• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSEKTISIDA NABATI UNTUK RUMAH TANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INSEKTISIDA NABATI UNTUK RUMAH TANGGA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

T

TTIIINNNJJJAAAUUUAAANNNPPPUUUSSSTTTAAAKKKAAA

INSEKTISIDA NABATI UNTUK RUMAH TANGGA

Evi Naria

Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155

ABSTRACT

Insecticides use for insect control is very popular. Especially choice is chemical insecticides, because easy to the application and have effect kill immediately. However, the undesirable effects are development of strain of insect that are resistant to insecticides, hazards of residual insecticides on food and environment, and undesirable side effect to humans and domestic animal. Because of the danger involved to humans and environment, one of mentioned is use botanical insecticides. Botanical insecticides represent natural substance, having the character of biodegradable so that do not contaminate environment and peaceful for human being, and domestic animal, because easy residual disappear. A lot of plant around environment of us containing insecticides element, like jerangau (Acorus calamus L), sereh wangi (Cymbopogon nardus, L), tobacco (Nicotiana tabaccum), and sirsak (Anona muricata Linn), what is good for controlling cockroaches (Periplaneta americana), mosquito (Culex, Aedes Sp), housefly (Musca domestica), fruitfly (Drosphila melanogaster), ant (Solenopsis sp) and other. Have righteously we applied botanical insecticides, as our effort to support reducing substance of environmental pollution.

Keywords: Botanical insecticides

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan kita sehari-hari, hampir setiap rumah tangga menggunakan insektisida untuk mengendalikan serangga. Salah satu penggunaan insektisida yang sering kita lakukan adalah untuk memberantas atau mengendalikan nyamuk (Culex, Aedes aegypty), kecoa (Periplaneta americana), lalat (Musca domestica), dan semut (Solenopsis sp).

Berbagai jenis insektisida beredar dan dipasarkan dengan bebas. Umumnya insektisida yang diperjual belikan di pasar adalah insektisida yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Pemakaian insektisida kimia memang sangat mudah dan membunuh organisme pengganggu dengan cepat. Namun begitu, efek yang ditinggalkannya adalah berupa residu yang dapat masuk ke dalam komponen lingkungan karena bahan aktif sangat sulit terurai di alam. Dampak negatif lain dari insektisida kimia yang penggunaannya tidak sesuai dengan aturan pemakaiannya adalah resistensi serangga

sasaran sehingga memungkinkan berkembangnya strain baru, adanya residu insektidisa dalam makanan maupun lingkungan, dan efek lain yang tidak diinginkan terhadap manusia dan binatang peliharaan (Salato, 1992).

Dampak negatif penggunaan insektisida kimia perlu dihindarkan. Salah satu alternatif yang perlu dicoba adalah menggunakan insektisida nabati. Pemanfaatan tumbuhan yang mengandung zat pestisidik sebagai pengendalian hayati merupakan pilihan yang dapat dikembangkan dan diterapkan di rumah tangga.

Sampai saat ini penggunaan insektisida nabati di rumah tangga belum populer. Padahal ada beberapa kebiasaan turun-temurun yang sering dilakukan di rumah tangga dalam menghindarkan gangguan organisme pengganggu. Sebagai contoh, daun salam (Eugenia polyantha) yang diletakkan di dalam lemari penyimpan makanan, merupakan bahan yang dapat menolak (repellent) kecoa (Periplaneta americana).

(2)

Insektisida Nabati

Insektisida nabati atau insektisida botani adalah bahan alami berasal dari tumbuhan yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik, dan zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi organisme pengganggu tidak berpengaruh terhadap fotosintesa, pertumbuhan atau aspek fisiologi tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Sistem yang terpengaruh pada OPT adalah sistem saraf/otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku, sistem pernafasan, dll. (Departemen Pertanian, 1994). Senyawa bioaktif ini juga dapat digunakan untuk mengendalikan serangga yang terdapat di lingkungan rumah.

Senyawa bioaktif yang terdapat pada tanaman dapat dimanfaatkan seperti layaknya insektisida sintetik. Perbedaannya adalah bahan aktif pada insektisida nabati disintesa oleh tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam (campuran). Bagian tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, batang, dan sebagainya dapat digunakan dalam bentuk utuh, bubuk, ataupun ekstraksi (dengan air, atau senyawa pelarut organik). Insektisida nabati dapat dibuat secara sederhana dan kemampuan yang terbatas. Bila senyawa atau ekstrak ini digunakan di alam, maka tidak mengganggu organisme lain yang bukan sasaran.

Insektisida nabati merupakan bahan alami, bersifat mudah terurai di alam (biodegradable) sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia maupun ternak karena residunya mudah hilang. Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai insektisida di antaranya adalah golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, steroid, dan minyak atsiri (Kardinan, 2000). Insektisida ini apabila diaplikasikan akan membunuh organisme sasaran dan setelah itu residunya akan cepat hilang.

Secara garis besar pembuatan insektisida nabati dapat dibagi menjadi dua cara yaitu secara sederhana dan secara laboratorium.

Teknik untuk menghasilkan bahan insektisida nabati dapat dilakukan antara lain seperti berikut (Kardinan, 2000):

a. Penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta.

b. Rendaman untuk produk ekstrak.

c. Ekstraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga terampil.

Keunggulan dan Kelemahan Insektisida Nabati

Penggunaan insektisida nabati di Indonesia lebih populer di bidang pertanian, daripada penggunaan di rumah tangga. Padahal, di dalam rumah dapat hidup berbagai binatang yang mengganggu kenyamanan, dan kesehatan manusia, yang perlu untuk dikendalikan. Penggunaan insektisida hayati di rumah tangga merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan. Penggunaan insektisida nabati di rumah tangga memiliki keunggulan antara lain:

1. Insektisida nabati tidak atau hanya sedikit meninggalkan residu pada komponen lingkungan dan bahan makanan sehingga dianggap lebih aman daripada insektisida sintetis/kimia.

2. Zat pestisidik dalam insektisida nabati lebih cepat terurai di alam sehingga tidak menimbulkan resistensi pada sasaran.

3. Dapat dibuat sendiri dengan cara yang sederhana.

4. Bahan pembuat insektisida nabati dapat disediakan di sekitar rumah.

5. Secara ekonomi tentunya akan mengurangi biaya pembelian insektisida.

Selain keuntungan, tentunya kita tidak dapat mengesampingkan beberapa kelemahan dari pemakaian insektisida nabati di rumah. Kelemahan tersebut, antara lain:

1. Frekuensi penggunaan insektisida nabati lebih tinggi dibandingkan dengan insektisida sintetis. Tingginya frekuensi penggunan insektisida botani adalah karena sifatnya yang mudah terurai di lingkungan sehingga harus lebih sering diaplikasikan.

2. Insektisida nabati memiliki bahan aktif yang kompleks (multiple active ingredient) dan kadang kala tidak semua bahan aktif dapat dideteksi

3. Tanaman insektisida nabati yang sama, tetapi tumbuh di tempat yang berbeda, umur tanaman berbeda, iklim berbeda, jenis tanah berbeda, umur tanaman berbeda, dan waktu

(3)

panen yang berbeda mengakibatkan bahan aktifnya menjadi sangat bervariasi.

Salah satu bentuk insektisida, berupa minyak atsiri yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan. Minyak atsiri yang terdapat dalam tumbuhan mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar dan bila diteteskan pada kertas saring tidak meninggalkan bekas.

Indonesia memiliki sumber keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, termasuk jenis tumbuhan yang mempunyai bahan aktif untuk dikembangkan sebagai insektisida nabati. Ketersediaan ini merupakan potensi besar. Tentunya sangat diperlukan berbagai penelitian dan penggunaan teknologi sederhana untuk mengembangkan penggunaan insektisida nabati.

Beberapa Tanaman untuk Insektisida Nabati di Rumah Tangga

1. Jeringau (Acorus calamus L)

Jeringau, atau jeringo, atau dringu merupakan tumbuhan herba menahun yang tumbuh pada lingkungan basah dan lembab seperti kolam, rawa dan pinggir sungai pada semua ketinggian tempat. Membentuk akar batang yang disebut rimpang, daun seperti lalang, bunga tumbuh ke samping, berkembang biak dengan rimpangnya. Jeringau dapat hidup hampir pada semua ketinggian tempat.

Bagian tumbuhan yang umum dimanfaatkan adalah rimpangya. Rimpang berbentuk agak petak bulat beruas, dengan panjang ruas 1-3 cm. Rimpang jeringau bercabang-cabang banyak sesuai dengan kesuburan tanah tempat hidupnya. Rimpang segar kira-kira sebesar jari tangan, isinya berwarna putih tetapi jika dalam keadaan kering berwarna merah muda.

Rimpang jeringau mengandung minyak yang serba guna seperti campuran dalam industri makanan dan minumam, bahan penyedap, pewangi, detergen, sabun, dan krem kecantikan. Bau akar sangat menyengat seperti bau rempah atau bumbu lain. Jika diletakkan di lidah rasanya tajam, pedas dan sedikit pahit tetapi tidak panas. Rimpang jeringau dapat dimanfaatkan sebagai insektisida karena mengandung minyak atsiri. Kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam rimpang jeringau adalah: terpene, camphor (C10H16O), terpene alkohol (C18H18O), calamene, acoroxide

(C15H24O), calamone (C15H26O), Calameone (C15H26O2), acorone dan isacorone. Formula rimpang jeringau sebagai insektisida dapat dibuat secara sederhana maupun secara laboratorium.

Rimpang jeringau dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa serangga pengganggu di sekitar kita. Rimpang yang ditumbuk halus (bentuk tepung) dapat digunakan untuk mengendalikan rayap dan membunuh kutu kepala (Cimex lectularis). Serangga lain yang dapat dikendalikan adalah nyamuk, dan kecoa. Ada juga kebiasaan yang berkembang di masyarakat yaitu pada ibu yang mempunyai bayi, disediakan sejenis bungkusan kecil yang berisi jeringau dan rempah lainnya. Bungkusan rempah ini dipercaya dapat menghindarkan bayi dari mahkluk halus dan binatang-binatang.

Salah satu hasil penelitian tentang pemanfaatan minyak atsiri rimpang jerangau untuk mengendalikan kecoa dilakukan oleh Onasis (2001). Penelitian tersebut menggunakan beberapa tingkat dosis untuk mengetahui kemampuan minyak rimpang jeringau terhadap kematian kecoa. Hasilnya menunjukkan bahwa dosis minyak atsiri 15 ml/50 ml pelarut Etanol (alkohol 96%) yang disemprotkan pada jarak 10 cm dari kecoa menunjukkan kematian kecoa 30% pada 1 jam pertama, bertambah menjadi 75% pada jam ke dua, menjadi dan 100% kematian pada jam ketiga. Perlakuan minyak jeringau terhadap kecoa memberikan gambaran pemanfaatan tanaman lingkungan pada kita. 2. Sereh Wangi (Cymbopogon nardus, L)

Tanaman sereh wangi, atau sereh, atau serai, merupakan tanaman pekarangan. Tanaman ini termasuk herba menahun, termasuk dalam Famili Graminae, genus Andropoginae. Dalam satu kumpulan berumpun banyak, bergerombol besar, daunnya mirip lalang. Tanaman ini dapat ditanam di pekarangan dan digunakan sebagai bumbu masakan dan obat. Minyak sereh wangi banyak digunakan dalam industri, terutama sebagai pewangi sabun, spray, desinfektan, bahan untuk mengkilatkan, dan aneka ragam preparasi teknis.

Tanaman sereh wangi mengandung 0,6-1,8% minyak atsiri yang berupa: geraniol dan sitronelal (kira-kira 93%), metiheptanon, terpenalkohol, terpen lainnya serta asam arganik (Sutejo, 1990). Tanaman sereh wangi, khusus

(4)

minyak atsirinya dapat digunakan untuk membunuh larva nyamuk (Aedes aegypty). Sereh wangi yang telah dibersihkan, dipotong-potong dan dikeringkan selama 3-4 jam, atau kandungan air 30-50%, kemudian dilakukan penyulingan. Penyulingan dapat dilakukan secara tradisional maupun modern.

Pemanfaatan minyak sereh wangi sebagai insektisida, diaplikasikan dengan mencampurkan minyak tersebut yang telah diberi pelarut etanol 70%, ke dalam air yang dinilai sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypty.

3. Tembakau (Nikotiana tabaccum Linn)

Tembakau merupakan tanaman

semusim, di mana bagian tanaman yang paling umum dimanfaatkan adalah daunnya. Daun yang memiliki panjang 20-50 cm dan lebar 5-30 cm ini mempunyai kandungan nikotin 2-5%. Pada daun tembakau juga ditemukan bahan bioaktif golongan alkaloid. Daun tembakau digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok, cerutu, dan merupakan bahan insektisida nabati.

Ekstrak daun tembakau efektif untuk mengendalikan lalat (Musca domestica). Daun diiris 1-2 mm, dikering-anginkan selama kira-kira 7 hari, selanjutnya disiram dengan air mendidih, tutup rapat, dan direndamkan selama 24 jam. Saring dan peras dengan tangan (gunakan sarung tangan plastik). Hasilnya adalah ekstrak cairan daun tembakau.

Jumlah ekstrak daun tembakau yang tepat, dapat membunuh serangga di rumah. Purba (2003) menemukan bahwa penyemprotan ekstrak daun tembakau pada dosis 130 gram daun tembakau dalam 1 liter air, dapat membunuh lalat percobaan 53% dalam waktu 6 jam. Dosis 100 gr/liter air dapat membunuh 63% lalat percobaan. Kita bisa juga mencobakan ekstrak ini pada serangga lain.

4. Sirsak (Anona muricata Linn)

Buah sirsak termasuk buah semu, daging buah lunak atau empuk, berwarna putih, berserat, berbiji hitam pipih. Kulitnya berduri, tangkai buah menguning, aromanya harum, dan rasanya manis agak asam segar. Buah sirsak yang normal dan sudah cukup matang mempunyai berat ± 500 gr, warna kulit agak terang, hijau agak kekuningan dan mengkilap. Bentuk buah bagian ujung agak membulat

dengan diameter ± 5 cm, diameter bagian tengah ± 7 cm, serta panjang buah ± 17 cm. Kerapatan duri maksimal 2-3 buah per 4 cm (diukur pada bagian buah yang durinya paling jarang).

Tanaman sirsak dapat digunakan sebagai bahan insektisida. Pada sirsak ditemukan senyawa bersifat bioaktif yang dikenal dengan nama acetogenin. Pada konsentrasi tinggi senyawa acetogenin akan bersifat antifeedant bagi serangga, sehingga menyebabkan serangga tidak mau makan. Pada konsentrasi rendah dengan pemberian oral bersifat sebagai racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Senyawa ini juga bersifat citotoksik sehingga menyebabkan kematian sel (Anonimous, 1994). Daun sirsak yang diremas-remas dapat digunakan sebagai repellent tikus rumah.

Ekstrak biji sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan nyamuk (Aedes aegypty) dan larvanya, juga untuk mengendalikan lalat buah (Drosophila melanogaster). Biji sirsak digiling menjadi tepung, lalu direndam dengan pelarut aquades atau ethanol. Biji sirsak sebanyak 750 gram dapat menghasilkan 450 cc ekstrak biji sirsak. Aplikasi dilakukan dengan penyemprotan (Anonimous, 1994).

Selain manfaat di atas, daun sirsak juga sering digunakan sebagai bahan obat tradisional, antara lain untuk pengobatan sakit pinggang. Caranya: 20 lembar daun sirsak direbus dalam 5 gelas air. Didihkan hingga airnya tinggal 3 gelas. Setelah cukup dingin, diminum 1 kali sehari sebanyak ¾ gelas. Sedangkan daun yang masih muda dapat dipakai untuk mengobati bisul. Caranya: siapkan daun sirsak muda secukupnya, kemudian tumbuk halus dan tambah air sedikit sambil diaduk merata. Tempelkan pada bisul (Anonimous, 2002).

PENUTUP

Rumah tangga merupakan tempat potensial berkembangnya berbagai binatang pengganggu terutama yang berkaitan dengan kesehatan penghuninya. Kita mengenal nyamuk, kecoa, semut, lalat, dan tikus, yang merupakan binatang pengganggu kesehatan manusia yang hidup di dalam rumah. Sampai saat ini lebih sering kita kendalikan dengan insektisida kimia.

Di sekitar rumah kita ternyata banyak tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan

(5)

insektisida nabati. Pembuatan insektisida nabati memang agak merepotkan, tetapi hal ini sangat efektif untuk membantu mengurangi bahan pencemar di lingkungan. Penggunaan insektisida botani merupakan suatu alternatif pengendalian serangga pengganggu di rumah tangga secara aman, dan membantu meminimalkan risiko lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1994. Pedoman Pengenalan Pestisida Botani. Departemen Pertanian Direktorat Jendral Perkebunan Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan. Jakarta.

Anonimous. 2002. Sirsak. deptan.go.id

Kardinan, Agus. 2000. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasinya. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Natawigena, Hidayat. 1999. Pestisida dan Kegunaannya. Armiko. Bandung

Onasis, Aidil. 2001. “Pemanfaatan Minyak Jeringau (Acorus Calamus L) untuk Membunuh Kecoa (Periplaneta americana)”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.Medan

Purba, Tika Juleiva. 2003. “Efektivitas Daun Tembakau (Nikotiana tabacum) sebagai Insektisida Hayati dalam Membunuh Lalat Rumah (Musca domestica)”. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan Salvato, Joseph. 1992. Environmental

Engineering and Sanitation. John Wiley & Sons, New York.

Sutejo, Mulyani Mul., 1990. Pengembangan Produk Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka Cipta, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Tesis dengan judul ”Perbedaan Kinerja Keuangan Industry Manufaktur Yang Melakukan Akuisisi Periode 2000-2003” yang disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister

e. Peserta didik dibimbing untuk memberikan contoh fenomena yang terjadi pada kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Guru melakukan apersepsi

Mengukur laju infiltrasi tanah menurut Afandi (2019), menggunakan prosedur pengukuran sebagai berikut: (1) Ring pengukur dibenamkan secara vertical ke dalam tanah sedalam 15 cm

Stress yang persisten pada otot akomodasi (Ciliary Muscle) dapat terjadi pada saat seseorang menyalakan inspeksi pada obyek-obyek yang berukuran kecil dan pada jarak dekat

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) pada kolom R square sebesar 0,657 ( 65,7%) yang dapat dinyatakan bahwa variabel label

Following the technique implemented for Ganymede image processing (Zubarev et al., 2015) based on special developed iterative method (Zubarev et al., 2016a) we

Dana dan atau Efek NASABAH dalam Rekening Efek NASABAH hanya akan digunakan untuk kepentingan NASABAH semata-mata dalam rangka pelaksanaan Transaksi Efek yang pelaksanaannya

Skripsi dengan judul “Identifikasi Kesulitan Belajar Matematika Peserta Didik Kelas IV MI Miftahul Huda Ngantru Tulungagung” yang ditulis oleh Binti Anisa, NIM. 1725143042,