• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Keberhasilan Matrix Acidizing dan Well Washing Sumur Panas Bumi Mbf – 246 dan Miz – 153 Lapangan F - 25

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Keberhasilan Matrix Acidizing dan Well Washing Sumur Panas Bumi Mbf – 246 dan Miz – 153 Lapangan F - 25"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KEBERHASILAN MATRIX ACIDIZING DAN WELL WASHING

SUMUR PANAS BUMI MBF

246 DAN MIZ

153 LAPANGAN F - 25

Muhammad Bima Furqan, Onnie Ridaliani, Bambang kustono Abstrak

Stimulasi merupakan suatu metode untuk memperbaiki sumur – sumur yang mengalami

penurunan produksi yang disebakan oleh kerusakan formasi maupun adanya endapan – endapan didalam sumur. Metode stimulasi yang dipakai pada penulisan tugas akhir ini adalah matrix acidizing dan well washing. Tujuan dari dilakukannya stimulasi adalah untuk menaikkan produksi dari sumur – sumur yang mengalami kerusakan formasi. Sumur yang menjadi objek penelitian adalah sumur panas bumi satu MBF – 246 dengan entalpi 2784 kj/kg dan sumur MIZ – 153 dengan entalpi 2700 kj/kg. Dari evaluasi yang dilakukan maka pada sumur panas bumi MBF – 246 matrix acidizing berhasil menaikkan produksi menjadi 19 kg/s dari produksi sebelum stimulasi yang hanya 14 kg/s. Pada sumur MIZ – 153 well washing yang dilakukan pada sumur ini berhasil menaikkan produki hingga 28 kg/s.

Kata kunci: Matrix Acidizing, Injeksi, Produksi, Well Washing, Asam, Kondensat

Pendahuluan

Seiring waktu produksi suatu sumur untuk memproduksikan fluida dari formasi hingga ke permukaan sering kali mengalami permasalahan produksi. Umumnya permasalahan yang muncul seringkali mengenai penurunan laju produksi yang cukup besar bila dibandingkan dengan produksi awalnya. Kerusakan formasi itu sendiri diantaranya disebabkan oleh kegiatan pemboran, kegitan produksi, endapan scale dan mineral clay.

Dalam kasus ini kerusakan formasi pada sumur yang menjadi objek penelitian disebabkan oleh kegiatan produksi. Untuk menaikkan kembali produksi sumur, hal ini dapat diatasi dengan memberi rangsangan atau stimulasi pada sumur yang mengalami kerusakan formasi, dan adanya pembentukan scale pada casing produksi dan migrasi mineral clay pada liner dan matriks rekahan sumur tersebut. Stimulasi yang dilakukan pada sumur MBF – 246 adal matrix acidizing dan pada sumur MIZ – 253 berupa well washing

Studi Pustaka Matrix Acidizing

Matrix acidizing adalah suatu pekerjaan menginjeksikan asam kedalam formasi dibawah tekanan rekah yang bertujuan menghilangan kerusakan formasi yang diakibatkan oleh pekerjaan pekerjaan produksi, pengeboran dan workover. Asam yang diinjeksikan akan menyebar ke dalam formasi secara radial dan melarutkan material yang menyebabkan penurunan laju produksi dengan demikian akan meningkatkan laju alir produksi. Pada sumur MBF – 246 Penyebab kerusakan formasi ini disebabkan oleh adanya migrasi mineral clay yang tidak mengembang berupa kaolinite.

Kerusakan Formasi ( Mineral Clay ) 2

Kerusakan formasi bisa terjadi sejak awal pekerjaan pemboran, workover, dan kegiatan produksi, dalam penelitian tugas akhir ini yang menjadi penyebab kerusakan formasi adalah karena aktivitas produksi sehingg terbentunya endapan. Endapan – endapan tersebut dapat terbentuk pada rongga – rongga rekahan dan area disekitar liner yang berlubang. Material penyumbat yang terdapat pada sumur MBF – 246 berupa mineral clay berupa Kaolonite. Mineral clay ini dapat dilarutkan dengan mneginjeksikan asam HCl dan asam campuran (HCl - HF). Konsentrasi dan komposisi yang akan digunakan pada

(2)

proses pengasaman disesuaikan dengan tes kelarutan di laboratorium terhadap sample mineral clay yang diambil dari sumur menggunakan sample catcher.

Analisa Terdapatnya Kerusakan Formasi

Sebelum melakukan pekerjaan matrix acidizing suatu sumur sebaiknya dipastikan dulu apakah sumur itu terdapat kerusakan formasi atau tidak. Karena matrix acidizing tidak akan begitu berpengaruh pada sumur yang tidak mengalami kerusakan formasi. Indikasi terdapatnya kerusakan formasi dapat diketahui melalui analisa penurunan produski dan analisa produksi kimia dari fluida formasi yang diproduksikan.

Pada sumur yang berproduksi, analisa dapat dilakukan dengan membandingkan laju produksi yang ada saat ini dengan laju produksi awal yang dimiliki sumur tersebut. Jika terdapat penurunan produksi yang begitu tajam dibandingkan dengan laju produksi awal ketika sumur mulai berproduksi, maka perlu dilakukan pemerikasaan pada sumur sekitarnya. Penurunan produksi ini dapat diperjelas melalui plot antara laju alir produksi uap terhadap waktu selama sumur berpoduksi, maka akan menghasilkan trenline penurunan produksi. Apabila trenline penurunan produksi sumur sebelum dilakukannya stimulasi jauh lebih besar dari trenline alamiahnya, maka perlu dilakukan analisa lebih lanjut terhadap sumur.

Analisa produksi kimia dari sumur (CSI dan SSI)

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat endapan seperti silika, kalsit ataupun kemungkinan terdapatnya mineral clay pada formasi maupun disekitar liner sehingga produksi steam dari sumur menjadi turun sangat tajam. Indikasi terbentuknya scale berupa silika dan kalsit dapat diketahui dari nilai saturasi index masing – masing antara silika dan kalsit. Sehingga apabila suatu senyawa kimia memiliki index yang melebihi dari nilai saturasinya ( > 1), maka dikatakan telah terbetuk endapan di dalam sumur.

Sedangkan analisa terdapatnya mineral clay dilakukan dengan analisa makroskopik di laboratorium dari sample mineral yang diambil menggunakan sample catcher yang di-run kedalam sumur. Analisa makroskopik merupakan analisa yang dilakukan dengan melihat material penyusun batuan, termasuk didalamnya warna yang menjadi ciri khas dari mineral clay ini. Ciri – ciri tersebut berupa warna abu-abu kehijauan - abu menengah dan abu-abu keputihan. Terdiri dari andesite clast, lithic clast dan crystal clast yang tersusun dalam matriks yang sangat halus. 3

Jenis dan karakteristik Asam

Jenis asam yang digunakan pada pengasaman matrix dalam penelitian tugas akhir ini adalah asam Asam mineral inorganic HCl dan HF.

Additive

Additive yang ditambahkan kedalam sistem asam berupa : Corrosion inhibitor

Corrosion inhibitor intensifier Iron control

Friction reducer Clay control

Retarded agent Diverting agent

(3)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kerja asam, faktor tersebut antara lain :

ormasi

Pelaksanaan Matrix acidizing

Pada pengasaman matrix sumur MBF – 246 dilakukan pada tiga tahap diantaranya Pre - flush

Tahapan Pre-Flush pada pelaksanaan pengasaman matriks umumnya dimaksudkan untuk melarutkan konten-konten penyebab kerusakan formasi yang dapat bereaksi dengan main injecting acid. Fluida yang digunakan pada tahp ini berupa 15% HCl.

mainflush

Setelah injeksi HCl pada pre-flush selesai dilaksanakan, langsung diinjeksikan HF sebagai main injecting acid. HF atau biasa disebut juga sebagai sandstone acid merupakan asam utama yang digunakan pada pelaksanaan acidizing. HF merupakan jenis asam yang sangat kuat dan dapat melarutkan konten-konten penyebab kerusakan formasi seperti mineral clay. Pada sumur MBF – 246 fluida yang digunakan pada tahapan ini adalah 6% HF.

Post – flush

Setelah injeksi HF selesai dilakukan, maka terdapat hasil reaksi dari HF terhadap mineral lain yang kemudian menghasilkan endpan. Sehingga endapan tersebut harus dihilangkan dengan cara dilarutkan. Pada tahapan ini fluida post – flush yang digunakan adalah HCl dengan konsentrasi 6%. selanjutnya diinjeksikan air tawar ke dalam formasi. Tujuan dari injeksi air ini adalah untuk membersihkan sisa-sisa konten kerusakan formasi serta sisa hasil reaksi dari pengasaman matriks

Pressure, Temperatur, dan Spinner Survey

Pressure Temperature Spinner Test atau PT Spinner merupakan test lanjutan dari PT survey yang dilakukan untuk mendapatkan data yang tidak dapat direkam oleh PT survey biasa. Pelaksanaan PT spinner test hampir sama dengan PT survey biasa, perbedaanya terletak pada penambahan Spinner Blade pada peralatan logging yang digunakan. Spinner blade ini dapat menentukan lokasi feedzone dengan lebih akurat 4

(4)

serta menentukan massa uap yang mengalir dari tiap feedzone. Parameter keberhasilan

Pada pengasaman matriks ini parameter yang digunakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya stimulasi. Parameter tersebut berupa

Injectivity index

Sedangkan pada well washing parameter keberhasilan hanya dilihat dari kenaikkan produksi saja.

Metodologi Penelitian

Agar penulisan tugas akhir ini tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan, penulis hanya akan membahas proses pengerjaan stimulasi dilapangan dan evaluasi

keberhasilannya. Sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dan rekomendasi untuk perusahaan untuk pengerjaan stimulasi selanjutnya sehingga dpaat memebrikn hasil yang lebih baik.

Hasil dan Pembahasan Matrix acidizing

Sumur MBF – 246 memilik permasalahan penurunan produksi berupa adanya mineral clay pada daerah perforated liner dan pada matrix rekahan. Clay ini berupa kaolinite yang merupakan mineral clay yang tidak mengembang. Mineral ini bermigrasi dan

keberadaannya di daerah sekitar perforated liner dan matrix rekahan membuat aliran produksi uap dari reservoir menuju lubang sumur menjadi terhambat. Berikut langkah – langkah pengerjaan stimulasi dilapangan.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 0 100 200 Depth, m Temperature, °C

Temperature Survey Under Injection T 40LPS LU

(5)

T 66LPS LU casing13 3/8 liner10 3/4

Gambar 3.1 .Suhu sumur MBF – 246

Dari profil suhu dan sumur dapat ditentukan feedzone pada interval kedalaman sebagai berikut : Feedzone 1 : 987 – 999 m, Feedzone 2: 1256 – 1271 m, Feedzone 3 : 1357 – 1368 m. target inilah yang nantinya akan diberi pengasaman.

Dari profil suhu maka dapat diperoleh data sebagai berikut ini:

Tabel 3.1 5 Interval pengasaman Feedzone Interval (M) Total (M) Feedzone 1 (minor) 987 - 999 12 Feedzone 2 (minor) 1256 – 1271 15 Feedzone 3 (major) 1357 - 1368 11

(6)

Optimasi Produksi Lapangan “X” dengan Menggunakan Simulasi Reservoir

Muhammad Bima Furqan, Onnie Ridaliani, Bambang kustono

Abstrak

Penelitian ini meneliti tentang bagaimana cara mengoptimasikan produksi minyak pada lapangan “X” yang sudah berhenti produksi dengan cara menambahkan beberapa sumur yang dibuat scenario-skenario dan dipilih scenario terbaik dari scenario-skenario yang sudah dibuat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan salah satu software simulasi reservoir dengan model Black Oil.

Pendahuluan

Simulasi reservoir merupakan software hasil dari perkembangan teknologi industri perminyakan yang terus berkembang. Dengan menggunakan software simulasi reservoir tersebut, kita bisa memprediksi masa depan dari suatu reservoir.

Menggunakan simulasi reservoir merupakan media yang sangat baik dalam hal peramalan produksi dan dengan itu memberikan solusi pada masalah-masalah yang sulit dipecahkan oleh metode lain dalam hal keakuratan karena simulasi reservoir adalah teknologi yang sangat mutakhir.

Pada pengerjaan tugas akhir ini, lapangan yang akan dilakukan optimasi adalah lapangan “X” dengan menggunakan salah satu software simulasi reservoir. Perencanaan optimasi ini dilakukan dengan membuat beberapa skenario untuk membandingkan kondisi lapangan dimasa yang akan datang.

Penulis berharap hasil dari beberapa skenario yang dibuat dapat memberikan prediksi dan perbandingan antar skenario sehingga dapat ditentukan kesimpulan mengenai penerapan skenario yang paling optimal untuk diproduksikan.

Tujuan penulisan dari studi simulasi reservoir ini adalah :

1. Memprediksikan kumulatif produksi minyak lapangan “X” berdasarkan skenario yang dibuat

2. Menentukan nilai recovery factor (RF) berdasarkan skenario yang dibuat 3. Menentukan skenario yang paling optimal

Studi Pustaka Simulasi Reservoir

Simulasi reservoir merupakan teknik memodelkan suatu reservoir ke dalam model fisik atau model matematik secara numerik dengan menggunakan komputer, dan

merupakan salah satu teknik terdepan saat ini bagi para reservoir engineer. Dibandingkan dengan cara perhitungan reservoir lainnya, simulasi membutuhkan data dalam jumlah yang cukup besar.

Tujuan Simulasi Reservoir

Simulasi reservoir bertujuan untuk memprediksi kinerja reservoir di masa yang akan datang bila diproduksikan menurut berbagai macam skenario produksi. Sehingga diharapkan dapat dipilih cara yang paling effisien dan optimal untuk pengurasan reservoir dan melalui simulasi juga dapat dilihat pergerakan reservoir.

Simulasi reservoir dapat digunakan untuk mempelajari suatu reservoir yang mempunyai satu sumur, sekelompok sumur atau beberapa sumur yang berinteraksi sebagai satu kesatuan. Selain itu simulasi juga dapat digunakan untuk mempelajari cara pengurasan terbaik untuk mendapatkan perolehan maksimum dari suatu reservoir dengan biaya yang seekonomis mungkin.

(7)

Pemilihan model simulasi reservoir didasarkan pada kebutuhan atau hasil yang diinginkan sebagai suatu keluaran/output, karena dengan penggunaan simulasi yang tepat akan menjadikan simulasi yang dilakukan efektif dan efisien.

Secara umum simulasi reservoir digunakan sebagai acuan dalam perencanaan manajemen reservoir, antara lain sebagai berikut:

1. Memperkirakan kinerja reservoir pada berbagai tahapan dan metode produksi yang akan diterapkan.

 Primary Recovery  Pressure Maintenance  Secondary Recovery  Enhanced Oil Recovery

2. Mempelajari pengaruh laju alir terhadap perolehan minyak dengan menentukan laju alir maksimum.

3. Menentukan jumlah dan lokasi sumur untuk mendapatkan perolehan minyak yang optimum.

4. Menentukan pola sumur injeksi dan produksi untuk mengoptimalkan penyapuan.

5. Memperhitukan adanya indikasi coning dalam menentukan interval komplesi yang optimum serta pemilihan jenis sumur, vertikal ataupun horizontal 6. Menganalisa akuifer dan pergerakan air pada proses pendorongan.

Pada dasarnya model untuk reservoir yang sedang dipelajari akan digambarkan dalam reservoirgrid atau sebagai sel-sel (grid block). Setiap sel-sel (grid block) mewakili sifat fisik dan karakteristik reservoir sehingga akan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Simulasi reservoir model terdiri dari tiga jenis, yaitu: 1. Black Oil Simulation

Jenis ini digunakan untuk kondisi isothermal, aliran simultan dari minyak, gas dan air yang berhubungan dengan viskositas, gaya gravitasi dan gaya kapiler. Black oil disini digunakan untuk menunjukkan bahwa jenis cairan homogen, tidak ditinjau komposisi kimianya.

2. Compositional Simulation

Merupakan simulasi yang memperhitungkan komponen penyusun hidrokarbon dan perubahan fasa tiap-tiap komponennya.Simulasi jenis ini banyak digunakan untuk studi perilaku reservoir yang berisi volatile-oil dan gas condensate.

3. Thermal Simulation

Merupakan simulasi yang digunakan untuk studi aliran fluida, perpindahan panas maupun reaksi kimia.Simulasi ini banyak digunakan pada studi EOR antara lain thermal, insitu combustion, dan lain sebagainya.

Input Data

Pemasukan data ke simulator bias dilakukan dengan tiga cara:

1. Typing, yaitu dengan mengetikkan data yang ada ke kolom isian yang sudah tersedia.

2. Digitizing, yaitu proses perekaman koordinat x dan y dari peta geologi yang sudah ada sebanyak mungkin dengan interval sekecil mungkin agar dapat membentuk

(8)

garis batas peta yang baik. Langkah yang dilakukannya adalah :  Menempel peta pada suatu kertas besar

 Memplot koordinat garis masing-masing peta (top struktur, isoporositas, isopermeabilitas, ketebalan vertikal)

 Memplot koordinat sumur yang menembus lapisan batuan yang sama.  Menyimpan dan menimpan data tersebut ke file digitasi.

3. Importing, yaitu memasukkan data dalam bentuk file yang sudah diatur dari program lain, sehingga akan mempermudah dalam usaha memasukkan data. Pemasukan data yang sangat banyak dapat diolah dengan program lain sesuai dengan format masukan data pada simulator, dan setelah selesai dapat diambil sekaligus tanpa mengisi satu persatu.

Validasi Data

Validasi data dilakukan untuk mendapatkan data yang sesuai. Secara garis besar, proses validasi data dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Inisialisasi Data

Merupakan tahapan dalam pekerjaan simulasi reservoir untuk

mendapatkan kondisi reservoir pada saat masih original ( belum ada gangguan, misalnya belum ada produksi ). Pada tahap ini biasanya membandingkan volume hidrokarbon awal di tempat dari model yang kita buat dengan hasil perhitungan volumetrik.

Hasil keluaran dari inisialisasi ini berupa volume mula – mula reservoir, OOIP, GIIP, WIP, dan rata – rata tekanan awal reservoir. Hasil inisialisai ini dibandingkan dengan hasil perhitungan cadangan secara konvensional dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran proses inisialisasi.

Perhitungan cadangan dengan konvensional yang dimaksud adalah menggunakan persamaan material balance maupun menggunakan volumetrik pada keadaan reservoir awal.

2. History Matching

Merupakan proses memodifikasi parameter-parameter yang digunakan dalam pembuatan model, agar tercipta kesesuaian antara model dengan kondisi nyata, yang didasarkan pada data-data terukur selama periode waktu tertentu.

Tahap penyelarasan atau history matching ini sangat menentukan dalam melakukan simulasi reservoir. Tahap ini dilakukan untuk menguji validitas model yang dibuat, apakah sudah merepresentasikan kondisi reservoir yang

sesungguhnya.

Model simulasi yang dibuat dikatakan cukup merepresentasikan kondisi reservoir (match) jika tercipta keselarasan antara model dengan kondisi reservoir sesungguhnya.

Peramalan Skenario Produksi

Prediksi atau peramalan dilakukan setelah tahap history matching. Dasar parameter yang digunakan dalam input data adalah nilai yang sudah ditentukan dan simulasi di-run untuk menentukan perilaku reservoir dengan kondisi yang sudah ditentukan. Penentuan perilaku reservoir ini sangat sensitif terhadap harga parameter yang digunakan berdasarkan pada pengembangan lapangan.

Tahap prediksi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku reservoir yang disimulasikan pada masa yang akan datang berdasarkan kondisi yang diharapkan.

(9)

Keakuratan dalam meramalkan ini tergantung pada hasil penyelarasan yang dilakukan, karena dalam penyelarasan dipengaruhi oleh banyaknya besaran produksi dan cara modifikasi besaran fisik batuan dan fluida reservoir.

Metodologi Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan simulasi reservoir, tahap-tahap dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persiapan data – data yang digunakan 2. Melakukan Inisialisasi

3. Melakukan History Matching 4. Perencanaan skenario

5. Melakukan simulasi dari skenario yang dibuat 6. Analisa hasil simulasi

7. Menentukan kesimpulan dari analisa yang dilakukan Hasil dan Pembahasan

Setelah proses gridding atau pemodelan reservoir selesai, kemudian dilanjutkan dengan tahap inisialisasi yang merupakan tahapan penyelarasan OOIP hasil simulator dengan hasil volumeterik yang sebenarnya. Hasil OOIP pada tahap inisialisasi yang didapatkan dari simulasi adalah sebesar 2.4217 MMSTB dan hasil perhitungan dengan menggunakan volumetrik sebesar 2.42 MMSTB, sehingga diperoleh perbedaan antara hasil simulasi reservoir dengan jumlah minyak awal menggunakan perhitungan volumetrik sebesar 0.07 %.

Tahap berikutnya setelah tahap inisialisasi adalah tahap history matching yaitu penyelarasan sejarah produksi reservoir Lapangan X Zona J71-2B. Dalam proses history matching Zona J71-2B dilakukan beberapa adjustment terhadap parameter – parameter, diantaranya yaitu kurva permeabilitas relatif minyak – air (krow) dan kurva permeabilitas relatif air (krw).

Penyelarasan produksi dimaksudkan untuk mendapatkan model reservoir yang representatif dengan menyamakan profil produksi hasil simulasi dengan history

data.Model yang diperoleh diharapkan dapat mewakili kondisi reservoir yang sebenarnya. Model tersebut selanjutnya akan digunakan untuk melakukan forecasting produksi

dengan berbagai skenario.

Prediksi skenario yang dilakukan pada reservoir Lapangan X Zona J71-2B mendapatkan 3 macam skenario dengan masing – masing perbedaan hasil kumulatif produksi minyak serta recovery factor.Ketiga macam skenario prediksi tersebut adalah skenario pertama ( + 1 additional well), skenario kedua (skenario pertama+ 1 additional well), skenario ketiga (skenario pertama+ 2 addional well).

Pada skenario pertama dilakukan penambahan 1 sumur baru yaitu S-1, untuk berproduksi selama 10 tahun kedepan hingga Agustus 2015. Dari hasil prediksi skenario pertama mendapatkan kumulatif produksi minyak 292.95 MSTB dan recovery factor 12.1 %. Additional recovery factor (ΔRF) sebesar 8.045%

Skenario kedua (skenario pertama+ 1 additional well) dilakukan penambahan 1 sumur produksi baru yaitu S-2, dengan mempertimbangkan permeabilitas, porositas, total oil per unit area, saturasi minyak dan saturasi air. Hasil prediksi skenario kedua

mendapatkan kumulatif produksi minyak 388.84 MSTB dan recovery factor 16.1 %. Additional recovery factor (ΔRF) sebesar 12.008 %.

Skenario ketiga adalah skenario kedua (skenario pertama+ 1 additional well) ditambah dengan 1 sumur produksi baru (additional well) yaitu S-3, dengan

(10)

mempertimbangkan kembali permeabilitas, porositas, total oil per unit area, saturasi minyak, dan saturasi air yang berada di sekitar reservoir. Hasil prediksi skenario ketiga mendapatkan kumulatif produksi minyak 351.93 MSTB dan recovery factor 14.5%. Additional recovery factor (ΔRF) sebesar 10.483 %.

Dari ketiga skenario prediksi yang telah dibuat, dipilih skenario yang memperoleh recovery factor terbesar dibandingkan skenario–skenario lainnya, maka dipilihlah skenario kedua yang menghasilkan kumulatif produksi minyak 388.84 MSTB dan recovery factor 16.1%.

Hasil faktor peningkatan perolehan minyak prediksi skenario yang diperoleh cukup baik, hal ini mungkin dikarenakan oleh properti reservoir yang tinggi, namun pada

skenario prediksi dalam tugas akhir ini diharapkan perolehan minyaknya dapat terkuras seoptimal mungkin.

Berdasarkan kinerja reservoir yang didapat yaitu dengan menurunnya tekanan reservoir rata – rata dari tiap skenario karena semakin banyak sumur baru yang diproduksikan.

Kesimpulan

1. Inisialisasi antara OOIP hasil simulasi dengan perhitungan volumetrik

mendapatkan perbedaan sebesar 0.07% dengan volumetrik sebesar 2.42 MMSTB dan hasil simulasi sebesar 2.4217 MMSTB.

2. Hasil prediksi skenario pertama, kedua, ketiga, dan keempat secara berturut – turut memperoleh kumulatif produksi minyak sebesar 292.95 MSTB, 388.84 MSTB, dan 351.93 MSTB.

3. Untuk recovery factor skenario pertama, kedua, ketiga, dan keempat secara berturut – turut adalah 12.1%, 16.1%, 14.5%.

4. Berdasarkan ketiga skenario yang dilakukan, skenario kedua merupakan skenario yang paling optimal untuk dikembangkan, karena menghasilkan kumulatif produksi minyak paling besar, yaitu sebesar 388.84 MSTB dan recovery factor sebesar 16.1% dengan menambah 2 sumur produksi baru.

5. Pada skenario kedua, hasil kumulatif minyaknya lebih besar dibandingan skenario ketiga dikarenakan terjadinya interfensi antara sumur di skenario keempat dalam hal pengurasan minyak.

Daftar Pustaka

Sumantri R. , “Buku Pelajaran Teknik Reservoir” , Universitas Trisakti, Jakarta, 1996. Tim Laboratorium Fluida Reservoir, “Petunjuk Praktikum Analisa Minyak dan Gas Bumi”, Universitas Trisakti, Jakarta.

Irham Syamsul, Mulia Ginting, “Penuntun Praktikum Analisa Batuan Reservoir”, Universitas Trisakti, Jakarta.

Lestari., “Kimia Fisik Hidrokarbon”, Universitas Trisakti, Jakarta, 1993. Computer Modeling Group Ltd., “User’s Guide Builder Version 2006” , 2006

Ertekin, Turgay, Abou-Kassem, Jamal and King, Gregory R. : “Basic Appalied Reservoir Simulation”, SPE Textbook Series Vol. 7 , Richardson, Texas, 2001.

(11)

Fanchi, J.R. , “Principles of Applied Reservoir Simulation”, Third Edition, Gulf Publishing Company, Houston, Texas, 2006.

Satter, A. , Iqbal, Ghulam M, Buchwalter, James L., “Practical Enchanced Reservoir Engineering: Assisted with Simulated Software”, PennWell Books, Tulsa, 2008.

Gambar

Gambar 3.1 .Suhu sumur MBF  – 246

Referensi

Dokumen terkait