• Tidak ada hasil yang ditemukan

Narasumber : Eri Surya Kelana Manager Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 10 Mei 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Narasumber : Eri Surya Kelana Manager Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 10 Mei 2009"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 Wawancara

Narasumber : Eri Surya Kelana

Manager Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 10 Mei 2009

Tanya : Bagaimana perlakuan perpajakan terhadap pencadangan pesangon di PT. PGN mengingat pencadangan tidak diperbolehkan sebagai deductible expenses ?

Jawab : Pencadangan tidak dapat dibebankan sebagai biaya, oleh karena itu pada saat perhitungan PPh Badan kita koreksi biaya pencadangan tersebut.

Tanya : Akun apa saja yang dikoreksi dan jenis koreksi apa yang dilakukan, koreksi positif atau negatif ?

Jawab : Bagian akuntansi mencatat pencadangan tersebut dalam akun TAMB oleh karena itu, koreksi dibuat pada akun tersebut.

Tanya : Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk melakukan koreksi atau penyesuaian perbedaan perlakuan antara pajak dengan akuntansi dalam pencadangan pesangon ?

Jawab : Dasar perhitungan berasal dari hasil perhitungan aktuaris, setelah diperoleh baru kita bisa tahu berapa jumlah koreksi positif dan berapa negatif.

Tanya : Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk melakukan penyesuaian sesuai dengan ketentuan perpajakan ?

Jawab : Tidak terlalu lama. Koreksi TAMB dilakukan berbarengan dengan pembuatan koreksi atas akun-akun lainnya.

Tanya : Adakah pegawai yang khusus menangani penyesuaian (koreksi) pajak atas pencadangan pesangon ? jika ada berapa jumlah pegawai ?

Jawab : Tidak ada staf khusus. Staf pajak membuat koreksi untuk semua akun termasuk koreksi pencadangan pesangon di akun TAMB.

Tanya : Apakah yang dijadikan dasar perhitungan besaran koreksi positif dengan koreksi negatif ?

Jawab : semua angka didapat dari perhitungan aktuaris. Dalam perhitungan itu ada pengakuan biaya tahun berjalan, karna biaya belum terealisasi maka secara pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya sehingga dikoreksi positif sedangkan realisasi pembayaran manfaat menurut aktuaris yang kita jadikan dasar sebagai koreksi negatif Tanya : Mengapa harus dikoreksi positif dan negatif, mengapa tidak langsung dikoreksi positif atas jumlah net saja ?

Jawab : Karena nilai koreksi positif dan negatif tersebut akan digunakan oleh bagian akuntansi untuk pembuatan pajak tangguhan.

Tanya : Bagaimana dengan realisasi biaya yang terjadi pada tahun berjalan ?

Jawab : Biaya yang terealisasi tidak akan dikoreksi karena akan menjadi biaya pada saat perhitungan PPh Badan.

Tanya : Apakah perusahaan membuat penyisihan tertentu dari kas untuk pembayaran pesangon ?

Jawab : Penyisihan dana tertentu tidak pernah dilakukan, langsung saja dibayarkan pada saat pekerja pensiun. Dalam penyusunan RKAP memang terdapat biaya TAMB akan

(2)

tetapi hanya bersifat perkiraan, tidak ada uang yang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan.

Tanya : Apakah tidak mengganggu cashflow perusahaan ? Jawab : Sampai saat ini tidak terlalu berpengaruh

Narasumber : Penni Arumdati

Staf Perpajakan PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 5 Mei 2009

Tanya : Bagaimana perlakuan perpajakan terhadap pencadangan pesangon di PT. PGN mengingat pencadangan tidak diperbolehkan sebagai deductible expenses ?

Jawab : Yah, karena pencadangan tidak dapat dibebankan sebagai biaya maka waktu menghitung PPh Badan kita koreksi biaya pencadangan tersebut.

Tanya : Akun apa saja yang dikoreksi dan jenis koreksi apa yang dilakukan, koreksi positif atau negatif ?

Jawab : Akun TAMB saja karena pencadangan dicatat di akun tersebut. Koreksinya bisa positif dan negatif

Tanya : Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk melakukan koreksi atau penyesuaian perbedaan perlakuan antara pajak dengan akuntansi dalam pencadangan pesangon ?

Jawab : Pertama kita harus meminta hasil perhitungan dari aktuaris, setelah dapat baru kita lihat pencatatan yang dilakukan oleh bagian akuntansi, berapa yang diaccrued dan berapa yang realisasi. Setelah itu baru kita bisa tahu berapa jumlah yang harus dikoreksi positif dan berapa yang dikoreksi negatif.

Tanya : Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk melakukan penyesuaian sesuai dengan ketentuan perpajakan ?

Jawab : kalau data sudah terkumpul sebenarnya tidak terlalu lama karena angka sudah ada. Kita tinggal membuat kertas kerja untuk penyesuaian fiskal saja

Tanya : Adakah pegawai yang khusus menangani penyesuaian (koreksi) pajak atas pencadangan pesangon ? jika ada berapa jumlah pegawai ?

Jawab : Kalau khusus sih tidak ada. Staf pajak membuat koreksi untuk semua akun termasuk koreksi pencadangan pesangon di akun TAMB.

Tanya : Apakah yang dijadikan dasar perhitungan besaran koreksi positif dengan koreksi negatif ?

Jawab : semua angka didapat dari perhitungan aktuaris. Dalam perhitungan itu ada biaya jasa kini yang diaccrued oleh bagian akuntansi. Karena angka itu belum teralisasi maka secara pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Angka yang diaccrued tersebut yang kita koreksi positif. Aktuaris juga menghitung berapa besarnya realisasi pembayaran pesangon pada tahun berjalan. Angka itu yang kita jadikan dasar sebagai koreksi negatif Tanya : Mengapa harus dikoreksi positif dan negatif, mengapa tidak langsung dikoreksi positif atas jumlah net saja ?

Jawab : Karena nilai koreksi positif dan negatif tersebut akan digunakan oleh bagian akuntansi untuk pembuatan pajak tangguhan.

Tanya : Bagaimana dengan realisasi biaya yang terjadi pada tahun berjalan ?

Jawab : Apabila ada biaya yang terealisasi tidak akan dikoreksi karena otomastis akan menjadi biaya pada saat perhitungan PPh Badan.

(3)

Tanya : Jadi pembayaran manfaat perhitungan aktuaris dengan realisasi biaya nilainya berbeda ?

Jawab : Iya berbeda, realisasi biaya sesuai dengan peraturan perusahaan sedangkan perhitungan aktuaris ada tata cara sendiri.

Tanya : Apakah perusahaan melakukan rekonsiliasi atas besaran biaya yang benar-benar telah terealisasi dengan hitungan aktuaris ?

Jawab : Selama ini sih gak pernah direkon, angka realisasi dari aktuaris itu yang langsung kita koreksi negatif. Kita ga pernah bandingin dengan realisasi dalam akun TAMB.

Tanya : Bukankah biaya yang teralisasi terkait dengan kewajiban pemotongan PPh Pasal 21 ?

Jawab : Iya sih, tapi kadang karena keterbatasan waktu kita tidak sempat lg melakukan rekonsiliasinya.

Tanya : Mengapa perusahaan tidak bekerja sama dengan perusahaan asuransi yang menangani pesangon sehingga biaya merupakan deductible expenses ?

Jawab : Menurut saya sih karena kalau dengan perusahaan asuransi pesangon itu kan ada uang yang harus dibayarkan ke perusahaan asuransi tersebut, sistemnya seperti iuran pensiun. Kalau pencadangan kan hanya hitungan saja, tidak ada kas keluar yang dibayarkan perusahaan. Jadi secara cashflow bisa menunda adanya kas keluar.

Tanya : Jadi pembayaran pesangon atau TAMB di PGN baru dilakukan pada saat telah terjadi pemutusan hubungan kerja ?

Jawab : Iya, kalau mau pensiun atau ada yang keluar baru perusahaan bayar. Kalau tidak yah tidak ada pembayaran.

Tanya : Apakah ada bagian lain yang akan menggunakan output dari bagian pajak, khususnya atas koreksi terhadap pencadangan pesangon ?

Jawab : Iya, kembali ke bagian pelaporan keuangan karena mereka yang akan Narasumber : Chandra Simarmata

Asisten Manager Akuntansi PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 30 Mei 2009

Tanya : Sejak kapan perusahaan menerapkan pencadangan imbalan pasca kerja khususnya pesangon dan apa dasar hukumnya ?

Jawab : Imbalan pasca kerja dicatat sejak tahun 2004

Tanya : Bagaimana prosedur pencatatan atas pencadangan pesangon di PT. PGN (Persero) Tbk.? dan dicatat pada akun apa ?

Jawab : Semuanya didasarkan kepada perhitungan aktuaris yang dibuat secara tahunan. Aktuaris menghitung berapa penambahan dan pengurangan biaya periode berjalan. Semua dicatat di akun TAMB.

Tanya : Apakah perhitungan aktuaris dinilai kemabli oleh auditor independen ?

Jawab : Iya, ada semacam penilaian kewajaran atas jumlah yang dicatata dalam laporan keuangan

Tanya : Apakah nilai berdasarkan hitungan aktuaris berbeda dengan realisasi biaya yang terjadi pada saat pekerja telah memasuki masa pensiun ?

Jawab : Iya berbeda karena aktuaris sudah memperhitungkan berbagai asumsi sedangkan untuk relaisasi kita menghitung sesuai peraturan perusahaan

(4)

Tanya : Apakah implikasi akuntansi dari kewajiban pencadangan pesangon PT PGN (Persero) Tbk. ?

Jawab : Implikasinya harus ada accrued biaya meskipun belum benar-benar terealisasi dan akan mengurangi laba perusahaan. Selain itu karena pajak tidak mengakui biaya tersebut kita harus membuat pajak tangguhan.

Tanya : Perusahaan mengakui perbedaan tersebut sebagai beda temporer ? Jawab : Iya

Tanya : Apakah pencadangan pesangon mempengaruhi deviden yang dibayarkan kepada negara ?

Jawab : Secara tidak langsung mempengaruhi karena deviden dibagikan berdasarkan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Karena laba perusahaan dipengaruhi oleh acrued biaya pesangon maka laba perusahaan menjadi lebih kecil.

Tanya : Adakah pegawai yang khusus menangani pencatatan atas pencadangan pesangon ? jika ada berapa jumlah pegawai ?

Jawab : Tidak ada pegawai khusus. Tugas mencatat pesangon digabungkan dengan pekerjaan pencatatan akuntansi yang lain.

Tanya : Apakah atas perbedaan perlakuan antara standar akuntansi keuangan dan pajak mempengaruhi laporan keuangan perusahaan ?

Jawab : Iya mempengaruhi, pajak tangguhan akan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi perusahaan dan akan mempengaruhi laba atau rugi setelah pajak.

Tanya : Apakah perusahaan menyisihkan dana tertentu yang dialokasikan untuk persiapan pembayaran pesangon pekerja ?

Jawab : Tidak ada, hanya ada pencadangan pesangon saja dalam laporan keuangan. Apabila ada yang pensiun, akan langsung dibayarkan tunai.

Tanya : Apakah pembayaran pesangon dapat mempengaruhi cashflow perusahaan ? Jawab : Tidak terlalu terlihat pengaruhnya karena sampai saat ini kondisi cashflow tidak pernah terganggu karena adanya pembayarna pesangon.

Narasumber : Rinaldi J.D. Purba

Staf Akuntansi PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 11 Mei 2009

Tanya : Sejak kapan perusahaan menerapkan pencadangan imbalan pasca kerja khususnya pesangon dan apa dasar hukumnya ?

Jawab : Imbalan pasca kerja dicatat sejak tahun 2004. Perusahaan mencatat berdasarkan PSAK 24 (revisi 2004)

Tanya : Bagaimana prosedur pencatatan atas pencadangan pesangon di PT. PGN (Persero) Tbk.?

Jawab : pertama kita harus minta data dari aktuaris untuk tahu angka yang akan dicatatat pada laporan keuangan. Setelah itu, jumlah yang menjadi beban tahun berjalan sesuai hitungan aktuaris diselisihkan dengan jumlah pembayaran manfaat dan dicatat dalam elemen biaya Tunjangan Akhir Masa Bakti (TAMB). Jurnalnya TAMB pada Biaya yang masih harus dibayar.

Tanya : Jumlah realisasi tersebut adalah angka berdasarkan hitungan aktuaris. Bagaimana dengan realisasi biaya yang terjadi pada saat pekerja telah memasuki masa pensiun ?

(5)

Jawab : Kita mencatatnya Biaya TAMB pada kas atau bank

Tanya : Jadi pembayaran manfaat menurut perhitungan aktuaris berbeda dengan realisasi pembayarna manfaat menurut SDM ?

Jawab : Iya berbeda, SDM menghitung sesuai peraturan perusahaan sedangkan aktuaris menggunakan asumsi-asumsi tertentu.

Tanya : Apakah implikasi akuntansi dari kewajiban pencadangan pesangon PT PGN (Persero) Tbk. ?

Jawab : Implikasinya kita harus meng-accrued biaya meskipun belum benar-benar terealisasi dan akan mengurangi laba perusahaan. Selain itu karena pajak tidak mengakui biaya tersebut kita harus membuat pajak tangguhan.

Tanya : Perusahaan mengakui perbedaan tersebut sebagai beda temporer ? Jawab : Iya, makanya kita membuat pajak tangguhan

Tanya : Apakah pencadangan pesangon mempengaruhi deviden yang dibayarkan kepada negara ?

Jawab : Secara tidak langsung mempengaruhi karena deviden dibagikan berdasarkan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Karena laba perusahaan dipengaruhi oleh acrued biaya pesangon maka laba perusahaan menjadi lebih kecil.

Tanya : Adakah pegawai yang khusus menangani pencatatan atas pencadangan pesangon ? jika ada berapa jumlah pegawai ?

Jawab : Pegawai khusus untuk pencadangan pesangon tidak ada. Tugas mencatat pesangon digabungkan dengan pekerjaan pencatatan akuntansi yang lain.

Tanya : Apakah atas perbedaan perlakuan antara standar akuntansi keuangan dan pajak mempengaruhi laporan keuangan perusahaan ?

Jawab : Iya mempengaruhi, pajak tangguhan akan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi perusahaan dan akan mempengaruhi laba atau rugi setelah pajak.

Tanya : Apakah perusahaan menyisihkan dana tertentu yang dialokasikan untuk persiapan pembayaran pesangon pekerja ?

Jawab : Tidak ada, hanya ada pencadangan pesangon saja dalam laporan keuangan. Apabila ada yang pensiun, akan langsung dibayarkan tunai.

Tanya : Apakah pembayaran pesangon dapat mempengaruhi cashflow perusahaan ? Jawab : Mempengaruhi iya tapi tidak terlalu signifikan karena sampai saat ini jumlah pegawai yang pensiun setiap tahunnya tidak terlalu banyak. Tidak sampai mengganggu kondisi keuangan perusahaan.

Narasumber : Prianto Budi

Kantor Akuntan Publik, Dosen Pengajar dan Anggota IAI Tanggal : 3 Juni 2009

Tanya : accrued biaya imbalan kerja bukan merupakan deductible expenses menurut UU perpajakan. Bagaimana pendapat bapak terkait dengan ketentuan tersebut ?

Jawab : Seharusnya memang demikian karena pajak mendasarkan pada realisasi. Karena belum ada pembayaran sehingga harus dikoreksi dalam perhitungan PPh badan perusahaan. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam ketentuan perpajakan karena biaya tersebut belum terealisasi sehingga wajar jika tidak diakui. Masalah justru timbul dalam penyaian akuntansi karena akan mempengaruhi laba rugi dan neraca perusahaan .

(6)

Tanya : UU Tenagakerja telah mewajibkan pembayaran pesangon untuk melindungi pekerja yang diikuti dengan kewajiban accrued beban dan kewajiban dalam laporan keuangan perusahaan. Apakah UU pajak dapat dikatakan kurang mendukung kebijakan tersebut ?

Jawab : tidak juga, karena UU tenaga kerja dan UU pajak memiliki domain dan tujuan yang berbeda, demikian pula dengan PSAK. Oleh karena itu pasti akan ada perbedaan. Perbedaan tersebut yang akan menimbulkan koreksi fiskal.

Tanya : Perbedaan yang terjadi antara akuntansi dan pajak apakah termasuk ke dalam perbedaan permanen atau perbedaan tetap dan mengapa ?

Jawab : Menurut saya masuk ke dalam kategori beda temporer karena sebenarnya UU pajak dan standar akuntansi sama-sama mengakui biaya tersebut hanya saja terjadi perbedaan waktu dalam mengakui biaya. Akuntansi dicatat pada saat timbul kewajiban sedangkan pajak pada saat realisasi biaya benar-benar terjadi.

Tanya : Bukankah pencadangan termasuk ke dalam beda permanen ?

Jawab : Tergantung pendekatannya, saya pribadi lebih berpendapat bahwa kedua ketentuan tersebut sama-sama mengakui biaya hanya saja terjadi perbedaan waktu pengakuan. Tidak demikian halnya dengan beda permanen, pajak sampai kapanpun tidak akan mengakui biaya yang telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan komersial Tanya : Apa efek pemilihan ketentuan tersebut terhadap laporan keuangan perusahaan terutama terhadap earning after tax ?

Jawab : memang laba setelah pajak akan berbeda akan tetapi hal tersebut tidak akan mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan karena tidak semua pihak menggunakan pajak tangguhan dalam membuat analisa atas laporan keuangan suatu perusahaan. Misalnya saja untuk menghitung Capital Adequacy Ratio perusahaan perbankan, pajak tangguhan tidak diperhitungkan.

Tanya : Menurut bapak pencantuman kewajiban imbalan kerja dalam laporan keuangan perusahaan dapat menjamin pemenuhan kewajiban perusahaan apabila terjadi pemutusan hubungan kerja ?

Jawab : Iya karena perusahaan telah mengakui adanya kewajiban tersebut. Misalnya saja pada saat ada perusahaan mengambilalih perusahaan lainnya. Apabila kewajiban tersebut muncul dalam neraca, maka akan memberikan informasi yang lengkap bagi investor. Apabila perusahaan tersebut kemudian mengalami pemutusan hubungan kerja, kewajiban tersebut telah muncul

Narasumber : Lanny T Auditor Ernst & Young Tanggal : 28 Mei 2009

Tanya : Apakah pencadangan pesangon mempengaruhi laporan keuangan secara signifikan mengingat nilai pajak tangguhan akan muncul dalam laporan keuangan perusahaan ?

Jawab : Mempengaruhi laporan keuangan iya tapi tergantung nilainya bisa signifikan ataupun tidak

Tanya : Pencatatan Imbalan Kerja menggunakan perhitungan aktuaris, apakah perhitungan tersebut dapat dipergunakan oleh perusahaan ?

Jawab : Iya, karena perhitungan imbalan kerja memang diharuskan untuk menggunakan jasa aktuaris sebagai lembaga yang independen dan profesional.

(7)

Tanya : Perbedaan yang terjadi antara akuntansi dan pajak dalam pencadangan pesangon apakah termasuk ke dalam perbedaan permanen atau perbedaan tetap ?

Jawab : Termasuk ke dalam perbedaan temporer karena pada saat realisasi pembayaran nantinya pajak mengakui sedangkan pada saat pengakuan pada tahun berjalan pajak tidak mengakui.

Tanya : Pada saat perhitungan pajak tangguhan PT PGN pada tahun 2008 terdapat faktor pajak yang tidak diikut sertakan dalam perhitungan, apakah penyebabnya ?

Jawab : Aktuaris menghitung tanpa memperhatikan faktor pajak. Kebijakan perusahaan untuk PPh 21 pembayaran pesangon adalah PPh 21 ditanggung perusahaan sehingga secara pajak tidak akan diakui. Oleh karena itu, nilai pajak dikeluarkan dalam perhitungan pajak tangguhan karena dianggap bukan sebagai beda temporer.

Tanya : Jadi pajak dikeluarkan karena dianggap sebagai beda permanen, karena sampai kapanpun ketentuan pajak tidak akan mengakui Pajak Penghasilan sebagai biaya ?

Jawab : Iya

Tanya : Pada tahun 2008 terjadi penurunan tarif pajak. Apakah hal tersebut akan memperngaruhi perhitungan pajak tangguhan ?

Jawab : Tentu saja akan mempengaruhi, oleh karena itu nilai pajak tangguhan pada tahun 2008 harus disesuaikan karena terjadi penurunan tarif menjadi 28% dan 25%.

Narasumber : John Hutagaol

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Orang Pribadi Besar Tebet dan Dosen Pengajar di ABFI Perbanas

Tanggal : 10 Juni 2009

Tanya : Menurut bapak bagaimana perlakuan akuntansi dan pajak atas imbalan kerja berupa pesangon dalam PSAk 24(revisi 2004) ?

Jawab : Pada dasarnya akuntansi memperbolehkan pencadangan atas pesangon karena pada tahun berjalan pada saat pekerja memberikan jasanya telah timbul kewajiban sedangkan dari sisi pajak pencadangan tidak diperbolehkan karena realisasi pembayarannya belum ada.

Tanya : Menurut bapak apakah perbedaan antara akuntansi dan pajak tersebut termasuk ke dalam beda waktu atau beda permanen ?

Jawab : Termasuk beda waktu karena pada akhirnya nanti akan dibagikan kepada pekerja juga. Pada saat pembayaran tersebut pajak baru memperbolehkan. Jadi keduanya sama-sama mengakui hanya masalah waktunya saja yang berbeda. Oleh karena itu perlu dialokasikan tiap tahun sehingga muncul pajak tangguhan.

Narasumber : Daniel Buana

Account Representatif PT. Perusahaa Gas Negara (Persero) Tbk. Tanggal : 20 Mei 2009

Tanya : Apakah pembuatan koreksi fiskal dalam pencadangan biaya pesangon mempengaruhi kewajiban penyetoran dan pelaporan pajak ?

Jawab : Sampai saat ini PGN tidak pernah terganggu dengan kewajiban untuk membuat koreksi fiskal

(8)

Jawab : Iya, tapi bukan karena harus melakukan koreksi. Itu karena hal lain

Tanya : Menurut bapak seharusnya perbedaan ketentuan antara komersial dan pajak termasuk ke dalam beda permenant atua beda waktu ?

Jawab : Menurut saya termasuk beda tetap karena sampai kapanpun nilai yang digunakan tidak sama

Tanya : Meskipun pada akhirnya nanti akan terealisasi juga ?apakah tidak termasuk ke dalam beda temporer ?

Jawab : Meskipun realisasi tetapi nilainya berbeda sehingga efek ke laba komersial dan laba fiskal selamanya akan berbeda. Jadi tetap beda permanent.

Narasumber : Wahyu

Account Representatif PT Garuda Indonesia Tanggal : 12 Juni 2009

Tanya : Perbedaan antara akuntansi dan pajak dalam pencadangan imbalan kerja berupa peangon termasuk ke dalam beda tetap atau beda waktu ?

Jawab : UU PPh memang melihat pencadangan bukan merupakan deductible expense dan oleh karenanya atas pencadangan imbalan kerja dilakukan koreksi positif (koreksi yang menambah jumlah penghasilan neto). Di Akuntansi perpajakan, koreksi yang berkaitan dengan biaya dapat dibagi 2 yaitu koreksi yang menghasilkan beda tetap atau beda sementara. Beda tetap adalah biaya yang secara UU memang tidak boleh

dikurangkan sebagai penghasilan bruto. Termasuk disini adalah pencadangan imbalan kerja. Sedangkan Beda Sementara adalah biaya yang secara UU PPh boleh dikurangkan namun ada alokasi yang harus dipenuhi (pada akhirnya boleh dibebankan).

Ilustrasi :

Di SPT PPh Badan Tahun Pajak 2006 Perusahaan di Laporan Laba Rugi Komersial membuat pencadangan Imbalan Kerja sebesar Rp 3 Milyar sehingga untuk pelaporan pajak biaya Rp 3 Milyar tersebut dikoreksi positif.

Di Tahun Pajak 2008 ternyata Imbalan Kerja yang di Tahun 2006 dicadangkan tersebut terealisasi sebesar Rp 2 Milyar, maka perusahaan membebankan sebesar Rp 2 Milyar tersebut sebagai deductible expense di Tahun Pajak 2008.

Jika yang terjadi seperti Ilustrasi di atas, menurut pendapat saya UU PPh tetap mendukung UU Ketenagakerjaan.

Tanya : Mengapa pencadangan hanya diperbolehkan untuk perusahaan tertentu seperti perbankan dan leasing ?

Jawab : Pencadangan memang hanya boleh sebagai deductible expense untuk perusahaan tertentu seperti Perbankan. Hal ini sepertinya terdengar diskriminatif. Mengapa ada perlakuan yang berbeda. Mungkin filosofinya begini, Perusahaan Perbankan itu mengelola dana masyarakat dengan menginvestasikannya ke Instrumen2 Investasi yang semuanya memiliki risiko sehingga Pemerintah mungkin merasa memberikan perlakuan agak sedikit berbeda dengan membolehkan pencadangan yang dilakukan oleh Perbankan sebagai deductible expense (Besarnya cadangan juga diatur). Tanya : Apakah ketentuan pajak mengatur mengenai koreksi yang dilakukan? mengingat perhitungan yang dibaut oleh aktuaris akan mempengaruhi koreksi fiskal ?

(9)

Jawab : Menurut pendapat saya, DJP hanya akan melakukan koreksi sesuai dengan pencadangan yang dinyatakan oleh Wajib Pajak di Laporan Keuangannya. Memang benar jika Penghitungan Imbalan Kerja makin besar maka koreksi positif juga akan makin besar. Setahu saya tidak ada aturan yang dikeluarkan oleh DJP untuk pemilihan aktuaris. Pemilihan Aktuaris, mungkin diatur oleh Ditjen DJLK Departemen Keuangan (yang juga mengatur Akuntan, mungkin Aktuaris juga).

Tanya : Apakah koreksi fiskal menyebabkan compliance cost menjadi tinggi mengingat ada biaya non cash yang harus dikeluarkan oleh wajib pajak ?

Jawab : Saya mencoba menerjemahkan Compliance Cost sebagai biaya yang harus dikeluarkan agar kita menjadi patuh terhadap pemenuhan peraturan perpajakan. Biaya dimaksud tentunya adalah setoran pajak ke kas negara. Jika koreksi positif merupakan hal yang harus ditempuh (baik melalui self assesment – penyampaian SPT atau saat pemeriksaan), menurut pendapat saya hal tersebut tidak membuat Compliance Cost menjadi lebih tinggi karena UU PPh berlaku sama kepada semua Wajib Pajak (mohon tidak membandingkan antara Lembaga Keuangan atau Bank dengan PGN – kita sedang membicarakan masalah pencadangan) sehingga semua WP akan merasakan hal yang sama. Jika dalam praktek ternyata terjadi perbedaan treatment itu adalah di level pelaksanaan karena peraturan dibuat sebisa mungkin untuk tidak diskriminatif. Yang sering terjadi adalah Wajib Pajak sebenarnya mengetahui bahwa koreksi positif harus dilakukan sehingga PPh yang harus dibayar otomatis menjadi lebih besar jika dibandingkan sebelum Wajib Pajak melakukan koreksi. Jika Perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang baik maka koreksi tersebut tidak akan mempengaruhi pemenuhan kewajiban pelaporan SPT. Wajib Pajak bersangkutan dapat membayar PPh hasil perhitungan tersebut untuk kemudian melaporkan SPT PPh Badannya. Menurut pendapat saya, yang paling baik adalah melakukan penghitungan Imbalan Beban Kerja sebagaimana diamanatkan oleh PSAK 24 (revisi 2004) dengan sebaik-baiknya (meskipun hasilnya besar) dan melakukan koreksi di SPT PPh Badan. Jika realisasi terjadi Tahun berikutnya maka di Tahun berikut tersebut realisasi dapat menjadi deductible expense. Narasumber : Adang Hendrawan

Dosen Pengajar pada Universitas Indonesia Tanggal : 12 Juni 2009

Tanya : Pencadangan mendapat perlakuan yang berbeda dalam ketentuan akuntansi dan pajak. Akuntansi sudah mengakui pada setiap periode sedangkan ketentuan pajak tidak mengakui sebelum ada realisasi. Bagaimana menurut bapak mengenai perbedaan tersebut?

Jawab : Hal tersebut wajar terjadi mengingat akuntansi dan pajak memiliki prinsip yang berbeda. Ketentuan akuntansi menghendaki laba dalam laporan keuangan diukur dengan kesepadanan antara revenue dengan biaya atau matching cost against revenue. Pajak memiliki tujuan budgeter yaitu bagaimana supaya laba kena pajak bisa terlindungi. Oleh karena itu ketentuan mengenai biaya yang boleh maupun yang tidak boleh diatur oleh UU.

Tanya : Apakah hal tersebut terkait dengan prinsip konservatisme ?

Jawab : Selain itu prinsip akuntansi yang menganut konservatisme menyebabkan suatu biaya akan disegerakan meskipun belum terjadi sedangkan pajak menganut prinsip

(10)

realisasi sehingga yang menjadi biaya adalah sesuai dengan seberapa besar biaya yang dikeluarkan.

Tanya : Terkait dengan pencadangan pesangon, perbedaan yang terjadi antara ketentuan akuntansi dan pajak apakah termasuk ke dalam beda tetap atau beda temporer ?

Jawab : Sepanjang jumlah yang diakui sama tetapi alokasi waktunya berbeda maka termasuk ke dalam beda waktu. Akan tetapi apabila basis pengenaannya berbeda maka akan menjadi beda tetap.

Tanya : Dengan kata lain apabila jumlah total biaya antara akuntansi dan pajak sama tetapi alokasi waktunya berbeda maka merupakan beda temporer ?

Jawab : Iya, sepanjang nilai yang sekarang tidak diakui oleh pajak akan direcover pada periode berikutnya maka akan termasuk ke dalam beda temporer. Tetapi, kalau komponen dalam biaya tersebut berbeda maka termasuk ke dalam beda tetap.

Contohnya pada pengakuan aktiva, apabila bedanya hanya terletak pada perbedaan masa penyusutan maka termasuk ke dalam beda temporer karena biaya yang disusutkan pada akhirnya akan sama. Tetapi apabila perbedaannya terletak pada harga perolehan maka akan menjadi beda tetap. Misalnya saja karena hubungan istimewa sehingga menurut akuntansi harga 100 akan tetapi karena pajak menganggap ada hubungan istimewa maka harganya menjadi dianggap 120. Kalau kasusnya demikian maka perbedaan yang terjadi tidak akan terecover sehingga merupakan beda tetap.

Tanya : Apabila perusahaan keliru dalam menerapkan ketentuan beda tetap dan beda temporer tersebut apa implikasinya bagi laporan keuangan perusahaan mengingat beda temporer akan mempengaruhi nilai pajak tangguhan yang pada akhirnya akan mempengaruhi laba setelah pajak ? Bagaimana kaitannya dengan performance perusahaan ?

Jawab : Ketentuan akuntansi tidak hanya mengatur prinsip akan tetapi juga kewajaran. Sepanjang nilai masih dapat ditoleransi dan tidak material dan serta tidak ada adjustment dari auditor maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi opini auditor. Materialitas juga tergantung kepada laba perusahaan, misalnya nilai 300 juta untuk perusahaan yang memiliki omzet 1 M maka akan menjadi besar. Sedangkan untuk perusahaan yang beromzet 100 M maka tidak menjadi material.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian adalah: (1) status sosial ekonomi orang tua berpengaruh langsung positif signifikan terhadap pendidikan pengelolaan keuangan keluarga; (2) status

Bertitik tolak pada kerangka pemikiran di atas, maka perlu dibuat informasi penggunaan lahan pada kawasan hutan lindung, kawasan konservasi, kawasan hutan produksi

• Namun ketika ditabulasi silang dengan trust terhadap institusi politik, banyak pemilih yang tidak memiliki political interest dan pada saat yang sama trust politiknya

Berdasarkan perhitungan ES tersebut maka pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran Microsoft Office Powerpoint memberikan pengaruh yang tinggi terhadap

Di bawah ini adalah hasil analisis terhadap terhadap kata, frasa, klausa, dan kalimat dari hasil percakapan antara sampel guru terhadap peserta didik ketika

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh sangat signifikan (p<0,01)

Terlaksananya Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota. samarinda 10 Kepgub 409.918.000 20

pemberdayaan masyarakat di daerah Saramaake (Kabuapaten Halmahera Timur) belum disam- paikan informasinya. Kegiatan inisiasi pengembangan pemasaran dan pembentukan kelompok