• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PERLAKUAN PANAS MENGGUNAKAN GAS HIDROGEN TERHADAP SIFAT LISTRIK TERMISTOR NTC BERBASIS Fe 2 TiO 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH WAKTU DAN SUHU PERLAKUAN PANAS MENGGUNAKAN GAS HIDROGEN TERHADAP SIFAT LISTRIK TERMISTOR NTC BERBASIS Fe 2 TiO 5"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Fibusi (JoF) Vol. 4 No. 2, Agustus 2016

*Penanggung Jawab

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PERLAKUAN PANAS

MENGGUNAKAN GAS HIDROGEN TERHADAP SIFAT LISTRIK

TERMISTOR NTC BERBASIS Fe

2

TiO

5

Jaenudin Kamal

*1

, Dani Gustaman Syarif

2

, Wiendartun

1

1Departemen Pendidikan Fisika,Universitas Pendidikan Indonesia

Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung 40154

2PSTNT-BATAN

Jl.Tamansari 71 Bandung,

Email: [email protected], [email protected], [email protected].

ABSTRAK

Perlakuan panas termistor NTC berbasis Fe

2

TiO

5

yang di doping MnO

2

telah

dilakukan. Pelet termistor Fe

2

TiO

5

dibuat dari bahan Fe

2

O

3

, TiO

2

,

dan MnO

2

. Pelet

mentah yang diperoleh, disinter pada suhu 1050

o

C selama 3 jam dalam atmosfer gas

oksigen. Resistansi pelet diukur pada suhu 30-200

o

C dengan interval 10

o

C. Selesai

pengukuran resistansi, pelet diberi perlakuan panas pada suhu 300

o

C di dalam

atmosfer gas hidrogen. Besarnya waktu perlakuan panas divariasi yaitu selama 5, 15,

dan 25 m

enit. Hasilnya, terjadi penurunan resistivitas suhu ruang (ρ

SR

) pada keramik

seiring peningkatan waktu perlakuan panas dengan nilai masing-masing sebesar

427,444

MΩ.cm, 27,877 MΩ.cm, dan 1,056 MΩ.cm. Demikian nilai konstanta

termistor (B) dari masing-masing waktu perlakuan panas didapatkan sebesar 6013 K,

4102 K, dan 3459 K. Perlakuan panas juga dilakukan pada suhu yang bervariasi yaitu

250

o

C, 350

o

C, dan 450

o

C untuk waktu yang tetap. Hasilnya, terjadi penurunan nilai

ρ

SR

pada keramik seiring peningkatan suhu perlakuan panas dengan nilai

masing-masing sebesar 421,78 MΩ.cm, 78,609 MΩ.cm, dan 0,056 MΩ.cm. Demikian nilai

konstanta termistor (B) dari masing-masing suhu perlakuan panas didapatkan sebesar

4038 K, 3729 K, dan 4053 K. Berdasarkan nilai ρ

SR

dan B yang diperoleh, keramik

yang diberi perlakuan panas ini telah memenuhi kebutuhan pasar. Struktur kristal

keramik sebelum dan sesudah perlakuan panas dianalisis dengan XRD. Hasil analisis

XRD menunjukkan keramik Fe

2

TiO

5

doping MnO

2

mempunyai struktur kristal

orthorombik dan tidak terjadi perubahan struktur kristal pada kondisi sebelum dan

sesudah perlakuan panas.

Kata Kunci : Fe2O3, TiO2, MnO2, perlakuan panas.

EFFECT OF TIME AND TEMPERATURE HEAT TREATMENT USING

HYDROGEN GAS ON ELECTRICAL PROPERTIES THERMISTORS NTC

BASED Fe

2

TiO

5

ABSTACT

Heat treatment at NTC thermistor-based Fe

2

TiO

5

which doped MnO

2

has been done.

Fe

2

TiO

5

thermistor pellets made from Fe

2

O

3

, TiO

2

, and MnO

2

. Raw pellets obtained,

(2)

Jaenudin Kamal, dkk, Pengaruh waktu dan suhu perlakuan panas menggunakan gas hidrogen terhadap sifat listrik termistor NTC berbasis Fe2TiO5

Resistance pellets was measured at a temperature of 30-200°C with intervals of 10°C.

Finish resistance measurement, pellet heat-treated at a temperature of 300

o

C in

the atmosphere gas hydrogen. The magnitude of time heat treatment varied that for 5,

15 and 25 minutes. It’s result, decrease the room temperature resistivity (ρ

SR

) on

ceramics with increasing heat treatment time with respective values of 427,444

MΩ.cm, 27,877 MΩ.cm, and 1,056 MΩ.cm. Thus, the value of thermistor constant (B)

of each of the heat treatment time is obtained at 6013 K, 4102 K, and 3459 K. The

heat treatment is also be done at various temperatures is 250

o

C, 350

o

C and 450

o

C for

time constant. It’s result, descrease

ρ

SR

on ceramics with increasing heat treatment

temperature with respective values of

421,78 MΩ.cm, 78,609 MΩ.cm, and 0,056

MΩ.cm. Thus, the value of thermistor constant (B) of each of the heat treatment

temperature is obtained at 4038 K, 3729 K, dan 4053 K. Based on the value of ρ

SR

and

B obtained, this ceramic have been meet the needs of the market. The crystal structure

of pellets before and after heat treatment was analyzed by XRD. XRD analysis

results showed Fe

2

TiO

5

doped MnO

2

ceramics have orthorhombic crystal structure

and no change of the crystal structure on the condition before and after heat treatment.

Keywords : Fe2O3, TiO2, MnO2, heat treatment

PENDAHULUAN

Mineral yarosit merupakan salah satu kekayaan alam yang berlimpah di Indonesia. Mineral yarosit ini mengandung Fe2O3.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memanfaatkan Fe2O3 dari mineral yarosit asli

(Syarif, 2007; Wiendartun, dkk, 2013; Suhendi, dkk, 2012). Fe2O3 dapat dimanfaatkan untuk

pembuatan termistor NTC. Termistor NTC adalah material semikonduktor yang resistansinya menurun secara eksponensial dengan bertambahnya suhu (Aleksic, dkk, 2012). Termistor NTC banyak digunakan sebagai sensor suhu dan kompensator suhu di berbagai bidang seperti otomotif, makanan, industri kimia, dan medis, karena sensitivitas suhunya yang tinggi, respon yang cepat, harganya murah dan bentuk fisik yang sesuai (Syarif, 2007; Sirvastava, dkk, 2012).

Penggunaan Fe2O3 yang stoikiometri

sebagai termistor NTC kurang menguntungkan, karena resistivitas pada suhu ruangnya yang sangat tinggi sehingga tidak aplikatif (Syarif, 2007). Nilai resistivitas listrik Fe2O3 pada suhu

ruang yang disinter pada suhu 1300oC sebesar 2.09×109 ohm.cm, nilai ini hampir mendekati resistivitas isolator (Wiendartun, dkk, 2008). Agar dapat diaplikasikan sebagai termistor NTC, maka resistivitas listrik Fe2O3 harus diturunkan

sampai kisaran puluhan KΩ sehingga sesuai dengan termistor NTC yang diproduksi secara komersial.

Untuk menurunkan resistivitas listrik Fe2O3, dapat dilakukan dengan beberapa metode

diantaranya adalah penambahan material dopan (seperti mangan, nikel, kobalt, besi, tembaga, dan titanium), suhu sinter (Sirvastava, dkk, 2012; Wiendartun, dkk, 2008), dan perlakuan panas/heat treatment (Syarif, 2007). Salah satunya dalam pembuatan termistor berbahan baku Fe2O3 yang didoping TiO2 (Syarif, 2007),

hasilnya doping TiO2 menurunkan resistivitas

termistor. Selain penambahan doping, suhu sinter juga mempengaruhi sifat listrik Fe2O3.

Salah satunya dalam pembuatan termistor sistem Fe2O3-CuO dengan memvariasikan suhu

sinternya (Wiendartun, dkk, 2008), hasilnya peningkatan suhu sinter menurunkan resistivitas termistor.

Dari kedua metode yang telah digunakan, metode perlakuan panas adalah cara termudah untuk menurunkan resisitivitas listrik termistor yang berbahan baku Fe2O3 (Syarif,

2007). Dibandingkan menggunakan metode lainnya dalam menurunkan resistivitas listrik, cara perlakuan panas ini memiliki keuntungan tersendiri diantaranya adalah perlakuan panas dapat diberikan pada pelet yang sudah dilapisi

(3)

Fibusi (JoF) Vol. 6 No. 2, Agustus 2016

perak, suhu perlakuan panas rendah, dan waktunya relatif cepat. Dengan keuntungan-keuntungan ini, metode perlakuan panas dapat menjadi metode yang lebih mudah untuk digunakan dalam menurunkan resistivitas listrik termistor.

Penelitian ini mempelajari pengaruh waktu dan suhu perlakuan panas terhadap karakteristik listrik termistor NTC berbahan baku Fe2O3. Gas yang digunakan dalam

perlakuan panas ini adalah gas hidrogen, karena gas hidrogen bersifat lebih reaktif terhadap material Fe2O3 (Abad, dkk, 2011; Campos, dkk,

2013). Dalam proses pembuatan termistor NTC, Fe2O3 dicampur dengan TiO2. Tujuannya agar

dapat membentuk Fe2TiO5 yang lebih aplikatif

sebagai termistor NTC, karena pada dasarnya Fe2TiO5 telah banyak digunakan dalam

pembuatan sensor suhu (Wiendartun, dkk, 2013; Sardjono, dkk, 2012). Untuk meningkatkan kualitas termistor NTC yang dibuat, material Fe2TiO5 ini di doping menggunakan MnO2.

Berdasarkan penelitian sebelumnya penambahan doping MnO2 pada Fe2TiO5 dapat

meningkatkan kualitas termistor NTC dengan memperbesar nilai konstanta termistor (B) sehingga termistor yang telah dibuat tetap sesuai dengan standar pasar (Wiendartun, dkk, 2013).

METODE PENELITIAN

Termistor NTC berbahan keramik Fe2TiO5 doping MnO2 dibuat dari bahan mineral

yarosit asli (Fe2O3). Metode yang digunakan

dalam pencampuran serbuk Fe2O3, TiO2 dan

MnO2 sama seperti yang dilakukan pada

penelitian sebelumnya (Wiendartun, dkk, 2013). Fe2O3 diekstrak dari mineral yarosit. Metode

ekstrak yang digunakan adalah metode kopresipitasi. Mineral yarosit dilarutkan dalam HCl. Kemudian larutan campuran ditambahkan NH4OH untuk membentuk endapan Fe(OH)2.

Hasil endapan dibersihkan dan dikeringkan pada suhu 80oC hingga kering. Serbuk kering dikalsinasi pada suhu 700oC selama 2 jam untuk memperoleh serbuk Fe2O3. Serbuk Fe2O3

dicampurkan dengan TiO2 dan MnO2 dalam

medium etanol. Perbandingan konsentrasi Fe2O3,

TiO2, dan MnO2 adalah 49%: 49%: 2% mol.

Proses pencampuran menggunakan hot plate

magnetic stirrer selama 1 jam. Setelah 1 jam

serbuk hasil campuran dikeringkan dan digerus

sampai halus. Serbuk yang sudah halus dikompaksi dengan tekanan 50 kg/cm2 untuk menghasilkan pelet mentah. Kemudian pelet mentah disinter pada suhu 1050oC selama 3 jam dalam gas oksigen. Pelet yang sudah disinter, dilapisi perak dan panaskan pada suhu 600oC selama 10 menit.

Dilakukan pengukuran nilai resistansi pada pelet yang telah dilapisi perak. Pengukuran resistansi dimulai pada suhu 30-200oC dengan interval 10oC. Pelet yang telah diukur resistansinya, diberi perlakuan panas pada suhu 300oC di dalam atmosfer gas Ar+7% H2. Waktu

perlakuan panas divariasikan yaitu selama 5, 15, dan 25 menit. Setiap selesai perlakuan panas, resistansi diukur pada suhu 30-100oC dengan interval 5oC. Perlakuan panas juga dilakukan pada suhu yang bervariasi yaitu 250oC, 350oC, dan 450oC dengan masing-masing waktu selama 5 menit. Struktur kristal pelet pada kondisi sebelum dan sesudah perlakuan panas dianalisis menggunakan XRD. Secara keseluruhan prosedur penelitian ini diperlihatkan pada gambar

1.

(4)

Jaenudin Kamal, dkk, Pengaruh waktu dan suhu perlakuan panas menggunakan gas hidrogen terhadap sifat listrik termistor NTC berbasis Fe2TiO5

Untuk Data resistansi listrik yang sudah diperoleh. Kemudian diolah menggunakan persamaan (1) dan (2) (Syarif, 2007; Sahoo, dkk, 2014) untuk mendapatkan nilai konstanta termistor (B), sensitivitas (α), dan resistivitas suhu ruang (ρSR). ( )T ekp B T ρ ρ∞   =     (1) 2 100% B T α = − × (2) Dengan,

ρ(T)= resistivitas pada T Kelvin (Ω.cm)

ρ∞= resistivitas pada ∞ Kelvin (Ω.cm)

T= Temperatur (K)

B= konstanta termistor (K) α= sensitivitas termistor (%/K)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk visual keramik Fe2TiO5 doping

MnO2

Untuk menggambarkan bentuk visual kedua pelet keramik Fe2TiO5 doping MnO2,

maka kedua pelet ini difoto menggunakan kamera. Foto dari kedua pelet ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Bentuk visualisasi pelet keramik Fe2TiO5 doping MnO2

Gambar 2. memperlihatkan kedua pelet keramik Fe2TiO5 doping MnO2 berwarna hitam,

mempunyai struktur yang halus, dan pada permukaannya tidak ditemukan keretakan. Hal Ini menunjukkan bahwa proses-proses yang

telah dilalui dalam membuat pelet ini sudah dilakukan dengan baik dan parameter yang sesuai.

Karakterisasi struktur kristal dengan XRD

Kristalografi keramik Fe2TiO5 doping

MnO2 diamati menggunakan XRD. Hasil

karakterisasi XRD memberikan informasi tentang struktur kristal keramik Fe2TiO5 doping MnO2

pada kondisi sebelum perlakuan panas, sesudah perlakuan panas pada suhu 300oC selama 25 menit, dan pada suhu 450oC selama 5 menit. Hasil karakterisasi XRD ini ditunjukkan pada Gambar 3, 4, dan 5.

Gambar 3. Pola difraksi sinar-X keramik Fe2TiO5 doping MnO2 sebelum

perlakuan panas dalam atmosfer gas Ar+7%H2.

Gambar 4. Pola difraksi sinar-X keramik Fe2TiO5 doping MnO2 sesudah

perlakuan panas pada suhu 300oC selama 25 menit dalam atmosfer gas Ar+7%H2.

(5)

Fibusi (JoF) Vol. 6 No. 2, Agustus 2016 0.0020 0.0022 0.0024 0.0026 0.0028 0.0030 0.0032 0.0034 11 12 13 14 15 16 17 18 19 sebelum HT HT selama 5 menit HT selama 15 menit HT selama 25 menit ln ρ( cm. o h m) 1/T (K-1)

Gambar 5. Pola difraksi sinar-X keramik Fe2TiO5 doping MnO2 sesudah

perlakuan panas pada suhu 450oC selama 5 menit dalam atmosfer gas Ar+7%H2.

Pada Gambar 3, 4, dan 5 terdapat banyak puncak-puncak tinggi yang menunjukkan adanya fase kristal. Data hasil karakterisasi XRD ini, diolah menggunakan

software XPowder versi 2004.04.46.Pro.

Berdasarkan hasil pengolahan, puncak-puncak intensitas ini dominan pada database PDF (Powder Diffraction File) no. 76-1158 dengan sudut puncak yang dominan di 2θ= 25.341o

, 32.341o, 36.456o, 37.17o, dan 40.902o yang memiliki arah orientasi (101), (023), (130), (113), dan (042). Arah orientasi bidang kristal ini, menunjukkan bahwa pelet memiliki struktur kristal berupa orthorombik. Struktur kristal ini didominasi oleh pembentukan Fe2TiO5

(Wiendartun, dkk, 2013; Sardjono, dkk, 2012). Pada beberapa puncak intensitas tidak ada puncak yang menunjukkan adanya fase MnO2 (Wiendartun, dkk, 2013). Hal ini karena

MnO2 tidak larut padat pada Fe2TiO5 dan

terdapat pada batas butir. Tetapi tidak dapat dideteksi oleh XRD.

Berdasarkan ketiga gambar tersebut, struktur kristal keramik Fe2TiO5 pada kondisi

sebelum hingga sesudah perlakuan panas menggunakan gas Ar+7% H2 tidak

menunjukkan terjadinya perubahan struktur kristal. Untuk melihat pengaruh perlakuan panas ini, mesti diamati melalui sifat listrik keramiknya.

Karakterisasi listrik keramik Fe2TiO5 doping

MnO2 untuk variasi besarnya waktu

perlakuan panas

Hasil karakterisasi listrik keramik Fe2TiO5 doping MnO2 dengan waktu perlakuan

panas yang bervariasi diperlihatkan pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan plot grafik ln ρ terhadap 1/T untuk masing-masing waktu perlakuan panas. Nilai konstanta termistor (B), sensitivitas (α), resistivitas suhu ruang (ρSR), dan

resistansi suhu ruang (RSR) ditunjukkan pada

Tabel 1.

Gambar 6. Grafik ln ρ (resistivitas) sebagai fungsi 1/T keramik Fe2TiO5 doping

MnO2 untuk variasi waktu heat

treatment (HT).

Tabel 1. Nilai konstanta termistor (B), sensitivitas (α), resistivitas suhu ruang (ρSR), dan resistansi suhu

ruang (RSR) keramik Fe2TiO5

doping MnO2 untuk variasi waktu

heat treatment (HT) pada suhu

300oC.

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa nilai konstanta termistor (B) keramik menurun dari 7596 K ke 3459 K seiring bertambahnya waktu perlakuan panas (HT). Hal ini pun berlaku sama untuk sensitivitas (α), dan resistivitas suhu ruang (ρSR). Penurunan nilai

ρSR ini disebabkan adanya peningkatan jumlah Waktu HT nilai B (K) Nilai α (%/K) ρSR (MΩ.cm) RSR (MΩ) Sebelum HT 7596 8.4 6936.062 3051.867 5 menit 6013 6.7 427.444 188.075 15 menit 4102 4.6 27.877 12.266 25 menit 3459 3.8 1.056 0.465

(6)

Jaenudin Kamal, dkk, Pengaruh waktu dan suhu perlakuan panas menggunakan gas hidrogen terhadap sifat listrik termistor NTC berbasis Fe2TiO5

elektron bebas akibat perlakuan panas. Gas yang digunakan dalam perlakuan panas ini tergolong ke dalam gas yang reduktif (Syarif, 2007; Abad, dkk, 2011). Sedangkan keramik yang diberi perlakuan panas adalah keramik yang disinter dalam atmosfer oksigen (O2). Dengan

kata lain, proses sintering ini dibarengi dengan proses oksidasi (Wahyuningsih, dkk, 2014). Dengan demikian, perlakuan panas yang diberikan ini merupakan proses reduksi, dimana terjadinya cacat kekosongan oksigen/pembentukan ion Fe2+ pada keramik yang menjadi sumber penyedia elektron bebas untuk pita konduksi (Syarif, 2007; Wahyuningsih, dkk, 2014).

Dari nilai konstanta termistor (B) yang diperlihatkan oleh Tabel 1. Nilai ini sudah cukup sesuai dengan termistor NTC yang dijual dipasaran dengan rentang nilai B pada 2000-6000 K (Taufik, dkk, 2007). Contohnya termistor NTC pada waktu reduksi 25 menit dengan suhu 300oC, memiliki nilai resistansi suhu ruang (RSR) sebesar 465 KΩ dan nilai B

sebesar 3459 K. Termistor NTC ini memiliki nilai resistansi yang hampir sama dengan termistor NTC yang diproduksi oleh perusahaan Murata (2014) yaitu termistor NCP15WM474p03RC dengan nilai resistansi pada suhu ruang (25oC) sebesar 470 KΩ dan memiliki nilai B (25/100oC) sebesar 4614 K.

Karakterisasi listrik keramik Fe2TiO5 doping

MnO2 untuk variasi besarnya suhu

perlakuan panas

Hasil karakterisasi listrik keramik Fe2TiO5 doping MnO2 dengan memvariasikan

suhu perlakuan panas (HT) diperlihatkan pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan plot grafik ln ρ terhadap 1/T untuk masing-masing variasi suhu perlakuan panas. Nilai dari konstanta termistor (B), sensitivitas (α), resisitivitas suhu ruang (ρSR), dan resistansi suhu ruang (RSR) dari

masing-masing variasi suhu perlakuan panas diperlihatkan pada Tabel 2.

Gambar 7. Grafik ln ρ (resistivitas) sebagai fungsi 1/T keramik Fe2TiO5 doping

MnO2 untuk variasi suhu heat

treatment (HT).

Tabel 2. Nilai konstanta termistor (B), sensitivitas (α), resistivitas suhu ruang (ρSR) dan resistansi suhu

ruang (RSR) dari keramik Fe2TiO5

doping MnO2 untuk variasi suhu

heat treatment (HT).

Berdasarkan Tabel 2, Penurunan resistivitas suhu ruang (ρSR) pada keramik ini

diakibatkan bertambahnya suhu perlakuan panas. Secara teoritis, meningkatnya suhu perlakuan panas ini dapat meningkatkan laju reaksi reduksi (Campos, dkk, 2013). Ketika laju reaksi reduksi meningkat, maka semakin banyak

terbentuk cacat kekosongan oksigen/pembentukan ion Fe2+ yang menjadi

sumber penyedia elektron bebas (Syarif, 2007). Pada Gambar 7. untuk grafik HT pada 450oC, posisinya terpisah cukup jauh dari grafik pada HT 350oC. Itu artinya resistivitas keramik untuk perlakuan panas pada suhu 450oC ini, jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan perlakuan panas pada suhu 350oC. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pola perlakuan panas yang diberikan. Gambar 8. memperlihatkan pola

Suhu (HT) oC nilai B (K) Nilai α (%/ K) ρSR (MΩ.cm) R(MΩ) SR 250 4038 4.5 421.782 185.584 350 3729 4.1 78.609 34.588 450 4053 4.5 0.056 0.025 0.0027 0.0028 0.0029 0.0030 0.0031 0.0032 0.0033 8 10 12 14 16 18 HT pada suhu 250oC HT pada suhu 350oC HT pada suhu 450oC ln ρ (o hm. cm) 1/T (K-1 )

(7)

Fibusi (JoF) Vol. 6 No. 2, Agustus 2016

perlakuan panas untuk variasi suhu perlakuan panas. Luas daerah III pada Gambar 8. jauh lebih besar dibandingkan dengan daerah II, sehingga proses reduksi berlangsung lebih lama pada suhu 450oC dibandingkan dengan suhu 350oC.

Gambar 8. Pola perlakuan panas keramik Fe2TiO5 doping MnO2

menggunakan gas Ar+7%H2

untuk variasi suhu perlakuan panas pada suhu 250oC, 350oC, dan 450oC.

Dari nilai konstanta termistor (B) yang diperlihatkan oleh Tabel 2. Nilai B ini sudah sesuai dengan nilai B pada termistor NTC yang dijual dipasaran yaitu pada rentang 2000-6000 K (Taufik, dkk, 2007). Contohnya termistor NTC untuk HT pada 450oC yang memiliki nilai resistansi suhu ruang (RSR) sekitar 25 KΩ dan

nilai B sebesar 4038 K. Termistor NTC ini memiliki nilai resistansi yang hampir sama dengan termistor NTC yang diproduksi oleh perusahaan Murata (2014) yaitu termistor NCP03XH223p05RL dengan nilai resistansi sebesar 22 KΩ pada suhu ruang (25o

C) dan memiliki nilai B (25/100OC) sebesar 3455 K.

KESIMPULAN

Telah berhasil dilakukan perlakuan panas pada keramik Fe2TiO5 doping MnO2. Struktur

kristal keramik berupa orthorombik dan tidak terjadi perubahan struktur pada kondisi sebelum dan sesudah perlakuan panas. Bertambahnya waktu perlakuan panas menggunakan gas Ar+7% H2 menurunkan nilai resistivitas listrik

suhu ruang (ρrt) keramik Fe2TiO5 dari 6936.062

MΩ.cm ke 1.056 MΩ.cm. Hal ini pun berlaku

juga untuk variasi suhu perlakuan panas yang mengalami penurunan nilai ρrt dari 421.782

MΩ.cm ke 0.056 MΩ.cm. Termistor NTC yang telah dibuat dengan perlakuan panas ini telah memenuhi kebutuhan pasar.

SARAN

Penelitian ini masih terdapat kekurangan, yaitu tidak adanya data struktur mikro pada kondisi sebelum dan sesudah perlakuan panas. Data struktur mikro diperlukan untuk mendukung hasil analisis XRD.

DAFTAR PUSTAKA

Abad A., Adánez J., Cuadrat A., Gracía-Labiano F., Gayán P., and Diego de F. Luis. (2011). “Kinetics of redox reactions of ilmenite for chemical-looping combustion”. Chemical

Engineering Science 66, 689-702.

Aleksic O.S., Nikolic M.V., Lukociv M.D., Nikolic N., Radojcic B.M., Radovanovic M., Djuric Z., Mitric M., and Nikolic P.M. (2012). “Preparation and characterization of Cu and Zn modified nickel manganite NTC powders and thick film thermistors”.

Materials Science and Engineering B.

Campos C. D., Belkouch J., Hazi M., and Ould-Dris A. (2013). “Reactivity investigation on iron-titanium oxides for a moving bed chemical looping combustion implementation”. Advances in Chemical

Engineering and Science, 47-56.

Murata. (2014). “NTC thermistor”. Diakses dari:

http://www.murata.com/~/media/webrenewa l/support/library/catalog/products/thermistor /ntc/r44e.ashx

Sahoo S., Parashar S.K.S., Ali M.S. (2014). “CaTiO3 nanoceramic for NTCR thermistor

based sensor application”. Journal of

Advanced Ceramic, 3(2): 117-124.

Sardjono P., Ari W., dan Sudirman. (2012). “Sintesis bahan magnetik Fe2TiO5 berbasis

sumber daya mineral lokal”. Jurnal Sains

(8)

209-Jaenudin Kamal, dkk, Pengaruh waktu dan suhu perlakuan panas menggunakan gas hidrogen terhadap sifat listrik termistor NTC berbasis Fe2TiO5

213.

Suhendi E., Hasanah L., dan Syarif D G. (2012). “Pengaruh penambahan NiO terhadap karakteristik keramik film tebal Fe2O3

untuk sensor gas aseton”. Jurnal

Pendidikan Fisika Indonesia 8 222-227.

Sirvastava A., Vaishnavi A.R.S.N, Prasad M., Rao.P Rama, and Narayana K.V.L. (2012). “Development of thermistor linearization circuit based on modified 555 timer using labVIEW”. International Journal of Computational Engineering Research /ISSN:2250-3005.

Syarif D G. (2007). “karakterisasi keramik termistor Fe2O3:1mTi hasil sinter dan

perlakuan panas”. Jurnal Teknik Mesin

Trisakti Volume 9, no.1.

Taufik D., Syarif D G, dan Karim S. (2007). “Karakteristik keramik termistor NTC dari pasir yarosit yang berstruktur hematit dengan penambahan oksida mangan”.

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR-BATAN Bandung, 17-18 juli 2007.

Wahyuningsih S., Hidayatullah H., Pramono E., Budi S., Handono A., Firdiyono F., dan Eko S. (2014). “Optimasi pemisahan TiO2 dari ilmenite bangka dengan proses leaching menggunakan HCl”. ALCHEMY jurnal

penelitian kimia, vol. 10, no.1, hal. 54-68.

Wiendartun, Waslaluddin, dan Syarif D G. (2013). “Effect of MnO2 Addition on

Characteristics of Fe2TiO5 Ceramics for

NTC Thermistor Utilizing Commercial and Local Iron Oxide”. Journal of The

Australian Ceramic Society Volume 49[2], 141-147.

Wiendartun, Suhendi E., Setiawan A., Syarif D G., dan D. S Guntur. (2008). “Pembuatan dan karakterisasi keramik CuFe2O4 untuk

Termistor NTC dengan menggunakan Fe2O3

dari mineral yarosit asli”. Artikel Balai

Gambar

Gambar 1. Diagram alur prosedur penelitian
Gambar 2.  Bentuk visualisasi pelet keramik  Fe 2 TiO 5  doping MnO 2
Gambar 5. Pola difraksi sinar-X keramik  Fe 2 TiO 5  doping MnO 2   sesudah  perlakuan panas pada suhu 450 o C  selama 5 menit dalam atmosfer  gas Ar+7%H 2
Gambar  7.  Grafik  ln  ρ  (resistivitas)  sebagai  fungsi 1/T keramik Fe 2 TiO 5  doping  MnO 2   untuk variasi suhu heat  treatment  (HT)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah minggu lalu DJIA naik +3,7% akibat penegasan isi minutes meeting The Fed di tengah release kinerja emiten Q3/2015 yang menunjukkan pemburukan diawali saham Alcoa yang

Tujuan dari tugas akhir ini adalah mencari model matematis untuk mengetahui tinggi genangan banjir yang diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor alam antara lain curah hujan,

Menghitung Tingkat Produkvitas Masing-Masing Sektor (Lapangan Usaha) yaitu dengan cara membagi PDRB masing-masing lapangan usaha dengan distribusi tenaga kerja yang bekerja

Tombol simpan pada form menu edit data ini berfungsi untuk menyimpan kembali perubahan data yang ada pada database, setelah tombol ini di klik menu selanjutnya adalah menu detail

Belajar menjadi pemimpin harus disemai dengan memimpin, bukan hanya diperoleh melalui membaca.Demikian halnya Kreitner dan Kinicki (2008: 234) menyatakan bahwa

atau sementara dari mikroprosesor. Komponen bantu tersebut disebut DMA controller. Salah satu komponen bantu yang banyak dipakai dalam sistem 8086 adalah. Pada gambar

Penggunaan Media Pembelajaran Audio Visual ( Power Point Dan Video) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Perikanan Tangkap.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penyajian makanan penting agar apa yang disajikan tidak sia-sia dan bermanfaat harus diingat akan beberapa faktor dalam penyajian makanan, yaitu :