• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHASA INDONESIA MODUL 2 CERITA SEJARAH. Dr. H. Wadib Su udi, MM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHASA INDONESIA MODUL 2 CERITA SEJARAH. Dr. H. Wadib Su udi, MM"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASA INDONESIA

MODUL 2

CERITA SEJARAH

(2)

A. PENDAHULUAN

1. Standar Kompetensi --- 1

2. Deskripsi --- 2

3. Waktu --- 2

4. Petunjuk Penggunaan Modul --- 2

B. PEMBELAJARAN 1. Tujuan Materi --- 3 2. Uraian Materi --- 3 3. Rangkuman --- 12 C. EVALUASI 1. Tugas --- 13 2. Tes --- 15 D. KUNCI JAWABAN --- 31 E. DAFTAR PUSTAKA --- 34 F. PENUTUP --- 35

DAFTAR ISI

(3)

Novel sejarah merupakan sebuah genre yang penting dan sering ditulis di negara-negera Barat. Negara-negara tersebut menanamkan pentingnya sejarah dalam pendidikan. Novel sejarah membantu memperkenalkan dan mengakrabkan suatu masyarakat pada masa lalu bangsanya. Dengan demikian, pendidikan dalam novel dapat menanamkan akar pada bangsanya.

Seorang sastrawan yang sering kali menggunakan fakta-fakta sejarah sebagai latar untuk mengisahkan tokoh-tokoh fiksinya bermaksud untuk mengisahkan kembali seorang tokoh sejarah dalam berbagai dimensi jkehidupannya, seperti emosi pribadi tokoh, tragedi yang menimpanya, kehidupan keluarga dan masyarakat, serta pandangan politiknya. Misalnya, novel Roro Mendut versi Mangunwijaya dan versi Ajip Rosidi; Bumi Manusia, Jejak Langkah, Anak Segala Bangsa, dan Rumah Kaca karya Pramoedya Ananta Toer; Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H. yang mengisahkan kehidupan Soekarno ketika menjalin rumah tangga dengan Inggit Garnasih; Novel Pangeran Diponegoro; Menggagas Ratu Adil karya Remy Silado. Contoh lain novel The da Vinci Code karya Dan Brown.

3.3 Memahami informasi berupa orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi, dan resolusi teks cerita sejarah

4.3 Membahas informasi berupa orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi, dan resolusi dalam cerita sejarah yang didengar dan dibaca.

3.4 Menganalisis unsur cerita sejarah, unsur kebahasaan, dan isinya.

4.4 Menuliskan informasi berupa orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi, dan resolusi cerita sejarah dengan memperhatikan struktur, kebahasaan, dan isi.

PENDAHULUAN

(4)

Modul ini merupakan modul pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMK kelas XII semester 5. Modul pembelajaran ini dapat mempermudah dalam proses pembelajaran. Modul ini berisi materi pembelajaran yaitu Cerita Sejarah.

Alokasi waktu untuk mempejari dan mengerjakan modul ini yaitu satu minggu.

Sebelum Pembelajaran

1. Sebelum masuk pada materi, disajikan pendahuluan sebagai pengantar menuju materi utama.

2. Disajikan kompetensi dasar dan alokasi waktu sebagai pedoman bagi pengguna modul untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Selama Pembelajaran

1. Mempelajari dan memahami materi pada modul. 2. Mempelajari dan mencatat contoh teks dan analisis. 3. Mengerjakan tugas yang terdapat pada bagian evaluasi.

4. Mengerjakan tes untuk mengukur kemampuan dalam memahami modul. Setelah Pembelajaran

1. Mengevaluasi jawaban dengan kunci jawaban.

2. Mengetahui hasil evaluasi (sudah memenuhi kriteria ketuntasan atau belum) 3. Memutuskan untuk meneruskan belajar pada materi selanjutnya atau tetap pada

materi yang sama.

DESKRIPSI

WAKTU

(5)

Setelah mempelajari modul ini, pengguna modul diharapkan dapat:

1. memahami informasi berupa orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi, dan resolusi teks cerita sejarah

2. membahas informasi berupa orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi, dan resolusi dalam cerita sejarah yang didengar dan dibaca.

3. menganalisis unsur cerita sejarah, unsur kebahasaan, dan isinya.

4. menuliskan informasi berupa orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi, dan resolusi cerita sejarah dengan memperhatikan struktur, kebahasaan, dan isi.

A. Pengertian Teks Cerita Sejarah

Cerita sejarah adalah cerita yang didalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal muasal atau latar belakang

terjadinya sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan, bisa ersifat naratif atau deskriptif. Cerita sejarah termasuk dalam teks naratif jika disajikan dengan menggunakan urutan peristiwa dan urutan waktu. Namun, jika cerita sejarah disajikan secara simbolisasi verbal, maka cerita sejarah tergolong ke dalam teks deskriptif.

B. Jenis Teks Cerita Sejarah

Cerita sejarah dapat dikategorikan sebagai novel ulang (rekon). Berdasarkan jenisnya, novel ualng terdiri atas tiga jenis.

1. Rekon pribadi adalah novel yang memuat kejadian dan penulisnya terlibat secara langsung.

2. Rekon faktual (informasional) adalah novel yang memuat kejadian faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain.

3. Rekon imajinatif adalah novel yang memuat kisah faktual yang dikhayalkan dan diceritakan secara lebih rinci.

PEMBELAJARAN

TUJUAN MATERI

(6)

Berdasarkan penjelasan tersebut, novel sejarah termasuk ke dalam rekon imajinatif. Artinya, novel tersebut didasarkan atas fakta-fakta sejarah yang kemudian dikisahkan kembali dengan sudut pandnag lain yang tidak muncul dalam fakta sejarah. Misalnya, kegemaran, emosi, dan keluarga.

C. Informasi dalam Teks Cerita Sejarah

Informasi penting dalam novel sejarah lebih mengarah kepada fakta sejarah yang dijadikan latar penceritaan serta imajinasi penulis atas fakta tersebut. Fakta sejarah yang menjadi informasi dalam novel sejarah misalnya latar waktu dan latar tempat. Selain itu peristiwa sejarah dan tokoh-tokoh yang terlibat juga termasuk dalam informasi yang didasarkan pada fakta sejarah. Sementara imajinasi pengarang ini secara leluasa banyak mengungkap perasaan dan pikiran tokoh.

D. Struktur Teks Cerita Sejarah

Novel sejarah, seperti juga novel-novel lainnya, termasuk dalam genre teks cerita ulang. Novel sejarah juga mempunyai struktur teks yang sama dengan struktur novel lainnya yaitu orientasi, pengungkapan peristiwa, rising action, komplikasi, evaluasi/resolusi, dan koda.

1. Pengenalan situasi cerita (exposition, orientasi)

Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan setting cerita baik waktu, tempat, maupun peristiwa. Selain itu, orientasi juga dapat disajikan dengan mengenalkan para tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh.

2. Pengungkapan peristiwa

Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.

3. Menuju konflik (rising action)

Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.

4. Puncak konflik (turning point, komplikasi)

Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.

5. Penyelesaian (evaluasi, resolusi)

Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan ataupun penilaian tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Pada bagian ini pun sering pula dinyatakan wujud akhir dari kondisi ataupun nasib akhir yang dialami tokoh utama.

6. Koda

Bagian ini berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita, yang fungsinya sebagai penutup. Komentar yang dimaksud bisa disampaikan langsung oleh pengarang atau dengan mewakilkannya pada seorang tokoh. Hanya saja tidak setiap novel memiliki koda, bahkan novel-novel modern lebih banyak

menyerahkan simpulan akhir ceritanya kepada pembaca. Mereka dibiarkan menebak-nebak sendiri penyelesaian ceritanya.

(7)

E. Perbandingan Novel Sejarah dengan Teks Sejarah Tabel perbedaan novel sejarah dengan teks sejarah

No. Teks Sejarah Novel Sejarah 1 Dituntut kepada hal-hal yang memang

pernah ada atau terjadi

Dapat saja menggambarkan sesuatu yang tidak pernah ada atau terjadi. Kesemuanya bersumber pada rekaan. 2 Sejarawan terikat pada keharusan,

yaitu bagaimana sesuatu sebenarnya terjadi di masa lampau, artinya tidak dapat ditambah-tambah atau direka

Novelis sepenuhnya bebas untuk menciptakan dengan imajinasinya mengenai apa, kapan, siapa, dan di mananya

3 Hubungan antara fakta satu dengan fakta lainnya perlu direkonstruksi, paling sedikit hubungan topografis atau kronologisnya. Sejarawan perlu menunjukkan bahwa yang ada sekarang dan di sini dapat dilacak eksistensinya di masa lampau. Hal itu berguna sebagai bukti atau saksi dari apa yang direkonstruksi mengenai kejadian di masa lampau.

Faktor perekayasaan pengaranglah yang mewujudkan cerita sebagai suatu kebuatan atau koherensi, dan sekali-kali ada relevansinya dengan situasi sejarah

4 Sejarawan sangat terikat pada fakta mengenai apa, siapa, kapan, dan di mana

Pengarang novel tidak terikat pada fakta sejarah mengenai apa, siapa, kapan, dan di mana. Kesemuanya dapat berupa fiksi tanpa ada kaitannya dengan fakta sejarah tertentu. Begitu pula mengenai peristiwa-peristiwanya, tidak diperlukan bukti, berkas, atau saksi. 5 Pelaku-pelaku, hubungan antara

mereka, kondisi dan situasi hidup, dan masyarakat, kesemuanya adalah harus sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

Pelaku-pelaku, hubungan antara mereka, kondisi dan situasi hidup, dan masyarakat, kesemuanya adalah hasil imajinasi.

F. Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

Bahasa novel sejarah sama seperti bahasa yang digunakan pada novel pada umumnya, yaitu konotatif dan emotif. Meskipun konotatif dan emotif, bahasa novel sejarah tetap mengacu kepada bahasa yang digunakan masyakarat (konvensional) agar tetap dipahami oleh pembacanya. Penggunaan bahasa konotatif dan emotif diwujudkan pengarang dengan merekayasa bahasa dengan menggunakan beragam gaya bahasa, pencitraan dan beragam pengucapan (style).

Beberapa kaidah kebahasaan yang berlaku pada novel sejarah dipaparkan sebagai berikut.

(8)

1. Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau Contoh:

Prajurit-prajurit yang telah diperintahkan membersihkan gedung bekas asrama telah menyelesaikan tugasnya.

2. Menggunakan banyak kata yan menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis, temporal)

Contoh:

sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian, setelah

3. Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan (kata kerja material)

Contoh:

berdiri, menangis, menatap, menggenggam

4. Menggunakan banyak kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seoarng tokoh oleh pengarang

Contoh:

mengatakan bahwa, menceritakan tentang, menurut, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, dan menuturkan

5. Menggunakan banyak kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental)

Contoh:

merasakan, mengiginkan, mengharapkan, mendambakan, menganggap

6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“...”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung

Contoh:

“Mana surat itu?”

“Surat apa, Nyi Gede, lontar ataukah kertas?”

7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana

Contoh:

Gajah Mada mempersiapkan diri sebelum berbicara dan menebar pandangan mata menyapu wajah semua pimpinan prajurit, pimpinan dari satuan masing-masing. Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besar wibawa Gajah mada, bahkan beberapa prajurit harus mengakui wibawa yang dimiliki Gajah Mada jauh lebih besar dari wibawa Jayanegara. Sri Jayanegara masih bisa diajak bercanda, tetapi tidak dengan Patih Gajah Mada, sang pemilik wajah yang amat beku itu.

G. Makna Kias dan Peribahasa dalam Teks Cerita Sejarah

Kata atau frasa bermakna kias digunakan untuk membangkitkan imajinasi pembaca serta memperindah cerita.

Contoh:

1. Di antara para Ibu Ratu yang terpukul hatinya, hanya Ibu Ratu Rajapatni Biksuni Gayatri yang bisa berpikir sangat tenang.

terpukul hatinya = sangat sedih

2. Mampukah Cakradara menjadi tulang punggung mendampingi istrinya menyelenggarakan pemerintahan?

(9)

tulang punggung = sandaran, sumber kekuatan 3. Di sebelahnya, Gajah Mada membeku.

membeku = diam saja

Selain kata atau frasa bermakna kias, novel sejarah juga banyak menggunakan peribahasa, baik peribahasa daerah maupun berbahasa Indonesia. Penggunaan kata, ungkapan, atau peribahasa ini digunakan untuk memperkuat latar waktu dan tempat kejadian cerita.

Contoh:

1. Hidup rakyat Majapahit boleh dikata gemah ripah loh jinawi kerta tata raharja, hukum ditegakkan, keamanan negara dijaga menjadikan siapa pun merasa tenang dan tenteram hidup di bawah panji gula kelapa.

Peribahasa gemah ripah loh jinawi kerta tata raharja merupakan peribahasa Jawa, yang artinya hidup makmur aman tenteram.

2. Singa Parepen yang juga disebut Bango Lumayang terpaksa harus menebus dengan nyawa untuk ameng-ameng nyawa yang dilakukannya.

Peribahasa ameng-ameng nyawa merupakan ungkapan dalam budaya Jawa, yang artinya bermain-main dengan nyawa.

H. Nilai-nilai dalam Teks Cerita Sejarah

1. Nilai budaya adalah nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau kebudayaan. Contoh:

Dan bila orang mendarat dari pelayaran, entah dari jauh entahlah dekat, ia akan berhenti di satu tempat beberapa puluh langkah dari dermaga. Ia akan mengangkat sembah di hadapannya berdiri Sela Baginda, sebuah tugu batu berpahat dengan prasasti peninggalan Sri Airlangga. Bila ia meneruskan

langkahnya, semua saja jalanan besar yang dilaluinya, jalanan ekonomi sekaligus militer. Ia akan selalu berpapasan dengan pribumi yang berjalan tenang tanpa gegas, sekalipun di bawah matahari terik.

Nilai budaya dalam kutipan di atas yaitu nilai budaya timur yang mengajarkan hidup tenang, tidak terburu-buru, segala sesuatunya harus dihubungkan dengan alam.

2. Nilai moral/etik adalah nilai yang dapat memberikan atau memancarkan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika atau moral.

Contoh:

“Juga Sang Adipati Tuban Arya Teja Tumenggung Wiwatikta tidak bebas dari ketentuan Maha Dewa. Sang Hyang Widhi merestui barang siapa punya kebenaran dalam hatinya. Jangan kuatir. Kepala Desa, kurang tepat jawabanku kiranya? Ketakutan selalu jadi bagian mereka yang tak berani mendirikan keadilan.

Kejahatan selalu jadi bagian mereka yang mengingkari kebenaran maka melanggar keadilan. Dua-duanya busuk, dua-duanya sumber keonaran di atas bumi ini.”

Nilai moral dalam kutipan di atas adalah ketakutan membela kebenaran sama buruknya dengan kejahatan karena sama-sama melanggar keadilan.

(10)

3. Nilai agama yaitu nilai dalam cerita yang berkaitan atau bersumber pada nilai-nilai agama.

Contoh:

Kala itu tahun 1309. Segenap rakyat berkumpul di alun-alun. Semua berdoa, apa pun warna agamanya, apakah Siwa, Buddha, maupun Hindu. Semua arah perhatian ditujukan dalam satu pandang, lke Purwaktra yang tidak dijaga

terlampau ketat. Segenap prajurit bersikap sangat ramah kepada siapa pun karena memang demikian sikap keseharian mereka. Lebih dari itu, segenap prajurit merasakan gejolak yang sama, oleh duka mendalam atas gering yang diderita Kertarajasa Jayawardana.

Nilai agama dalam kutipan tersebut tampak pada aktivitas rakyat dari berbagai agama mendoakan Kertarajasa Jayawardhana yang sedang sakit.

4. Nilai sosial yaitu nilai yang berkaitan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat.

Contoh:

Sebagian terbesar pengantar sumbangan, pria, wanita, tua, dan muda, menolak disuruh pulang. Mereka bermaksud menyumbangkan tenaga juga. Maka jadilah dapur raksasa pada malam itu juga. Menyusul kemudian datang bondongan gerobak mengantarkan kayu bakar dan menyak-minyakan. Dan api pun menyala dalam berpuluh tungku.

Dalam kutipan di atas nilai sosial tampak pada tindakan menyumbang dan kesediaan untuk membantu pelaksanaan pesta perkawinan.

5. Nilai estetis yaitu nilai yang berkaiatan dengan keindahan, baik keindahan struktur pembangun cerita, fakta cerita, maupun teknik penyajian cerita.

Contoh:

Betapa megah dan indah bangunan itu karena terbuat dari bahan-bahan pilihan. Pilar-pilar kayunya atau semua bagian dari tiang saka, belandar bahkan sampai pada usuk diraut dari kayu jati pilihan dengan perhitungan bangunan itu sanggup melewati waktu puluhan tahun, bahkan diharap bisa tembus lebih dari seratus tahun. Tiang saka diukir indah warna-warni, kakinya berasal dari bahan batu merah penuh pahatan ukir mengambil tokoh-tokoh pewayangan, atau tokoh yang pernah ada bahkan masih hidup. Bangunan itu berbeda-beda bentuk atapnya, pun demikian dengan bentuk wajahnya. Halaman tiga istana utama itu diatur rapi dengan sepanjang jalan ditanami pohon tanjung, kesara, dan cempaka. Melingkar-lingkar di halaman adalah tanaman bunga perdu.

Nilai estetis dalam kutipan di atas terkait dengan teknik penyajian cerita. Teknik yang digunakan pengarang adalah teknik showing (deskriptif). Teknik ini efektif untuk menggambarkan suasana, tempat, waktu sehingga pembaca dapat membayangkan seolah-olah menyaksikan dan merasakan sendiri.

I. Kaitan Nilai-nilai dalam Teks Cerita Sejarah dengan Kehidupan Masa Kini

Nilai-nilai dalam teks cerita sejarah ada yang masih berhubungan ada yang sudah tidak berlaku dengan kehidupan masa kini. Sebagai contoh nilai moral dalam

ketakutan membela kebenaran sama buruknya dengan kejahatan karena sama-sama melanggar keadilan, pada masa kini nilai tersebut masih belaku.

(11)

Ada nilai yang dibatasi oleh wiyaha geografi, waktu, dan agama. Contoh nilai yang dibatai oleh geografi adalah nilai budaya yang terkait dengan budaya berbusana. Di daerah yang cuaca cenderung panas, masyarakatnya terbiasa menggunakan pakaian tipis dan cenderung lebih terbuka. Sebaliknya, masyarakat di daerah pegunungan terbiasa menggunakan pakaian tebal dan tertutup.

Contoh nilai lain yang dibatasi waktu adalah nilai budaya. Dahulu, di sebagain masyarakat pedesaan para wanitanya akan nginang yaitu mengunyah daun sirih, buah jambe, dan kapur. Namun, kebiasaan tersebut kini nyaris sudah tidak ditemukan.

Nilai budaya bisa juga dibatasi oleh agama. Misalnya budaya minum tuak pada masyarakat Indonesia terutama pada pesta pernikahan di masa lalu semakin

berkurang setelah msayarakat sadar bahawa minuman keras itu membahayakan dan dilarang agama.

J. Contoh Teks Cerita Sejarah

KEMELUT DI MAJAPAHIT Oleh S.H. Mintardja ....

Setelah Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama bergelar

Kertarajasa Jayawardhana, beliau tidak melupakan jasa-jasa para senopati (perwira) yang setia dan banyak membantunya semenjak dahulu itu membagi-bagikan pangkat kepada mereka. Ronggo Lawe diangkat menjadi adipati di Tuban dan yang lain-lain pun diberi pangkat pula. Dan hubungan antara junjungan ini dengan para

pembantunya, sejak perjuangan pertama sampai Raden Wijaya menjadi raja, amatlah erat dan baik.

Akan tetapi, guncangan pertama yang mempengaruhi hubungan ini adalah ketika Sang Prabu telah menikah dengan empat putri mendiang Raja Kertanegara, telah menikah lagi dengan seorang putri dari Melayu. Sebelum puteri dari tanah Melayu ini menjadi istrinya yang kelima, Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana telah mengawini semua putri mendiang Raja Kertanegera. Hal ini dilakukannya karena beliau tidak menghendaki adanya dendam dan perebutan kekuasaan kelak.

Keempat orang puteri itu adalah Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, yang kedua adalah Dyah Nara Indraduhita, ketiga adalah Dyah Jaya Inderadewi, dan yang juga disebut Retno Sutawan atau Rajapatni yang berarti “terkasih” karena memang putri bungsu dari mendiang Kertanegara ini menjadi istri yang paling dikasihinya. Dyah Gayatri yang bungsu ini memang cantik jelita seperti seorang dewi kahyangan, terkenal di seluruh negeri dan kecantikannya dipuja-puja oleh para sastrawan di masa itu.

Akan tetapi, datanglah pasukan yang beebrapa tahun lalu diutus oleh mendiang Sang Prabu Kertanegara ke negeri Melayu. Pasukan ini dinamakan pasukan Pamalayu yang dipimpin oleh seorang senopati perkasa bernama Kebo Anabrang atau juga Mahisa Anabrang, nama yang diberikan oleh Sang Prabu mengingat akan tugasnya menyeberang (anabrang) ke negeri Melayu. Pasukan ekspedisi yang berhasil baik ini membawa pulang pula dua orang putri bersaudara.

(12)

Putri yang kedua, yaitu yang muda bernama Dara Petak, Sang Prabu Kertarajasa terpikat hatinya oleh kecantikan sang putri ini, maka diambillah Dyah Dara Petak menjadi istrinya yang kelima. Segera ternyata bahwa Dara Petak menjadi saingan yang paling kuat dari Dyah Gayatri, karena Dara Petak memang cantik jelita dan pandai membawa diri. Sang Prabu sangat mencintai istri termuda ini yang setelah diperistri oleh Sang Baginda, lalu diberi nama Sri Indraswari.

Terjadilah persaingan di antara para istri ini, yang tentu saja dilakukan secara diam-diam namun cukup seru, persaingan dalam memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sri Baginda yang tentu saja akan mengangkat derajat dan kekuasaan masing-masing. Kalau Sang Prabu sendiri kurang menyadari akan persaingan ini, pengaruh persaingan itu terasa benar oleh para senopati dan mulailah terjadi perpecahan diam-diam diantar mereka sebagai pihak yang bercondong kepada Dyah Gayatri keturunan mendiang Sang Prabu Kertanegara, dan kepada Dara Petak keturunan Malayu.

Tentu saja Ronggo Lawe, sebagai seorang yang amat setia sejak zaman Prabu Kertanegara, berpihak kepada Dyah Gayatri. Namun, karena segan kepada Sang Prabu Kertarajasa yang bijaksana, persaingan dan kebencian yang dilakukan secara diam-diam itu tidak sampai menjalar menjadi permusuhan terbuka. Kiranya tidak ada terjadi hal-hal yang lebih hebat sebagai akibat masuknya Dara Petak ke dalam kehidupan Sang Prabu, sekiranya tidak terjadi hal yang membakar hati Ronggo Lawe, yaitu

pengangkatan patih Hamangku Bumi, yaitu Patih Kerajaan Majapahit. Yang diangkat oleh Sang Prabu menjadi pembesar yang tertinggi dan paling berkuasa sesudah raja, yaitu Senopati Nambi.

Pengangkatan ini memang banyak terpengaruh oleh bujukan dara Petak.

Mendengar akan pengangkatan patih ini, merahlah muka Adipati Ronggo Lawe. Ketika mendengar berita ini dia sedang makan, seperti biasa dilayani oleh kedua orang istrinya yang setia, yaitu Dewi Mertorogo dan Tirtowati. Mendengar berita itu dari seorang penyelidik yang datang menghadap pada waktu sang adipati sedang makan, Ronggo Lawe marah bukan main. Nasi yang sudah dikepalnya itu dibanting ke atas lantai dan karena dalam kemarahan tadi sang adipati menggunakan aji

kedigdayaannya, maka nasi sekepal itu amblas ke dalam lantai. Kemudian terdengar bunyi berkerotok dan ujung meja diremasnya menjadi hancur.

“Kakangmas adipati harap Paduka tenang,” Dewi Mertorogo menghibur suaminya. “Ingatlah, Kakangmas Adipati, sungguh merupakan hal yang kurang baik

mengembalikan berkah ibu pertiwi secara itu,.” Tirtowati juga memperingatkan karena melempar nasi ke atas lantai seperti itu penghinaan terhadap Dewi Sri dan dapat menjadi kualat. Akan tetapi, Adipati Ronggo Lawe bangkit dan berdiri, membiarkan kedua tangannya dicuci oleh kedua istrinya yang berusaha menghiburnya. “Aku harus pergi sekarang juga!” katanya. “Pengawal lekas suruh persiapkan si Mego Lamat di depan! Aku akan berangkat ke Majapahit sekarang juga!” Mego Lamat adalah satu di antara kuda-kuda kesayangan Adipati Ronggo Lawe, seekor kuda yang amat indah dan kuat, warna bulunya abu-abu muda. Semua cegahan kedua istrinya sama sekali tidak didengarkan oleh adipati yang sedang marah itu.

Tak lama kemudian, hanya suara derap kaki Mego Lamat yang berlari congkalang yang memecah kesunyian gedung kadipaten itu, mengiris dua orang istri yang

(13)

Pada waktu itu, sang Prabu sedang dihadap oleh para senopati dan punggawa. Semua penghadap adalah bekas kawan-kawan seperjuangan Ronggo Lawe dan mereka ini terkejut sekali ketika melihat Ronggo Lawe datang menghadap raja tanpa dipanggil, padahal sudah agak lama Adipati Tuban ini tidak datang menghadap Sri Baginda. Sang Prabu sendiri juga memandang dengan alis berkerut tanda tidak berkenan hatinya, namun Ronggo Lawe pernah menjadi tulang punggungnya di waktu beliau masih berjuang dahulu, Sang prabu mengusir ketidaksenangan hatinya dan segera menyapa Ronggo Lawe.

Di dalam kemarahan dan kekecewaan, Adipati Ronggo Lawe masih ingat untuk menghaturkan sembahnya, tetapi setelah semua salam tata susila ini selesai, serta merta Ronggo Lawe menyembah dan berkata dengan suara lantang, “Hamba sengaja datang menghadap Paduka untuk mengingatkan Paduka dari kekhilafan yang paduka lakukan di luar kesadaran Paduka!” Semua muka para penghadap raja menjadi pucat mendengar ucapan ini, dan semua jantung di dalam dada berdebar tegang. Mereka semua mengenal belaka sifat dan watak Ronggo Lawe, banteng Majapahit yang gagah perkasa dan selalu terbuka, polos dan jujur, tanpa tedeng aling-aling lagi dalam mengemukakan suara hatinya, tidak akan mundur setepak pun dalam membela hal yang dianggap benar. Sang Prabu sendiri memandang dengan mata penuh perhatian, kemudian dengan suara tenang bertanya, “Kakang Ronggo Lawe, apakah maksudmu dengan ucapan itu?”

“Yang hamba maksudkan tidak lain adalah pengangkatan Nambi sebagai pepatih paduka! Keputusan yang paduka ambil ini sungguh-sungguh tidak tepat, tidak

bijaksana dan hamba yakin bahwa Paduka tentu telah terbujuk dan dipengaruhi oleh suara dari belakang! Pengangkatan Nambi sebagai patih hamangkubumi sungguh merupakan kekeliruan yang besar sekali, tidak tepat dan tidak adil, padahal Paduka terkenal sebagai seorang Maharaja yang arif bijaksana dan adil!”

Hebat buka main ucapan Ronggo Lawe ini! Seorang adipati, tanpa dipanggil, berani datang menghadap Sang Prabu dan melontarkan teguran-teguran seperti itu. Muka Patih Nambi sebentar pucat sebentar merah, kedua tangannya dikepal dan dibuka dengan jari-jari gemetar. Senopati Kebo Anabrang mukanya menjadi merah seperti udang direbus, matanya yang lebar itu seperti mengeluarkan api ketika dia mengerling ke arag Ronggo Lawe. Lembu Sora yang sudah tua itu menjadi pucat mukanya, tak mengira dia bahwa keponakannya itu akan seberani itu. Senopati-senopati Gagak Sarkoro dan Mayang Mekar juga memandang dengan mata terbelalak.

Pendeknya, semua senopati dan pembesar yang saat itu menghadap sang prabu dan mendengar ucapan-ucapan Ronggo Lawe, semua terkejut dan sebagian besar marah sekali, tetapi mereka tidak berani mencampuri karena mereka menghormat Sang Prabu. Akan tetapi, Sang Prabu Kertarajasa tetap tenang, bahkan tersenyum memandang kepada Ronggo Lawe, punggawanya yang dia tahu amat setia kepadanya itu, lalau berkata halus, “Kakang Ronggo Lawe, tindakanku mengangkat kakang Nambi sebagai patih hamangkubumi, bukanlah merupakan tindakan ngawur belaka,

melainkan telah merupakan suatu keputusan yang telah dipertimbangkan masak-masak, bahkan telah mendapatkan persetujuan dari semua paman dan kakang

senopati dan semua pembantuku. Bagaimana Kakang Ronggo Lawe dapat mengatakan bahwa pengangkatan itu tidak tepat dan tidak adil?” Dengan muka merah, kumisnya

(14)

yang seperti kumis Sang Gathutkaca itu bergetar, napas memburu karena desakan amarah, Ronggo Lawe berkata lantang, “Tentu saja tidak tepat! Paduka sendiri tahu siapa si Nambi itu! Paduka tentu masih ingat akan segala sepak terjang dan tindak-tanduknya dahulu! Dia seorang bodoh, lemah, rendah budi, penakut, sama sekali tidak memiliki wibawa.”

....

1. Novel sejarah adalah novel yang di dalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang fakta kejadian masa lalu yang menjasi asal muasal atau latar belakang terjadinya sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan, bisa bersifat naratif atau deskriptif, dan disajikan dengan daya khayal pengetahuan yang luas dari pengarang.

2. Struktur novel sejarah adalah orientasi, pengungkapan peristiwa, rising action, komplikasi, evaluasi/resolusi, dan koda.

3. Novel sejarah banyak mengandung nilai-nilai yang disajikan secara implisit dan eksplisit. Sebagian dari nilai tersebut masih sesuai dengan kehidupan saat ini. 4. Kaidah kebahasaan teks cerita sejarah banyak menggunakan

a. Kalimat bermakna lampau

b. Kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis, temporal) c. Kata kerja yang menggambarkan sesuatu tindakan (kata kerja material)

d. Kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang

e. Kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental)

f. Dialog, hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“...”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung

g. Kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana

(15)

1. Bacalah dengan cermat teks cerita sejarah berikut!

GAJAH MADA BERGELUT DALAM TAHTA DAN ANGKARA ...

Cerita macam itu berkembang ke arah salah kaprah. Entah siapakah yang bercerita, kabut tebal itu memang disengaja oleh para dewa di kayangan agar wajah cantik para bidadari yang turun dari kayangan melalui pelangi jangan sapai dipergoki manusia. Para bidadari itu turun untuk memberikan penghormatan kepada satu-satunya wanita di dunia yang tepilih sebagai sang Ardhanareswari, yang berarti wanita utama yang menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa ini. Maklum sebagai sang

Ardhanareswari, Ken Dedes adalah titisan dari Pradnya Paramita, dewi ilmu pengetahuan.

Apa benar kabut tebal itu turun karena para bidadari turun dari langit? Gajah Mada tidak bisa menyembunyikan senyumnya dari kenangan kakek tua, yang menuturkan cerita itu dan mengaku memergoki para bidadari itu, lalu mengambil salah seorang di antara mereka menjadi istrinya. Gajah Mada ingat, anak kakek tua itu perempuan semua dan jelek semua, sama sekali tidak ada pertanda titisan bidadari.

“Mirip cerita Jaka Tarub saja,” gumam Gajah Mada sekali lagi untuk diri sendiri. “Lagi pula, setahuku tidak pernah ada pelangi di malam hari. Pelangi itu munculnya selalu siang dan ketika sedang turun hujan.”

Lebih jauh soal kabut tebal pula, konon ketika Calon Arang, si perempuan

penyihir dari Girah marah dan menebar tenung, kabut amat tebal membawa penyakit turun tak hanya di wilayah tertentu. Namun, merata di seluruh negara, menyebabkan Prabu Airlangga dan Patih Narottama kebinungan dan terpaksa minta bantuan kepada Empu Barada untuk meredam sepak terjang wanita menakutkan itu.

Empu Barada benar-benar sakti. Empu itu menebas pelepah daun keluwih yang meyang terbang ketika dibacakan japa mantra. Beralaskan pelepah daun itulah Empu Barada terbang membubung ke langit dan memperhatikan seberapa luas kabut pembawa tenung dan penyakit. Empu Barada melihat, ampak-ampak pedhut itu memang sangat luas dan menelan luas negara dari ujung ke ujung. Untungnya cahaya Hyang Bagaskara yang datang di pagi harinya mampu mengusir kabut itu menjauh tanpa tersisa jejaknya sedikit pun.

EVALUASI

(16)

“Hanya sebuah dongeng,” gumam Gajah Mada untuk diri sendiri. Kabut tebal itu memang mengurangi jarak pandang dan mengganggu siapa pun untuk mengetahui keadaan di sekitarnya. Ketika sebelumnya siapa pun tak sempat memikirkan, itulah saatnya siapa pun mendadak merasakan bagaimana menjadi orang buta yang tidak bisa melihat apa-apa. Pada wilayah yang kabutnya benar-benar tebal, untuk mengenali benda-benda di sekitarnya harus dengan meraba-raba.

Akan tetapi, tidak demikian dengan anjing yang menggonggong sahut-sahutan ramai sekali. Apa yang dilakukan anjing itu laporannya akhirnya sampai ke telinga Gajah Mada. Gajah Enggon yang meminta izin untuk bertemu segera melepas warastra, sanderan dengan ciri-ciri khusus yang dibalas Gajah Mada dengan anak panah yang sama melalui isyarat khusus pula. Dari jawaban anak panah itu Gajah Enggon dan Gagak Bongol mengetahui di mana Gajah Mada berada. Gagak Bongol dan Enggon segera melaporkan temuannya.

“Ditemukan mayat lagi, Kakang Gajah,” Gajah Enggon melaporkan. Gajah Mada memandangi wajah samar-samar di depannya.

“Mayat siapa?”

“Prajurit bernama Klabang Gendis mati dengan anak panah menancap tepat di tenggorokannya. Tak ada jejak perkelahian apa pun, sasaran menjadi korban tanpa menyadari arah bidikan anak panah tertuju kepadanya.”

Gajah mada merasa tak nyaman memperoleh laporan itu. Orang yang mampu melepas anak panah dengan sasaran sulit pastilah orang yang sangat menguasai sifat gendewa dan anak panahnya. Orang yang mampu melakukan hal khusus macam itu amat terbatas dan umumnya ada di barisan pasukan Bhayangkara. Adakah prajurit Bhayangkara yang terlibat?

“Dan kami temukan mayat kedua,” Gagak bongol menambahkan.

“Pelaku pembunuhan menggunakan anak panah itu mati dipatuk ular. Mayatnya dicabik-cabik beberapa ekor anjing. Pembunuh yang terbunuh ini, menyisakan jejak rasa kecewa di hati kita, Kakang. Aku tahu, Kakang Gajah pasti kecewa mengetahui siapa dia.”

Gajah Mada menengadah memandang langit. Namun, tak ada apa pun yang tampak kecuali warna pedhut yang makin menghitam legam.

“Bhayangkara?”

“Ya,” jawab Gagak Bongol. “Siapa?” lanjut Gajah Mada.

Gagak Bongol dan Senopati Gajah Enggon tidak segera menjawab dan memberikan kesempatan kepada Patih Gajah Mada untuk menemukan sendiri jawabnya. Nama pembunuh yang mati dipatuk ular itu tentu berada di barisan yang tersisa dari nama-nama prajurit Bhayangkara yang pernah dipimpinnya. Nama-nama itu adalah Bhayangkara Lembu Pulung, Panjang Sumprit, Gajah Geneng, Gajah Enggon, Macan Liwung, dan Gagak bongol.

Panji Saprang yang berkhianat dan menjadi kaki tangan Rakrian kuti mati dibunuh Gajah Mada di terowongan bawah tanah ketika pontang-panting menyelamatkan Sri Jayanegara. Bhayangkara Risang Panjer Lawang gugur di Mojoagung, dibunuh dengan cara licik oleh pengkhianat kaki tangan Ra Kuti. Selanjutnya, Mahisa Kingkin terbunuh oleh Gagak Bongol sebagai korban fitnah di

(17)

Hangawiyat. Terakhir, Singa Perapen atau Bango Lumayang yang berkhianat mati dibunuhnya di Bedander ketika kamanungsan sebagai pengkhianat.

...

Berdasarkan teks cerita sejarah tersebut jawablah pertanyaan berikut! a. Di manakah latar dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat? b. Bagaimanakah suasana dalam kutipan novel sejarah tersebut?

c. Peristiwa apa yang dikisahkan dalam kutipan novel sejarah tersebut? d. Siapa sajakah tokoh yang terlibat dalam kutipan novel sejarah tersebut? 2. Analisislah teks cerita sejarah tersebut berdasarkan kaidah kebahasaan berikut!

a. kalimat lampau

b. konjungsi kronologis, temporal c. kata kerja material

d. kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung e. kata kerja mental

f. dialog

g. deskripsi tokoh, tempat, atau suasana

1. Perhatikan penggalan teks cerita berikut!

Di dalam kemarahan dan kekecewaan, Adipati Ronggo Lawe masih ingat untuk menghaturkan sembahnya, tetapi setelah semua salam tata susila ini selesai, serta merta Ronggo Lawe menyembah dan berkata dengan suara lantang, “Hamba sengaja datang menghadap Paduka untuk mengingatkan Paduka dari kekhilafan yang paduka lakukan di luar kesadaran Paduka!” Semua muka para penghadap raja menjadi pucat mendengar ucapan ini, dan semua jantung di dalam dada berdebar tegang. Mereka semua mengenal belaka sifat dan watak Ronggo Lawe, banteng Majapahit yang gagah perkasa dan selalu terbuka, polos dan jujur, tanpa tedeng aling-aling lagi dalam mengemukakan suara hatinya, tidak akan mundur setepak pun dalam membela hal yang dianggap benar.

Unsur intrinsik yang dominan dalam penggalan novel sejarah tersebut yaitu ... A. tema

TES

Soal Pilihan Ganda Cerita Sejarah

(18)

B. alur C. latar D. penokohan E. amanat

2. Perhatikan penggalan teks cerita berikut!

Setelah Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama bergelar

Kertarajasa Jayawardhana, beliau tidak melupakan jasa-jasa para senopati (perwira) yang setia dan banyak membantunya semenjak dahulu itu membagi-bagikan pangkat kepada mereka.

Kata yang digunakan di awal kalimat termasuk dalam kaidah kebahasaan ... A. dialog

B. kata kerja mental C. kata kerja material

D. kalimat bermakna lampau E. konjungsi kronologis, temporal 3. Perhatikan penggalan teks cerita berikut!

Adipati Ronggo Lawe bangkit dan berdiri, membiarkan kedua tangannya dicuci oleh kedua istrinya yaitu Dewi Mertorogo dan Tirtowati yang berusaha menghiburnya. “Aku harus pergi sekarang juga!” katanya. “Pengawal lekas suruh persiapkan si Mego Lamat di depan! Aku akan berangkat ke Majapahit sekarang juga!” Mego Lamat adalah satu di antara kuda-kuda kesayangan Adipati Ronggo Lawe, seekor kuda yang amat indah dan kuat, warna bulunya abu-abu muda. Semua cegahan kedua istrinya sama sekali tidak didengarkan oleh adipati yang sedang marah itu.

Dalam penggalan tersebut yang banyak dideskripsikan yaitu ... A. Tirtowati

B. Pengawal C. Mego Lamat D. Dewi Mertorogo E. Adipati Ronggo Lawe

4. Perhatikan penggalan teks cerita berikut!

Hebat buka main ucapan Ronggo Lawe ini! Seorang adipati, tanpa dipanggil, berani datang menghadap Sang Prabu dan melontarkan teguran-teguran seperti itu. Muka Patih Nambi sebentar pucat sebentar merah, kedua tangannya dikepal dan dibuka dengan jari-jari gemetar. Senopati Kebo Anabrang mukanya menjadi merah seperti udang direbus, matanya yang lebar itu seperti mengeluarkan api ketika dia mengerling ke arag Ronggo Lawe. Lembu Sora yang sudah tua itu menjadi pucat mukanya, tak mengira dia bahwa keponakannya itu akan seberani itu. Senopati-senopati Gagak Sarkoro dan Mayang Mekar juga memandang dengan mata terbelalak.

(19)

A. dialog

B. kata kerja mental C. kata kerja material D. deskripsi suasana E. konjungsi kronologis

5. Perhatikan penggalan teks cerita berikut!

Hebat buka main ucapan Ronggo Lawe ini! Seorang adipati, tanpa dipanggil, berani datang menghadap Sang Prabu dan melontarkan teguran-teguran seperti itu.

Kaidah kebahasaan pada kata yang digaris bawah dari penggalan novel di atas yaitu ... A. kata kerja mental

B. deskripsi suasana C. kalimat langsung

D. kalimat bermakna lampau

E. kata kerja yang menunjukkan kalimat tidak langsung 6. Perhatikan penggalan teks cerita berikut!

“Hamba sengaja datang menghadap Paduka untuk mengingatkan Paduka dari kekhilafan yang paduka lakukan di luar kesadaran Paduka!”

“Kakang Ronggo Lawe, apakah maksudmu dengan ucapan itu?”

“Yang hamba maksudkan tidak lain adalah pengangkatan Nambi sebagai pepatih paduka! Keputusan yang paduka ambil ini sungguh-sungguh tidak tepat, tidak

bijaksana dan hamba yakin bahwa Paduka tentu telah terbujuk dan dipengaruhi oleh suara dari belakang! Pengangkatan Nambi sebagai patih hamangkubumi sungguh merupakan kekeliruan yang besar sekali, tidak tepat dan tidak adil, padahal Paduka terkenal sebagai seorang Maharaja yang arif bijaksana dan adil!”

Kaidah kebahasaan yang dominan dari penggalan novel di atas yaitu ... A. dialog

B. kata kerja mental C. kata kerja material D. deskripsi suasana E. konjungsi kronologis

7. Perhatikan penggalan teks cerita berikut!

Gajah Mada menyatakan sependapat dengan Senopati Gajah Enggon.

Kaidah kebahasaan pada kata yang digaris bawah dari penggalan novel di atas yaitu ... A. kata kerja mental

B. deskripsi suasana C. kalimat langsung

D. kalimat bermakna lampau

(20)

8. Perhatikan penggalan teks cerita berikut!

Semua orang berpikir Patih Daha Gajah Mada memang mampu dan layak berada di tempat yang sekarang ia pegang.

Kaidah kebahasaan pada kata yang digaris bawah dari penggalan novel di atas yaitu ... A. dialog

B. kata kerja mental C. kata kerja material D. deskripsi suasana E. konjungsi kronologis

9. Perhatikan penggalan teks cerita berikut!

Di dalam kemarahan dan kekecewaan, Adipati Ronggo Lawe masih ingat untuk menghaturkan sembahnya, tetapi setelah semua salam tata susila ini selesai, serta merta Ronggo Lawe menyembah dan berkata dengan suara lantang, “Hamba sengaja datang menghadap Paduka untuk mengingatkan Paduka dari kekhilafan yang paduka lakukan di luar kesadaran Paduka!” Semua muka para penghadap raja menjadi pucat mendengar ucapan ini, dan semua jantung di dalam dada berdebar tegang. Mereka semua mengenal belaka sifat dan watak Ronggo Lawe, banteng Majapahit yang gagah perkasa dan selalu terbuka, polos dan jujur, tanpa tedeng aling-aling lagi dalam mengemukakan suara hatinya, tidak akan mundur setepak pun dalam membela hal yang dianggap benar.

Jenis alur dalam cerita tersebut adalah.... A. maju

B. sorot balik C. rapat D. renggang E. absurd

10. Perhatikan penggalan teks cerita berikut!

“Ditemukan mayat lagi, Kakang Gajah,” Gajah Enggon melaporkan. Gajah Mada memandangi wajah samar-samar di depannya.

“Mayat siapa?”

“Prajurit bernama Klabang Gendis mati dengan anak panah menancap tepat di tenggorokannya. Tak ada jejak perkelahian apa pun, sasaran menjadi korban tanpa menyadari arah bidikan anak panah tertuju kepadanya.”

Latar suasana penggalan novel sejarah tersebut adalah …. A. mencekam

B. keprihatinan C. kekecewaan D. kekosongan E. kemarahan

(21)

11. Perhatikan penggalan teks cerita berikut!

“Ditemukan mayat lagi, Kakang Gajah,” Gajah Enggon melaporkan. Gajah Mada memandangi wajah samar-samar di depannya.

“Mayat siapa?”

“Prajurit bernama Klabang Gendis mati dengan anak panah menancap tepat di tenggorokannya. Tak ada jejak perkelahian apa pun, sasaran menjadi korban tanpa menyadari arah bidikan anak panah tertuju kepadanya.”

Kaidah kebahasaan yang dominan dari penggalan novel di atas yaitu ... A. dialog

B. kata kerja mental C. kata kerja material D. deskripsi suasana E. konjungsi kronologis

12. Perhatikan penggalan teks cerita berikut!

Empu Barada benar-benar sakti. Empu itu menebas pelepah daun keluwih yang meyang terbang ketika dibacakan japa mantra. Beralaskan pelepah daun itulah Empu Barada terbang membubung ke langit dan memperhatikan seberapa luas kabut pembawa tenung dan penyakit. Empu Barada melihat, ampak-ampak pedhut itu memang sangat luas dan menelan luas negara dari ujung ke ujung. Untungnya cahaya Hyang Bagaskara yang datang di pagi harinya mampu mengusir kabut itu menjauh tanpa tersisa jejaknya sedikit pun.

Unsur ektrinsik yang dominan dalam penggalan novel di atas adalah .... A. nilai sosial

B. nilai budaya C. nilai religius D. nilai moral E. nilai pendidikan

13. Perhatikan penggalan cerita berikut!

Gagak Bongol dan Senopati Gajah Enggon tidak segera menjawab dan memberikan kesempatan kepada Patih Gajah Mada untuk menemukan sendiri jawabnya. Nama pembunuh yang mati dipatuk ular itu tentu berada di barisan yang tersisa dari nama-nama prajurit Bhayangkara yang pernah dipimpinnya. Nama-nama itu adalah Bhayangkara Lembu Pulung, Panjang Sumprit, Gajah Geneng, Gajah Enggon, Macan Liwung, dan Gagak bongol.

Sudut pandang pengarang yang digunakan dalam penggalan novel sejarah tersebut adalah…

A. sudut pandang orang pertama B. sudut pandang orang kedua C. sudut pandang orang ketiga D. sudut pandang orang keempat

(22)

E. sudut pandang orang kelima 14. Perhatikan penggalan cerita berikut!

Panji Saprang yang berkhianat dan menjadi kaki tangan Rakrian kuti mati dibunuh Gajah Mada di terowongan bawah tanah ketika pontang-panting menyelamatkan Sri Jayanegara.

Kaidah kebahasaan pada kata yang digaris bawah dari penggalan novel di atas yaitu ... A. dialog

B. kata kerja mental C. kata kerja material D. deskripsi suasana E. konjungsi kronologis

15. Perhatikan penggalan cerita berikut!

“Sejak sekarang kau sudah boleh membuat rancangan yang harus kau kalukan, Gagak Bongol. Sementara itu, di mana ada pencandian akan dilakukan, aku usahakan malam ini sudah diketahui jawabnya.”

Kata yang digunakan di awal kalimat termasuk dalam kaidah kebahasaan ... A. dialog

B. kata kerja mental C. kata kerja material

D. kalimat bermakna lampau E. konjungsi kronologis, temporal

1. Perhatikan kalimat berikut dengan cermat!

Pemborong itu melarikan diri, tidak mau bertanggung jawab terhadap rusaknya bangunan baru itu.

Frasa tidak mau bertanggung jawab dalam kalimat di atas dapat diungkapkan dengan .... A. cuci tangan B. lepas tangan C. angkat tangan D. bermain tangan E. sembunyi tangan Soal Pilihan Ganda Persiapan UN

(23)

2. Perhatikan paragraf berikut dengan cermat!

(1) Lihatlah, Salamah memberi isyarat. (2) Ketiga orang itu memperhatikannya. (3) Salamah yang pernah mendengar pengajian dari Pak Mudin di kampungnya dulu memberikan komentar. (4) “Itulah manusia yang lidahnya berlawanan dengan hatinya. (5) Tanpa menoleh-noleh makhluk manusia yang berbentuk yiang itu dengan begitu sengsaranya di depan mereka.”

Kelompok kata yang mengandung ungkapan dinyatakan dengan kalimat nomor .... A. (1) B. (2) C. (3) D. (4) E. (5) 3. Kalimat yang menggunakan ungkapan dengan bagian tubuh adalah...

A. Tangan kanannya tergores pisau. B. Kaki tangannya terasa sakit sekali. C. Di tangan kanannya terdapat tahi lalat. D. Biasakanlah cuci tangan sebelum makan. E. Ia sudah lama menjadi tangan kanan bosnya.

4. Pernyataan di bawah ini yang menggunakan ungkapan adalah... A. Tutup mulutmu, di sini banyak lalat!

B. Tangan kanan saya terkilir karena jatuh. C. Panjang lidah ular iu sepuluh sentimeter. D. Merah telinganya mendengar ucapan itu.

E. Menteri putih itu sedang terancam oleh kuda hitam. 5. Perhatikan kalimat berikut dengan cermat!

“Setinggi-tingginya ia menjadi perhiasan, menjadi permainan yang dimulia-muliakan selagi disukai, tetapi dibuang dan ditukar apabila telah kabur cahayanya, telah hilang sarinya.”

Maksud pernyataan di atas sejalan dengan peribahasa .... A. Habis manis sepah dibuang.

B. Sudah jatuh tertimpa tangga. C. Bunga gugur putik pun gugur. D. Tak ada gading yang tak retak.

E. Sepandai-pandai tupai melompat, sekali gagal juga. 6. Perhatikan ilustrasi berikut dengan cermat!

Kita tidak pernah menyangka kalau sebuah rezim dengan dukungan mesin politik yang begitu kuat ternyata tumbang hanya dalam waktu tiga bulan setelah berkuasa.

Peribahasa yang tepat untuk ilstrasi di atas adalah .... A. Patah sayap bertongkat paruh

(24)

C. Takkan lari gunung dikejar, hilang kabut tampaklah dia D. Kesturi binasa karena baunya gajah mati karena gadingnya E. Disangka panas hingga petang, kiranya hujan turun tengah hari 7. Perhatikan ilustrasi berikut dengan cermat!

Rudi anak orang kaya. Dia memiliki banyak teman, tetapi dia tidak bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Saat teman yang satu mengajaknya pergi, dia pergi, tetapi saat dia dilarang oleh temannya yang lain dia menjadi bimbang.

Peribahasa yang tepat untuk penggalan di atas adalah… A. Api dalam sekam

B. Bagai air di daun talas C. Bagai udang di balik batu D. Tong kosong nyaring bunyinya E. Seperti katak dalam tempurung 8. Perhatikan ilustrasi berikut!

Peter seorang pelajar yang pandai, bahkan ia pernah meraih medali emas tingkat internasional di Bali dalam lomba fisika. Namun, ia tidak sombong dengan

kepandaiannya ia selalu sopan dan baik kepada siapa saja.

Peribahasa yang tepat untuk menggambarkan kehidupan di atas adalah .... A. Bagai air di atas daun talas

B. Tak ada gading yang tak retak C. Bagai bumi dengan langit

D. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul E. Seperti ilmu padi kian berisi kian runduk.

9. Kalimat di bawah ini yang mengandung majas sinekdoke pars pro toto adalah .... A. Ia tidak terlalu bodoh.

B. Sudah gaharu cendana pula.

C. Terkadang pena lebih tajam daripada pedang.

D. Ia sangat ngeri bila mengenang peristiwa Westerling.

E. Telah beberapa hari ini ia tidak kelihatan batang hidungnya. 10. Kalimat yang mengandung majas eufimisme adalah ....

A. Dia pergi naik pergi.

B. Saya hanya mempunyai dua ekor sapi.

C. Berilah dia jalan yang penuh bunga, nyanyian yang merdu.

D. Orang itu berubah akal semenjak mengalami kecelakaan yang parah.

E. Pintu-pintu pun terbuka sambil tersenyum menyambut sang pemilik rumah. 11. Perhatikan kalimat berikut!

(25)

Kalimat di atas mengandung majas .... A. ironi

B. eufimisme C. metonimia D. personifikasi

E. sinekdocke pars pro toto 12. Perhtaikan paragraf berikut!

Sinar sang mentari ikut serta menghangatkan pagi ini. Dia menyapaku untuk

mengawali dan menjalani hari ini dengan penuh semangat. Dan semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin.

Majas yang digunakan pada paragraf di atas adalah… A. litotes

B. metafora C. hiperbola D. eufimisme E. personifikasi

13. Perhatikan paragraf berikut!

(1) Keterbatasannya bukan berarti tidak membuat ia berprestasi. (2) Banyak anak yang berkebutuhan khusus punya banyak prestasi. (3) Anak yang berprestasi itu bernama Ahmad.( 4) Ia buta, tetapi ia mampu mewakili daerahnya mengikuti lomba seni. (5) Sebelum wafat beliau berpesan agar kami tetap bersahabat.

Kata berkonotasi positif terdapat pada kalimat … A. 1

B. 2 C. 3 D. 4 E. 5

14. Perhatikan paragraf berikut!

Siang itu pakaian Roni kotor karena jatuh dari sepeda motor. Ia baru saja pulang dari rumah temannya untuk melayat. Kakek Fahmi wafat karena sakit gagal ginjal.

Kata yang berkonotasi positif dalam paragraf tersebut adalah …. A. jatuh

B. baru C. wafat D. rumah E. kakek

15. Kalimat berikut yang mengunakan kata panas bermakna denotatif adalah ... A. Jangan sampai kita menerima uang panas.

(26)

B. Suhu bumi kian panas akibat rusaknya ekosistem.

C. Fauzan terasa panas ketika melihat temannya meraih gelar juara. D. Telinga panas saat mendengar fitnah yang menimpa keluarganya.

E. Seminar tentang budaya nasional kian panas karena terjadi adu argumentasi. 16. Perhatikan paragraf berikut!

(1) Acara ini ibarat bursa tamatan SMK, jual-beli lapangan kerja tempat pencari kerja dan pemberi kerja bertemu. (2) Yang memanfaatkan tidak hanya pencari kerja, tetapi juga penyelenggara SMK, bahkan dunia usaha. (3) Sebuah pertemuan yang bersifat saling memberi, semacam simbiosis mutualistis. (4) Di sisi lain, pertemuan itu merupakan penghargaan pamor sekolah kejuruan. (5) Agar menarik minat, institut keguruan dan ilmu pendidikan (IKIP) dilebur jadi universitas. (6) Sayang, nasib baik IKIP tidak berpihak ke SMK. (7) SMK terpuruk! Jangankan lulusannya jadi pencipta kerja, terampil kerja pun tidak.

Kalimat utama kutipan tersebut adalah ….

A. (1) B. (3) C. (5) D. (6) E. (7)

17. Perhatikan kedua teks berikut! Teks 1

Dewasa ini, ketika dunia sedang sibuk mencari sumber energi alternatif, ternyata bumi pertiwi kita mengandung bahan yang merupakan sumber energi yang dapat diolah menjadi energi yang tidak akan habis sepanjang masa. Sumber energi tersebut berasal dari perut bumi yang terbentuk oleh alam, yaitu gugusan gunung berapi dengan curah hujan yang cukup sehingga terbentuk kandungan uap yang disebut geothermal atau panas bumi.

Teks 2

Minyak bumi adalah sumber energi yang tidak terbarukan. Artinya, minyak bumi yang dipakai tidak dapat didaur ulang. Oleh karena itu, pemakaian minyak bumi yang terus-menerus dalam jumlah yang sangat besar akan mengakibatkan semakin berkurangnya sumber-sumber minyak bumi. Pada suatu saat di masa yang akan datang minyak bumi akan habis.

Kesamaan gagasan dalam kedua teks tersebut adalah …. A. Kedua teks membicarakan asal usul minyak bumi. B. Kedua teks membicarakan mengenai sumber energi. C. Kedua teks membicarakan sumber energi alternatif.

D. Kedua teks membicarakan energi yang tidak dapat didaur ulang.

E. Kedua teks membicarakan sumber energi yang tidak habi sepanjang masa. 18. Perhatikan paragraf berikut!

Asap rokok yang terkonsentrasi di ruangan tertutup sering menjadi sumber polusi utama. Partikel-partikelnya terutama tar-tar sigaret dari ETS (Environmental Tobacco Smoke) tentu saja dihirup dalam jumlah besar tidak hanya oleh perokoknya,

(27)

tetapi juga oleh orang yang tidak merokok. ETS masih dianggap satu-satunya

penyebab mempercepat risiko-risiko kanker di dalam ruangan. Hasil penelitian itu, menurut kalangan industri rokok masih dipertanyakan, sebab EPA (Environmental Protection Agency) luput meneliti dan memperhitungkan faktor-faktor lain, seperti diet, yang mungkin menimbulkan sakit atau penyakit.

Pernyataan yang sesuai dengan isi paragraf tersebut adalah ….

A. Anak-anak biasanya mudah terkena ETS karena pernapasan mereka lebih cepat. B. Merokok dan asap rokok berisiko bagi si perokok dan orang-orang di sekitarnya

yang tidak merokok sekali pun.

C. Hasil penelitian EPA dan ETS yang tidak sejalan tidak merugikan masyarakat umum.

D. Orang yang sedang menjalankan diet tidak akan terpengaruh oleh rokok atau asap rokok.

E. Orang boleh merokok di tempat terbuka dengan bebas karena asap rokoknya tidak terkonsentrasi dan tidak mengganggu orang lain.

19. Perhatikan paragraf berikut!

Kalangan LSM membawa setumpuk bukti yang menunjukkan bahwa produk rekayasa genetika (PRG) itu patut diwaspadai karena berbahaya. YLKI mencontohkan, pada tahun 1989 sedikitnya 5.000 orang dirawat di rumah sakit, 37 meninggal dan 1.500 cacat tetap akibat mengkonsumsi ‘food suplement’ L-tryptophan transgenic di Amerika Serikat. Lalu pada tahun 1996, ada laporan peneliti yang menyatakan ragi yang direkayasa genetika mulai mengumpulkan konsentrasi zat mutagenic dan bersifat racun. Contoh lain, tahun 1998, peneliti Arpad Putzai mendapati kentang transgenic menurunkan sistem kekebalan tubuh pada tikus pada tikus percobaan dan

menyebabkan tumor. Isi paragraf diatas adalah…

A. Bukti pendukung LSM untuk menolak PRG. B. Setumpuk bukti rendahnya mutu PRG. C. Dampak PRG terhadap kesehatan manusia. D. Hasil-hasil penelitian tentang bahaya PRG

E. Bukti bahwa PRG menurunkan kekebalan tubuh. 20. Bacalah penggalan teks berikut dengan cermat!

(1) Perasaan senang dan gembira benar-benar menyelimuti benak seluruh pemain Timnas Indonesia sebagai U-19. (2) Mereka telah berhasil membuktikan diri sebagai kesebelasan yang patut diperhitungkan. (3) Dalam pertandingan semalam mereka dengan mulus berhasil menumbangkan Laos dengan 4-0. (4) Kemenangan ini merupakan pembuka jalan bagi para pemain untuk melaju ke babak final. (5) Tentu saja kemenangan ini terjadi tak lepas dari peran serta Indra Safri sebagai pelatihnya. Kalimat yang menggunakan kata bersinonim ditandai dengan nomor ….

(28)

B. (2) C. (3) D. (4) E. (5)

21. Perhatikan kalimat berikut dengan cermat!

Harus ada salah seorang yang ditunjuk untuk mengabadikan peristiwa bersejarah ini. Kata yang tidak bersinonim dengan kata mengabadikan dalam kalimat tersebut adalah ... A. memfoto B. memotret C. merekam D. mencetak E. mendokumentasikan 22. Perhatikan kalimat berikut!

Hematnya mungkin hal ini kita pikirkan secermat-cermatnya, tidak semata-mata mengungkapkan secara emosional.

Sinonim kata yang dicetak miring pada kalimat tersebut adalah ... A. sukarela

B. bijaksana C. kepala dingin

D. penuh rasa cinta tanah air

E. menyentuh perasaan dan menggebu-gebu 23. Perhatikan kalimat berikut!

Anak dan wanita itu harus segera dievakuasi dari daerah pertempuran. Sinonim kata evakuasi yang tepat adalah ...

A. ungsi B. pindah C. singkir D. hindar E. berangkat

24. Perhatikan paragraf berikut!

(1) Air terjun banyak dijadikan sumber energi. (2) aliran air yang sangat deras dapat menggerakan kincir. (3) Kincir air akan memutar dinamo sebagai penghasil energi listrik. (4) Energi listrik yang dihasilkan dari aliran air deras dangat

menguntungkan. (5) Pasang surutnya air sangat menentukan adanya listrik tenaga air. Kalimat yang menggunakan kata berantonim di dalam paragraf tersebut ditandai

(29)

A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E. 5

25. Perhatikan paragraf berikut!

(1) Pemburu ular yang semula merasa tidak bisa digigit ular berbisa itu akhirnya harus mengakhiri kesombongannya. (2) Ketika senja tiba, ia sudah mendaki dan menuruni bukit. (3) Tentu lengkap dengan peralatannya. (4) Dari lampu sorot sampai makanan ala kadarnya. (5) Nun jauh di sana anak-istri menunggu sabar dan tabah. Kalimat yang menggunakan kata berantonim ditandai dengan nomor ...

A. (1) B. (2) C. (3) D. (4) E. (5)

26. Perhatikan paragraf berikut!

(1) Anda mungkin membayangkan bahwa bintang-bintang bersinar dengan tetap, tetapi banyak juga yang berubah. (2) Bintang seperti ini disebut bintang berubah. (3) Beberapa bintang berubah secara teratur, tetapi yang lainnya tanpa diduga bertambah terang atau redup secara tiba-tiba. (4) cahaya bintang dapat berubah karena bintang berdenyut atau karena melepaskan lidah api yang terang. (5) Beberapa bintang berubah merupakan bintang kembar dengan bahan-bahan mengalir di antara keduanya.

Kalimat dalam paragraf itu yang di dalamnya terdapat kata antonim adalah kalimat nomor... A. (1) dan (2) B. (2) dan (3) C. (1) dan (3) D. (2) dan (4) E. (3) dan (5)

27. Perhatikan penggalan lirik lagu berikut! Awal ada akhir

Terbit kan tenggelam Pasang akan surut Bertemu akan berpisah

Dalam penggalan lirik lagu “Sampai Jumpa” oleh Endank Soekamti tersebut pertalian makna kata yang dominan adalah ...

(30)

B. antonim C. homonim D. sinestesia E. polisemi

28. Bacalah kedua paragraf berikut dengan cermat! Teks 1

Dewasa ini, ketika dunia sedang sibuk mencari sumber energi alternatif, ternyata bumi pertiwi kita mengandung bahan yang merupakan sumber energi yang dapat diolah menjadi energi yang tidak akan habis sepanjang masa. Sumber energi tersebut berasal dari perut bumi yang terbentuk oleh alam, yaitu gugusan gunung berapi dengan curah hujan yang cukup sehingga terbentuk kandungan uap yang disebut geothermal atau panas bumi.

Teks 2

Minyak bumi adalah sumber energi yang tidak terbarukan. Artinya, minyak bumi yang dipakai tidak dapat didaur ulang. Oleh karena itu, pemakaian minyak bumi yang terus-menerus dalam jumlah yang sangat besar akan mengakibatkan semakin berkurangnya sumber-sumber minyak bumi. Pada suatu saat di masa yang akan datang minyak bumi akan habis.

Perbedaan gagasan kedua teks tersebut adalah ….

A. Teks pertama membicarakan terbentuknya panas bumi, teks kedua membicarakan terbentuknya minyak bumi.

B. Teks pertama membicarakan kesibukan dunia mencari sumber energi baru, teks kedua membicarakan sumber-sumber minyak bumi yang semakin habis.

C. Teks pertama membicarakan macam-macam sumber energi, teks kedua membicarakan sumber energi minyak bumi.

D. Teks pertama membicarakan asal energi panas bumi, teks kedua membicarakan energi minyak bumi yang semakin habis.

E. Teks pertama membicarakan gugusan gunung berapi dan curah hujan, teks kedua membicarakan minyak bumi yang tidak dapat didaur ulang.

29. Bacalah paragraf berikut dengan cermat!

Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam memantapkan Wawasan Nusantara, memperkokoh ketahanan nasional, dan

mempererat hubungan antarbangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional, yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang dinamis dan mampu mengadaptasi kemajuan di masa depan. Transportasi jalan bertujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib, dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan dengan transportasi lainnya, serta mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat.

(31)

Simpulan yang tepat untuk paragraf tersebut adalah ….

A. Mengingat peranan transportasi yang sangat penting dan strategis dalam rangka pembangunan nasional itu, maka perlu penataan yang teratur dan terarah agar transportasi dapat berjalan tertib dan lancar.

B. Dalam rangka penataan kembali transportasi jalan yang aman, lancar, tertib, dan teratur diperlukan adanya undang-undang lalu lintas yang mengatur lalu lintas dan para pengguna jalan dengan tegas.

C. Pancasila dan UUD 1945 sebagai sumber hukum tidak perlu diubah atau diperbaharui karena sudah mampu mengadaptasi kemajuan di masa depan.

D. Para pengemudi kendaraan bermotor hendaklah menghormati pejalan kaki dengan cara memberi kesempatan lebih dulu kepada pejalan kaki untuk menggunakan jalan raya.

E. Transportasi jalan raya yang lancar, meskipun harus dengan membayar pajak, sangat memegang peranan dan berpengaruh terutama untuk kelancaran ekonomi dan kemajuan suatu wilayah.

30. Bacalah paragraf berikut dengan cermat!

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kepada siswa SMK saat mereka melakukan upacara bendera, semua siswa memakai sepatu hitam dan kaus kaki putih. Pakaian mereka putih-putih dan dimasukkan ke dalam rok atau celana dengan rapi, memakai ikat pinggang berwarna hitam. Pakaian mereka juga dilengkapi

dengan dasi dan topi abu-abu. Jadi, ….

Kalimat simpulan yang tepat untuk data di atas adalah ….

A. Bila upacara bendera siswa SMA memakai sepatu hitam dan kaus kaki putih. B. Penampilan siswa SMA bila upacara bendera diwarnai tiga macam, yaitu putih,

abu-abu, dan hitam.

C. Waktu mengikuti upacara bendera siswa SMA berpakaian seragam lengkap dan rapi.

D. Siswa SMA tertib dan berpakaian seragam hanya bila mengikuti upacara bendera. E. Siswa SMA selalu berpakaian seragam dan tertib setiap hari.

31. Bacalah paragraf berikut dengan cermat!

Subsidi pupuk sekarang ini mencapai Rp 14 triliun. Dalam upaya mengembalikan kesuburan tanah dengan pupuk organik, diwacanakan dana tersebut akan dialihkan untuk bantuan ternak kepada petani agar kotorannya bisa diolah menjadi pupuk organik. Dengan demikian, ketergantungan terhadap pupuk kimia berangsur turun. Tetapi hal ini belum bisa dilakukan dalam waktu dekat.

Informasi tersirat dalam paragraph tersebut adalah.. A. Dengan pupuk organik tanah akan tetap subur B. Pupuk kimia merusak kesuburan tanah

C. Bantuan ternak kepada petani baru wacana D. Pemakaian pupuk kimia akan dikurangi E. Pupuk organik dapat dihasilkan dari ternak

(32)

32. Contoh kalimat yang strukturnya tidak lengkap adalah .... A. Semua ribut.

B. Saya paling sibuk. C. Kuning, biru, merah. D. Saya hanya bisa meringis.

E. Dua puluh tujuh wisudawan difoto close up. 33. Bacalah kalimat berikut dengan cermat!

Sebagian besar rakyat Indonesia masih menginginkan negara kesatuan. Kalimat berikut yang polanya sama dengan kalimat di atas adalah .... A. Sebagian besar anak-anak senang bermain.

B. Bahwa kekurangan gizi anak itu urusan pemerintah. C. Perselisihan antarwarga sudah diselesaikan kemarin. D. Para pemimpin negara harus mengayomi masyarakat. E. Di setiap daerah akan diberikan otonomi seluas-luasnya. 34. Kalimat berikut yang berpola S-P-O-K adalah ....

A. Sahabat karibnya telah berkhianat. B. Adik menyanyi dengan merdu sekali. C. Di perpustakaan mereka bermain-main.

D. Dari ketinggian tampak pemandangan itu indah.

E. Peristiwa menyedihkan itu melanda Mesuji beberapa waktu lalu. 35. Berikut ini yang merupakan kalimat efektif adalah ....

A. Hanya dengan sedikit tenaga ia dapat memindahkan benda itu. B. Ia memperoleh banyak keuntungan dengan berdagang kain kiloan.

C. Tujuan hidupnya adalah mengangkat kehidupan familinya dari kebodohan. D. Dengan waktu yang singkat dia dapat memperbaiki pesawat televisi yang rusak. E. Akhirnya ia berhasil mendirikan yayasan sosial seperti yang dicita-citakannya

(33)

1. Berdasarkan penggalan novel sejarah tersebut

a. latar dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat di kerajaan Majapahit b. suasana dalam kutipan novel sejarah tersebut sangat mencekam

c. peristiwa yang dikisahkan dalam kutipan novel sejarah tersebut yaitu peristiwa tewasnya dua orang prajurit Gajah Mada secara misterius terbunuh

d. tokoh yang terlibat dalam kutipan novel sejarah tersebut yaitu Gajah Mada, Gajah Enggon, dan Gagak Bongol.

3. Kaidah kebahasaan penggalan novel sejarah tersebut a. kalimat lampau

Konon ketika Calon Arang, si perempuan penyihir dari Girah marah dan menebar tenung, kabut amat tebal membawa penyakit turun tak hanya di wilayah tertentu. Namun, merata di seluruh negara, menyebabkan Prabu Airlangga dan Patih Narottama kebinungan dan terpaksa minta bantuan kepada Empu Barada untuk meredam sepak terjang wanita menakutkan itu.

b. konjungsi kronologis, temporal

“Sejak sekarang kau sudah boleh membuat rancangan yang harus kau

kalukan, Gagak Bongol. Sementara itu, di mana ada pencandian akan dilakukan, aku usahakan malam ini sudah diketahui jawabnya.”

c. kata kerja material

Panji Saprang yang berkhianat dan menjadi kaki tangan Rakrian kuti mati dibunuh Gajah Mada di terowongan bawah tanah ketika pontang-panting

menyelamatkan Sri Jayanegara.

Akan tetapi, tidak demikian dengan anjing yang menggonggong sahut-sahutan ramai sekali.

d. kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung

Dari jawaban anak panah itu Gajah Enggon dan Gagak Bongol mengetahui di mana Gajah Mada berada. Gagak Bongol dan Enggon segera melaporkan

temuannya.

KUNCI JAWABAN

(34)

e. kata kerja mental

Kabut tebal itu memang mengurangi jarak pandang dan mengganggu siapa pun untuk mengetahui keadaan di sekitarnya. Ketika sebelumnya siapa pun tak sempat memikirkan, itulah saatnya siapa pun mendadak merasakan bagaimana menjadi orang buta yang tidak bisa melihat apa-apa.

f. dialog

“Dan kami temukan mayat kedua,” Gagak bongol menambahkan. “Pelaku pembunuhan menggunakan anak panah itu mati dipatuk ular. Mayatnya dicabik-cabik beberapa ekor anjing. Pembunuh yang terbunuh ini, menyisakan jejak rasa kecewa di hati kita, Kakang. Aku tahu, Kakang Gajah pasti kecewa mengetahui siapa dia.”

“Bhayangkara?”

“Ya,” jawab Gagak Bongol. “Siapa?” lanjut Gajah Mada. g. deskripsi tokoh, tempat, atau suasana

Empu Barada benar-benar sakti. Empu itu menebas pelepah daun keluwih yang meyang terbang ketika dibacakan japa mantra. Beralaskan pelepah daun itulah Empu Barada terbang membubung ke langit dan memperhatikan seberapa luas kabut pembawa tenung dan penyakit. Empu Barada melihat, ampak-ampak pedhut itu memang sangat luas dan menelan luas negara dari ujung ke ujung. Untungnya cahaya Hyang Bagaskara yang datang di pagi harinya mampu mengusir kabut itu menjauh tanpa tersisa jejaknya sedikit pun.

1. Kunci Jawaban Soal Pilihan Ganda Editorial

1. D 6. A 11. A

2. E 7. E 12. B

3. C 8. B 13. C

4. D 9. A 14. C

5. E 10. A 15. E

Jumlah jawaban benar = ... TES

(35)

2. Kunci Jawaban Soal Pilihan Ganda Persiapan UN 1. B 11. B 21. D 31. B 2. D 12. E 22. E 32. C 3. E 13. E 23. A 33. D 4. D 14. C 24. E 34. E 5. A 15. B 25. B 35. B 6. E 16. A 26. C 7. B 17. B 27. B 8. E 18. B 28. D 9. E 19. A 29. A 10. D 20. C 30. C Jumlah jawaban benar = ...

Skor = total jawaban benar dari soal editorial dan persiapan UN dikalikan 2 = ... x 2

(36)

Kosasih, E. 2007. 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia untuk SMA/MA. Bandung: Yrama Widya.

Suryaman, M., Suherli, & Istiqomah. 2018. Bahasa Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya fiksi : cerita rekaan, tidak berdasarkan kenyataan genre : jenis kelompok sastra atas dasar bentuknya kias : perbandingan

naratif : bersifat menguraikan

novel : karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan sesorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku

DAFTAR PUSTAKA

(37)

Melalui pembelajaran berbasis modul, diharapkan pengguna modul dapat belajar secara mandiri, mengukur kemampuan diri sensiri, dan menilai dirinya sendiri. Terutama dalam memahami teks cerita sejarah. Semoga modul ini dapat digunakan sebagai referensi dalam proses pembelajaran. Semoga modul ini memberi manfaat bagi pengguna.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) struktur novel Megamendung Kembar (MK); (2) latar belakang sosial budaya ditulisnya novel MK; (3) sosial

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) struktur novel Megamendung Kembar (MK); (2) latar belakang sosial budaya ditulisnya novel MK; (3) sosial

LAMPIRAN 3 GLOSARIUM Argumentasi, digunakan untuk menuangkan ide-ide atau gagasan-gagasan dari penulis Berita, cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat;