• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH UJIAN TAHAP I I (UJIAN TERBUKA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NASKAH UJIAN TAHAP I I (UJIAN TERBUKA)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO

DISERTASI

PRINSIP PROPORSIONALITAS DALAM KONTRAK

PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH

OLEH:

BAMBANG UTOYO

030970529

PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

(2)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO

DISERTASI

PRINSIP PROPORSIONALITAS DALAM KONTRAK

PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH

OLEH:

BAMBANG UTOYO

030970529

PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

(3)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO

Promotor dan Ko-Promotor

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO RINGKASAN

Dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu negara, negara dituntut untuk senantiasa dapat meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Untuk melaksanakan kewajiban ini salah satu caranya, pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyediakan kebutuhan rakyatnya dalam berbagai bentuk baik berupa barang, jasa maupun pembangunan infrastruktur. Upaya pemerintah untuk melaksanakan pembangunan fisik dan non fisik (jasa), dapat dilaksanakan pemerintah sendiri maupun dengan melibatkan orang-perorangan atau suatu badan hukum. Agar keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan fisik dan non fisik, tidak menyimpang maka diperlukan perangkat aturan dalam wujud peraturan perundang-undangan yang berfungsi sebagai pedoman bertindak dan berprilaku bagi para pihak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.

Berkaitan dengan pemenuhan kewajiban pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, maka kontrak pengadaan oleh pemerintah dengan pihak swasta merupakan jalan keluar atau upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah, maka oleh karena itu untuk memperoleh pemahaman dan pengetahuan mengenai hakekat kontrak pengadaan, diperlukan pembahasan mengenai makna dan substansi kontrak yang melibatkan pemerintah sebagai pihak, atau yang lazim disebut dengan government contract.

(11)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO mempunyai ciri yang khas yang membedakan dengan kontrak komersial, dimana para pihak mempunyai kebebasan yang sangat luas dalam mengatur hubungan hukum atau mengatur kewajiban kontraktual mereka, maka dalam kontrak pengadaan oleh pemerintah, kebebasan itu tidak sepenuhnya berlaku sebab terhadap kontrak ini berlaku ketentuan khusus atau khas. Karakter yang khas dari kontrak pengadaan oleh pemerintah ini di samping menyangkut pembentukkan dan pelaksanaan kontrak, juga terkait dengan prosedur dalam pengadaannya. Prinsip dan norma dalam kontrak privat berlaku secara berdampingan dalam kontrak pengadaan oleh pemerintah karena kewajiban pembayaran melibatkan keuangan negara.

Di Indonesia, kontrak yang melibatkan pemerintah sebagai pihak kontraktan masuk ke dalam kategori perbuatan hukum privat. Hubungan hukum yang terbentuk merupakan hubungan hukum dalam lingkup hukum perdata. Sekalipun di dalam jenis kontrak yang melibatkan pemerintah ini, terdapat pemerintah sebagai kontraktan dan berlaku syarat-syarat khusus yang termasuk dalam hukum publik dalam pembentukannya, namun hubungan yang terbentuk adalah murni hukum perdata. Keabsahan kontrak yang terbentuk diukur juga oleh Pasal 1320 BW sebagai aturan awal untuk menentukan keabsahan suatu kontrak.

(12)
(13)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO SUMMARY

In the governance of a country, the government is required to

continually improve the welfare of its people. In doing so, the government has

an obligation to provide the needs of people in various forms of goods,

services and infrastructure development. Government efforts to implement the

physical and non-physical (services) development can be implemented by itself

and by involving individuals or legal entities. In order to prevent fraud, a set

of laws and regulations is necessary, serving as a guideline to act and behave

for the parties in exercising their rights and obligations.

In connection with the Government’s responsibility to provide the needs

of its people, government procurement contracts with the private sector

constitutes the way out. Therefore, in order to gain an understanding and

knowledge of the nature of the procurement contract, it is necessary to discuss

of the meaning and substance of a contract involving government as a party,

or commonly referred to as a government contract.

Legal relationship established between the government and its partners

is a contractual relationship, but it contains not only private but also public

law. The existence of the public domain in this type of contract has distinctive

characteristics that differentiate it from commercial contracts, in which the

parties have a vastly extensive freedom in regulating the legal relationship or

their contractual obligations. On the contrary, in procurement contracts by the

(14)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO provisions apply to the contracts. The distinctive nature of procurement

contracts by the government, in addition to relating to the formation and

execution of contracts, is also associated with the procurement procedures.

Principles and norms of private contracts apply in conjunction with those of

procurement contracts by the government since the payment obligations

involve the state’ finance.

In Indonesia, a contract involving the Government as a contracting

party is categorized as a private legal action. The legal relationship formed

belongs to the sphere of civil law. Despite the Government as the contracting

party and the application of special conditions belonging to the public law in

its formation, the relationships formed are purely of civil law. Validity of the

contract formed is judged also by Article 1320 BW as initial rules for

determining the validity of a contract.

The state administrative court has no jurisdiction, but the general court

does. This is as a result of the actions undertaken by the state administrative

officials or bodies as those operate within the civil law who commit acts of

civil law.

Providers of goods/services in the procurement of government

goods/services shall therefore be provided with preventive and repressive legal

protections on the stages of the procurement, where this can be performed by

(15)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO THE PRINCIPLE OF PROPORTIONALITY IN THE CONTRACT OF

PROCUREMENT OF GOODS AND SERVICES BY THE GOVERNMENT

Bambang Utoyo

ABSTRACT

Fulfillment of the needs for goods and services constitutes an important part of governance. Procurement of goods and services by the government and private sectors has different characteristics. Private sectors are capable of procuring goods/services when they need them with their own abilities or

Procurement of goods and services is essentially the user’s attempts to obtain or realize the goods and services desired by using specific methods and processes to reach agreed prices, time, etc. In order for the nature or essence of procurement of goods and services to be achieved as well as possible, both the user and provider of goods and services must at all times rely on the applicable philosophy and laws and regulations.

In respect of civil law instruments as a means of legal protection for providers of goods and services, the procurement contract instruments serve as a means for the implementation of the legal relationship between Committing Officers and providers of goods and services. One of the main tasks and authorities of the CO, according to Presidential Decree No. 70 of 2012, is to draw up, sign and execute contracts with the providers of goods/services, as well as controlling and evaluating the implementation of the contracts.

Providers of goods/services in the procurement of government goods/services shall therefore be provided with preventive and repressive legal protections on the stages of the procurement, where this can be performed by applying the principle of proportionality.

(16)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO

6. Pertanggungjawaban Sistimatika ... 48

BAB II ASPEK FILOSOFIS DAN PENERAPAN PRINSIP

(17)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH

PEMERINTAH ... 49

1. Aspek Filosofis Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah 50

2. Keabsahan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ... 54

3. Pembentukan Kesepakatan dalam Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ... 86

4. Keabsahan Pelelangan Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ... 94

4.1. Isi dan Fungsi Dokumen Lelang ... 96

4.2. Pelaksanaan Lelang ... 99

4.3. Penetapan Pemenang Lelang ... 106

5. Prinsip Proporsionalitas dalam Pelelangan Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ... 112

6. Penyelenggaraan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah secara Elektronik ... 116

7. Prosedur Sanggahan dalam Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ... 119

7.1. Sanggah dan Sanggahan Banding ... 119

7.2. Proses Sanggahan dan Sanggahan Banding ... 120

BAB III PENERAPAN PRINSIP PROPORSIONALITAS DALAM PELAKSANAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH ... 127

1. Penentuan Isi Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ... 128

2. Penormaan Prinsip Proporsionalitas dalam Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ... 141

(18)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK PENGADAAN

BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH ... 159

1. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa ... 160

2. Kerugian Negara sebagai Akibat Hubungan Kontraktual ... 164

2.1. Kerugian Negara Ditimbulkan Oleh Kontrak yang Dibuat Secara Sah ... 165

2.2. Adanya Wanprestasi ... 184

2.3. Kerugian Negara Akibat Adanya Cacat Tersembunyi Dalam Objek Prestasi Yang Diberikan ... 194

3. Kerugian Negara yang Bukan Akibat dari Hubungan Kontraktual ... 198

4. Tanggung Gugat Penyedia Barang dan Jasa Terhadap Kegagalan Pemenuhan Kewajiban Kontraktual ... 210

5. Imunitas Pemerintah dalam Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa ... 240

BAB V PENUTUP ... 252

1. Kesimpulan ... 253

2. Saran ... 254

(19)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 3209. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 4150 juncto Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Imdonesia Tahun 1999 Nomor 2958.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 4250.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4286. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4357.

(20)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4432 juncto Undang-Undang Nomor 33 tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil Notaris Sementara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 700.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4654.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4843.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606.

Peraturan Presiden

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 4655.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 4765.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5655.

(21)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4707.

(22)

DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO DAFTAR SKEMA

Skema 1 Tahapan-Tahapan Terbentuknya Kesepakatan dalam Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah

Skema 2 Proses Sanggahan

Skema 3 Proses Sanggahan Banding

Skema 4 Mekanisme Sanggahan dan Sanggahan Banding (Perpres 70 Tahun 2012)

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap penilaian sikap konsumen terhadap tingkat kepentingan dan kepercayaan dari atribut-atribut sayuran di Pasar Giwangan diukur dengan menggunakan model

Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Siswa dapat menunjukkan pada layar muncul pesan bahwa proses instalasi telah berhasil dilaksanakan sesuai dengan Installation Manual.. Teknik perbaikan dan

[r]

Ada tiga metode yang digunakan untuk analisis yaitu : penetapan kadar air dengan metode gravimetri, penetapan kadar protein total dengan metode Kjeldahl

Pejabat pengadaan barang/jasa pada Bagian Umum dan Pengadaan Sekretariat Daerah Kabupaten Musi Banyuasin, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor

Dari beberapa data yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa strategi Index Card Match pada model pembelajaran Kooperatif mampu meningkatkan hasil belajar siswa

[r]