IDENTIFIKASI E-WASTE TELEPON SELULER MELALUI JASA
PERBAIKAN TELEPON SELULER DI PUSAT PERBELANJAAN
(Studi Kasus : Depok Town Square dan ITC Depok)
Adinda Rizkia Yunita, Djoko M. Hartono, dan El Khobar M. Nazech Program Studi Teknik Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik UIABSTRAK
Telepon seluler atau ponsel saat ini telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat dari berbagai golongan. Hal ini menyebabkan industri ini mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga menghasilkan e-waste ponsel yang terus meningkat. Dari hasil penelitian menggunakan metode load-count analysis yang dilakukan pada jasa perbaikan di dua pusat perbelanjaan yang terdapat di Kota Depok selama 8 hari, didapatkan timbulan e-waste ponsel di Depok Town Square sebesar 4.8843 kg dengan timbulan rata-rata sebesar 0.6105 kg/hari dan di ITC Depok sebesar 16.8696 kg dengan timbulan rata-rata sebesar 2.1087 kg/hari. Didapatkan pula komposisi e-waste ponsel yang berasal dari Depok Town Square berdasarkan bahan penyusunnya yang terdiri dari 51.87 % logam, 21.07 % plastik, 25.81 % kaca, dan 1.25 % campuran logam dengan plastik. Sedangkan untuk komposisi e-waste ponsel yang berasal dari ITC Depok, terdiri dari 23.14 % logam, 9.26 % plastik, 63.07 % kaca dan 4.53 % campuran logam dengan plastik. Limbah logam yang dihasilkan dari Depok Town Square, didominasi oleh batrei yang mengandung unsur-unsur berbahaya seperti nikel, litium, cadmium dan lain sebagainya sedangkan limbah kaca yang dihasilkan dari ITC Depok didominasi LCD yang mengandung bahan berbahaya seperti merkuri. Selain data mengenai timbulan dan komposisi, didapatkan pula data pengelolaan e-waste ponsel di kedua lokasi dimana pada keduanya belum dilakukan pengelolaan secara khusus dan hanya dilakukan pemanfaatan kembali dengan cara menjualnya kepada pengepul dan pedagang loak/pemulung. Didapatkan distribusi aliran material di Depok Town Square yaitu 21.22 % dibawa oleh konsumen, 76.26 disimpan jasa perbaikan dan 2.52 % dibuang ke lingkungan dan di ITC Depok, sebesar 15.73 % dibawa oleh konsumen, 79.96 % disimpan jasa perbaikan dan 4.31 % dibuang ke lingkungan.
Kata kunci : E-waste, Telepon Seluler, Ponsel, Timbulan, Komposisi, Pengelolaan, Pusat Perbelanjaan, Kota Depok.
ABSTRACT
Cell phone (mobile phone) has now become the basic needs of people from different groups. This causes the mobile phone industry experienced rapid growth causing e-waste growing mobile phone. From the results of research using load-count analysis method conducted on the repair services at two shopping centers located in Depok for 8 days, found e-waste generation phones in Depok Town Square of 4.8843 kg with an average generation of 0.6105 kg/day and in ITC Depok was 16.8696 kg with generation average of 2.1087 kg/day. Found also the composition of e-waste from mobile phones Depok Town Square based constituent materials consisting of metal 51.87 %, 21.07 % plastic, glass 25.81 %, and 1.25% metal alloys with plastic. As for the composition of e-waste from mobile phones ITC Depok, consists of 23.14 % metal, plastic 9.26 %, glass 63.07% and 4.53 % glass mix metal with plastic. Metal wastes generated from Depok Town Square, dominated by battery that contain harmful elements such as nickel, lithium, cadmium, etc. while the glass waste generated from ITC Depok LCD predominantly containing hazardous materials such as mercury. In addition to the data on the composition and, obtained data on the mobile phone e-waste management in both locations at which they have not done specifically management and reuse is only done in a way to sell it to collectors and traders flea / scavengers. Obtained distribution of material flow in Depok Town Square is 21.22% taken by the consumer, repair and saved 76.26 2.52% discharged to the environment and in ITC Depok, amounting to 15.73% was taken by the consumer, recorded 79.96% and 4.31% improvement services discharged into the environment.
Key words : E-waste, Cellullar Phone, Cellphone, Generation, Composition, Management, Shopping Centre,
PENDAHULUAN
Telepon seluler atau dikenal dengan ponsel merupakan salah satu peralatan elektronik yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat saat ini. Pada awal kemunculannya, ponsel terbatas hanya digunakan oleh masyarakat dengan perekonomian menengah ke atas serta kaum profesional yang membutuhkan komunikasi instan. Namun seiring perkembangan zaman, ponsel saat ini sudah dapat dijangkau oleh berbagai golongan ekonomi, pendidikan, serta usia. Informasi dan komunikasi yang telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat dari berbagai golongan tersebut menyebabkan industri ponsel mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Di Indonesia, jumlah pengguna ponsel mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut catatan Asosiasi Telepon Seluler Indonesia (ATSI, 2012), pada tahun 2008 pengguna ponsel di Indonesia tercatat sebanyak 116.144.392. Jumlah ini terus meningkat dimana pada tahun 2012 telah mencapai 180.000.000 pengguna (ATSI, 2012).
Seperti alat elektronik lainnya, ponsel memiliki masa pakai dimana suatu saat tidak dapat beroperasi kembali. Pada saat itulah kemudian ponsel-ponsel tersebut menjadi sampah elektronik ponsel atau e-waste ponsel. Suatu ponsel umumnya dapat hidup hingga 10 tahun, namun pengguna ponsel rata-rata berganti ponsel sebanyak 4 kali dalam kurun waktu itu (NOKIA, 2005). Hal ini dapat dikarenakan pemilik menginginkan fitur-fitur baru, ponsel lama tidak memadai untuk layanan terbaru, ataupun hanya karena ingin berganti ponsel saja. Akibatnya, dalam satu tahun ratusan ponsel tidak digunakan lagi oleh pemiliknya (Osibanjo dan Nnorom, 2007).
Saat ini, Kota Depok telah berkembang menjadi kota metropolitan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kota Depok sebanyak 1.813.612 jiwa (BPS2011). Banyaknya jumlah penduduk dan tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi memberikan pengaruh terhadap jumlah pemakaian alat elektroniknya. Hal ini menyebabkan permintaan akan peralatan elektronik khususnya ponsel dalam mendukung sarana informasi dan komunikasi di kawasan tersebut terus meningkat. Hampir semua orang telah memiliki ponsel untuk menunjang aktivitas kehidupannya sehari-hari. Di Kota Depok, hingga tahun 2013 belum memiliki pengelolaan e-waste secara umum maupun pengelolaan e-waste ponsel secara khusus. E-waste ponsel sulit ditemukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) karena biasanya didistribusikan melalui jasa perbaikan ponsel untuk digunakan kembali ataupun dikumpulkan oleh pemulung barang bekas untuk kemudian dijual kepada para pengepul e-waste (Damanhuri dan Sukandar, 2006). Hal ini sangat beresiko
karena pada praktiknya, pengumpulan, distribusi dan pengolahan e-waste ponsel dilakukan secara tidak aman sehingga dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan. Sebuah ponsel standar umumnya terdiri dari 500-1000 komponen dimana mengandung material logam dan limbah B3. Material berbahaya tersebut jika tidak diolah dengan baik akan mengeluarkan material toksik ke udara, tanah dan air. Banyak di antara zat-zat berbahaya tersebut, persisten di lingkungan dimana mengalami bioakumulasi pada rantai makanan dan beresiko menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan (Wu et.al., 2008).
Berdasarkan besarnya dampak yang mungkin terjadi, penting bagi Kota Depok untuk memilki sistem pengelolaan e-waste khususnya e-waste ponsel. Di Indonesia sendiri belum memiliki peraturan terkait mekanisme pengelolaan e-waste secara khusus sehingga digunakkan landasan peraturan yaitu PP no.18 tahun 1999 dan PP no.85 tahun 1999 mengenai Pengelolaan Sampah B3 termasuk peralatan elektronik. Belum adanya data resmi mengenai jumlah timbulan e-waste ponsel, aliran material dan pola pengelolaan menyebabkan semakin sulitnya untuk menentukan pengelolaan e-waste ponsel yang sesuai.
Oleh karena itu, diperlukan identifikasi e-waste ponsel di Kota Depok khususnya yang berasal dari aktivitas jasa perbaikan ponsel. Dalam penelitian ini, digunakkan studi kasus Depok Town Square dan ITC Depok sebagai salah satu lokasi aktivitas jasa perbaikan ponsel di Kota Depok. Dengan adanya studi ini, diharapkan dapat menjadi masukan terhadap pengembangan awal studi terkait aliran e-waste ponsel dan berguna sebagai dasar pertimbangan perencanaan dan perancangan sistem pengelolaan e-waste khususnya e-waste ponsel secara terintegrasi di Kota Depok.
TINJAUAN TEORITIS Definisi E-waste
Electronic Waste atau e-waste secara umum adalah definisi yang sering digunakkan untuk sampah elektronik. Tidak ada standar khusus mengenai definisi e-waste. Beberapa negara di dunia membuat definisi, interpretasi dan kebijakan sendiri terkait e-waste (The United Nations Environmental Programme, 2007). Di Indonesia belum ada definisi dan regulasi khusus mengenai e-waste sehingga e-waste digolongkan sebagai limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). (Widyarsana et al., 2010).
Definisi dan Komposisi E-waste Ponsel
Telepon seluler atau ponsel adalah salah satu perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun sifatnya dapat berpindah (portabel) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel, wireless). Tiap ponsel pada dasarnya memilki komposisi umum yang sama, hanya berbeda pada desain, pembuatan dan umur produknya (Osibanjo dan Nnorom, 2007). Berbagai unsur dari komponen yang berbeda pada ponsel yang diberikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Unsur dari Komponen Telepon Seluler
Komponen Unsur
Papan Sirkuit Tembaga, emas, timah, nikel, seng, berilium, tantalum dan material lainnya Liquid crystal display
(LCD)
Berbagai zat kristal cair, baik yang terjadi secara alami (seperti merkuri, zat yang berpotensi berbahaya) atau buatan manusia. LCD juga membutuhkan kaca dan plastic
Batrei yang dapat diisi ulang
Nikel-Metal hydrid (Ni-MH), litium ion (Li-On) atau timah cair. Batrei Ni-MH dan Ni-Cd mengandung nikel, kobalt, seng, kadmium, dan tembaga. Batrei Li-On mengandung Litium metalik oxid dan karbon.
Sumber : Mobile phone waste, Current initiatives in Asia and the Pacific, 2008
Tabel 2. Rata-rata (dalam Persen berat) Unsur di Dalam Telepon Seluler Komponen Persen Berat Rata-rata
Acrylonitril butadiene Stryrene/
Polycarbonate (ABS-PC) 29% Keramik 16% Cu dan campurannya 15% Plastik Silikon 10% Epoxy 9% Plastik Lainnya 8% Besi 3% PPS 2%
Bahan tahan api 1%
Nikel dan campurannya 1%
Seng dan campurannya 1%
Perak dan campurannya 1%
Al, Sn, Pb, Au, Pd, Mn, dll kurang dari 1 %
Efek Komponen E-waste dalam Telepon Seluler
Berdasarkan laporan dari University Of California diketahui bahwa banyak kandungan material E-waste ponsel merupakan material yang tercatat di dalam EPA Amerika Serikat sebagai racun persisten bioakumulatif (Persistent Bioaccumulative Toxins). Zat-zat yang merupakan PBT yang terkadung dalm ponsel diantaranya timbal, kadmium, kromuim heksavalen, Brominated Flame Retardants, berrylium, arsenik, dan lain sebagainya. PBT sangat berbahaya dikarenakan tidak dapat terdagradasi dalam jangka waktu yang lama dan dapat dengan mudah menyebar dan berpindah di udara, air maupun tanah yang mengakibatkan akumulasi racun jauh dari sumber titik awal limbah. Karena PBT terakumulasi dalam jaringan lemak manusia dan hewan, racun secara bertahap terkonsentrasi, menempatkan manusia sebagai bagian teratas dari rantai makanan memiliki resiko terbesar. Berdasarkan EPA Amerika Serikat, PBT terkait dengan berbagai efek yang merugikan kesehatan manusia diantaranya kerusakan saraf, gangguan perkembangan dan reproduksi, kanker serta perubahan genetik. Anak-anak merupakam populasi yang sangat sensitif terpengaruh oleh PBT. (Basel Action Network, 2004).
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian mengenai E-waste yang telah dilakukan oleh Haruki Agustina pada tahun 2007 melalui Basel Convention, dalam penelitannya yang berjudul The Challenges of E-waste Management in Indonesia dikatakan bahwa studi lebih lanjut mengenai E-waste di Indonesia harus difokuskan kepada (Haruki Agustina, 2007) :
1. Pengumpulan data dari sumber yang spesifik 2. Pengumpulan data dari fasilitas daur ulang
3. Pengumpulan data dari konsumen Produk Elektronik
Hal ini menunjukkan bahwa penting untuk melakukan studi mengenai timbulan sebelum dilakukannya perencanaan pengelolaan E-waste terpadu di Indonesia. Sedangkan untuk pola penggunaan barang elektronik telah dilakukan penelitian oleh Damanhuri dan Sukandar pada tahun 2006 di Kota Bandung, dimana didapatkan perlakuan terhadap peralatan elektronik yang sudah tidak disukai atau tidak dapat berfungsi kembali, yaitu (Damanhuri dan Sukandar, 2006):
1. Dipindahkan atau disumbangkan kepada keluarganya. 2. Dipindahkan atau disumbangkan kepada orang lain 3. Ditukar dengan peralatan yang baru
4. Dijual kepada pedagang (penadah) barang bekas. 5. Disimpan di rumah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Triwiswara dan Enri Damanhuri di Kota Bandung dengan judul Identifikasi Kegiatan Reuse Kegiatan Reuse dan Recycle waste Telepon Seluler pada Sektor Secondhand di Kota Bandung diketahui tidak ditemukan E-waste ponsel di TPA Bandung. Hal ini mengindikasikan ada berbagai proses yang memperpanjang life time ponsel. Jasa perbaikan berperan penting dalam memperpanjang life time suatu ponsel melalui upaya reuse dan recycle ponsel dan komponen-komponennya. (Triwiswara dan Damanhuri, 2010). Proses perbaikan ponsel menghasilkan sampah komponen yang rusak atau tidak terpakai yang dapat diidentifikasi sebagai e-waste ponsel. Berikut adalah hasil perlakuan terhadap kegiatan sisa reparasi yang didapatkan dari penelitian tersebut :
Gambar 1. Perlakuan Terhadap Sisa Kegiatan Reparasi
Sumber : Identifikasi Kegiatan Reuse Kegiatan Reuse dan Recycle E-waste Telepon Seluler pada Jasa perbaikan di Kota Bandung, 2010
METODE PENELITIAN
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemilihan lokasi studi, penentuan batasan masalah, penelusuran serta pemetaan jasa perbaikan di lokasi penelitian. Lokasi studi yang dipilih adalah Depok Town Square dan ITC Depok yang berada di Kota Depok. Hal ini bertujuan untuk mengetahui timbulan serta komposisi, aliran material, pengelolaan serta perbandingan mengenai E-waste ponsel di kedua lokasi studi tersebut. Penelitian ini dilakukan melalui observasi langsung di lapangan, sampling dan wawancara. Dalam menganalisis data, digunakkan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan angka-angka dan data statistik dalam studi korelasi berdasarkan survey dan materi pendukung studi kasus.
Dalam penelitian ini, objek penelitian yang digunakkan adalah jasa perbaikan ponsel di kedua lokasi studi. Penulis menggunakan dua lokasi studi dikarenakan belum adanya acuan penelitian mengenai timbulan e-waste ponsel di Kota Depok. Dengan menggunakan dua lokasi studi didapatkan perbandingan dari masing-masing lokasi berdasarkan latar belakangnya. Objek penelitian tersebut kemudian kembali dikerucutkan dimana dibatasi pada toko yang khusus melayani jasa perbaikan. Hal ini dikarenakan dalam aktivitas perbaikan ponsel biasanya setiap toko dapat melakukan perbaikan, namun pada kenyataannya toko-toko ponsel tersebut akan memberikannya lagi pada toko yang khusus melayani jasa perbaikan.
Dalam menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, dikarenakan jenis dan timbulan e-waste khususnya e-waste ponsel yang dihasilkan perharinya dari jasa perbaikan sangat beragam maka ditetapkan menggunakan keseluruhan populasi. Batasan penelitian dengan menggunakan kriteria jasa perbaikan menghasilkan jumlah populasi usaha jasa perbaikan untuk masing-masing lokasi studi. Untuk Depok Town Square menggunakan 7 jasa perbaikan ponsel dan untuk ITC Depok menggunakan 21 jasa perbaikan ponsel.
Wawancara yang dilakukan secara langsung bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan pengelolaan e-waste ponsel dan aliran material E-waste ponsel. Responden yang ditunjuk dalam wawancara ini ialah seluruh pihak jasa perbaikan ponsel di kedua lokasi penelitian dimana pada Depok Town Square sebanyak 7 responden dan di ITC Depok sebanyak 21 responden. Selain dilakukannya wawancara langsung, disediakan pula kuisioner apabila wawancara tidak dapat dilakukan secara langsung.
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakkan adalah metode analisis data kuantitatif. Berdasarkan data primer dan sekunder yang didapatkan, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan kegiatan dari jasa perbaikan ponsel yang berperan dalam pengumpulan dan distribusi e-waste ponsel. Analisis tersebut kemudian dikumpulkan dan dihitung untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Menghitung Timbulan E-waste Ponsel
Dalam penelitian ini, perhitungan timbulan e-waste ponsel dilakukan dengan menggunakan pendekatan load-count analysis (analisis perhitungan berat). Cara menghitung berat timbulan e-waste ponsel ialah dengan cara menimbang berat timbulan yang dihasilkan
dari aktivitas perbaikan kemudian menghitung total timbulan tersebut dan mengelompokkannya berdasarkan bahan penyusun yang sejenis.
Menghitung Timbulan E-waste Ponsel Dalam kg/hari
Perhitungan laju timbulan e-waste ponsel dalam satuan kg/hari dihitung dengan menggunakan perhitungan yang diadopsi dari metode SNI 19-3964-1995 mengenai pengukuran timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Timbulan E-waste kg/hari = !"#$% !"!#$ !!!"#$% (!")! !!"# (1) Setelah nilai timbulan e-waste dari aktivitas perbaikan ponsel perhari diperoleh maka dihitung penyimpangan setiap nilai tersebut terhadap rata-rata nilai hitungnya dengan menggunakan rumus persamaan simpangan baku sebagai berikut (Sudjana, 2005):
Simpangan baku (s) = Ʃ(!"!!!!x)² (2) Keterangan :
s : simpangan baku xi : nilai
x : rata-rata nilai
Menaksir Nilai Rata-rata Timbulan E-waste dari Populasi
Tahapan yang dilakukan untuk menaksir nilai rata-rata timbulan yang dihasilkan dari populasi jasa perbaikan ponsel dengan menggunakan data yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menentukkan apakah data yang diperoleh merupakan data yang terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal dengan langkah-langkah sebagai berikut
2. Menghitung interval taksiran dengan menggunakan rumus
Rumus interval taksiran ini berlaku untuk dua jenis data, yaitu data yang simpangan baku tidak diketahui dan populasi terdistribusi normal, data yang simpangan baku tidak diketahui dan populasi tidak terdistribusi normal dengan sampel yang tidak terlalu kecil
x
− tp.
! !< µ <
x+ tp.
! !(3) Keterangan:
Menghitung Presentase Komposisi E-waste Ponsel
Perhitungan komposisi bahan e-waste ponsel dihitung dengan menggunakan persamaan dari SNI 19-3964-1994 mengenai pengukuran timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
% berat komposisi bahan = !"#$% !"#$"%&%& !"!!"!"#$% !"!#$ !!!"#$% x 100 % (4) Pembuatan Aliran Material
Dalam penelitan ini, pembuatan aliran material dibatasi oleh fase daur hidup generasi sampah elektronik. Untuk pembuatan skema aliran material e-waste ponsel digunakkan prinsip sistem kesetimbangan massa (mass balance) dengan persamaan sebagai berikut (Sasongko, 2008) :
Akumulasi = input – output (5) Berikut adalah penjelasan mengenai input dan output pada penelitian :
• Input terdiri dari berat ponsel yang masuk ke jasa perbaikan dan berat komponen pengganti • Output terdiri dari berat penggunaan ulang e-waste, berat e-waste yang diberikan kepada
konsumen, berat ponsel yang diberikan kepada konsumen dan berat e-waste yang dibuang ke lingkungan.
Pengolahan Penulis, 2013
GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Depok Town Square
Depok Town Square atau dikenal dengan DETOS, merupakan salah satu pusat perbelanjaan di Kota Depok. Depok Town Square dikelola dan dibangun oleh PT. Lipo Karawaci Tbk. dan mulai beroperasi pada tahun 2005. Depok Town Square sendiri tergolong
Aktivitas pada Jasa perbaikan Ponsel masuk ke
dalam jasa perbaikan
Komponen pengganti
Penggunaan ulang E-waste
E-waste ke konsumen
Ponsel ke konsumen E-waste ke lingkungan
sebagai pasar menengah ke bawah setingkat dengan ITC. Depok Town Square terletak di Kecamatan Beji Kelurahan Kemiri Muka, tepatnya di jalan. Margonda Raya no.1. Letak Depok Town Square dinilai cukup strategis karena terletak di jalan utama depok yaitu Margonda dan jaraknya yang tidak jauh dari Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma, Stasiun Pondok Cina, LP3I, Rumah Sakit Umum Bunda Margonda serta sarana penunjang kehidupan lainnya di sekitar jalan Margonda.
Depok Town Square memiliki luas lahan sebesar 59.000 m2, yang terdiri dari 5 yaitu lantai lower ground, lantai ground, lantai upper ground, lantai 1 dan lantai 2 dengan luas total lantai sebesar 219.905 m2. Total unit kios yang terdapat di Depok Town Square sebanyak
2.300 unit kios. Untuk jumlah pengunjung pada Depok Town Square, rata-rata pada hari kerja (weekdays) sebanyak 22.031 pengunjung, rata-rata pada hari libur (weekend) sebanyak 48.780 pengunjung dan untuk rata-rata perbulannya sebanyak 1.001.328 pengunjung.
ITC Depok
International Trade Center Depok atau yang lebih dikenal dengan ITC Depok merupakan pusat perbelanjaan yang dibangun dan dikelola oleh PT. Duta Pertiwi Group, anak perusahaan dari Sinar Mas Group. ITC Depok yang tergolong pasar menengah ke bawah diresmikan pada Bulan Agustus 2006. ITC Depok merupakan cabang dari trademark ITC lainnya yang berada di daerah lain seperti Jakarta. ITC sendiri dikenal oleh masyarakat sebagai lokasi sentra ponsel. Jika dibandingkan dengan Depok Town Square, kios ponsel yang dimiliki oleh ITC Depok jumlahnya lebih banyak.
Luas Lahan dari ITC Depok ialah sebesar 32.000 m2 dengan luas bangunan 92.000 m2. Memiliki 5 lantai yang yang terdiri dari lantai ground, lantai upper ground, lantai 1, lantai 2 dan lantai 3. Total unit kios yang terdapat di Depok Town Square sebanyak 3000 unit kios. Untuk jumlah pengunjung pada ITC Depok, rata-rata pada hari kerja (weekdays) sebanyak 35.000 pengunjung, rata-rata pada hari libur (weekend) sebanyak 60.000 pengunjung dan untuk rata-rata perbulannya sebanyak 1.590780 pengunjung.
HASIL PENELITIAN
Pengambilan data di lapangan melalui studi awal berupa wawancara dilakukan dari tanggal 15 April 2013 hingga 19 April yang kemudian dilanjutkan dengan sampling yang dilakukan selama 8 hari dari tanggal 22 April 2013 sampai dengan 29 april 2013 di kedua
lokasi studi yaitu Depok Town Square dan ITC Depok. Didapatkan data studi awal berupa jumlah jasa perbaikan di Depok Town Square dan ITC Depok.
Timbulan E-waste Jasa Perbaikan Ponsel
Berdasarkan pengambilan data yang dilakukan pada kedua lokasi studi selama 8 hari didapatkan jumlah timbulan e-waste di Depok Town Square sebanyak 4,8843 kg dengan rata-rata timbulan perharinya sebanyak 0.6105 kg dan untuk ITC Depok, didapatkan total timbulannya sebanyak 16.8696 kg dengan rata-rata timbulan perhari sebanyak 2.1087 kg.
Berdasarkan penelitian, dapat diketahui trend timbulan e-waste ponsel yang dihasilkan seluruh jasa perbaikan ponsel baik di Depok Town Square maupun di ITC Depok selama 8 hari yang diplot ke dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 3. Grafik Berat Timbulan E-waste Ponsel dari seluruh Jasa Perbaikan Ponsel Perhari di Depok Town Square dan ITC Depok
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
.
Dari perhitungan simpangan baku terhadap data timbulan yang didapatkan dari Depok Town Square), diperoleh nilai simpangan baku dari timbulan rata-rata e-waste yang dihasilkan oleh setiap jasa perbaikan ponsel perharinya di Depok Town Square sebesar 0.00113 kg/hari.
0.3322 0.3431 0.4589 0.4837 0.7188 1.1755 1.0408 0.3313 1.7893 1.7910 1.7600 1.6836 2.3229 3.2751 2.8258 1.4400 0 1 2 3 4
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Hari
Timbulan Depok Town Square
Gambar 4. Grafik Berat Timbulan E-waste setiap Jasa Perbaikan Ponsel perhari di Depok Town Square
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
Untuk nilai simpangan baku dari timbulan rata-rata e-waste yang dihasilkan oleh setiap jasa perbaikan ponsel di ITC Depok yaitu sebesar 0.00468 kg/hari. Semakin jauh nilai yang diperoleh menyimpang dari rata-rata hitung, semakin besar nilai simpangan bakunya, sedangkan semakin dekat dari nilai rata-rata hitung maka semakin kecil simpangan bakunya
Gambar 5. Grafik Berat Timbulan E-waste setiap Jasa Perbaikan Ponsel perhari di ITC Depok
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
Menaksir Nilai Rata-rata Timbulan E-waste
Penaksiran nilai rata-rata timbulan e-waste ponsel yang dihasilkan dari jasa perbaikan ponsel dilakukan dengan menggunakan interval taksiran atau selang taksiran, yaitu menaksir nilai rata-rata timbulan e-waste ponsel diantara batas-batas dua nilai. Interval taksiran tersebut disesuaikan dengan koefisien kepercayaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebesar 90 % atau 0.90.
Menentukan Uji Distribusi Normal
0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 Ber at e-‐w as te ( kg /hari)
Nama Jasa Perbaikan
Timbulan e-‐ waste/jasa perbaikan/ hari 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 Ber at e-‐w as te ( kg /hari)
Nama Jasa Perbaikan
Timbulan e-‐ waste/jasa perbaikan/ hari
Untuk menentukan distribusi data yang didapatkan dari Depok Town Square dan ITC Depok, digunakan perhitungan uji distribusi normal. Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa data yang didapatkan dari Depok Town Square memiliki nilai X2 hitung< X2 tabel, maka data tersebut merupakan populasi berdistribusi normal. Sedangkan untuk ITC Depok, diketahui bahwa nilai X2 hitung > X2 tabel, maka data tersebut merupakan populasi tidak berdistribusi normal.
Menghitung Interval Taksiran Nilai Rata-rata Populasi
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan (terdapat pada lampiran detail perhitungan) dengan 90% kepercayaan, untuk rata-rata timbulan e-waste yang dihasilkan tiap jasa perbaikan perharinya dari populasi jasa perbaikan di Depok Town Square adalah 0.6097 < µ < 0.6113 kg/jasa perbaikan/hari dan untuk ITC Depok adalah 2.1069 < µ < 2.1104 kg/jasa perbaikan/hari.
Komposisi E-waste Jasa Perbaikan Ponsel
Komposisi e-waste ponsel yang masuk ke dalam jasa perbaikan ponsel terdiri dari berbagai macam jenis ponsel. Kondisi barang yang masuk ke dalam jasa perbaikan ponsel tidak menentu dan banyaknya jenis ponsel menyebabkan komposisi dari e-waste ponsel yang dihasilkan sangat beragam. Dalam penyajian data komposisi e-waste ponsel, peneliti membagi beberapa kategori komposisi e-waste ponsel secara umum berdasarkan letak komponennya yaitu yang berasal dari perbaikan komponen internal, komponen eksternal dan kategori lainnya. Berikut merupakan data komposisi e-waste ponsel berdasarkan letak komponen dan bahan penyusun komponennya yang diakumulasikan selama 8 hari di kedua lokasi penelitian : • Depok Town Square
Tabel 3. Komposisi E-waste dari Aktivitas Perbaikan Komponen Internal di Depok Town Square
No. Nama Komponen Material Penyusun Utama Berat (kg/8hari)
1 Papan Sirkuit Logam 0.491
2 IC Logam 0.0144
3 Keytone Logam 0.0020
4 Speaker Logam dan Plastik 0.012
5 Microfon Logam dan Plastik 0.0093
6 LCD Kaca dan Plastik 0.649
7 Plug in Logam 0.0012
8 Konektor Logam 0.0339
9 Fleksibel Logam dan Plastik 0.0165
TOTAL 1.2293
Tabel 4. Komposisi E-waste dari Aktivitas Perbaikan Komponen Eksternal di Depok Town Square
No. Nama Komponen Material Penyusun Utama Berat (kg/8hari)
1 Casing Plastik 0.9960
2 Tulangan Logam 0.3090
3 Keypad Plastik 0.0330
4 Trackpad Logam dan Plastik 0.0144
5 Trackball Logam dan Plastik 0.0013
6 Touchscreen Kaca 0.5858
7 Pressscreen Kaca 0.0260
TOTAL 1.9655
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
Tabel 5. Komposisi E-waste dari Aktivitas Perbaikan Komponen Lain di Depok Town Square
No. Nama Komponen Material Penyusun Utama Berat (kg/8hari)
1 Baterai Logam 1.682
2 Konektor Charger Logam dan plastik 0.0075
TOTAL 1.6895
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
• ITC Depok
Tabel 6. Komposisi E-waste dari Aktivitas Perbaikan Komponen Internal di ITC Depok
No. Nama Komponen Material Penyusun Utama Berat (kg/8hari)
1 Papan Sirkuit Logam 0.547
2 IC Logam 0.0477
3 Keytone Logam 0.0308
4 Speaker Logam dan Plastik 0.564
5 Microfon Logam dan Plastik 0.028
6 LCD Kaca 6.6010
7 Plug in Logam 0.0368
8 Konektor Logam 0.0793
9 Fleksibel Logam dan Plastik 0.0492
10 Buzer Logam 0.021
TOTAL 8.0048
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
Tabel 7. Komposisi E-waste dari Aktivitas Perbaikan Komponen Eksternal di ITC Depok
No. Nama Komponen Material Penyusun Utama Berat (kg/8hari)
1 Casing Plastik 1.5050
2 Back Plastik 0.009
3 Tulangan Logam 2.6240
5 Trackpad Logam dan Plastik 0.1016 6 Trackball Logam dan Plastik 0.0162
7 Touchscreen Kaca 3.9080
8 Pressscreen Kaca 0.1300
9 Coarse Screen Plastik 0.0104
TOTAL 8.3422
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
Tabel 8. Komposisi E-waste dari Aktivitas Perbaikan Komponen Lain di ITC Depok
No. Nama Komponen Material Penyusun Utama Berat (kg/8hari)
1 Baterai Logam 0.517
2 Charger Logam dan plastik 0.0056
TOTAL 0.5226
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
Didapatkan presentase komposisi e-waste ponsel berdasarkan bahan penyusun utamanya di Depok Town Square dan ITC Depok sebagai berikut :
Gambar 6. Presentase E-waste Berdasarkan Bahan Penyusunnya Di Depok Town Square
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
Gambar 7. Presentase E-waste Berdasarkan Bahan Penyusunnya di ITC Depok
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
Aliran Material E-waste Jasa Perbaikan Ponsel
52% 21% 26% 1% Logam PlasLk 23% 9% 63% 5% Logam PlasLk
Berdasarkan hasil perhitungan di kedua lokasi penelitian, diketahui total berat e-waste yang masuk kedalam jasa perbaikan di Depok Town Square sama dengan berat e-waste yang keluar yaitu sebanyak 38.952 kg. Sama halnya dengan Depok Town Square, e-waste yang masuk ke dalam jasa perbaikan di ITC Depok sama dengan berat e-waste yang keluar yaitu sebesar 145.64 kg. Jumlah yang sama tersebut dikarenakan ukuran-ukuran komponen ponsel yang relatif kecil, maka jika terjadi kerusakan pada suatu komponen, komponen yang rusak tersebut tidak dapat digunakan kembali. Komponen yang rusak tersebut pun otomatis akan digantikan dengan komponen lainnya dimana terdapat kecenderungan konsumen untuk memilih komponen yang masih baru. Berikut adalah rincian aliran e-waste dari jasa perbaikan di kedua lokasi studi:
Tabel 9. Rincian Aliran E-waste dari Aktivitas Perbaikan di Depok Town Square
No. Aliran E-waste Berat (kg/8hari) % 1 Dibawa oleh Konsumen 1.0364 21.22 2 Disimpan Jasa Perbaikan 3.7248 76.26 3 Dibuang ke lingkungan 0.1231 2.52
TOTAL BERAT 4.8843 100
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
Tabel 10. Rincian Aliran E-waste dari Aktivitas Perbaikan di ITC Depok
No. Aliran E-waste Berat (kg/8hari) % 1 Dibawa oleh Konsumen 2.6536 15.73 2 Disimpan Jasa Perbaikan 13.4889 79.96 3 Dibuang ke Lingkungan 0.7271 4.31
TOTAL BERAT 16.8696 100
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu oleh Mutiara Triwiswara dan Enri Damanhuri yang berjudul Identifikasi Kegiatan Reuse Kegiatan Reuse dan Recycle E-waste Telepon Seluler pada Sektor Secondhand di Kota Bandung didapatkan presentase dibawa oleh konsumen sebesar 13 %, disimpan oleh jasa perbaikan sebesar 44%, dibuang ke lingkungan sebesar 33% dan 6% dijual secara kiloan. Dapat dilihat dari presentase rincian aliran material di kedua lokasi dan penelitian terdahulu bahwa e-waste ponsel paling banyak disimpan oleh pihak jasa perbaikan. Perbedaan presentase di kedua lokasi penelitian dengan penelitian terdahulu bergantung pada kebijakan masing-masing konsumen dan pihak jasa perbaikan.
Berikut adalah skema aliran material dari jasa perbaikan ponsel perbaikan di Depok Town Square dan ITC Depok :
Berikut adalah aliran material e-waste dari jasa perbaikan ponsel di Depok Town Square dan ITC Depok :
38.952 kg/8hari (88,86%) Ponsel yang masuk ke jasa perbaikan ponsel
Ponsel yang keluar 38.952 kg/8hari (88.86%) e-waste ke konsumen 1.0364 kg/8hari (2.36%) e-waste dibuang ke lingkungan 0.1231 kg/8hari (0.28%)
e-waste yang berada
pada jasa perbaikan 3.7248 kg/8hari (8.50%)
Gambar 8. Skema Mass balance E-waste dari Aktivitas Perbaikan Ponsel di Depok Town Square
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013 Komponen pengganti 4.8843 kg/8hari (11.14%) 145.64 kg/8hari (89.62%) Ponsel yang masuk ke jasa perbaikan ponsel
Ponsel yang keluar 145.64 kg/8hari (89.62%) e-waste ke konsumen 2.6536 kg/8hari (1.63%) e-waste dibuang ke lingkungan 0.7271 kg/8hari (0.45%)
e-waste yang berada
pada jasa perbaikan 13.4889 kg/8hari (8.30%)
Gambar 9. Skema Mass balance E-waste dari Aktivitas Perbaikan Ponsel di ITC Depok
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013 Komponen pengganti
16.8696 kg/8hari (10.38%)
E-waste dari jasa
perbaikan ponsel
Konsumen Pengepul e-waste Pedagang loak e-waste Dibuang ke
Lingkungan
disimpan Dibuang ke
lingkungan
Proses pemilahan berdasarkan jenis bahan penyususn
Aktivitas Perbaikan
Dari aliran material diatas, dapat diketahui adanya potensi-potensi bahaya yang muncul akibat penanganan e-waste ponsel yang tidak tepat yaitu saat e-waste ponsel dibakar dan dibuang ke lingkungan.. Berdasarkan PP no.18 tahun 1999 tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, maka penting untuk melakukan pengelolaan terhadap e-waste ponsel yang tepat dan aman. Berikut adalah rekomendasi pengelolaan e-waste ponsel yang dapat dilakukan pada Depok Town Square dan ITC Depok :
Plastik Kaca Logam Karet dan sisa
komponen lainnya Penampung plastik Industri Penampung kaca Industri Penampung logam Industri Peleburan Logam Dibakar Dibuang ke lingukungan
Gambar 10. Aliran Material E-waste dari Jasa Perbaikan Ponsel Di Depok Town Square dan ITC Depok
Sumber : Pengolahan Penulis, 2013
E-waste dari jasa
perbaikan ponsel
Konsumen Pengepul e-waste Pedagang loak e-waste Diberikan kepada
Badan Khusus Dibuang pada
tempat khusus Proses pemilahan berdasarkan
jenis bahan penyususn
Plastik Kaca Logam Karet dan sisa
komponen lainnya Penampung plastik Industri Penampung kaca Industri Penampung logam Industri Peleburan Logam Diberikan kepada badan khusus Industri
KESIMPULAN
1. Berat timbulan e-waste ponsel yang dihasilkan dari ajasa perbaikan ponsel selama 8 hari di Depok Town Square sebesar 4.8843 kg dengan timbulan rata-rata sebesar 0.6105 kg/hari dan di ITC Depok sebesar 16.8696 kg dengan timbulan rata-rata sebesar 2.1087 kg/hari. Perbedaan jumlah timbulan dapat disebabkan banyaknya jumlah jasa perbaikan di masing-masing lokasi, banyaknya aktivitas perbaikan yang dilakukan di masing-masing-masing-masing lokasi dan faktor ketidakpastian timbulan e-waste ponsel.
2. Komposisi e-waste ponsel yang berasal dari Depok Town Square berdasarkan bahan penyusunnya terdiri dari 51.87 % logam, 21.07 % plastik, 25.81 % kaca, dan 1.25 % campuran logam dengan plastik. Untuk komposisi e-waste ponsel yang berasal dari ITC Depok, terdiri dari 23.14 % logam, 9.26 % plastik, 63.07 % kaca dan 4.53 % campuran logam dengan plastik. Limbah logam yang dihasilkan dari Depok Town Square, didominasi oleh batrei sedangkan limbah kaca yang dihasilkan dari ITC Depok didominasi LCD. Perbedaan komposisi kedua lokasi penelitian dapat disebabkan jenis kerusakan ponsel dan jenis e-waste yang dihasilkan dari masing-masing lokasi.
3. Pengelolaan e-waste ponsel pada jasa perbaikan yang berada di Depok Town Square dan ITC Depok belum dilakukan secara khusus. Pihak jasa perbaikan dikedua lokasi penelitian hanya melakukan pemanfaatan kembali dengan cara menjualnya kepada pihak ketiga yaitu pengepul dan pedagang loak/pemulung untuk kemudian didistribusikan pada pendaur ulang 4. Distribusi aliran material e-waste dari aktivitas perbaikan ponsel di Depok Town Square adalah sebesar 21.22 % dibawa oleh konsumen, 76.26 disimpan jasa perbaikan dan 2.52 % dibuang ke lingkungan. Untuk ITC Depok, sebesar 15.73 % dibawa oleh konsumen, 79.96 % disimpan jasa perbaikan dan 4.31 % dibuang ke lingkungan. Perbedaan presentase tergantung kebijakan dari masing-masing konsumen dan pihak jasa perbaikan di kedua lokasi.
SARAN
Gambar 11. Rekomendasi Aliran Material E-waste pada Jasa Perbaikan Ponsel
selain pusat perbelanjaan untuk mengetahui jumlah timbulan e-waste ponsel secara keseluruhan di Kota Depok.
2. Pihak jasa perbaikan, pengepul dan pedagang loak sebaikanya menggunakan alat pelindung seperti masker dan sarung tangan pada saat melakukan aktivitas-aktivitas yang berpotensi bahaya seperti penyolderan dan peleburan agar tidak terpapar bahan berbahaya beracun. 3. Studi terkait e-waste perlu dilakukan pada peralatan elektronik lainnya agar dapat diperoleh
gambaran mengenai e-waste yang lebih luas dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan.
4. Pemerintah Kota Depok sebaiknya melakukan evaluasi terkait pengelolaan limbah B3 dan melakukan pendataan terhadap aktivitas-aktivitas usaha yang dapat menghasilkan limbah B3 yang berpotensi mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia.
5. Diharapkan peran serta dari semua pihak terkait, diantaranya produsen, konsumen, pihak jasa perbaikan, pengepul, pedagang loak/pemulung, maupun pemerintah.
KEPUSTAKAAN
Basel Action Network. (2004). Recent Findings on the Toxicity of End-of-Life Cell Phones. 6 maret 2013. http://www.eartheconomics.org/FileLibrary/ file/Reports/Ban/BAN_Mobile_Toxic_Waste.pdf.
Basel Convention. (2007). Preliminary Inventory of electronic and electrical (E-waste) in Indonesia.8 November
2012. http://www.basel.int/DNNAdmin/AllNews/tabid/2290/ArticleType/ArticleView/ArticleID/204
/Default.aspx
Damanhuri, Enri dan Sukandar. (2006). Preliminary Identification of E-waste flow in Indonesia and its hazard
characteristics, the third NIES workshop on E-waste,Japan.8 November 2012.http://www.eria.org/
pdf/research/y2008/no6-1/Chapter2.pdf
Green Peace. (2005). Toxic Technology Contaminates E-waste Recycling Yards In China and India.6 November2012.http://www.greenpeace.org/international/en/press/releases/toxic-technologycontaminates/ Haruki Agustina. (2007). Identification of E-waste and secondhand E-Products in Indonesia. 6 November
2012.http://www.smarteeconsulting.com/wpcontent/uploads/2008/12/s403_indonesia_paper-e-wastebcrc-beijing-2.pdf
Haruki Agustina. (2010). The Challenges of E-waste Management in Indonesia. 6 November 2012. http://gec.jp/gec/jp/Activities/ietc/fy2010/e-waste/ew_1-3.pdf
http://depoktownsquare.co.id/general-overview/ (29 April 2013) http://www.tabloidpulsa.co.id/ (29 April 2013)
http://www.sinarmasland.com/site/?pg=projects&cat=5&prj=11. (29 April 2013)
Mutiara Triwiswara dan Enri Damanhuri. (2010). Identifikasi Kegiatan Reuse dan Recycle E-waste Telepon
Seluler pada Sektor Secondhand di Kota Bandung 6 November 2012.
NOKIA. 2005. Intergrated Product Policy Pilot Project. Stage I Report. Espoo, Finland : NOKIA Corporation. Osibanjo, Oladele dan Nnorom, Innocent Chidi. 2006. Material Flows of Mobile Phones and Accessories in
Nigeria: Environmental Implications and Sound End-of-life Management Options. Environmental Impact
Assesment Review vol28,p. 198-213.
Rini Dwicahyanti. (2012). Identifikasi E-waste Perangkat Komputer melalui Jasa Perbaikan Komputer di
Pacific.6 November 2012.
Sudjana. (2005) Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Tchobanoglous Goerge, Hilary Theisen dan Samuel A. Vigil. (1993) Intergrated Solid Waste Management :
Engineering Principles and Management Issues. Singapore : McGraw-Hill Co.
The United Nations Environmental Programme (UNEP). (2007). E-waste Management Manual Volume I. Osaka : International Environmental Technology Center.
The United Nations Environmental Programme (UNEP). (2007). E-waste Management Manual Volume II. Osaka : International Environmental Technology Center.
Widi Astuti. (2011). Extended Producer Responsibility (EPR) sebagai Altrenatif Penghematan Energi dalam
Recycling E-waste pada Telepon Seluler di Indonesia. 5 Januari 2013.http://www.unwahas
.ac.id/publikasiilmiah /index.php/PROSIDING_SNST_FT/article/view/250/240.
Wu BY, Chan YC, Middendorf A, Gu X, dan Zhong HW. 2008. Assesment of Toxicity Potential of Metallic
Elements in Discarded Electronics : A Case Study of Mobile Phones in China. Journal of Environmental
Sciences vol 20, p. 1403-1408.
Widyarsana, I Made Wahyu, Dimas Winardy, Enri Damanhuri dan Tri Padmi. (2010). Identifikasi Material
E-waste Komputer dan Komponen Daur Ulangnya di Lokasi Pengepulan E-E-waste (Studi Kasus : Kota Bandung). 8 November 2012. http://www.pdfio.com/k-243392.html.