• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi Visual

Komunikasi visual, secara harfiah berarti proses transformasi ide dan informasi dalam bentuk yang dapat dibaca dan ditanggapi (berupa bentuk visual). Komunikasi visual, biasanya diasosiasikan dengan seni rupa, simbol – simbol, fotografi, tipografi, lukisan, desain grafis, ilustrasi dan lain – lain. Konsep komunikasi visual adalah memadukan kreatifitas, estetika, efisiensi, komunikatif, dan lain-lain, untuk menciptakan suatu media yang dapat menarik perhatian, juga menciptakan media komunikasi yang efektif agar diapresiasi oleh komunikan. Perancangan komunikasi visual ini dapat dipadukan dengan strategi komunikasi, psikologi, dan atropologi budaya. Komunikasi visual merupakan payung dari berbagai kegiatan komunikasi yang menggunakan unsur rupa (visual) pada berbagai media : percetakan, luar ruang (papan reklame), televisi, film, dan video.

Sedangkan desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep - konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola elemen - elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi warna serta layout (tata letak atau

(2)

perwajahan).Dengan demikian gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan.9

2.2 Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Sejak awal kemunculannya, film selalu mendapat perhatian banyak dari masyarkat tidak hanya karena tekhnologi yang di gunakan, tetapi juga karena kemampuannya menghibur bahkan mempengaruhi masyarakat.Potensi film untuk ‘menghipnotis’ masyarakat ini kemudian di lihat oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu dan menjalankan propaganda melalui film. Karena di lakukan oleh sumber yang lebih sedikit dari pada target, dalam hal ini khalayak luas, maka propaganda yang di lancarkan melalui film merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Untuk melihat potensi film sebagai media komunikasi massa yang cukup ampuh menyampaikan pesan kepada penonton, pemahaman tentang komunikasi massa itu menjadi syarat utama.

Film pada hakikatnya adalah medium komunikasi massa sebagaimana terlihat dari ciri-cirinya :

1. Sifat Informasi

Film lebih dapat menyampaikan informasi yang matang dalam konteks yang lebih utuh dan lengkap.Maka informasi dari film dapat diserap khalayak secara mendalam.

2. Kemampuan Distorsi 9

(3)

Film sama seperti media massa lainnya dibatasi oleh ruang dan waktu. Untuk mengatasi itu, film menggunakan distorsi dalam pembuatannya baik di tahap rekaman gambar, maupun pemaduan gambar yang dapat menempatkan informasi.

3. Situasi Komukasi

Film lebih dapat membawakan situasi komunikasi yang khas sehingga menambah intensitas khalayak.Film menimbulkan keterlibatan yang lebih intim.Keterlibatan penonton dengan suatu film dapat melepas dia dari realitas kehidupan yang sesungguhnya.

4. Kredibilitas

Situasi komunikasi film dan keterlibatan emosional penonton dapat menambah kredibilitas suatu produk film. Hal itu dimungkinkan karena penyajian film disertai dengan perangkat kehidupan yang mendukung

5. Struktur Hubungan

Khalayak film dituntut untuk membentuk kerangka komunikasi yang baru setiap kali menonton film agar mendapatkan persepsi yang tepat. 6. Kemampuan Perbaikan

Karena tidak memerlukan kecepatan dan kesegeraan, film dapat dibuat lebih teliti.Namun setelah titik tertentu, film tidak dapat lagi diperbaiki, kecuali dengan potongan. Jadi tidak dapat ralat seperti di media massa lainnya.

(4)

Khalayak film mengalami kesulitan referensi dibandingkan dengan khalayak media massa lainnya. Khalayak film harus dapat menyerap informasi pada saat menerima.Kesalahan persepsi dan pengertian tidak dapat diperbaiki, apalagi jika penonton tidak atau belum terbiasa dengan bahasa film yang digunakan.

Film merupakan massamediated culture yaitu penggambaran budaya sebagaimana adanya seperti yang terdapat dalam berbagai media massa kontemporer, baik tentang golongan elit, awam, orang terkenal maupun budaya asli masyarakat. Film juga mampu menjadi agen sosialisasi tradisional dalam masyarakat, keluarga, sekolah atau ajaran agama dan membangun hubungan langsung dengan individual. Walau bagaimanapun bentuk tanggapan dari khalayak terhadap pesan yang terkandung dalam film, akan dipengaruhi oleh si khalayak sebelumnya, baik pengalaman sosial maupun budaya. Selain itu, sebagaimana layakya media massa lain yang dianggap mampu dan memiliki kekuatan untuk membentuk masyarakat, demikian pula sama halnya dengan film. Film juga mampu mempengaruhi dan membentuk budaya atau kehidupan masyarakat sehari-hari.10

Selain itu, film juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal, melalui isi pesan yang dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara pesan itu disampaikan. Namun yang pasti, isi pesan dan nilai-nilai yang terkandung, mencerminkan ideologi dan politik dari si pembuat film tersebut.

10

(5)

2.3 Film

Pengertian secara harfiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.

Film adalah sekedar gambar yang bergerak, adapun pergerakannya disebut sebagai intermitten movement, gerakan yang muncul hanya karena keterbatasan kemampuan mata dan otak manusia menangkap sejumlah pergantian gambar dalam sepersekian detik. Film menjadi media komunikasi massa yang sangat berpengaruh, melebihi media-media yang lain, karena secara audio dan visual dia bekerja sama dengan baik dalam membuat penontonnya tidak bosan dan lebih mudah mengingat, karena formatnya yang menarik.

Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya;11

11

Ali. (2008, 25 Januari).UU Perfilman Mengalihkan Tanggung Jawab Pidana Ke LSF [online]. Diakses pada tanggal 24November2014 dari

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol18417/uu-perfilman-mengalihkan-tanggung-jawab-pidana-sineas-ke-lsf

(6)

2.3.1 Fungsi Film

Menurut Effendy tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan.Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif.Fungsi edukasi digunakan untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building.

Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film memproduksi film-film sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.12

2.3.2 Karakteristik Film

Faktor-faktor yang dapat menunjukan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis.

1. Layar yang luas/ lebar

Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas.Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi, layar film di bioskop-bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak.

2. Pengambilan gambar

12

Elvinaro ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu

(7)

Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extream long shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik. Disamping itu, melalui panoramic shot, kita sebagai penonton dapat memperoleh sedikit gambaran, bahkan mungkin gambaran yang cukup tentang daerah tertentu yang dijadikan lokasi film sekalipun kita belum pernah berkunjung ke tempat tersebut.

3. Konsentrasi penuh

Dari pengalaman kita masing-masing, disaat kita menonton film di bioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah tiba, pintu-pintu ditutup, lampu dimatikan, nampak di depan kita layar luas dengan gambar-gambar cerita film tersebut.

4. Identifikasi psikologis

Suasana di gedung bioskop telah membuat penghayatan kita semakin mendalam dan seringkali secara tidak sadar kita mengidentifikasikan pribadi kita dengan salah seorang pemeran dalam film itu, seolah-olah kitalah yang sedang berperan.Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai identifikasi psikologis.13

13

Elvinaro ardianto, Lukiati Komala. Siti Karlinah. Komunikasi Massa Suatu Pengantar.Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2004 Hal.145-147

(8)

2.3.3 Jenis-Jenis Film

Film dapat dikelompokkan pada jenis 14: a. Film Cerita (fiksi)

Film cerita merupakan film yang dibuat atau diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris.Kebanyakan atau pada umumnya film cerita bersifat komersial.Pengertian komersial diartikan bahwa film dipertontonkan di bioskop dengan harga karcis tertentu.Artinya, untuk menonton film itu di gedung bioskop, penonton harus membeli karcis terlebih

dulu.Demikian pula bila ditayangkan di televisi, penayangannya

didukungdengan sponsor iklan tertentu pula. b. Film Non Cerita (Non Fiksi)

Film noncerita adalah film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya. Film non cerita ini terbagi atas dua kategori, yaitu :

• Film Faktual: menampilkan fakta atau kenyataan yang ada, dimana kamera sekedar merekam suatu kejadian. Sekarang, film faktual dikenal sebagai film berita (news-reel), yang menekankan pada sisi pemberitaan suatu kejadian aktual.

• Film Dokumenter: selain fakta, juga mengandung subyektifitas pembuat yang diartikan sebagai sikap atau opini terhadap peristiwa, sehingga persepsi tentang kenyataan akan sangat tergantung pada si pembuat film dokumenter tersebut.

14

(9)

2.4 Komunikasi Massa

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin: communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.15

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages

communicated through a mass medium to a large number of people).16 Dari

defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa.

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen.17

Menurut Jay Black dan Federick C. Whitney, komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen. 18 Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,

15

Onong Uchjana Effendy. Hubungan Masyarakat. Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006, Hal.9

16

Ardianto, Komunikasi Massa:Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004 Hal.3

17

Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Hal.75

18

(10)

berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu .

Devito dalam bukunya Communicology : An Introduction to the Study of Communication, mengemukakan defenisi komunikasi massa yaitu : pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan visual. Komunikasi massabarangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya yaitu televisi, radio, surat kabar, majalah, dan film.19

2.5 Pengertian dan Tipe Sutradara

Di proses pementasan teater, penanggung jawab proses transformasi naskah lakon ke bentuk pemanggungan adalah sutradara yang merupakan pimpinan utama kerja kolektif sebuah teater. Baik buruknya pementasan teater sangat ditentukan oleh kerja sutradara, meskipun unsur–unsur lainnya juga berperan tetapi masih berada di bawah kewenangan sutradara.

Pada mulanya pementasan teater tidak mengenal sutradara.Pementasan teater muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki gagasan untuk mementaskan sebuah cerita.Kemudian mereka berlatih dan memainkkannya di

19

(11)

hadapan penonton. Sejalan dengan kebutuhan akan pementasan teater yang semakin meningkat, maka para aktor memerlukan peremajaan pemain. Para aktor yang telah memiliki banyak pengalaman mengajarkan pengetahuannya kepada aktor muda. Proses mengajar dijadikan tonggak awal lahirnya “sutradara”. Dalam terminologi Yunani sutradara (director) disebut didaskalos yang berarti guru dan pada abad pertengahan di seluruh Eropa istilah yang digunakan untuk seorang sutradara dapat diartikan sebagai master.20

Menurut RobertCohen (1994) istilah sutradara seperti yang dipahami dewasa ini baru muncul pada jaman Geroge II.Seorang bangsawan (duke) dari Saxe-Meiningen yang memimpin sebuah grup teater dan menyelenggarakan pementasan keliling Eropa pada akhir tahun 1870-1880.Dengan banyaknya jumlah pentas yang harus dilakukan, maka kehadiran seorang sutradara yang mampu mengatur dan mengharmonisasikan keseluruhan unsur artistik pementasan dibutuhkan.Meskipun demikian, produksi pementasan teater Saxe-Meiningen masih mengutamakan kerja bersama antarpemain yang dengan giat berlatih untuk meningkatkan kemampuan berakting mereka.

Model penyutradaraan seperti yang dilakukan oleh GeorgeII diteruskan pada masa lahir dan berkembangnya gaya realisme. AndreAntoine di Tokohcis dengan Teater Libre serta Stansilavsky di Rusia adalah dua sutradara berbakat yang mulai menekankan idealisme dalam setiap produksinya.Max Reinhart mengembangkan penyutradaraan dengan mengorganisasi proses latihan para aktor dalam waktu yang panjang. GordonCraig merupakan seorang sutradara yang

20

Herman Sutanto. (2008, Agustus).Awal Mula Penyutradaraan [online]. Diakses pada tanggal 27 November 2013 dari http://16sanggarsastra.unirow.ac.id

(12)

menanamkan gagasannya untuk para aktor sehingga ia menjadikan sutradara sebagai pemegang kendali penuh sebuah pertunjukan teater.21Berhasil tidaknya sebuah pertunjukan teater mencapai takaran artistik yang diinginkan sangat tergantung kepiawaian sutradara.Dengan demikian sutradara menjadi salah satu elemen pokok dalam teater modern.

Oleh karena kedudukannya yang tinggi, maka seorang sutradara harus mengerti dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pementasan.Oleh karena itu, kerja sutradara dimulai sejak merencanakan sebuah pementasan, yaitu menentukan lakon. Setelah itu tugas berikutnya adalah menganalisis lakon, menentukan pemain, menentukan bentuk dan gaya pementasan, memahami dan mengatur blocking serta melakukan serangkaian latihan dengan para pemain dan seluruh pekerja artistik hingga karya teater benar-benar siap untuk dipentaskan.

Sebagai pimpinan, sutradara selain bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses terciptanya pementasan juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat atau penonton. Meskipun dalam tugasnya seorang sutradara dibantu oleh stafnya dalam menyelesaikan tugas–tugasnya tetapi sutradara tetap merupakan penanggung jawab utama. Untuk itu sutradara dituntut mempunyai pengetahuan yang luas agar mampu mengarahkan pemain untuk mencapai kreativitas maksimal dan dapat mengatasi kendala teknis yang timbul dalam proses penciptaan.

21

Herman J Waluyo, Drama Teori dan Pengajarannya. Jakarta: Hanindita Graha Widya.2001 hal. 89

(13)

Sebagai seorang pemimpin, sutradara harus mempunyai pedoman yang pasti sehingga bisa mengatasi kesulitan yang timbul.Ada beberapa tipe sutradara dalam menjalankan penyutradaraanya22, yaitu:

1. Sutradara konseptor. Ia menentukan pokok penafsiran dan menyarankan konsep penafsiranya kepada pemain. Pemain dibiarkan mengembangkan konsep itu secara kreatif.Tetapi juga terikat kepada pokok penafsiran tsb.

2. Sutradara diktator. Ia mengharapkan pemain dicetak seperti dirinya sendiri, tidak ada konsep penafsiran dua arah ia mendambakan seni sebagai dirinya, sementara pemain dibentuk menjadi robot – robot yang tetap buta tuli.

3. Sutradara koordinator. Ia menempatkan diri sebagai pengarah atau polisi lalulintas yang mengkoordinasikan pemain dengan konsep pokok penafsirannya.

4. Sutradara paternalis. Ia bertindak sebagai guru atau suhu yang mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin para anggotanya. Filmdisamakan dengan padepokan, sehingga pemain adalah cantrik yang harus setia kepada sutradara.

2.6 Bekal Awal Sutradara

Sutradara merupakan sebuah profesi dan komitmen sekaligus.Disebut profesi karena kerja seorang sutradara didasarkan atas keahlian, keterampilan, dan

22

(14)

kreativitas di bidang film.Disebut komitmen karenaprofesi sutradara bukanlah karena penunjukan atau SK sebagaimana sebuah jabatan di organisasi atau intitusi pemerintah.Seorang sutradara merupakan niatan, janji, sikap, dan tanggung jawab untuk berproses kreatif dalam dunia filmsebagai seorang sutradara.Oleh karena itu, seseorang menjadi sutradara bukan karena ditunjuk oleh orang lain, tetapi dia sendiri yang menunjuk dirinya untuk menjadi seorang sutradara.

Sutradara adalah seorang seniman, sebagaimana seniman yang lain, yang berkarya di dunia film.Dia dinilai, diberi gelar dan status, dan mengaku sebagai sutradara karena karya yang diciptakannya. Apakah dia seorang sutradara yang berkualitas, cerdas, dan kreatif akan dinilai dari karya filmyang disutradarai. Karena itu, sutradara lahir dari sebuah proses pembuatan filmdan seberapa jauh dia berkomitmen sebagai seorang sutradara.

Karena ia lahir dari sebuah proses lakon dalam film, maka sutradara mesti membekali dirinya dengan pengetahuan dan kemampuan di bidangnya itu. Ada beberapa bekal awal yang harus dimiliki seorang sutradara, yaitu :

1. Seorang sutradara haruslah memiliki pengetahuan dalam film. Pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman menjadi seorang pekerja film sebelumnya, pendidikan, dan membaca.Bisa saja seorang sutradara ketika masih menjadi seorang aktor, bukanlah aktor yang baik. Tetapi karena pengalamannya itu ia memiliki pengetahuan bagaimana berteater yang baik. Atau mungkin ia seorang alumni pendidikan teater lantas menjadi seorang sutradara.

(15)

2. Seorang sutradara haruslah memiliki kemampuan bersastra. Naskah drama yang akan diproses dalam pertunjukan teater merupakan genre sastra. Seorang sutradara mesti menganalisis dan menginterpretasi naskah drama yang akan digarapnya. Penafsiran dan analisis naskah drama merupakan kerja awal sebelum proses penyutradaraan berlangsung lebih lanjut. Untuk itu ia haruslah memiliki kemampuan bersastra untuk itu.

3. Seorang sutradara haruslah mempunyai konsep. Konsep dalam konteks ini adalah pandangan, keyakinan, dan sikap tentang profesi itu. Konsep itulah yang akan menuntun seorang sutradara untuk menentukan, memikirkan, dan memutuskan apa yang terbaik bagi proses kerja penyutradaraannya. Konsep seorang sutradara adalah sebuah pilihan yang diyakini dan dipandang sebagai sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi semua pihak; khususnya bagi dirinya sendiri dalam setiap prosesnya.Tidak hanya seorang sutradara, semua seniman sesungguhnya memiliki konsep kesenimaannya.

4. Seorang sutradara haruslah memiliki kemampuan manajerial. Sebagai seorang pemimpin, sutradara pada dasarnya adalah seorang manajer. Dialah yang merencanakan, mengkoordinasi, mengevaluasi, mensolusi semua problema, dan mengontrol proses penggarapan pertunjukan teater. Tanpa manajemen yang baik, akan banyak hambatan dan persoalan yang muncul. Untuk itu, ia haruslah memiliki pengetahuan manajemen yang memadai sesuai kebutuhan proses kerjanya.

(16)

5. Seorang sutradara haruslah memiliki pengetahuan sosiopsikologi. Pertunjukan teater di atas panggung merupakan refleksi dari sosial dan psikologis manusia.Akting, karakterisasi, dan sarana panggung merupakan simbol-simbol bermakna kontekstual. Oleh karena itu, pengetahuan sosiopsikologis akan memperkaya wawasan sutradara dalam mempersiapkan sebuah pertunjukan film/teater.23

Banyak cara dan pendekatan yang dapat dilakukan seorang dalam membekali dan mempersiapkan dirinya untuk berproses kreatif sebagai sutradara. Itu semua bagian dari profesi dan komitmennya.

2.7 Tugas Utama Sutradara

Tugas sutradara film yang utama adalah mengarahkan para aktris dan aktor untuk membawakan peran yang sesuai dengan isi script, selain itu sutradara harus mempunyai kemampuan stimulasi supaya ia mampu membimbing aktris dan aktor untuk menghidupkan peran yang dimainkan dalam film tersebut. Berikut adalah tugas utama seorang sutradara dari tahap pra produksi sampai pasca produksi:

I. Tahap Pra Produksi

1. Interpretasi Skenario (Script Conference)

23

Desianti, Elyas. (2007, 27 Desember). Panduan untuk Sekedar Mencintai Dunia Film [online]. Diakses pada 29 November 2014 dari http://tentangfilm.blogspot.com

(17)

a. Analisis skenario yang menyangkut isi cerita, struktur dramatic, penyajian informasi dan semua hal yang berhubungan dengan estetika dan tujuan artistik film.

b. Hasil analisa didiskusikan dengan kepala departemen (Sinematografi, artristik, suara, editing) dan produser untuk merumuskan konsep penyutradaraan film.

2. Pemilihan Crew

Sutradara dan Produser memilih dan mementukan kru yang akan terlibat di dalam produksi.

3. Casting

Sutradara menentukan dan melakukan casting kepada para pemain utama dan pendukung yang dibantu oleh Asisten Sutradara dan Casting Director.

4. Latihan / Rehearsal

a. Kepada pemain utama sutradara menyampaikan visi dan misinya terhadap penokohan yang ada di dalam skenario, lalu mendiskusikannya dengan tujuan untuk membangun kesamaan persepsi karakter tokoh antara sutradara dan pemain utama.

(18)

b. Sutradara melakukan pembacaan skenario (reading) bersama seluruh pemain untuk membaca bagian dari dialog dan action pemain msing – masing.

c. Sutradara melakukan latihan pemeranan dengan pemain utama. d. Sutradara melakukan evaluasi terhadap hasil latihan pemeranan

yang telah direkam sebelumnya.

5. Hunting

a. Hunting lokasi bersama Penata Fotografi, Penata Artristik, Asisten Sutradara, dan Manajer Produksi.

b. Menentukan lokasi yang akan digunakan shooting berdasarkan diskusi dengan Penata Fotografi, Penata Artristik, Asisten Sutradara, dan Penata Suara.

c. Sutradara memastikan lokasi berdasarkan semua aspek teknis.

6. Perencanaan shootdan blocking / planning coverage dan staging

a. Sutradara merumuskan dan menyusun director shot pada setiap scene yang ada di skenario.

b. Sutradara membuat ilustrasi staging pemain dan peletakan kamera ke dalam bentuk floorplan.

c. Sutradara membuat storyboard dibantu oleh storyboard artist. 7. Praproduksi Final (Final preproduction)

(19)

Sutradara melakukan diskusi/evaluasi bersama-sama dengan crew dan pemain utama untuk persiapan shooting yang terkait dengan teknis penyutradaraan dan artistik.

II. Tahap Produksi

1. Berdasarkan Breakdown shooting sutradara menjelaskan adegannya kepada astrada (Asisten Sutradara) dan Kru utama lainnya tentang urutan shoot yang akan diambil (take).

2. Mengkoordinasikan kepada Asisten Sutradara untuk melakukan latihan blocking pemain yang disesuaikan dengan blocking kamera. 3. Sutradara memberikan pengarahan kepada pemain apabila dirasa

kurang dalam acting.

4. Sutradara mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam hal kreatif apabila ada persoalan di lapangan.

5. Melihat hasil shooting.

III. Tahap Pasca Produksi

1. Bila ada catatan khusus dari editor, sutradara melihat dan mengevaluasi hasil shooting atau materi editing.

2. Melihat dan mendiskusikan dengan Editorhasilrough cut dan fine cut.

3. Melakukan evaluasi tahap akhir dan diskusi dengan penata musik tentang ilustrasi musik yang telah dikonsepkan terlebih dulu pada saat pra produksi.

(20)

4. Melakukan evaluasi dan diskusi jalannya mixing berdasarkan konsep suara yang telah ditentukan pada saat praproduksi.

5. Berdasarkan konsep warna yang telah ditentukan pada saat praproduksi, sutradara melakukan koreksi warna di studio, setelah berdiskusi dengan produser dan Penata Fotografi.

Referensi

Dokumen terkait

mengalami sakit kejiwaan sudah sadar, dan orang yang lemah akal sudah sehat serta menurut pendapat wali mereka telah cerdas (pandai memelihara harta) maka

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah penerapan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode jarimatika dapat meningkatkan

2. Wisata bawah laut di perairan Wakatobi Sulawesi Tenggara akan menjadi keunggulan kelautan yang terintegrasi. Kata keunggulan pada kalimat tersebut sama dengan bentuk

1) Pengertian audit pemasaran menurut Bayangkara (2008:115) menyatakan bahwa Audit pemasaran adalah pengujian yang komprehensif, sistematis, independen, dan dilakukan

Hidup yang bergantung pada Tuhan artinya kita benar-benar memiliki penyerahan diri kepada-nya dan tidak berjalan dengan kekuatan sendiri, kita selalu melibatkan Tuhan

Setelah dilakukan revisi hasil dari uji coba kelompok kecil, selanjutnya bahan ajar dapat di gunakan pada uji coba kelompok besar. Dalam hal ini kelompok besar adalah

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Mulia, karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja

Tujuan penelitian yang ketiga adalah untuk menganalisis perbedaan keterampilan proses sains siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran