• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MEJA KERJA KHUSUS RECYCLE SAMPAH ELEKTRONIK YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR PERANCANGAN MEJA KERJA KHUSUS RECYCLE SAMPAH ELEKTRONIK YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PERANCANGAN MEJA KERJA KHUSUS RECYCLE SAMPAH ELEKTRONIK YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE

ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD)

Tugas Akhir ini Disusun Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Derajat Sarjana S-1

Oleh : RINA ASTUTIK

E12.2011.00528

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah dengan

rahmatdanhidayah-Nyatelahmemberikankekuatanpikirandankesehatankepada Penulis sehingga

Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Tugas Akhir yang

berjudul“PERANCANGAN MEJA KERJA KHUSUS RECYCLE SAMPAH

ELEKTRONIK YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE

ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD)”initepat padawaktunya.

Dalam penyusunanproposalini, Penulis banyakmendapat pengarahan,

bimbingandan saranyang bermanfaatdariberbagaipihak.Makadariitu,dalam

kesempatan ini Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Allah SWT, atas segala petunjuk-Nya sehingga Penulis dapat

melaksanakan Tugas Akhir dengan baik dan lancar.

2. BapakDr.EngYulimanPurwanto,M.EngselakuDekanFakultasTeknikUn

iversitas Dian Nuswantoro.

3. Ibu Dwi Nurul Izzhati, M.MT selaku ketua Program Studi

TeknikIndustriUniversitas DianNuswantoro.

4. BapakJazuli, S . T , M.EngdanBapak Rindra Yusianto S.Kom. MT

selakudosenpembimbingyangbersediameluangkanwaktuuntukmemberi

kanbimbingan,arahan,motivasidalamprosespelaksanaanTugasAkhirdan

(5)

v

5. Orang Tua, yang tak pernah lelah memberikan dukungan moril dan

pengawasan kepadaPenulis dalam setiap prosesyangdijalani oleh

Penulis.

6. Para pekerja di Home Industrirecycle sampah elektronik

Semarangtelah bersedia memberikan masukan dan informasi mengenai

penelitian.

7. Teman-temanTeknikIndustri,saudara,kerabatdansahabatyangselalu

memberikansuasanamenjadimenyenangkandalampenyusunanlaporan

sertamemberikan banyak informasi, semangat dan doauntuk Penulis.

PenulismenyadaribahwalaporanTugasAkhir jauh dari sempurna,

karenaitupenulismengharapkankritikmaupun sarandari pembaca

sekalian.SemogaLaporan TugasAkhir inidapatbermanfaatuntukmenambah

pengetahuantentang perancangan mejapada umumnya danmenjadireferensibagi

adik-adik kelas. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 21 April 2015 Penulis

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini saya persembahkan,

Untuk Kedua Orang Tuaku tercinta (Almh. Bapak Sya’roni dan Ibu Rohmah), sebagai penyemangatdan motivatorku untuk terus melangkah menuju mimpi dan cita-citaku,

Kakak-kakak kutercinta (Rony Siswati, AriYanto, dan Ernawati), sebagai saudara yang selalu ada untuk selalu menyemangatiku, menghibur dan membantu setiap waktu,

Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN), yang telah memberikan kesempatan untuk menerima Beasiswa Unggulan sehingga memotivasi penulis untuk terus belajar menjadi mahasiswa yang unggul, Pak Jazuli dan Pak Rindra, sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan semangat dalam penyelesaian Tugas Akhir ini,

Para Pelaku Home Industri Recycle Sampah Elektronik, sebagai sumber inspirasi dan mitra yang telah memberikan banyak informasi mengenai Tugas Akhir ini,

Feby Kumara Adi atau om Feby atau abang eby yang selalu membantu dan memotivasiku TA ku selalu dengan sabar, Titud yang juga selalu ada membantuku setiap saat tanpa kenal lelah,Janu Iteincut,Ichung,Upin Ipin (Eny dan Ely),Jedor,Rendra,Ilham sebagai sahabat-sahabat terbaik seperjuangan dalam suka dan duka semasa kuliah.

Tak lupa juga Sahabat SMA N 10 tercintaku Fitri Indah (Zpy),Isnaeni (Iis), Nando, Upil, Serut, Wowon, Arlika, Ayuk (Nyuk), Agus,

Sahabat-sahabat lainnya, teman-teman, adik tingkat dan orang-orang yang tidak bisa disebutkan disini, TERIMAKASIH untuk Semua.

Untuk Universitas Dian Nuswantoro, thanks for all.

Keep going, whatever it’s going to happen, trust your ambition waiting and waiting your steps to reach it. So, do not be afraid to try!!

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... iError! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

INTISARI ... xiv ABSTRACT ... xv BAB IPENDAHULUAN ... 1 1.1Latar Belakang ... 1 1.2Perumusan Masalah ... 3 1.3Tujuan Penelitian ... 4 1.4Manfaat Penelitian ... 4 1.5Pembatasan Masalah ... 5 1.6Keaslian Penelitian ... 6

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 9

(8)

viii

2.1.1Pengertian Diferensiasi Produk ... 9

2.2Perancangan dan Pengembangan Produk ... 11

2.2.1Proses Pengembangan Produk ... 13

2.3Sampah Elektronik ... 18

2.3.1 Proses Pengolahan Sampah Elektronik ... 20

2.4Ergonomic Function Deploymen (EFD) ... 21

2.4.1Langkah-Langkah Metode Ergonomic Function Deployment (EFD) ... 22

2.5Ergonomi ... 27

2.5.1Maksud dan Tujuan Ergonomi ... 29

2.5.2 Sistem Kerja Menurut Ergonomi ... 29

2.6Anthropometri... 30 2.6.1Persentil ... 34 2.6.2Dimensi Tubuh ... 36 2.7 Teknik Sampling ... 37 2.8Uji Statistik ... 40 2.8.1Uji Validitas ... 40 2.8.2Uji Reliabilitas ... 42

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 44

3.1 Obyek dan Sumber Penelitian ... 44

(9)

ix

3.2.1Data Primer ... 44

3.2.2Data Sekunder ... 45

3.3Metode Pengumpulan Data ... 45

3.3.1Observasi ... 45 3.3.2Wawancara ... 45 3.3.3Studi Pustaka ... 45 3.3.4 Kuesioner ... 46 3.4Alur Penelitian ... 47 3.4.1Studi Lapangan ... 49 3.4.2Identifikasi Masalah ... 49 3.4.3Studi Pustaka ... 49 3.4.4Pengumpulan Data ... 50

3.4.5Uji Reliabilitas dan Validitas ... 52

3.4.6Metode Ergonomic Function Deployment (EFD) ... 52

3.4.7Pendekatan Anthropometri ... 56

3.4.8 Perancangan dan Prototype Penduduk ... 59

3.4.9 Analisa dan Pembahan ... 59

3.4.10 Kesimpulan dan Saran ... 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61

(10)

x

4.1.1Data Kuesioner ... 61

4.2Pengolahan Data ... 62

4.2.1 Olah Data Kuesioner ... 62

4.2.1.1Uji Kecukupan Data... 62

4.2.1.2Uji Validitas ... 64

4.2.1.3Uji Realibilitas ... 65

4.3Analisis Implementasi EFD ... 66

4.3.1Identifikasi Kebutuhan Konsumen ... 66

4.3.2Menentukan Tingkat Kepentingan Konsumen ... 66

4.3.3Menentukan Tingkat Kepentingan Konsumen ... 68

4.3.4Menentukan Goal (Target) ... 69

4.3.5Menentukan Rasio Perbaikan (Improvement Ratio) ... 70

4.3.6Menentukan Titik Jual (Sales Point) ... 72

4.3.7Menghitung Raw Weight ... 72

4.3.8Menghitung NormalizedRaw Weight ... 74

4.3.9Menentukan Respon Teknis ... 75

4.3.10Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan Konsumen ... 76

4.3.11Menentukan Target Spesifikasi ... 84

4.3.12Analisis Benchmarking... 84

(11)

xi

4.4Data Anthropometri ... 87

4.5Perancangan Produk ... 91

4.5.1Penentuan Desain ... 92

4.5.2Gambar Kerja... 93

4.5.3 Daftar Kebutuhan Bahan ... 94

4.5.4 Analisis Biaya ... 96

4.6Analisis Implementasi Produk ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

5.1Kesimpulan ... 99

5.2Saran 99 DAFTAR PUSTAKA ... 101

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Tahap Pengembangan konsep ……….……...………15

Gambar 2.2House of Ergonomic………...…….…... 21

Gambar 2.5Distribusi normal…….…………. ………...…...…..35

Gambar 2.6Dimensi Tubuh…….. ………...…..…..36

Gambar 2.7 Posisi Duduk Samping….………...…...39

Gambar 3.1 Alur Penelitian………...……...48

Gambar 4.1 House of Ergonomic………..86

Gambar 4.2 Tampak Atas Meja Kerja ………...………...90

Gambar 4.3 Tampak Depan Meja Kerja ………...………91

Gambar 4.4 Tampak Samping Meja Kerja.…...………...91

Gambar 4.5 Desain Meja Kerja…...………...93

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ………...………….6

Tabel 2.1 Dimensi tubuh untuk perancangan dengan antropometri ………...….36

Tabel 2.3 Contoh Reliability Statistic……...……….……43

Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan ……….…….50

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas……….…….64

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas………....……….…….65

Tabel 4.3 Rekap Data Hasil Tingkat Kepentingan………....……….66

Tabel 4.4 Rekap Data Hasil Tingkat Kepuasan…………....……….68

Tabel 4.5 Goal (Target)…………....……….69

Tabel 4.6Improvement Ratio…...……….71

Tabel 4.7Sales Point…...……….72

Tabel 4.8Raw Weight…...………73

Tabel 4.9 NormalizedRaw Weight…...………74

Tabel 4.10 Karakteristik Teknis…...………76

Tabel 4.11 Simbol Kekuatan Hubungan Karakteristik Teknis………77

(14)

xiv

Tabel 4.13 Perhitungan Kontribusi dan Urutan Prioritas……….…..79

Tabel 4.14 Target Spesifikasi………..……….…..84

Tabel 4.15 Produk Pesaing………..……….……..85

Tabel 4.16 Data Dimensi Anthropometri yang digunakan..……….……..88

Tabel 4.17 Daftar Kebutuhan Bahan Meja………...……….……..95

Tabel 4.18 Daftar Perlengkapan dan Aksesoris Meja………..………….……..96

Tabel 4.19 Perhitungan Harga Jual Meja Kerja………..………….…………...96

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Terbuka ... 103

Lampiran 2. Kuesioner Tertutup ... 105

Lampiran 3. Rekap Kuesioner Tingkat Kepentingan ... 109

Lampiran 4. Rekap Kuesioner Tingkat Kepuasan ... 111

Lampiran 5. Kuesioner Benchmarking ... 113

Lampiran 6. Rekap Kuesioner Benchmarking ... 117

(16)

xvi

INTISARI

Daur ulang sampah elektronik sering dilakukan oleh sektor informal dengan biaya murah, seperti pengepul sampah elektronik bersakala home industry. Dalam prosesnya, pekerja banyak melakukan aktivitas membungkuk dan jongkok sambil jalan bergeser dalam waktu yang cukup lama. Melihat kondisi kerja di atas, perlu dilakukan perancangan alat bantu proses pengolahan sampah elektronik yang berupa meja kerja.Tujuan dari penelitian ini adalah merancang produk meja kerja khusus recycle sampah elektronik yang ergonomis sesuai dengan kebutuhan pekerja melalui pendekatan metode Ergonomic Function

Deployment (EFD). Pengolahan data dengan menggunakan metode EFD didapat

variabel yang perlu dikembangkan berdasar urutan prioritas yaitu bentuk meja kerja ergonomis, waktu pembongkaran lebih singkat, hasil bongkaran lebih banyak, meja kerja dapat mengurangi pegal pada punggung dan dimensi meja kerja sesuai dengan bentuk tubuh operator. Dimensi anthropometri yang digunakan adalah tinggi siku duduk (Tsd), tinggi polipteal duduk (Tpd), tinggi lutut duduk (Tld), tinggi bahu duduk (Tbd), rentang tangan ke samping ,rentang tangan ke depan, panjang lengan atas dan panjang lengan bawah. Berdasarkan metode tersebut dihasilkan rancangan meja kerja khusus recycle sampah elektronik dengan dimensi 142,5x100x76cm, berbahan multiplek dan kaki penyangga dari besi hollow. Total biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan meja sebesar Rp 2.054.000,- dan dengan menggunakan meja ini dapat mempercepat proses pekerjaan rata-rata 2,36 menit.

Kata kunci: Sampah Elektronik, Recycle Sampah Elektronik, Meja Kerja Khusus.

(17)

xvii

ABSTRACT

Recycling of electronic waste is often carried out by the informal sector with low cost, such as electronic garbage collectors in home industry scale. In the process, workers do a lot of bending and squatting activities while the shift in a long time. See the above working conditions, it is necessary to design tools processing of electronic waste in the form workbench. The purpose of this study is to design products specifically work desk ergonomic recycle electronic waste in accordance with the needs of workers using Ergonomic Function Deployment (EFD)method. Data processing using EFD methods obtained variables that need to be developed based on the order of priorities that form an ergonomic work desk, shorter dismantling time, the result of more demolition, working table can reduce stiffness in the back and the dimensions of the work table according to the operator's body shape. Dimensional anthropometric used is elbow height sitting (TSD), high polipteal sitting (TPD), knee height sitting (TLD), shoulder height sitting (TBD), the range of hands to the side, the range of the hand to the front, long-sleeve top and long forearm , Under this method produced a special work table design recycle electronic waste with dimensions 142,5x100x76cm, multiplex and leg braces made of hollow steel. The total cost required to manufacture the table of Rp 2.054.000, - and by using this table can speed up the process of work on average 2.36 minutes.

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan teknologi perangkat elektronik sangat pesat

seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Hal ini akan berdampak

pada banyaknya produksi perangkat elektronik yang selalu terbaharui guna

memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin maju. Penggunaan perangkat

elektronik dipengaruhi faktor-faktor meningkatnya pertumbuhan ekonomi

suatu negara, populasi penduduk, dan daya beli masyarakat.

Menurut Osibanjo et al, (2006), pada kenyataannya barang-barang

elektronik biasanya tidak digunakan lagi meskipun masih dapat beroperasi

Sehingga barang-barang elektronik yang sudah tidak terpakai ini akhirnya

menjadi sampah yang sering disebut sebagai Sampah Elektronik (E-Waste)

dan mengalami peningkatan yang sangat cepat. Secara global, jumlah

timbulan sampah elektronik mencapai 20-50 Mt per tahun, yang setara

dengan 1-3% dari sampah dunia. (Gaidajis, 2010).

Menurut hasil penelitian Fishbein (2002);Scharnhorst et al (2005) yang

disitasi oleh Jang et al (2010), di dalam komponen penyusun barang-barang

elektronik ditemukan bahan toksik karena komponennya mengandung

logam yang termasuk sebagai bahan beracun dan berbahaya (B3) antara lain

timbal, berilium, merkuri, cadmium, kromium, arsenic, BFRs (Brominated

Flame Retardants) dan lain sebagainya. Beberapa bahan kimia tersebut

dapat terlepas ke lingkungan dan menyebabkan ancaman bagi kesehatan

(19)

Namun dibalik potensi bahaya yang ditimbulkan, sampah elektronik

tersebut juga dapat memberi nilai tambah dengan melakukan proses

recycle sehingga dapat menambah keuntungan. Di dalam sampah

elektronik terdapat suatu kandungan logam mulia yang dapat

dimanfaatkan untuk dijadikan bisnis pengolahan sampah elektronik.

Daur ulang sampah elektronik sering dilakukan oleh sektor informal

dengan biaya murah, seperti pengepul sampah elektronik bersakala home

industry. Berdasar hasil survey yang dilakukan dengan penyebaran

kuesioner pada pekerja recycle sampah elektronik, selama ini penanganan

sampah elektronik dilakukan dengan cara memisahkan tiap bagian dan

mengelompokkan sesuai jenis dan kandungan di dalamnya untuk

kemudian diambil secara manual. Ada pula di beberapa home industry

recycle tersebut yang hanya mengambil bagian terpenting yang ada dalam

kandungan sampah elektronuik tersebut. Dalam prosesnya, pekerja

banyak melakukan aktivitas membungkuk. Hal ini berarti kondisi kerja

tersebut tidak ergonomis dan akan menimbulkan kelelahan pada pekerja

serta waktu untuk megolah sampah elektronik menjadi lama.

Saat ini para pekerja masih menggunakan meja kerja lama yang

belum ergonomis, yaitu dengan dimensi 120 cm x 70 cm x 75 cm. Selain

itu meja kerja lama juga belum terdapat tempat penyimpanan perkakas,

tidak ada area khusus melakukan pembongkaran dan belum adanya laci

atau tempat untuk menyimpan hasil pembongkaran sehingga terlihat

(20)

Melihat kondisi kerja di atas, perlu dilakukan perancangan alat bantu

proses pengolahan sampah elektronik yang berupa meja kerja. Meja kerja

yang digunakan dalam kegiatan ini akan lebih membantu para pekerja

dalam mengelompokkan komponen berkaitan peletakan peralatan dan

perlengkapan meja kerja yang dibutuhkan. Berdasar uraian tersebut di atas,

penulis ingin memperbaiki sistem kerja yang ada di home industry recycle

sampah elektronik, yaitu dengan terciptanya sebuah rancangan meja kerja

yang ergonomis dimana tata letaknya tertata dengan rapi untuk mendaur

ulang sampah elektronik, berdasarkan letak-letak komponen-kompenen dari

sampah elektronik yang dibongkar atau dikelompokkan komponennya

sesuai dengan klasifikasi jenisnya dari sampah elektronik tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan perumusan masalah

bagaimana merancang produk meja kerja yang ergonomis khusus recycle

sampah elektronik yang sesuai dengan kebutuhan pekerja melalui pendekatan

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini

yaitu merancang produk meja kerja khusus recycle sampah elektronik yang

ergonomis sesuai dengan kebutuhan pekerja melalui pendekatan metode

Ergonomic Function Deployment (EFD).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas dalam proses

perancangan produk, dan mengimplementasikan ilmu pengetahuan

akademis yang telah didapat.

b. Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan bahan analisis

untuk perbandingan penelitian lebih lanjut.

c. Bagi masyarakat dan dunia industri

Diharapkan dapat menjadi referensi untuk metode perancangan produk

agar produk yang dihasilkan sesuai dapat memenuhi kebutuhan dan

(22)

1.5 Pembatasan Masalah

Agar penelitian tidak menyimpang dari permasalahan yang akan

dibahas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengurangi ruang lingkup permasalahan. Peneliti membatasi permasalahan

pada:

a. Penelitian ini hanya dilakukan pada pekerja di home industry recycle

sampah elektronik.

b. Dimensi barang yang diteliti adalah handphone,laptop,CPU,tablet.

c. Hasil penelitian berupa rancangan dan prototype produk.

d. Metode yang digunakan dalam ini yaitu metode Ergonomic Function

(23)

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Peneliti Metode Hasil

Herviyani

(2006)

QFD dan

Antrophometri

Perancangan meja dan kursi anak

menggunakan metode Quality

Function Deployment (Qfd) dengan

pendekatan athropometri dan bentuk

fisik anak. Hasil penelitian ini yaitu

berupa suatu perancangan dan

pengembangan meja dan kursi anak. Raymundus

(2013)

Antropometri rancang bangun meja tata cara

kerja yang ergonomis berdasarkan

data antropometri. Hasil akhir dari

penelitian ini adalah suatu produk

sesuai dengan desain.

Wibowo (2011) EFD perancangan ulang desain kursi

penumpang mobil land rover yang

ergonomis dengan metode

Ergonomic Function Deployment

(EFD) hasil penelitian dengan metode

ini untuk memudahkan proses

perancangan, pembuatan keputusan

“direkam” dalam bentuk matrik-matrik.

(24)

Meyharti (2013) EFD Usulan Rancangan Baby Tafel

Portable dengan Metode EFD

dihasilkan perancangan mempunyai

ukuran 95x63x85 cm. Data tersebut

didapatkan dari hasil perhitungan

antropometri pada saat

perancangan.

Adrianto (2014) EFD Usulan Rancangan Tas Sepeda Trial

Menggunakan Metode EFD

menghasilkan sebuah tas sepeda

dirancang agar pengguna tas sepeda

ini dapat semua prinsip ENASE

(efektif, nyaman, aman, sehat,

efisien).

Surya (2014) EFD Aplikasi Ergonomic Function

Deployment (EFD) pada redesign alat

parut kelapa untuk ibu rumah tangga

didapatkan hasil bahwa setelah

dilakukan perancangan ulang alat

parut kelapa sistem engkol

menunjukkan bahwa rancangan alat

parut kelapa sistem engkol yang

(25)

Juwono (2011) QFD Perancangan meja tulis multifungsi

menggunakan metode QFD

menghasilkan variable kebutuhan

konsumen yang memiliki prioritas

yaitu: meja tulis memiliki

multifungsi, kemiringan bias meja

yang bisa diatur, mempunyai

tingkat kenyaman yang baik, ada

tempat menyimpan, memiliki

tingkat keamanan yang baik.

Prasetyo (2012) QFD Rancang bangun meja setrika

multifungsi menggunakan metode

QFD diperoleh hasil prioritas yaitu

material kerangka meja seterika,

multifungsi, desain meja seterika,

alas meja seterika, alat bantu, tinggi

tegak meja seterika.

Dantes (2013) QFD Kajian awal pengembangan produk

dengan menggunakan metode QFD

menjadi hal penting dalam

pengembangan sebuah produk

otomotif tang jepit “Jaw Locking

(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Produk

Pengertian produk menurut Kotler dan Keller (2007) bahwa :” Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawwarkan ke pasar untuk memuaskan

keinginan atau kebutuhan.” Produk-produk yang dipasarkan yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, property,

organisasi, dan gagasan.

Fandy Tjiptono (2008) mengatakan bahwa : “Produk merupakan segala

sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari,

dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau

keinginan pasar yang bersangkutan.”

2.1.1 Pengertian Diferensiasi Produk

Philip Kotler (2002) mengatakan bahwa: “Diferensiasi adalah tindakan

merancang serangkaian perbedaan yang berarti untuk membedakan

tawaran perusahaan dengan tawaran pesaing”.

Menurut Gunawan Adisaputro (2010) bahwa : Diferensiasi adalah

upaya untuk merancang seperangkat pembeda atau atribut produk fisik

untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaingnya.

Variabel-variabel diferensiasi produk yang disebutkan Kotler dan

Keller (2007), diantaranya:

1. Bentuk

Banyak produk yang dapat didiferensiasi berdasarkan bentuk,

(27)

2. Fitur

Sebagian besar produk yang dapat ditawarkan dengan Fitur

(feature) yang berbeda-beda yang melengkapi fungsi dasar produk.

3. Mutu kinerja

Mutu kinerja adalah level berlakunya karakteristik dasar produk.

4. Mutu kesesuaian

Mutu kesesuaian (conformance quality) adalah tingkat kesesuaian

dan pemenuhan semua unit yang diproduksi terhadap spesifikasi

sasaran yang dijanjikan.

5. Daya tahan

Daya tahan (durability) ukuran usia yang diharapkan atas

beroperasinya produk dalam kondisi normal dan atau berat,

merupakan atribut yang berharga untuk produk-produk tertentu.

6. Keandalan

Keandalan (reability) adalah ukuran probabilitas bahwa produk

tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu.

7. Mudah diperbaiki

Kemudahan diperbaiki adalah ukuran kemudahan untuk

memperbaiki produk ketika produk itu rusak atau gagal.

8. Gaya

Gaya (style) menggambarkan penampilan dan perasaan yang

(28)

9. Rancangan : kekuatan pemaduan

Rancangan adalah totalitas fitur yang mempengaruhi penampilan

dan fungsi produk tertentu menurut yang diisyaratkan oleh

pelanggan.

2.2 Perancangan dan Pengembangan Produk

Perancangan dan pengembangan produk dapat diterjemahkan sebagai

serangkaian aktifitas yang saling berkaitan yang dimulai dari analisis

persepsi dan peluang pasar, sampai ke tahap produksi, penjualan serta

pengiriman produk. Selama ini dimensi laba bagi investor merupakan

dimensi yang banyak digunakan untuk menilai usaha pengembangan

produk. Akan tetapi terdapat lima dimensi spesifik antara lain dalam

perancangan dan pengembangan produk, antara lain (Ulrich&Eppinger,

2001):

a. Kualitas Produk

Hal ini meliputi seberapa baik produk yang dihasilkan, apakah produk

tersebut telah memuaskan keinginan pelanggan dan apakah produk

tersebut kuat serta handal.

b. Biaya Produk

Biaya produk ini merupakan biaya untuk modal peralatan dan alat

bantu serta biaya produksi setiap unit produk. Biaya ini akan

menentukan besanya laba yang dihasilkan pada volume penjualan dan

(29)

c. Waktu Pengembangan Produk

Dimensi ini akan menentukan kemampuan dalam berkompetisi yang

mana waktu dan pengembangan produk menunjukkan daya tanggap

terhadap perubahan teknologi dan pada akhirnya akan menentukan

kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian ekonomis dari

usaha pengembangan yang dilakukan.

d. Biaya Pengembangan

Biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan produk dan merupakan

salah satu komponen yang penting dari investasi yang dibutuhkan

untuk mencapai profit.

e. Kapabilitas Pengembangan

Dimensi ini menunjukkan kemampuan pengembang yang lebih baik

untuk mengembangkan produk masa depan sebagai hasil pengalaman

yang diperoleh saat ini.

Menurut Ulrich&Eppinger (2001) terdapat tiga fungsi penting dalam

proyek pengembangan produk, yaitu:

1. Pemasaran

Fungsi pemasaran di dalam pengembangan produk adalah untuk

menjembatani antara tim pengembang produk dengan pelanggan.

Bentuk riilnya dengan memfasilitasi proses identifikasi peluang

produk, identifikasi segmen pasar dan identifikasi kebutuhan

pelanggan, menetapkan target produk, merancang peluncuran dan

(30)

2. Perancangan

Fungsi perancangan merupakan fungsi penting dalam mengidentifikasi

bentuk fisik produk agar dapat memenuhi keinginan pelanggan. Tugas

bagian perancangan ini meliputi desain engineering (mekanik, elektrik,

dll) dan desain industri (estetika, ergonomi, dll).

3. Manufaktur

Fungsi manufaktur bertanggung jawab untuk merancang dan

mengoperasikan sistem produksi pada proses produksi produk untuk

menghasilkan produk.

2.2.1 Proses Pengembangan Produk

Proses pengembangan produk merupakan serangkaian urutan atau

langkah kegiatan untuk menyusun, merancang dan mengkomersilkan

suatu produk. Proses pengembangan produk yang umum terdiri dari

enam tahap seperti dijelaskan dibawah ini (Ulrich & Epinger, 2001).

1. Perencanaan

Fase perencanaan ini merupakan fase nol, karena kegiatan

perencanaan ini merupakan kegiatan yang paling awal

mendahului proyek dan proses peluncuran pengembangan

produk actual.Pengembangan konsep Fase pengembangan

konsep ini terdapat kebutuhan pasar target diidentifikasikasi,

(31)

dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan

percobaan lebih jauh. Konsep adalah uraian dari bentuk, dan

tampilan suatu produk dan biasanya disertai dengan

serangkaian spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta

pertimbangan ekonomis proyek.

2. Perancangan tingkat system

Fase ini berisikan definisi arsitektur produk dan uraian produk

menjadi subsistem-subsistem serta komponen-komponen.

3. Perancangan detail

Fase ini mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material,

dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada

produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli

dari pemasok.

4. Pengujian dan perbaikan

Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan

evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk.

5. Produksi awal

Pada fase produksi awal ini, produk-produk dibuat dengan

menggunakan system produksi yang sesungguhnya. Tujuan

dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam

memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses

produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan selama

produksi awal kadang-kadang disesuiaikan dengan keinginan

(32)

mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang timbul

Pengembangan Konsep.

Tahap pengembangan konsep merupakan proses untuk

mengembangkan apa yang menjadi konsep pengembangan produk dengan

beberapa kegiatan yang saling berhubungan. Karena tahap pengembangan

konsep dalam proses pengembangan itu sendiri membutuhkan lebih

banyak koordinasi dibandingkan dengan fungsi-fungsi lainnya. Maka,

sudah tentu pengembangan konsep ini berjalan secara integrasi. Oleh

karena itu proses pengembangan konsep ini dinamakan dengan proses

awal hingga akhir.

Identifikasi kebutuhan pelanggan Menetapkan spesifikasi dan target Mendesain konsep produk Memilih konsep produk Menguji konsep produk Menetapkan spesifikasi produk Pernyataan

misi Rencana alur

pengembangan

Rencana pengembangan

Proses analisa ekonomis produk

Benchmark produk kompetitor

Membangun model pengujian (prototype produk)

Gambar 2.1 Tahap Pengembangan konsep dari tahap awal hingga akhir (Sumber : Ulrich & Eppinger, 2001)

Proses pengembangan konsep terdiri atas beberapa kegiatan

sebagai berikut (Ulrich Epinger, 2001):

1. Identifikasi kebutuhan pelanggan (custumer needs)

Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahami kebutuhan pelanggan

mengkomunikasikan secara efektif kepada tim pengembangan.

Output dari tahap ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan

pelanggan yang tersusun rapi, diatur dalam daftar hierarki, dengan

(33)

2. Penetapan spesifikasi target

Spesifikasi merupakan terjemahan dari kebutuhan pelanggan

menjadi kebutuhan secara teknis. Maksud spesifikasi produk

adalah menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh

sebuah produk.

3. Penyusunan konsep

Konsep produk ialah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai

teknologi, prinsip kerja dan bentuk produk. Konsep produk

merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan

kebutuhan pelanggan.

4. Pemilihan konsep

Pemilihan konsep merupakan kegiatan di mana berbagai konsep

dianalisi dan secara berurut-urut dieliminasi untuk

mengidentifikasi konsep yang paling menjanjikan.

5. Pengujian Konsep

Pengujian konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep, dimana

kedua aktifitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep

yang akan diproses lebih lanjut. Namun pengujian koonsep berbeda

karena aktifitas ini menitikberatkan pada pengumpulan data

langsung dari pelanggan potensial dan hanya melibatkan sedikit

penilaian dari tim pengembangan.

6. Penentuan Spesifikasi akhir

Spesifikasi target yang telah ditentukan di awal proses ditinjau

(34)

konsisten dengan nilai-nilai besaran spesifik yang mencerminkan

batasan-batasan pada konsep produk itu sendiri. Batasan-batasan

yang diidentifikasi melalui pemodelan secara teknis, serta pilihan

antara biaya dan kinerja.

7. Perencanaan proyek

Pada kegiatan akhir pengembangan konsep ini, tim membuat suatu

jadwal pengembangan secara rinci, menentukan srategi untuk

meminimasi ewaktu pengembangan dan mengidentifikasikan

sumber daya yang digunakan untuk menyesuaikan proyek.

8. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk memastikan kelanjutan

program pengembangan menyeluruh dan memecahkan

tawar-menawar spesifik, misalnya antara biaya manufaktur dan biaya

pengembangan. Analisis ekonomi merupakan salah satu kegiatan

dalam tahap pengembangan. Analisis produk-produk pesaing

Pemahamanmengenai produk pasaing adalah penting untuk

menentukan posisi produk baru yang berhasil dan dapat menjadi

sumber ide yang kaya untuk rancangan produk ddan proses

produksi. Analisis pesaing dilakukan untuk mendukung banyak

kegiatan awal-akhir.

9. Pemodelan dan pembuatan prototype

Prototype merupakan alat bantu pembuktian konsep yang akan

membantu tim pengembangan dalam menunjukkan kelayakan,

(35)

yang menjadi perhatian. Prototype dapat diklasifikasikan menjadi 2

dimensi, yaitu prototype fisik dan prototype analitik. Prototype

fisik merupakan benda nyata yang dibuat untuk memperkirakan

produk, dimana aspek-aspek dari produk diminati oleh

pengembang secara nyata dibuat menjadi sebuah benda yang untuk

pengujian dan percobaan. Prototype analitik menampilkan produk

yang tidak nyata, biasanya secara matematis atau cara kerja.

Dalam pengembangan produk, prototype digunakan untuk

empat tujuan, yaitu:

1. Pembelajran, prototype digunakan untuk melihat apakah

produk dapat bekerja dan sejauh mana produk dapat memenuhi

kebutuhan pelanggan.

2. Komunikasi, prototype memperkaya komunikasi dengan

manajemen puncak, penjualan, mitra, tim pengembang,

pelanggan dan investor.

3. Penggabung, prototype digunakan untuk memastikan bahwa

komponen dan sub sistem produk bekerja bersamaan seperti

harapan.

4. Tonggak (millstone), prototype digunakan untuk

mendemonstrasikan bahwa produk tersebut telah mencapai

tingkat kegunaan yang diinginkan.

2.3 Sampah Elektronik

Sampah elektronik (E-Waste) merupakan suatu barang-barang yang

(36)

Komposisi bahan- bahan yang terkandung dalam sampah elektronik adalah

bahan plastik, bahan oksida, logam-logam seperti Cu, Pd, Fe, Ni, Sn, Pb, Al,

Zn, Ag dan Au. Keberadaan sampah elektronik semakin lama akan semakin

menumpuk sehingga diperlukan penanganan dan pengolahan yang ramah

lingkungan.

Benda-benda yang termasuk dalam ketegori limbah elektronik adalah

benda dari peralatan elektronik yang telah rusak atau tidak dikehendaki lagi.

Beberapa komponen dalam sampah elektronik membutuhkan pengelolaan

yang memenuhi syarat karena mengandung bahan berbahaya dan

beracun(B3). Sebagai contoh dalam sampah elektronik pada umumnya

terdapat PCB (Printed Circuit Board) mengandung logam berat seperti Cr,

Zn, Ag, Sn, Pb dan Cu. Selain itu terdapat pula CRT (Chatoda Ray Tube)

yang mengadung oksida logam. Sampah elektronik tersebut jika dibiarkan

menumpuk akan menjadi permasalahan yaitu terjadinya

pencemaran-pencemaran yang ditimbulkan oleh logam-logam berat yang terkadung dalam

sampah tersebut.

Sampah elektronik tidak dapat disamakan dengan sampah biasa. Sebagai

contoh sampah elektronik yang berasal dari komputer, satu unit komputer

terdiri dari komponen mejemuk yang mengandung beragam kombinasi zat

kimia. Semua substansi ini tergabung dalam komponen elektronik yang sulit

diuraikan oleh mesin pelebur sampah seperti insinerator. Salah satu contoh

logam tembaga yang merupakan logam dominan dalam sampah elektronik

dapat memicu polusi jika diinsinerasi melalui proses pembakaran. Logam

(37)

khususnya logam merkuri yang berbahaya bagi kesehatan. Di negara maju

seperti Amerika Serikat dan Kanada, dioksin yang berasal dari proses

insinerasi limbah komputer dianggap sebagai sumber utama polusi udara

yang merusak atmosfer (Mery Magdalena, 2003).

2.3.1 Proses Pengolahan Sampah Elektronik

Selain Amerika Serikat dan Kanada, negara yang terkenal dengan

proses pengolahan limbah elektronik adalah negara Jepang dan China.

Di Kota Guizu China terdapat 5500 industri rumahan yang mengolah

komponen-komponen yang berasal dari limbah elektronik. Proses

pengolahan limbah elektronik dengan memisah-misahkan tiap bagian

dan mengelompokkannya, kemudian mengambil logam timah, emas,

tembaga, perak dan jenis logam lainnya dari sirkuit kabel, chip, dan

bahan plastik. Tujuan pengolahan limbah elektronik ini antara lain

untuk pengambilan logam-logam bernilai ekonomi tinggi atau

logam berharga. Yang diutamakan adalah pengambilan logam

emas, perak dan tembaga.

Sebagai contoh perusaha Yokohama Metal Co Ltd menemukan

bahwa satu ton ponsel bekas dapat menghasilkan 150 g emas,

100 kg tembaga, 3 kg perak dan logam-logam lain.

Meskipun pengolahan limbah elektronik mampu menghasilkan

logam-logam berharga tetapi masih menimbulkan dampak terhadap

lingkungan dari proses pengolahannya dan proses pengambilan

logam-logam tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu pemikiran dan

(38)

berharga yang efektif dan ramah lingkungan. Tinjauan ini dapat

dilakukan dengan melihat kandungan logam-logam berharga dalam

limbah elektronik yang memungkinkan dapat dimanfaatkan kembali

dan proses recoverynya ditinjau dari aspek ekonomi dan ekologi.

2.4 Ergonomic Function Deployment

Ergonomic Function Deployment (EFD) merupakan pengembangan dari Quality Function Deployment (QFD) (Ulrich & Eppinger,1995) yaitu dengan

menambahkan hubungan baru antara keinginan konsumen dan aspek

ergonomi dari produk. Hubungan ini akan melengkapi bentuk matrik House of

Quality yang juga menterjemahkan ke dalam aspek-aspek ergonomi yang

diinginkan. Matrik House of Quality yang digunakan pada EFD

dikembangkan menjadi matrik House of Ergonomic.

Gambar 2.2 House of Ergonomic (Sumber: Ulrich & Eppinger, 1995)

(39)

2.4.1 Langkah-Langkah Metode Ergonomic Function Deployment (EFD)

1. Identifikasi Atribut Produk

Yaitu untuk mengetahui atribut produk yang akan

dikembangkan dan sesuai dengan keinginan konsumen, maka

diperlukan identifikasi produk. Atribut produk yang digunakan diturunkan dari aspek ergonomi, yaitu ENASE (Efektif,

Nyaman, Aman, Sehat, dan Efisien).

a. Efektif, adalah tercapainya sasaran atau target yang telah

ditentukan.

b. Nyaman, adalah suatu kondisi dimana seseorang

berada dalam kondisi tanpa kecemasan, dengan prilaku

yang dikondisikan untuk memberikan tingkat kinerja

stabil, biasanya bebas dari resiko.

c. Aman, adalah suatu kondisi dimana seseorang berada

dalam kondisi tanpa kecemasan, dengan prilaku yang

dikondisikan untuk memberikan tingkat stabil, biasanya

bebas dari resiko.

d. Sehat, adalah menghilangkan hal-hal yang bias

mengakibatkan gangguan kesehatan atau sakit.

e. Efisien, sasaran dapat dicapai dengan upaya, biaya,

pengorbanan yang rendah.

2. Desain kuesioner dilakukan untuk mengetahui atribut mana yang

(40)

3. Desain kuesioner penelitian yaitu data hasil penyebaran kuesioner

pendahuluan kepada responden digunakan sebagai input desain

kuesioner sebagai alat ukur.

4. Pembentukan House of Ergonomic dibentuk sesuai kebutuhan

dan keinginan konsumen. Kebutuhan konsumen dapat diperoleh

dari voice of customer yang dikumpulkan. Kebutuhan ini

diungkapkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dari

wawancara, kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan

konsumen yang disusun berdasarkan tingkatan yang diinginkan

dan dibutuhkan.Planinning matrix memiliki beberapa langkah

yaitu:

a. Tingkat kepentingan konsumen (Importance to Customer)

Penentuan tingkat kepentingan konsumen digunakan untuk mengetahui sejauh mana konsumen memberikan penilaian atau harapan dari kebutuhan konsumen yang ada.

b. Pengukuran tingkat kepuasan konsumen (Current

Statisfaction Performance)

Pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dimaksudkan untuk mengukur bagaimana tingkat kepuasan konsumen setelah pemakaian produk yang akan dianalisa. Dihitung dengan rumus:

(41)

c. Nilai Target (Goal)

Nilai target ditentukan oleh pihak perusahaan yang

menunjukkan target nilai target yang akan dicapai untuk tiap

kebutuhan konsumen.

d. Rasio Perbaikan (Improvement Ratio)

Rasio perbaikan yaitu perbandingan antara nilai target yang

akan dicapai (goal) pihak perusahaan dengan tingkat kepuasan

konsumen terhadap suatu produk. Rasio ini dihitung dengan

rumus:

e. Titik Jual (Sales Point)

Titik jual adalah kontribusi suatu kebutuhan konsumen

terhadap daya jual produk. Untuk penilaian terhadap titik

jual terdiri dari:

1 = Tidak ada titik jual

1.2 = Titik jual menengah

1.6 = Titik jual kuat

f. Raw Weight

Raw weight adalah nilai keseluruhan dari data-data yang

dimasukkan dalam Planning Matriks tiap kebutuhan

konsumen untuk proses perbaikan selanjutnya dalam

pengembangan produk. Dihitung dengan rumus:

(42)

g. Normalized Raw Weight

Merupakan nilai dari Raw weight yang dibuat dalam skala 0-1 atau dibuat dalam bentuk persentase. Dihitung dengan rumus:

h. Technical Responses

Technical response atau disingkat juga dengan matrik How’s berisi dataatau informasi teknis yang digunakan

perusahaan untuk mendeskriptifkan kinerja dari produk

atau jasa yang disediakannya. Matrik ini merupakan

translasi darikriteria kebutuhan pelanggan (voice of

customer) ke dalam gambaran bagaimana produk atau jasa

tersebut dikembangkan (voice of developer). Cara yang

dapat digunakan untuk menentukan isi dari matrik ini

adalah dengan menentukan dimensi dan cara mengukurnya,

dengan melihat fungsi produk atau jasa tersebut dan

subsistemnya. Sementara itu untuk ukuran kinerja di bidang

jasa dapat menggunakan pendekatan proses atau jalannya

proses dari pelayanan jasa tersebutdari awal hingga akhir

sampai ke konsumen.

i. Matrix Relationship

Matrik relationship menyatakan hubungan yang terjadi

antara Customerneed dan Technical Response. Setiap

hubungan menunjukkan kekuatan hubungan antara satu

(43)

ini disebut pengaruh (impact) dari technical response

terhadap VOC. Kemungkinan dalam Relationship Matrik

akan digambarkan oleh simbol-simbol untuk memudahkan

dalam visualisasi dengan pembagian atribut respon teknis

sangat kuat, kuat,sedang, atau tidak saling terhubung sama

sekali. Kekuatan hubungan tersebut dilambangkan dengan

angka 0, 1, 3, 9.

j. Technical Correlation

Korelasi teknis mengidentifikasikan hubungan yang terjadi

pada tiap bagian dari rekayasa teknis (design requirement)

yang dinyatakan dengan matrik korelasi. Penjelasan tentang

tingkat kepentingan hubungan serta keterkaitan antara

design requirement, dijelaskan dengan simbol tertentu yang

mengartikah apakah terjadi hubungan yang sangat positif,

positif, negatif, sangat negatif, atau tidak ada korelasi sama

sekali.

5. Pada tahap perancangan bertujuan untuk mengembangkan produk

untuk menentukan kebutuhan konsumen saat ini. 9. Hubungan Kuat

3. Hubungan Sedang

(44)

2.5 Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan

nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang

aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan.

Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan,

keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat

rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana

manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan

utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto,

2004).

Apabila ingin meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas,

maka beberapa hal di sekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan,

lingkungan fisik, posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau

redesain atau didesain disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan

manusia. Dengan kemampuan tubuh yang meningkat secara optimal, maka

tugas kerja yang dapat diselesaikan juga akan meningkat. Sebaliknya,

apabila lingkungan alam sekitar termasuk peralatan yang tidak sesuai

dengan kemampuan alamiah tubuh manusia, maka akan boros

penggunaan energi dalam tubuh, cepat lelah, hasil tidak optimal

bahkan mencelakakan.

Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang

(45)

tenaga kerja. Tujuan utama ergonomi ada empat (Santoso, 2004;

Notoatmodjo, 2003), yaitu:

1. Memaksimalkan efisiensi karyawan.

2. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.

3. Menganjurkan agar bekerja dengan aman, nyaman dan bersemangat.

4. Memaksimalkan bentuk kerja

Menurut Nurmianto (2004), peranan penerapan ergonomi antara lain:

a. Aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain).

Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja

(tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja

(workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (displays),

jalan/lorong (access ways), pintu (doors), jendela (windows) dan lain –

lain.

b. Desain pekerjaan pada suatu organisasi.

Misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian

waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan lain – lain.

c. Meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja.

Misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan

ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk

alat peraga visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk

mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu

perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja,

desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar

(46)

2.5.1 Maksud dan Tujuan Ergonomi

Maksud dan tujuan ergonomi adalah untuk mendapatkan suatu

pengetahuan yang utuh tentang permasalahan interaksi manusia

dengan teknologi dan produk- produknya, sehingga memungkinkan

adanya suatu rancangan sistem manusia mesin (teknologi) yang

optimal.

Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki

performa kerja amanusia seperti menambah kecepatan kerja,

keselamatan kerja dan untuk mengurangi datangnya kelelahan yang

terlalu cepat. Disamping itu disiplin ilmu ergonomi diharapkan mampu

memperbaiki pendayagunaan sumberdaya manusia serta

meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan mesin-

mesin disini ialah kombinasi atara satu atau beberapa manusia

dengan satu atau beberapa mesin, dimana salah satu mesin

dengan lainnya saling berinteraksi untuk menghasilkan

keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh. Sedangkan

yang dimaksud dengan mesin dalam hal ini adalah mencakup semua

objek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-benda

yang bisa digunakan manusia dalam melakukan kegiatannya

(Wignjoesoebroto1995).

2.5.2 Sistem Kerja Menurut Ergonomi

Sistem kerja adalah suatu kasatuan yang berunsurkan manusia,

peralatan, bahan dan lingkungan. Unsur ini secara bersama-sama

(47)

Disebuah pabrik misalnya, dapat dijumpai seorang pekerja

mengoperasikan dan memproses bahan disuatu tempat tertentu

dilantai pabrik terhadap sistem kerja yang terbentuk bermisikan

menghasilkan bahan usi proses dengan sasaran yang telah ditetapkan,

dinyatakan dengan satu atau gabungan dari hal-hal jumlah, waktu dan

mutu.

Setiap hari manusia selalu terlibat dengan kegiatan-kegiatan

apakah itu bekerja atau bergerak yang semuanya memerlukan tenaga.

Yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana mengatur

kegiatan ini sedemikian rupa sehingga posisi saat bekerja atau

bergerak berada dalam keadaan nyaman tanpa mempengaruhi hasil

kerja.

Kemampuan manusia dalam melakukan bermacam-macam

kegiatan tersebut tergantung pada struktur fisik tubuhnya yang terdiri

struktur tulang, otot-otot, kerangka, sistem syaraf dan proses

metabolisme. Pada tubuh manusia terdapat dua ratus enam tulang

pembentuk rangka yang berfungsi untuk melindungi dan

melaksanakan kegiatan fisik.

2.6 Antropometri

Antropometri berasal dari kata antropos dan metricos. Antropos berarti

manusia dan metricos berarti ukuran. Antropometri adalah ukuran –

ukuran tubuh manusia secara alamiah baik dalam melakukan aktivitas

statis (ukuran sebenarnya) maupun dinamis (disesuaikan dengan

(48)

berhubungan dengan pengukuran dimensi dan karakteristik tubuh manusia

lainnya seperti volume, pusat gravitasi dan massa segmen tubuh manusia.

Ukuran-ukuran tubuh manusia sangat bervariasi, bergantung pada umur,

jenis kelamin, ras, pekerjaan dan periode dari masa ke masa.

Pengukuran dimensi-dimensi tubuh manusia merupakan bagian yang

terpenting dari antropometri karena akan menjadi data dasar untuk

mempersiapkan desain berbagai peralatan, mesin, proses dan tempat kerja

(Harrianto, 2008).

Ukuran tubuh yang penting untuk penerapan ergonomi, yaitu:

a. Pada sikap berdiri: tinggi badan berdiri, tinggi mata, tinggi

bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, tinggi pangkal jari tangan, tinggi

ujung-ujung jari.

b. Pada sikap duduk : tinggi duduk, tinggi posisi mata, tinggi bahu,

tinggi siku, tebal paha, jarak bokong-lutut, jarak bokong-lekuk

lutut, tinggi lutut, lebar bahu, lebar pinggul (Harrianto, 2008).

Penerapan data antropometri dapat dilakukan jika tersedia nilai

rata-rata ( ) dan standar deviasi (SD) dari suatu distribusi normal.

Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa

persentase tertentu dari sekelompok orang yang ukurannya sama atau lebih

rendah dari nilai tersebut (setelah perhitungan persentil). Misalnya 95

persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau berada

di bawah ukuran tersebut; sedangkan 5 persentil akan menunjukkan

5% populasi akan berada pada atau di bawah ukuran itu (Wignjosoebroto,

(49)

Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:

a. Antropometri statis, di mana pengukuran dilakukan pada tubuh

manusia yang berada dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada

Anthropometri statis diambil secara linier (lurus) dan dilakukan

pada permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka

pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap

berbagai individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam.

b. Antropometri dinamis, di mana dimensi tubuh diukur dalam

berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih

kompleks dan lebih sulit diukur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi dimensi tubuh manusia,

diantaranya (Wieckens et al, 2004):

a. Usia

Ukuran tubuh manusia (stature) akan berkembang dari saat lahir

sampai kira-kira berumur 20-25 tahun (Roche & Davila, 1972;

VanCott &Kinkade,1972) dan mulai menurun setelah usia 35-40

tahun. Bahkan, untuk wanita kemungkinan penyusutannya lebih

besar. Sementara untuk berat dan circumference chest akan

berkembang sampai usia 60 tahun.

b. Jenis Kelamin

Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar

kecuali dada dan pinggul.

c. Suku Bangsa (Etnis) dan Ras

(50)

mempunyai perbedaan yang signifikan. Orang kulit hitam

cenderung mempunyai lengan dan kaki yang lebih panjang

dibandingkan orang kulit putih.

d. Pekerjaan

Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran

tubuh manusia.Pemain basket professional biasanya lebih t inggi

dari orang biasa. Pemain baletbiasanya lebih kurus disbanding

rata-rata orang.

Beberapa pengolahan data yang harus dilakukan pada data

antropometri (Nurmianto, 1996 & Tayyari, 1997) adalah :

1. Kecukupan data

K = Tingkat kepercayaan

Bila tingkat kepercayaan 99%, maka k = 2,58 ≈ 3 Bila tingkat kepercayaan 95%, maka k = 1,96 ≈ 2

Bila tingkat kepercayaan 68%, maka k ≈ 1 N = Jumlah semua data

s = derajat ketelitian

apabila N’ < N, maka data dinyatakan cukup. 2. Uji Normalitas Data

Pengolahan Data Normalitas dan Percentile dengan SPSS:

a. Input data nilai dimensi pada data view.

(51)

dengan namadimensi.

c. Pengolahan data :

i. Klik analyze, pilih descriptive statistics, kemudian explore.

ii. Masukkan semua variabel sebagai dependent variables.

iii. Checklist both pada toolbox display.

iv. Pilih statistic: checklist descriptive, percentiles, kemudian

continue.

v. Pilih plots: checklist none pada boxplots, stem dan leaf pada

descriptive.

vi. Checklist normality plots with test, kemudian continue.

vii. Pilih options: checklist exclude cases listwise, kemudian

continue.

viii. Klik continue. Hasil pengolahan data ditampilkan pada

output.

3. Keseragaman Data

Batas Kontrol Atas/Batas Kontrol Bawah (BKA/BKB)

BKA =X k BKB =X k

 = standar deviasi

2.6.1 Persentil

Percentil adalah suatu nilai yang menunjukkan presentase

tertentu dari orang-orang yang memiliki ukuran di bawah atau pada

nilai tersebut (Tayyari & Smith 1997). Sebagai contoh, 95th

(52)

bawah nilai dari suatu data yang diambil. Untuk penetapan data

antropometri digunakan distribusi normal di mana distribusi ini dapat

diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean) dan simpangan

bakunya (standar deviasi) dari data yang diperoleh. Dari nilai yang

ada tersebut, dapat ditentukan nilai persentil sesuai dengan tabel

probabilitas distribusi normal yang ada.

Gambar 2.5 Distribusi normal

Pada umumnya, persentil yang digunakan adalah:

P5 =X 1,645

P50 = X

(53)

2.6.2 Dimensi Tubuh

Gambar 2.6 Dimensi tubuh untuk perancangan dengan (Sumber : Wignjosoebroto, 2008)

Tabel 2.1 Dimensi tubuh untuk perancangan dengan antropometri

No Keterangan

1 Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala)

2 Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak 3 Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak

4 Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus) 5 Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat

duduk/pantat sampai dengan kepala) 6 Tinggi mata dalam posisi duduk 7 Tinggi bahu dalam posisi duduk

8 Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus) 9 Tebal atau lebar paha

10 Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut

11 Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis

12 Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalm posisi berdiri ataupun duduk 13 Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai

dengan paha

14 Lebar dari bahu bisa diukur baik dalm posisi berdiri ataupun duduk 15 Lebar pinggul/pantat

16 Panjang siku yang diukur dari siku s/d ujung jari – jari dalam posisi siku tegak lurus

17 Lebar kepala

18 Panjang tangan diukur dari pergelangan s/d ujung jari 19 Lebar telapak tangan

(54)

lantai s/d telapak tangan yang terjangkau lurus ke atas

21 Jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan

(Sumber: Wignjosoebroto, 2008)

2.7 Teknik Sampling

Data yang akan dipakai dalam penelitian belum tentu merupakan

keseluruhan dari suatu populasi. Hal ini patut dimengerti mengingat adanya

beberapa kendala seperti populasi yang tidak terdefinisikan, seperti kendala

biaya, waktu, tenaga serta masalah heterogenitas atau homogenitas dari

elemen populasi tersebut. Dengan alasan ini maka di dalam penelitian tugas

akhir ini menggunakan sampel. Sampel adalah prosedur dimana hanya

sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan

sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi (Nazir, 2003). Secara garis

besar, teknik pengambilan sampel terdiri atas dua jenis, yaitu:

1. Pengambilan Sampel Probabilitas/Acak

Pengambilan sampel secara acak adalah suatu metode penelitian

sampel dimana setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel, sehingga metode ini seting

disebut sebagai prosedur yang terbaik. Ada beberapa jenis

pengambilan sampel acak yang banyak digunakan di antaranya:

a. Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

1) Cara Undian

Cara ini member nomor-nomor pada seluruh anggota populasi,

lalu secara acak dipilih nomor-nomor sesuai dengan banyaknya

(55)

a Sistematis/Ordinal

Cara ini merupakan teknik untuk memilih anggota sampel melalui

peluang dan sistem tertentu, dimana pemilihan anggota sampel

dilakukan setelah dimulai dengan pemilihan secara acak untuk

data pertama dan berikutnya setiap internal tertentu.

b. Cara Stratifikasi (Stratified Random Sampling)

Suatu populasi yang dianggap heterogen menurut suatu

karakteristik tertentu dikelompokkan dalam beberapa subpopulasi,

sehingga tiap kelompok akan memiliki anggota sampel yang relatif

homogen. Lalu dari tiap sub populasi ini secara acak diambil

anggota sampelnya.

c. Cara Kluster (Cluster Sampling)

Pengambilan cara ini mirip dengan cara stratifikasi di atas, bedanya

jika cara stratifikasi mengakibatkan adanya subpopulasi yang

unsurnya homogen, sedangkan dengan cara kluster

unsur-unsurnya heterogen. Selanjutnya dari tiap kluster dipilih sampel

secara random sebanyak yang dibutuhkan.

2. Pengambilan Sampel Non Probablitas/Non Acak

Dengan cara ini semua elemen populasi belum tentu memiliki

peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Hal ini

terjadi, misalnya karena ada bagian tertentu secara sengaja tidak

dimasukkan dalam pemilihan untuk mewakili populasi.

Ada lima cara pengambilan sampel dengan cara non acak seperti

(56)

a. Judgment Sampling (cara keputusan)

Cara ini dianggap sama dengan Purposive Sampling, misalnya

diapakai pada saat kita ingin mengetahui pendapat karyawan

tentang produk yang akan dibuat. Peneliti beranggapan bahwa

karyawan akan lebih banyak mengetahui dari pada orang-orang

lain.

b. Quota Sampling (cara kuota)

Jika riset dilakukan untuk mengkaji suatu fenomena dari beberapa

sisi, responden yang akan dipilih adalah orang-orang yang

diperkirakan dapat menjawab semua sisi itu.

c. Convenience Sampling (cara dipermudah)

Sampel ini nyaris tidak dapat diandalkan, tetapi biasanya paling

murah dan cepat dilakukan karena peneliti memiliki kebebasan

untuk memilih siapa saja yang mereka temui.

d. Snowball Sampling (cara bola salju)

Cara ini adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil kemudian sampel ini disuruh memilih responden

lain untuk dijadikan sampel lagi, begitu seterusnya sehingga

(57)

e. Area Sampling

Pada prinsipnya cara ini menggunakan ‘perwakilan bertingkat’. Populasi ini dibagi atas beberapa bagian populasi, dimana bagian

populasi ini dapat dibagi-bagi lagi.

2.8 Uji Statistik

2.8.1 Uji Validitas

Sugiyono (2008) menyatakan bahwa validitas merupakan suatu

ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrument.

Jadi pengujian validitas itu mengacu pada sejauh mana suatu instrument

dalam menjalankan fungsi. Instrument dikatakan valid jika instrument

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur

Sebagai contoh, ingin mengukur kemampuan siswa dalam matematika.

Kemudian diberikan soal dengan kalimat yang panjang dan yang

berbelit-belit sehingga sukar ditangkap maknanya. Akhimya siswa tidak

dapat menjawab, akibat tidak memahami pertanyaannya. Contoh lain,

peneliti ingin mengukur kemampuan berbicara, tapi ditanya mengenai

tata bahasa atau kesusastraan seperti puisi atau sajak. Pengukur tersebut

tidak tepat (valid). Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung

pada situasi dan tujuan penelitian. Instrumen yang telah valid untuk

suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.

Suryabrata (2000) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya

menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat

kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan

(58)

Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu mengungkapkan

dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur,

akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan. Sudjana

(2004) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat

penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa

yang seharusnya dinilai.

Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu

sebagai berikut:

a. Validitas Eksternal, instrument dicapai bila data yang dicapai sesuai

dengan data dan atau informasi lain mengenai variabel penelitian

yang dimaksud. Misalnya, hasil penelitian Mr. Bob menyatakan

bahwa pelayanan bank X sangat memuaskan, namun di sisi lain

banyak keluhan dari nasabah tentang pelayanan bank tersebut,

sehingga hasil penelitian Mr. Bob diragukan keraguannya.

b. Validitas Internal, instrument diacapai bila terdapat kesesuaian

antara bagian-bagian instrument dengan instrument secara

keseluruhan.

Pengujian validitas internal sebuah instrument dapat dilakukan

dengan dua cara:

a. Analisis faktor, diuji apakah item yang membentuk variabel

memiliki keeratan satu sama lain.

b. Analisis butir, dilakukan dengan mengkorelasikan skor pada item

(59)

Kriteria pengujian tes validitas adalah sebagai berikut:

1. Jika koefisien korelasi product moment melebihi0,3.

2. Jika koefisien korelasi product moment >r tabel.

3. Nilai sig ≤ α.

2.8.2 Uji Reabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam

mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapan pun alat ukur tersebut

digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Contoh paling nyata

adalah timbangan atau meteran. Hal yang sama terjadi untuk alat ukur

suatu gejala, tingkah laku, ciri atau sifat individu dan lain-lain.

Misalnya alat ukur prestasi belajar seperti tes hasil belajar, alat ukur

sikap, kuesioner dan lain-lain, hendaknya meneliti sifat keajegan

tersebut.

Azwar (2003) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan

salah-satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik.Arifin

(1991:) menyatakan bahwa suatu tes dikatakan reliabel jikaselalu

memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama

pada waktu atau kesempatan yang berbeda.

Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat dengan

masalah kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuran sendiri

menunjukkan sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi

apabila dilakukan pengukuran ulang terhadap kelompok subyek yang

sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam artireliabilitas hasil ukur

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Gambar 2.1 Tahap Pengembangan konsep dari tahap awal hingga akhir  (Sumber : Ulrich &amp; Eppinger, 2001)
Gambar 2.2 House of Ergonomic   (Sumber: Ulrich &amp; Eppinger, 1995)
Gambar 2.5 Distribusi normal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulis menemukan fakta bahwa perceraian dari tahun ke tahun semakin meningkat, salah satunya perkara cerai gugat yang masuk pada tahun 2012 di Pengadilan Agama Malang

Hasil penelitian ini, yaitu kesalahan pada tataran ejaan dalam majalah Pandawa IAIN Surakarta, terdapat kesalahan penulisan huruf kapital, kata yang dicetak

Buku ini hadir dengan 3 versi doa yang mudah untuk di amalkan selepas solat berserta cara bacaannya serta terjemahannya dalam Bahasa Melayu.. Buku ini

Buah kecombrang merupakan bagian bunga yang mengalami pendewasaan lebih lanjut dan kandungan senyawa bioaktif yang terdapat dalam buah sama dengan bunga, namun memiliki

Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%, menyatakan bahwa rata-rata jumlah jumlah tandan bunga pada umur 9 MST menunjukkan perlakuan K3 memiliki rata-rata jumlah cabang tertinggi

Pengajaran Matematika Modern dan Masa kini .Bandung: Tarsito..

Menurut Harsono (2003), faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kehadiran balita di posyandu antara lain: 1) Pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka

Salah satunya adalah dengan menggunakan algoritma backpropagation untuk mendapatkan nilai prediksi kondisi keuangan yang dapat digunakan untuk membantu menentukan perencanaan