• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PANGKALPINANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PANGKALPINANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

 Pada Januari 2016 Kota Pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 0,93 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 124,92 setelah sebelumnya Desember 2014 mengalami inflasi yakni sebesar 1,56 persen dengan IHK 123,7.

 Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naikknya indeks di lima kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan sebesar 3,46 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,02 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,78 persen; kelompok sandang sebesar 0,46 persen; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,06 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,26 persen. Kelompok kesehatan tidak mengalami perubahan indeks.

 Tingkat inflasi tahun kalender Januari 2016 adalah inflasi sebesar 0,93 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2016 terhadap Januari 2015) sebesar 4,64 persen.

 Komponen inti pada Januari 2016 memberikan andil inflasi sebesar 0,22 persen demikian pula komponen bergejolak dengan inflasi sebesar 0,83 persen. Sementara komponen yang harganya diatur oleh pemerintah deflasi sebesar 0,12 persen.

No.07/02/19/Th.XIV, 1 Februari 2016

P

ERKEMBANGAN

I

NDEKS

H

ARGA

K

ONSUMEN

/I

NFLASI

K

OTA

P

ANGKALPINANG

JANUARI 2016 INFLASI 0,93 PERSEN

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

(2)

Berdasarkan hasil pemantauan BPS di pasar tradisional maupun modern pada Januari 2016, di Kota Pangkalpinang terjadi inflasi sebesar 0,93 persen, atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 123,77 pada Desember 2015 menjadi 124,92 pada Januari 2016. Tingkat inflasi tahun kalender sebesar 0,93 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2016 terhadap Januari 2015) adalah sebesar 4,64 persen.

Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naikknya indeks dilima kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan sebesar 3,46 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,02 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,78 persen; kelompok sandang sebesar 0,46 persen; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,06 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,26 persen. Kelompok kesehatan tidak mengalami perubahan indeks

.

Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga pada Januari 2016 adalah daging ayam ras, ikan tenggiri, ikan dencis, batako, tarif listrik, bayam, ikan tongkol, ikan kerisi, ayam hidup, dan beras. Sementara beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga adalah terong panjang, kepiting/rajungan, pepaya, cabai merah, solar, jeruk, ikan pari, kacang panjang, ikan selar, dan bensin.

Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi pada Januari 2016, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,90 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,003 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,20 persen; kelompok sandang sebesar 0,02 persen; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,004 persen. Sementara itu kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan deflasi adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,19 persen. Kelompok kesehatan tidak memberikan andil baik inflasi maupun deflasi.

Tabel 1

IHK dan Tingkat Inflasi Kota Pangkalpinang Januari 2016, Tahun Kalender 2016, dan Tahun ke Tahun Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100)

Kelompok Pengeluaran Desember IHK 2015 IHK Januari 2016 Inflasi Desember 20151) Laju Inflasi Tahun Kalender 20152) Inflasi Tahun ke Tahun 3) (1) (2) (3) (4) (5) (6) U m u m (Headline) 123,77 124,92 0,93 0,93 4,64 1 Bahan Makanan 124,07 128,36 3,46 3,46 3,56

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 129,51 129,53 0,02 0,02 8,25

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar 123,71 124,68 0,78 0,78 3,90

4 Sandang 116,54 117,08 0,46 0,46 2,74

5 Kesehatan 121,60 121,60 0,00 0,00 4,50

6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 126,18 126,26 0,06 0,06 8,62

7 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 118,39 116,90 -1,26 -1,26 2,36

(3)

Tabel 2

Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Kota Pangkalpinang (2012=100) Januari 2016

Kelompok Pengeluaran Sumbangan Inflasi

(%)

(1) (2)

U M U M 0,93

1. Bahan Makanan 0,90

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok,dan Tembakau 0,003

3. Perumahan, Air, Listrik, Gas,dan Bahan Bakar 0,20

4. Sandang 0,02

5. Kesehatan 0,00

6. Pendidikan, Rekreasi,dan Olahraga 0,004

7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan -0,19

Gambar 1

Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Kota Pangkalpinang Januari 2016 -0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 A n d il (% ) Kelompok Pengeluaran Umum 1. Bahan Makanan 2. Makanan Jadi 3. Perumahan 4. Sandang 5. Kesehatan 6. Pendidikan 7. Transpor

(4)

Tabel 3

Sumbangan Komoditi Terbesar Terhadap Inflasi/Deflasi Kota Pangkalpinang Januari 2016

Komoditi Persentase Perubahan Harga Inflasi/Deflasi (%) Sumbangan

(1) (2) (3)

1. Daging Ayam Ras 23,66 0,32

2. Ikan Tenggiri 29,80 0,13 3. Ikan Dencis 45,84 0,11 4. Batako 9,88 0,08 5. Tarif Listrik 1,73 0,07 6. Bayam 25,00 0,07 7. Ikan Tongkol 20,05 0,06 8. Ikan Kerisi 4,41 0,05 9. Ayam Hidup 10,00 0,04 10. Beras 0,86 0,04 11. Terong Panjang -16,67 -0,01 12. Kepiting/Rajungan -13,19 -0,01 13. Pepaya -10,00 -0,01 14. Cabai Merah -7,15 -0,02 15. Solar -13,64 -0,02 16. Jeruk -3,02 -0,02 17. Ikan Pari -25,00 -0,03 18. Kacang Panjang -41,31 -0,07 19. Ikan Selar -11,45 -0,09 20. Bensin -4,13 -0,17

(5)

URAIAN MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

1. Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada Januari 2016 mengalami inflasi 3,46 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 124,07 pada Desember 2015 menjadi 128,36 pada Januari 2016.

Dari 11 subkelompok dalam kelompok bahan makanan pada bulan ini, 8 subkelompok mengalami inflasi, 3 subkelompok mengalami deflasi, dan 1 subkelompok stabil. Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah subkelompok daging dan hasil-hasilnya 10,55 persen dan inflasi terendah terjadi pada subkelompok buah-buahan sebesar 0,46 persen. Subkelompok yang mengalami deflasi adalah subkelompok ikan diawetkan sebesar 0,02 persen; subkelompok kacang-kacangan sebesar 0,42 persen; serta subkelompok lemak dan minyak sebesar 0,53 persen. Sementara subkelompok bahan makanan lainnya stabil.

Kelompok ini pada Januari 2016 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,90 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi antara lain daging ayam ras, ikan tenggiri, ikan dencis, bayam, ikan tongkol, ikan kerisi, ayam hidup, dan beras.

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Kelompok ini pada Januari 2016 mengalami inflasi 0,02 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 129,51 pada Desember 2015 menjadi 129,53 pada Januari 2016.

Subkelompok minuman yang tidak beralkohol inflasi sebesar 0,09 persen. Sementara subkelompok makanan jadi dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol tidak mengalami perubahan indeks.

Kelompok ini pada Januari 2016 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,003 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi adalah komoditas minuman ringan.

3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Kelompok ini pada Januari 2016 mengalami inflasi sebesar 0,78 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 123,71 pada Desember 2015 menjadi 124,68 pada Januari 2016.

Seluruh subkelompok mengalami inflasi yakni subkelompok biaya tempat tinggal 0,80 persen; subkelompok bahan bakar, penerangan dan air 1,16 persen; serta subkelompok penyelenggaraan rumah tangga 0,14 persen. Subkelompok perlengkapan rumah tangga tidak mengalamai perubahan indeks.

Pada Januari 2016 kelompok ini secara umum memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,20 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi diantaranya batako, kontrak rumah, sewa rumah, tarif listrik, dan bahan bakar rumah tangga.

4. S a n d a n g

Kelompok sandang pada Januari 2016 mengalami deflasi 0,46 persen, atau terjadi peningkatan indeks dari 116,54 pada Desember 2015 menjadi 117,08 pada Januari 2016.

Subkelompok yang mengalami inflasi yakni subkelompok sandang laki-laki sebesar 0,97 persen; subkelompok barang pribadi dan sandang lain sebesar 1,12 persen; serta subkelompok sandang anak-anak sebesar 0,04 persen. Sementara subkelompok sandang wanita stabil.

(6)

Kelompok ini pada Januari 2016 secara keseluruhan memberikan sumbangan/andil inflasi sebesar 0,02 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi adalah celana panjang jeans pria, seragam sekolah pria, kaos kaki anak-anak, emas perhiasan, serta kerudung/jilbab.

5. K e s e h a t a n

Kelompok kesehatan pada Januari 2016 tidak mengalami perubahan indeks dari 121,60 pada Desember 2015.

6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada bulan ini mengalami inflasi sebesar 0,06 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 126,28 baik pada Desember 2015 menjadi 126,26 pada Januari 2016.

Hanya dua subkelompok yang mengalami inflasi yakni subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan inflasi sebesar 0,47 persen dan subkelompok rekreasi sebesar 0,15 persen. Sementara subkelompok pendidikan; subkelompok kursus-kursus/pelatihan; dan subkelompok olahraga stabil.

Secara keseluruhan kelompok ini pada Januari 2016 memberikan sumbangan inflasi 0,004 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan/andil inflasi yaitu komoditas televisi berwarna dan laptop/notebook.

7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan pada Januari 2016 mengalami deflasi1,26 persen atau terjadi penurunan indeks dari 118,39 pada Desember 2015 menjadi 116,90 pada Januari 2016.

Subkelompok transpor deflasi sebesar 1,87 persen. Subkelompok yang mengalami inflasi hanya subkelompok jasa keuangan sebesar 2,17 persen. Sementara subkelompok lainnya stabil yakni subkelompok komunikasi dan pengiriman; subkelompok sarana dan penunjang transpor.

Secara keseluruhan kelompok ini pada Januari 2016 memberikan sumbangan deflasi 0,19 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan/andil deflasi yaitu bensin dan solar.

(7)

PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN

Tingkat inflasi tahun kalender Januari 2016 maupun tahun ke tahun (Januari 2016 terhadap Januari 2015) pada empat kota pantauan IHK menunjukkan arah yang berbeda untuk Kota Tanjungpandan. Inflasi tahun kalender Pangkalpinang adalah sebesar 4,64 persen dan kota Tanjungpandan dengan deflasi sebesar 0,52 persen. Sementara Palembang dan DKI Jakarta inflasi masing-masing sebesar 4,58 persen dan 3,98 persen. (Lihat Tabel 4).

Tabel 4

Inflasi Januari 2016, Tahun Kalender 2016, dan Tahun ke Tahun Kota Pangkalpinang, Tanjungpandan, Palembang, dan DKI Jakarta

Inflasi Pangkalpinang Tanjungpandan Palembang DKI Jakarta

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Januari 2016 0,93 -0,02 0,32 0,24

2. Tahun Kalender 2016 0,93 -0,02 0,32 0,24

3. Januari 2016 terhadap Januari 2015

(year on year) 4,64 -0,52 4,58 3,98

Gambar 2

Inflasi Januari 2016, Tahun Kalender 2016, dan Tahun ke Tahun Kota Pangkalpinang, Tanjungpandan, Palembang, dan DKI Jakarta

-3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

INFLASI JANUARI 2016 INFLASI TAHUN KALENDER

JANUARI 2016

INFLASI YEAR ON YEAR JANUARI 2016 TERHADAP

JANUARI 2015

(8)

PERBANDINGAN ANTARKOTA

Pada Januari 2016 di 82 kota pantaun IHK, tercatat 75 kota mengalami inflasi dan 7 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga 1,82 persen dengan IHK 125,64 diikuti Kendari dengan inflasi 1,49 persen dan IHK 119,82. Sementara inflasi terendah terjadi di Padang sebesar 0,02 persen dengan IHK 127,12. Deflasi tertinggi di Gorontalo sebesar 0,58 persen dengan IHK 119,52 dan terendah di Tanjungpandan sebesar 0,02 persen dengan IHK 127,12.

Inflasi ini sangat dipengaruhi oleh kelancaran distribusi dan ketersediaan berbagai kebutuhan rumahtangga yang tentu saja berimbas langsung terhadap tingkat harga, serta kebijakan pemerintah akan sektor strategis, seperti bahan bakar minyak, tarif listrik dan bahan bakar rumahtangga. Selain itu tingkat permintaan dari konsumen yang dipengaruhi faktor musiman seperti hari raya keagamaan dan liburan sekolah memberikan dampak yang cukup signifikan pula.

Perbandingan Antarkota di Pulau Sumatera

Kota-kota IHK di wilayah Pulau Sumatera yang berjumlah 23 kota, pada Januari 2016 tercatat hanya satu kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Sibolga 1,82 persen dengan IHK 125,64. Deflasi hanya terjadi di Tanjungpandan sebesar 0,02 persen dengan IHK 127,91. (Lihat Tabel 5).

Tabel 5

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Januari 2016 Kota-Kota di Pulau Sumatera, (2012=100)

K O T A Januari 2016 IHK Inflasi/Deflasi (%) (1) (2) (3) 1. Meulaboh 121,82 0,46 2. Banda Aceh 117,01 0,61 3. Lhokseumawe 118,65 0,29 4. Sibolga 125,64 1,82 5. Pematang Siantar 126,63 0,44 6. Medan 125,83 0,91 7. Padang Sidempuan 121,09 0,72 8. Padang 127,12 0,02 9. Bukit Tinggi 121,88 0,30 10. Tembilahan 127,21 0,47 11. Pekanbaru 123,11 0,25 12. Dumai 123,55 0,65 13. Bungo 121,54 0,78 14. Jambi 122,20 0,42 15. Palembang 120,91 0,32 16. Lubuklinggau 121,10 0,49 17. Bengkulu 129,46 0,67 18. Bandar Lampung 124,22 0,26 19. Metro 131,12 0,64 20. Tanjungpandan 127,91 -0,02 21. Pangkalpinang 124,92 0,93 22. Batam 123,14 0,49 23. Tanjung Pinang 123,41 0,93 PANGKALPINANG 124,92 0,93

(9)

Perbandingan Antarkota di Pulau Jawa

Pada Januari 2016 dari kota-kota IHK di wilayah Pulau Jawa yang berjumlah 26 kota, tercatat seluruh kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tasikmalaya 0,93 persen dengan IHK 122,23 dan terendah di DKI Jakarta 0,24 persen dengan IHK 123,65. (Lihat Tabel 6).

Tabel 6

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Januari 2016 Kota-Kota di Pulau Jawa, (2012=100)

K O T A Januari 2016 IHK Inflasi/Deflasi (%) (1) (2) (3) 1. DKI Jakarta 123,65 0,24 2. Bogor 122,76 0,88 3. Sukabumi 122,78 0,67 4. Bandung 122,36 0,53 5. Cirebon 119,53 0,50 6. Bekasi 120,54 0,37 7. Depok 122,03 0,68 8. Tasikmalaya 122,23 0,93 9. Cilacap 125,32 0,76 10. Purwokerto 121,00 0,57 11. Kudus 128,80 0,44 12. Surakarta 120,45 0,52 13. Semarang 122,25 0,39 14. Tegal 120,00 0,62 15. Yogyakarta 121,09 0,53 16. Jember 120,76 0,43 17. Banyuwangi 121,01 0,67 18. Sumenep 121,15 0,65 19. Kediri 121,56 0,47 20. Malang 123,84 0,58 21. Probolinggo 121,74 0,42 22. Madiun 120,63 0,49 23. Surabaya 122,74 0,73 24. Tangerang 131,32 0,89 25. Cilegon 126,64 0,76 26. Serang 129,98 0,90 PANGKALPINANG 124,92 0,93

(10)

Perbandingan Antarkota di Luar Pulau Jawa dan Sumatera

Pada Januari 2016 dari kota-kota IHK di wilayah luar Pulau Jawa dan Sumatera yang berjumlah 33, tercatat 27 kota mengalami inflasi dan 6 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kendari sebesar 1,49 persen dengan IHK 119,82. Deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo 0,58 persen dengan IHK 119,52. (Lihat Tabel 7).

Tabel 7

Perbandingan Indeks dan Inflasi/DeflasiJanuari 2016 Kota-Kota di Luar Pulau Jawa dan Sumatera

(2012=100) K O T A Januari 2016 IHK Inflasi/Deflasi (%) (1) (2) (3) 1. Singaraja 130,53 1,03 2. Denpasar 120,16 0,49 3. Mataram 122,64 1,11 4. Bima 126,84 1,29 5. Maumere 118,09 0,42 6. Kupang 127,14 0,78 7. Pontianak 130,23 0,36 8. Singkawang 122,54 0,13 9. Sampit 124,81 0,70 10. Palangkaraya 121,24 0,17 11. Tanjung 124,51 -0,19 12. Banjarmasin 122,40 0,49 13. Balikpapan 126,09 -0,21 14. Samarinda 125,92 0,50 15. Tarakan 132,04 0,82 16. Manado 124,98 -0,18 17. Palu 124,71 -0,41 18. Bulukumba 128,93 0,46 19. Watampone 119,08 0,50 20. Makassar 124,21 1,36 21. Pare-Pare 120,90 1,11 22. Palopo 121,22 0,61 23. Kendari 119,82 1,49 24. Bau-Bau 128,24 1,22 25. Gorontalo 119,52 -0,58 26. Mamuju 122,71 -0,06 27. Ambon 122,19 0,28 28. Tual 136,49 0,29 29. Ternate 128,50 0,52 30. Manokwari 116,07 0,32 31. Sorong 124,57 1,11 32. Merauke 132,51 1,12 33. Jayapura 124,49 0,76 PANGKALPINANG 124,92 0,93

(11)

INFLASI KOMPONEN INTI, HARGA DIATUR PEMERINTAH, DAN BERGEJOLAK

Komponen yang harganya diatur pemerintah pada bulan ini memberikan andil deflasi 0,12 persen dan tidak sejalan dengan bulan sebelumnya yang memberikan andil inflasi sebesar 0,33 persen. Komoditas bensin dan solar memberikan andil deflasi di komponen ini.

Sementara komponen bergejolak memberikan andil inflasi 0,83 persen yang sejalan dengan Desember 2015 dengan andil inflasi juga sebesar 0,83 persen. Andil inflasi di bulan ini dipicu oleh naiknya harga beberapa komoditas diantaranya daging ayam ras, ikan dencis, ikan tenggiri, ikan tongkol, daging sapi, telur ayam ras, dan bawang merah.

Komponen inti pada Januari 2016 memberikan andil inflasi sebesar 0,22 persen yang sejalan dengan Desember 2014 yang juga memberikan andil inflasi sebesar 0,40 persen. Andil inflasi ini dipicu oleh naiknya harga di beberapa komoditas diantaranya ikan kerisi, ikan bulat, dan ikan singkur.(Lihat Tabel 8).

Tabel 8

Dekomposisi Laju dan Andil Inflasi/Deflasi Desember 2015-Januari 2016 Menurut Kelompok Komponen, (2012=100)

Komponen Desember 2015 Januari 2016 IHK Desember 2015 Laju Inflasi/Deflasi Desember 2015 Andil Inflasi/Deflasi Desember 2015 IHK Desember 2015 Laju Inflasi/Deflasi Januari 2016 Andil Inflasi/Deflasi Januari 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Umum 123,77 1,56 1,56 124,92 0,93 0,93

Harga Diatur Pemerintah 141,35 1,73 0,33 140,43 -0,65 -0,12

Bergejolak 122,71 4,16 0,83 127,68 4,05 0,83

(12)

BPS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Informasi lebih lanjut hubungi:

Darwis Sitorus, S.Si., M.Si

Kepala BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Telepon: 0717-439422 Fax: 0717-439425

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan Lab Dalam Kepingan (LDK) Berbasis Kertas Untuk Penentuan Kadar Asam Urat, Protein, dan pH

أطخ باتج نأ لاؤسلا ناك نإو رفصلا وباسحف ( 0 .) نٌترم رابتخلاا يطعت , يدعبلا رابتخلااو يلبقلا رابتخلاا نيعي. رابتخلاااّمأو تاملكلا نٌمتخ ةبعل ةقيرطب

Gillin dan Gillin (1982: 263) menjelaskan lebih lanjut mengenai perubah-an sosial yang dikutip oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar

Hasil pengujian hipotesis ketujuh (H7) menunjukkan bahwa kesadaran merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat pembelian ulang dengan menggunakan loyalitas merek

Menurut Hanafiyah, jilid sebagai sebagai ta’zi>r harus harus dicambukan lebih keras dari jilid dalam had agar dengan ta’zi>r orang yang terhukum akan menjadi jera,

a) Penelitian yang dilakukan oleh Elis Darnita (2013) terdapat persamaan penggunaan variabel independen (X) yaitu ROA dan EPS, serta variabel dependen (Y) yaitu Harga

Istilah management berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur, melaksanakan, mengelola, mengendalikan, dan memperlakukan. Namun kata manajemen sendiri

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ISLAMIC