• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis II 2012 (SNKIB II 2012) Universitas Tarumanagara, Jakarta, 18 September 2012 ISSN No:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis II 2012 (SNKIB II 2012) Universitas Tarumanagara, Jakarta, 18 September 2012 ISSN No:"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ISSN No: 2089-1040

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TECHNOPRENEURSHIP DI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA

Lydia Ari Widyarini Lodovicus Lasdi Teodora Winda Mulia Unika Widya Mandala Surabaya

lydia_ari2000@yahoo.com

Abstrak

Di era persaingan global yang sangat ketat, inovasi usaha harus diiringi dengan berbagai macam rekayasa teknologi agar dapat melipat gandakan performa dari usaha tersebut. Pemanfaatan teknologi mutakhir tepat guna dalam pengembangan usaha yang berdasarkan pada jiwa entrepreneur yang mapan akan dapat mengoptimalkan proses sekaligus hasil dari unit usaha yang dikembangkan. Inilah yang disebut

technopreneurship: sebuah kolaborasi antara penerapan teknologi sebagai instrumen serta jiwa usaha mandiri

sebagai kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensi mahasiswa terhadap kewirausahaaan yang mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengembangan usaha. Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengembangan teori kewirausahaan dengan memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa untuk berwirausaha berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Kontribusi lainnya adalah membantu perguruan tinggi dalam memotivasi mahasiswanya untuk berwirausaha berbasis TIK sejak dini.

Metoda survey terhadap 990 orang responden mahasiswa UKWMS. Intensi kewirausahaan berhubungan dengan pengujian intensi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam berwirausaha dengan structural equation model (SEM) mendapatkan bukti empiris yaitu kemudahahan penggunaan TIK dipengaruhi efikasi diri atas kemampuan diri pengopersian komputer namun tidak dipengaruhi keinovatifan dan faktor lingkungan. Kegunaan persepsian dipengaruhi oleh faktor sosial dan efikasi diri atas kemampuan diri pengopersian komputer. Sedang efikasi diri atas kemampuan diri pengopersian komputer dipengaruhi oleh keinovatifan namun tidak dipengaruhi Faktor Sosial. Intensi masa yang akan datang tidak dipengaruhi keinovativan demikian pula Keinginan menggunakan TIK tidak dipengaruhui oleh efikasi diri atas kemampuan diri pengopersian komputer.

Kata kunci: intensi, wirausaha, etknologi informasi dan komunikasi dan technopreneurship 1. PENDAHULUAN

Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi sarjananya menjadi wirausahawan muda sangatlah penting. Masalahnya adalah bagaimana pihak perguruan tinggi mampu melakukan peranannya dengan benar dan mampu menghasilkan sarjana yang siap berwirausaha. Peranan pihak perguruan tinggi dalam menyediakan suatu wadah yang memberikan kesempatan memulai usaha sejak masa kuliah sangatlah penting, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana peranan perguruan tinggi dalam hal memotivasi mahasiswanya untuk tergabung dalam wadah tersebut.

Pengaruh pendidikan kewirausahaan selama ini telah dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan hasrat, jiwa dan perilaku berwirausaha di kalangan generasi muda (Kourilsky dan Walstad, 1998). Terkait dengan pengaruh pendidikan kewirausahaan tersebut, diperlukan adanya pemahaman tentang bagaimana mengembangkan dan mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha muda yang potensial sementara mereka berada di bangku sekolah. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa keinginan berwirausaha para mahasiswa merupakan sumber bagi lahirnya wirausaha-wirausaha masa depan (Gorman et al., 1997; Kourilsky dan Walstad, 1998). Sikap, perilaku dan pengetahuan mereka tentang kewirausahaan akan membentuk kecenderungan mereka untuk membuka usaha-usaha baru di masa mendatang.

Di sisi lain, mahasiswa sebagai kader wirausahawan dihadapkan pada tantangan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Deperindag (2002) menyebutkan bahwa salah satu kelemahan utama wirausahan kecil dan menengah di Indonesia adalah kemampuan dan agresivitas mengakses pasar para pengusaha kecil masih terbatas serta masih terbatasnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendinamisasi dan memajukan usaha kecil dan menengah. Menurut OECD (2004), faktor-faktor penghambat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi meliputi (a) ketidaksesuaian proses bisnis, (b) keterbatasan pengetahuan dalam hal manajerial dan penggunaan TIK (TIK), (c) biaya pengembangan dan

(3)

ISSN No: 2089-1040

pemeliharaan sistem elektronik, (d) masalah prasarana jaringan komputer dan komunikasi, (e) masalah kepercayaan dan keamanan penggunaan TIK, (f) ketidakpastian hukum, serta (g) berbagai tantangan terkait dengan adopsi proses bisnis elektronik.

Di era modern, pengembangan teknologi akan sangat berpengaruh terhadap daya saing suatu negara dalam kompetisi global. Inovasi teknologi yang kontinu dan tepat guna membutuhkan sebuah penguasaan kompetensi serta otoritas ilmiah dalam implementasi teknologi tersebut. Untuk itulah, diperlukan sumber daya manusia yang mumpuni sebagai seorang wirausahawan yang melek teknologi informasi dan komunikasi. Di sinilah peran universitas dan institusi pendidikan tingkat tinggi dalam menghasilkan mahasiswa-mahasiswa calon wirausahawan yang memiliki kepahaman ilmiah dan penguasaan teknis dalam rekayasa teknologi. Proses pembentukan kompetensi ini harus ditempuh melalui proses pendidikan yang paripurna. Pihak universitas yang bertanggung jawab dalam tatanan kurikuler harus dapat meramu sebuah kurikulum pendidikan wirausaha berbasis teknologi informasi.

Pemanfaatan teknologi mutakhir tepat guna dalam pengembangan usaha yang berdasarkan pada jiwa

entrepreneur yang mapan akan dapat mengoptimalkan proses sekaligus hasil dari unit usaha yang

dikembangkan. Inilah yang disebut technopreneurship: sebuah kolaborasi antara penerapan teknologi sebagai instrumen serta jiwa usaha mandiri sebagai kebutuhan. Technopreneurship adalah suatu karakter integral antara kompetensi penerapan teknologi serta spirit membangun usaha. Dari sini, tumbuhlah unit usaha yang teknologis: unit usaha yang memanfaatkan teknologi aplikatif dalam proses inovasi, produksi, marketisasi, dan lain sebagainya.

2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1. Kewirausahaan Sebagai Kebutuhan

Kewirausahaan, dalam konteks apapun, selalu berdampingan erat dengan karakter wirausahawan. Wirausahawan adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis yang berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian bertujuan memperoleh profit dan mengalami pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan. Kets De Vries (1997: 268) menggolongkan wirausahawan berdasarkan lingkungan mereka berasal, yaitu:

a. Wirausahawan craftman, berasal dari pekerja kasar dengan pengalaman dalam

teknologi rendah, mekanik yang genius dan mempunyai reputasi dalam industri.

b. Wirausahawan opportunistic, berasal dari golongan kelas menengah sampai Chief

Executives.

c. Wirausahawan dengan bekal pengalaman teknologi dari pendidikan formal.

d. Kewirausahawan ditandai dengan keanekaragaman, yaitu adanya pergantian besar pada

masyarakat dan perusahaan yang berterminologi wirausaha.

Kewirausahawan dapat dipelajari (pedagogik) bukan sesuatu yang sifatnya mutlak genetik. Karakateristik khusus yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan adalah: (a) memiliki rasa percaya diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan lingkungannya, (b) berperilaku pemimpin, (c) memilki inisiatif, berperilaku kreatif dan inovatif, (d) mampu bekerja keras, (e) berpandangan luas dan memiliki visi ke depan, (f) berani mengambil risiko yang diperhitungkan, (g) tanggap terhadap saran dan kritik. Berkaitan dengan sifat pedagogik dari kewirausahawan, maka pihak perguruan tinggi ikut bertanggung jawab dalam membentuk karakter wirausahawan mahasiswanya.

2. Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Alat

Teknologi infromasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatnya tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan interpreter. Semula teknologi informasi hanya terbatas pada pemrosesan data. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, hampir semua aktivitas organisasi saat ini telah dimasuki oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi informasi.

Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya. Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

Tujuan perekayasaan teknologi informasi adalah sebuah alat untuk memudahkan kerja manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Di era modern, pengembangan teknologi akan sangat berpengaruh terhadap daya saing suatu negara dalam kompetisi global. Inovasi teknologi yang kontinu dan tepat guna membutuhkan sebuah penguasaan kompetensi serta otoritas ilmiah dalam implementasi teknologi tersebut. Untuk itulah,

(4)

ISSN No: 2089-1040

diperlukan sumber daya manusia yang mumpuni sebagai ahli-praktisi dalam masing-masing bidang keilmuan dan aplikasinya. Di sinilah peran universitas dan institusi pendidikan tingkat tinggi.

Dengan pembelajaran teknologi informasi, mahasiswa sebagai calon wirausahawan dapat terbiasa menggunakan perangkat TIK secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi. Akhirnya sebagai wirausahawan mahasiswa akan mampu berkreasi, mengembangkan sikap imajinatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya.

3. Peranan Perguruan Tinggi Dalam Memotivasi Sarjana Menjadi Wirausahawan

Program Pengembangan Kewirausahaan dilaksanakan untuk menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan pada para mahasiswa dan juga staf pengajar serta diharapkan menjadi wahana pengintegrasian secara sinergi antara penguasaan sains dan teknologi dengan jiwa kewirausahaan. Selain itu diharapkan pula hasil-hasil penelitian dan pengembangan tidak hanya bernilai akademis saja, namum mempunyai nilai tambah bagi kemandirian perekonomian bangsa. Kewirausahaan, dapat didefinisikan sebagai kemampuan melihat & menilai kesempatan-kesempatan (peluang) bisnis serta kemampuan mengoptimalisasikan sumberdaya dan mengambil tindakan serta bermotivasi tinggi dalam mengambil resiko dalam rangka mensukseskan bisnisnya.

Sebagai negara sedang berkembang, Indonesia termasuk masih kekurangan wirausahawan. Hal ini dapat dipahami, kerena kondisi pendidikan di Indonesia masih belum menunjang kebutuhan pembangunan sektor ekonomi. Perhatikan, hampir seluruh sekolah masih didominasi oleh pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang konvensional. Mengapa hal itu dapat terjadi? Di satu sisi institusi pendidikan dan masyarakat kurang mendukung pertumbuhan wirausahawan. Di sisi lain, banyak kebijakan pemerintah yang tidak dapat mendorong semangat kerja masyarakat, misalkan kebijakan harga maksimum beras, maupun subsidi yang berlebihan yang tidak mendidik perilaku ekonomi masyarakat.

Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan suatu negara adalah para wirausahawan. Wirausahawan adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis yang berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian bertujuan memperoleh profit dan mengalami pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan. Dewasa ini banyak kesempatan untuk berwirausaha bagi setiap orang yang jeli melihat peluang bisnis tersebut. Karier kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat serta memberikan banyak pilihan barang dan jasa bagi konsumen, baik dalam maupun luar negeri. Meskipun perusahaan raksasa lebih menarik perhatian publik dan sering kali menghiasi berita utama, bisnis kecil tidak kalah penting perannya bagi kehidupan sosial dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

4. Intensi Mahasiswa Untuk Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Berwirausaha

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi informasi dan komunikasi individu dalam meningkatkan kinerja tugasnya. Model Technology

Acceptance Model (TAM), Brown (2002) memberikan bukti terdapat pengaruh yang kuat terhadap adopsi

TIK di negara-negara berkembang. Chambers dan Parker (2000) menyatakan bahwa faktor individual, yaitu inovasi, pendidikan, umur, pengalaman, waktu dan ketrampilan merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan adopsi TIK oleh wirausahawan.

Menurut Venkatesh dan Davis (2000), model TAM yang sederhana membuat studi-studi di bidang intensi adopsi TIK tidak berkembang. Plouffe, Hulland dan Vandenbosch (2001) menyatakan bahwa terlalu fokus pada model parsimoni adalah mencukupi bila tujuan riset untuk prediksi, tetapi akan menghasilkan pemahaman sempit dari fenomena. Mereka menyatakan bahwa pengukuran yang lebih holistik diperlukan untuk mengukur intensi adopsi TIK dengan menggabungkan unsur-unsur intensi yang lebih intrinsik daripada ekstrinsik.

(5)

ISSN No: 2089-1040

Gambar 1. Decomposed theory of planed behavior (Taylor dan Todd, 1995)

Penelitian ini menguji secara menyeluruh persepsi mahasiswa secara menyeluruh dalam rangka memperbaiki pemahaman fenomena penerimaan TIK. Secara khusus, studi ini menggunakan Decomposed

Theory of Planed Behavior (DTPB) dari Taylor dan Todd (1995a) yang telah dimodifikasi oleh Thompson,

Compeau, dan Higgins (2006). Modifikasi yang dilakukan masih berpijak pada model TAM. Alasannya karena model modifikasi DTPB (gambar 1) ini menunjukkan perspektif yang lebih luas dibanding TAM (gambar 2).

Gambar 2. Technology Acceptance Model (Davis et al., 1989)

Modifikasi oleh Thompson, et al. (2006) meliputi tiga bidang. Pertama, model ini mencari hubungan diantara variabel-variabel bebas yang diajukan Taylor dan Todd (1995). Kedua, model ini dimodifikasi agar konsisten dengan model TAM. Ketiga, model ini menggabungkan perilaku keinovatifan yang dipersepsikan dengan TIK (Agarwal dan Praasad, 1998) ke dalam model. Untuk menghindari pengulangan pengembangan hipotesis dan hubungan yang telah dibangun dengan baik oleh riset-riset sebelumnya dengan model DTPB dan TAM, model ini fokus pada perluasan DTPB dan TAM.

(6)

ISSN No: 2089-1040

Gambar 3. Model penelitian ini dari Model Modifikasi DTPB dan TAM (Thompson et al., 2006)

Berkaitan dengan hubungan langsung atas intensi, masih terdapat beberapa kemungkinan peran tambahan bagi kendali perilaku persepsian (perceived behavioral control/PBC). Dalam studi adopsi dan pemanfaatan teknologi, Mathieson et al. (2001) menyatakan bahwa PBC mencakup aset personal seperti kepakaran individu. Selain itu, mereka menyatakan juga bahwa kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) dipengaruhi oleh kepakaran.

Catatan: garis putus-putus menunjukkan hubungan yang telah dibangun dengan baik dalam model DTPB (Taylor dan Todd, 1995) dan TAM (Davis et al., 1989)

Sebagai akibatnya, Mathieson et al. (2001) menyimpulkan bahwa PBC seharusnya mempengaruhi kemudahan penggunaan persepsian, dan mereka memberikan dukungan empiris untuk hubungan tersebut. Penelitian ini menggunakan model modifikasi DTPB dan TAM dari Thompson et al. (2006) untuk menguji intensi penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha. Dari model dalam gambar 3, hipotesis intensi penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirusaha yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

Hipotesis 8: Kendali perilaku persepsian (perceived behavioral control) mahasiswa akan berhubungan positif dengan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of

use) dari teknologi informasi dan komunikasi dalam berwirausaha.

Sebagai tambahan terhadap pengaruh potensial Computer Self Efficacy (CSE) atas PBC, terdapat bukti dari penelitian sebelumnya bahwa CSE dapat mempengaruhi faktor tambahan dalam model DTPB. Jika individu meyakini kemampuannya untuk menggunakan teknologi informasi, orang tersebut cenderung untuk meyakini bahwa dia akan dapat menggunakan teknologi tersebut secara produktif. Meskipun Compeau dan Higgins (1995a) dan Compeau, Higgins, dan Huff (1999) mengantisipasi bahwa pengaruh self-efficacy spesifik lebih besar daripada CSE secara umum, CSE secara umum menunjukkan pengaruh positif atas kemudahan penggunaan persepsian dari TIK. Hipotesis yang dibangun atas intensi penggunaan TIK dalam berwirausaha adalah sebagai berikut:

Hipotesis 9: Computer self-efficacy akan mempunyai pengaruh positif atas kemanfaatan

persepsian TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha.

Venkatesh dan Davis (1996) menyatakan bahwa computer self-efficacy seharusnya bertindak sebagai penghubung kemudahan penggunaan persepsian. Individu yang percaya akan kemampuannya untuk mempelajari penggunaan TIK cenderung memandang TIK sebagai lebih mudah digunakan dibanding rekannya yang kurang yakin akan kemampuannya untuk belajar. Hasil dari pengujian empiris memberikan dukungan untuk proposisi tersebut. Agarwal et al. (2000) juga mengamati penagaruh positif dari self-efficacy

(7)

ISSN No: 2089-1040

atas kemudahan penggunnaan persepsian, seperti yang dilakukan Venkatesh (2000). Hal ini mendorong pengembangan hipotesis kewirausahaan berbasis teknologi sebagai berikut:

Hipotesis 10: Computer self-efficacy akan mempunyai pengaruh positif atas kemudahan

penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha.

Compeau dan Higgins (1995b) menyatakan bahwa computer self-efficacy berpengaruh terhadap penggunaan TIK. Jika individu meyakini kemampuannya untuk belajar menggunakan TIK, dia cenderung mempunyai reaksi pengaruh positif untuk menggunakan teknologi. Dalam pengujian hubungan ini, Compeau dan Higgins (1995b) mengamati pengaruh signifikan secara statistik, meskipun kecil, dalam desain

cross-sectional. Compeau et al. (1999) mengamati lebih jauh bahwa self-efficacy yang mengukur dalam satu waktu

menghasilkan pengaruh pada affect di tahun berikutnya. Dari hasil temuan ini, dibangun hipotesis kewirausahaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagai berikut:

Hipotesis 11: Computer self-efficacy akan menghasilkan pengaruh positif atas pengaruh (affect)

terhadap penggunaan TIK dari mahasiswa dalam berwirausaha.

Terdapat kemungkinan pengaruh faktor sosial di luar pengaruh langsung atas intensi. Bandura (1997) menyatakan bahwa persuasi sosial merupakan sumber penting informasi yang dapat mempengaruhi formasi

self-efficacy judgments dan ekspekatasi keluaran. Dengan dukungan orang lain dalam kelompok tertentu

untuk menggunakan TIK dapat mendorong individu untuk menggunakan TIK. Compeau dan Higgins (1995b) menunjukkan pengaruh positif persuasi sosial atas self-efficacy. Hasil ini mendorong pengembangan hipotesis kewirausahaan berbasis TIK sebagai berikut:

Hipotesis 12: Faktor sosial akan menghasilkan pengaruh positif atas self-efficacy mahasiswa wirausaha.

Faktor-faktor sosial juga mempengaruhi kemanfaatan persepsian. Klein dan Sorra (1996) menyatakan bahwa pengaruh sosial beroperasi melalui proses kepatuhan atau internalisasi. Kepatuhan mencakup bertindak seperti keinginan orang lain karena tekanan persepsian. Internalisasi mencakup mengambil pandangan orang lain atas diri sendiri. Sehingga, individu yang merasa dipersuasi untuk menggunakan TIK oleh kelompoknya mengatribusikan persuasi ke judgment rasional sebagai bagian dari kelompok-kelompok mendorong penggunaan TIK karena mereka memandang TIK bermanfaat. Oleh karena itu, individu juga memutuskan bahwa TIK bermanfaat. Sehingga, melalui proses internalisasi, faktor sosial menghasilkan persepsi kemanfaatan yang meningkat.

Hipotesis 13: Faktor sosial akan menghasilkan pengaruh positif atas self-efficacy mahasiswa wirausaha.

Thompson et al. (2006) menyatakan bahwa persepsi tentang kemudahan penggunaan TIK dapat dipengaruhi oleh faktor sosial, khususnya pada saat tidak adanya pengalaman langsung. Dalam lingkungan pelatihan, misalnya, petunjuk komunikasi dari instruktur terkait dengan kemudahan (kesulitan) belajar untuk menjadi pandai dengan teknologi dapat mempengaruhi persepsi awal atas bagian individu. Hal ini mendorong pembangunan hipotesis technopreneurship sebagai berikut:

Hipotesis 14: Faktor sosial akan menghasilkan pengaruh positif atas kemudahan penggunaan persepsian TIK mahasiswa dalam berwirausaha.

Agarwal et al. (2000) menyatakan pengaruh langsung dari keinovatifan personal atas computer

self-efficacy. Alasannya adalah bahwa konsisten dengan formulasi teori kognitif sosial (Bandura, 1986),

personalitas individu menghasilkan pengaruh tidak langsung atas kinerja, melalui self-efficacy. Pengujian empirisnya memberikan bukti dukungan untuk pengaruh positif keinovatifan personal dalam domain TIK atas

computer self-efficacy. Hipotesis yang berkaitan dengan hal tersebut adalah:

Hipotesis 15: Keinovatifan personal akan menghasilkan pengaruh positif atas computer-self-efficacy mahasiswa wirausaha.

Thompson et al. (2006) menyatakan bahwa keinovatifan personal akan mempengaruhi kemudahan penggunaan persepsian. Jika seseorang lebih inovatif terkait dengan penggunaan teknologi, maka seseorang akan memandang teknologi baru sebagai lebih mudah digunakan di luar pengaruh tidak langsung

self-efficacy. Hal ini didukung oleh teori pembelajaran (Ford, Smith, Weissbein, Gully dan Salas, 1998) yang

menunjukkan kemampuan untuk menggeneralisasi skill di semua domain. Karena struktur piranti lunak (missal: menu, konsep, fungsi) cenderung sama untuk semua domain TIK, individu yang berpengalaman secara aktif dengan teknologi baru mempunyai peluang untuk terlibat dalam pembelajaran yang lebih besar yang dapat ditransfer ke domain lain. Hal ini menyebabkan persepsi kemudahan penggunaan yang lebih besar. Hipotesis yang dibangun adalah sebagai berikut:

Hipotesis 16: Keinovatifan personal akan menghasilkan pengaruh positif atas kemudahan penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha.

Thompson et al. (2006) menyatakan individu yang lebih inovatif diharapkan mempunyai intensi yang lebih kuat. Hal ini merefleksikan derajat pengaruh kebiasaan atas perilaku (Triandis, 1980). Studi ini mengharapkan individu yang terbiasa mengadopsi TIK di masa lalu akan berlanjut melakukan hal yang sama di kemudian hari. Sehingga hipotesis yang dibangun adalah sebagai berikut:

(8)

ISSN No: 2089-1040

Hipotesis 17: Keinovatifan personal akan menghasilkan pengaruh positif atas intensi penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha.

3. METODE PENELITIAN 1. Sampel dan Data

Sampel penelitian ini adalah 990 mahasiswa sarjana (S1) dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Pengambilan sampel didasarkan pada judgement atau purposive sampling, sampel dipilih dengan adanya beberapa kriteria tertentu yang digunakan oleh peneliti (Remenyi, 2000). Kriteria tersebut adalah (1) mahasiswa semester lima ke atas atau telah memprogram mata kuliah yang berkaitan dengan kewirausahaan dan sistem informasi manajemen, (2) responden pernah menggunakan internet dengan tujuan agar responden tersebut saat mengisi kuesioner mempunyai gambaran tentang aktivitas bisnis melalui internet.

2. Variabel

Untuk menguji intensi penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha digunakan tujuh variabel independen, yaitu (1) computer self-efficacy, (2) keinovatifan personal dengan TIK (personal innovativeness

with IT, (3) kemudahan penggunaan (ease of use), (4) kegunaan persepsian (perceived usefulness), (5) kendali

perilaku persepsian (perceived behavior control), (6) affect, (7) faktor-faktor social (social factors). Satu variabel dependen digunakan untuk mengukur intensi penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha. Seluruh butir pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Likert 5 poin. Informasi tentang jenis kelamin, usia, pendidikan dan pengalaman kerja responden juga dikumpulkan.

3. Teknik Analisis

a. Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk menentukan tingkat kesesuaian antara konstruk dengan indikator-indikatornya. Uji validitas menggunakan corrected item-total correlation, yaitu dengan cara mengkorelasi skor tiap item dengan skor totalnya. Kriteria yang digunakan valid atau tidak valid adalah bila koefisien korelasi r kuarng dari r nilai tabel dengan tingkat signifikansi 5%.

b. Teknik Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian intensi mahasiswa dalam berwirausaha dengan menggunakan TIK, digunakan teknik analisis Maximum Likelihood Estimation (MLE) dalam Structural Equation Model (SEM). Kecocokan model pengukuran dilihat dari reliabilitas komposit suatu konstruk dan juga dilihat dari variance extracted

Dari model analisis dapat dibuat persamaan structural (H1-H10) sebagai berikut:

EU = PIT + CSE + PBC + SF (1)

PU = SF + CSE (2)

CSE = PIT + SF (3)

FI = PIT (4)

AT = CSE (5)

Data diolah dengan menggunakan program LISREL 8.7 dengan tahapan sebagai berikut: a. Pengembangan model berbasis teori

b. Pengembangan diagram jalur (path diagram) c. Konversi diagram alur ke dalam persamaan d. Memilih matriks input dan estimasi model e. Analisis inferensial (uji asumsi, uji model fit) f. Uji parameter model

4. HASIL DAN DISKUSI

1. Deskripsi Variabel

Penelitian ini disebarkan kepada responden dengan syarat mereka menggunakan internet

untuk berbagai macam kebutuhan dan berada pada semester 5 keatas. Kuesioner yang

disebarkan 1000 kuesioner dan terkumpul sebanyak 990 buah atau tingkat respon adalah

99%. Sebaran responden dari penelitian ini merupakan sesuai dengan proporsi dari jumlah

mahasiswa yang dapat kita lihat pada tabel berikut

2. Uji Kecocokan Model Pengukuran a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas dari variabel yang digunakan dalam penelitian dilakukan dengan melihat koefisien faktor loading dan nilai variance extracted dan reliabilitas konstruk. Menjadi kelemahan dalam

(9)

ISSN No: 2089-1040

penelitian ini yaitu nilai loading factor dari variabel SCE2 yang bernilai 0.32. dan menjadi salah satu kendala dalam perhitungan statistik ketika CSE2 tidak digunakan dalam proses penghitungan, ternyata berpengaruh terhadap nilai loading factor yang lain. Dari beberapa kali perhitungan, maka dipilih indikator yang benar-benar valid dan reliabel kecuali untuk variabel CSE2 yang bernilai kurang dari 0.5. Hasil perhitungan nilai CR dan menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan terbukti kehandalannya, dengan kata lain dapat memberikan hasil yang sama apabila dicobakan pada kelompok responden yang sama secara berulang-ulang.

b. Uji Normalitas Data

Dari pengujian normalitas menunjukkan bahwa ada beberapa data tidak memenuhi asumsi univariate

normality, karena memiliki nilai p pada kolom Skweness and Kurtosis yang signifikan (< 0.05). Suatu data

dikatakan terbebas dari univariate normality apabila memilki p-value Skewness and Kurtosis tidak signifikan (> 0.05). (Ghozali dan Fuad, 2005: 68).

Asumsi multivariate normality jauh lebih penting daripada univariate normality menunjukkan bahwa data tidak normal secara simultan. Hal tersebut dapat diketahui dari tidak signifikannya p-value (<0.05) pada kolom Skewness dan Kurtosis pada hasil tes multivariate normality yaitu 0.00. Suatu penelitian yang memiliki data kontinyu, asumsi normalitias tidak dapat dipenuhi.

Salah satu opsi yang bisa dilakukan adalah menerapkan normal scores dimana data ditransformasi menjadi normal oleh PRELIS (pada LISREL). Dari proses menormalkan data diperoleh output bahwa

p-value pada kolom Skewness and Kurtosis mempunyai nilai di atas 0.05 yang berarti signifikan , berarti data

memiliki tingkat normalitas yang baik pada univariate normality, tetapi data tidakmemiliki multivariate

normality yang baik karena p-value untuk analisis multivariate bernilai 0.00. Berdasarkan Curran.(1996)

dalam (Ghozali dan Fuad, 2005: 37) data di atas memenuhi asumsi normalitas yaitu normal karena Z-value Skewness <2 dan Kurtosis <7, dapat dikatakan memenuhi asumsi untuk diproses menggunakan SEM.

c. Evaluasi Outliers

Deteksi adanya outliers data dapat dilihat dari nilai minimum dan maksimum tidak terlihat nilai maksimum dan minimum yang sangat ekstrim (antara skor 1 sampai dengan 5), berarti deteksi secara kesalahan entry data dari kuesioner tidak terjadi. Selain dengan cara melihat nilai maksimum dan minimum, deteksi adanya Univariate Outliers juga dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outliers dengan cara mengkonversi nilai data penelitian kedalam Z-score. sampel besar (diatas 80 observasi). Pedoman evaluasi nilai ambang batas dari Z-score berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair, 1998). Perlu dilakukan pengujian dengan cara menormalkan data terlebih dahulu, sehingga nilai standar deviasi bernilai 1 dan rata-rata data ini adalah 0.

Z-score nilai minimum maupun nilai maksimum menyebar pada range ± 3 sampai dengan ± 4. Hal

ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat data yang bersifat univariate outliers.

Analisis terhadap multivariate outliers menunjukan nilai Mahalanobis Distance dibandingkan dengan nilai Chi-Square pada degree of freedom sebanyak jumlah variabel yang dipakai dalam penelitian ini dengan tingkat signifikansi 0,05 (

χ

2, 10; 0.05). Degree of freedom dari model ini adalah 10, nilai minimum

Mahalanobis Distance pada penelitian ini yaitu sebesar 0.492 dan nilai maksimum 37.106, maka nilai

maksimum Mahalanobis Distance yaitu 37.106 bernilai > dari 18.307, berarti data penelitian ini terdapat terdapat multivariate outliers.

d. Multicollinearity dan Singularity

Pengujian menunjukan seluruh variabel yang diteliti tidak ada korelasi yang bernilai 1 maupun bernilai > 0,9. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa data yang dianalisis dalam penelitian ini tidak terjadi multicollinearity dan singularity.

3. Model Struktural dan Analisis Persamaan Struktural

Dari hasil analisis menggunakan Lisrel 8.7 version, penelitian ini terdapat 4 konstruk eksogen dan 5 konstruk endogen dan semua konstruk adalah variabel yang terobservasi. Hasil perhitungan Lisrel untuk persamaan Structural Equation Model sebagai berikut :

(10)

ISSN No: 2089-1040

Tabel 1 Koefisien Regresi

Sumber: Printout Lisrel 8.7

Tabel 2

Pengukuran Model

Good of Fit Index Cut-off Value Hasil Model Keterangan

Chi-Square Diharapkan kecil 1742.46 Tidak Fit

RMSEA ≤ 0,08 0.15 Marginal Fit

GFI ≥ 0,90 0.81 Marginal Fit

AGFI ≥ 0,90 0.7 Marginal Fit

NFI ≥ 0,90 0.82 Marginal Fit

NNFI ≥ 0,90 0.86 Fit

CFI ≥ 0,90 0.86 Fit

RMSR ≥ 0,08 0.15 Marginal Fit

P-value < 0,05 0.00 Fit

DF Positif Fit

Sumber: Printout Lisrel 8.7

Persamaan regresi yang menggambarkan hubungan positif atau negatif antar variabel

adalah sebagai berikut:

Tabel 3

Persamaan Regresi

Sumber: Printout Lisrel 8.7

Parameter Hubungan antar Variabel Lisrel

Estimate

Standar Estimate

t-value

H8

EaseofUse

ß

Percbehavior Control

0.11 0.11 3.84*

H9

Usefullness

ß

Compselfefficacy

0.69 0.69 13.01*

H10

Ease of Use

ß

Compselfefficacy

0.67 0.67 13.38*

H11

AffectTIK

ß

Compselfefficacy

-0.8 -0.8 -11.25

H12

Compselfefficacy

ß

Social Factor

-0.0068 -0.01 -0.17

H13

Usefullness

ß

Social Factor

0.2 0.2 6.67*

H14

EaseofUse

ß

Social Factor

0.013 0.01 0.45

H15

Compselfefficacy

ß

Persinnovativeness

0.17 0.17 4.32*

H16

Ease of Use

ß

Persinnovativeness

0.056 0.061 1.94*

H117

Futureintent

ß

Persinnovativeness

0.018 0.02 0.57

Structural Equations

CSE = 0.17*PITo - 0.0068*SF, Errorvar.= 0.97 , R² = 0.028

(0.039) (0.039) (0.13) 4.32 -0.17 7.72

EU = 0.67*CSE + 0.056*PIT + 0.11*PBC + 0.013*SF, Errorvar.= 0.51 , R² = 0.49

(0.050) (0.029) (0.029) (0.029) (0.032) 13.38 1.94 3.84 0.45 16.00 AT = - 0.80*CSE, Errorvar.= 0.37 , R² = 0.63 (0.071) (0.052) -11.25 7.07 PU = 0.69*CSE+ 0.20*SF, Errorvar.= 0.49 , R² = 0.51 (0.053) (0.030) (0.039) 13.01 6.67 12.53 FI = 0.018*PIT, Errorvar.= 1.00 , R² = 0.00034 (0.032) (0.046) 0.57 21.93              

(11)

ISSN No: 2089-1040

Dari persamaan struktural yang menggambarkan hubungan antara variabel intensi penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha (FI) digunakan tujuh variabel independen, yaitu (1) computer

self-efficacy (CSE), (2) keinovatifan personal dengan TIK (personal innovativeness with IT/PIT), (3) kemudahan

penggunaan (ease of use/EU), (4) kegunaan persepsian (perceived usefulness/PU), (5) kendali perilaku persepsian (perceived behavior control/PBC), (6) affect (AT), (7) faktor-faktor sosial (social factors/ SF). Variabel social factors mempunyai hubungan negatif dengan variabel computer self-efficacy (CSE), sedangkan variabel keinovatifan personal dengan TIK (personal innovativeness with IT/PIT) berhubungan positif dengan computer self-efficacy (CSE).

Variabel computer self-efficacy (CSE), keinovatifan personal dengan TIK (personal innovativeness

with IT/PIT) kendali perilaku persepsian (perceived behavior control/PBC), affect (AT), faktor-faktor sosial

(social factors/ SF) mempunyai hubungan positif dengan variabel kemudahan penggunaan (ease of use/EU). Variabel computer self-efficacy (CSE) berhubungan negative dengan variabel affect (AT). Variabel computer

self-efficacy (CSE) dan factor-faktor sosial (social factors) berhubungan positif dengan variabel kegunaan

persepsian (perceived usefulness/PU). Variabel keinovatifan personal dengan TIK (personal innovativeness

with IT/PIT) berhubungan positif dengan intensi masa depan penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam

berwirausaha.

4. Analisis Kesesuaian Model dan Pengujian Hipotesis a. Analisis Kesesuaian Model (Goodness of Fit Test)

Uji yang digunakan untuk mengestimasi model fit pada penelitian ini meliputi nilai Chi-Square, RMSEA, GFI, AGFI, NFI, NNFI, CFI, RMSR, P-value dan DF. Penelitian ini merupakan studi yang mengintegrasikan perspektif teori dengan hasil riset empiris, untuk melihat bagaimana intensi mahasiswa untuk berwirausahan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model dapat digunakan secara optimal dalam melihat perilaku intensi penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha, karena 5 dari 10 uji untuk mengukur kesesuaian model menunjukkan model ini bersifat fit. Artinya bahwa model yang menggambarkan hubungan antar variabel computer

self-efficacy, keinovatifan personal dengan TIK, kemudahan penggunaan, kegunaan persepsian, kendali perilaku

persepsian, affect, faktor-faktor sosial untuk memprediksi intensi penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha.

b. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ke 8 sampai hipotesis ke 17 menggunakan model persamaan

struktural yang secara umum dapat kita lihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4. Model Hubungan Struktural

(12)

ISSN No: 2089-1040

Peran mediasi dalam model penelitian ini dapat dilihat lebih jelas dari koefisien indirect effect dan nilai t untuk melihat tingkat signifikansi dari masing-masing variabel mediasi tersebut.

Tabel 4

Loading Factor Hubungan Direct,Indirect dan Total (Lisrel Estimate)

Compself Persinno percbeha socialfa

D I T D I T D I T D I T compself 0.17 0.17 -0.01 -0.01 0.04 0.04 0.04 0.04 4.32 4.32 -0.17 -0.17 easeofus 0.67 0.67 0.06 0.11 0.17 0.11 0.11 0.01 0 0.01 -0.05 -0.05 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 13.38 13.38 1.94 4.35 5.09 3.84 3.84 0.45 -0.17 0.25 Affect -0.8 -0.8 -0.13 -0.13 0.01 0.01 -0.07 -0.07 0.03 0.03 0.03 0.03 -11.25 -11.25 -4.31 -4.31 0.17 0.17 perceive 0.69 0.69 0.11 0.11 0.2 0 0.19 -0.05 -0.05 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 13.01 13.01 4.38 4.38 6.67 -0.17 5.82 futurein 0.02 0.02 0.03 0.03 0.57 0.57

Sumber: Printout Lisrel

Tabel 5

Koefisien Hubungan Variabel Bebas, Variabel Mediasi dan Variabel Terikat

Sumber: Printout Lisrel

Hasil pengujian variabel kendali perilaku persepsian (perceived behavioral control) mahasiswa terhadap kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) dari teknologi informasi dan komunikasimemiliki thitung sebesar 3.84, berarti thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak atau hipotesis diterima. Jadi Hipotesis 8 yang menyatakan Kendali perilaku persepsian (perceived behavioral control) mahasiswa akan berhubungan positif dengan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) dari teknologi informasi dan komunikasi dalam berwirausaha dapat diterima.

Hasil pengujian variabel Computer self-efficacy terhadap kemanfaatan persepsian TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha memiliki thitung sebesar 13.01, berarti thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak atau

hipotesis diterima. Jadi Hipotesis 9 yang menyatakan Computer self-efficacy akan mempunyai pengaruh

positif atas kemanfaatan persepsian TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha dapat diterima.

Hasil pengujian Computer self-efficacy akan memiliki pengaruh atas pengaruh terhadap kemudahan penggunaan TIK memiliki thitung sebesar 13.38, berarti thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak atau hipotesis

diterima. Jadi hipotesis 10: Computer self-efficacy akan mempunyai pengaruh positif atas kemudahan

penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha dapat diterima.

Hasil pengujian Computer self-efficacy akan memiliki pengaruh atas pengaruh(affect) terhadap penggunaan TIK memiliki thitung sebesar -11.25, berarti thitung < ttabel, sehingga H0 ditolak atau hipotesis

diterima. Jadi Hipotesis 11: Computer self-efficacy akan menghasilkan pengaruh positif atas pengaruh

(affect) terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dari mahasiswa dalam berwirausaha ditolak.

No Variabel

Independent

Indirrect effect variabel independent terhadap variabel dependent

Variabel antara (intervening variabel)

Dirrect effect variabel intervening terhadap

variabel dependent

Variabel

dependent

1 socialfa 0 -0.17 compself 0 6.67 perceive

2 socialfa 0 -0.17 compself -0.01 -0.17 easeofus

3 socialfa 0 0.17 compself -0.8 -11.25 affect

4 persinno 0.11 4.38 compself perceive

5 persinno 0.11 4.35 compself 0.67 13.38 easeofus

(13)

ISSN No: 2089-1040

Hasil pengujianfaktor sosial berpengaruh terhadap self-efficacy mahasiswa memiliki thitung sebesar

-0.17, berarti thitung < ttabel, sehingga H0 diterima atau hipotesis ditolak. Jadi hipotesis Hipotesis 12: Faktor sosial akan menghasilkan pengaruh positif atas self-efficacy mahasiswa wirausaha ditolak.

Hasil pengujian faktor sosial akan berpengaruh atas self-efficacymemiliki thitung sebesar 6.67, berarti

thitung > ttabel, H0 ditolak atau hipotesis diterima. Sehingga Hipotesis 13: Faktor sosial akan menghasilkan pengaruh positif atas self-efficacy mahasiswa wirausaha dapat diterima.

Hasil pengujian faktor sosial akan berpengaruh atas kemudahan penggunaan persepsian TIK memiliki thitung sebesar 0.45, berarti thitung < ttabel, H0 diterima atau hipotesis ditolak. Jadi hipotesis Hipotesis 14: Faktor sosial akan menghasilkan pengaruh positif atas kemudahan penggunaan persepsian TIK mahasiswa dalam berwirausaha ditolak.

Hasil pengujian Keinovatifan personal akan menghasilkan berpengaruh terhadap

computer-self-efficacy memiliki thitung sebesar 4.32, berarti thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak atau hipotesis diterima. Jadi Hipotesis 15: Keinovatifan personal akan menghasilkan pengaruh positif atas computer-self-efficacy mahasiswa wirausaha dapat diterima.

Hasil pengujian keinovatifan personal berpengaruh terhadap kemudahan penggunaan TIK memiliki thitung sebesar 1.94, berarti thitung < ttabel, H0 diterima atau hipotesis ditolak. Jadi Hipotesis 16:

Keinovatifan personal akan menghasilkan pengaruh positif atas kemudahan penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha ditolak.

Hasil pengujian keinovatifan personal berpengaruh terhadap intensi penggunaan TIK memiliki thitung

sebesar 0.57, berarti thitung < ttabel sehingga H0 diterima atau hipotesis ditolak. Jadi Hipotesis 17: Keinovatifan personal akan menghasilkan pengaruh positif atas intensi penggunaan TIK oleh mahasiswa dalam berwirausaha ditolak.

5. Pembahasan Hasil Penelitian dan Implikasi

Mengapa TIK merupakan faktor penting, hal ini dikarenakan faktor lingkungan mempunyai pengaruh terhadap intensi kewirausahaan sehingga beberapa hasil temuan yang berkaitan variabel TIK akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Hubungan kausalitas antara variabel Easy of Use diprediksi dipengaruhi oleh Personal Inovativeness with IT, Computer Self Efficacy, Perceived Behavior Control dan Social Factor. Dari keempat faktor yang diiprediksi mempengaruhi Easy of Use hanya dua faktor saja yang terkonfirmasi yaitu Computer Self Efficacy, Perceived Behavior Control sedang dua vaktor lainnya yaitu Personal

Inovativeness with IT dan Social Factor tidak terkonfirmasi berpengaruh terhadap Easy of Use.

Penjelasan atas fenomena diatas adalah Perceived Bahavior Control dipengaruhi oleh kepakaran individu terhadap TIK dan Computer Self Efficacy berkaitan dengan keyakinan diri dalam penggunaan TIK merupakan faktor internal yang mempengaruhi Easy of Use. Beberapa tahun belakangan ini, perkembangan TIK sangat cepat dan meluas, jarang sekali kita menemukan generasi muda tidak mengenal dan mampu mengopersikan peralatan komputer. Kurikulum pendidikan anak Usia Dini sudah disisipi dengan pengenalan tehnologi informasi, jejaring sosial, surat elektronik dan berbagai peralatan lain sudah banyak digunakan pada generasi remaja bahkan anak-anak, sehingga kedua faktor internal ini akan terdukung dengan kondisi yang berkembang saat ini

Faktor sosial yang identik dengan dukungan lingkungan dan Personal Innovativeness with IT berkaitan dengan kemampuan adaptasi terhadap TIK yang merupakan faktor lingkungan atau faktor eksternal. Mengapa kedua variabel ini tidak terkonfirmasi? Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap individu saat ini dituntut harus inovatif dalam perkembangan jaman yang serba otomatisasi dan menggunakan tehnologi tinggi, sehingga setiap orang harus memiliki kemampuan adaptasi dan terus belajar agar tidak ketinggalan.

Hubungan kausalitas kedua adalah Social Factor dan Computer Self Efficacy terkonfirmasi kedua variabel mempengaruhi Perceived Usefulness. Penjelasan atas hal tersebut adalah ukuran kemampuan akan diri sendiri dan faktor sosial dirasa mempengaruhi kemanfaatan TIK. Ukuran kemampuan diri sendiri yang berkaitan dengan TIK merupakan faktor individual sedang faktor sosial merupakan ukuran eksternal yang mendukung kemanfaatan TIK.

Hubungan antar variabel yang tidak signifikan bisa juga disebabkan adanya variabel mediasi. Hubungan kausalitas selanjutnya berkaitan dengan variabel Personal Inovativeness with IT dan Social Factor terhadap Computer Self Efficacy. Personal Inovativeness with IT terkonfimasi mempengaruhi Personal

Inovativeness with IT sedang Social Factor tidak terkonfimasi mempengaruhi Personal Inovativeness with IT.

Tentunya seorang mahasiswa yang memiliki keinovativan dalam IT akan meningkatkan keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan TIK sedangkan individu yang saat ini dalam kondisi memiliki banyak informasi tidak lagi menggantungkan diri pada faktor sosial dalam membangun kepercayaan dirinya dalam penggunaan IT.

Dua model hubungan kausalitas terakhir adalah Future Intention yang dipengaruhi Personal

Inovativeness with IT dan Affect yang dipengaruhi Computer Self Efficacy keduanya tidak terkonfirmasi.

(14)

ISSN No: 2089-1040

derajat keinovativan individu bukan lagi merupakan pilihan tapi merupakan tuntutan saat ini. Keyakinan akan kemampuan yang akan mempengaruhi terhadap penggunaan tehnologi, dapat dijelaskan pula bahwa penggunaan informasi bukan lagi pilihan tapi merupakan tuntutan dan keharusan.

5 KESIMPULAN

Intensi kewirausahaan yang berhubungan dengan kemampuan penggunaan

Tehnologi Informasi dengan penggunaan model modifikasian Technology Acceptance

Model dan Docomposed Theory of Planed Behavior menghasilkan bahwa kemudahahan

penggunaan TIK dipengaruhi efikasi diri atas kemampuan diri pengopersian komputer

namun tidak dipengaruhi keinovatifan dan faktor lingkungan. Kegunaan persepsian

dipengaruhi oleh faktor sosial dan efikasi diri atas kemampuan diri pengopersian

komputer. Sedang efikasi diri atas kemampuan diri pengopersian komputer dipengaruhi

oleh keinovatifan namun tidak dipengaruhi Faktor Sosial. Intensi masa yang akan datang

tidak dipengaruhi keinovativan demikian pula Keinginan menggunakan TIK tidak

dipengaruhui oleh efikasi diri atas kemampuan diri pengopersian komputer. Temuan diatas

dikarenakan Tehnologi Informasi dan Komunikasi bukan lagi barang mewah namun

sesuatu yang membantu dan menjadi sarana dalam pengembangan usaha.

Berdasarkan temuan diatas maka saran bagi pratik adalah pengembangan kurikulum

yang mendorong semangat kewirausahaan pada fakultas non bisnis dan juga

mengembangan serangkain kegiatan pendukung yang memberikan pengalaman

kewirausahaan. Dengan terintegrasinya komputer sebagai kebutuhan bagi kehidupan maka,

perlu adanya rancangan kurikulum yang memasukan tehnologi Informasi dan komunikasi

yang terintegrasi sebagai dasar pengembangan bisnis.

Keterbatasan penelitian ini terletak pada pemilihan sampel yang homogen yaitu

mahasiswa Unika Widya Mandala, perlu untuk mengkaji kembali untuk hasil yang lebih

dapat digeneralisasi. Adanya pemngujian tambahan terhadap efektifitas mata kuliah

kewirausahaan berdasarkan jurusan/ mata kuliah pendukung perlu dilakukan untuk

penelitian selanjutnya.

Daftar Pustaka

Agarwal, R., dan J. Prasad. 1998. A conceptual and operational definition of personal innovativeness in the domain of information technology. Information Systems Research 9 (2): 204-215.

Aldrich, H., dan C. Zimmer. 1986. Entrepreneurship through Social Network, in D. L. Sexton and R. W. Smilor (eds.) The Art and Science of Entrepreneurship. Cambridge: Ballinger Publishing, 3-25.

Bandura, A. 1986. The Social Foundation of Tought and Action, Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Brown, I. T. J. 2002. Individual and technological factors affecting perceived ease of use of web-based learning technologies in developing country. The Electronic Journal on Information Systems in

Developing Countries 9 (5): 1-15.

Chambers, T. A., dan C. M. Parker. 2000. Factors motivating and inhibitting the use of web commerce by rural small business. Working Paper. School of Management System. Deakin University: Burwood. Compeau, D. R., C. A. Higgins, dan S. Huff. 1999. Social cognitive theory and individual reactions to

computing technology: a longitudinal study. MIS Quarterly 23 (2): 145-158.

Compeau, D. R., dan C. A. Higgins. 1995a. Application of social cognitive theory to training for computer skills. Information Systems Research 6 (2):118-143.

(15)

ISSN No: 2089-1040

Compeau, D. R., dan C. A. Higgins. 1995b. Computer self-efficacy: development of a measure and initial test.

MIS Quarterly 19 (2): 189-211.

Davis, F. D., R. P. Bagozzi, dan P. R. Warshaw. User accpetance of computer technology: a comparison of two theoretical models. Management Science 35 (8): 983-1003.

Ford, J., E. Smith., D. Weissbein, S. Gully, dan E. Salas. 1998. Relationships of goal orientation, metacognitive activity, and practice strategies with learning outcomes andtransfer. Journal of Applied

Psychology 83:218-233.

Gorman G., D. Hanlon, dan W. King, 1997. Entrepreneurship education: the Australian perspective for the nineties. Journal of Small Business Education 9: 1-14.

Hair, J. dan R. Anderson. 1998. Multivariate Data Analysis. London: Prentice Hall Inc.

Kets de Vries. 1997. The entrepreneurial personality, a person at the cross roads. Journal of Management

Studies 14: 34-57.

Klein, K. J., dan J. S. Sorra. 1996. The challenge of innovation implementation. Academy of Management

Review 21: 1055-1080.

Kourilsky, M. L., dan W. B. Walstad, 1998. Entrepreneurship and female youth: knowledge, attitude, gender differences, and educational practices. Journal of Business Venturing 13 (1): 77-88.

Mathieson, K., E. Peacock, dan W. Chin. 2001. Extending the technology acceptance model: the influence of perceived user resources. The DATA BASE for Advances in Information Systems 32 (3): 86-112.

Plouffe, C. R., J. S. Hulland, dan M. Vandenbosch. 2001. Richness versus parsimony in modelling technology adoption decisions: understanding merchant adoption of smart card-based payment system. Information

System Research 12 (2): 208-222.

Taylor, S., dan P. A. Todd. 1995a. Understanding information technology usage: a test of competing models.

Information Systems Research 6 (2): 144-176.

Taylor, S., dan P. A. Todd. 1995b. Assessing IT usage: the role of prior experience. MIS Quarterly 19: 561-70.

Thompson, R., D. Compeau, dan C. Higgins. 2006. Intentions to use information technologies: an integrative model. Journal of Organizational and End User Computing 18 (3): 25-46.

Triandis, H. C. 1980. Values, attitudes and interpersonal behavior. In H. E. Howe (Ed.), Nebraska symposium

on motivation, 1979: Beliefs, attitudes and values 195-259. Lincoln, NE: University of Nebraska Press.

Venkatesh, V. 2000. Determinants of perceived ease of use: integrating control, intrinsic motivation and emotion into the technology acceptance model. Information Systems Research 11 (4): 342-365.

Gambar

Gambar 2. Technology Acceptance Model (Davis et al., 1989)
Gambar 3. Model penelitian ini dari Model Modifikasi DTPB dan TAM (Thompson et al., 2006)  Berkaitan  dengan  hubungan  langsung  atas  intensi,  masih  terdapat  beberapa  kemungkinan  peran  tambahan  bagi  kendali  perilaku  persepsian  (perceived  beha
Tabel 2  Pengukuran Model
Gambar 4. Model Hubungan Struktural  Sumber: Printout Lisrel

Referensi

Dokumen terkait