• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM

KABUPATEN/KOTA DAN PRODUK

DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP

PENGANGGURAN TERBUKA

(Studi Kasus : Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah 2002-2013)

SKRIPSI

untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro

Disusun oleh:

HANGGORO SETYO PRAYOGO NIM. 12020110141036

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2016

(2)

ii

PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Penyusun : Hanggoro Setyo Prayogo Nomor Induk

Mahasiswa

: 12020110141036

Fakultas/ Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/ Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM

KABUPATEN/KOTA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA (Studi Kasus : Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah 2002-2013)

Dosen Pembimbing : Evi Yulia Purwanti, SE., M.Si

Semarang, 9 Mei 2016 Dosen Pembimbing

(Evi Yulia Purwanti, SE., M.Si) NIP. 197107251997022001

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN

Nama Penyusun : Hanggoro Setyo Prayogo Nomor Induk Mahasiswa : 12020110141036

Fakultas/ Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/ Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM

KABUPATEN/KOTA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENGANGGURAN

TERBUKA (Studi Kasus : Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah 2002-2013)

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 25 mei 2016

Tim Penguji

1. Evi Yulia Purwanti, SE., M.Si. (...) 2. Drs. Y. Bagio Mudakir, MSP. (...) 3. Drs. R. Mulyo Hendarto, MSP. (...)

Mengetahui, Pembantu Dekan I,

Anis Chariri, SE, M.Com.,Ph.D, Akt NIP. 196708091992031001

(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Hanggoro Setyo Prayogo menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA (Studi Kasus : Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah 2002-2013)”, adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah – olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri. Bila kemudiann terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah – olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Semarang, 9 Mei 2016 Yang membuat pernyataan,

(Hanggoro Setyo Prayogo) NIM: 12020110141036

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Jadilah sesorang yang dapat menyerang dikemudian dan mencapainya, serta dapat mengorbankan dirinya sendiri tanpa henti”

“Bergembiralah bila kau mengetahuinya, dengan itu engkau bagaikan selembar kertas bertintakan cahaya”

~Penulis

(6)

vi

ABSTRACT

Unemployment is a problem that always happen hearts one economy should resolved to review also increase revenues and welfare. Central Java Province has unemployment third largest and the second smallest minimum wage compared with 29 other Provinces in Indonesia. Singer study aimed to analyze the effect of the minimum wage review and the GDP against unemployment in Central Java.

The objective of this study is to analyze the impact of minimum wage and regional PDB on to unemployment Central Java. This study uses panel data by means of multiple linear regression analysis with fixed effect model. With time series data used is 2002-2013 with a cross-section 35 District / City in Central Java.

The results showed that the minimum wage variable positive and significant effect on unemployment, as a result of movement of workers looking for new jobs with higher wages. In addition, the regional GDP variable significant negative effect on unemployment, as a result of economic growth that increases the capacity of the economy and affect the amount of labor utilization. Keywords: Unemployment, Minimum Wage, Regional GDP, Data Panel.

(7)

vii ABSTRAK

Pengangguran merupakan permasalahan yang selalu terjadi dalam suatu perekonomian yang harus diatasi untuk meningkatkan pendapatan dan juga tingkat kesejahteraan. Provinsi Jawa Tengah mempunyai pengangguran terbuka ketiga terbesar dan upah minimum kedua terkecil dibandingkan dengan 29 Provinsi lainnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh upah minimum dan PDRB terhadap pengangguran terbuka Jawa Tengah.

Penelitian ini menggunakan data panel dengan metode analisis regresi linier berganda model fixed effect dengan least square dummy variabel. Data runtut waktu yang digunakan adalah 2002-2013 dengan data cross-section 35 Kabupaten/Kota Jawa Tengah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel upah minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka di Jawa Tengah. akibat dari perpindahan tenaga kerja yang mencari lapangan kerja baru dengan tingkat upah yang lebih tinggi. Selain itu, variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran terbukadi Jawa Tengah, akibat dari pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan kapasitas perekonomian serta mempengaruhi besarnya penggunaan tenaga kerja.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat, anugerah, hidayah serta inayah–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Upah

Minimum Kabupaten/Kota dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Pengangguran Terbuka (Studi Kasus : Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah 2002-2013)”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu Universitas Diponegoro Semarang. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan. Namun, berkat doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang setulus – tulusnya kepada:

1. Dr Suharnomo, SE, MSi. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

2. Ayahanda Sudjarwanto, dan Ibunda Etty Komar selaku orang tua yang telah berjuang untuk mendidik secara keras, dan selalu mewajibkan untuk belajar, dukungan moral, serta kepercayaannya yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

3. Esty Atika atas dukungan yang selalu membantu kegiatan perkuliahan penulis.

(9)

ix

4. Alfa Farah, SE., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memotivasi, memberikan masukan, saran serta kritik yang membangun yang sangat-sangat berguna bagi penulisan skripsi ini.

5. Evi Yulia Purwanti, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing pengganti yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memotivasi, memberikan masukan, saran serta kritik yang membangun yang sangat-sangat berguna bagi kelancaran penulisan skripsi ini.

6. Akhmad Syakir Kurnia, S.E., M.Si., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

7. Hastarini Dwi Atmanti, S.E., M.Si. selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjalani studi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

8. Mayanggita Kirana, S.E., M.Si. selaku dosen wali pengganti yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjalani studi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

9. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan mengajarkan banyak hal kepada penulis.

10. Seluruh staf, pegawai serta seluruh civitas akademik yang ada di lingkungan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro atas seluruh bantuannya.

(10)

x

12. Keluarga besar IESP 2010 Reguler 2 maupun IESP Reguler 1. 13. Keluarga besar kos Ksatria II .

14. Keluarga besar HMJ IESP Undip Reguler 2 Periode 2011-2012 untuk kerja samanya selama berorganisasi.

15. Kelompok Echa tahun 2010 & 2011 yang telah berbagi keseruan.

16. Teman-teman KKN Tim 1 2013/2014 Desa Pakumbulan, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan.

17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

18. Semua orang yang telah menjadi kunci semangat. 19. Semua fasilitas publik.

20. Alam semesta yang tetap damai beserta isinya.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik atas skripsi ini.

Semarang, 9 Mei 2016 Penulis

(Hanggoro Setyo Prayogo) NIM: 12020110141036

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 15

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 17

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 17

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 17

1.3.3 Sistematika Penulisan ... 17

BAB II TELAAH PUSTAKA... 19

2.1 Landasan Teori ... 19

2.1.1 Pasar Tenaga Kerja ... 19

2.1.2 Permintaan Tenaga Kerja dalam Pasar Persaingan ... 20

(12)

xii

2.1.4 Hubungan Variabel Terikat Terhadap Variabel Tidak

Terikat ... 27

2.2 Penelitian Terdahulu ... 30

2.3 Kerangka Pemikiran Teoretis ... 34

2.4 Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38

3.1.1 Variabel Penelitian ... 38

3.1.2 Definisi Operasional ... 38

3.2 Jenis dan Sumber data ... 39

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.4 Estimasi Model Regresi Panel Data Dengan Penggunaan Fixed Effect Model (FEM) atau Least Square Dummy Variable (LSDV)41 3.5 Deteksi Penyimpangan Asumsi Klasik ... 43

3.5.1 Deteksi Normalitas ... 43

3.5.2 Deteksi Autokorelasi ... 43

3.5.3 Deteksi Heteroskedastisitas ... 44

3.5.4 Deteksi Multikolinearitas ... 45

3.5.5 Metode Newey West (HAC) Untuk Memperbaiki Standard Error OLS ... 45

3.6 Pengujian Statistik Analisis Regresi ... 46

3.6.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 46

3.6.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Statistik) ... 47

3.6.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t-Statistik) ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

(13)

xiii

4.1.1 Gambaran Umum ... 51

4.1.2 Kondisi Pengangguran Terbuka Jawa Tengah ... 52

4.1.3 Kondisi Upah Minimum Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah ... 56

4.1.4 Kondisi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah ... 58

4.2 Hasil Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 60

4.2.1 Uji Normalitas ... 60

4.2.2 Uji Autokorelasi ... 61

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 62

4.2.4 Metode Newey-West (HAC) untuk Memperbaiki Standard Error ... 63

4.2.5 Uji Multikolinearitas ... 63

4.3 Hasil Uji Statistik Analisis Regresi (Three Goodness Of Fit) ... 64

4.3.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 64

4.3.2 Pengujian Signifikansi Simultan (Uji F) ... 65

4.3.3 Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 66

4.4 Interpretasi Hasil ... 67

4.4.1 Pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Pengangguran Terbuka ... 67

4.4.2 Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Pengangguran Terbuka ... 69

4.4.3 Pengaruh Variabel Dummy Wilayah ... 70

BAB V PENUTUP ... 75

(14)

xiv

5.2 Keterbatasan ... 75

5.3 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 32

Tabel 4.1 Jumlah dan Pertumbuhan Pengangguran Terbuka Jawa Tengah ... 53

Tabel 4.2 Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 2002-2013 (Jiwa) ... 55

Tabel 4.3 Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 2002-2013(Rp) ... 57

Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 2002-2013 (Miliaran Rp) ... 59

Tabel 4.5 Hasil Uji Nomalitas Kolmogrov-Smirnov ... 60

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 61

Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 62

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ... 64

Tabel 4.9 Hasil Adjusted R2 ... 65

Tabel 4.10 Uji F Statistik ... 65

Tabel 4.11 Uji Signifikansi t ... 66

Tabel 4.12 Hasil Coefisien Upah Minimum Kabupaten/Kota ... 67

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Keadaan Angkatan Kerja Indonesia, Persentasi Penduduk Bekerja dan

Pengangguran Terbuka 2002-2013 ... 2

Gambar 1.2 Jumlah Rata-rata Pengangguran Terbuka Provinsi Indonesia Tahun 2002-2013 ... 4

Gambar 1.3 Jumlah Rata-rata Upah Minimum Provinsi Indonesia Tahun 2002-2013 (Rupiah) ... 5

Gambar 1.4 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Jawa Tengah Tahun 2002-2013 ... 6

Gambar 1.5 Jumlah dan Pertumbuhan Angkatan Kerja Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013 ... 7

Gambar 1.6 Jumlah dan Pertumbuhan pengangguran Terbuka Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013 ... 8

Gambar 1.7 Jumlah Rata-rata Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah 2002-2013 ... 9

Gambar 1.8 Pertumbuhan Upah Minimum Nominal Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013 (Rupiah) ... 11

Gambar 1.9 Jumlah Rata-rata Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013 (Rupiah) ... 12

Gambar 1.10 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013 ... 13

Gambar 1.11 Jumlah Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013 ... 14

Gambar 2.1 Permintaan Tenaga Kerja Pasar persaingan Sempurna ... 22

Gambar 2.2 Permintaan Tenaga Kerja Persaingan Tidak Sempurna ... 23

Gambar 2.3 Profit Maskimalisasi Pasar Persaingan Oligopsoni ... 26

Gambar 2.4 Efek Upah Minimum Pasar Persaingan Oligopsoni ... 28

(17)

xvii

Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 36 Gambar 4.1 Persentase Jumlah rata Pengangguran Terhadap Jumlah

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampira A Data Awal ... 81 Lampira B Struktur Panel ... 85 Lampira C Deskriptif, Uji Asumsi Klasik, dan Hasil Regresi Model ... 97

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keadaan ekonomi makro menunjukan tingkat keberhasilan suatu Negara dalam melakukan ekonomi pembangunan. Kebijakan ekonomi makro bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi nasional, keadaan perekonomian yang stabil dan sustainable, serta tingkat kesempatan kerja yang tinggi. Seringkali kebijakan makro difokuskan untuk kesempatan kerja yang tinggi, dimana jumlah penggunaan tenaga kerja yang tinggi atau maksimal akan menghasilkan tingkat pendapatan nasional yang maksimum.

Salah satu indikator kapasitas produksi nasional dalam suatu Negara adalah Produk Domestik Bruto (PDB), yang merupakan jumlah produksi netto dari suatu barang dan jasa yang dihasilkan suatu daerah dalam waktu tertentu. Kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan dapat dilihat dari peningkatan PDB secara terus menerus dari waktu ke waktu. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang mengalami pertambahan dalam jumlah dan kuantitasnya.

Indonesia sebagai Negara berkembang masih memiliki angkatan kerja yang besar dan juga struktur lapangan kerja dengan perekonomian yang dualistic, yaitu sektor tradisional (informal) dan sektor modern yang pada umumnya relatif kecil. Selain itu secara umum pasar tenaga kerja Indonesia dicirikan oleh

(20)

2

kelebihan penawaran tenaga kerja, rendahnya kualitas tenaga kerja dan pengangguran yang sangat tinggi. Menurut BPS pengangguran terbuka adalah mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan; mereka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha, mereka yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja.

Gambar 1.1

Keadaan Angkatan Kerja Indonesia, Persentase Penduduk Bekerja dan Pengangguran Terbuka 2002-2013 (Jutaan Penduduk)

Sumber: SAKERNAS, BPS, diolah.

Gambar 1.1 menggambarkan perkembangan keadaan angkatan kerja Indonesia yang dimana jumlah penduduk yang masuk dalam angkatan kerja cenderung meningkat dengan angka terakhir adalah 162 juta penduduk yang masuk dalam katagori angkatan kerja pada tahun 2013 dan rata-rata kenaikan angkatan kerja 12 tahun terakhir adalah 1.19 persen.

93,6 93,4 93,0 92,6 92,7 93,4 93,9 94,1 94,9 95,4 95,6 95,5 6,4 6,6 7,0 7,4 7,3 6,6 6,1 5,9 5,1 4,6 4,4 4,5 90% 91% 92% 93% 94% 95% 96% 97% 98% 99% 100% 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Bekerja pengangguran 142,7 145 146.2 147 147 149.9 152.2 149.2 160.2 165.2 163 162.1

(21)

3

Berbeda dengan tingkat penduduk yang bekerja dan pengangguran yang mengalami fluktuatif. tingkat pengangguran dalam gambar 1.1 merupakan refleksi dari tingkat penduduk yang berkerja. Kenaikan tingkat pengangguran terjadi pada awal tahun 2002 dengan tingkat 6.4 persen yang menjadi 7.4 persen pada tahun 2005, dimana tingkat pengangguran 2005 merupakan tingkat pengangguran tertinggi pada 12 tahun terakhir atau berjumlah 10.854.254 jiwa. Kenaikan ini juga terjadi pada tahun 2013 dengan tingkat pengangguran 4.5 persen atau 7.302.482 jiwa dengan tingkat pengangguran 4.4 persen atau 7.166.323 jiwa di tahun sebelumnya yaitu 2012. Keberhasilan Indonesia dalam menurunkan tingkat pengangguran ini terjadi pada awal tahun 2005 dengan tingkat 7.4 persen atau 10.854.254 jiwa menjadi 6.13 persen atau 7.166.323 jiwa pada tahun 2012 atau pada 6 tahun terakhir.

Sejak awal desentralisasi tahun 2001, pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam mengurusi kegiatan atau bertanggung jawab atas keadaan perekonomiannya. Perubahan pemerintahan sentralisasi menjadi desentralisasi ini salah satunya adalah bertujuan untuk mendukung penurunan tingkat pengangguran serta meningkatkan sumbangan pendapatan daerah yang dapat meningkatkan pendapatan serta pertumbuhan ekonomi secara nasional secara keorganisasian. Gambar 1.2 menggambarkan jumlah rata-rata pengangguran terbuka Provinsi Indonesia pada tahun 2002 hingga 2013 atau 12 tahun terakhir sebagai berikut:

(22)

4

Gambar 1.2

Jumlah Rata-rata Pengangguran Terbuka Provinsi Indonesia Tahun 2002-2013 (Jiwa)

Sumber: SAKERNAS, BPS, diolah.

Jumlah rata-rata pengangguran terbuka tertinggi terdapat pada Provinsi Jawa Barat dengan jumlah rata-rata pengangguran terbuka 2.155.178 jiwa dan 28.419 pengangguran terbuka terendah terdapat pada Provinsi Maluku Utara.

28419 29404 30713 41979 47616 59311 62026 62521 68904 72788 74952 79634 98357 102849 111708 127385 134728 141308 184064 188204 214108 246486 262321 371687 529216 557174 606546 1182635 1202503 2155178 0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 Maluku Utara Gorontalo Bangka Belitung Bengkulu Kalimantan Tengah Maluku Sulawesi Tenggara Papua Sulawesi Tengah Jambi Bali NTT DI Yogyakarta Sulawesi Utara Kalimantan Selatan Kalimantan Barat NTB Kalimantan Timur Aceh Sumatera Barat Riau Lampung Sumatera Selatan Sulawesi Selatan Sumatera Utara DKI Jakarta Banten Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat pengangguran terbuka

(23)

5

Selain itu Jawa Tengah merupakan Provinsi dengan urutan ke 3 terbesar yang mempunyai tingkat jumlah rata-rata pengangguran terbuka yaitu 1.182.635 jiwa.

Tingkat upah merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat penyediaan dan permintaan tenaga kerja yang dapat mempengaruhi tingkat penyediaan dan permintaan tenaga kerja dalam pasar tenaga kerja.

Gambar 1.3

Jumlah Rata-rata Upah Minimum Provinsi Indonesia Tahun 2002-2013 (Rupiah)

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, BPS, diolah

501.938 526,825 547.498 590.522 624.750 629.833 630.892 636.667 643.530 647.083 672.164 673.956 690.000 690.065 690.492 726.625 755.367 772.076 777.826 784.583 785.477 805.250 806.833 811.162 825.625 834.267 872.159 949.583 1.042.132 1.052.133 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat DI Yogyakarta Gorontalo Lampung Kalimantan Barat NTT Bengkulu Sulawesi Tengah Bali Maluku Utara Maluku NTB Sulawesi Tenggara Jambi Bangka Belitung Banten Sumatera Selatan Sumatera Barat Sulawesi Selatan Kalimantan Selatan Riau Kalimantan Tengah Sumatera Utara Sulawesi Utara Kalimantan Timur Aceh DKI Jakarta Papua jumlah rata-rata

(24)

6

Berdasarkan jumlah rata-rata pada gambar 1.3 tingkat upah minimum Provinsi Jawa Tengah mempunyai urutan kedua terkecil yaitu Rp. 526.825 setelah upah minimum Provinsi Jawa Timur yang juga sebagai upah minimum terkecil dari 30 Provinsi Indonnesia yaitu Rp. 501.938. selain itu tingkat upah minimum tertinggi yaitu Rp. 1.052.133 terdapat pada Provinsi Papua.

Sesuai dengan gambar 1.2 dan gambar 1.3 pada Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi yang mempunyai permasalahan dalam keadaan angakatan tenaga kerja terutama pada pengangguran terbuka. Dimana besarnya jumlah pengangguran terbuka Provinsi Jawa Tengah dalam urutan ke tiga dengan upah minimum urutan ke dua terendah.

Besarnya persentase yang berada dalam angkatan kerja disuatu daerah dipengaruhi oleh banyaknya jumlah penduduk dalam suatu daerah itu sendiri (Ananta, 1990). Dengan kata lain besarnya pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi tingkat pengangguran melalui besarnya jumlah angkatan kerja.

Gambar 1.4

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Jawa Tengah Tahun 2002-2013

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, BPS, diolah

1.14 1.58 1.58 -2.22 0.63 0.76 0.73 -1.47 0.81 1.92 -0.02 30500000 31000000 31500000 32000000 32500000 33000000 33500000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Rata-rata Pertumbuhan:

(25)

7

Dalam gambar 1.4 menggambarkan jumlah dan pertumbuhan penduduk di Provinsi Jawa Tengah. Dalam 12 tahun terakhir Provinsi Jawa Tengah mempunyai 0.45 persen rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk, dimana tingkat pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 dengan tingkat 1.92 persen pertumbuhan penduduk atau berjumlah 33.270.207 penduduk dan tingkat 1.58 persen pertumbuhan penduduk atau 32.908.850 penduduk pada tahun 2005.

Gambar 1.5

Jumlah dan Pertumbuhan Angkatan Kerja Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, BPS, diolah

Menurut Mulyadi (2003), angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa serta berpartisipasi dalam aktifitas tersebut. Dimana proporsi penyerapan tenaga kerja terhadap angakatan kerja akan mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka.

Dalam gambar 1.5 menggambarkan jumlah dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja. Dimana tingkat pertumbuhan tertinggi terdapat pada tahun 2007 dengan pertumbuhan 7.66 persen atau dengan jumlah 17.664.277 penduduk dan 4.13 persen pada tahun 2005 atau 16.634.255 penduduk yang masuk dalam

2.37 -0.83 4.13 -1.36 7.66 -5.51 2.38 -1.35 0.37 -0.63 1.04 14500000 15000000 15500000 16000000 16500000 17000000 17500000 18000000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Angkatan Kerja Rata-rata Pertumbuhan: 0.75 %

(26)

8

angkatan kerja. Pada tahun terakhir atau pada tahun 2013 tecatat 16.986.776 penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja.

Gambar 1.6

Jumlah dan Pertumbuhan Pengangguran Terbuka Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, BPS, diolah

Gambar 1.6 menunjukan pertumbuhan jumlah pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Tengah. Rata-rata pertumbuhan pengangguran Provinsi Jawa Tengah adalah -0.006 persen, yang dapat diartikan pengangguran terbuka pada Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan pada 12 tahun terakhir. Kenaikan pertumbuhan tertinggi 0.022 persen yang terdapat pada tahun 2006 atau dengan jumlah 1.197.244 penduduk dan pada tahun 2007 dengan kenaikan pertumbuhan 0.14 atau 1.360.219 penduduk.

Provinsi Jawa Tengah diketahui mempunyai jumlah 29 Kabupaten dan 6 kota yang dimana Kota Semarang sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Berikut adalah gambar 1.7 menunjukan jumlah rata-rata pengangguran terbuka Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah selama 2002-2013:

-0.05 0.12 -0.06 0.22 0.14 -0.10 0.02 -0.06 -0.04 -0.04 0.06 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pengangguran terbuka Rata-rata Pertumbuhan: -0.006 %

(27)

9

Gambar 1.7

Jumlah Rata-rata Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, BPS, diolah.

Pengangguran terbuka terbesar pada Kabupaten Brebes dengan angka 72.816 penduduk dan 6.732 penduduk yang termasuk pengangguran terbuka

6732 8296 12596 12954 14136 16332 16483 17091 20941 22082 23314 23865 24979 25287 25313 25323 25733 26513 26784 27105 29080 30159 32313 33465 35361 35642 36788 37531 45755 46441 53399 53972 69005 70613 72816 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 kota magelang kota salatiga kota pekalongan kota tegal Kab purworejo Kab Wonosobo kab rembang kab temanggung kab blora kota surakarta Kab Purbalingga Kab Banjarnegara kab sragen Kab wonogiri kab pekalongan kab karanganyar kab jepara kab kudus kab boyolali kab batang kab kendal kab semarang Kab sukoharjo Kab Magelang kab demak Kab Kebumen Kab kelaten kab grobogan kab pati Kab Banyumas kab pemalang kab tegal kota semarang Kab Cilacap kab brebes jumlah rata-rata

(28)

10

terendah pada kota Magelang. Kota semarang sebagai ibu Kota Provinsi Jawa Tengah menjadi peringkat ke 14 tertinggi dari 35 Kabupaten/Kota dengan jumlah rata-rata pengangguran terbuka 30.159 penduduk.

Pengangguran terjadi karena adanya penyerapan tenaga kerja yang tidak penuh atau terjadi penurunan permintaan tenaga kerja. Kebijakan penetapan upah minimum adalah penetapan upah diatas upah keseimbangan yang menjadi isu dalam permasalah penurunan permintaan tenaga kerja. Penurunan permintaan ini terjadi karena upah adalah salah satu variabel yang mempengaruhi biaya produksi suatu perusahaan, karena permintaan tenaga kerja berasal dari fungsi produksi yang memaksilmalkan pendapatan perusahaan (Heijdra, 2002). Dalam keadaan pasar persaingan dengan kebijakan upah minimum akan menurunkan permintaan tenaga kerja (Stigler, 1946).

Kebijakan upah minimum untuk melindungi upah tenaga kerja agar tidak merosot pada tingkat upah yang rendah, akibat ketidak keseimbangan pasar tenaga kerja sejak awal tahun 1969. Kebijakan ini juga dalam rangka upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. Penetapan upah minimum didasari oleh Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) pada awal tahun 1996-2006 dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) pada tahun 2007 hingga saat ini (Silalahi, 2008). Selain itu penetapan upah minimum juga memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, untuk menyesuaian kemampuan perusahaan.

Penetapan upah terdiri dari Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). UMP merupakan upah minimum yang

(29)

11

berlaku untuk seluruh Kabupaten/Kota disuatu provinsi, dan UMK adalah upah minimum yang berlaku di wilayah Kabupaten/Kota.

Gambar 1.8

Pertumbuhan Upah Minimum Nominal Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013 (Rupiah)

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, BPS, diolah.

Pada gambar 1.8 menggambarkan pertumbuhan UMP Jawa Tengah. pertumbuhan tertinggi pertama terdapat pada tahun 2006 dengan pertumbuhan 15.38 persen atau mengalami kenaik sebesar Rp. 60.000 dari Rp. 390.000 pada tahun 2005 menjadi Rp. 450.000 di tahun 2006. Pertumbuhan UMP tertinggi ke dua adalah pada tahun 2010 dengan pertumbuhan 14.78 persen atau mengalami kenaikan sebesar Rp. 85.000 dari Rp 575.000 di tahun 2009 menjadi Rp. 660.000 di tahun 2010. Kenaikan 15.28 persen UMP pada tahun 2013 terjadi karena Provinsi Jawa Tengah tidak menetapkan kenaikan UMP, sehingga penetapan diambil dari UMK terendah yaitu Kabupaten Cilacap dengan nominal Rp. 720.000 rupiah melalui Surat Keputusan Gubernur No.20/MEN/XI/2011Tentang Pembentukan Satuan Tugas Pemantauan Penetapan Upah Minimum 2012.

8.24 7.23 6.85 15.38 11.11 9.40 5.12 14.78 2.27 6.67 15.28 0 200000 400000 600000 800000 1000000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Upah Minimum Provinsi Jawa Tengah

Rata-rata Pertumbuhan:

(30)

12

Dalam kebijakan penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) oleh gubernur dapat menetapkan UMK atas rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi dan rekomendasi dari Bupati/Walikota. Penetapan disesuaikan oleh keadaan masing-masing KHM ataupun KHL di Kabupaten/Kota atau penetapan UMK dapat lebih tinggi dari penetapan UMP.

Gambar 1.9

Jumlah Rata-rata Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013 (Rupiah)

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, BPS, diolah.

550.783553.056 553.675554.842 555.792 560.808562.992 563.417 563.758 566.850 570.271573.208 574.788 574.929 579.196581.464 581.744 582.654584.275 592.313593.354 596.000 600.142600.742 606.425606.725 609.400 613.613619.517 631.013633.279 634.737 639.120654.988 712,394 300000 450000 600000 750000 kab grobogan Kab Banjarnegara Kab Kebumenkab brebes Kab wonogirikab tegal kota tegal Kab purworejoKab Banyumas kab rembang Kab Purbalingga Kab Wonosobo kab temanggung kab pemalang kab sragen Kab kelaten Kab Cilacapkab jepara kota magelang kab pati kab blora kab boyolali Kab Magelang Kab sukoharjo kab karanganyarkab batang kab pekalongan kota pekalongan kota surakarta kota salatigakab kendal kab demakkab kudus kab semarang kota semarang

(31)

13

Berdasarkan gambar 1.9 jumlah rata-rata upah minimum Kabupaten/Kota terbesar pada Kota Semarang dengan angka Rp. 712.394 dan Rp. 550.783 yang termasuk upah minimum Kabupaten/Kota terendah pada kota Grobogan. Selain itu Kabupaten Semarang juga mempunyai jumlah rata-rata upah minimum tertinggi kedua yaitu Rp. 654.998.

Indikator penting lain dalam mempengaruhi tingkat pengangguran adalah tingkat pertumbuhan ekonomi. Okun’s Law menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat pertumbuhan PDR riil dengan pengangguran dalam jangka pendek (Dornbuch, 2004). Jika pertumbuhan ekonomi daerah di setiap tahunnya meningkat maka dapat dikatakan pembangunan ekonomi meningkat. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada dan membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi di dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2004).

Gambar 1.10

Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013 (Milyaran Rupiah)

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, BPS, diolah.

3.90 4.45 4.38 4.32 4.81 4.73 5.02 5.12 5.00 5.60 5.49 0,00 50000000,00 100000000,00 150000000,00 200000000,00 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah

Rata-rata Pertumbuhan:

(32)

14

Dalam gambar 1.10 menggambarkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDRB). Dalam 11 tahun terakhir PDRB Jawa tengah mengalami kenaikan signifikan dengan rata-rata kenaikan pertumbuhan 4.80 persen. dengan pertumbuhan tertinggi 5.60 persen yaitu pada tahun 2012 dan pertumbuhan terendah pada tahun 3.90 persen pada tahun 2003.

Gambar 1.11

Jumlah Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2013

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, BPS, diolah.

828.1391.003.342 1.148.2681.750.254 1.898.755 1.911.9552.076.189 2.195.664 2.219.5922.262.306 2.611.8902.694.878 2.696.8462.738.087 2.753.8052.771.770 2.934.0752.946.783 3.137.8183.244.980 3.719.6393.890.747 3.890.8354.167.009 4.194.1174.499.418 4.501.7864.528.586 4.857.1514.910.105 4.962.5595.114.102 11.590.68111.675.800 19,100,250 0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 kota salatiga kota magelangkota tegal Kab Wonosobokab blora kota pekalongankab rembang kab batang kab temanggungKab Purbalingga Kab BanjarnegaraKab Kebumen Kab purworejokab sragen Kab wonogirikab demak kab grobogan kab pekalongankab pemalang kab tegal Kab Magelangkab boyolali kab jeparakab pati Kab BanyumasKab sukoharjo Kab kelaten kota surakarta kab karanganyarkab kendal kab brebes kab semarangkab kudus Kab Cilacap kota semarang

(33)

15

Menurut jumlah rata-rata gambar 1.11, produk domestik regional bruto terbesar terdapat pada Kota Semarang dengan angka Rp. 19.100.250 miliar dan Rp. 828.139 miliar yang termasuk produk domestik regional bruto terendah pada kota Salatiga. Cilacap sebagai Kabupaten Provinsi Jawa Tengah dengan urutan ke 2 terbesar dengan produk domestik regional bruto sebesar Rp. 11.675.800 miliar.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, upah minimum mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengangguran terbuka melalui besarnya jumlah tenaga kerja yang dapat terserap pada tingkat upah minimum dan pengangguran juga dapat dipengaruhi oleh besarnya perkembangan produk domestik bruto melalui besarnya skala perekonomian, yang dapat menciptakan lapangan kerja baru serta meningkatkan penggunaan tenaga kerja.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, upaya pemerintah dalam menurunkan pengangguran dalam Provinsi Jawa Tengah masih belum optimal. Tingkat pengangguran terbuka selama periode 2002-2013 masih terlihat fluktuatif walaupun cenderung menurun di tahun terakhir. Selain itu, Provinsi Jawa tengah Memiliki jumlah rata-rata pengangguran tertinggi ke tiga dan jumlah rata-rata upah minimum terendah ke 2 dari 30 Provinsi di Indonesia.

Upah minimum merupakan faktor yang sangat penting dalam penurunan permintaan tenaga kerja yang mempengaruhi jumlah pengangguran terbuka disuatu daerah. Dalam pasar persaingan oligopsoni, upah minimum akan

(34)

16

menurunkan tenaga kerja melalu perpindahan tenaga kerja dari pekerjaan satu ke lainnya, dan pertambahan tenaga kerja melalui keingin tenaga kerja masuk dalam partisipasi angkatan kerja (Bhaskar, 2002). Kebijakan penetapan Upah Minimum oleh gubernur dapat menetapkan upah atas rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi dan rekomendasi dari Bupati/Walikota. Selama periode 2002-2013, penetapan upah minimum Provinsi Jawa Tengah signifikan meningkat.

Produk domestik bruto dianggap sebagai indikator yang mempunyai pengaruh negatif terhadap pengangguran menurut Okun’s Law (Dornbuch, 2004). Dengan meningkatkan kapasitas produk domestik bruto akan dapat menurunkan pengangguran terbuka melalui permintaan tenaga kerja. Produk domestik bruto di Provinsi Jawa Tengah selama periode 2002-2013 mengalami peningkatan signifikan.

Berdasarkan kondisi-kondisi diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh upah minimum Kabupaten/Kota terhadap pengangguran terbuka di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah selama 2002-2013.

2. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota terhadap pengangguran terbuka Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah selama 2002-2013.

(35)

17

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis bagaimana pengaruh upah minimum terhadap pengangguran terbuka di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah selama 2002-2013.

2. Menganalisis bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap pengangguran terbuka di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah selama 2002-2013.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dan perencaraan daerah di Provinsi Jawa Tengah.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang mempunyai relevansi sama.

1.3.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini bermaksud untuk membantu memudahkan penelitian dan pemahaman isi skripsi. Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab.

(36)

18

Bab pertama merupakan yang terdiri dari latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian. Inti bab pertama ini mengenai pengaruh upah minimum dan PDRB terhadap pengangguran terbuka Jawa Tengah dalam kurun waktu 12 tahun, yaitu tahun 2002 sampai dengan 2013.

Bab kedua berisi tinjauan pustaka yang menjelaskan mengenai landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian yaitu teori permintaan tenaga kerja melalui fungsi produksi yang memaksimalkan profit dalam pasar persaingan oligopsoni dan teori Okun’s Law. Pada bab ini juga dijelaskan adanya penelitian terdahulu yang menjadi landasan teori dan penelitian terdahulu dapat disusun kerangka pemikiran teoritis.

Bab ketiga adalah metode penelitian. Pada penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode pengumpulan data tidak dengan cara sampling dan kuesioner melainkan didapat dari instansi-instansi terkait dan metode analisis menggunakan regresi data panel dengan alat analisis EViews.

Bab keempat merupakan pembahasan. Dalam bab ini menjelaskan hasil analisis penelitian dengan menguraikan objek penelitian, menjabarkan analisis data penelitian dan pembahasan hasil analisis dari objek penelitian.

Bab kelima merupakan penutup yang memuat kesimpulan dari hasil analisis data dan pembahasan. Bab ini juga memuat saran-saran untuk merekomendasikan kepada pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan, meliputi: (1) Melakukan pra-riset, yaitu melakukan wawancara dengan guru dan siswa serta

Penelitianini bertujuan untuk mengetahuiperbedaan prestasi belajarpengetahuan, sikap dan ketrampilan pada pendekatan saintifik melalui metode proyek dan eksperimen ditinjau

Cilj ovog eksperimenta jest pokazati ovisnost uspješnosti mreže o broju neurona u skrivenom sloju neuronske mreže.. Uspješnost mreže u svim eksperimentima ovog rada podrazumijeva

Hal ini sesuai dengan pernyataan Dwijoseputro (1978) yang menyatakan bahwa perbedaan jumlah daun yang tumbuh dibawah naungan dipengaruhi oleh adanya perbedaan

Selain itu, Salingtemas akan membimbing siswa agar berpikir secara global/ keseluruhan dan bertindak memecahkan masalah lingkungan, baik lingkungan lokal maupun

sebesar $12.000 $12.000 dapat dapat digunakan digunakan sebagai sebagai dasar dasar untuk untuk mencatat mencatat goodwill yang. goodwill yang ditetapkan ditetapkan pada

1) Motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan. 2) Proses belajar mengajar sudah mengarah ke metode demonstrasi secara lebih

Permintaan produk konsumsi perikanan yang berkualitas menyebabkan negara importir sangat mengawasi keamanan pangan (Ditjen P2HP, 2014:4).Hal tersebut menyebabkan pihak