• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. perencanaan sebagai hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. perencanaan sebagai hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pembelajaran

2.1.1. Perencanaan Pembelajaran

Menurut pendapat Arthur W. Steller yang dikutip oleh Hamzah B. Uno di dalam bukunya yang berjudul Perencanaan Pembelajaran, mengemukakan perencanaan sebagai “hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber.”14 Bagaimana seharusnya adalah mengacu pada masa yang akan datang. Perencanaan disini menekankan kepada usaha mengisi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan, yaitu menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang diinginkan.

Konsep pembelajaran memiliki hakikat perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. itulah sebabnya dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”.

Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai

14

(2)

perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:

“1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran;

2. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem;

3. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar;

4. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan;

5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran;

6. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar;

7. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran.

8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”15

2.1.2. Metode Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode-metode dari sekian banyak metode-metode yang telah ditemui oleh para ahli sebelum ia menyampaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan “sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa.”16

Metode pembelajaran merupakan “cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk

15

Ibid., hal. 4. 16

(3)

mencapai tujuan tertentu.”17 tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Metode-metode dapat dipergunakan secara variatif, dalam arti kata tidak boleh monoton dalam suatu metode.

2.1.3. Hasil Pembelajaran

Hasil pembelajaran adalah “semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda.”18

Hasil pembelajaran mencakup semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

“1. Keefektifan (effectiveness); 2. Efisiensi (efficiency); 3. Daya tarik (appeal).”19

Keefektifan pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu (1) kecermatan penguasaan perilaku yang dipekajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi yang dari apa yang dipelajari. Efisiensi pembelajaran diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang

17

Ibid., hal. 138. 18

Hamzah B. Uno, op. cit., hal.16. 19

(4)

dipakai untuk belajar dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tarik pembelajaran diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar.

Hasil pembelajaran bisa berupa hasil nyata (actual outcomes) dan hasil yang diinginkan (desired outcomes). Actual outcomes adalah hasil yang nyata dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, sedangkan desired outcomes, yakni tujuan yang ingin dicapai, yang sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode yang sebaiknya digunakan.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

”• Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

• Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

• Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

• Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yaknimencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranahpsikomotorik, keterampilan atau perilaku.

• Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menil ai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.”20

20

http://www.scribd.com/doc/51282702/Pengertian-Hasil-Belajar-Menurut-Para-Ahli

(5)

2.2 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 2.2.1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama.

“David dan Robert Johnson mendefinisikan Cooperatif Learning adalah a teaching strategy in which small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve their understanding of a subject (strategi pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok kecil dimana setiap siswa memiliki tingkat kemampuan berbeda, dengan menggunakan berbagai macam aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi).”21

Melalui cooperative learning siswa didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerja sama di sini dimaksudkan setiap anggota kelompok harus saling bantu, yang cepat harus membantu yang lemah. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya.

Belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, sosial, perkembangan kognitif, dan elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Motivasi bisa diberikan oleh guru kepada siswanya atau siswa kepada siswa lainnya. Perspektif sosial artinya bahwa melalui kerja sama setiap siswa akan saling membantu dalam

21

http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/pengertian-cooperative-learning.html?m=1 (diunduh tanggal 6 Januari 2012 jam 20:07).

(6)

belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Siswa bersedia membantu temannya dalam kelompok yang mengalami kesulitan dalam pemahaman materi. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut.

Tujuan pembelajaran kooperatif akan tercapai melalui enam fase. Enam fase atau langkah utama yang terlibat dalam pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning adalah:

“1. Pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan pembelajaran dan membangkitkan motivasi belajar.

2. Fase ini diikuti oleh persentasi informasi, seringkali dalam bentuk teks daripada ceramah.

3. Siswa kemudian diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar.

4. Dalam langkah berikutnya siswa dibantu guru, bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas interdependen.

5. Persentasi akhir kelompok atau menguji segala yang sudah dipelajari siswa.

6. Memberi pengakuan pada usaha kelompok maupun individu.”22

22

(7)

2.2.2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain: 1) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen memiliki tiga fungsi, yaitu: (a) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan, (b) fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non-tes.

3) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4) Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.”23

Berdasarkan karakteristik di atas, untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka

23 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru, (Rajawali Pers: Jakarta, 2010), hal. 207-208.

(8)

diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

2.2.3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:

“1. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

2. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru

memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa

dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian pada kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.

4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling

menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan pernghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.”24

2.2.4. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Keunggulan cooperative learning sebagai suatu strategi pembelajaran adalah sebagai berikut:

“a) Meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya. b) Meningkatkan daya ingatan siswa.

c) Meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar. d) Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan.

(9)

e) Mengembangkan keterampilan sosial siswa. f) Meningkatkan rasa percaya diri siswa.

g) Membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.”25

Melalui beberapa keunggulan cooperative learning di atas, siswa dilatih untuk mengembangkan ketrampilan siswa dan keaktifan selama selama dikelas, baik aktif dalam hal bertanya ketika tidak mengerti tentang materi, ataupun menggali informasi dari berbagai sumber, dan kemudian menularkannya kepada siswa lainnya. hal itu akan mengajarkan siswa untuk dapat menerima perbedaan antara siswa satu dengan siswa lainnya sehingga hubungan antar siswa dapat lebih terjalin.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya, kelemahan dari cooperative learning adalah:

“a) Pembelajaran berkelompok membatasi siswa yang berkemampuan tinggi dalam waktu belajar.

b) Dibandingkan dengan pengajaran langsung oleh guru, bisa terjadi apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

c) Penilaian yang diberikan berdasarkan hasil kerja kelompok.”26 Cooperative learning membatasi siswa yang berkemampuan tinggi, maksudnya siswa yang dianggap memiliki kelebihan mungkin akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. Penilaian yang diberikan cooperative learning didasarkan kepada hasil kerja

25

http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/20/pengertian-cooperative-learning/ (diunduh tanggal 2 Januari 2012, jam 17:17).

26

http://cucunuryani.blogspot.com/2011/08/pembelajaran-individual-dan.html (diunduh

(10)

kelompok. Guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

2.2.5. Model-Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan dalam beberapa model atau teknik pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru.

“Teknik-teknik yang dapat dipakai dalam pembelajaran model kooperatif learning adalah: Jigsaw, STAD, TGT (Slavin 1990) Write Pair Square, Think Pair Square, Inside-Outside Circle, Round-Robin, NHT, Two Stay Two Stray (Kagan 1992), Group Investigation (Sharan et al), Learning Together (Johnson et al 1990), Cooperative Controversy (Johnson and Johnson 1987) Murder – Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review (Hythecker et al 1988).”27

2.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

2.3.1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads

Together)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, membangkitkan minat siswa dalam mengungkapkan pendapat dalam bentuk rangkaian kata dan kalimat, serta memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

“Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Spencer Kagan memperkenalkan model ini pada tahun 1992.”28

27

http://nesaci.com/pengertian-dan-macam-macam-model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/ (diunduh tanggal 2 Januari 2012 jam 17:20).

28

(11)

Menurut Ibrahim, tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

“1. Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.”29

1. Peningkatan hasil belajar akademik struktural.

Hasil belajar atau hasil pembelajaran adalah “semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda.”30 Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Beberapa manfaat metode pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajarnya rendah, antara lain:

“1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

29

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/, loc. cit.

30

(12)

5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi

9. Nilai-nilai kerja sama antar siswa lebih teruji

10. Kreatifitas siswa termotivasi dan wawasan siswa berkembang, karena mereka harus mencari informasi dari berbagai sumber.”31

2. Pengakuan adanya keanekaragaman.

Pengakuan adanya keanekaragaman dan penerimaan individu meningkatan hubungan antarmanusia yang heterogen, ditandai dengan kerja sama antar siswa dalam kelompoknya.

3. Pengembangan keterampilan sosial.

Menurut Ibrahim, keterampilan sosial yang dimaksud antara lain “berbagi tugas, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan aktif bertanya.”32

Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati. Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D. Dierich membagi kegiatan belajar menjadi delapan kelompok, sebagai berikut:

“a. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar- gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.

31

http://nardishome.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-numbered-head-together-nht.html (diunduh tanggal 21 januari 2012 jam 15.04).

32

(13)

b. Kegiatan-kegiatan lisan: Mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis: Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar: Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik: Melakukan percobaan, memilih alat- alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental: Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan- hubungan, membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional: Minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut diatas, dan bersifat tumpang tindih.”33

2.3.2. Langkah-langkah dalam NHT

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menggunakan struktur fase sebagai sintaks Numbered Heads Together (NHT), sebagai berikut:

“a) Fase 1: penomoran (Numbering)

Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5. b) Fase 2: mengajukan pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. pertanyaan dapat bervariasi.

c) Fase 3: berfikir bersama (Head together)

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya.

d) Fase 4: menjawab (Answering)

33

http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2011:upaya- meningkatkan-aktivitas-dan-kreativitas-siswa-dalam-pembelajaran-matematika-di-sekolah-dasar-dengan-metode-pemecahan-masalah&catid=159:artikel-kontributor (diunduh tanggal 14 Juli 2011, 14:50).

(14)

Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.”34

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sebagai berikut:

Langkah 1. Persiapan

Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat skenario pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan Kelompok

Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Nilai tes awal (pre-test) digunakan sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap Kelompok Harus Memiliki Buku Paket Atau Buku Panduan Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi Masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk

34

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi

(15)

menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil Nomor Anggota Atau Pemberian Jawaban

Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Langkah 6. Memberi Kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan model pembelajaran ini adalah:

1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan masing-masing siswa dalam setiap kelompoknya mendapatkan nomor urut.

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan permasalahan.

3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.

4. Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang bernomor tersebut melaporkan hasil kerja kelompok.

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 6. Kesimpulan.

(16)

2.4. Mata Pelajaran Kewirausahaan di SMK

Definisi kewirausahaan menurut Hisrich-Peters adalah:

”The process of creating something different with value by devoting the necessary time and effort, assuming he accompanying financial, psychic, and social risk, and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence, jadi kewirausahaan didefinisikan sebagai proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.”35

Sedangkan Thomas W. Zimmerer mendefinisikan kewirausahaan sebagai penerapan kreativitas dan keinovasian untuk permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.

Kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk ke dalam mata pelajaran adaptif yang diajarkan di SMK. Tujuan yang hendak dicapai melalui pengajaran kewirausahaan di SMK adalah:

“1. Mampu mengidentifikasi kegiatan dan peluang usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakatnya.

2. Menerapkan sikap dan perilaku wirausaha dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakatnya.

3. Memahami sendi-sendi kepemimpinan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya.

4. Mampu merencanakan sekaligus mengelola usaha kecil/mikro dalam bidangnya.”36

Jumlah perolehan pengetahuan yang mampu diserap oleh siswa merupakan indikasi keberhasilan pembelajaran, sehingga dituntut kepiawaian guru sebagai ujung tombak keberhasilan pembelajaran, karena melalui guru berbagai aspek yang menjadi tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan cara

35 Eman Suherman, op. cit., hal.7. 36

(17)

transfer of knowledge dan transfer of knowhow. Apabila guru terampil dalam menyajikan dan menyampaikan materi pelajaran kewirausahaan, maka tujuan pembelajaran kewirausahaan akan dapat tercapai maksimal. Namun, sebaliknya jika guru kurang mampu dalam melaksanakan tugasnya dengan baik, pencapaian tujuan tersebut akan menemui hambatan.

Mengenai pelaksanaan berbagai teknik pembelajarannya, ada beberapa hal khusus dalam pelaksanaannya. Kekhususan itu menyangkut materi kewirausahaan yang akan diajarkan oleh guru, artinya setiap pokok bahasan dan atau sub pokok bahasab hendaknya disesuaikan dengan teknik pembelajaran yang harus diimplementasikan. Setiap teknik pembelajaran yang akan digunakan hendaknya disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disajikan pada waktu yang bersangkutan.

Cara menyajikan materi pembelajaran dilakukan dengan tatap muka. Pembelajaran teori dapat disampaikan dengan ceramah, diskusi, mempelajari kasus-kasus terkait, games, dan stimulus atau role play. Namun, disesuaikan dengan salah satu tujuan pembelajaran kewirausahaan di SMK, seorang guru harus teliti dalam memilih dan menerapkan teknik pembelajaran mata pelajaran kewirausahaan terhadap materi dan kondisi kelas.

2.4.1. Materi Pemilihan Tempat Usaha

a. Macam-Macam Tempat Perusahaan Di Luar Pengaruh Faktor Ekonomis Dalam dunia bisnis, tempat domisili perusahaan yang diluar pengaruh ekonomis dapat diklasifikasikan menjadi tiga kondisi, yaitu tempat perusahaan yang disebabkan oleh:

(18)

1) Faktor historis atau sejarah

Tempat perusahaan yang sudah berdiri sejak lama, pengelolaannya dilakukan secara turun temurun maka memerlukan pertimbangan tempat usaha sebagai faktor historis.

2) Faktor alam

Tempat perusahaan ini harus tunduk dan patuh terhadap kondisi alam, tidak bisa memilih lokasi untuk menjalankan usaha, karena jalannya operasi perusahaan dipengaruhi oleh faktor alam, misalkan perusahaan sayur-sayuran, perusahaan pertambangan, dan sebagainya.

3) Faktor peraturan pemerintah

Dalam rangka membuat tata kota yang baik, pemerintah memiliki kebijakan tentang pengelompokan-pengelompokan daerah tertentu yang dikhususkan untuk kegiatan tertentu pula.

b. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tempat usaha Dalam penentuan tempat usaha terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan dengan baik. Faktor-faktor tersbut adalah:

1) Sifat bahan baku dan kemudahan mendapatkannya secara kontinu.

2) Sifat produk yang dihasilkan, jarak dengan pasar, dan ongkos transportasi. 3) Pengadaan tenaga kerja dan tingkat sosial masyarakat.

4) Tersedianya sumber air yang memadai dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang menunjang usaha.

(19)

5) Peraturan-peraturan setempat, fasilitas dan kemudahan yang tersedia, faktor-faktor tersebut yang paling menonjol adalah faktor bahan baku, pasar, dan omgkos transportasi.

6) Faktor lain yang berpengaruh

Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap keseluruhan proses produksi, baik itu iklim, sikap masyarakat, peraturan pemerintah, intensitas persaingan, dan lain-lain.

c. Menetapkan Tempat Usaha Strategis

menetapkan tempat usaha strategis adalah merupakan dambaan para pengelola usaha, sebab:

1) Sangat menguntungkan.

2) Dapat memuaskan dalam segala hal. 3) Adanya kemudahan dalam segala hal.

4) Memudahkan pemasaran dan penjualan barang dagangan.

Yang menjadi ukuran menetapkan tempat usaha yang paling strategis dan yang paling diinginkan oleh para pengusaha diantaranya sebagai berikut:

1) Dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan. 2) Dapat menjamin kepuasan kebutuhan para konsumen. 3) Adanya fasilitas pemerintah daerah.

4) Dapat menjamin keamanan perusahaan dan para pembeli.

(20)

Maka pemilihan tempat usaha yang paling strategis dan yang paling diinginkan oleh perusahaan diantaranya sebagai berikut:

1) Letaknya strategis.

2) Dekat dengan bahan baku.

3) Dekat dengan pasar dan konsumen. 4) Tenaga kerja mudah didapat. 5) Biaya transportasi murah.

6) Fasilitas pemerintah daerah mendukung dan menunjang. 7) Fasilitas tenaga penggerak/energy mudah didapat.

8) Keadaan ekonomi konsumen di daerah tersebut cukup baik.

d. Pemilihan Tempat Strategis Menggunakan Rumus

Dalam buku Pengantar bisnis, Weber menerangkan bahwa dalam penentuan tempat paling strategis ditinjau dari faktor biaya angkut bahan baku dan bahan jadi, ada empat kondisi yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Bahan baku tersedia tidak terbatas dimana mana atau disebut ubiquited-ubiquited mutlak.

2) Bahan baku tersedia tidak terbatas teteapi hanya pada beberapa tempat. 3) Diperlukan bahan baku yang terdapat di beberapa tempat.

4) Bahan semua terpakai atau tidak, ada sisanya atau tidak.

Berdasarkan data diatas dan dapat dipilih lokasi perusahaan yang terbaik, yaitu: 1) Jika kondisi yang ada seperti pada nomor 1, maka tempat perusahaan yang

(21)

karena perusahaan tidak dapat mengeluarkan biaya untuk memasarakan barang hasil produksi.

2) Jika kondisi yang ada seperti pada nomor 2, maka untuk memilih lokasi perusahaan harus dihubungkan dengan nomor 4, karena bahan baku hanya berada di daerah tertentu.

3) Jika seluruh bahan baku dipakai dalam produksi, dan ongkos biaya angkut bahan baku sama dengan biaya angkut bahan jadi, maka tempat perusahaan dapat memilih lokasi di antara lokasi konsumen (K) dan (B) lokasi bahan baku.

4) Tetapi jika biaya bahan angkut bahan baku lebih murah dari biaya bahan angkut bahan jadi, maka lokasi yang terbaik adalah di dekat konsumen (K) berada. Sebaliknya jika biaya angkut bahan baku lebih mahal dari biaya angkut bahan jadi, maka lokasi yang paling baik adalah berada dekat dengan lokasi bahan baku (B).

Sebagai contoh perhitungan untuk memilih tempat perusahaan berada, perhatikan ilustrasi berikut: 20 Km 10 Km 25 Km K, daerah konsumen B‟, ada 30 ton bahan

baku

B, ada 20 ton bahan baku

(22)

Keterangan:

B dan B‟ : daerah sumber bahan baku

K : daerah konsumen

Jarak B ke B‟ : 10 km Jarak B ke K : 20 km Jarak B‟ ke K : 25 km

Jika biaya angkut perton per km adalah Rp 1.000,00 Rumus perhitungannya:

Keterangan:

JBb : jarak antara sumber bahan baku JmKBb : jumlah kekurangan bahan baku

JKTP : jarak antara lokasi konsumen dengan perusahaan JP : jumlah kebutuhan atau hasil produksi

Perhitungannya adalah:

1) Jika berat hasil produksi sama dengan berat bahan baku, maka lokasi perusahaan yang terbaik adalah:

Misal, lokasi perusahaan di daerah B, maka perhitungannya adalah: Biaya angkut = ((10x30) + (20x50)) x Rp 1000,00

= Rp 1.300.000,00

Misal lokasi perusahaan di daerah B‟, maka perhitungannya adalah: Biaya angkut = ((10x20) + (25x50)) x Rp 1000,00

= Rp 1.450.000,00

Misal lokasi perusahaan di daerah B‟, maka perhitungannya adalah: Biaya angkut = ((20x20) + (25x30)) x Rp 1000,00

= Rp 1.150.000,00

(23)

Jadi, jika berdasarkan kondisi diatas, berat hasil sama dengan berat bahan baku maka lokasi yang paling menguntungkan adalah di daerah K atau dekat dengan konsumen dengan asumsi bahan baku hanya tersedia di daerah B dan B‟.

2) jika berat hasil produksi lebih ringan dari berat bahan baku, misalkan dari bahan baku seberat 50 ton dihasilkan 10 ton barang, maka perhitungannya adalah: Misal, lokasi perusahaan di daerah B, maka perhitungannya adalah:

Biaya angkut = ((10x30) + (20x10)) x Rp 1000,00 = Rp 500.000,00

Misal lokasi perusahaan di daerah B‟, maka perhitungannya adalah: Biaya angkut = ((10x20) + (25x10)) x Rp 1000,00

= Rp 450.000,00

Misal lokasi perusahaan di daerah B‟, maka perhitungannya adalah: Biaya angkut = ((25x30) + (20x20)) x Rp 1000,00

= Rp 1.150.000,00

Jadi, tempat yang peling ekonomis adalah di daerah B‟.

2.5. Argumentasi antara Metode Kooperatif Tipe NHT dengan Mata Pelajaran Kewirausahaan

Hasil akhir dari pembelajaran kewirausahaan adalah agar siswa memiliki jiwa wirausaha. Pembelajaran kewirausahaan memiliki fungsi yang fundamental dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka kewirausahaan perlu diajarkan dengan

(24)

cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah.

Proses belajar dan mengajar yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosionalnya. Dalam pelajaran kewirausahaan diperlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar dan mengajar sehingga keterlibatan siswa sangat optimal, yang pada akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar.

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar diperlukan metode yang sistematis dan lebih mengoptimalkan peran siswa dalam proses belajar pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya nampak sebagai objek dalam proses belajar pembelajaran kewirausahaan, namun siswa berperan aktif selama proses pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu: hasil belajar akademik stuktural, pengakuan adanya keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Penerapan metode kooperatif tipe NHT memberikan banyak manfaat bagi siswa. Adapun manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah:

“1) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. 2) Perselisihan antar pribadi berkurang.

(25)

3) Sikap apatis berkurang. 4) Pemahaman lebih mendalam. 5) Motivasi lebih besar.

6) Hasil belajar lebih baik.

7) Meningkatkan budi pekerti, kepekaan, dan toleransi.”37

Dari manfaat di atas diketahui bahwa siswa akan lebih percaya diri, menghargai individu, termotivasi, hasil belajar lebih baik.

2.6. Hipotesis Tindakan

Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat membuat siswa di kelas XII-1 kompetensi keahlian pemasaran menunjukan pengaruh positif berupa:

1. Peningkatan hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Peningkatan Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang dari berbagai latar belakang. NHT member peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

37

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/05/pembelajaran-kooperatif-tipe-nht.html (diunduh tanggal 21 Januari 2012 jam 14.30).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan distribusi tekanan udara disekitar kepala pesawat jenis Boeing 777-200 terhadap perubahan sudut serang dan perubahan kecepatan

Kecamatan Jetis merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Letak Kecamatan Jetis 10 Km sebelah utara dari pusat Pemerintahan Kabupaten Mojokerto.

Jadi dapat disimpulkan analisis isi adalah suatu metode untuk mendapat prosedur yang sistematis untuk menguji informasi dan menganalisis secara objektif

Hubungan yang positif antara pengetahuan tentang ekosistem dengan sikap peduli lingkungan sesuai dengan penelitian Herawan, dkk (2012: 29) yang dilakukan di kelas VII

ukuran dari pembelajaran efektif terletak pada hasilnya, lha efektivitas inilah yang menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan. Sejauh mana peserta didik dapat

 berasal dari sungai Kali Putih yang mengalir menuju Komponen  bendung krapyak, Inflow pada  bendung krapyak banyak membawa sedimentasi lahar dingin dari Gunung Merapi, hal

Sesuai dengan tujuan penulisan Kefias Kerja Wajib yang bahan - bahannya diperoleh dari hasil Praktik Kerja Lapangan, maka isi KKW-pun harus meliputi seluruh

Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional ( to get things done ) dan interpersonal (bersosialisasi) yang menggunakan ragam bahasa lisan sangat sederhana secara