• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. dengan asal daerah dan negaranya seperti Weed (Inggris), Unkraut (Jerman), Onkruit (Belanda),

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. dengan asal daerah dan negaranya seperti Weed (Inggris), Unkraut (Jerman), Onkruit (Belanda),"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Moenandir, (1993). Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khas. Karena luasnya penyebaran, gulma mempunyai beberapa nama sesuai dengan asal daerah dan negaranya seperti Weed (Inggris), Unkraut (Jerman), Onkruit (Belanda), dan Tzao (Cina), serta banyak nama yang lainnya.

Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan. Kemampuan gulma mengadakan regenerasi besar sekali, khususnya pada gulma perennial. Gulma perenial dapat menyebar dengan cara vegetatif. Luasnya penyebaran karena daun dapat dimodifikasikan, demilkian pula pada bagian-bagian lain; inilah yang memungkinkan gulma cepat berkembang biak (Moenandir, 1993).

Menurut Pahan, (2008). pengendalian gulma pada prinsip awalnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Kerugian–kerugian yang timbulkan oleh gulma:

1. Pengaruh persaingan dalam perebutan unsur hara, sehingga mengurangi kandungan unsur hara.

2. Persaingan dalam pengambilan air/mengganggu tata drainase. 3. Menyulitkan pengawasan di lapangan.

(2)

4. Membelit tanaman sehingga menurunkan estetika kebun.

Berdasarkan kerugian tersebut, maka pengelola perkebunan kelapa sawit mengharapkan adanya metode pengendalian yang efektif dan efisien. Pemikiran tersebut akan membawa para pengelola perkebunan untuk menggunakan pestisida kimia sintetik secara berlebihan, karena pestisida tersebut dianggap merupakan sebagai pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) di perkebunan kelapa sawit yang efektif dan efisien. Terkait dengan pengendalian OPT, termasuk gulma, harus mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku yaitu Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman, menyebutkan bahwa perlindungan tanaman harus dilakukan dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) (Wibawanti, 2011).

Minyak tanah adalah cairan hidrokarbon yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Yang diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada 150 °C and 275 °C (rantai karbon dari C12 sampai C15). Biasanya, minyak tanah didistilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan perawatan khusus, dalam sebuah unit Merox atau hidrotreater, untuk mengurangi kadar belerang dan pengaratannya. Di Indonesia, minyak tanah bisa digunakan untuk mengusir koloni serangga sosial, seperti semut, atau mengusir kecoa. Selain itu, beberapa pembasmi serangga bermerek juga menggunakan minyak tanah sebagai komponennya.

(3)

B. Perumusan masalah

Salah satu kegiatan yang penting dalam pemeliharaan kelapa sawit ialah pengendalian gulma. Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara kimia dan manual. Contoh secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida.

Saat ini banyak herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma dicampur antara herbisida dengan bahan pembantu (Adjuvant) Pencampuran herbisida dilakukan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan dalam metode pengendalian gulma, memperluas spektrum pengendalian gulma, mengurangi resistensi gulma terhadap salah satu herbisida sehingga mencegah vegetasi gulma yang mengarah ke homogen. Berdasarkan hal tersebut maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang efektifitas penambahan minyak tanah pada herbisida berbahan aktif glifosat untuk mengendalikan gulma di perkebunan kelapa sawit.

C. Hipotesis

1. Adanya pengaruh perlakuan glifosat terhadap terhadap laju kematian gulma di perkebunan kelapa sawit.

2. Adanya pengaruh perlakuan minyak tanah terhadap laju kematian gulma di perkebunan kelapa sawit.

3. Adanya pengaruh perlakuan kombinasi glifosat dan minyak tanah terhadap laju kematian gulma di perkebunan kelapa sawit.

(4)

D. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh glifosat terhadap terhadap laju kematian gulma di perkebunan kelapa sawit.

2. Untuk mengetahui pengaruh minyak tanah terhadap laju kematian gulma di perkebunan kelapa sawit.

3. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi glifosat dan minyak tanah terhadap laju kematian gulma di perkebunan kelapa sawit.

E. Manfaat

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi, dan bermanfaat bagi petani kelapa sawit atau perusahaan Perkebunan kelapa sawit dalam efektifitas pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida berbahan aktif glifosat.

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jenis-jenis gulma

1. Penggolongan berdasarkan bentuk daun

Menurut Johnny, (2006). Penggolongan berdasarkan bentuk daun ini berpatokan atas lebar atau sempitnya daun. Gulma berdaun lebar yaitu apabila lebar dari helaian daunnya lebih dari setengah ukuran panjangnya. Helaian daun tersebut dapat berbentuk oval, bulat, lonjong, membulat atau seperti bentuk ginjal. Pertulangan daun (nervatio) dari golongan ini umumnya bentuk menyirip. Golongan gulma berdaun lebar ini umumnya didominasi oleh kelompok tumbuhan dari klas Dicotyledoneae.

Sedangkan gulma berdaun sempit yaitu apabila helaian daun atau laminanya berbentuk memanjang dan ukuran lebarnya helaian daun kecil atau sempit. Helaian daun dari golongan ini umumnya terdiri dari kelampok daun yang berbentuk pita, linearis, jarum dan yang berbentuk panjang-panjang. Pertulangan daun dari golongan ini umumnya berbentuk lurus-lurus atau linearis yang umumnya didominasi oleh kelompok tumbuhan dari klas Monocotyledoneae.

Dengan demikian berdasarkan bentuk daun ini maka gulma dapat dibagi dua yaitu gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit.

a. Gulma berdaun lebar

Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun yang lebar dan luas dan umumnya mempunyai lintasan C3, nervatio (pertulangan daun) menyirip, berasal dari kelompok Dicotyledoneae, dan bentuk helaian membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal, dll.

(6)

- Ageratum conyzoides (bandotan) - Portulaca oleracea - Melastoma malabathricum - Eupatorium odoratum - Euphorbia hirta - Centella asiatica b. Gulma berdaun sempit

Tumbuhan ini mempunyai bentuk daun sempit dan memanjang serta pada umumnya mempunyai lintasan C4, nervatio (pertulangan daun) linearis atau garis-garis memanjang, berasal dari kelompok monocotyledoneae dan bentuk daun memanjang seperti pita, jarum, garis dll. Contoh: - Leersea hexandra

- Cyperus rotundus - Imperata cylindrical

2. Penggolongan berdasarkan daur hidup

Berdasarkan daur hidup (siklus hidup), maka gulma dapat dikelompokkan pada beberapa golongan yaitu:

a. Annual (semusim) Adalah tumbuhan gulma yang mempunyai daur hidup hanya satu musim atau satu tahunan, mulai dari tumbuh, anakan, dewasa dan berkembang biak. Contoh gulma semusim adalah: Ageratum conyzoides, Stachytarpita sp.

b. Biennial (dua musim) Yaitu tumbuhan gulma yang mempunyai daur hidup mulai dari tumbuh, anakan, dewasa dan berkembang biak selama dua musim tetapi kurang dari dua tahun. Contoh gulma ini adalah: Lactuca canadensis L.

(7)

c. Perinnial (gulma musiman atau tahunan) Adalah tumbuhan gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau lama berkelanjutan bila kondisi memungkinkan. Contoh gulma ini adalah kebanyakan dari klas monocotyledoneae seperti; Cyperus rotundus,

Imperata cylindrica, dll (Johnny, 2006).

3. Penggolongan gulma berdasarkan habitat

Berdasarkan habitat atau tempat hidup maka gulma dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu:

a. Gulma darat (Terristerial Weed) yaitu semua tumbuhan gulma yang hidup dan tumbuhnya di darat, seperti: Imperata cylindrical, Melastoma malabathricum, dan sebagainya.

b. Gulma air (Aquatic Weeds) yaitu semua tumbuhan gulma yang hidup, tumbuh dan

berkembang biaknya terjadi di dalam air, di daerah perairan atau ditempat yang basah dan tergenang, Contoh dari gulma ini adalah: Eichornia crassipes, Hydrilla

(8)

B. Jenis-jenis Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit

Beberapa jenis gulma di perkebunan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Beberapa jenis Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit

Kategori Nama Latin Nama Indonesia/Daerah

Jahat/sangat

mengganggu

Sedang dan lunak

Imperata cylindrical Mikania micrantha Mikania cordota Mimosa pudika Mimosa invisa Eupatorium odoratum Lantana camara Clidemia hirta Melastoma affine Axonopus compressus Paspalum konjungatum Cyperus rotundus Gleichenia linearis Dryopterus arida Ageratum conyzoides Boreria latifolia Boreria laevicaulis Phyllanthus niruri Lalang Sembung rambat Mikania

Putri malu, kucingan Pis kucingan

Putihan

Tahi ayam, tembelekan Harendong Senduduk Rumput pahit/pahitan Rumput pahit/buffalogras Teki Pakis kawat Pakis kadal Wedusan, babandotan Kentangan

Rumput kancing ungu Meniran

(9)

C. Metode Pengendalian

Pengertian pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan. Pengendalian gulma (weed control) dapat di defenisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan atau mengurangi populasinya sampai pada tingkat di mana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang di peroleh dari menekan gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan.

Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanaannya di lapangan (Faktor teknis), biaya yang di perlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya. Terdapat beberapa metode/cara pengendalian gulma yang dapat dipraktekkan di lapangan. Sebelum melakukan tindakan pengendalian gulma sangat penting bagi kita mengetahui cara-cara tersebut guna memilih cara ynag paling tepat untuk suatu jenis tanaman budidaya dan gulma yang tumbuh di suatu daerah (Sukman dan Yakup, 2002).

Teknik pengendalian yang tersedia adalah:

a. Pengendalian dengan upaya preventif (pembuatan peraturan/perundangan, karantina, sanitasi, dan peniadaan sumber invasi).

b. Pengendalian secara mekanis/fisik (pengerjaan tanah, penyiangan, pencabutan, pembabatan, penggenangan dan pembakaran).

c. Pengendalian secara kultur-teknis (penggunaan jenis unggul terhadap gulma, pemilihan saat tanam, cara tanam-perapatan jarak tanam/heavy seeding, tanaman sela, rotasi tanaman dan penggunaan mulsa).

(10)

d. Pengendalian secara hayati (pengadaan musuh alami, manipulasi musuh alami dan pengelolaan musuh alami yang ada disuatu daerah).

e. Pengendalian secara kimiawi (herbisida dengan berbagai formulasi, surfaktan, alat aplikasi dsb).

f. Pengendalian dengan upaya memanfaatkannya (untuk berbagai keperluan seperti sayur, bumbu, bahan obat, penyegar, bahan kertas/Koran, biogas, pupuk, bahan kerajinan dan makanan ternak).

Dalam perkembangan teknologi pengendalian gulma selanjutnya ternyata pengendalian tanpa herbisida kurang mendapat perhatian baik oleh pakar maupun praktisi, karena kurang mengundang inovasi teknologi. Sedangkan pengendalian gulma dengan herbisida banyak memperoleh perhatian karena lebih mengundang inovasi teknologi dan menyangkut kelayakan ekonomi (Sukman dan Yakup, 2002).

D. Herbisida

Herbisida ialah bahan kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan gulma sementara atau seterusnya bila diperlakukan pada ukuran yang tepat. Dengan kata lain jenis dan kadar racun bahan kimia suatu herbisida menentukan arti daripada herbisida itu sendiri (Moenandir, 1990).

1. Herbisida Kontak

Herbisida jenis ini dikenal karena mengakibatkan efek bakar yang langsung dapat dilihat terutama pada penggunaan dengan kadar tinggi, seperti asam sulfat 70%, besi sulfat 30%, tembaga sulfat 40%. Paraquat, sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat menghasilkan hydrogen peroksida radikal yang dapat memecahkan membrane sel, akhirnya seluruh sel juga

(11)

rusak. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang terkena langsung dan tidak ditranslokasikan ke bagian lain (Moenandir, 1990).

2. Herbisida Sistemik

Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini tidak secepat cara kerja herbisida kontak untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi.

3. Bahan Pembantu (Adjuvant)

Merupakan bahan atau senyawa kimia yang ditambahkan ke dalam pestisida dalam proses formulasinya agar mudah diaplikasikan atau digunakan untuk memperbaiki efikasi pestisida tersebut. Bahan-bahan pembantu yang sering ditambahkan pada formulasi adalah

soulvent atau bahan pelarut (contohnya: xylol, alcohol dan berbagai produk minyak bumi).

E. Efektifitas Pengendalian

Menurut Mulyati, (2004). Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya ialah dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan herbisida. Keunggulan dari aplikasi herbisida di perkebunan menyangkut kebutuhan tenaga kerja yang lebih sedikit, kemampuan dalam mengendalikan gulma secara cepat, efektif dan mengurangi kerusakan akar serta memperkecil terjadinya erosi tanah.

(12)

Herbisida yang biasa digunakan di perkebunan ialah glifosat yang memilik spektrum daya berantas cukup luas, tetapi harganya relatif mahal, oleh karena itu banyak dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh efisiensi penggunaan glifosat tanpa mengurangi efikasi (Utomo et, al., 1990). Dalam (Mulyati, 2004).

Dalam pengendalian gulma secara kimia, biaya yang di butuhkan cukup besar, untuk itu perlu mengetahui jenis-jenis herbisida yang tepat untuk di gunakan dalam pengendalian gulma. Pemakaian satu jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten, sehingga akan sulit mengendalikannya. Guna mengantisipasi gulma yang resisten teknik yang dapat dilakukan dengan memberikan bahan pembantu (Adjuvant) pada herbisida sistemik yang akan digunakan.

F. Glifosat

Glifosat adalah herbisida berspektrum luas (dapat mematikan sebagian besar tipe tanaman) yang dapat mengendalikan gulma semusim maupun tahunan di daerah tropis pada waktu pasca tumbuh (post emergence). Glifosat dapat masuk ke dalam tumbuhan karena penyerapan yang dilakukan tanaman dan kemudian diangkut ke pembuluh floem.

Herbisida bahan aktif glifosat merupakan herbisida yang bersifat sistemik bagi gulma sasaran. Selain sifatnya sistemik yang membunuh tanaman hingga mati sampai ke akar-akarnya, juga mampu mengendalikan banyak jenis gulma seperti Imperata cylindrica, Eulisine indinca,

Axomophus comprsseus (pahitan), Mimosa invisa (putri malu), Cyperus iria (teki), Echinocloa crussgali (jajagoan) dan lain-lain. Glifosat ditranslokasi dari bagian dedaunan sampai ke bagian

akar dan bagian lainnya merusak sistem keseluruhan di dalam tubuh gulma. Glifosat memiliki daya bunuh yang tinggi terhadap rerumputan lunak seperti Paspalum conjugatum dan Ottochloa

(13)

III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan pada areal perkebunan kelapa sawit di Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) kampus Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013.

B. Alat dan Bahan a. Alat 1. Hand Sprayer 2. Ember 3. Gelas ukur 4. Stopwatch 5. Tali raffia 6. Pipet tetes 7. Meteran b. Bahan

1. Herbisida berbahan aktif Glifosat 2. Minyak tanah

3. Air jernih 4. Sabun cair

(14)

C. Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. yang terdiri dari 6 perlakuan dan ulangan sebanyak 3 kali.

Faktor pertama konsentrasi herbisida dengan 3 taraf :  G0 : Tanpa aplikasi herbisida

 G1 : Aplikasi herbisida berbahan aktif glifosat dengan konsentrasi 4 ml/l  G2 : Aplikasi herbisida berbahan aktif glifosat dengan konsentrasi 8 ml/l Faktor kedua bahan adjuvat dengan 2 taraf :

 M0 : Tanpa minyak tanah

 M1 : Minyak tanah dengan kosentrasi 20 ml/l Kombinasi perlakuan sebanyak 6 perlakuan :

G0M0 G1M0 G2M0

G0M1 G1M1 G2M1

Jumlah ulangan : 3 kali ulangan Jumlah plot penelitian : 18 petakan Dengan perlakuan sebanyak : 6 plot Jarak antar plot : 1 m Jarak antar ulangan : 50 cm

Panjang plot : 2 m

Lebar plot : 1 m

Data hasil penelitian dianalisis dengan Percobaan Faktorial dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), berdasarkan Model linier sebagai berikut :

(15)

Yijk = µ + ρi + aj+βk + (αβ)jk + ijk

Yijk = Hasil pengamatan ulangan ke-i, glifosat ke-j dan perlakuan minyak ke-k

µ = Nilai tengah umum

ρi = pengaruh ulangan/blok ke-i

aj =Pengaruh glifosat ke-j

βk = Pengaruh minyak ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi glifosat ke-j dan perlakuan minyak ke-k

ijk = Galat percobaan pada ulangan ke-i yang mendapat perlakuan glifosat pada taraf ke-j dan perlakuan minyak pada taraf ke-k

Untuk melihat pengujian terhadap parameter yang di amati pada akhir penelitian Daftar Sidik Ragam (DSR) berdasarkan data yang di peroleh terhadap perlakuan yang dipengaruhi nyata dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan Taraf 5% dan1%. (Gomez dan Gomez, 2010).

D. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan areal

Areal penelitian akan dilaksanakan di gawangan mati tanaman kelapa sawit, areal dibersihkan dari sampah dan sebagainya

(16)

2. Penyiapan petak percobaan

Diukur petak percobaan dengan luas 1 m x 2 m untuk setiap perlakuan dengan cara dipacak dan di batasi dengan tali raffia.

3. Penyiangan

Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu sekali sebelum aplikasi herbisida terhadap gulma-gulma selain dari gulma-gulma berdaun sempit yang terdapat pada petak percobaan.

4. Identifikasi Gulma

Diidentifikasi gulma-gulma yang tumbuh pada petak percobaan sebelum

aplikasi herbisida. Dihitung identifikasi dengan melakukan pengamatan secara visual. Berikut hasil identifikasi gulma pada petak petak penelitian.

Tabel 2. Persentase gulma pada petak penelitian

Jenis gulma Populasi Indeks (%)

Boreria laevicaulis (Rumput kancing ungu) Paspalum conjugatum Berg. (Genjoran, Telur

setandu)

Ottochola nodosa (Bambonan, Rumput kawatan) Cyclosorus arindus (Pakis kadal)

Axonopus compressus (Rumput pahit) Mikania cordota (Mikania)

Imperata cylindrica (Alang-alang)

Mimosa sp (Kucingan) Lain-lain 25 334 163 621 443 55 30 35 94 1.39 18.56 9.06 34.50 24.61 3.06 1.67 1.94 5.22 Total 1800 100

(17)

Berikut adalah gambar hasil identifikasi gulma pada petak petak penelitian.

Gambar 1. Jenis-jenis gulma pada petak penelitian 5. Kalibrasi Alat

Sebelum melakukan aplikasi herbisida, terlebih dahulu alat hand sprayer harus dikalibrasi yang bertujuan untuk mendapatkan volume semprot yang dibutuhkan.

6. Persiapan Herbisida dan bahan Adjuvant

Herbisida yang akan digunakan ditakar sesuai yang dibutuhkan dengan menggunakan gelas ukur. Setelah menakar kebutuhan herbisida yang dibutuhkan dan juga kebutuhan bahan adjuvat kemudian diaduk rata.

7. Aplikasi Herbisida

Setelah memperoleh hasil kalibrasi akan kebutuhan volume semprot. Herbisida diaplikasikan secara merata pada setiap petak percobaan untuk masing-masing perlakuan

Axonopus Imperata Ottochola Cyclosorus

Compressus cylindrical nodosa arindus

Boreria Paspalum Mimosa sp Mikania

(18)

dengan cara disemprot menggunakan alat semprot (Hand Sprayer), aplikasi herbisida dilaksanakan dengan kondisi cuaca saat dan sesudah penyemprotan adalah cerah.

E. Pengamatan

Parameter yang diambil dari penelitian ini adalah:  Tingkat kematian gulma setelah aplikasi. Cara pengamatan:

Mengamati bentuk fisik gulma setelah aplikasi. Gulma yang bertahan hidup adalah masih tampak kelihatan segar, sedangkan gulma yang sudah mati adalah tampak tidak segar, dengan kata lain secara visual berwarna kuning kecoklatan. Pengamatan gulma dihitung pada 3, 6, 9,12 dan 15 hari setelah aplikasi (HSA).

Gambar

Tabel 1. Beberapa jenis Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit
Tabel 2. Persentase gulma pada petak penelitian
Gambar 1. Jenis-jenis gulma pada petak penelitian  5.  Kalibrasi Alat

Referensi

Dokumen terkait