• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dibidang garmen dengan produk akhir berupa benang. PT. Delta Dunia Sandang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dibidang garmen dengan produk akhir berupa benang. PT. Delta Dunia Sandang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

PT. Delta Dunia Sandang Tekstil merupakan perusahaan yang bergerak dibidang garmen dengan produk akhir berupa benang. PT. Delta Dunia Sandang Tekstil merupakan salah satu perusahaan yang besar dan maju di provinsi Jawa Tengah dengan sarana peralatan yang mendukung serta berorientasi pada kemajuan terus menerus dibawah penanganan orang-orang yang berpengalaman dalam bidangnya. PT. Delta Dunia Sandang Tekstil juga membantu masyarakat Demak, terutama penduduk daerah Tambak Roto dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Pada PT. Delta Dunia Sandang Tekstil Departement Unit III memproduksi cotton 100 % dan TCD ( polyster dan cotton ). Produk benang khususnya cotton 100 % yang dhasilkan juga tidak terlepas dari adanya penyimpangan yang tidak sesuai dengan standar dan kualitas yang ditetapkan. Oleh karena itu pengendalian kualitas sangat diperlukan agar produk dapat selalu terjamin dan kualitas tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai permintaan konsumen yang pada akhirnya memberi kepuasan.

Suatu hal yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses manufaktur yaitu kualitas dan produksi adalah kunci keberhasilan dalam sebuah sistem produksi. Keduanya merupakan kriteria kinerja suatu perusahaan yang sangat penting, baik perusahaan yang berorientasi keuntungan atau tidak, baik perusahaan kecil,

(2)

menengah atau besar dan perusahaan yang memproduksi barang atau jasa ataupun keduanya. Kemampuan suatu perusahaan menghasilkan produk atau jasa yang bermutu tinggi merupakan kunci bagi posisi persaingan dan prospek keberhasilan jangka panjang.

Secara umum pengendalian kualitas yang dilakukan oleh PT. Delta Dunia Sandang Tekstil Unit III adalah pengendalian secara menyeluruh mulai dari pengendalian bahan baku sampai produk jadi yang diterima oleh konsumen dengan didukung tenaga kerja yang memeriksa kualitas produk serta alat yang mendukung melakukan pengecekan serta menggunak metode sampel.

PT. Delta Dunia Sandang Tekstil sendiri menargetkan setiap bulannya produksi benang dapat mencapai 92% karena itu adalah target yang ditetapkan oleh perusahaan, namun pada kenyataannya pada Unit III jumlah produksi yang dicapai rata-rata berkisar 86% selama 6 bulan dengan kata lain belum mencapai target 92%. Dari produksi benang cotton 100 % yang dihasilkan pada Departement Unit III ditemukan kecacatan pada proses spinning terjadi kecacatan total 16296 cacat. Porsentase cacat pada mesin ring spinning adalah sebagai berikut: cacat terbesar karena spindle tape meleset 33 %, tanpa bottom apron berproduksi 21 %, lapping back bottom roll 21%, roving double 18 %, dan proses cacat lainya sebesar 7 % PT. Delta Dunia Sandang Tekstil berharap dapat menekan jumlah cacat yang porsentase lebih dari 15 % pada proses spinning sehingga menghemat biaya produksi, waktu, dan tenaga. Berikut adalah data aktual mengenai besarnya porsentase kecacatan yang terjadi di proses spinning Unit III PT. Delta Dunia Sandang Tekstil selama periode bulan Januari-Juni 2016.

(3)

Gambar 1.1 Data Porsentase Cacat Spinning Sumber : Olah Data, 2016

Dalam proses produksi yang berkualitas perusahaan bisa melakukan penghematan biaya produksi dengan cara menghilangkan biaya yang tidak perlu seperti biaya yang di akibatkan produk cacat. Walaupun begitu dalam proses produksi defect tidak dapat di hindari. Tetapi dalam pengurangan biaya akibat produk defect (cacat) bisa di lakukan dengan melakukan penerapan Gugus Kendali Mutu (GKM) adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas produk.

Gugus Kendali Mutu dengan pendekatan PDCA (plan – do – check – action). Dimana dalam PDCA, setiap proses dilakukan dengan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur dan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis data yang akurat, serta tindakan perbaikan yang sesuai dengan monitoring pelaksanaannya agar benar-benar bisa menyelesaikan masalah yang terjadi pada proses spinning dan mengurangi cacat yang terjadi. Penerapan Gugus Kendali

21% 1% 21% 33% 18% 2% 1% 1% 1% 1%

Jenis Cacat Spinning Bulan

Januari-Juni

Lapping Back Bottom Roll

Tanpa Spring

Tanpa Bottom Apron Berproduksi

Spindle Tape Meleset

(4)

Mutu dengan pendekatan PDCA pada PT. Delta Dunia Sandang Tekstil diharapkan dapat mendorong karyawan untuk menggunakan kemampuan kreatif dalam menyelesaikan masalah pekerjaannya. Dengan adanya kesempatan untuk ikut dalam proses pengambilan keputusan tersebut, maka dapat mendorong karyawan untuk menaruh perhatian dan memiliki rasa bangga terhadap pekerjaannya. Oleh karena itu, pelaksanaan GKM yang optimal diharapkan mampu mewujudkan harapan perusahaan untuk mampu memecahkan masalah mutu dan melakukan tindakan perbaikan sehingga target mutu dapat dicapai.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian yang diambil dalam tugas akhir ini adalah :

1. Bagaimana strategi perbaikan cacat pada proses spinning dengan GKM menggunakan pendekatan PDCA untuk memenuhi target produksi?

2. Bagaimana rekomendasi standarisasi pada pengendalian kualitas proses spinning departemen Unit III PT. Delta Dunia Sandang Tekstil?

1.3 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

Tujuan diberlakukanya Gugus Kendali Mutu pada PT. Delta Dunia Sandang Tekstil agar karyawan melatih berfikir secara sistematis, menanamkan mentalitas dasar utama speak by data, kemampuan menyusun prioritas, PDCA (plan, do, check, action), memberi kesempatan pada setiap karyawan untuk bekerja sama, menumbuhkan partisipasi dari setiap karyawan, serta meningkatkan

(5)

kualitas produk. Di dalam GKM, karyawan dituntut untuk melakukan peningkatan dan perbaikan kerja dengan berpedoman pada delapan langkah pemecahan masalah. Kedelapan langkah kerja tersebut adalah mengidentifikasi masalah dan penetapan target, mencari akar masalah, pengujian hipotesa, rencana perbaikan, pelaksanaan dan pengendalian perbaikan, evaluasi pelaporan tindakan perbaikan, standarisasi dan penyusunan rencana selanjutnya.

1. Mengidentifikasi strategi perbaikan cacat proses spinning menggunakan GKM dengan pendekatan PDCA untuk memenuhi target produksi.

2. Memberikan usulan standarisasi pada pengendalian kualitas proses spinning departemen Unit III PT. Delta Dunia Sandang Tekstil.

1.4 Batasan Masalah

Pembatasan Masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Pengambilan data hanya dilakukan pada Unit III proses Spinning. 2. Penelitian dilakukan pada hasil produksi cotton 100 % karena

merupakan produksi dominan.

3. Pengambilan data historis dilakukan pada bulan Januari 2016 – Juni 2016.

(6)

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Tugas Akhir, sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, serta sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan studi pustaka mengenai pokok bahasan atau topik yang diambil dalam penyelesaian permasalahan pada Tugas Akhir tentang Gugus Kendali Mutu (GKM) dengan pendekata PDCA

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini berisikan tentang urutan langkah dan metode-metode yang digunakan dalam menyelesaikan, masalah.

Bab VI Analisis dan Pembahasan

Bab ini berisikan tentang analisis terhadap pengolahan data yang telah dilakukan.

(7)

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan tentang pembahasan yang telah diuraikan dan saran yang ditujukan kepada perusahaan.

1.6 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Penulis Tahun Hasil

1 Pengaruh penerapan gugus kendali mutu dan budaya kerja terhadap

produktifitas karyawan

Disa rusdiana 2011 Secara keseluruhan persepsi karyawan Departemen Produksi, Rumah Potong Ayam PT Sierad Produce, Tbk terhadap penerapan GKM dinilai baik dengan urutan berdasarkan nilai rata-rata yaitu kesadaran kualitas, pengembangan diri, kegiatan kelompok, kesadaran masalah dan kesadaran perbaikan, partisipasi karyawan, prinsip berkesinambungan, kegiatan sukarela, dan pendalaman pemahaman. Persepsi terhadap budaya kerja dinilai baik dengan urutan berdasarkan nilai rata-rata yaitu disiplin kerja, loyalitas, dan tanggung jawab . Produktivitas kerja karyawan dinilai baik pula dengan urutan berdasarkan nilai rata-rata yaitu efisiensi kerja, efektivitas

(8)

kerja, kualitas kerja, dan kuantitas kerja. Terdapat korelasi yang kuat antara penerapan GKM dengan budaya kerja, Hal ini terkait dengan GKM merupakan kegiatan perusahaan yang ingin dibudayakan sehingga dapat menjadi budaya perusahaan. Budaya perusahaan pastinya mengandung unsur budaya kerja. Penerapan GKM dan budaya kerja berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Penerapan GKM memiliki pengaruh yang lebih besar daripada budaya kerja terhadap produktivitas kerja karyawan hal ini dikarenakan GKM sudah efektif diterapkan pada perusahaan sedangkan budaya kerja belum diterapkan secara efektif karena belum ada ketetapan secara tertulis.

2 Analisis efektifitas dan hasil penerapan gugus kendali mutu

Munawar Holil

2011 1. Penerapan Gugus Kendali Mutu (GKM) di PT. TMS dimulai sejak tahun 2007.GKM di PT. TMS dikenal dengan

(9)

(GKM) di PT. Triteguh Manunggal Sejati

Small Group Activities (SGA). Selain GKM, terdapat juga Suggestion System (SS) dan Cross Function Team(CFT). Ketiganya sama-sama bertujuan meningkatkan perbaikan dalam perusahaan.Proses pembentukan Gugus Kendali Mutu (GKM) di PT. TMS terdiri dari empat tahap yaitu sosialisasi, pembuatan struktur, pelaksanaan dan pembudayaan.

2. Indikator-indikator penentu keberhasilan GKM dalam penelitian terdiri dari delapan faktor yaitu : komitmen manajemen puncak, tujuan GKM, pendidikan dan pelatihan, komunikasi, partisipasi, seven tools, kepemimpinan dan fasilitas.Berdasarkan analisis faktor dapat diketahui bahwa indikator yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan GKM adalah komitmen manajemen puncak, kepemimpinan dan fasilitas.

(10)

antara sebelum dan sesudah mengikuti GKM dan hasil aktual gugus memperlihatkan bahwa kegiatan GKM di PT. TMS dinyatakan efektif sesuai dengan strategic improvement (SI) perusahaan.

4. Rekomendasi bagi perusahaan untuk mendorong efektivitas proses dan hasil GKM diantaranya adalah komitmen manajemen puncak perlu ditingkatkan, kepemimpinan efektif yang bisa mengoptimalkan GKM, serta kontinuitas dan partisipasi aktif dari karyawan dalam mengikuti GKM.

3 Pendekatan gugus kendali mutu dalam pengendalian kualitas produk pada IKM Cindera Mata

Roeri aromsari

2011 Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Gugus Kendali Mutu melalui proses perbaikan pekerjaan dari sampel sebanyak 9000 buah diperoleh

produk cacat sebelum dilaksanakan

Gugus Kendali Mutu sebesar 1890 buah

sedang setelah dilaksanakan Gugus

Kendali Mutu terjadi penurunan sebesar 850 buah atau 55%.

(11)

4 Analisa pengendalian kualitas dengan pendekatan P.D.C.A berdasarkan standar minimal pelayanan rumah sakit pada RSUD Dr. Adhyatma Semarang Ariani puspita dewi, Hari susanta N, dan Sari listyorini

2013 Setelah melakukan analisis terhadap pengendalian kualitas berdasarkan standar minimal pelayanan rumah sakit dengan pendekatan PDCA pada Instalasi radiologi RSUD Dr. Adhytama, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengendalian kualitas waktu tunggu pelayanan thorax foto sudah berjalan dengan baik dan memenuhi standar dari Kemenkes, dimana waktu tunggu yang dibutuhkan sudah ≤ 3 jam.

2. Pengendalian kualitas ekspertisi hasil rontgen sudah berjalan dengan baik yaitu telah dilakukan oleh dokter spesialis radiologi, hanya saja masih dibutuhkan perbaikan mengenai masih adanya hasil ronsen yang tidak diekspertisi karena pinjam basah oleh pasien maupun IGD. 3. Pengendalian kualitas kerusakan hasil ronsen masih belum berjalan dengan maksimal, dimana kerusakan masih berada di atas standar yakni ≥ 2%.

(12)

Sehingga masih menimbulkan waste yang merugikan, dimana menambah cost rumah sakit untuk setiap film dan cairan pemroses yang terbuang.

4. Pengendalian kualitas kepuasan pasien sudah berjalan cukup baik, dimana kepuasan pasien sudah mencapai ≥ 80% sesuai dengan standar dari Kemenkes 5 Analisis kualitas ikan

tuna segar dengan metode PDCA di PT. Madidihang freshindo Jakarta Meri Prasetyawati, Nur Fajar, Adi saputro

2014 1. Penyebab penurunan kualitas ikan tuna loin adalah pemeriksaan mutu yang tidak ketat pada saat pembelian ikan, penanganan yang kasar terhadap ikan pada waktu ikan masih dikapal dan waktu di unit pengolahan ikan, bak penampung yang tersedia kurang, sehingga tidak dapat menampung ikan disaat proses produksi meningkat. Proses produksi yang berubah-ubah atau tidak ada standar tetap untuk alur proses produksi tuna loin segar. Mesin pendingin ruangan yang tidak berfungsi dengan baik sehingga meningkatkan suhu ruang produksi. Tidak adanya media pendingin dry ice waktu

(13)

proses pengemasan.

2. Perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas mutu ikan tuna loin segardapat menurunkan jumlah komplain dari customer, ekspor tuna loin segar bulan Desember 2,250.56 kg, untuk jumlah komplain total bulan Desember 2014 sebesar 71 kg, dengan rincian komplain warna setelah dilakukan perbaikan sebesar 58 kg dan komplain tekstur ikan tuna loin segar setelah perbaikan adalah 13 kg. Jumlah komplain ikan tuna loin segar untuk bulan Januari 2015 dengan total ekspor 3.100,00 kg adalah sebesar 97 kg dengan rincian komplain dari segi warna sebesar 86 kg dan tekstur 11 kg. 3. Metode penanganan ikan harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, sifat ikan yang cepat mengalami penurunan kualitas hendaknya dalam proses produksi mengikuti SOP yang telah dibuat dan harus diikuti oleh

(14)

Gambar

Gambar 1.1 Data Porsentase Cacat Spinning  Sumber : Olah Data, 2016

Referensi

Dokumen terkait