• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN DENSITOMETER TULANG BELAKANG DAN FEMUR PASIEN DI IDT. RSUP. Dr. M. DJAMIL PADANG DARI TANGGAL 1 AGUSTUS FEBRUARI 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN DENSITOMETER TULANG BELAKANG DAN FEMUR PASIEN DI IDT. RSUP. Dr. M. DJAMIL PADANG DARI TANGGAL 1 AGUSTUS FEBRUARI 2006"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN DENSITOMETER TULANG BELAKANG DAN FEMUR PASIEN DI IDT. RSUP. Dr. M. DJAMIL PADANG

DARI TANGGAL 1 AGUSTUS 2005 - 28 FEBRUARI 2006

Dian Febrina , Putri Sri Lasmini

Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FKUA/RS. Dr. M .Djamil, Padang. Abstrak

Tujuan : Melihat gambaran Densitas Mineral Tulang pada pasien perempuan diatas 45 tahun serta melihat hubungan antara umur dan Indeks Massa Tubuh dengan kejadian osteoporosis pada tulang belakang dan femur.

Tempat: Instalasi Diagnostik TerpaduRS.M.Djamil Padang. Rancangan : Penelitian ini bersifat retrospektif analitik.

Metode : Data diambil dari hasil pemeriksaan densitometer tulang belakang dan femur pasien perempuan rawat jalan dibagian Densitometer Instalasi Diagnostik Terpadu RS. Dr. M. Djamil Padang dari tanggal 1 Agustus 2005 sampai 28 Februari 2006.

Hasil : Dari 52 orang pasien perempuan rawat jalan didapatkan rerata umur pasien : 60,90 ± 8,93, rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) : 23,68 ± 4,61. Osteoporosis tulang belakang paling banyak ditemukan pada rerata umur 64,62 ± 8,28 dan femur dengan rerata umur 71,00 ± 10,05 sedangkan osteoporosis tulang belakang dan femur ditemukan paling banyak pada Indeks Massa Tubuh 18,5 – 25.

Kesimpulan :Makin meningkat usia, makin tinggi kejadian osteoporosis tulang belakang dan femur, secara statistik bermakna (p=0.003 dan p=0.000). Kejadian osteoporosis tulang belakang banyak terjadi pada pasien dengan Indeks Massa Tubuh normal dan rendah secara statistik tidak bermakna (p=0.403). Sama halnya pada osteoporosis femur, banyak terdapat pada Indeks Massa Tubuh normal secara statistik tidak bermakna (p=0.169).

(2)

GAMBARAN DENSITOMETER TULANG BELAKANG DAN FEMUR PASIEN DI IDT. RSUP. Dr. M. DJAMIL PADANG

DARI TANGGAL 1 AGUSTUS 2005 - 28 FEBRUARI 2006

I. PENDAHULUAN

Masalah usia lanjut dan osteoporosis semakin menjadi perhatian dunia termasuk Indonesia karena makin meningkatnya usia harapan hidup.(1) Usia harapan hidup perempuan pada umumnya terus meningkat baik dinegara – negara maju maupun dinegara-negara berkembang. Di Indonesia, usia harapan hidup perempuan pada tahun 1980 adalah 50,9 tahun dan pada tahun 2000 telah mencapai 70 tahun.(2) Peningkatan harapan hidup bersamaan dengan terjadinya peningkatan penyakit penuaan antara lain osteoporosis.(1) Osteoporosis merupakan masalah kesehatan utama didunia saat ini dan jumlahnya meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi usia lanjut. WHO menyatakan bahwa osteoporosis merupakan masalah kesehatan terbesar yang kita hadapi setelah penyakit kardiovaskuler. Biaya yang harus dikeluarkan untuk penyakit ini sangat mengejutkan dan diperkirakan mencapai 60 milyar dolar pada tahun 2020.(3)

Istilah menopause dan osteoporosis telah dikenal sejak zaman dahulu yaitu pada masa Yunani kuno. Menopause berasal dari kata meno berarti haid dan pause berarti istirahat atau henti sehingga secara keseluruhan diartikan sebagai henti haid. (1) Henti haid sudah berlangsung kurang lebih 12 bulan.(4)Sedangkan osteoporosis berasal dari kata osteo berarti tulang dan porosis berarti lubang sehingga secara keseluruhan berarti tulang yang berlubang atau keropos.(1) Jadi osteoporosis merupakan satu penyakit dengan massa tulang rendah dan memburuknya arsitektur jaringan tulang sehingga menyebabkan

(3)

fragilitas tulang dan meningkatnya risiko fraktur pada tulang pinggul, tulang belakang dan pergelangan tangan. (1,3) Pada wanita kejadian osteoporosis lebih dipercepat dan diperberat dengan menurunnya hormon estrogen dalam tubuh ketika berusia lanjut. .(1)

Umur menopause perempuan dinegara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris adalah 51,4 tahun sedangkan dinegara-negara Asia tenggara adalah 51,09 tahun. Usia menopause untuk perempuan Indonesia adalah 50 tahun. Kalau usia harapan hidup perempuan Indonesia adalah 70 tahun maka hampir 20 tahun lamanya mereka mengalami berbagai masalah kesehatan akibat dari menopausenya.Masalah kesehatan jangka pendek yang paling menonjol adalah gejala-gejala vasomotorik dan psikogenik sedangkan masalah kesehatan jangka panjang adalah meningkatnya angka kejadian penyakit jantung koroner, osteoporosis, demensia, katarak dan kanker usus besar. Dampaknya adalah kualitas hidup kaum perempuan tersebut akan berkurang. (2)

Gejala klinis osteoporosis adalah fraktur yang muncul pada perempuan lanjut usia dimana sebagian berhubungan dengan perbedaan densitas tulang pada kematangan dan terutama kehilangan tulang yang muncul setelah menopause. (3)

Faktor risiko osteoporosis antara lain : (4)

• Tidak dapat diubah (unmodiffiable) - Jender : ♀> ♂

- Usia : semakin tua usia semakin meningkat resiko osteoporosis - Bentuk Tubuh : kecil, resiko meningkat

- Etnis Asia, risiko meningkat

- Riwayat Keluarga : ada keluarga yang menderita fraktur maka faktor risiko meningkat.

(4)

• Dapat diubah (modifiable) - Hormon seks

- Anoreksia

- Diet rendah Ca dan Vit D yang sudah lama

- Pemakaian obat-obatan seperti glukokortikoid dan antikonvulsan - Istirahat total ditempat tidur

- Merokok dan pemakaian alkohol yang berlebihan

Penilaian langsung tulang untuk mengetahui ada /tidaknya osteoporosis dengan cara (1) 1. Pemeriksaan Radiologik

Telah dikembangkan indeks Sing untuk mengukur ketebalan kolum femoris dan komponen-komponen trabekulasi secara radiologik tetapi pemeriksaan ini tidak dianjurkan karena sangat tergantung pada alat radiologi yang digunakan, keahlian dan subjektivitas pemeriksa, kualitas film dan cara-cara pencucian.

2. Pemeriksaan radioisotop

Pemeriksaan ini menggunakan sinar foton radionuklida yang dapat mendeteksi densitas tulang dan ketebalan korteks tulang.

3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Cara ini dapat mengukur struktur trabekuler tulang dan kepadatannya. Alat tersebut tidak memakai radiasi melainkan hanya dengan lapangan magnet yang sangat kuat. Jadi pemeriksaan ini mahal.

4. USG Densitometri

Cara ini memakai kecepatan gelombang suara ultra yang menembus tulang kemudian dinilai kekuatan dan daya tembus melalui tulang yang dinyatakan

(5)

sebagai pita lebar ultrasonik dan kekakuan. Keuntungannya adalah mudah dibawa kemana-mana tetapi tidak dapat secara tepat mengetahui lokalisasi osteoporosis. 5. Densitometer X-ray asorbtiometry

Pesawat densitometer X-ray asorbtiometry menggunakan radiasi sinar X yang sangat rendah. Ada dua jenis X-ray asorbtiometry yaitu SXA (single X-ray asorbtiometry) dan DEXA (Dual energy X-ray asorbtiometry). Saat ini gold standard pemeriksaan osteoporosis adalah DEXA yang digunakan untuk pemeriksaan vetebra, femur dan radius .(5) Walau mahal tapi memiliki keuntungan yaitu : dapat menentukan diagnosis, menduga patah tulang, menilai perubahan densitas tulang. Hasil-hasil yang didapat adalah :

1. Densitas mineral tulang pada area tertentu dalam gram/cm2

2. Perbandingan kadar rata-rata densitas mineral tulang dibandingkan dengan kadar rata-rata densitas mineral tulang orang dewasa etnis yang sama (T-score dalam %)

3. Perbandingan kadar rata-rata densitas mineral tulang dari organ dengan umur dan etnis yang sama (Z-score dalam %)

Menurut WHO penilaian T-Score tersebut adalah (5) Tulang normal : T-score ≥ -1 SD

Tulang osteopeni: T-score antara -1 SD dengan -2,5 SD Tulang osteoporosis: T-score ≤-2,5 SD.

(6)

II. BAHAN DAN CARA KERJA :

Penelitian dilakukan secara retrospektif analitik pada pasien yang memeriksakan diri ke Instalasi Diagnostik Terpadu RSUP Dr. M. Djamil Padang selama 1 Agustus 2005 – 28 Februari 2006. Data diolah dengan program SPSS versi 12.0. Uji Statistik yang digunakan adalah Chi Square Test.

III. HASIL

Dari 52 orang pasien perempuan rawat jalan yang melakukan pemeriksaan densitometer tulang belakang dan femur didapatkan rerata umur pasien yaitu 60,89 tahun (SD 8,93) dan rerata BMI : 23,68 (SD 4,61)

Tabel 1. Karakteristik Responden

n Rata-rata Standar Deviasi Umur 52 60,89 8,93 BMI 52 23,68 4,61 17 15 20 N = SPINE osteopor osteopen normal UMUR 90 80 70 60 50 40

(7)

Gambar 1. Hubungan antara umur dengan densitas mineral tulang belakang

Pada gambar 1, kejadian osteopeni tulang belakang pada rerata umur 60,18 ± 8,87 sedangkan osteoporosis pada rerata umur 64,62 ± 8,28

5 26 21 N = FEMUR osteopor osteopen normal UMUR 90 80 70 60 50 40

Gambar 2. Hubungan antara umur dengan densitas mineral tulang femur

Pada gambar 2, tampak pada tulang femur kejadian osteopeni pada rerata umur 62,84 ± 8,13 sedangkan osteoporosis pada rerata umur 71,00 ± 10,05

Tabel 2. Hubungan Densitas Mineral Tulang Punggung dengan Indeks Massa Tubuh

Normal Osteopeni Osteoporosis Total (n) (n) (n) (n) Indeks Massa Tubuh

1. Kurus 2. Normal 3. Overweight 4. Obesitas Total 1 7 2 8 18 2 9 2 4 17 3 11 1 2 17 6 27 5 14 52 (P=0,403)

(8)

Pada tabel 2, hubungan antara densitas mineral tulang punggung dengan indeks massa tubuh dimana osteoporosis terbanyak ditemukan pada indeks massa tubuh normal. Setelah diuji ternyata tidak ditemukan hubungan yang bermakna (P=0,403)

Tabel 3. Hubungan Densitas Mineral Tulang Femur dengan Indeks Massa Tubuh Normal Osteopeni Osteoporosis Total

(n) (n) (n) (n) Indeks Massa Tubuh

1. Kurus 2. Normal 3. Overweight 4. Obesitas Total 1 8 2 10 21 4 16 3 3 26 1 3 0 1 5 6 27 5 14 52 (P=0,169)

Pada tabel 3, tampak hubungan antara densitas mineral tulang femur dengan indeks massa tubuh. Osteoporosis terbanyak ditemukan pada indeks massa tubuh normal, tidak ditemukan hubungan bermakna (P=0.169)

IV. DISKUSI

Dari hasil pemeriksaan densitometri yang dilakukan pada 52 orang perempuan ditemukan rerata umur 60,90 ± 8,93. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibisono DS (53,25 tahun) sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Castro JP dkk 58,3 ± 0,24.(6,7) Rerata umur kejadian osteopeni pada tulang belakang 60,18 ± 8,87, sedangkan rerata umur kejadian osteoporosis 64,62 ± 8,28. Pada tulang femur kejadian osteopeni rerata umur 62,84 ± 8,13 sedangkan osteoporosis rerata umur 71,00 ± 10,05. Penelitian ini sesuai dengan Baheiraei dkk, mereka menemukan

(9)

tinggi umur maka makin tinggi kejadian osteoporosis.(7,8) Hasil ini memperlihatkan hubungan yang kuat dan bermakna antara defisiensi estrogen (yang biasa terjadi seiring dengan penambahan umur) dengan penurunan densitas mineral tulang. Estrogen yang diproduksi berperan dalam pembentukan sel tulang dan menghambat resorpsi sel tulang dalam proses remodeling tulang.(1,9)

Kejadian osteoporosis tulang punggung dan femur paling banyak ditemukan pada indek massa tubuh (IMT) normal. Tetapi secara statistik tidak bermakna. Kejadian ini sama dengan yang ditemukan oleh Wibisono.(6) Sedangkan pada beberapa penelitian terbukti bahwa IMT yang lebih tinggi merupakan faktor pelindung terhadap densitas mineral tulang.(7,10) Pada orang yang mengalami obesitas, ditemukan timbunan lemak yang banyak sehingga dihasilkan jumlah estrogen ekstra gonad yang banyak juga mengakibatkan densitas massa tulang lebih baik (kejadian osteoporosis berkurang)(6,7) Pada penelitian ini karena bersifat retrospektif dan jumlah sampel sedikit sehingga sulit untuk melakukan analisa secara statistik (hasil statistik tidak bermakna)

V. KESIMPULAN

1. Didapatkan hubungan yang bermakna antara umur dengan densitas mineral tulang punggung dan femur.

2. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara densitas mineral tulang punggung dan femur dengan indeks massa tubuh.

(10)

Daftar Pustaka

1. Rachman IA. Osteopprosis Primer pada Wanita Pascamenopause (Peranan Hormon Estrogen Menjelang Usia Lanjut). Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Vol 28;146-162

2. Baziad A. Terapi Sulih Hormon sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan Menopause di Indonesia : Fiksi, Fakta dan Kontroversi. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Vol 29; 145-162

3. Kaniawati M, Moeliandari F. Penanda Biokimia untuk Osteoporosis. Forum Diagnosticum Prodia Diagnostics Educational Services.2003

4. Notelovitz M. Menopause. From Contemporary Endocrinology : Endocrinology of Aging. Human Press Inc

5. Lobo R. Menopause and Aging. dalam : Reproductive Endocrinology Physiology, Pathophysiology and Clinical Management. 5th ed. Elsevier Inc.2004; 421-452

6. WibisonoDS, Baziad A. Gambaran Densitas Mineral Tulang Pada Wanita Pasca Menopause Di Makmal-FKUI. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

7. Castro JP dkk. Differential Effect of Obesity on Bone Mineral Density in White, Hispanic and African American women:a Cross Sectional Study. Departemen of Medicine State University of New York Downstate Medical Center . New York. 2005 available at http://www.nutritionandmetabolism.com/content/2/1/9

8. Baheiraei A, Pocock NA, Eisman JA, Nguyen ND, Nguyen TV. Bone Mineral Density, Body Mass Index and Cigarette Smoking among Iranian Women : Implications for Prevention. BMC Musculoskeletal Disorders. 2005. Available at http://www.biomedcentral.com

9. Speroff.L, Fritz. Menopause and The Perimenopausal Transition, dalam : Clinical Gynecologic Endocrinologi and Infertility. 7thed. Lippincott Williams & Wilkins. 2005; 652-707.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden
Gambar 1. Hubungan antara umur dengan densitas mineral tulang belakang
Tabel 3. Hubungan Densitas Mineral Tulang  Femur dengan Indeks Massa Tubuh                                  Normal      Osteopeni    Osteoporosis       Total

Referensi

Dokumen terkait

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I.

UM.0206/PJJ- WINRIP/048 perihal “Ündangan Wawancara Pemilihan Pemantau Pihak Ketiga atau Third Party Monitoring (TPM) Paket 16 (Seblat – Ipuh); Western Indonesia Roads Improvement

Memorandum Program Sanitasi merupakan dokumen kesepakatan bersama seluruh program dan kegiatan pembangunan sektor sanitasi Kabupaten Padang Lawas Utara yang dilaksanakan oleh

Yang dulunya Etnis jawa memasuki program transmigrasi.Perkembangan yang terjadi di indonesia khususnya daerah yang di huni oleh masyarakat jawa, ternyata sering kali

Dengan misi dan visi yang ingin dilaksanakan oleh perusahaan Kelantan Golden Trade Sdn Bhd, dalam mewujudkan penggunaan dinar dan dirham sebagai mata uang yang telah

Panjang Larva lele dengan pemberian pakan Cacing Sutera ( Tubifex sp.) hasil kultur massal menggunakan kotoran ayam, roti afkir dan ampas tahu yang difermentasi.. Larva lele

GPS adalah singkatan dari Global Positioning System , sistem satelit yang dapat memberikan posisi di mana pun di dunia ini. Satelit GPS tidak mentransmisikan informasi posisi,

Dari hasil percobaan, dapat dilihat kecenderungan bahwa pada range F:S=1:100, 1:150, dan 1:200, semakin besar rasio F:S, artinya semakin sedikit massa daun Stevia