• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

TAHUN 2016

LAPORAN STUDI EHRA

(ENVIRONMENTAL HEALTH RISK

ASSESMENT)

KABUPATEN ROTE NDAO

PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DISIAPKAN OLEH :

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah berkenan melimpahkan berkah serta karunia-Nya kepada kita semua, sehingga Laporan Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment / Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan) telah disusun dan disajikan menjadi suatu dokumen yang merupakan salah satu syarat untuk menyusun Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) berdasarkan pendekatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).

Laporan Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment / Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan) memberi data ilmiah dan faktual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala Kabupaten. Sub sektor sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah dan drainase lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk Praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Muatan pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan telah diarahkan sesuai dengan 5 (lima) Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dikembangkan oleh Kementrian Kesehatan RI. Pengorganisasian pertanyaan dalam kuesiner dan lembar pengamatan berikut penomoranya dibuat sedemikian rupa sehingga mempermudah pelaksanaan survey, entri data maupun analisis data hasil studinya. Pemerintah bersama pemangku kepentingan Kabupaten Rote Ndao dengan ini menyatakan komitmen penuh dalam mendukung program pengembangan Sanitasi serta berupaya mendorong pelaksanaan pengembangan sanitasi yang lebih efektif, partisipatif dan berkelanjutan.

Semoga penyusunan laporan ini menjadi isu yang menghasilkan “amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi secara horisontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa.

Rote Ndao, 30 Juni 2016

Sekretaris POKJA AMPL Kab. Rote Ndao,

Drs. Frengki J. Haning

Pembina Tingkat I

(3)

Daftar Isi :

Ringkasan Eksekutif

Bab 1 : Pendahuluan

Bab 2 : Metodologi dan Langkah Studi EHRA

2.1. Penetuan Target Area Survei (Klastering Kecamatan dan Desa) 2.2. Penetuan Jumlah/ Besar Responden

2.3. Penetuan Kecamatan dan Desa Survei

2.4. Penetuan RT/RW dan responden di lokasi survei

Bab 3 : Hasil Studi EHRA

3.1. Informasi Responden

3.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

3.3. Pembuangan air kotor/ limbah tinja manusia dan lumpur tinja 3.4. Drainase Lingkungan/ Selokan sekitar rumah dan banjir 3.5. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

3.6. Perilaku Higiene 3.7. Kejadian Penyakit Diare 3.8. Indeks Resiko Sanitasi (IRS)

Bab 4 : Penutup Daftar Istilah

Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Foto

(4)

RINGKASAN EKSEKUTIF (RE)

Penentuan area survei EHRA (Environmental Health Risk Assessment / Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan) secara geografi dan demografi dinamakan “Klastering”. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah “ Probability sampling”. Berdasarkan kaidah ini setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Dengan demikian metode sampling yang digunakan adalah “Cluster random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan untuk menentukkan jumlah sampel jika area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel dilakukan di daerah populasi yang telah ditetapkan sebagai target area survey. Kriteria utama penetapan klaster adalah :

1. Kepadatan Penduduk yaitu jumlah penduduk perluas wilayah tertentu.

2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan atau desa/kelurahan.

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/saluran drainase/saluran irigasi yang berpotensi digunakan atau telah digunakan sebagai sarana WC dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat. 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengganggu ketentraman masyarakat dengan parameter

ketinggian air, luas daerah banjir/genangan dan lamanya surut yang bisa ditentukkan oleh POKJA

Risiko sanitasi diartikan sebagai terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan, dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Indeks Risiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagai ukuran atau tingkatan risiko sanitasi, dalam hal ini hasil dari analisis Studi EHRA. Manfaat perhitungan Indeks Risiko Sanitasi (IRS) adalah sebagai salah satu komponen dalam menentukkan area beresiko sanitasi. Hasil analisis mengenai Indeks Risiko yang mencakup 5 (lima) hal penting yaitu sumber air, persampahan, air limbah domestik, banjir/genangan dan perilaku hidup bersih dan sehat.

Permasalahan yang mendesak dalam Studi EHRA adalah Sumber Air dan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

(5)

BAB I PENDAHULUAN

Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment = EHRA) adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat Kabupaten/Kota sampai dengan tingkat Kelurahan/Desa. Data yang dikumpulkan dari Studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten/Kota sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota.

Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dari Penyusunan Laporan Studi EHRA ini adalah untuk memberikan data atau bahan yang diperlukan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi, Penetapan Area Beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota. Dengan Data EHRA ini secara tidak langsung memberi “amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi secara horisontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa.

Pelaksana Studi EHRA

Studi EHRA dilaksanakan oleh Pokja AMPL Kabupaten Rote Ndao yang mengkoordinir pelaksanaannya secara menyeluruh.

Pokja AMPL Kabupaten Rote Ndao telah menyusun Tim Studi EHRA dengan susunan sebagai berikut :

Penanggungjawab : Pokja Kabupaten Rote Ndao

Koordinator Survey : Anggota Pokja dari Dinas Kesehatan

Anggota : Bappeda dan Dinkes

Koordinator Kecamatan : Kepala Puskesmas Supervisor : Sanitarian Puskesmas Tim Entry Data : Bappeda dan Dinkes Tim Analisis Data : Pokja Kabupaten Rote Ndao Enumerator : Kader Kesling, Perawat dan Bidan

(6)

Wilayah Cakupan

Wilayah cakupan Survey EHRA tahun 2016 di Kabupaten Rote Ndao terdiri dari 10 (sepuluh Kecamatan) yaitu Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Landuleko, Kecamatan Pantai Baru, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat, Kecamatan Rote Selatan dan Kecamatan Ndao Nuse, serta dengan desa sasaran yaitu: Desa Lifuleo, Desa Daiama, Desa Mukekuku, Desa Londalusi, Desa Keoen, Desa Tunganamo, Desa Lidamanu, Desa Suebela, Desa Oelunggu, Desa Kuli, Desa Inaoe, Desa Tebole, Desa Netenaen, Desa Boni, Desa Oelasin, Desa Oebatu, Desa Mbueain, Desa Oelolot, Desa Ndao Nuse dan Desa Mbali Lendeiki.

Metodologi

Metode penentuan target area survey secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah “Probability Sampling”. Berdasarkan kaidah ini setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Dengan demikian metode sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan untuk menentukan jumlah sampel jika area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel dilakukan di daerah populasi yang telah ditetapkan sebagai target area survey.

Penetapan klaster dilakukan berdasarkan 4 (empat) criteria utama yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP dan wajib digunakan oleh semua Pokja Sanitasi/AMPL Kabupaten/Kota dalam melakukan studi EHRA yaitu

1. Kepadatan Penduduk yaitu jumlah penduduk perluas wilayah tertentu.

2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunujukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan atau desa/kelurahan.

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/saluran drainase/saluran irigasi yang berpotensi digunakan atau telah digunakan sebagai sarana WC dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat. 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengganggu ketentraman masyarakat dengan parameter

ketinggian air, luas daerah banjir/genangan dan lamanya surut yang bisa ditentukkan oleh POKJA.

(7)

BAB II

METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data yakni :

1) Wawancara (interview) 2) Pengamatan (observation).

Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja AMPL dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Rote Ndao. Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen.

Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.

Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar.

Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Rote Ndao. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.

(8)

Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot

check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan

kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan.

Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri di re-check kembali oleh tim Pokja

AMPL. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.

Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja AMPL Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut:

1. Penanggungjawab : Pokja Kabupaten/Kota Rote Ndao 2. Koordinator Survey : Pokja - Dinas Kesehatan

3. Anggota : BAPPEDA, Bappermas, BLH, BPMPD, Infokom, dll 4. Koordinator wilayah/kecamatan : Kepala Puskesmas

5. Supervisor : Sanitarian Puskesmas

6. Tim Entry data : Bag. Pengolahan Data, Bappeda, BPS 7. Tim Analisis data : Pokja Kabupaten/Kota Rote Ndao

8. Enumerator : Kader aktif kelurahan (PKK, Posyandu, KB, dll)

2.1. Penentuan Target Area Survey

Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten/Kota Rote Ndao mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.

(9)

Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut:

1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/desa.

2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut :

(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)

Angka kemiskinan = --- X 100% ∑ KK

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat.

4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.

Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten/Kota Rote Ndao menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 1. Wilayah (Kecamatan atau Desa/Kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, Kecamatan/Desa/Kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili Kecamatan/Desa/Kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten/Kota Rote Ndao.

(10)

Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori

Klaster Kriteria

Klaster 0 Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko.

Klaster 1 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 2 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 3 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 4 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klastering wilayah di Kabupaten/Kota Rote Ndao menghasilkan katagori klaster sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, Kecamatan/Desa/Kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili Kecamatan/Desa/Kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama.

Tabel 2. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten/Kota Rote Ndao No Klaster Jumlah Nama Kelurahan/ Desa

1. 2. 4 3 2 24 Batu Tua Oetefu Oelasin Oebatu Lalukoen Nusakdale Batulilok Oeledo Keoen Tunganamo Tesabela Kuli

(11)

3. 4. 2 1 30 18 Suelain Kolobolon Oematamboli Helebeik Holoama Tuanatuk Baadale Namodale Metina Oelolot Mukekuku Lidor Oelua Nggodimeda Dolasi Lekik Mbokak Meoain Oehandi Oeseli Inaoe Dodaek Tebole Daleholu Lenupetu Sonimanu Edalode Bebalain Mbueain Londalusi Serubeba Matasio Bolatena Sotimori Dalama Temas Modosinal Oetutulu Daudolu Oebela Seubela Lidamanu Maubesi Onatali Oebafok Oebou Landu Lenguselu

(12)

5. 0 7 Olafulihaa Mokdale Sanggaoen Bo’a Oenggaut Sedeoen Lakamola Faifua Hundihopo Busalangga Netenaen Ingguinak Boni Limakoli Oebau Oelunggu Oenitas Ndao-Nuse Nemberala Tolama Lidabesi

Misalkan hasil klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Rote Ndao yang terdiri atas 81 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebegai berikut:

1) klaster 4 sebanyak 2 %. 2) klaster 3 sebanyak 30 %, 3) klaster 2 sebanyak 37%, 4) klaster 1 sebanyak 22%, dan 5) dan klaster 0 sebanyak 9 %.

2.2. Penentuan Jumlah Sampel/Responden

Untuk mendapatkan gambaran kondisi sanitasi di tingkat kabupaten/kota, dengan presisi tertentu, tidak dibutuhkan besaran sampel yang sampai ribuan rumah tangga. Sampel sebesar 30 responden untuk tiap kelurahan/desa, dengan teknik statistik tertentu dan dianggap sebagai jumlah minimal yang bisa dianalisis. Akan tetapi, dalam praktiknya, bila ditargetkan 30, seringkali tidak memenuhi target, dikarenakan oleh sejumlah error (kesalahan pewawancara, entry team, kuesioner, dll), sehingga seringkali sampel yang ditargetkan 30 hanya terealisir sekitar 20-25 saja. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden.

(13)

Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota dapat dengan cara sederhana untuk yaitu dengan menggunakan “Tabel

Krejcie-Morgan” yang mempunyai tingkat kepercayaan 95%, sebagai berikut.

Jumlah KK Jumlah Sampel % Jumlah KK Jumlah Sampel % Jumlah KK Jumlah Sampel % 10 10 100% 220 140 64% 1200 291 24% 15 14 93% 230 144 63% 1300 297 23% 20 19 95% 240 148 62% 1400 302 22% 25 24 96% 250 152 61% 1500 306 20% 30 28 93% 260 155 60% 1600 310 19% 35 32 91% 270 159 59% 1700 313 18% 40 36 90% 280 162 58% 1800 317 18% 45 40 89% 290 165 57% 1900 320 17% 50 44 88% 300 169 56% 2000 322 16% 55 48 87% 320 175 55% 2200 327 15% 60 52 87% 340 181 53% 2400 331 14% 65 56 86% 360 186 52% 2600 335 13% 70 59 84% 380 191 50% 2800 338 12% 80 66 83% 420 201 48% 3500 346 10% 85 70 82% 440 205 47% 4000 351 9% 90 73 81% 460 210 46% 4500 354 8% 95 76 80% 480 214 45% 5000 357 7% 100 80 80% 500 217 43% 6000 361 6% 110 86 78% 550 226 41% 7000 364 5.2% 120 92 77% 600 234 39% 8000 367 4.59% 130 97 75% 650 242 37% 9000 368 4.09% 140 103 74% 700 248 35% 10,000 370 3.70% 150 108 72% 750 254 34% 15,000 375 2.50% 160 113 71% 800 260 33% 20,000 377 1.89% 170 118 69% 850 265 31% 30,000 379 1.26% 180 123 68% 900 269 30% 40,000 380 0.95% 190 127 67% 950 274 29% 50,000 381 0.76% 200 132 66% 1000 278 28% 75,000 382 0.51% 210 136 65% 1100 285 26% 100,000 384 0.38%

Pada pelaksanaan Studi EHRA di Kabupaten Rote Ndao dengan jumlah desa 20 dan 10 kecamatan maka jumlah sampel adalah sebesar

20 x 40 = 800 + 10 = 810 Sampel

(14)

2.3. Penentuan Kecamatan dan Desa/Kelurahan area survey di Kota

Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 20 desa/kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke-20 desa/kelurahan tersebut disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA Kabupaten Rote Ndao

No Klaster Kecamatan Desa/Kel.

Terpilih Jumlah RW Jumlah RT Jumlah dusun/RT terpilih

Jumlah Responden

1 1 Landuleko Lifuleo 4 8 8 50

Daiama 7 11 8 50

2 2 Rote Timur Mukekuku 9 18 8 50

Londalusi 7 19 8 50

3 2 Pantai Baru Keoen 10 20 8 50

Tungganamo 6 12 8 50

4 2 Rote Tengah Lidamanu 8 16 8 50

Suebela 6 12 8 50

5 4 Lobalain Oelunggu 7 14 8 50

Kuli 6 19 8 50

6 2 Rote Selatan Inaoe 10 20 8 50

Tebole 5 10 8 50 7 2 Rote Barat Laut Netenain 16 32 8 50 Boni 8 16 8 50 8 2 Rote Barat Daya Oelasin 10 20 8 50 Oebatu 10 20 8 50

9 2 Rote Barat Mbueain 4 9 8 50

Oelolot 5 12 8 50

10 2 Ndao Nuse Ndao Nuse 8 16 8 50

(15)

2.4 Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei

Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut.

Urutkan RT per RW per kelurahan.

 Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil.

 Jumlah total RT kelurahan : X.  Jumlah RT yang akan diambil : Y

 Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan)  misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z

 Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.

 Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.

Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb.

 Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.  Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil,

misal 5 (lima)  diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5

 Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2

 Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.

Langkah-langkah Pelaksanaan :

1. Bangun kesepahaman tentang Studi EHRA

Untuk menumbuhkan kesepahaman dan kesamaan persepsi. Ketua Pokja telah mengadakan pertemuan yang melibatkan seluruh anggotanya. Pertemuan tersebut diagendakan untuk membahas pembentukan Tim Studi EHRA

(16)

Pokja telah menyusun dan menyepakati Tim Studi EHRA dan Rencana pelaksanaan Studi EHRA yang memuat tentang :

 Jadwal Kegiatan secara terperinci :

 Pelatihan EHRA 24 & 25 Agustus 2015

 Pelaksanaan Survey EHRA 01 s/d 30 September 2015  Penyetoran Kuisioner kepada Supervisor 02 s/d 03 November 2015  Cross Check Kebenaran Data Oleh Supervisor 02 s/d 03 November 2015  Finalisasi Data oleh Koordinator 05 s/d 06 November 2015

 Proses Entry Data 09 s/d 10 November 2015

 Proses Analisis Data 1 Desember 2015

 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab :

 Penanggungjawab : Pokja Kabupaten Rote Ndao

 Koordinator Survey : Anggota Pokja dari Dinas Kesehatan  Anggota : Bappeda dan Dinas Kesehatan  Koordinator Kecamatan : Kepala Puskesmas

 Supervisor : Sanitarian Puskesmas  Tim Entry Data : Bappeda dan Dinkes  Tim Analisis Data : Pokja Kabupaten Rote Ndao  Enumerator : Kader Kesling, Perawat dan Bidan

3. Pelatihan EHRA yang dilaksanakan oleh Pokja AMPL Kabupaten Rote Ndao, diikuti oleh para Enumerator dan Tim Entry Data

4. Pelaksanaan Survey EHRA yang dilaksanakan oleh Enumerator dengan didampingi oleh Supervisor dan dikoordinir oleh Koordinator Kecamatan.

5. Entry Data EHRA 6. Analisis Data

(17)

BAB III HASIL STUDI EHRA

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)

BAB IV PENUTUP

Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment = EHRA) adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/ Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumahtangga.

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan di Kabupaten Rote Ndao karena : 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat

2. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas dan data sanitasi umumnya tidak bisa dipecah sampai kelurahan/desa serta data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor berbeda 3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas

usulan melalui musrenbang

4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan 5. EHRA secara tidak langsung memberi “amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di

desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa

6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di Kabupaten/Kota dan Kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa.

Studi EHRA memanfaatkan sumber daya setempat untuk pengumpulan data. Tujuan dan manfaatkan yaitu gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan, informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan dan Memberikan advokasi kepada masyarkat akan pentingnya layanan sanitasi.

Data studi EHRA digunakan untuk merevisi data penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) karena SSK merupakan dokumen yang bersifat urgen berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat Kabupaten guna memberikan arah yang jelas bagi pembangunan sektor sanitasi sehingga dalam tahap implementasi dapat dilakukan secara sistematis, terintegrasi serta berkelanjutan.

Laporan ini merupakan suatu acuan bagi seluruh pemangku pembangunan sanitasi baik bagi pemerintahan maupun masyarakat dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan air minum, sanitasi dan persampahan Kabupaten Rote Ndao.

(33)

LAMPIRAN

 Tabel-tabel dasar hasil studi EHRA

 Organisasi dan personel pelaksana Studi EHRA

 Dokumentasi lain yang dianggap perlu terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan Studi EHRA

Gambar

Tabel  1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko  Katagori
Tabel  3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA  Kabupaten Rote  Ndao

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan produk fermentasi lumpur sawit selama 12 minggu dalam kemasan kantong plastik, karung pakan maupun kantong semen nyata

4) Kami anggota satuan pengamanan PT. Yutu Leports Jaya senantiasa bersikap terbuka, sigap dan tidak menganggap remeh sesuatu yang terjadi di lingkungan.. Yutu

Salah satu cara untuk meningkatkan volume penjualan dan mempertahankan para langganan serta menarik langganan-langganan baru, untuk itu PT. Suka Fajar Ltd,

menggunakan kartu pengambilan barang untuk mengidentifikasi produk mana, dan jumlah setiap produk, untuk mengeluarkannya dari persediaan. Para pekerja bagian gudang mencatat

Sistem presensi berbasis internet of things (IoT) merupakan penggabungan 3 sistem, yaitu (1) sistem presensi dengan pengenalan wajah menggunakan mini computer

(3) Harga Satuan Standar BATAN yang berfungsi sebagai estimasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan besaran biaya yang dapat dilampaui dalam

Puji syukur kepada Tuhan, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Industri Pengolahan Pangan pada semester gasal

Penelitian ini bertujuan membangun representasi pengetahuan berbasis fuzzy ontology pada kasus penyakit demam berdarah dengue.Data berupa manajemen penanganan deman