KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI
MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI
DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. 29
(Sebuah Tinjauan Teologis)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Agama Universitas Katolik Widya Mandira Kupang
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat-Strata Satu (S1)
O L E H
ENGELBERT BRIA
NO. REGIS. 611 08 025
FAKULTAS FILSAFAT AGAMA
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI
DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO 29 (Sebuah Tinjauan Teologis)
OLEH
ENGELBERT BRIA NO. REG: 611 08 025
MENYETUJUI
Mengetahui
Dekan Fakultas Filsafat Agama
Rm. Drs. Hironimus Pakaenoni, Pr. L. Th Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Filsafat Agama Universitas Katolik Widya Mandira Kupang
Pembimbing I
Rm. Drs. Hironimus Pakaenoni, Pr. L. Th
Pembimbing II
Dan Diterima Untuk Memenuhi sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Serjana Filsafat
Pada Tanggal 26 Juni 2012
Dewan Penguji:
1. P. Chris Surinono, OCD. S. Ag. L. Th. (……….)
2. Rm. Drs. Theodorus Silab, Pr. L. Th. (……….…)
3. Rm. Drs. Hironimus Pakaenoni, Pr. L. Th. (………)
Mengesahkan
Dekan Fakultas Filsafat Agama
KATA PENGANTAR
Pada prinsipnya Imamat dan Ekaristi mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan antara keduanya begitu dekat, sehingga Imamat tak dapat dipahami tanpa Ekaristi dan Ekaristi tak dapat dipahami tanpa Imamat. Ekaristi adalah alasan dasar dari Imamat. Tanpa Imamat, Ekaristi tak dapat eksis, dan sebaliknya tanpa Ekaristi, Imamat tak dapat eksis. Karena itu, imam tidak pernah dapat merealisasikan dirinya secara penuh, jikalau Ekaristi tidak menjadi pusat dan akar dari kehidupannya. Atas dasar itulah, maka Ekaristi merupakan jantung hidup seorang imam karena hanya dalam Ekaristi seorang imam mendapat kekuatan, inspirasi dan semangat untuk tugas pelayanannya. Dengan demikian, tidak ada alasan apapun untuk memisahkan hidup seorang imam dari Ekaristi atau imam merayakan Ekaristi hanya sebagai sebuah rutinitas belaka tanpa sebuah persiapan dan penghayatan.
Dalam merayakan Ekaristi, seorang imam bertindak in persona Christi (dalam nama/ dalam pribadi Kristus). Ia menghadirkan Kristus secara sakramental di dalam Ekaristi. Hal ini tidak berarti bahwa imam mewakili Kristus yang seolah-olah berhalangan hadir melainkan Kristus sungguh hadir dalam diri imam. Kehadiran Kristus secara sakramental dalam diri imam itu terjadi berkat Sakramen Imamat yang diterimanya. Melalui Sakramen Imamat, imam diangkat dan dimasukkan dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal. Bertolak dari pemikiran ini, maka dalam tulisan ini penulis berusaha untuk merefleksikan hubungan yang tak terpisahkan antara imam dan Ekaristi dengan judul: Kesejatian Imam Yang bertindak In Persona Christi melalui Pe;ayanan Sakramen Ekaristi Menurut Ensiklik Ecclesia De Eucharistia No. 29 (sebuah refleksi teologis).
Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis sungguh mengalami kasih dan Cinta Tuhan. Ada banyak pengalaman yang penulis temui dalam menyelesaikan tulisan ini, baik itu yang membahagiakan maupun yang mengecewakan. Akan tetapi, penulis bersyukur karena Tuhan tidak pernah meninggalkan penulis. Penulis sadar bahwa Tuhan yang Mahatinggi selalu hadir melalui orang-orang yang ada di sekitar penulis. Mereka selalu mengulurkan tangan dan menyumbangkan ide sehingga tulisan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Karena itu, pertama-tama penulis memanjatkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas semua kebaikan-Nya ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mereka semua yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara material maupun spiritual.
1. Bapak Uskup Agung Kupang yang telah membiayai kehidupan penulis baik di Fakultas Filsafat agama maupun di Seminari Tinggi St. Mikhael.
2. Romo Praeses Seminari Tinggi St. Mikhael dan semua staf pembina yang dengan setia mendampingi dan membetuk penulis selama menjalani masa pembinaan di lembaga pendidikan calon imam ini.
3. Rm. Drs. Hironimus Pakaenoni, Pr. Lich. Theol sebagai pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing, mengoreksi dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
4. Rm. Drs. Theodorus silab, Pr. Lich. Theol sebagai pembimbing II yang juga telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing, mengoreksi dan memberi masukan demi penyelesaian tulisan ini.
5. Teman-teman Frater mahasiswa/i, khususnya teman-teman seangkatan, yang dengan caranya masing-masing telah memberi dukungan dan motivasi demi penyelesaian tulisan ini.
6. Ibunda tercinta Elisabeth Nitti, kedua adik tersayang, Ave dan Yuven dan Sr. Apriana L. Nitti, SSpS, yang selalu mengingatkan, memotivasi dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tulisan ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis sangat membutuhkan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun. Semoga dengan masukan Anda, tulisan ini semakin mencapai kesempurnaan.
Penfui, Mei 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUl ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penulisan ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penulisan ... 7
1.4 Kegunaan Penulisan ... 8
1.4.1 Bagi Seluruh Umat Katolik ... 8
1.4.2 Bagi Para Imam... 8
1.4.3 Bagi Para Seminaris ... 9
1.4.4 Bagi Penulis ... 9 1.5 Metode Penulisan ... 9 1.6 Sistematika Penulisan ... 9 BAB II EKARISTI ... 11 2.1 Sakramen Ekaristi ... 11 2.1.1 Sakramen... 11 2.1.2 Ekaristi ... 12
2.2 Pengertian Sakramen Ekaristi ... 13
2.2.1 Ekaristi Dalam Kitab Suci ... 13
2.2.1.1 Menurut Perjanjian Lama ... 13
2.2.2 Ekaristi Dalam Ajaran Bapa-Bapa Gereja ... 18
2.2.3 Ekaristi Dalam Konsili Vatikan II ... 19
2.2.3.1 Dasar Kristologis ... 19
2.2.3.1.1 Ekaristi Sebagai Kurban ... 19
2.2.3.1.2 Ekaristi Sebagai Perayaan Kenangan (Anamnese) ... 20
2.2.3.1.3 Ekaristi Sebagai Sakramen ... 21
2.2.3.1.4 Ekaristi Sebagai Perjamuan ... 22
2.2.3.2 Dasar Eklesiologis ... 22
2.2.3.2.1 Ekaristi Sebagai Perayaan Gereja ... 22
2.2.3.2.2 Ekaristi Sebagai Pusat Liturgi ... 23
2.2.3.2.3 Ekaristi Sebagai Sumber Dan Puncak Kehidupan Gereja ... 23
2.3 Akar Perayaan Ekaristi ... 24
2.3.1 Perjamuan Makan Yesus Dengan Orang-Orang Berdosa ... 24
2.3.2 Perjamuan Malam Terakhir ... 25
2.3.3 Perjamuan Makan Dengan Yesus Yang Bangkit ... 25
BAB III JATI DIRI IMAM DALAM HUBUNGANNYA DENGAN EKARISTI ... 27
3.1 Imam ... 27
3.1.1 Pengertian Etimologis ... 27
3.1.2 Imam Menurut Perjanjian Lama ... 28
3.1.3 Imam Menurut Perjanjian Baru ... 31
3.1.4 Imam Menurut Bapa-Bapa Gereja ... 34
3.1.5 Imam Menurut Konsili Vatikan II ... 35
3.2 In Persona Christi ... 37
3.2.1 Persona ... 37
3.2.1.1 Makna Filosofis ... 37
3.2.2 In Persona Christi ... 38
3.3 Hakekat Imamat ... 40
3.3.1 Imamat sebagai Rahmat Allah ... 40
3.3.2 Sakramen Tahbisan: Puncak Penganugerahan Rahmat Allah ... 41
3.3.2.1 Penumpangan Tangan ... 41
3.3.2.2 Doa Tahbisan ... 42
3.3.2.2.1 Teks / Isi Doa Tahbisan ... 42
3.3.2.2.1.1 Teks Anamnesis ... 42
3.3.2.2.1.2 Teks Epiklesis ... 43
3.3.2.2.1.3 Teks Permohonan... 43
3.3.2.2.2 Analisis Teks Doa Tahbisan Imam ... 43
3.3.2.2.2.1 Analisis Teks Anamnesis ... 43
3.3.2.2.2.2 Analisis Teks Epiklesis ... 44
3.3.2.2.2.3 Analisis Teks Permohonan ... 45
3.3.3 Roh Kudus: Buah Pertama Sakramen Tahbisan ... 46
3.3.4 Sakramen Tahbisan Berkarakter Indelebilis ... 46
3.4 Jati Diri Imam ... 47
3.4.1 Trinitas sebagai Basis Jati Diri Imam ... 48
3.4.1.1 Dimensi Paternal ... 48
3.4.1.2 Dimensi Kristologi ... 49
3.4.1.3 Dimensi Pneumatologi ... 51
3.4.1.4 Dimensi Eklesial ... 52
3.4.2 Pelayanan Yesus sebagai Dasar Pelayanan Imam Tertahbis ... 53
3.5 Hubungan Ekaristi dan Sakramen Tahbisan ... 54
3.6 Ekaristi sebagai Pusat dan Puncak Hidup - Karya Imam ... 55
3.6.1 Pelayan Ekaristi: Inti dari Pelayanan Imam ... 56
3.6.3 Imam Membimbing Umat Menghayati Ekaristi ... 58
BAB IV JATI DIRI IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI MENURUT ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. 29 ... 60
4.1 Gambaran Umum Ensiklik Ecclesia De Eucharistia ... 60
4.1.1 Latar Belakang dan Tujuan Lahirnya Ensiklik Ecclesia De Eucharistia .... 60
4.1.2 Tema-Tema Umum Ensiklik Ecclesia De Eucharistia ... 62
4.2 Tinjauan Khusus Ensiklik Ecclesia De Eucharistia ... 64
4.2.1 Teks Ensiklik Ecclesia De Eucharistia No. 29 ... 64
4.2.2 Konteks Ensiklik Ecclesia De Eucharistia No. 29 dalam Bab III Ensiklik Ecclesia De Eucharistia ... 65
4.2.2.1 Terbedakan dari Nomor yang Mendahului ... 65
4.2.2.2 Terbedakan dari Nomor yang Mengikuti ... 66
4.3 Pokok-pokok Pikiran dalam Ensiklik Ecclesia De Eucharistia No. 29 ... 67
4.3.1 Ekaristi sebagai Karunia Agung ... 67
4.3.2 Relasi Ekaristi dengan Kurban Salib dan Perjamuan Terakhir ... 67
4.3.3 Identifikasi Imam ... 68
4.3.3.1 Imam In Nomine Christi ... 68
4.3.3.2 Imam In Persona Christi ... 69
4.3.3.2.1 Latar Belakang Persoalan Ekaristi dan Kuasa Tahbisan ... 71
4.3.3.2.1.1 Masalah Realis Praesentia Christi ... 71
4.3.3.2.1.1.1 Persoalan Ekaristi Pada Abad Pertengahan ... 71
4.3.3.2.1.1.2 Tanggapan Gereja ... 74
4.3.3.2.1.2 Kuasa Tahbisan: Imam In Persona Christi Capitis ... 75
4.3.4 Tahbisan Imam sebagai Karunia Hirarkis ... 78
4.3.5 Sakramen Tahbisan sebagai Dasar Pelayanan ... 80
4.3.6 Kemampuan Konsekrasi Berkat Tahbisan ... 82
4.3.8 Perayaan Ekaristi sebagai Tugas Imam Tertahbis ... 85
4.3.9 Jemaat Ekaristi ... 87
4.3.10 Kesatuan Jemaat dan Imam Tertahbis sebagai pemimpin ... 89
BAB V PENUTUP ...
915.1 Kesimpulan ... 91
5.2 Saran ... 92