WIB.

5 Lily Rothman, 2018, The Olympics Brought North and South Korea Together. But Hope

for a Unified Korea is ‘Withering Away’ diakses dari

time.com/5164622/2018-winter-olympics-korean-history/ pada tanggal 2 Mei 2019 pukul 15.22 WIB.

6 Robert Kelly, 2018, Have the Winter Olympics Repaired North-South Relations? Diakses

dari https://www.bbc.com/news/world-asia-43063399 pada tanggal 21 Agustus 2019 pukul 15.26 WIB.

(4)

4 Pertemuan yang ketiga ini menjadi penting karena menandai dimulainya kembali upaya perdamaian kedua negara. Meskipun agenda yang diangkat dalam pertemuan ketiga ini hampir sama dengan pertemuan sebelum – sebelumnya, terdapat beberapa hal kecil yang menjadi pembeda dan penting bagi perkembangan hubungan kedua negara Korea. Salah satunya adalah pertemuan ini terjadi pada masa awal rezim Moon Jae-In. Kesalahan yang dilakukan oleh dua presiden Korea Selatan dalam mengadakan Inter-Korean Summit adalah mereka melakukannya menjelang akhir rezim mereka sehingga setelah terjadi pergantian kepemimpinan, tidak ada tindak lanjut atas pertemuan yang telah dilaksanakan. Kemudian, pertemuan yang ketiga ini diawali dengan partisipasi Korea Utara dan Korea Selatan pada Olimpiade Musim Dingin Pyongchang 2018 di bawah satu bendera Korea. Meskipun hal tersebut bukan pertama kalinya terjadi dan tidak memberikan dampak yang sangat signifikan tetapi banyak yang yakin bahwa pertemuan kali ini dapat memberikan hasil yang lebih positif bagi perdamaian di Semenanjung Korea.

Pada pertemuan yang bersejarah tersebut, kedua perwakilan negara menghasilkan sebuah deklarasi perdamaian. Deklarasi perdamaian tersebut dinamakan “Deklarasi Panmunjom untuk Perdamaian, Kesejahteraan dan Penyatuan Semenanjung Korea” dan dikenal sebagai Deklarasi Panmunjom. Terdapat tiga poin utama dalam Deklarasi Panmunjom. Inti dari poin pertama adalah kedua negara hendak menjalin kembali hubungan darah rakyat Korea. Untuk mencapai tujuan pada poin pertama, Korea Utara dan Korea Selatan menyetujui untuk, salah satunya, membentuk kantor perhubungan bersama. Hal itu diterapkan untuk mempermudah kerjasama dan komunikasi antara kedua negara. Poin kedua berisi upaya untuk mengurangi ketegangan dan ancaman perang di Semenanjung Korea. Dalam deklarasi dituliskan bahwa kedua negara akan menghilangkan sepenuhnya tindakan memusuhi satu sama lain baik di wilayah darat, air maupun udara. Poin ketiga secara keseluruhan berisi komitmen Korea Utara dan Korea Selatan untuk secara aktif membentuk rezim damai di Semenanjung Korea. Salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam mencapai poin ketiga adalah melalui denuklirisasi. Hal ini sangat penting dan krusial mengingat Korea Utara sangat

(5)

5 gencar mengembangkan senjata nuklir hingga mengancam keamanan negara – negara tetangganya.

Meski menuju ke arah yang positif, tidak sedikit juga yang pesimis terhadap perkembangan dari hasil Inter-Korean Summit 2018. Hal ini dikarenakan suhu politik yang sempat memanas sebelum terlaksananya pertemuan antar kedua negara Korea. Keputusan Korea Selatan untuk memulai kembali pertemuan damai dengan Korea Utara menjadi hal yang tidak dapat diabaikan. Pun keputusan Korea Utara yang menyetujui diadakannya Inter-Korean Summit ketiga ini perlu diperhatikan. Mengapa kedua negara Korea sama – sama menyepakati perlu diadakannya Inter-Korean Summit yang ketiga? Hubungan antara keduanya tidak begitu baik akibat tindakan Korea Utara yang juga mengancam Amerika Serikat selaku sekutu Korea Selatan. Apakah mungkin terdapat kepentingan tersembunyi yang dibawa oleh Korea Utara atau Korea Selatan dalam konteks pertemuan damai tersebut? Ataukah Korea Selatan benar – benar ingin mewujudkan wilayah Semenanjung Korea yang damai dan bebas nuklir? Untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan tersebut penulis menggunakan game theory.

Penggunaan game theory sebagai pisau analisis dalam ranah politik bukan merupakan hal baru. Game theory adalah teori yang dikembangkan oleh John von Neumann dan Oskar Morgensten. Von Neumann adalah seorang matematikawan sedangkan Morgensten adalah seorang ekonomis. Pada tahun 1944, keduanya mengeluarkan buku dengan judul Theory of Games and Economics Behavior. Teori yang ditulis dalam buku tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pengambilan keputusan dalam perekonomian. Kemudian model dari teori itu mulai digunakan juga untuk membantu pengambilan keputusan dalam politik. Dari situ game theory mulai dikenal dan terus dikembangkan oleh beberapa akademisi, seperti John F. Nash. Game theory memiliki keuntungan karena dianggap mampu membantu prediksi keputusan atau kemungkinan yang akan diambil lawan main. Prediksi tersebut kemungkinan besar akan terjadi karena prinsip theory of rational choice dalam game theory sehingga apa yang akan terjadi bukan berdasarkan sesuatu yang abstrak tetapi melalui perhitungan yang masuk akal. Oleh karena itu, game theory sering kali digunakan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan. Namun

(6)

6 kelemahan game theory terletak pada prinsipnya sendiri. Sebab meski setiap pemain dalam model game theory dianggap sebagai aktor yang bertindak secara rasional, manusia tidak selalu bertindak begitu. Akibatnya jawaban yang didapat dari analisis game theory akan tidak selalu benar, walau setidaknya masih tetap memberikan gambaran akan kemungkinan keputusan yang akan diambil secara rasional.

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, hubungan Korea Utara dan Korea Selatan, yang masih dalam status gencatan senjata, sempat kembali memanas akibat uji coba roket nuklir Korea Utara. Tetapi pada inter-Korean summit 2018, kedua negara sekali lagi menyepakati Deklarasi Panmunjom. Oleh karena itu, rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana analisis Deklarasi Panmunjom Korea Utara – Korea Selatan menggunakan game theory?

1. 3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk menganalisis alasan kedua negara Korea menyetujui Deklarasi Panmunjom dalam rangka melanjutkan usaha perdamaian di Semenanjung Korea menggunakan game theory.

1. 4 Manfaat Penilitian

1. 4. 1 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi terhadap penyelesaian konflik di kawasan Asia Timur, dalam konteks ini adalah kasus di Semenanjung Korea. Selain itu, diharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan gambaran terhadap kondisi atau hubungan kedua negara Korea dari

(7)

Inter-7

Korean Summit pertama sampai ketiga sehingga menghasilkan Deklarasi Panmunjom.

1. 4. 2 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian adalah hasil penelitian dapat menjadi rujukan terhadap pengembangan ilmu Hubungan Internasional dan juga menjadi referensi bagi peneliti lainnya yang melakukan kajian mengenai analisis menggunakan game theory dan mengenai upaya perdamaian di Semenanjung Korea.

1. 5 Batasan Penelitian

Batas dari penelitian ini berfokus pada analisis Deklarasi Panmunjom Korea Selatan dan Korea Utara sebagai hasil dari Inter-Korean Summit 2018 menggunakan game theory dan kepentingan nasional yang dimiliki masing – masing negara Korea dalam Deklarasi tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Interaksi antara macam pupuk dengan macam varietas menunjukkan tidak berpengaruh terhadap peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, saat berbunga, berat kering

Pada penelitian ini untuk skor APACHE II sebagai bagian dari modified NUTRIC score , didapatkan nilai rerata pada kelompok yang meninggal 26,83±5,81 dan pada kelompok

Saya menyatkan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul ; “PENELITIAN KOMPOSIT GERABAH, PASIR BESI, SKAM PADI DENGAN FARIASI FRAKSI VOLUME “’ yang dibuat untuk

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekstrak Etanolik Herba Ciplukan memberi- kan efek sitotoksik dan mampu meng- induksi apoptosis pada sel kanker payudara MCF-7

Azwir dan Amran ini menang pada Pilkada 2018 karena mereka membawa isu yang bahwasanya pada saat pemerintahan H.T Sama Indra (Incumbent) dalam hal birokrasi pemerintahan hanya

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa tanggapan pengunjung terhadap sikap dan aksi yang baik di tempat wisata berada dalam kategori sangat tinggi, dan pada

Dari pertimbangan pemasaran jasa di atas, maka penulis berkeinginan meneliti faktor-faktor tersebut yang diduga mempengaruhi nasabah dalam pengembalian pembiayaan barang