DESAIN CONTAINER HOUSE SEBAGAI DIREKSI KIT YANG MUDAH
DIPINDAHKAN DAN NYAMAN
Fega Pradana1) dan A. Haris H. A.2)
1)
Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim No. 100 Surabaya, Indonesia
email: fega.pradana@gmail.com
2)
Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya email: tambang_artha@rocketmail.com
ABSTRAK
Pembangunan infrastruktur Indonesia mulai merata di berbagai daerah terpencil. Lokasi proyek yang berada di pedalaman memiliki akses jalan yang sulit dijangkau kendaraan alat berat. Tak jarang lokasi proyek di daerah khatulistiwa dengan temperatur cuaca yang ekstrem. Dewasa ini banyak pabrikan direksi kit dari container bekas yang memiliki berat 2.4 ton ukuran 20 feet. Hal ini menghambat pekerja untuk melakukan pemindahan container di lokasi proyek, sehingga memakan waktu dan biaya.
Ukuran direksi kit didapatkan dari container bekas yang dianalisa sesuai dengan ergonomi tubuh manusia. Guna memudahkan pemindahan di lokasi proyek dibuatlah container house yang bersifat knockdown dan baut sebagai penyambung konstruksinya. Untuk memilih bahan dinding yang mampu meredam panas dengan baik dipilihlah material yang memiliki tingkat konduktivitas rendah dengan ukuran yang ada di pasaran. Analisa perhitungan beban menggunakan SAP2000 dan pemodelan konstruksi kerangka menggunakan Tekla Structures, serta SketchUp.
Hasil desain dan analisa didapatkan ukuran direksi kit panjang 6058 mm, lebar 2438 mm, tinggi 2591 mm. Berbahan dinding EPS (Expanded Polystyrene) 75 mm, atap PU
(Polyurethane) 75 mm dan lantai dari GRC SuperPanel 15 mm. Sebagai direksi kit, container
house ini mampu memikul beban hidup sebesar 200 kg/ sesuai diatur dalam PPIUG
(Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung). Dan biaya pembuatan sebesar Rp. 56.567.000,-.
Kata Kunci: Container house, Knockdown, Direksi kit, Nyaman.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik menyebabkan pembangunan infrastuktur mulai merata di berbagai daerah-daerah terpencil. Pemilik industri mulai melihat kesempatan ini untuk mengembangkan bisnisnya ke berbagai daerah guna mengefisienkan biaya operasional produksi. Lahan persawahan dan perhutanan kerap menjadi sasaran yang akan disulap menjadi area industri. Lokasi proyek yang berada di tengah hutan dan perkebunan memiliki akses jalan yang sulit dijangkau alat berat, hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam proyek pembangunan. Para pekerja kesulitan mencari tempat penginapan, biasanya mereka mendirikan tenda untuk beristirahat. Namun tenda tidak memiliki tingkat keamanan yang baik, karena tidak melindungi dari serangan binatang buas, ular dan serangga. Selain itu tenda bisa roboh jika sewaktu-waktu ada angin kencang.
Modern ini, sebagian besar para pekerja proyek lebih memilih untuk mendirikan sebuah direksi kit dari kontainer bekas. Kontainer bekas ini berbahan dasar baja dengan berat kosong 2.4 ton untuk ukuran 20 feet. Konstruksinya non-knockdown sehingga dalam operasionalnya harus menggunakan alat berat. Namun saat ini banyak perusahaan yang melakukan proyek di luar kota terutama daerah terpencil karena Sumber Daya Alam (SDA) di daerah terpencil jauh lebih banyak dibandingkan di perkotaan. Penduduk di daerah-daerah itu sebagian besar berprofesi sebagai petani. Sehingga untuk mendatangkan alat berat itu harus sewa dari kota yang notabene jaraknya sangat jauh bisa mencapai 2-3 jam perjalanan. Akibatnya biaya sewa alat berat menjadi mahal, waktunya pun lama karena harus menunggu kedatangan alat berat tersebut. Dari sana diperlukan sebuah inovasi untuk mendesain direksi kit yang dapat dengan mudah dibangun tanpa alat berat yaitu container house (conhouse). Semua komponen dibuat dengan mesin dipabrik (off site). Setelah semuanya siap, kemudian dirangkai di lokasi. Konstruksinya berupa komponen-komponen knockdown. Tak perlu menggunakan alat berat untuk mendirikannya sehingga waktu yang dibutuhkan lebih singkat.
Pekerjaan proyek pembangunan merupakan pekerjaan yang bersifat nomaden (berpindah-pindah), tak jarang pula kadang menangani proyek yang memiliki suhu cuaca ekstrem seperti diarea garis khatulistiwa. Container house ini akan dirancang menggunakan dinding yang memiliki daya isolator panas dengan baik, sehingga ruangan menjadi nyaman meskipun tanpa menggunakan AC dan kipas angin serta harapannya akan menjadi jawaban dari masalah-masalah di lapangan.
METODE
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, proses penelitian ini menggunakan diagram alir pada Gambar 1.
Ya
Direksi kit merupakan hal yang wajib ada dalam proses pembangunan proyek. Sebagian besar para pekerja menggunakan direksi kit yang terbuat dari kayu dan triplek. Direksi kit tersebut hanya bisa digunakan hanya sekali pakai. Dari masalah itu timbullah sebuah direksi kit dari container bekas yang bisa digunakan berkali-kali pada proyek yang berbeda, akan tetapi terdapat kesulitan dalam proses bongkar muat dan pemindahannya. Dari sana di desain sebuah direksi kit yang mudah dipindahkan dan nyaman dengan proses sebagai berikut:
a. Pembuatan kerangka direksi kit container house yang knockdown sehingga mempermudah proses bongkar muat dan pemindahan
b. Pemilihan bahan dinding yang memiliki tingkat konduktivitas rendah sehingga mampu meredam panas cuaca dengan baik yang akan membuat ruangan menjadi lebih nyaman c. Pemilihan ukuran bahan dinding yang ada di pasaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai bentuk yang sudah ada yaitu menggunakan bentuk dan ukuran kontainer 20 feet. Kerangka container house ini dibuat dari baja dan dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan pengguna serta berfungsi secara maksimal. Ukuran container house akan tampak seperti Gambar 2.
Gambar 2. Dimensi Container House
Guna memudahkan operasional di lapangan tanpa menggunakan alat berat, container
house ini dibuat secara knockdown dan terbagi menjadi 3 bagian assembli yaitu assembli atap,
kolom, dan lantai. a. Kerangka Atap
Berbahan plat bending 3 mm dengan spesifikasi material SS400. Kerangka atap merupakan satu kesatuan assembli yang telah difabrikasi di pabrik sehingga menjadi satu bagian utuh sebuah kerangka baja yang berfungsi sebagai kerangka atap. Bentuk penampang dan perletakkannya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Penampang Balok Atas dan Perletakannya b. Penutup Atap
Penutup atap merupakan bagian yang berkontak langsung dengan sinar matahari, sehingga memerlukan bahas khusus yang tahan terhadap panas matahari secara langsung.Sesuai dengan analisa yang dilakukan bahwa material yang cocok untuk penutup atap adalah PU (Polyurethane). Dengan ukuran 2350 mm x 1175 mm x 75 mm dan berat 50 kg/unit.
Gambar 4. PU (Polyurethane) sebagai Penutup Atap Container House c. Kolom
Berbahan dasar dari plat bending 3 mm dengan spesifikasi material SS400. Tampak seperti Gambar 5.
d. Dinding
Dinding adalah permukaan yang paling luas yang menyusun container house, sehingga material yang dipakai harus ringan. Berdasarkan pemilihan material diperoleh material dinding adalah EPS (Expanded Polystyrene) karena memiliki sifat isolasi panas yang baik dan berbobot ringan. Ukuran 2350 mm x 1175 mm x 75 mm dengan berat 19,5 kg/unit. Bentuk EPS (Expanded Polystyrene) dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. EPS (Expanded Polystyrene) sebagai Dinding Container House e. Kerangka Lantai
Berbahan dasar dari plat bending 3 mm dengan spesifikasi material SS400. Tampak seperti Gambar 7.
Gambar 7. Penampang Balok Bawah dan Perletakannya f. Lantai
Lantai merupakan bagian yang sangat penting pada container house ini karena yang memikul keseluruhan beban didalamnya. Material yang digunakan untuk lantai adalah GRC
Super Panel dengan ukuran 15 mm x 1220 mm x 2440 mm dengan berat 69 Kg/unit. Sesuai
dengan katalog produk terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan GRC, antara lain menyebutkan bahwa jarak rangka bawah ± 40 cm, dan guna memperindah tampilah harus dilakukan finishing dengan vinil lantai. Untuk lebih jelas lihat pada Gambar 8.
Gambar 8. GRC SuperPanel dan Vinil Lantai
Ketiga assembli kerangka yaitu assembli atap, assembli kolom dan assembli lantai akan tampak seperti Gambar 9 jika dirangkai.
Gambar 9. Kerangka Container House Knockdown g. Perhitungan Baut
Berdasarkan perhitungan baut dan persyaratan sesuai SNI didapat baut M10 dengan susunan seperti Gambar 10.
Gambar 10. Susunan Baut dan 3D h. Perhitungan Beban
Untuk mengetahui kemampuan kerangka container house dalam memikul beban, berikut perhitungannya:
Dengan menggunakan material SS400 didapatkan data material sebagai berikut: Defleksi izin (ΔLizin) = = = 1.682 cm = 16.82 mm
Tegangan geser izin (
𝜏
izin) = 0.58 x𝜎
t = 0.58 x 1600 = 928 kg/ Defleksi (ΔL) = 13.49 mmDefleksi (ΔL) < Defleksi izin (ΔLizin) = 13.49 mm < 16.82 mm (Approved)
Tegangan normal (
𝜎
) < Tegangan normal izin (𝜎
n) = 1196.109 kg/ < 1600kg/ (Approved)
Tegangan lentur (
𝜎
max) < Tegangan lentur izin (𝜎
izin) = 1379.24 kg/ < 2400kg/ (Approved)
Tegangan geser (
𝜏
max) < Tegangan geser izin (𝜏
izin) = 46.39 kg/ < 928kg/ (Approved)
Bentuk utuh direksi kit container house knockdown dapat dilihat pada gambar 11 sebagai berikut:
Gambar 11. Container House Knockdown h. Perhitungan RAB
Biaya pembuatan container house sebesar Rp. 56.567.000,- untuk sepuluh kali (estimasi kasar) pemakaian. Ini lebih terjangkau dibandingkan dengan menggunakan direksi kit konvensional yang terbuat dari kayu dengan biaya pembuatan Rp. 15.000.000,- sekali pakai. Dengan analogi bahwa Rp. 56.567.000,- < Rp. 150.000.000,-
KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil perhitungan dan desain container house sebagai direksi kit yang mudah dipindahkan dan nyaman dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisa dan ergonomi di dapatkan ukuran container house adalah sebagai berikut:
Panjang = 6058 mm Lebar = 2438 mm Tinggi = 2591 mm
Mampu menahan beban hidup pada lantai sebesar 200 kg/ m2
2. Hasil analisa material yang digunakan pada penutup container house adalah sebagai berikut:
Dinding adalah EPS (Expanded Polystyrene) Penutup atap adalah PU (Polyurethane)
Lantai adalah GRC SuperPanel 15 mm
Dari ketiga jenis material tersebut dapat digunakan sebagai bahan konstruksi container
house yang mampu meredam panas dengan baik dan memiliki konduktivitas sebesar
0.03 W/mK
3. Biaya pembuatan container house sebesar Rp. 56.567.000,- untuk sepuluh kali (estimasi kasar) pemakaian. Ini lebih terjangkau dibandingkan dengan menggunakan direksi kit konvensional yang tetbuat dari kayu dengan biaya pembuatan Rp. 15.000.000,- sekali pakai saja.
Dari hasil penelitian dihasilkan beberapa saran antara lain:
Saran dalam menggunakan container house yang harus diperhatikan saat dioperasikan adalah:
1. Demi kenyamanan dan keamanan dalam menggunakan container house sebagai direksi kit diharapkan menggunakan pondasi dangkal pada ujung bawah kolom-kolomnya.
2. Jika container house ini digunakan sebagai gudang alat-alat yang memiliki bobot cukup berat, maka perlu diwaspadai, karena container house ini hanya di desain sebagai direksi kit yang fungsinya sama dengan tempat tinggal
DAFTAR PUSTAKA
Anak Kelautan. (2014). Mengenal Peti Kemas, https://anakkelautan.wordpress.com/2014/11/ 12/mengenal-peti-kemas/, terakhir diakses tanggal 30 September 2015
B-foam. (2012). R-value dan U-value b-foam, http://www.b-foam.com/kalkulasi-rvalue-uvalue-bfoam.php, terakhir diakses tanggal 09 September 2015
Citraisolasindo. (2016). Polyurethane, http://citraisolasindo.com/?page_id=111, terakhir diakses tanggal 20 September 2015
EPS Industry Alliance. (2012). EPS provides structural integrity and design flexibility for
builder across a variety of industries and needs,
http://www.epsindustry.org/building-construction, terakhir diakses tanggal 24 Mei 2015
Ervianto, Wulfram I. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: ANDI
Nurmianto, Eko. (2008). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: GUNA WIDYA
Schodek, Daniel L. (1999). Struktur. Jakarta: ERLANGGA
Setiawan, Agus. (2008). Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (sesuai SNI 03-1729- 2002). Jakarta: ERLANGGA
The Engineering ToolBox.(2015). Thermal Conductivity of Materials and Gases, http://www. engineeringtoolbox.com/thermal-conductivity-d_429.html, terakhir diakses tanggal 21 Februari 2016
Wikipedia. (2015). Peti Kemas, https://id.wikipedia.org/wiki/Peti_kemas, terakhir diakses tanggal 13 September 2015