Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir· Jakarta, II Desembcr 2003
APLIKASI JAMINAN KUALITAS PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF
ISSN 1693 - 7902
Zainus Salimin, Mulyono Daryoko
Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif (P2PLR) - BAT AN
ABSTRAK
APLIKASI JAMINAN KUALITAS PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF.
Bagian terpenting dari jaminan kualitas pengelolaan limbah radioaktif adalah standar kualitas atau standar keselamatan pengelolaan limbah radioaktif, yang merupakan
persyaratan dasar yang mutlak harus dipenuhi untuk meyakinkan pencapaian
keselamatan dalam kegiatan pengelolaan limbah radioaktif. Bagian penting lain adalah
ketatalaksanaan (management) dari jaminan kualitas yang mempunyai unsur pokok
penanggung jawab management, program jaminan kualitas, kualifikasi personil
(pendidikan dan pengalaman) dan pelatihan yang dibutuhkan, pengendalian
ketidaksesuaian dan tindakan pembetulannya, prosedur kegiatan, pengendalian data dan
dukumen, pencatatan data dan dokumen, unjuk kerja peralatan harus memenuhi
standar, persyaratan dan mekanisme pengadaan yang baik, pengendalian inspeksi dan
pengetesan, penilaian internal, dan penilaian independen. Management harus
mendefinisikan dan mendokumentasikan kebijaksanaan-kebijaksanaannya untuk
kualitas, termasuk sasaran dan komitmennya terhadap kualitas, membuat program
jaminan kualitas, dan menetapkan kualifikasi personil dan training yang diperlukan.
Management harus memastikan bahwa kebijaksanaannya dimengerti,
diimplementasikan, dan dipertahankan pada semua tingkatan. Telah dilakukan analisis aplikasi jaminan kualitas dalam pengelolaan limbah radioaktif. Standar kualitas pengelolaan limbah radioaktif yang saat ini diacu dan digunakan untuk operasional pengelolaan limbah terbanyak adalah dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), namun ada juga beberapa (masih sangat terbatas) peraturan nasional yang diacu dan
digunakan. Untuk menyongsong pembangunan PL TN, perlu segera dibuat dan
ditetapkan standar nasional kualitas pengelolaan limbah yang lain. Budaya mengikuti prosedur dan ketetapan yang telah diputuskan dan disyahkan masih perlu ditanarnkan. Kata kunci : Jaminan kualitas, Pengelolaan limbah radioaktif.
ABSTRACT
APPLICATION OF QUALITY ASSURANCE TO RADIOACTIVE WASTE
MANAGEMENT. The most important part of quality assurance to radioactive waste management is quality standard or safety standard for radioactive waste management constituting the absolute requirement for fulfillment the achievement of safety on the
activities of radioactive waste management. The other important part is the
management of quality assurance having the main element as follows: management
responsibility, quality assurance program, personal qualification (education and experience) and training, non-conformance control and corrective action, procedure for activities, document and data controls, document and data records, performance of activities, procurement, inspection and test control, self-assessment, and independent
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
assessment. Management must define and document its policy for quality including objectives for quality and its commitment to quality, establish the program of quality assurance, define the personal qualification and training. Management must ensure that this policy is understood, implemented, and maintained at all levels. The application of
quality assurance of radioactive waste management has been analyzed. The most
quality standard of radioactive waste management from IAEA does exist to refer and utilize on the operation of radioactive waste management, but there are several (still very limited) national regulation does exist refer and utilize. For preparing the program of nuclear power plant, it is necessary as soon as possible to establish the national standard quality for radioactive waste management. The people culture to follow the existing procedure and decisions must be implanting.
Seminar Tahunan Pcngawasan Pcmanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003
PENDAHULUAN
ISSN 1693 - 7902
Limbah radioaktif, seperti limbah lainnya adalah bahan yang tidak dimanfaatkan lagi, dan karena bersifat radioaktif, limbah radioaktif terse but mempunyai potensi
bahaya radiasi. Pengelolaan limbah radioaktif hams dilaksanakan untuk mencegah
timbulnya bahaya radiasi terhadap pekerja, anggota rnasyarakat dan lingkungan hidup. Perlindungan terhadap manusia dan lingkungan dari pengaruh limbah radioaktif tersebut dapat dicapai melalui penerapan azas proteksi radiasi, yang meliputi azas justifikasi, azas limitasi dan azas optimasi.
Azas justifikasi mempunyai pengertian bahwa setiap kegiatan yang memanfaatkan zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya hanya boleh dilakukan apabila menghasilkan keuntungan yang lebih besar kepada seseorang yang terkena penyinaran radiasi atau bagi masyarakat, dibandingkan dengan kerugian radiasi yang mungkin diakibatkannya, dengan memperhatikan faktor sosial, faktor ekonomi, dan faktor lain yang sesuai. Dalam melakukan pengkajian perlu diperhitungkan pula estimasi kerugian yang berasal dari penyinaran potensial, yaitu terjadinya penyinaran yang tidak bisa diramalkan sebelumnya.
Azas limitasi adalah ketentuan dimana penerimaan dosis oleh seseorang tidak
boleh melampaui nilai batas dosis yang ditetapkan oleh Badan Pengawas.
Yang dimaksud dengan nilai batas dosis disini adalah dosis radiasi yang diterima dari penyinaran ekstema dan intema selama 1 (satu) tahun dan tidak tergantung pada laju dosis. Penetapan nilai batas dosis ini tidak memperhitungkan penerimaan dosis untuk tujuan medik dan yang berasal dari radiasi alamo
Azas optimasi adalah azas dimana proteksi dan keselamatan terhadap penyinaran
yang berasal dari sumber radiasi yang dimanfaatkan diusahakan sedemikian rupa
sehingga besamya dosis yang diterima seseorang dan jumlah orang yang tersinari
sekecil mungkin dengan memperhatikan faktor sosial dan ekonomi. Terhadap dosis
perorangan yang berasal dari sumber radiasi diberlakukan pembatasan dosis yang
besamya dibawah nilai batas dosis.
Bagian terpenting bagi jaminan kualitas pengelolaan limbah radioaktif adalah standar kualitas atau standar keselamatan pengelolaan limbah radioaktif. Standar kualitas terse but, yang meliputi peraturan, standar dan kriteria hams ditetapkan terlebih
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tcnaga Nuklir - Jakarta, 11 Desembcr 2003 ISSN 1693 - 7902
pemerintah, keputusan Kepala BAPETEN, ketentuan IAEA, dan ketentuan internasional
yang lain. Seluruh kegiatan pengelolaan limbah radioaktif yang terdiri dari
pengumpulan dan pengelompokan limbah, pengangkutan limbah lee fasilitas
pengolahan, analisis limbah sebelum pengolahan, pengolahan limbah, analisis limbah
setelah pengolahan, pelepasan efluen, pengangkutan hasil olahan ke fasilitas
penyimpanan, dan monitoring lingkungan harus mengikuti dan memenuhi ketentuan
standar kualitas yang telah ditetapkan terse but. Sudah barang tentu standar kualitas hams mencakup pula untuk kegiatan implementasi azas proteksi radiasi tersebut di atas dan bagian-bagian kegiatan pengelolaan limbah radioaktif. Pengertian kriteria dalam standar kualitas adalah spesifikasi teknis dari peralatan, unit, dan instalasi pengelolaan limbah, yang merupakan data yang mengkait dengan kriteria disainnya.
Bagian penting lain adalah ketatalaksanaan (management) dari jaminan kualitas
yang mempunyai unsur pokok penanggung jawab management, program jaminan
kualitas, kualifikasi personil (pendidikan dan pengalaman) dan pelatihan yang
dibutuhkan, pengendalian ketidaksesuaian dan pembetulannya, prosedur kegiatan,
pengendalian data dan dokumen serta pencatatannya, unjuk kerja peralatan harus
memenuhi standar, persyaratan dan mekanisme pengadaan yang baik, pengendalian
inspeksi dan pengetesan, penilaian internal, dan penilaian independen.
Management harus mengidentifikasikan dan medokumentasikan kebijaksanaan-kebijaksanaannya untuk kualitas, termasuk sasaran dan komitmennya terhadap kualitas, membuat program jaminan kualitas, dan menetapkan kualitas personil dan training yang
diperlukan. Management hams memastikan bahwa kebijaksanaannya dimengerti,
diimplementasikan, dan dipertahankan pada semua tingkatan. Penanggung jawab
ketatalaksanaan yang mencakup penanggung jawab dari kegiatan-kegiatan keseluruhan, parsial, kelompok, dan penanggung jawab peralatan yang memenuhi standar kualifikasi personil harus ditetapkan dengan Surat Keputusan. Di dalam pelaksanaan kegiatan
sesuai jaminan kualitas, urutan hierarki penanggung jawab harus betul-betul
dilaksanakan dalam suatu kegiatan. Program jaminan kualitas pada tingkat operasional instalasi harus dibuat dan ditetapkan. Kualifikasi personil (pendidikan dan pengalaman) dan pelatihan yang dibutuhkan hams ditetapkan dan dipegang teguh untuk setiap jenis kegiatan, merupakan standar kualifikasi personil. Bila terdapat ketidaksesuaian kondisi di lapangan yang menyangkut personil, barang dan peralatan terhadap standar kualitas
Seminar TallUnan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 -7902
(peraturan, standar dan kriteria), pengendalian ketidaksesuaian dan tindakan
pembetulannya hams dilakukan. Guna memudahkan pelaksanaan dan pengontrolan
suatu kegiatan, setiap kegiatan hams dilengkapi dengan prosedur kegiatan yang
mencakup pula lembar-Iembar isian besaran terkontrol dalam kegiatan tersebut. Data
dan dokumen yang berkaitan dengan selumh kegiatan (termasuk pula pada
pengendalian ketidaksesuaian) hams dikendalikan dan dicatat. Unjuk kerja peralatan harus selalu dipertahankan sesuai standar (kondisi kriteria disain), bila terdapat ketidak sesuaian terhadap keadaan standar harus dilakukan tindakan perbaikan dan perawatan
yang harus didokumentasikan. Barang dan peralatan yang dibutuhkan harus
mempunYaI gambar dan spesifikasi teknis yang jelas sesuai standar kualitas
kegiatannya, sehingga sewaktu hams mengadakan (membeli) kembali, mekanismenya
mudah dilaksanakan dan dikendalikan. Kegiatan inspeksi dan pengetesan adalah
mempakan suatu bagian penting kegiatan jaminan kualitas dalam kaitan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan apakah mengikuti dan memenuhi standar kualitas atau tidak,
oleh karena itu pengendalian kegiatan inspeksi dan pengetesan tersebut harus
dilaksanakan sebaik-baiknya. Selumh kegiatan penting jaminan kualitas terse but harus
dinilai oleh tim internal dan tim eksternal untuk pembuktian apakah kegiatan
pengelolaan limbah memenuhi standar keselamatan atau tidak.
Dilakukan analisis aplikasi jaminan kualitas pengelolaan limbah radioaktif yang meliputi identifikasi standar kualitas atau standar keselamatan pengelolaan limbah radioaktif yang diperlukan, analisis inspeksi implementasi azas proteksi radiasi dalam pelaksanaan jaminan kualitas, dan analisis inspeksi jaminan kualitas pengelolaan limbah radioaktif.
IDENTIFIKASI STANDAR KESELAMA TAN PENGELOLAAN LIMBAH
RADIOAKTIF YANG DIPERLUKAN
Untuk:-ineyakinkan pencapaian keseramatan dalam setiap bagian kegiatan
pengelolaan limbah radioaktif, pada setiap kegiatan terse but diperlukan persyaratan dasar yang mutlak hams dipenuhi yang disebut standar keselamatan (standar kualitas). Dalam kegiatan pengumpulan dan pengelompokan limbah, dan pengangkutan limbah radioaktif memerlukan antara lain standar-standar mengenai klasifikasi limbah, keselamatan pengangkutan zat radioaktif, keselamatan kerja terhadap radiasi, baku
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember2003 ISSN J693 - 7902
tingkat radioaktivitas di lingkungan, keselamatan pengelolaan limbah radioaktif, dan jaminan kualitas. Untuk kegiatan analisis limbah sebelum pengolahan membutuhkan
an tara lain standar-standar keselamatan pengangkutan zat radioaktif, keselamatan kerja terhadap radiasi, baku tingkat radioaktivitas di lingkungan, metoda analisis, keselamatan pengelolaan limbah radioaktif, dan jaminan kualitas. Dalam kegiatan pengolahan limbah memerlukan antara lain standar-standar keselamatan kerja terhadap radiasi, keselamatan pengelolaan limbah radioaktif, baku tingkat radioaktivitas di lingkungan, dan kualitas hasil pemadatan. Selanjutnya standar-standar keselamatan yang diperlukan untuk kegiatan pengelolaan yang lain diuraikan pada Tabel I.
ANALISIS INSPEKSI IMPLEMENT ASI AZAS PROTEKSI RADIASI DALAM
PELAKSANAAN JAMINAN KUALIT AS
Implementasi azas proteksi yang meliputi azas justifikasi, azas limitasi dan azas optimasi dalam kegiatan nuklir mempunyai tujuan untuk tercapainya keselamatan dalam
kegiatan terse but. Dalam pelaksanaan jaminan kualitas, implementasi standar
keselamatan dalam suatu kegiatan merupakan cara untuk meyakinkan pencapaian
keselamatan. Oleh karena itu implementasi azas proteksi radiasi dan standar
keselamatan dalam kegiatan nuklir merupakan bagian penting yang harus diperiksa saat inspeksi keselamatan atau inspeksi jaminan kualitas.
Di dalam pengelolaan limbah radioaktif, azas justifikasi diimplementasikan seperti terlihat pada Gambar I. Syarat keselamatan yang ditunjukkan dalam gambar tersebut
adalah implementasi dari standar standar keselamatan yang telah ditetapkan.
Sedangkan syarat ekonomi merupakan pertimbangan keuntungan finansisial dari
kegiatan keseluruhannya, tidak memberikan beban pembiayaan berlebih di kegiatan
tersebut sehingga merugikan secara keseluruhan. Usaha minimisasi limbah harus
dilakukan agar kadar bahan radioaktif dan jumlah limbah sekecil mungkin sehingga pencemaran lingkungan dapat dihindari. Minimisasi limbah dapat dilakukan melalui pengurangan limbah pada sumbernya dengan pengerjaan yang teliti sesuai prosedur
sehingga kegagalan operasi dapat dihindari, dan pemanfaatan limbah dengan
pengerjaan-pengerjaan dekontarninasi, penggunaan kembali, pengambilan kembali dan resirkulasi. Selain itu minimisasi limbah dapat pula diperoleh melalui perencanaan yang baik dari kegiatan yang menimbulkan limbah, SDM yang berkualitas dan tim kerja
Seminar Tahunan Pcngawasan PCl11anfaatan Tcnaga Nuklir - Jakarta, II Dcsember 2003 ISSN 1693 - 7902
yang berdedikasi, terampil dan mampu bekerjasama, hal ini menyangkut kualifikasi
personil dan pelatihan yang dibutuhkan di dalam jaminan kualitas. Jadi inspeksi
terhadap kesungguhan implementasi standar keselamatan, minimisasi limbah dan
kualifikasi personil merupakan kegiatan yang sudah mencakup inspeksi implementasi dari azas justifikasi.
Azas limitasi pada pengelolaan limbah di Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif
(IPLR), BAT AN, Serpong, diimplementasikan melalui beroperasinya sistem
keselamatan IPLR yang dapat mencegah, meminisasi, dan menanggulangi adanya
resiko kontaminasi. Sedangkan inspeksi terhadap implementasi azas limitasi terse but dapat dilakukan melalui pemeriksaan paparan radiasi, tekanan negatif dan nilai faktor
pembaruan udara pada setiap zona ruangan, berfungsi tidaknya sistem rintangan
penahanan dan sistem pengawasan, dan pemonitoran dosis radiasi personil.
Pemeriksaan paparan radiasi zona ruangan merupakan pengerjaan pernonitoran daerah kerja, pernonitoran dosis radiasi personil terdiri pemonitoran dosis radiasi eksternal dari film badge dan pemonitoran dosis radiasi internal dari pemeriksaan personil dengan alat Whole Body Counter. Tekanan negatif dan nilai faktor pembaharuan udara setiap zona
ruangan diperoleh dari hasil balancing sistem VAC. Jadi dalam inspeksi jaminan
kualitas hal yang perlu diperhatikan untuk diperoleh adalah penerimaan dosis oleh seseorang, yang tidak melampui batas yang ditetapkan oleh Badan Pengawas.
Azas optimasi diimplementasikan melalui pengaturan jam kerja setiap petugas yang bekerja pada daerah radiasi, jadi bidang keselamatan kerja harus mempunyai
catatan dan pendataan jumlah jam kerja personil tersebut. Inspeksi terhadap
implementasi azas proteksi radiasi dapat dilakukan terhadap pemeriksaan data-data jumlah jam kerja personil dalam daerah radiasi, dan nilai dosis radiasi eksternal dan
internal setiap personil.
ANALISIS INSPEKSI JAMINAN KUALITAS PENGELOLAAN LIMBAH
RADIOAKTIF
Inspeksi jaminan kualitas terhadap suatu kegiatan nuklir dan termasuk di
dalamnya kegiatan pengelolaan limbah radioaktif adalah suatu kegiatan yang akan
membuktikan bahwa kegiatan tersebut terselenggara dengan mencapai keselamatan
Scminar Tahunan I'cngawasan I'cmanfaalan Tcnaga Nuklir - Jakarta, II Dcscmbcr 2003 ISSN 1693 - 7902
inspeksi yang tidak boleh ditinggalkan adalah inspeksi implementasi standar
keselamatan dan azas proteksi radiasi dalam kegiatan tersebut, inspektur hams menamh
perhatian khusus dalam pemeriksaan peraturan, standar, dan kriteria yang hams
dipenuhi dalam pelaksanaan kegiatan yang sekaligus mempakan pemeriksaan azas
justifikasi. Perhatian khusus juga hams dilakukan untuk pemeriksaan implementasi azas
limitasi dan azas optimasi. Memang untuk pelaksanaan inspeksi jaminan kualitas,
tahapan awal inspeksi yang hams dilakukan adalah memeriksa adanya program jaminan kualitas kelas I, kualifikasi personil (pendidikan dan pengalaman) dan pelatihan yang dibutuhkan terpenuhi atau tidak, prosedur kegiatan ada tidak, setiap pelaksanaan kegiatan ada pendataan dan pendokumentasian tidak, pengadaan barang dan peralatan
dilakukan dengan persyaratan dan mekanisme yang baik atau tidak. Pemeriksaan
terse but mempakan sebagian inspeksi administrasi. Inspeksi teknis mempakan bagian
penting dari inspeksi jaminan kualitas yang menyangkut pembuktian unjuk kerja
peralatan, implementasi standar keselamatan dan azas proteksi radiasi, yang memenuhi syarat. Untuk inspeksi teknis tersebut diperlukan pengukuran-pengukuran langsung
sebagai pengecekan ulang terhadap data yang sudah tertuang pada dokumen, jadi
pengendalian inspeksi dan pengetesan mempakan bagian penting untuk mendukung
inspeksi teknis. Peran penilaian internal oleh tim jaminan kualitas setempat menduduki
fungsi penting dalam pelaksanaan jaminan kualitas, karena mereka yang dianggap
mengetahui sistem yang ada pada kegiatan terse but. Oleh karena itu kualifikasi personil
dalam tim tersebut hams betul-betul yang berkualifikasi teknis, tidak sekedar
penempatan yang asal memberi kesibukan seseorang.
Pengendalian ketidaksesuaian dan tindakan pembetulannya terhadap data
administrasi, dan data teknis yang menyangkut unjuk kerja alat memegang peranan
dalam pencapaian keselamatan. Pengendalian berhubungan dengan unjuk kerja
peralatan yang tidak sesuai kriteria hams dilaksanakan secara teliti dan tegas, misalnya kalau memang hasil balansing VAC belum memenuhi syarat maka kegiatan tidak boleh dilakukan, balancing hams dilakukan ulang dalam peri ode tertentu.
Pada Gambar 2 diberikan analisis pola pelaksanaan inspeksi jaminan kualitas yang menjamin kesuksesan hasil inspeksi. Peraturan, standar dan criteria adalah bagian terpenting dari jaminan kualitas, yang menjadi tolok ukur dasar inspeksi. Penanggung
Seminar Tahunan I'engawasan I'emanfaalan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
didasarkan peraturan, standar dan kriteria menerima inspeksi dari tim jaminan kualitas internal dan eksternal. Inspeksi diawali pada pemeriksaan data dan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan. Program jaminan kualitas kelas I menjadi perhatian khusus untuk diinspeksi, selanjutnya kualifikasi personil yang terlibat dalam kegiatan yang mempakan faktor penentu keberhasilan kegiatan dikonfirmasikan dengan tenaga yang
ada. Pengadaan barang dan peralatan yang berperan mendukung kegiatan menjadi
perhatian pula. Prosedur kegiatan hams ada agar menjadi patokan operator dalam
melaksanakan tugasnya. Alat/unit proses yang dioperasikan untuk pelaksanaan kegiatan hams dalam kondisi baik dan berfungsi, hams menjadi perhatian tim inspeksi. Kegiatan pengendalian inspeksi dan pengetesan mempakan faktor penting dalam menginvestigasi kondisi data riel di lapangan. Bila ada kegiatan yang dilaksanakan tidak berdasar peraturan, standar dan kriteria maka hams dilakukan pengendalian ketidaksesuaian dan tindakan pembetulannya. Di dalam Gambar I feed-back pengendalian ketidaksesuaian dan tindakan pembetulannya ditunjukkan oleh garis putus-putus.
KESIMPULAN
Peraturan, standar dan kriteria yang biasa disebut standar keselamatan mempakan bagian terpenting dari jaminan kualitas, yang hams menjadi tolok ukur dasar inspeksi. Penanggung jawab ketatalaksanaan hams melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan berdasarkan peraturan, standar dan kriteria yang telah ditetapkan, melakukan pendataan
dan pendokumentasian kegiatan. Inspeksi tim jaminan kualitas internal maupun
eksternal lebih baik diawali dengan pemeriksaan data dan dokumen, program jaminan kualitas menjadi perhatian khusus untuk diinspeksi, selanjutnya kualifikasi personil yang terlibat dalam kegiatan yang mempakan penentu keberhasilan kegiatan tersebut dikonfirmasikan dengan tenaga yang ada. Selanjutnya pengadaan barang dan peralatan dan fungsional peralatan yang hams diinspeksi. Pengendalian inspeksi dan pengetesan
adalah cara investigasi kesesuaian data dan keadaan sesungguhnya. Pengendalian
ketidaksesuaian dan tindakan pembetulannya hams dikerjakan bila kegiatan yang
dilakukan tidak mengikuti standar. Standar kualitas yang diacu dan digunakan saat ini
terbanyak adalah dari IAEA, hanya sebagian kecil peraturan nasional. Untuk
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
pengelolaan limbah. Budaya mengikuti prosedur dan ketetapan yang telah diputuskan dan disyahkan masih perlu ditanamkan.
DAFT AR PUST AKA
1. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, "Application of Quality
Assurance to Radioactive Waste Disposal Facilities", TECDOC-895, IAEA, Vienna, 1996;
2. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, "The principles of
Radioactive Waste Management", Safety Series No. III-F, IAEA, Vienna, 1995; 3. BADAN PENGA WAS TENAGA NUKLIR, "Jaminan Kulaitas Instalasi Nuklir",
Keputusan Kepala BAPETEN No. 07/Ka. BAPETENN-99, Jakarta, 1999;
4. PEMERINT AH REPUBLIK INDONESIA No. 26 Tahun 2002 tentang
Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif, Jakarta, 2002;
5. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA No. 27 Tahun 2002 tentang
Pengelolaan Limbah Radioaktif, Jakarta, 2002;
6. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, "Classification of
Radioactive waste", Safety Series No. 111-G-1.1, Vielma, 1994;
7. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, "Characterization of
Radioactive Waste Forms and Package, Technical Report Series No.383, Vienna, 1977;
8. SALIMIN ZAINUS, "Status Pengendalian dampak Pencemaran Lingkungan
dalam Pengelolaan Limbah Radioaktif di Indonesia", Prosiding Seminar
Tabell. Standar Keselamatan Pengelolaan Limbah RadioaktifYang Diperlukan I. Pengumpulan dan pengelompokan limbah 2. Pengangkutan limbah ke fasilitas pengolahan 3.
Analisis limbah sebelum
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ pengolahan 4. Pengolahan limbah~ ~~~~ ~~~ ~ ~ 5.
Analisis limbah setelah
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~~~ pengolahan 6. Pelepasan efluen~ ~~ ~ ~~ ~ Pcngangkuta.'1 b!ok hasil
7.
pemadatan ke fasilitas I
~
penyimpanan
Penyimpanan blok hasil 8. pemadatan di fasilitas penyimpanan Monitoring lingkungan 9. lokasi fasilitas
"
~"
penyimpanan 76Scminar Tahl1nan Pcngawasan I'cmanfaatan Tcnaga Nl1klir - Jakarta, II Dcscmbcr 2003 ISSN 1693 - 7902
Tabel2. Standar Kcsclamatan Yang Ada, Nasional, IAEA, dan Internasional Yang Lain
1. 2. 3. 4. 5. 6. Klasifikasi Limbah Klasifikasi Wadah
Kualitas Hasil Pemadatan Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif
Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi
•
•
•
•
PP No. 26 Th. 2002
Kep. Ka. BAPETEN No. 04/V-99
PP No. II Th. 1975
Kep. Ka. BAPETEN No. 01/V-99
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Technical Report Series No.383 Th. 1997
Technical Repoli Series No. 101, Th 1970
Safety Series No. III-G-1.l, Th. 1994
Technical Report Series No.383, Th.1997
Safety Series No.89, Th.1989
Safe Series No. III-G-1.5
Technical Report Series No.335 Th. 1993
Technical Report Series No. 376 Th. 1995
Safety Standar Series No.
TS-R-1 (ST- I,Revised)
Technical Report Series No. TS- •
R-I (ST-I, Revised) •
Safety Standar Series No. TS-R-I (ST-Revised)
IAEA Safety Series No. 115-1, •
Th 1994 •
Standar ISO 40 Standar ISO DlS-6961
ICRP No. 26 Th. 1977 ICRP No. 30 Th. 1979
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
7. Technical Report Series No. 383EPA Method 1131, Th. 1992Metode Analisis Kandungan Bahan
•
•
Dalam Limbah
Th.1997 8.
Keselamatan Pengelolaan Limbah
•
Kep. Ka. BAPETEN No. 03IV-
•
Safety Series No. III-F, Th. Radioaktif
99 1995
•
1994Safety Series No. III-G-l.l, Th.•
•
TECDOC-620, Th. 1991SafeSeries No. 89, Th. 1989
9.
Baku Tingkat Radioaktivitas Di
•
Kep. Ka. BAPETEN No. 02IV-
•
Safety Series No. 77 Revised, Lingkungan
99 1998 10.
Keselamatan Pembuangan Limbah
•
Safety Series No. 58, Th. 1983 Radioaktif
•
Safety Series No. 64, Th. 1984
•
•
Safety Series No. 68, Th. 1985Safety Series No. 99, Th. 1989II.
Nilai Batas Dosis dan Resiko Akibat
•
Kep. Ka. BAPETEN No. OIIV-
•
Safety Series No.77 Revised,
•
lCRP No. 26, Th. 1977 Radiasi 99 Th. 1998
•
ICRP No. 30, Th. 1979•
ICRP No. 60, Th. 1991 12. Jaminan Kualitas•
Kep. Ka. BAPETEN No. 07IV-
•
Technical Report Series No.
•
ANSI/ASME NQA-3-1989 99
376, Th. 1995
•
ISO 9000-1, TH. 1994
•
•
•
Th. 1998TECDOC-895, Th. 1996QA Safety Series No. 50-C-QA,Technical Report Series No. 328, Th. 1991
SYARAT SISTEM OPERASI ~ UNTUK PENYIMPANANJANGKA PANJANG
,.
MINIMISA -SI ENYIMPANAN TRANSPORTASI, P ERATU RAN, ~-..
~ PEMUATAN DAN STANDARD, ~ SYARAT KLASIFIKASl ~PENGUMPULAN_PENGOSONGAN SEMENTARA
-DAN KRITERIA EKONOMI~~
SOLIDIFIKASI : REDUKSI ~ DAN
--.
STABILISASI VOLUME SYARAT-
Lr
"'\ ~ ~ ~ PENGEMASAN KESELAMATAN ~ PFNr.OI AHAN ~1---
..- I
I
I
Gambar 1. Prinsip Pengelolaan Limbah Radioaktif
79
I PENYIMPANAN I , LEST ARI
PROGRAM JAMINAN
+I
KUALIT AS ...•~
I--••...1 KUALIFIKASI PERSONIL ...•• ..~ PENGENDALIAN ~ KETIDAKSESUAIAN ;::::::::.::::::::..:::::::::::::::::::.::::::::::::"::.:::.:.:::::..:.::::::::::.:::::':.":::.':':':::::"::.:::: ~~
•... PENDATAAN DAN PENDOKUMENT ASIAN KEGIAT AN•
PERATURAN, ST ANDAR DAN KRITERIA•
PENANGGUNG JAWAB KET AT ALAKSANAAAN ....• ~.,.
PROSEDUR I....• KEGIATAN ~ ....• ~I
PENILAIANINTERNAL I~ P' UNJUK KERJA PERALA TAN ~ PENILAIANI EKSTERNAL I--I ...~ •••I PENGADAAN BARANG PENGENDALIAN, INSPEKSI DAN PENGETESAN ~ ...•• ...• ' DAN TINDAKAN PEMBETULAN ••• -~ .~ ..~Gambar 2. Analisis Pol a Pelaksanaan Inspeksi Jaminan Kualitas
Scminar Tahunan Pcngawasan Pcmanfaatan Tcnaga Nuklir - Jakarta, II Dcscmbc, ZCD} ISSN 1693 - 7902
Pertanyaan (Priyanto M Joyosukarto - INDUS) 1. Kenapa bisa tetjadi pegawai tidak taat prosedur? 2. Apa yang hams dilakukan untuk mengetahuinya? Jawaban (Zainus Salim in, P2PLR - BATAN)
1. Ketidaktaatan terhadap prosedur dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :
• Kultur kita yang seenaknya sendiri. Karena kebiasaan seenaknya sendiri maka prosedur yang ada tidak ditaati saat tanpa pengawasan, toh tanpa prosedurpun belum atau tidak apa-apa, tidak terjadi kecelakaan. Kultur semacam itu hams sedikit demi sedikit dihilangkan.
• Tidak ada keteladanan dari atas, sehingga personil dibawah menim perbuatan yang diatas yang melakukan tindakan tanpa prosedur.
• Pengawasan yang kurang efektif. Pengawasan yang dilakukan tidak baikltidak
efektif akan menimbulkan orang seenaknya sendiri, karena tidak ada yang
menegur, tidak ada konsekuensi dari perbuatannya. 2. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasinya :
• Pengawasan yang hams dilakukan secara sistematis, dan hams ada pemberian
sanksi bagi yang melanggar ketentuan. • Hams ada keteladanan dari atas.