• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi program inklusi keuangan dalam meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil pada KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi program inklusi keuangan dalam meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil pada KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM INKLUSI KEUANGAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PENGUSAHA KECIL

PADA KSPPS BMT AMANAH UMMAH SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

EVA YUNI KURNIA M. NIM. G04215009

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SURABAYA

(2)
(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang ditulis oleh Eva Yuni Kurnia M. NIM. G04215009 ini telah diperiksa dan disetujui untuk dimunaqasahkan.

Surabaya, 08 Juli 2019 Pembimbing,

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Implementasi Program Inklusi Keuangan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Pengusaha Kecil pada KSPSS BMT Amanah Ummah Surabaya.” bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan, yakni : bagaimana peran inklusi keuangan terhadap para pengusaha kecil anggota KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya dan bagaimana dampak inklusi keuangan terhadap peningkatan kesejahteraan para pengusaha kecil anggota KSPPS Amanah Ummah Surabaya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode purposeful sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara baik di kantor maupun diluar kantor, menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan staff dan 30 anggota KSPPS BMT Amanah Ummah, serta dokumentasi. Data yang telah terkumpul dianalisa untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, adanya kemudahan dalam mengakses ke KSPPS BMT Amanah Ummah, lokasi mudah dijangkau, kualitas produk yang digunakan masih umum dan pengetahuan mengenai produk keuangan masih kurang. Pelayanan ramah dengan menggunakan sistem pick up sehingga memudahkan anggota yang memiliki kesibukan. Program pelatihan forum bisnis masih belum maksimal. KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya memberikan kemudahan dalam bertransaksi dan pengajuan pembiayaan, lokasi yang dapat dijangkau, akses juga dapat melalui via aplikasi amanah ummah mobile, pelayanan yang ramah dengan layanan pick up. Adapun dampak peran inklusi keuangan terhadap kesejahteraan pengusaha kecil yakni: pendapatan, pendidikan, dan kesehatan yang terlihat perubahannya.

Sejalan dengan kesimpulan diatas, saran yang dapat menjadi masukan bagi tim KSPPS BMT Amanah Ummah diperlukan edukasi mengenai pengetahuan produk, juga perlu diadakan pelatihan dalam membina atau mendampingi usaha kecil.

Kata Kunci : Inklusi Keuangan, Kesejahteraan, KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 11 D. Kajian Pustaka ... 12 E. Tujuan Penelitian ... 15 F. Manfaat Penelitian ... 16 G. Definisi Operasional ... 16 H. Metode Penelitian ... 17 I. Sistematika Pembahasan ... 21

(8)

BAB II INKLUSI KEUANGAN DAN KESEJAHTERAAN ... 23

A. Inklusi Keuangan ... 23

1. Pengertian Inklusi Keuangan ... 23

2. Visi dan Tujuan Inklusi Keuangan ... 26

3. Strategi Nasional Inklusi Keuangan ... 31

B. Pengusaha Kecil ... 33

C. Klasifikasi Usaha ... 34

D. Kesejahteraan Pengusaha Kecil ... 36

1. Pengertian Kesejahteraan ... 36

2. Indikator Kesejahteraan ... 38

BAB III IMPLEMENTASI PROGRAM INKLUSI KEUANGAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PENGUSAHA KECIL PADA KSPPS BMT AMANAH UMMAH SURABAYA ... 44

A. Gambaran Umum KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya ... 44

1. Lokasi Penelitian ... 44

2. Latar Belakang Berdirinya KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya ... 44

3. Legalitas KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya ... 46

4. Visi, Misi, dan Motto... 46

5. Letak Geografis... 47

6. Struktur Organisasi ... 48

B. Produk-produk KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya ... 49

C. Implementasi Program Inklusi Keuangan pada KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya ... 54

1. Akses ... 56

2. Kualitas Produk ... 60

3. Penggunaan Layanan ... 61

4. Welfare ... 63

BAB IV IMPLEMENTASI PROGRAM INKLUSI KEUANGAN DI KSPPS BMT AMANAH UMMAH TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PENGUSAHA KECIL ... 70

(9)

A. Analisis Program Inklusi Keuangan pada KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya

... 70

B. Dampak Program Inklusi Keuangan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Pengusaha Kecil anggota KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya ... 73

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA……….82

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu ... 14 Tabel 3.6 Hasil Wawancara dengan 30 Anggota KSSPS BMT Amanah Ummah

Surabaya ... 63 Tabel 4.1 Kesejahteraan Pengusaha Kecil Sebelum dan Setelah Melakukan

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Pertumbuhan Jumlah Anggota KSPPS BMT Amanah Ummah Tahun 2016 - 2018 ... 55

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.2 Aplikasi Amanah Ummah Mobile ... 58

Gambar 3.3 Daftar Menu Aplikasi Amanah Ummah Mobile ... 59

Gambar 3.4 Alat Cetak Struk ... 62

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar BelakangMasalah

Lembaga keuangan syariah di Indonesia tersebar hampir seluruh wilayah di nusantara. Demikian pun, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang jumlahnya semakin bertambah seiring perkembangan trend masyarakat yang mulai mengarah ke lembaga keuangan syariah. Pada kondisi sekarang, keuangan mikro dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam menyelesaikan masalah-masalah pengentasan kemiskinan dengan melakukan pemberdayaan ekonomi, melalui penyaluran untuk kegiatan ekonomi produktif.1 Salah satunya dengan menyalurkan pembiayaan ke sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Namun, beberapa permasalahan terjadi disebabkan karena minimnya pengetahuan produk jasa keuangan dan juga kemampuan dalam memenuhi prosedur perbankan.

Adapun permasalahan yang muncul yaitu terbatasnya produk syariah yang ditawarkan, akses ke beberapa lembaga keuangan yang masih saja sulit, rendahnya pengetahuan atau literasi mengenai keuangan syariah, terbatasnya sumber daya manusia yang berlatar belakang ekonomi syariah. Maka dari itu diperlukan kolaborasi antar pemangku kebijakan, pemerintah, lembaga keuangan syariah, dan masyarakat demi perkembangan sektor keuangan

1 Habib Ahmed, Financing Microenterprises: An Analytical Study Of Islamic Microfinance

(14)

2

syariah. Dengan memperhatikan permasalahan tersebut di atas, visi Roadmap Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia 2017-2019 adalah untuk mewujudkan industri jasa keuangan syariah yang tumbuh dan berkelanjutan, berkeadilan, serta memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan menuju terwujudnya Indonesia sebagai pusat keuangan syariah dunia.2

Bank Indonesia membuat kebijakan program inklusi keuangan yang pada dasarnya adalah suatu bentuk pendalaman layanan keuangan (financial service deepening) yang ditujukan kepada masyarakat in the bottom of the pyramid untuk memanfaatkan produk dan jasa keuangan formal seperti sarana menyimpan uang yang aman (keeping), transfer, menabung maupun pinjaman dan asuransi. Hal ini dilakukan tidak saja menyediakan produk dengan cara yang sesuai tapi dikombinasikan dengan berbagai aspek lembaga keuangan.3

Pada tahun 2013, Indonesia merumuskan Strategi Nasional Keuangan Inklusif dengan tujuan agar mengurangi tingkat kemiskinan, pendapatan yang merata, sistem keuangan yang stabil. Menurut survei bank dunia pada tahun 2010 menunjukkan rumah tangga Indonesia yang dapat mengakses lembaga keuangan formal hanya sebesar 49%. Tahun 2011, survei Bank Indonesia menunjukkan persentase rumah tangga yang menabung sebesar 48%. Maka,

2 OJK, “Roadmap Pengembangan Keuangan Syariah di Indonesia Tahun 2017-2019”, dalam

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/publikasi/Documents/Pages/Roadmap-Pengembangan-Keuangan-Syariah-Indonesia-2017-2019/Roadmap%202017-2019 (1)pdf diakses 28 oktober 2018.

3 Keuangan Inklusif, “Program Keuangan Inklusif Bank Indonesia”, dalam

https://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/program/Contents/default.aspx diakses 28 oktober 2018.

(15)

3

sebesar 52% masyarakat tidak memiliki tabungan baik di bank maupun non bank. Dari beberapa survei membuktikan bahwa masyarakat Indonesia masih kesulitan dalam mengakses lembaga keuangan formal dan non formal. Dengan meningkatkan akses masyarakat ke perbankan diharapkan tingkat kemiskinan dapat berkurang, mendorong tercapainya pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem keuangan di Indonesia.4

Inklusi keuangan merupakan suatu program perluasan akses layanan keuangan. Program ini berupaya untuk memperluas akses layanan jasa keuangan terhadap masyarakat secara luas dan menyeluruh dengan tujuan pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Wilayah yang memiliki sistem keuangan yang inklusif telah berhasil menjangkau masyarakatnya untuk dapat mengakses ke layanan jasa keuangan seperti perbankan sehingga mereka mampu memanfaatkan produk-produk perbankan untuk mengelolah kondisi keuangannya dengan tujuan mencapai hidup yang lebih sejahtera. Sistem keuangan yang inklusif yaitu akses, penggunaan, dan kualitas dari layanan lembaga keuangan tersebut.

Kesejahteraan merupakan suatu keadaaan di mana masyarakat mendapatkan hak yang sama, diperlakukan secara adil, mendapatkan kehidupan yang layak sehingga merasa sejahtera. Sedangkan kemiskinan merupakan kondisi yang berlawanan dengan kesejahteraan, dimana seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mendapatkan haknya secara layak.

4 Muhadjir Anwar, Eko Purwanto, et all, “Keuangan Inklusif dan Literasi Keuangan (Studi Pada

(16)

4

Kemiskinan juga identik dengan kurangnya informasi, akses pendidikan, teknologi dan permodalan. Salah satu upaya menanggulangi kemiskinan adalah pemberdayaan kelompok masyarakat melalui lembaga keuangan mikro, dengan menyediakan modal bagi usaha sektor terkecil yang tidak dapat mengakses layanan perbankan karena adanya keterbatasan.5

Demi tercapainya kesejahteraan, diperlukan sistem keuangan yang stabil, sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan fungsi intermediasi khususnya dalam transaksi pembayaran dan penyaluran dana dari pihak surplus (yang memiliki kelebihan dana) kepada pihak defisit (yang kekurangan dana). Dalam sistem ini, uang dialokasikan pada proyek-proyek yang mampu bekerja secara produktif dan efisien sehingga dapat mendorong masyarakat entrepreneur yang mampu menghasilkan output, perluasan kesempatan kerja, dan pemenuhan kebutuhan dasar. Fungsi intermediasi sendiri telah dilakukan oleh lembaga keuangan bank maupun non bank.

Dalam upaya mendorong pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diperlukan dukungan yang komprehensif dari lembaga keuangan. Selama ini UMKM terkendala akses pendanaan ke lembaga keuangan formal. Untuk mengatasi masalah tersebut, lembaga keuangan mikro

5 Jaka Sriyana, “Peran BMT dalam Mengatasi Kemiskinan Di Kabupaten Bantul”, No.1, Vol. 7,

(17)

5

hadir ditengah masyarakat menawarkan solusi permodalan, pembiayaan, dan penyaluran pinjaman lainnya.

Terdapat berbagai jenis UMKM yang tersebar di seluruh wilayah Kota Surabaya. Surabaya merupakan kota dengan perkembangan UMKM yang signifikan. Perkembangan UMKM dapat dilihat dalam setahun terakhir ini. Sejak Januari sampai Desember 2017, tercatat 150 UMKM yang sudah didaftarkan sertifikasi merek di Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham). Jumlah itu ditambah dengan 67 UMKM yang didaftarkan sertifikasi halal di Lembaga Pengkajian Pangan dan Obat-obatan (LPPOM). Untuk pendaftaran sertifikasi merk, tahun ini memang dibatasi dibatasi sebanyak 150 UMKM. Sebab, tiap bulan UMKM yang mendaftar selalu melimpah, dan pihaknya masih harus melihat kekuatan APBD untuk membantunya dalam pembiayaan. Pemerintah Kota Surabaya memberikan fasilitas gratis seperti pembinaan, pemberian fasilitas perizinan kepada pelaku UMKM sebagai upaya mendongkrak perekonomian lokal dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.6

Peran inklusi keuangan syariah sendiri dapat diperankan oleh koperasi dan Baitul Maal wa Tamwil yang turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan usaha kecil. Baitul Maal wa Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dalam mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi untuk meningkatkan

6 “Ratusan Merk UMKM di Surabaya Terdaftar Tiap Tahun,” dalam

https://ekbis.sindonews.com/read/1274419/34/Ratusan-Merk-UMKM-di-Surabaya-Terdaftar-Tiap-Tahun-151618111 diakses pada 11 Oktober 2018.

(18)

6

kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.7

Fokus segmentasi Baitul Maal wa Tamwil yaitu kalangan masyarakat menengah ke bawah. Baitul Maal wa Tamwil juga membidik segmen mikro untuk memperoleh pembiayaan. Saat ini jumlah Baitul Maal wa Tamwil di seluruh Indonesia mencapai 4000. Namun, yang terdaftar sebagai anggota perhimpunan sekitar 326 yang saat ini mengelola asset masyarakat sekitar lebih dari Rp. 13 triliun dan jumlah anggota koperasi yang dilayani lebih dari tiga juta orang.8 Kehadiran Baitul Maal wa Tamwil telah membawa manfaat finansial bagi masyarakat, terutama masyarakat kecil yang belum pernah mengakses lembaga keuangan dan menolak riba, karena beriorientasi pada ekonomi kerakyatan.9 Lembaga pendanaan berada ditengah masyarakat dimana proses pembiayaannya dilakukan secara sederhana, berpihak pada masyarakat miskin, dan adil. Lembaga keuangan menganut prinsip menyalurkan dana nasabah yang berlebih atau surplus kepada masyarakat yang membutuhkan dana pembiayaan.10

Baitul Maal wa Tamwil merupakan suatu lembaga yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana atau disebut dengan BMT. Uang tersebut

7

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2015), 51.

8 Republika, “Perhimpunan BMT Indonesia Peroleh Pembiayaan LPDB” dalam

https://www.google.co.id/amp/s/m.republika.co.id/amp/owzkpf383 diakses pada 28 Oktober 2018.

9 Novita Dewi Masyithoh, Analisis Normatif Undang-undang No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga

Keuangan Mikro (LKM) Atas Status Badan Hukum dan Pengawasan Baitul Maal wa Tanwil (BMT), Edisi 2, Vol. V, (Oktober 2014), 18.

10 Jaka Sriyana, “Peran BMT dalam Mengatasi Kemiskinan Di Kabupaten Bantul”, No.1, Vol. 7,

(19)

7

dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus dan unit defisit. Peran BMT sendiri menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat non Islam. Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi Islam. Dengan melepaskan ketergantungan pada rentenir, BMT mampu melayani masyarakat dengan selalu tersedia setiap saat, birokrasi yang sederhana, dan lain sebagainya. BMT sudah mulai menunjukkan peranannya di sektor keuangan Indonesia. Kondisi ini mampu memberikan peran bagi Baitul Maal wa Tamwil di dalam perkembangan perekonomian. Namun, jumlah penduduk muslim di Indonesia yang merupakan kekuatan utama belum menjamin mereka menggunakan jasa BMT.

BMT Amanah Ummah Surabaya merupakan BMT yang berdiri sejak tahun 1995 hingga sekarang memiliki 1 kantor pusat dan 3 kantor cabang. Kantor pusatnya berada di Jalan Ahmad Yani Surabaya. Memiliki visi “Dengan ridho Allah SWT menjadi koperasi syariah terdepan dan terdekat di hati masyarakat ekonomi kecil mikro”. Dan misi memberikan pelayanan dan pendampingan kepada masyarakat usaha kecil mikro untuk meningkatkan kualitas hidup, membudayakan dan mendekatkan masyarakat pada lembaga keuangan syariah dan bermuamalah secara syariah. Sesuai dengan visi dan misi yang diangkat dapat membuat eksistensi baitul maal semakin dikenal dan digunakan secara maksimal oleh masyarakat. KSPPS BMT Amanah Ummah menjadi koperasi syariah percontohan di Jawa Timur, karena sering mengikuti lomba dan bekerja dengan beberapa instansi dinas di Jawa Timur. Pada tahun 2014 mendapat piagam penghargaan juara I provinsi Jawa Timur, pada tahun

(20)

8

2018 mendapatkan juara lomba cerdas cermat syariah antar koperasi syariah se-jatim piala bapak kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur, serta prestasi juara II lomba koperasi yang diadakan Islamic Sharia Economic Festival 2019. 11

Pada awal berdirinya KSPPS BMT Amanah Ummah, jauh sebelum program inklusi keuangan menjadi perbincangan. Pada tahun 1999, BMT menjaring masyarakat mikro yang berada di area pasar dan promosi ke dinas Koperasi Jawa Timur dengan memberikan edukasi produk keuangan syariah terkait menabung. Saat itu KSPPS BMT Amanah Ummah juga kekurangan pendanaan, karena masih sedikit minat masyarakat dalam mengakses BMT. Dalam kaitan akses masyarakat terhadap jasa dan layanan keuangan, KSPPS BMT Amanah Ummah dapat menjadi pilihan bagi kelompok masyarakat yang tidak terlayani oleh lembaga perbankan karena keterbatasannya, serta seperangkat peraturan juga persyaratan bank yang ketat, bahkan bagi sebagian masyarakat dirasakan terlalu rumit.

Upaya mendorong pemberdayaan masyarakat untuk mengakses KSPPS BMT Amanah Ummah beberapa dilakukan melalui kemudahan setor dan tarik tunai dapat melalui tim marketing yang melakukan pick up, kemudahan pembayaran PLN dan PDAM. Namun penggunaannya masih belum maksimal, karena banyak terjadi macet pembayaran pinjaman, dan kurangnya edukasi keuangan dari pihak BMT terkait produk keuangan syariah.

(21)

9

Bentuk pelatihan yang diadakan KSPPS BMT Amanah Ummah adalah forum bisnis yang diadakan setahun dua kali. Pihak BMT mengumpulkan semua anggota yang memiliki bisnis dan usaha mikro kecil menengah. Adapun materi yang dibahas mengenai fiqh mu‟amalah. pelatihan strategi memasarkan produk, membuat laporan keuangan. Namun, pihak BMT belum melakukan pembinaan terkait perkembangan usaha dikarenakan tim marketing terbatas dan kurang mumpuni jika harus mengawasi satu-satu. Untuk masyarakat kecil, pihak BMT mengadakan program sembako bersubsidi biasanya diadakan tiga bulan sekali atau empat bulan sekali. Program-program tersebut merupakan inisiatif dari tim marketing yang sudah disetujui oleh manajer.12

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota KSPPS BMT Amanah Ummah, Bapak Sholikin memiliki usaha jasa menjahit memilih KSPPS BMT Amanah Ummah karena diperkenalkan oleh tim marketing, namun sampai saat ini belum pernah mengikuti pelatihan forum bisnis, pembinaan usaha ataupun pengarahan terkait edukasi keuangan syariah.13

Mengingat peran usaha kecil tersebut sangat besar andilnya bagi negara dan masyarakat kecil dilapisan bawah, maka pembinaan dan pengembangannya sangat perlu diperhatikan. Untuk menanggapi persoalan tersebut terutama dari segi permodalan dan pemasaran, peran inklusi keuangan syariah dibutuhkan karena merupakan upaya untuk mendorong lembaga

12

Dian Aisyi, Kepala Bagian Sumber Daya Insani, Wawancara, 08 Mei 2019.

13

(22)

10

keuangan agar mudah diakses oleh lapisan masyarakat khususnya sektor usaha kecil.

Dampak program inklusi keuangan juga turut andil dalam meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil yakni pemberdayaan kelompok masyarakat melalui lembaga keuangan mikro, dengan menyediakan modal bagi usaha sektor terkecil yang tidak dapat mengakses layanan perbankan karena adanya keterbatasan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota KSPPS BMT Amanah Ummah, Ibu Zahro dulunya merupakan nasabah bank mandiri pada tahun 2015 mengenal BMT sekaligus pindah menjadi anggota BMT karena bunga yang diberikan bank mandiri terlalu tinggi. Pada tahun 2016, ia melakukan pembiayaan mudharabah mikro yang dananya digunakan untuk menambah produksi penjualan sayuran, di tahun 2018 usahanya mulai meningkat dengan menjual sembako beras, minyak, gula sehingga mencapai omzet Rp. 3.500.000 per bulan. Saat ini juga dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya.14

Dengan adanya peran KSPPS BMT Amanah Ummah, usaha kecil dapat berperan aktif dalam kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan memiliki peran sentral dalam perekonomian Indonesia. Walaupun krisis ekonomi telah memporakporandakan kehidupan bidang usaha besar dan menengah, ternyata usaha kecil tetap tegar dan berjalan marak di kawasan kehidupan ekonomi tingkat bawah. Peran pokok usaha kecil ini adalah: (1) sebagai penyerap tenaga

(23)

11

kerja, (2) sebagai penghasil barang dan jasa pada tingkat harga yang terjangkau bagi kebutuhan rakyat banyak yang berpenghasilan rendah.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana peran inklusi keuangan dalam meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “Implementasi Program Inklusi Keuangan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Pengusaha Kecil pada KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya.”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Untuk memperjelas fokus penelitian sekaligus sebagai batasan objek penelitian, maka identifikasi masalah berfokus pada hal-hal sebagai berikut: 1. Implementasi inklusi keuangan terhadap anggota KSPPS BMT Amanah

Ummah Surabaya.

2. Akses kecil terhadap KSPPS BMT Amanah Ummah karena informasi produk yang tidak dipahami masyarakat.

3. Minimnya pelatihan atau program untuk mensejahterakan pengusaha kecil anggota KSPPS BMT Amanah Ummah.

4. Dampak inklusi keuangan terhadap kesejahteraan pengusaha kecil setelah mengakses simpanan maupun pembiayaan di KSPPS BMT Amanah Ummah.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah:

(24)

12

1. Bagaimana implementasi program inklusi keuangan terhadap para pengusaha kecil anggota KSPPS BMT Amanah Ummah ?

2. Bagaimana dampak program inklusi keuangan terhadap peningkatan kesejahteraan para pengusaha kecil anggota KSPPS BMT Amanah Ummah?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan ringkasan mengenai penelitian yang sudah pernah dilakukan menyerupai masalah yang akan diteliti sehingga terlihat bahwa kajian peneliti bukan pengulangan ataupun duplikasi dari kajian penelitian yang telah ada15

Berdasarkan ringkasan penelitian yang penulis lakukan, maka terdapat beberapa penelitan terkait masalah, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan Nur Hidayah dengan Judul “Implementasi Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) Bagi Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya” mengetahui bagaimana implementasi Financial Inclusion (keuangan inklusif) bagi masyarakat Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, interview dengan praktisi BMT Amanah Ummah, dan dokumentasi. Untuk teknik pengolahan data menggunakan editing, organizing, penemuan hasil. Selanjutnya, teknik analisis data menggunakan deskriptif analitis.

2. Hermuda Manustama Sarjana Budi Santoso (2017) dengan judul

15 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis

(25)

13

“Efektivitas Keuangan Inklusif Terhadap Perkembangan UMKM di Surabaya: Pendekatan Fenomenologi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perkembangan UMKM yang ada di Surabaya setelah adanya program keuangan Inklusif yang sedang digencarkan oleh pemerintah saat ini atau dapat dikatakan mengukur efektivitas program keuangan inklusif. Data dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara terhadap beberapa UMKM diberbagai bidang yang ada di Surabaya serta melakukan pengamatan disetiap objek yang sedang diteliti. Pertanyaan yang digunakan untuk wawancara bersifat semi struktur sehingga peneliti harus terlebih dahulu mempersiapkan pertanyaan yang akan di ajukan. 3. Muhadjir Anwar,Eko Purwanto, R.A Suwaidi, dan Mas Anienda (2017)

dengan judul “Keuangan Inklusif dan Literasi Keuangan (Studi pada Sentra Industri Kecil di Jawa Timur). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat inklusi keuangan suatu wilayah, antara lain: indikator penetrasi perbankan, indikator aksesibilitas jasa keuangan (perbankan), dan indikator usage (penggunaan) rekening di masyarakat.

4. .Laila Nurjannah, “Peran Inklusi Keuangan Terhadap Perkembangan UMKM di Yogyakarta (Studi pada Anggota PLUT-KUMKM DIY).” Penelitian ini menjelaskan aksesbilitas berpengaruh positif terhadap perkembangan modal UMKM di Yogyakarta, selanjutnya peran pendampingan sangatlah penting bagi UMKM karena akan mempermudah dalam mengembangkan modal yang dimiliki oleh UMKM di Yogyakarta.

(26)

14

5. Ika Munjati, “Analisis Peran Baitul Maal Wat Tamwil Terhadap Kesejahteraan Pedagang Kecil, di Pasar Tradisional Yogyakarta (Studi Kasus: KSU Syariah BMT Bina Ummah Yogyakarta).” Penelitian ini menggunakan metode kombinasi (mixed methods) dengan model penelitian sequential exploratory. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui: (1) mengetahui praktek keuangan mikro yang dilakukan BMT Bina Ummah Yogyakarta, (2) mengetahui program pembinaan nasabah yang dilakukan BMT Bina Ummah Yogyakarta, (3) menganalisis peran lembaga keuangan BMT Bina Ummah Yogyakarta terhadap kesejahteraan pedagang kecil di pasar.

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Nur Hidayah Implementasi Financial Inclusion (Keuangan Inklusif) Bagi Masyarakat Kelurahan Karah Kecamatan Jambangan Kota Surabaya Tempat penelitian di KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya Meneliti dampak inklusi keuangan dalam meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil 2 Hermuda Manustama Sarjana Budi Santoso Efektivitas Keuangan Inklusif Terhadap Perkembangan UMKM di Surabaya: Pendekatan Fenomologi Grand Teori membahas tentang inklusi keuangan Peneliti terdahulu meneliti dari segi perbankan sedangkan

penelitian ini dari segi Baitul Maal Wa Tamwil

(27)

15

3 Muhadjir Anwar, et all

Keuangan Inklusif dan Literasi Keuangan (Studi pada Sentra Industri Kecil di Jawa Timur)

menggunakan indikator akses jasa keuangan dan usage penggunaan produk keuangan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat inklusi keuangan suatu wilayah dan berfokus di sektor perbankan 4 Laila Nurjannah Peran Inklusi Keuangan Terhadap Perkembangan UMKM di Yogyakarta (Studi pada Anggota PLUT-KUMKM DIY) Menggunakan satu model bernama inklusi keuangan yang dapat mendorong sistem keuangan agar dapat diakses seluruh lapisan masyarakat Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan uji instrument, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis dengan program SPSS

5 Ika Munjati

Analisis Peran Baitul Maal Wa Tamwil Terhadap Kesejahteraan Pedangan Kecil, di Pasar Tradisional Yogyakarta (Studi Kasus: KSU Syariah BMT Bina Ummah Yogyakarta) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktek keuangan mikro, mengetahui program pembinaan nasabah, menganalisis peran lembaga keuangan terhadap kesejahteraan pedagang kecil di pasar menggunakan metode mix method

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian memiliki rancangan atau pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran Inklusi Keuangan dalam meningkatkan kesejahteraan para pengusaha usaha kecil anggota KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya.

(28)

16

kesejahteraan para pengusaha usaha kecil anggota KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan gagasan bagi perkembangan keilmuan tentang bagaimana peran inklusi keuangan khususnya Baitul Maal Wa Tanwil dalam meningkatkan kesejahteraan usaha kecil. Sehingga dapat dijadikan referensi mendasar bagi penelitian selanjutnya yang meneliti terkait inklusi keuangan dan kesejahteraan bagi usaha kecil.

2. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penyusun, umumnya bagi instansi dan lembaga-lembaganya yang berkecimpung di dunia lembaga keuangan mikro terkait peran inklusi keuangan dalam meningkatkan kesejahteraan usaha kecil nasabah pembiayaan KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan informasi mengenai bagaimana cara mengukur variabel yang terdapat pada judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Inklusi Keuangan

Pada tahun 2013, Bank Indonesia membuat kebijakan program inklusi keuangan yang pada dasarnya adalah suatu bentuk pendalaman

(29)

17

layanan keuangan (financial service deepening) yang ditujukan kepada masyarakat in the bottom of the pyramid untuk memanfaatkan produk dan jasa keuangan formal seperti sarana menyimpan uang yang aman (keeping), transfer, menabung maupun pinjaman dan asuransi.16 Sesuai dengan masalah yang diangkat oleh peneliti berarti disini pihak KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya sebagai lembaga keuangan mikro berperan dalam memudahkan akses masyarakat dalam menggunakan layanan keuangan.

2. Kesejahteraan Usaha Kecil

Kesejahteraan merupakan suatu kondisi ketika seluruh kebutuhan manusia terpenuhi dari segi pendapatan, pendidikan, pemukiman, dan kesehatan. Sesuai dengan masalah yang diangkat, KSPPS BMT Amanah Ummah berperan dalam meningkatkan kesejahteraan usaha kecil.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran inklusi keuangan dalam meningkatkan kesejahteraan usaha kecil di KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya. Metode penelitian adalah suatu teknik, cara dan alat yang digunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu dengan menggunakan metode ilmiah, yaitu :

1. Data yang dikumpulkan

a. Data mengenai program inklusi keuangan dan dampaknya dalam meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil. Hal lain yang

16 Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah, (Jakarta: Rajawali

(30)

18

mendukung terkait akses, layanan, produk keuangan di KSPPS BMT Amanah Ummah.

b. Data yang dikumpulkan adalah teori inklusi keuangan, pengusaha kecil, klasifikasi usaha dan indikator kesejahteraan yang berasal dari buku, jurnal, artikel, dan skripsi terdahulu serta dikaitkan dengan 30 anggota KSPPS BMT Amanah Ummah.

2. Sumber data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data utama yang digunakan dalam penelitian.17 Sumber yang memberikan data yang berkaitan langsung dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah Kepala Bagian Sumber Daya Insani KSPPS BMT Amanah Ummah, Teller, dan Customer Service KSPPS BMT Amanah Ummah, nasabah yang memiliki usaha dan melakukan pembiayaan, program KSPPS BMT Amanah Ummah dalam mensejahterakan UMKM.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini digunakan untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang dikumpulkan dari data primer.18 Data sekuneder diperoleh dari literature-literature kepustakaan seperti buku, artikel, surat kabar, serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi ini.

17 John W. Cresswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), 267.

(31)

19

3. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur adalah model pilihan jika pewawancara mengetahui apa yang tidak diketahuinya dan oleh karenanya dapat membuat kerangka pertanyaan yang tepat untuk memperolehnya.19 Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan Kepala Bagian Sumber Daya Insani, customer service, teller, dan 30 anggota KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya. Jadwal menyesuaikan dengan pihak yang bersangkutan.

b. Purposeful sampling digunakan untuk menentukan informan-informan yang memang mewakili sejumlah informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.20 Metode sampling ini ditujukan kepada 30 anggota KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya sebagai perwakilan informasi dari 4936 anggota baik yang melakukan simpanan maupun pembiayaan serta terkait program inklusi keuangan dan kesejahteraan pengusaha kecil.

c. Kepustakaan

Kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang bersumber dari buku, jurnal, skripsi terdahulu.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan rekaman rangkaian kegiatan dapat berupa foto, suara. Adapun dokumen publik seperti makalah, atau

19 Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Ar-Ruzz Media: Yogyakarta, 2014), 122. 20 Ibid, 86.

(32)

20

koran dan dokumen privat seperti diary, buku harian, dan surat.21 4. Teknik Pengolahan Data

Data yang didapat dan dikumpulkan dari KSPPS BMT Amanah Ummah dikelola menggunakan teknik sebagai berikut :

a. Editing yaitu proses meneliti hasil survei apakah ada respons yang tidak lengkap, tidak komplet atau membingungkan. Pemeriksaan kembali pada jawaban yang telah ada dan berhubungan dengan penelitian yakni tentang implementasi program inklusi keuangan dan dampak program inklusi keuangan terhadap peningkatan kesejahteraan usaha kecil.

b. Organizing, penyusunan kembali data tentang peran inklusi keuangan yaitu KSPPS BMT Amanah Ummah yang telah di dapat setelah melakukan penelitian dan diperlukan untuk menyusun kerangka penjelasan disertai rumusan masalah.

c. Analizing yaitu proses menganalisis data yang telah diperoleh dari proses organizing yang disesuaikan dengan teori inklusi keuangan dan fakta di lapangan sehingga menemukan jawaban mengenai peran inklusi keuangan yang dituangkan ke dalam rumusan masalah.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum

21 Ibid, 213.

(33)

21

terjun ke lapangan, sampai penulisan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.22 Data dari fenomena di lapangan yang menunjukkan implementasi program inklusi keuangan di KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya kemudian data tersebut diolah dan di analisa sesuai dengan teori yang ada dan disimpulkan untuk melihat bagaimana dampak program inklusi keuangan dalam meningkatkan kesejahteraan usaha kecil, sehingga masalah yang diangkat oleh peneliti dapat menjadi solusi secara umum.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan:

Bab I, pendahuluan. Pembahasan didalam bab ini memuat latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II, landasan teori. Bab ini membahas teori-teori yang digunakan berkaitan dengan penelitian meliputi teori inklusi keuangan, pengusaha kecil, klasifikasi usaha dan kesejahteraan usaha kecil.

Bab III, data penelitian. Bab ini memuat gambaran umum KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya, produk-produk KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya dan implementasi program inklusi keuangan pada KSPPS BMT

22 Ibid, 221.

(34)

22

Amanah Ummah Surabaya.

Bab IV, analisis data. Bab ini memuat hasil analisis data sebagai jawaban dari rumusan masalah yaitu analisis program inklusi keuangan pada KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya dan dampak inklusi keuangan terhadap peningkatan kesejahteraan pengusaha kecil anggota KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya.

Bab V, penutup. Pada bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari penelitian serta saran untuk lembaga KSPPS BMT Amanah Ummah Surabaya.

(35)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Inklusi Keuangan

1. Pengertian Inklusi Keuangan

Financial Inclusion adalah segala upaya yang dilakukan untuk menghilangkan segala bentuk hambatan yang dihadapi masyarakat dalam menggunakan jasa-jasa keuangan.23 Inklusi keuangan memungkinkan orang menabung untuk kebutuhan keluarga, meminjam untuk mendukung bisnis, atau membangun bantalan terhadap keadaan darurat. Memiliki akses ke layanan keuangan merupakan langkah penting untuk mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan, dan data baru tentang kepemilikan telepon seluler dan akses internet menunjukkan kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menggunakan teknologi guna mencapai inklusi keuangan universal.24

Isu inklusi keuangan telah ada sejak sebelum terjadinya krisis finansial Amerika di tahun 2008, dan menjadi gencar sesudah terjadinya krisis tersebut. Program ini pada dasarnya ditujukan untuk melayani masyarakat yang berada pada piramida terbawah susunan penduduk dengan pendapatan terendah, tinggal di daerah terpencil,

23 Muhadjir Anwar, Keuangan Inklusif dan Literasi Keuangan (Studi Pada Sentra Industri Kecil di

Jawa Timur), Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, vol. 17, no 2 (Juli-Desember 2017), 275.

24 Worldbank, “Financial Inclusion” dalam

https://www.worldbank.org/in/news/press-release/2018/04/19/financial-inclusion-on-the-rise-but-gaps-remain-global-findex-database-shows diakses pada 10 Februari 2019.

(36)

24

orang berkebutuhan khusus, tenaga kerja yang tidak memiliki dokumen resmi, dan penduduk pedesaan (Bank Indonesia, 2015). Pada tahun 2010, G20 Summit mengukuhkan dukungan kepada program inklusi keuangan sebagai salah satu sarana untuk mengurangi kemiskinan dunia. Association of South East Asian Nation (ASEAN) juga telah mengintegrasikan program ini pada 2015 Economic Community Blueprint. Millenium Development Goals (MDG) dan pada tahun 2015, upaya mengurangi kemiskinan ini kembali ditegaskan sebagai tujuan pertama dari Sustainable Development Goals atau yang disingkat dengan SDGs (United Nations, 2015).25

Keuangan inklusif merupakan konsep yang multi disiplin dan terdiri atas beberapa komponen, yang semuanya relevan dengan agenda pembangunan di sebuah negara. Bank Indonesia (2014) memandang bahwa untuk mengetahui sejauh mana perkembangan proses keuangan inklusif diperlukan suatu ukuran kinerja. Alliance for Financial Inclusion (2010) secara umum mendefinisikan kompleksitas keuangan inklusif ke dalam 4 (empat) komponen, sebagai berikut: a. Access

Komponen ini terutama menekankan pada kemampuan untuk menggunakan layanan jasa keuangan dan produk-produk yang disediakan oleh lembaga keuangan formal. Untuk memahami tingkatan akses atas jasa keuangan dibutuhkan analisa dan

25 Irfan Syauqi Beik dan Laili Dwi Arsyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah (Jakarta: Rajawali

(37)

25

pengetahuan mengenai potensi hambatan-hambatan yang terjadi ketika membuka dan menggunakan rekening bank untuk segala urusan, serta biaya dan lokasi pelayanan bank.

b. Quality

Sebagai ukuran atas kesesuaian jasa atau produk keuangan terhadap kebutuhan konsumen, komponen kualitas mencakup pengalaman konsumen yang ditunjukkan dalam opini dan sikap tentang produk-produk jasa keuangan yang tersedia bagi mereka. Kualitas akan menjadi alat ukur hubungan antara penyedia jasa keuangan dan konsumen, serta pilihan-pilihan produk keuangan yang tersedia dan tingkat pemahaman konsumen atas implikasi dari produk keuangan pilihannya.

c. Usage

Tidak hanya menekankan pada penggunaan layanan perbankan, komponen usage lebih memfokuskan pada aspek performance and depth dari layanan dan produk sektor keuangan di sebuah negara. Dengan kata lain, komponen usage menjelaskan secara detail mengenai frekuensi dan durasi penggunaan layanan dari sebuah produk jasa keuangan. Selain itu, komponen usage juga mengukur kombinasi produk-produk keuangan yang digunakan oleh rumah tangga atau individu.

(38)

26

d. Welfare

Salah satu komponen tersulit adalah mengukur dampak dari suatu produk atau layanan jasa keuangan terhadap konsumen, seperti perubahan pada pola konsumsi, aktivitas usaha dan investasi, serta kesejahteraan.26

Inklusi keuangan terdiri dari dua kata utama, yaitu inklusi dan keuangan. Inklusi, secara harfiah diartikan sebagai memasukkan. Sementara itu, keuangan secara harfiah diartikan sebagai hal-hal yang terkait dengan uang. Hal ini juga terkait dengan cara melibatkan banyak konsumen yang sebelumnya tidak dilirik oleh lembaga keuangan, sehingga kemudian mempunyai lebih banyak akses ke lembaga keuangan formal dibandingkan ke lembaga informal dengan skema regulasi yang memadai. (Bank Indonesia, 2015). Dalam perspektif syariah, inklusi keuangan syariah dapat didefinisikan sebagai upaya meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah sehingga masyarakat mampu mengelola dan mendistribusikan sumber keuangan sesuai prinsip syariah. Inklusi keuangan syariah merupakan sarana untuk mendorong keterlibatan yang lebih tinggi dari masyarakat terhadap praktik keuangan syariah.

2. Visi dan Tujuan Inklusi Keuangan

Visi nasional keuangan dirumuskan sebagai berikut:

26 Ibid, 230.

(39)

27

Mewujudkan sistem keuangan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, penanggulangan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan terciptanya stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Visi keuangan inklusif tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan sebagai berikut:

Tujuan 1: menjadikan strategi keuangan inklusif sebagai bagian dari strategi besar pembangunan ekonomi, penanggulangan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem keuangan. Keuangan inklusif adalah strategi untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang lebih luas, yaitu penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta bagian dari strategi untuk mencapai stabilitas sistem keuangan. Kelompok miskin dan marjinal merupakan kelompokk yang memiliki keterbatasan akses ke layanan keuangan.27 Tujuan keuangan inklusif adalah memberikan akses ke jasa keuangan yang lebih luas bagi setiap penduduk, namun terdapat kebutuhan untuk memberikan akses ke jasa keuangan yang lebih luas bagi setiap penduduk, namun terdapat kebutuhan untuk memberikan fokus lebih besar kepada penduduk miskin.

Tujuan 2: Menyediakan jasa dan produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Konsep keuangan inklusif harus dapat

27 Bank Indonesia, Booklet Keuangan Inklusif (Jakarta: Departemen Pengembangan Akses dan

(40)

28

memenuhi semua kebutuhan yang berbeda dari segmen penduduk yang berbeda melalui serangkaian layanan holistik yang menyeluruh.

Tujuan 3: Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai layanan keuangan. Hambatan utama dalam keuangan inklusif adalah tingkat pengetahuan keuangan yang rendah. Pengetahuan ini penting agar masyarakat merasa lebih aman berinteraksi dengan lembaga keuangan.

Tujuan 4: meningkatkan akses masyarakat ke layanan keuangan. Hambatan bagi orang miskin untuk mengakses layanan keuangan umumnya berupa masalah geografis dan kendala administrasi. Menyelesaikan permasalahan tersebut akan menjadi terobosan mendasar dalam menyederhanakan akses ke jasa keuangan.28

Tujuan 5: memperkuat sinergi antara bank, lembaga keuangan mikro, dan lembaga keuangan non bank. Pemerintah harus menjamin tidak hanya pemberdayaan kantor cabang, tetapi juga peraturan yang memungkinkan perluasan layanan keuangan formal. Oleh karena itu, sinergi antara bank, lembaga keuangan mikro (LKM), dan lembaga keuangan bukan bank menjadi penting khususnya dalam mendukung pencapaian stabilitas sistem keuangan.

Tujuan 6: mengoptimalkan peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk memperluas cakupan layanan keuangan. Teknologi dapat mengurangi biaya transaksi dan memperluas sistem

28 Ibid, 7.

(41)

29

keuangan formal melampaui sekedar layanan tabungan dan kredit. Namun, pedoman dan peraturan yang jelas perlu ditetapkan untuk menyeimbangkan perluasan jangkauan dan resikonya.29

Jika program inklusi keuangan berjalan baik, maka inklusi keuangan akan mampu memberikan efek positif. Efek positif inklusi keuangan diantaranya adalah setiap lapisan masyarakat hingga lapisan masyarakat terbawah akan mampu untuk:

a. Memiliki tabungan yang tercatat di lembaga keuangan formal b. Mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan formal

c. Berinteraksi dengan dan memanfaatkan produk-produk yang ditawarkan lembaga keuangan formal

d. Berbagi dan berkontribusi dari dan untuk masyarakat e. Meningkatkan kemampuan softskill dan hardskill

Selain itu, jika lembaga keuangan mikro tidak teregulasi dengan baik dan rapi, maka inklusi keuangan ini akan berdampak juga pada pelemahan regulasi ekonomi secara keseluruhan karena lembaga ini merupakan bagian dari system ekonomi nasional. Sebagaimana demografi Indonesia yang digerakkan oleh ekonomi mikro, maka penguatan regulasi terhadap lembaga keuangan mikro perlu dilakukan. Sehingga, ada tiga sisi yang perlu dilakukan terkait inklusi keuangan. a. Sisi nasabah. Nasabah perlu diedukasi dengan baik untuk

meningkatkan kemampuannya dalam mengelola keuangan. Selain

29 Ibid, 7-8.

(42)

30

kemudahan akses, soft skill dalam mengelola keuangan juga perlu dikembangkan agar tidak terjebak dalam jeratan utang.

b. Sisi lembaga keuangan. Lembaga keuangan sangat berperan dalam membuka akses kepada masyarakat sekaligus edukasi fasilitas keuangan seperti automatic teller machine (ATM), debit card, deposit machine, mobile account, internet banking, mobile banking.

c. Sisi regulator. Pembuat regulasi perlu menerbitkan regulasi yang mendukung program inklusi keuangan terutama terkait dengan pembiayaan mikro yang berisiko.30

Inklusi keuangan dianggap sebagai alat kunci untuk pengentasan kemiskinan. Inklusi keuangan yang pada umumnya difokuskan pada kalangan menengah ke atas sebetulnya bisa diterapkan kepada masyarakat berpenghasilan rendah. Menurut problem keuangan syariah menjadikan distribusi dan jangkauan hal yang menantang dan berbiaya mahal di negara besar seperti Indonesia. Bank-bank syariah dengan kapasitas mereka yang terbatas dalam hal modal, sistem, produk dan sumber daya manusia cenderung untuk beroperasi di kota-kota besar dan kota-kota-kota-kota tempat terdapatnya bisnis yang lebih baik bagi mereka. Situasi ini merupakan rintangan dalam pertumbuhan bank syariah dan juga dalam kebijakan pemerintah di bidang keuangan inklusif. Jangkauan ke daerah-daerah yang saat ini terlayani

30 Irfan Syauqi Beik dan Laili Dwi Arsyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah (Jakarta: Rajawali

(43)

31

oleh bank-bank syariah dapat secara signifikan ditingkatkan dengan menggunakan model distribusi alternative.

Dua model yang menjadi semakin popular di beberapa belahan dunia, salah satunya yaitu branchless banking – model baru yang melibatkan bisnis lokal dan terkadang jaringan operator telekomunikasi nasional, yang menggunakan kombinasi agen lokal dan teknologi telepon seluler untuk menawarkan layanan dasar dengan persyaratan yang ringan dalam aspek pengenalan nasabah. Layanan jenis baru ini akan membantu memperluas jangkauan dan meningkatkan keuangan inklusif dengan mengurangi hambatan termasuk biaya, waktu perjalanan, dan persyaratan dokumentasi.31

3. Strategi Nasional Inklusi Keuangan

Keuangan inklusif ini merupakan strategi pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan serta stabilitas sistem keuangan. Strategi yang berpusat pada masyarakat ini perlu menyasar kelompok yang mengalami hambatan untuk mengakses layanan keuangan. Strategi keuangan inklusif secara eksplisit menyasar kelompok dengan kebutuhan terbesar atau belum dipenuhi atas layanan keuangan yaitu tiga kategori penduduk (orang miskin berpendapatan rendah, orang miskin bekerja atau miskin produktif, dan orang hampir miskin) dan

31 Syah Amelia Manggala Putri, Optimalisasi Laku Pandai Berbasis Masjid Guna Literasi dan

Inklusi Keuangan Syariah Berkelanjutan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.3 No. 2, (Juli-Desember 2017), 116.

(44)

32

tiga lintas kategori (pekerja migran, perempuan, dan penduduk daerah tertinggal).32

Inklusi keuangan meningkat secara global, dipercepat oleh telepon seluler dan internet, tetapi keuntungannya tidak merata di seluruh negara. Laporan Bank Dunia yang baru tentang penggunaan jasa keuangan juga menemukan bahwa laki-laki tetap lebih mungkin daripada wanita untuk memiliki akun. Secara global, 69 persen orang dewasa – 3,8 miliar orang –kini memiliki akun di bank, langkah penting untuk keluar dari kemiskinan. Menurut Data Global Findex, dari tahun 2014 hingga 2017, 515 juta orang dewasa memperoleh akun, dan 1,2 miliar telah melakukannya sejak 2011. Sementara di beberapa negara, kepemilikan akun melonjak, kemajuan telah lebih lambat di tempat lain, sering ditahan oleh perbedaan besar antara pria dan wanita di negara berkembang tetap tidak berubah sejak 2011, pada 9 poin persentase. Global Findex, kumpulan data luas tentang bagaimana orang di 144 negara menggunakan jasa keuangan. Global Findex menunjukkan kemajuan besar untuk akses keuangan dan juga peluang besar bagi pembuat kebijakan dan sektor swasta untuk meningkatkan penggunaan dan untuk memperluas inklusi di kalangan wanita, petani, dan orang miskin.33

32 Bank Indonesia, Booklet Keuangan Inklusif (Jakarta: Departemen Pengembangan Akses dan

UMKM, 2014), 9-10.

33Worldbank, “Financial Inclusion” dalam

www.worldbank.org/in/news/press-release/2018/04/19/financial-inclusion-on-the-rise-but-gaps-remain-global diakses pada 10 Februari 2019

(45)

33

B. Pengusaha Kecil

Pengusaha kecil adalah seseorang yang memiliki usaha berketahanan kuat terhadap saingan, produknya unik, tersebar di berbagai kawasan, sehingga menyerap tenaga kerja dalam skala pasar yang terbatas. Batasan sebutan usaha kecil berubah dari waktu ke waktu, adapun dasar untuk dapat disebut usaha kecil saat ini adalah:

1. Usaha perdagangan atau jasa, bila modal maksimumnya 80 juta rupiah.

2. Usaha produksi, industry,dan jasa konstruksi, bila modal maksimumnya 200 juta rupiah.

Selain itu masih terdapat ciri-ciri lain, sehingga usaha itu dapat dikelompokkan sebagai usaha kecil. Keenam ciri itu adalah:

1. Usaha dimiliki secara bebas, terkadang tidak berbadan hukum. 2. Operasinya tidak memperlihatkan keunggulan yang mencolok. 3. Usaha ini dimiliki dan dikelola oleh 1 orang.

4. Usaha tidak memiliki karyawan.

5. Modal yang digunakan diperoleh dari tabungan pribadi.

6. Wilayah pemasaran bersifat lokal, sehingga tidak jauh dari pusat usahanya.

Berdasarkan nilai modalnya, UKM dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: (a) UKM mikro bermodal kurang dari 50 juta, (b) UKM kecil modalnya antara 50 juta hingga 500 juta, dan (c) UKM menengah bermodal lebih dari 500 juta hingga 5 miliar rupiah. Contoh usaha kecil perseorangan yang tidak berbadanhukum dan tanpa karyawan adalah usaha produsen

(46)

34

tempe (kedelai). Pengusahanya membeli kedelai sendiri, membuat tempe sendiri, dan setiap pagi menjualnya ke pasar yang berlokasi tidak jauh dari tempat produksinya.34

C. Klasifikasi Usaha

Di kalangan usahawan,telah dikenal 3 jenis usaha, yaitu jenis usaha perdagangan dan distribusi, produksi atau industri, dan jasa komersial. 1. Perdagangan dan distribusi

Jenis usaha ini kegiatannya memindahkan barang dari produsen ke konsumen atau dari tempat yang berkelebihan barang ke tempat lain yang kekurangan atau membutuhkan. Bentuk usaha yang termasuk kelompok ini adalah toko, warung atau rumah makan, pedagang perantara, peragenan, dan penyalur.

2. Produksi atau industri

Usaha jenis ini adalah mengubah bahan menjadi barang atau mengubah barang menjadi barang lain yang bernilai tambah. Contoh, bentuk usaha yang termasuk jenis ini adalah industri pangan, alat rumah tangga, kerajinan, bahan bangunan, termasuk pula perikanan, pertanian, dan perkebunan.

3. Jasa komersial

Jenis usaha jasa komersial merupakan usaha dengan kegiatan pelayanan dan menjual jasa. Contohnya adalah biro perjalanan, pariwisata, salon, dan juga bengkel.35

(47)

35

Pedagang eceran adalah sangat penting dalam proses penyaluran barang dan jasa. Tanpa usaha perdagangan besar dan eceran, sulit produsen menyalurkan barangnya, walaupun beberapa produsen dapat langsung menyalurkan barang kepada konsumen atau ke pengecer, tapi kegiatan tersebut tidak dapat diandalkan dan tidak efisien. Apa yang diartikan dengan perdagangan eceran atau retailing adalah; Retailing may be defined as the activities incident to selling goods and services to ultimate consumers. Retailing is the final link in the chain of distribution of most products from initial producers to ultimate consumers. Artinya: Perdagangan eceran bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen sampai kepada konsumen. Pedagang eceran dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Perdagangan eceran besar.

b. Perdagangan eceran kecil terdiri dari; 1) Eceran kecil berpangkalan. 2) Eceran kecil tidak berpangkalan.

Ukuran yang dipakai untuk klasifikasi ini ialah ownership kepemilikan dan jumlah pegawai. Perdagangan eceran kecil biasanya mempunyai 2 atau 3 pegawai. Pegawai itu kadang-kadang adalah anggota keluarga sendiri, ataupun orang lain yang digaji. Yang 35 Ibid, 278-279.

(48)

36

mengendalikan keuangan, pembelian barang biasanya di pegang langsung oleh pemilik atau keluarga lain yang digaji. Perdagangan eceran kecil berpangkalan, ialah yang mempunyai tempat yang tetap, seperti toko kecil, kios, dan warung. Sedang yang tidak berpangkalan adalah pedagang eceran yang tidak memiliki tempat usaha. Kelompok ini dapat dibagi atas yang memakai alat seperti tukang bakso, tukang sepatu, tukang rujak, dan sebagainya.36

D. Kesejahteraan Usaha Kecil 1. Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan menurut kamus bahasa Indonesia berasal dari kata sejahtera yang mempunyai makna aman, sentosa, makmur, dan selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya).37 Kata sejahtera mengandung pengertian dari bahasa sansekerta “catera” yang berarti payung. Dalam konteks kesejahteraan, “catera” adalah orang yang sejahtera, yakni orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman dan tentram, baik lahir maupun batin.38

Kesejahteraan material dan spiritual merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembangunan. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan haruslah dicapai tidak saja dalam

36

Bambang Murdaka Eka jati dan Tri Kuntoro Priyambodo, Kewirausahaan-Technopreneurship untuk Mahasiswa Ilmu-Ilmu Eksakta (Yogyakarta: Andi Offset, 2015), 76-78.

37 W. J. S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 887. 38 Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Bandung: Refika Aditama, 2012), 8.

(49)

37

aspek material, tetapi juga dalam aspek spiritual. Ketika sebuah proses pembangunan hanya diarahkan untuk mencapai keberhasilan material maka bisa dipastikan kesejahteraan masyarakat yang diinginkan tidak akan bisa tercapai. Kesejahteraan menurut Tjadiaman dan Popon dikemukakan sebagai berikut kesejahteraan berasal dan kata sejahtera yaitu suatu keadaan yang menunjukkan rasa aman dan makmur lahir dan batin dalam kehidupan. Selanjutnya Sri hartati menyatakan bahwa rasa sejahtera orang lain, dapat berbeda dan tiap individu atau kelompok sesuai dengan nilai atau norma tujuan hidup yang berlaku dalam lingkungan. Menurut Soetjipto, kesejahteraan adalah terciptanya suatu keadaan yang harmonis dan terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial.39

Ayat yang menjadi rujukan bagi kesejahteraan terdapat dalam Al-Qur‟an surat An-nisaa‟ ayat 9:

َنيِذَّل ٌا َشْخَيْل َو ْنِما ْىُكَزَتْىَل َخ ِفْل ََّ ٌاٌلل ْاىُقًّتَيْلَف ْمِهْيَلَع ْاىُف اَخ اًفَعِض ًةَّيِّرُذ ْمِه ِ َد ًً ْىَو ْاىُل ىُقَيْلَو ْ اً ي “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.40

39

Zudan Rosyidi, M.A, Sumber Daya dan Kesejahteraan Masyarakat (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 6-7.

40 Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: PT Semesta

(50)

38

Berpijak pada ayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kekhawatiran terhadap generasi yang lemah adalah representasi dari kemiskinan, yang merupakan lawan dari kesejahteraan, ayat tersebut menganjurkan kepada manusia untuk menghindari kemiskinan dengan bekerja keras sebagai wujud ikhtiyar dan bertawakal kepada Allah.

2. Indikator Kesejahteraan

Menurut Sadono Sukirno, kesejahteraan ialah aspek yang tidak hanya mementingkan tentang pola konsumsi tetapi pengembangan potensi atau kemampuan setiap manusia menjadi penting sebagai modal dalam mencapai kesejahteraan hidup. Oleh karena itu Sadono Sukirno membedakan kesejahteraan dalam tiga kelompok yaitu: a. Kelompok yang berusaha membandingkan tingkat kesejahteraan di

dua negara dengan memperbaiki cara perhitungan pendapatan nasional yang di pelopori Collin Clark, Gilbert, dan Kravis.

b. Kelompok yang berusaha menyusun penyesuaian pendapatan masyarakat yang dibandingkan dengan mempertimbangkan perbedaan tingkat harga negara.

c. Kelompok yang berusaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan setiap negara berdasarkan data yang tidak bersifat moneter.

Tingkat kesejahteraan manusia dapat diukur dengan perhitungan fisik, dan non fisik seperti tingkat konsumsi perkapita, angka kriminalitas, angkatan kerja, tingkat ekonomi, dan akses di media

(51)

39

masa. Selain itu, kesejahteraan masyarakat juga dapat diukur menggunakan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang terdiri dari tiga gabungan dimensi yaitu dimensi umur, manusia terdidik dan standard hidup yang layak. Adapun menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut terpenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dan untuk mengukur tingkat kesejahteraan manusia, Badan Pusat Statistik memiliki beberapa indikator yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut:

a. Pendapatan

Pendapatan atau penghasilan adalah indikator yang dapat menggambarkan kesejahteraan masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan pendapatan adalah penerimaan total kas yang diperoleh seseorang atau rumah tangga selama periode waktu tertentu (satu tahun).

b. Perumahan dan pemukiman

Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer, kebutuhan yang paling mendasar yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sekaligus merupakan faktor penentu indikator kesejahteraan rakyat. Rumah selain sebagai tempat tinggal, juga dapat menunjukkan status sosial seseorang, yang berhubungan positif dengan kualitas atau kondisi rumah. Selain itu, rumah juga merupakan sarana pengamanan dan pemberian ketentraman hidup

(52)

40

bagi manusia dan menyatu dengan lingkungannya. Kualitas lingkungan rumah tinggal memengaruhi status kesehatan penghuninya.41

c. Pendidikan

Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan. Pemerataan, akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya.42

d. Kesehatan

Tingkat kualitas kesehatan merupakan indikator penting untuk menggambarkan mutu pembangunan manusia suatu wilayah. Semakin sehat kondisi suatu masyarakat, maka akan semakin mendukung proses dan dinamika pembangunan ekonomi suatu negara atau wilayah semakin baik. Pada akhirnya hasil dari kegiatan perekonomian adalah produktivitas penduduk suatu wilayah dapat diwujudkan. Berkaitan dengan pembangunan kesehatan, pemerintah sudah melakukan berbagai program kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya memberikan kemudahan akses pelayanan publik, seperti puskesmas yang sasaran utamanya menurunkan tingkat angka

41 Ali Said et.all, Indikator Kesejahteraan Rakyat (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2016), 135. 42 Ibid, 108.

(53)

41

kesakitan masyarakat, menurunkan prevelensi gizi buruk dan gizi kurang, serta meningkatkan angka harapan hidup.43

Berdasarkan indikator-indikator kesejahteraan diatas maka proses pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan yang mendukung pembangunan manusia lebih berkualitas. Usaha Kecil dan Menengah selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik disektor tradisional maupun modern, serta mampu menyerap tenaga kerja. Peran Usaha Kecil dan Menengah untuk mensejahterakan masyarakat dapat dilihat dari: kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja yang terbesar, pemain penting dalam pengembangan usaha lokal dan pemberdayaan masyarakat dan sumber inovasi. Kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah dari industri keluarga atau rumahan, dengan demikian konsumennya pun berasal dari kalangan menengah kebawah.

Ada faktor permasalahan yang dihadapi pelaku usaha yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang meliputi permasalahan kualitas sumber daya manusia yang masih rendah, baik dari aspek pengetahuan yang memiliki inovasi kerja yang baru, keterampilan yang kreatif, pengalaman kerja, etika dalam

(54)

42

bekerja maupun jiwa kewirausahaan yang kurang matang. Selain masalah sumber daya manusia faktor internal lain yang dihadapi adalah ketertinggalan dalam pengusaan teknologi, keterbatasan informasi pasar sehingga berdampak pada produktivitas dan kualitas manajemen secara menyeluruh. Adapun faktor eksternal yaitu aspek kemudahan akses permodalan, kondisi persaingan usaha yang kurang sehat dan ketersediaan lokasi usaha yang kurang strategis.44

Usaha mikro merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan mewujudkan stabilitas nasional. Dengan mudahnya akses permodalan maka akan meningkatkan omzet penjualan, bertambahnya asset pelaku usaha. Kinerja pelaku usaha dalam memenuhi kewajibannya dapat diukur dari:

a. Kelangsungan usaha yaitu ukuran kelangsungan perusahaan, apakah berkesinambungan, dijual kepada pihak lain atau dialihkan.

44 Etni Debora S. Seran, Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Terhadap

Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Tompaso Barat Kabupaten Minahasa, Jurnal Ekonomi Vol. 2, (Desember, 2013), 1-2.

(55)

43

b. Pertumbuhan karyawan yaitu dengan berkembanya suatu usaha makan terjadinya peningkatan kapasitas sehingga memerlukan penambahan karyawan baik full time atau part time.

c. Monitoring dari lembaga keuangan dalam hal ini berbentuk pembinaan dan penetapan perjanjian yang membuat pembatasan pada debitur.45

45 Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta, Jurnal Spirit Publik, Vol. 7 Nomor 2, (Oktober, 2011), 97.

(56)

BAB III

IMPLEMENTASI INKLUSI KEUANGAN STUDI KASUS KSPPS BMT AMANAH UMMAH SURABAYA

A. Gambaran Umum KSPPS BMT Amanah Ummah

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di KSPPS BMT Amanah Ummah yang berlokasi di Ruko Grand Achmad Yani 151-P, Jl. Jend. A. Yani No.138 RT.001/RW.03, Gayungan, Jemur Wonosari, Surabaya yang didirikan pada tahun 1990. Legalitas dilakukan pada tanggal 7 Agustus 2006 dengan nama KJKS BMT Amanah Ummah. Pada tahun 2016 KJKS menjadi Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) BMT Amanah Ummah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai prinsip syariah.

2. Latar Belakang Berdirinya KSPPS BMT Amanah Ummah

Pada tahun 1995, KSM BMT Amanah Ummah didirikan oleh 14 pemuda lulusan short course “Perbankan Syariah” dengan mengumpulkan modal awal masing-masing orang antara Rp. 100.000 s/d Rp. 500.000 sehingga berjumlah Rp. 2.850.000,- (dua juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah). Pada tanggal 15 Juli 1995, KSM BMT Amanah Ummah diresmikan menggunakan peralatan kantor yang sifatnya masih pinjam dan memiliki tenaga kerja berjumlah 4 orang,

Gambar

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu ..........................................................................
Grafik 3.1 Pertumbuhan Jumlah Anggota KSPPS BMT Amanah Ummah Tahun  2016 - 2018 ........................................................................................................
Tabel 1.2  Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1 Grafik pertumbuhan jumlah anggota KSPPS BMT  Amanah Ummah
+5

Referensi

Dokumen terkait