• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Cochin Cina (daerah sekitar Vietnam). Konon, yang membudidayakan pertama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Cochin Cina (daerah sekitar Vietnam). Konon, yang membudidayakan pertama"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Jeruk

Jeruk manis berasal dari India Timur Laut, Cina Selatan, Birma Utara, dan Cochin Cina (daerah sekitar Vietnam). Konon, yang membudidayakan pertama kali adalah orang Cina bagian Selatan. Di Eropa tanaman jeruk mulai dibudidayakan akhir abad ke-15. Akan tetapi, Tolkowsky dalam Pracaya (2003) mengatakan, bahwa jeruk manis telah dikenal di Eropa pada abad 3 sampai ke-4. Pada tahun 1520, orang Portugis membawa bibit unggul dari Cina ke Eropa. Perjalanan yang kedua tahun 1493, Colombus membawa bibit jeruk manis ke Haiti kemudian menyebar ke pulau-pulau sekitarnya (kepulauan Hindia Barat). Jeruk manis sampai di Mexico pada tahun 1518, di Florida pada tahun 1565, kemudian meluas ke California, Texas, Arizona yang terletak antara 280-350 LU. Pada waktu ini jeruk manis sudah banyak ditanam di daerah tropis maupun subtropis (Pracaya, 2003).

Tanaman jeruk rata-rata berbunga sepanjang tahun, karena bunganya tidak mengenal musim, maka buahnya tersedia setiap saat. Umur tanaman jeruk yang dibudidayakan dengan baik, maksimal dapat mencapi umur 10-15 tahun. Setelah mencapai umur tersebut dapat dilakukan peremajaan kembali. Tanaman jeruk dapat juga dipelihara terus hingga mencapai puluhan tahun dan bahkan ratusan tahun, terutama jika pohon jeruk tersebut tumbuh dalam suatu lingkungan yang cocok dan tidak terserang oleh penyakit atau hama (Rismunandar, 1986).

Jeruk manis, disebut juga jeruk peras, mempunyai nama ilmiah Citrus sinensis (L.).

(2)

Jeruk manis ini termasuk di dalam klasifikasi berikut ini: Subgenus : Eucitrus Genus : Citrus Subtribe : Citrinae Tribe : Citreae Subfamili : Aurantioideae Famili : Rutaceae Ordo : Rutales Klas : Dicotyledoneae

Subfilum : Angiospermae (biji di dalam buah) Filum : Spermatophyta (tanaman berbiji)

Jeruk manis banyak ditanam di daerah 20-400 LU dan 20-400 LS. Di daerah subtropis, ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 650 m dpl, sedangkan di sekitar khatulistiwa dapat ditanam sampai ketinggian 2.000 m dpl. Temperatur optimal pertumbuhannya antara 25-300C (Samson, 1986).

Jeruk manis termasuk klas dicotyledoneae (berkeping dua), mempunyai ciri-ciri :

• Dapat hidup bertahun-tahun • Perakarannya dalam

• Mempunyai akar tunggang dan akar serabut

• Dapat dikembangbiakkan secara vegetatif (cangkok) maupun generatif (dengan biji)

• Mahkota daun bulat

(3)

Komposisi buah jeruk manis terdiri dari bermacam-macam, di antaranya adalah air 70-92% (tergantung kualitas buah), gula, asam organik, asam amino, vitamin, zat warna, mineral, dan lain-lain.

• Kandungan buah

Tanaman jeruk yang ditanam di daerah yang cukup air, daging buah dan kulitnya akan lebih banyak mengandung air dan mineral bila dibandingkan dengan yang ditanam di daerah kering. Kandungan air di dalam kulit buah 70-83%, sedangkan pada daging buah 85-90%. Pada waktu kurang air, daun jeruk bisa diberi air dari buah, terutama dari kulit buah, sehingga kandungan air dari buah menjadi berkurang.

• Kandungan gula

Buah jeruk yang sudah semakin tua, kandungan gulanya semakin bertambah, tetapi kandungan asamnya makin berkurang. Buah jeruk manis yang langsung terkena sinar matahari akan mengandung gula lebih banyak, demikian juga kandungan vitamin C nya.

• Asam amino

Asam amino adalah persenyawaan yang dapat menjadi struktur protein. Selama perkembangan buah, kandungan asam amino berubah-ubah secara kuantitatif dan kualitatif. Buah jeruk manis Valencia dan Washinton, semakin tua kandungan prolinenya makin tinggi.

• Asam organik

Kandungan asam sitrat jeruk manis pada waktu muda cukup banyak, tetapi sesudah buah masak makin berkurang. Cairan buah jeruk manis mengandung asam malat 1,4-1,8 mgm per liter.

(4)

• Vitamin dan faktor pertumbuhan

Pada umumnya, buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna untuk kesehatan manusia. Sari buah jeruk mengandung 40-70 mgram vitamin C per 100 cc, tergantung pada jenisnya. Makin tua buah jeruk, biasanya makin berkurang kandungan vitamin C nya. Vitamin C terdapat dalam sari buah, daging, dan kulit, terutama terdapat pada bagian flavedo atau exocarp (lapisan terluar kulit buah) (Pracaya, 2003).

Usaha pengembangan dan pembudidayaan tanaman jeruk memang membutuhkan studi kelayakan yang tidak mudah. Sebab, usaha tersebut harus direncanakan secara matang. Jenis jeruk yang akan dibudidayakan pun perlu dipertimbangkan, mana yang kiranya paling menguntungkan. Jenis-jenis jeruk yang ada di Indonesia cukup banyak, antara lain sebagai berikut :

• Jenis jeruk manis (Citrus Aurantium)

• Jenis jeruk keprok (Citrus Reticula Balnco atau Citrus Nobilis) • Jenis jeruk besar (Citrus Maxima Merr, Citrus Grandis Osbeck) • Jenis jeruk lemon (Citrus Limon Linn)

• Jenis jeruk lime (Citrus Aurantifolia Swingle) • Jenis jeruk sitrun (Citrus Medica Limnaeus)

• Jenis jeruk grape fruit (Citrus Paradisi Mactadijen) • Jenis jeruk hibrid

(AAK, 2005).

Pascapanen

Di Indonesia penyebab kerusakan dan kehilangan produk holtikultura atau buah-buahan; terutama pada tingkat petani; karena penanganan dan perlakuan

(5)

pasca panen masih dengan cara sederhana (tradisional) dan tidak efisien. Salah satu bentuk kerusakan yang terjadi selama transportasi dan distribusi biasanya adalah kerusakan fisik dan mekanis yang terjadi pada tahap-tahap pengangkutan, grading dan pengemasan sebelum produk diangkut (Gunarto, 1996).

Mutu yang baik diperoleh apabila pemanenan hasilnya dilakukan pada tingkat kemasakan yang tepat. Buah-buahan yang belum masak dipanen akan menghasilkan buah yang bermutu jelek, hal ini juga terjadi apabila terjadi penundaan pemanenan (Barus dan Syukri, 2008).

Pasca panen merupakan puncak dari segala usaha yang telah dilakukan petani. Perlakuan pasca panen berperan penting dalam kualitas produksi panen. Penanganan pasca panen yang kurang baik terhadap produk buah-buahan segar akan menyebabkan kerusakan dan kehilangan, baik kehilangan dalam jumlah, mutu, kesegaran maupun nilai gizinya. Pada akhirnya bisa menjadi kendala bagi petani maupun pedagang bahkan eksportirnya (Gunarto, 1996).

Penanganan pasca panen sangat besar artinya dalam mempertahankan kualitas hasil dan mengurangi besarnya kehilangan hasil. Penanganan pasca panen dengan teknologi yang tepat juga berperan dalam membantu pemanfaatan bagian-bagian yang selama ini belum dimanfaatkan, serta meningkatkan daya guna dan nilai guna komoditas pertanian (Mulyono, 1996).

Pemanenan dan penanganan perlu dilakuka n dengan hati-hati agar dapat mempertahankan mutu buah-buahan dan sayur-sayuran. Pemanenan yang keliru dan penanganan yang kasar di kebun dapat mempengaruhi mutu pemasaran secara langsung. Memar dan luka-luka kemudian hari akan tampak sebagai bercak-bercak berwarna pirang dan hitam yang membuat barang dagangan menjadi tidak

(6)

menarik. Beberapa gangguan fisiologi merupakan akibat penanganan yang kasar. Luka-luka pada kulit merupakan pintu masuk jasad-jasad renik dan mengakibatkan cukup banyak buah-buahan dan sayur-sayuran yang menjadi mubazir (Pantastico, 1986).

Apabila syarat-syarat penanaman yang baik dilaksanakan, pada umumnya jeruk sudah bisa dipanen dalam jangka waktu 3 tahun walaupun hasilnya masih sedikit. Dalam waktu 5 tahun, buah telah cukup banyak. Selain dengan tangan, pemetikan buah pada saat panen dapat dilakukan dengan gunting. Pada saat memotong, diusahakan tidak sampai mengenai kulit buah jeruk, paling tidak masih ada sisa tangkai sepanjang 2 mm. supaya kualitas baik, pemetikan dilakukan bila buah telah cukup masak. Buah yang telah masak mengandung cairan cukup banyak, tetapi bila pemetikan dilakukan setelah melampaui tingkat masak yang optimum, cairan buah akan berkurang. Kualitas yang baik bila kandungan gula dan asam dalam cairan buah (sari buah) seimbang. Komposisi kandungan gula 10-16 bagian dengan 1 bagian asam (gula : asam = 10:1 sampai 16:1) merupakan komposisi yang cukup manis, tetapi masih ada rasa asam sedikit sebagai penyegar. Bila buah terlalu masak, perbandingan 20:1 atau lebih, rasa jeruk menjadi tidak segar lagi (Pracaya, 2003). Menurut Hadiwiyoto dan Soehardi (1981) penanganan buah jeruk, seperti halnya buah yang lain, melewati tahap-tahap seperti pada Gambar 1.

Buah jeruk mudah menjadi rusak dalam penanganan bila dipetik dalam keadaan basah. Kulitnya mungkin membengkak sewaktu basah dan mudah menjadi memar atau tergores, lonyoh karena sinar matahari, dan menujukkan sel-sel berminyak (oleocellosis). Pemanenan dapat dilakukan baik dengan

(7)

merenggut/memetik atau memotong dari pohon. Pemetikan berlangsung lebih cepat dan kurang memacu terjadinya pembusukan ujung batang. Buah diputar sampai sudut tertentu dan direnggut ke bawah untuk melepaskannya. Untuk pohon pohon tinggi mesin pemanen dapat digunakan. Mesin pemanen berpindah-pindah di antara baris-baris pohon jeruk dan mendukung suatu anjungan pemetikan. Para pemetik mengambil buah-buah dari separuh lingkaran tajuk pohon sampai ketinggian 13 sampai 14 kaki (Pantastico, 1986).

Gambar 1. Diagram alir tahapan penanganan buah jeruk

Sesudah pemetikan buah selanjutnya dilakukan seleksi buah, dan dalam hal ini dapat dilakukan berdasarkan keseragaman dalam bentuk, besar, kemasakan, dan warna kulit. Perlakuan buah setelah panen dan seleksi dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

• Buah segera dicuci dengan air sabun 0,5-1,0% dan 2% soda atau dengan 0,5-1,0% natrium ortho phenyl phenate. Buah direndam selama lima menit kemudian di lap dengan kain halus atau sedikit halus

• Buah dikeringkan dengan lap lunak dan bersih Pemanenan

Pembersihan/Sortasi

Pengangkutan Pengepakan/Sortasi

(8)

• Untuk mendapatkan warna kulit buah seragam diberi gas ethylene selama 24 jam

• Pengepakan dengan memasukan buah kedalam peti yang terbuat dari karton dengan ukuran16 kg, 19 kg, 21 kg, 27 kg, 31 kg, dan 34 kg

• Dapat langsung dijual atau dikirim ke daerah lain (Barus dan Syukri, 2008)

Tujuan penanganan atau pengelolaan yaitu :

• Agar buah/hasil tanaman yang telah dipungut tetap dalam keadaan baik mutunya atau tetap segar seperti waktu diambil

• Agar hasil tanaman menjadi lebih menarik dalam sifat-sifatnya (warna, rasa atau aroma)

• Agar hasil tanaman dapat memenuhi standar perdagangan menarik para konsumen individu atau industri

• Agar hasil tanaman selalu dalam keadaan siap dengan mutu yang terjamin untuk dijadikan bahan baku bagi para konsumen industri yang memerlukannya

• Agar hasil tanaman dapat dicegah dari kerusakan dan atau dapat diawetkan lebih lanjut dengan baik untuk sewaktu-waktu digunakan atau dilempar ke pasaran dengan kualitas yang tetap terjamin (Kartasapoetra, 1994).

Masalah umum yang sering timbul pada penggunaan dan pemasaran hasil pertanian berkisar pada mutunya. Perananan penanganan dan pengolahan sangat penting di dalam permasalahan mutu ini. Hasil-hasil pertanian yang akan dijual, dikonsumsi, atau diekspor, harus mempunyai mutu yang baik dan memenuhi persyaratan tertentu. Untuk mendapatkan hasil pertanian yang baik, perlakuan

(9)

sebelum dan sesudah panen sangat erat hubungannya. Masalah pengendalian mutu ini antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:

• Pemeliharaan tanaman dari serangan hama

• Pencegahan penyakit yang dapat menimbulkan kerusakan atau perubahan sifat hasil pertanian

• Pertimbangan tentang derajat kematangan atau kemasakan hasil-hasil pertanian pada saat dipanen. Ini sering menyebabkan hasil panen sering kurang cukup umur atau lewat masak dengan akibat mutu hasil yang kurang baik

• Pengendalian hama gudang. Hal ini penting sekali sebab hama dapat menyerang setiap saat dan sering tidak terlihat karena menyerang bagian dalam hasil pertanian

(Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981).

Agribisnis sebagai Sistem

Konsep agribisnis pada dasarnya melihat usaha pertanian sebagai suatu bisnis, dan karena itu kegiatan tersebut harus berorientasi kepada keuntungan dengan menekan resiko sekecil mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat suatu persoalan secara menyeluruh (sistem), dengan pemahaman bahwa terdapat saling keterkaitan antara subsistem yang satu dengan subsistem yang lainnya. Sistem agribisnis paling tidak mencakup subsistem input produksi, subsistem produksi atau budidaya, subsistem pengolahan atau agroindustri, dan subsistem pemasaran atau distribusi. Dari tinjauan kesisteman secara makro, upaya pembangunan agribisnis dapat dipandang sebagai suatu proses, selanjutnya proses itu sendiri dalam kegiatannya memerlukan masukan bahan baku (input) dan

(10)

menghasilkan luaran (output). Masukan tersebut lebih jauh dapat dibedakan atas masukan terkendali dan masukan tak terkendali. Komponen masukan biaya terdiri dari sumber daya alam (SDA), sumberdaya manusia (SDM), infrastruktur, dan teknologi. Ada masukan lain yang tidak ikut langsung dalam proses tetapi mengkondisikan pelaksanaan dari proses itu sendiri. Masukan ini disebut dengan masukan lingkungan (externalities), masukan lingkungan ini biasanya berupa berbagai aturan dan kebijakan, baik internasional maupun nasional. Dipihak lain luaran juga dapat dikelompokkan menjadi luaran yang diinginkan dan luaran tak diinginkan. Salah satu contoh luaran yang diinginkan adalah stabilitas harga produk pertanian, sedangkan yang tidak diinginkan adalah harga yang berfluktuasi dan cenderung menurun. Dalam mekanisme kesisteman, luaran yang tidak diinginkan tersebut haruslah merupakan umpan balik (feedback) bagi pemegang manajemen pembangunan agribisnis untuk dapat melakukan pembinaan terhadap masukan (terutama masukan yang terkendali) dan proses. Mekanisme ini berlangsung terus sehingga pada akhirnya semua luaran sesuai dengan yang diinginkan, atau paling tidak luaran yang tidak diinginkan bisa dikurangi. (Subiyanto, 1996).

Teknologi Pengolahan Pangan

Makanan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk seperti bahan mentahnya, tetapi sebagian besar biasanya terdahulu diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan lain. Kegiatan pengolahan adalah proses pembuatan suatu bahan dari bahan mentah atau bahan asal serta kegiatan-kegiatan penanganan dan pengawetan bahan tersebut. Pengolahan bertujuan untuk menambah macam

(11)

makanan, sedangkan pengawetan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut (Winarno, dkk).

Ilmu teknologi makanan tidak mengajarkan cara-cara merubah bahan makan yang busuk menjadi baik, melainkan mempertahankan yang baik (bentuk kekerasan, warna, rasa, dan sebagainya) agar tetap baik. Teknologi makanan adalah ilmu memperlakukan bahan makanan menjadi makanan yang harus memenuhi kepuasan mata (warna, ukuran, keseragaman, konsisten), kepuasan hidung (bau, aroma), kepuasan tangan (keras, empuk, liat, butir, tepung dan sebagainya), kepuasan lidah (cita rasa), kepuasan gizi (keras, empuk, list dan sebagainya) disamping memperbaiki gizi untuk pencukupan kebutuhan pertumbuhan badan yang sehat, kuat dan cerdas serta pengamanan dan penyelamatan modal.

Pengawetan makanan sudah dikenal sejak berabad-abad lamanya. Mula-mula pengawetan hanya dikerjakan agar bahan makan dapat disimpan hingga waktu paceklik atau apabila produksi sangat melimpah.

Secara garis besar, pengolahan makanan dapat menjadi tiga golongan. 1. Pengawetan secara fisika

a. Cara Pendinginan b. Cara Pengeringan

Cara pengeringan dapat dilakukan dengan cara pengeringan matahari/penjemuran dan pengeringan buatan

c. Pengalengan atau pembotolan 2. Pengawetan secara kimia

(12)

b. Pengawetan dengan asam

c. Pengawetan dengan karbon dioksida

d. Pengawetan dengan antibiotika atau bahan pengawet lainnya e. Pengawet dengan gula

3. Pengawetan secara mikrobiologi

(Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian DKI Jakarta, 1997). Sistem

Definisi sistem sebagai suatu entitas merupakan serangkaian dari bagian-bagian yang saling berkaitan dan membentuk suatu bagian-bagian yang kompleks tetapi utuh (Tunas, 2007).

Suatu sistem mepunyai karakteristik. Karekteristik sistem adalah sebagai berikut :

1. Suatu sistem mempunyai komponen-komponen sistem (components) atau subsistem-subsistem

2. Suatu sistem mempunyai batas sistem (boundary) 3. Suatu sistem mempunyai lingkungan luar (environment) 4. Suatu sistem mempunyai penghubung (interface) 5. Suatu sistem mempunyai tujuan (goal)

(Jogianto, 2003)

Setiap sistem mempunyai fungsi dan peranan tertentu. Fungsi sistem pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas dan operasi sistem untuk tujuan tertentu. Fungsi sistem menjelaskan keberadaan dan tujuan kehadiran sistem. Sebagai contoh, keberadaan dan kehadiran suatu sistem persediaan adalah untuk pengadaan dan pengendalian persediaan. Untuk tujuan tersebut, sistem berfungsi

(13)

mengelola persediaan dan menjaga jumlah persediaan minimal berada di atas level stok yang aman melayani permintaan. Sistem persediaan misalnya berfungsi untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sistem produksi ataupun kelancaran pelayanan permintaan para pelanggan (Napitupulu H.L, 2009).

Untuk tujuan pemakaian sistem dalam sistem informasi manajemen (SIM), modul sistem pada gambar berikut adalah contoh yang jelas mengenai hubungan dari elemen-elemen yang secara bersama-sama membentuk satu kesatuan yang disebut sistem.

Gambar 2. Modul sistem Modul sistem terdiri dari empat elemen subsistem yaitu :

1. Masukan 2. Pengolahan 3. Keluaran 4. Umpan balik/control (Amsyah, 1997). Analisis Sistem

Analisis sistem adalah proses menyederhanakan sebuah masalah yang kompleks ke dalam bagian-bagiannya, menguji bagian-bagian tersebut dan merekonstruksi bagian-bagian tersebut kebentuk yang lebih efektif dan efisien. Banyak sistem organisasi yang mengerjakan pengolahan data. Pengolahan dapat

Masukan Pengolahan Keluaran

(14)

ditampilkan sebagai reaksi organisasi terhadap rangsangan-rangsangan data. Tugas seorang analis adalah untuk mengidentifikasikan rangsangan-rangsangan data tersebut, mengikuti pengolahan yang dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan tersebut, dan mengidentifikasikan hasil-hasil dan tahapan-tahapan pengolahan. Seorang analis juga harus menjelaskan masalah-masalah yang ada dalam masing-masing tahapan pengolahan dan jika memungkinkan juga menjelaskan bagaimana membuat tahapan-tahapan pengolahan tersebut menjadi lebih efisien dan efektif (Modell, 1988).

Mengamati sistem bukan hanya mendefinisikan komponen-komponen pendukung sistem, tetapi lebih dari itu harus pula mengetahui perilaku dan variabel-variabel yang ada di dalamnya. Paling tidak analisis terhadap sistem harus dapat membuat konsepsi tentang sistem itu atau menjawab beberapa pertanyaan berikut :

1. Apa sajakah unsur sistem itu? 2. Apa tujuan sistem?

3. Apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan sistem tersebut? 4. Apa sajakah yang diproses oleh sistem tersebut?

5. Apa yang dihasilkan?

6. Apa ukuran dari keberhasilan proses? (Nasution dan Imam, 2007)

Tujuan utama analisis sistem adalah untuk menentukan hal-hal detail tentang yang akan dikerjakan oleh sistem yang diusulkan (dan bukan bagaimana caranya). Analisis sistem mencakup studi kelayakan dan analisis kebutuhan (Kadir, 2002).

(15)

Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah pendekatan sistematis untuk pemecahan masalah. Pendekatan sistem (system approach) untuk menyelesaikan masalah menggunakan orientasi sistem untuk merumuskan masalah dengan peluang dan mengembangkan solusi. Menganalisis masalah dan memformulasikan solusi melibatkan aktivitas yang saling berhubungan, antara lain:

1. Kenali dan rumuskan masalah atau peluang dengan menggunakan pemikiran sistem

2. Kembangkan dan evaluasi alternatif solusi sistem 3. Pilih solusi sistem yang memenuhi persyaratan anda 4. Desain solusi sistem yang dipilih

5. Implementasikan dan evaluasi kesuksesan sistem yang telah didesain (Humdiana dan Evi, 2006).

Pendekatan sistem juga dapat diartikan sebagai suatu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Untuk dapat bekerja secara efektif suatu pendekatan sistem mempunyai delapan unsur yang meliputi :

1. Metodologi untuk perencanaan dan pengelolaan 2. Suatu tim yang multidisipliner

3. Pengorganisasian

4. Disiplin untuk bidang yang non-kuantitatif 5. Teknik model matematik

(16)

7. Teknik optimisasi 8. Aplikasi komputer (Eriyatno, 2003).

Pendekatan sistem juga dikenal sebagai suatu cara untuk memahami sistem dengan jalan :

1. Memahami gambaran global/menyeluruh dari fenomena(gejala) yang akan membangun sistem

2. Mengkaji kaitan antar komponen/elemen yang membentuk sistem tersebut (Humdiana dan Evi, 2006).

Kotak Hitam/Black Box

Dinamakan black box karena sistem ini tidak memperhatikan struktur internnya (relasi-relasi antara elemen-elemen sistem). Ada beberapa alasan mengapa struktur internnya kadang-kadang perlu diabaikan. Pertama-tama terdapat kemungkinan bahwa orang menganggap tidak perlu untuk melukiskan sebuah sistem secara terlampau terperinci. Misalnya pada model-model tertentu guna menerangkan dan meramalkan efek daripada tindakan reklame, harga, service, dan tindakan-tindakan marketing lainnya, pihak konsumen dianggap sebagai sebuah black box. Konsumen dipengaruhi oleh macam-macam kekuatan, diantara lain terdapat berbagai alat marketing yang telah disebut (input) sedangkan kelakuan yang terlihat (output) merupakan hasil daripada input-input dan sebuah proses intern. Tetapi proses intern tidak diperhatikan. Jadi dengan demikian orang meletakkan suatu hubungan langsung antara input dan output. Di samping itu ada kemungkinan bahwa struktur intern tidak dikenal, misalnya oleh

(17)

karena tidak adanya teknik-teknik yang diperlukan guna mengupas struktur intern tersebut (Winardi, 1989).

Model Black Box merupakan model yang paling mudah untuk mengidentifikasikan dalam suatu sistem di alam. Caranya yaitu mencari ciri-ciri yang universal dari semua penyusunan sistem yang dipelajari. Adapun ciri-ciri sistem ini adalah sebagai berikut:

1. Keluaran merupakan ukuran performance dari suatu sistem sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Keluaran akan merupakan masukan dari sistem atau subsistem lainnya. Keluaran dapat digolongkan keluaran yang dikehendaki (desired output) yakni yang merupakan respon dari tujuan sistem dan keluaran yang tidak dikehendaki (undesired output) yang merupakan hasil sampingan berupa dampak negatif dari proses sistem pembangunan yang dilaksanakan.

2. Masukan merupakan variabel yang diperlukan agar sistem dapat menjalankan fungsinya. Sebagaimana halnya keluaran, maka masukan ada yang terkontrol dan ada yang tidak. Masukan lingkungan akan mempengaruhi sistem, tetapi hanya sedikit sekali dipengaruhi oleh sistem. Masukan yang demikian merupakan masukan yang tidak terkontrol atau uncontrolled input

3. Bidang batas (boundary), merupakan batas antara sistem satu dengan sistem lainnya. Karena begitu rumitnya hubungan antar sistem, seringkali sulit diketemukan bidang batasnya. Kajian lingkungan sangat penting menentukan batas sistem ini. Bidang batas ini perlu diketemukan, dan bila

(18)

sukar paling tidak harus dapat diidentifikasikan dalam daerah tempat sistem tersebut bekerja.

4. Kontrol atau manajemen yaitu suatu komponen dalam sistem yang diusahakan pada kondisi operasional yang spesifik agar tujuan dapat dipenuhi. Kontrol ini selain mendapat informasi umpan balik dari keluaran juga akan dapat mengarah ke desired keluaran dari sistem operasional 5. Dalam umpan balik (feedback) variabel suatu sistem dihubungkan dalam

suatu “loop” dan menyebabkan perubahan pada variabel yang sama untuk waktu yang akan datang. Umpan balik dapat dirancang sedemikian rupa sehingga dia dapat mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ada

(Fandeli, 2001).

Dalam meninjau suatu perihal untuk menyusun kotak gelap, perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu :

1. Peubah input 2. Peubah output

3. Parameter-parameter yang membatasi struktur sistem Berikut adalah gambaran diagram kotak hitam

Gambar 3. Diagram kotak hitam (Eriyatno, 2003) INPUT LINGKUNGAN

SISTEM

MANAJEMEN PENGENDALIAN Input tidak terkontrol

Input terkontrol

Output yang dikehendaki Output yang tidak

(19)

Disini terdapat adanya suatu relasi transformasi antara input dan output, yang seakan-akan dialihkan melalui elemen-elemen sistim yang tidak dikenal dan relasi-relasi mereka yang tidak dikenal. Jadi, orang hanya memperhatikan input dan output sistem tersebut dan bukan apa yang berlangsung di dalam sistem yang bersangkutan. Maka oleh karenanya orang menggunakan istilah Black Box.

Gambar 4. Model black box (Winardi, 1989).

Input yang diinformasikan dalam kotak hitam terdiri dari dua golongan yaitu yang berasal dari luar (eksogen) atau input lingkungan dan overt input yang berasal dari sistem. Overt input adalah peubah endogen yang ditentukan oleh fungsi dari sistem. Input yang terkontrol dapat divariasikan selama operasi untuk menghasilkan prilaku sistem yang sesuai dengan yang diharapkan. Sebagaimana halnya overt input yang tidak terkontrol, perwujudan input dapat meliputi manusia, barang, tenaga, modal dan informasi. Output terdiri dari dua golongan yaitu output yang dikehendaki (desireable output) dan yang tidak dikehendaki. Output yang dikehendaki biasanya dihasilkan dari adanya pemenuhan kebutuhan yang ditentukan secara spesifik pada waktu analisa kebutuhan. Sedangkan output yang tidak dikehendaki adalah merupakan hasil sampingan atau dampak yang ditimbulkan bersama-sama dengan output yang diharapkan, misalnya berupa buangan bahan (waste) yang mungkin membahayakan kesehatan dan menyebabkan polusi. Berikut akan dijelaskan lebih rinci uraian pengertian komponen kotak gelap suatu sistem.

(20)

Tabel 1. Uraian pengertian komponen kotak gelap suatu sistem

No KOMPONEN URAIAN

A INPUT SISTEM

A.1 Input lingkungan (eksogenus) a) Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak dipengaruhi sistem

b) Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah A.2 Input yang endogen (yang

terkendali dan tidak terkendali

a) Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk melaksanakan fungsinya yang dikehendaki

b) Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem dalam pengoperasiannya

A.2.1 Input yang terkendali a) Dapat bervariasi selama pengoperasiaan sistem untuk menghasilkan output yang dikehendaki

b) Perannya sangat penting dalam mengubah kinerja sistem selama pengoperasiaanya c) Dapat meliputi aspek : manusia, bahan,

energi, modal dan informasi

A.2.2 Input yang tak terkendali a) Tidak cukup penting peranannya dalam mengubah kinerja sistem

b) Tetapi diperlukan agar sistem dapat berfungsi

c) Bukan merupakan input lingkungan (eksogenus), karena disiapkan oleh perancang

B OUTPUT SISTEM

B.1 Output yang dikehendaki a) Merupakan respon dari sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan (dalam analisis kebutuhan)

b) Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasikan

B.2 Output yang tidak dikehendaki a) Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindarkan dari sistem yang berfungsi dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki

b) Selalu diidentifikasikan dalam tahap identifikasi sistem, terutama semua pengaruh negatif yang potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang diuji

c) Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang dikehendaki

C MANAJEMEN

PENGENDALI

Merupakan faktor pengendalian (kontrol) terhadap pengoperasian sistem dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki

(21)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kabupaten Karo pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2010.

Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat yang digunakan adalah : alat tulis, komputer dan kamera digital.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari penelitian kerja, baik dari hasil wawancara, observasi, dan hasil diskusi dengan pihak-pihak yang berwenang. Dan data sekunder yang diperoleh dari pihak Dinas Pertanian Kabupaten Karo, antara lain : data hasil produksi jeruk dan pedoman dasar dan instruksi kerja tanaman jeruk.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan secara sistematis yakni mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai benda (bibliografi) dan juga dari para stakeholder. Disamping itu penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yang merupakan sebuah studi untuk mengadakan perbaikan terhadap suatu keadaan terdahulu. Teknik yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data dengan cara:

1. Literatur

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data serta teori-teori yang berhubungan dengan budidaya jeruk khususnya mengenai pasca panen tanaman jeruk.

(22)

2. Pengamatan (Observasi)

Tahap observasi merupakan tahan yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai obyek penelitian.

3. Wawancara

Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab dengan stakeholder yang terkait. Metode ini dilakukan untuk mendukung akurasi data.

4. Diskusi

Diskusi dilakukan dengan petani jeruk pada lokasi penelitian serta badan penyuluhan setempat.

Prosedur Penelitian

1. Menentukan stakeholder-stakeholder yang berkaitan dengan budidaya jeruk khususnya dalam hal penanganan pasca panen.

2. Menganalisis kebutuhan terhadap sesama stakeholder budidaya jeruk. 3. Menganalisis masalah-masalah yang terjadi selama pasca panen.

4. Menentukan ruang lingkup permasalahan yang terjadi pada sistem budidaya jeruk.

5. Melakukan evaluasi terhadap tiga aspek yang dianggap cukup penting di dalam sistem identifikasi sistem yaitu aspek sumber daya, aspek sossial dan aspek teknis.

6. Menyusun diagram kotak hitam (blackbox diagram) sebagai hasil akhir dalam langkah identifikasi sistem.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapat dari pembelajaran melalui benda konkrit menunjukan bahwa 84,21 % untuk operasi penjumlahan dan pengurangan, 65,79 %untuk operasi perkalian dan 39,47 %

BENTUK SURAT PENAWARAN PESERTA PERORANGAN Tetap Cukup Jelas.. BENTUK SURAT KUASA Tetap

(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3 dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua

Atas dasar tersebut, setelah mewawancarai beberapa wisatawan yang datang ke Waduk Darma bahwa mereka tertarik untuk mengunjungi Waduk Darma karena menawarkan udara yang sejuk,

keterampilan sosial) terhadap motivasi belajar siswa kelas XI pada mata. pelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Tulungagung Tahun

Dampak meningkatnya harapan untuk bisnis pada umumnya telah membawa tuntutan reformasi tata kelola dan pengambilan keputusan etis.Memahami harapan etika tempat kerja sangat penting

Mengharap kehadiran Bapak pada acara diran Bapak pada acara Sosialisasi MASTER PLAN SD Negeri 00 Sosialisasi MASTER PLAN SD Negeri 001 1 Sangatta Utara sebagai Rintisan Sekolah

Hal ini dikarenakan banyak sampel yang memiliki tingkat leverage rendah tetapi mereka tidak melakukan praktik IFR dan adanya perusahaan dengan tingkat leverage