• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GELIAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA MOJOKERTO C. Pembangunan Desa Eks-Gelandangan - KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989 Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV GELIAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA MOJOKERTO C. Pembangunan Desa Eks-Gelandangan - KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989 Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

GELIAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA MOJOKERTO

C. Pembangunan Desa Eks-Gelandangan

Daerah atau kawasan yang menjadi tempat tinggal eks-gelandangan

secara geografis berada di Kota Mojokerto bagian barat. Tempat tinggal

eks-gelandangan terdiri dari dua lingkungan, yaitu Lingkungan Cakarayam Baru dan

Lingkungan Balongcangkring 2166. Kawasan yang menjadi tempat tinggal

eks-gelandangan ini dikelola di bawah lembaga sosial yang bernama Yayasan

Majapahit. Yayasan ini bekerja sama dengan Pemerintah Kota Mojokerto dalam

membinan aneka tuna, seperti tuna wisma, gelandangan, pengemis dan tuna

susila167.

Pendirian Yayasan Majapahit mulai dirintis oleh Lurah Mentikan yang

bernama Suwono Blong pada tahun 1966. Pendiriannya diawali dengan

keberadaan gelandangan di wilayah teritorial Desa Mentikan sebanyak tujuh

kepala keluarga dengan jumlah 21 orang. Keberadaan gelandangan ini, kemudian

oleh Lurah Mentikan yang saat itu dijabat oleh Suwono Blong memperbolehkan

untuk tinggal di lembaga sosial desa berupa ruangan yang terdapat di Kantor

166 Lingkungan Cakarayam baru secara administratif masuk dalam Kelurahan

Mentikan, sedangkan Lingkungan Balongcangkring masuk dalam Kelurahan Pulorejo. Pemakaian istilah lingkungan sama dengan istilah dukuh yang secara administratif wilayahnya berada di bawah desa atau kelurahan.

167 Yayasan Majapahit merupakan sebuah yayasan sosial yang didirikan Oleh

(2)

Kelurahan Mentikan. Pada tahun 1970an, jumlah gelandangan yang tinggal di

Yayasan Majapahit semakin meningkat. Peningkatan itu disebabkan karena

banyak gelandangan yang berasal dari daerah Kabupaten atau Kota Mojokerto,

daerah Krian, dan Sidoarjo yang meminta kepada pengurus yayasan agar

diperbolehkan tinggal di Yayasan Majapahit. Adanya jumlah yang semakin

meningkat tersebut kemudian pada tahun 1971 dilakukan pemindahan ke lokasi

yang baru168. Pemindahan Yayasan Majapahit ke lokasi atau lahan yang baru ini

merupakan usaha dari Lurah Suwono Blong yang membeli lahan persawahan

dengan dana pribadi169.

Pemindahan Yayasan Majaphit ke lahan yang baru ini kemudian di bagi

menjadi dua lingkungan, yaitu Lingkungan Cakarayam Baru dan Lingkungan

Balongcangkring. Di Lingkungan Cakarayam Baru digunakan untuk menampung

aneka tuna seperti tuna wisma, gelandangan, dan pengemis. Kemudian di

Lingkungan Balongcangkring digunakan sebagai tempat khusus lokalisasi

tunasusila. Awalnya tuna susila ini beredar di dalam Kota Mojokerto yang

tersebar di beberapa tempat. Pusat persebaran lokasi tuna susila pada tahun

1970-an berada di pasar burung y1970-ang berada di Sent1970-an1970-an, oleh masyarakat tempat ini

dikenal dengan nama Gang Titi’an. Pada tahun 1972, tuna susila dipindahkan di

Lingkungan Balongcangkring yang dibina oleh Lembaga Sosial Yayasan

168 Wahyudi Sudomo, “Rehabilitasi Pondok Sosial Yayasan Majapahit di

Mojokerto”, (Skripsi, tidak diterbitkan pada Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik

Universitas Kristen Petra, 1987), hlm. 13.

169 Wawancara dengan Bapak Sentot (50 tahun) pada tanggal 14 Mei 2014 di

(3)

Majapahit170. Sejak pemindahan tuna susila ke kawasan Balongcangkring yang dijadikan sebagai tempat lokalisasi mempunyai ijin yang resmi dari Pemerintah

Kota Mojokerto171.

Pembangunan baik infrastuktur maupun suprastruktur di Yayasan

Majapahit ini sangat lambat karena bantuan dari pemerintah sangat terbatas. Di

dua daearah ini kemudian oleh pemerintah bekerja sama dengan pengurus yayasan

mendirikan tempat tinggal berupa barak-barak berkotak-kotak yang dibangun

dengan dana sumbangan pemerintah daerah dan dana yayasan. Dalam

keberlangsungan selanjutnya, Lurah Suwono Blong menggagas untuk memenuhi

kebutuhan rumah bagi kalangan tuna wisma dengan mendirikan wadah arisan

yang difungsikan untuk membangun rumah murah bagi para tuna. Arisan itu

setiap harinya menyisihkan uang dari pendapatannya sejumlah Rp 100, dikalikan

10 hari dengan jumlah kepala keluarga yang saat itu mencapai 175 kepala

keluarga. Sehingga setiap 10 hari sekali berhasil didirikan 1 rumah yang

kemudian terus bergilir172. Rumah ini didirikan di atas tanah milik Yayasan

Majapahit, sehingga masyarakat yang tinggal di yayasan ini hanya berhak

170 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugiyanto (60 tahun) pada tanggal 1 Maret

2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Kota Mojokerto.

171 Wawancara dengan Bapak Sentot (50 tahun) pada tanggal 14 Mei 2014 di

Cakarayam Baru, RT: 3, RW: 3 Kelurahan Mentikan, Kota Mojokerto.

172 Wawancara dengan Bapak Edi Meimunandar (54 tahun) pada tanggal 11

(4)

menempati, merawat dan tidak berhak untuk menjual, sedangkan status tanah

tetap menjadi hak milik yayasan173.

Gambar. 5.

Rancagan Perumahan Tuna Wisma di Yayasan Majapahit

Sumber: Koleksi Badan Arsip Kota Mojokerto

Program yang digagas Suwono Blong ini kemudian dilanjutkan dalam

meja kerja Pemerintah Kota Mojokerto. Pada masa pemerintahan Walikota

Samioedin berhasil mendirikan sejumlah 9 rumah dibangun di Lingkungan

Cakarayam Baru, kemudian program perumahan murah ini diperluas untuk tukang

becak di Kota Mojokerto174. Keberhasilan pemeliharaan dan pendirian rumah

murah untuk aneka tuna dan tukang becak di Kota Mojokerto ini kemudian

mendapatkan penghargaan kalpataru. Pada tahun 1984 Kota Mojokerto menjadi

pemenang I tingkat nasional dalam kategori peningkatan kualitas pemukiman dan

173 Wawancara dengan Bapak Sentot (50 tahun) pada tanggal 14 Mei 2014 di

Cakarayam Baru, RT: 3, RW: 3 Kelurahan Mentikan, Kota Mojokerto.

174 Wawancara dengan Bapak Edi Meimunandar (54 tahun) pada tanggal 11

(5)

martabat manusia. Monumen kalpataru ini kemudian di abadikan di depan Kantor

Pemerintah Kota Mojokerto yang berada di Jalan Gajahmada175.

Pada tahun 1982, berbagai program pembinaan yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga terus dilakukan pemerintah.

Pembinaan yang dilakukan di yayasan ini antara lain program menjahit dengan

upaya pemerintah memberikan bantuan berupa mesin jahit serta perlatannya

kepada para pengangguran yang terdiri banyak anak putus sekolah, serta bantuan

peralatan dan pelatihan pembuatan krupuk176. Untuk bantuan paket mesin jahit

dan peralatan perbengkelan sepeda diberikan kepada para Karang Taruna

Kelurahan Mentikan. Pemberian bantuan ini diserahkan oleh Sumantri yang saat

itu menjabat sebagai Kepala Sub-bagian Direktorat Pemerintah di Balai

Kelurahan Mentikan yang terletak di Jalan Brawijaya Kota Mojokerto. Bantuan

yang diserahkan ini tidak menjadi hak milik pribadi, tetapi berstatus menjadi milik

bersama dan berhak untuk memakai, serta tidak berhak untuk menjual177.

Pada tahun 1980an di Yayasan Majapahit ini dibangun satu unit gedung

sekolah sebagai tempat belajar anak-anak yang tinggal di yayasan ini. Semula

gedung sekolah ini berdinding bambu. Atas kebijakan Walikota Samioedin,

gedung sekolah ini dibangun menjadi berdinding tembok. Gedung sekolah yang

175 Wawancara dengan Bapak Edi Meimunandar (54 tahun) pada tanggal 11

Desember 2013 di Kantor Pemerintah Kota Mojokerto Bagian Pembangunan, Jalan Gajah Mada Nomor 145, Kota Mojokerto.

176 Wawancara dengan Bapak Edi Meimunandar (54 tahun) pada tanggal 11

Desember 2013 di Kantor Pemerintah Kota Mojokerto Bagian Pembangunan, Jalan Gajah Mada Nomor 145, Kota Mojokerto.

(6)

berukuran 10 m kali 6 m digunakan untuk menampung pendidikan anak-anak

kompleks yang dinaungi oleh Yayasan Majapahit. Pemakainan gedung ini

dilakukan secara bergantian. Tidak hanya itu, bantuan berupa alat alat tulis juga

sering diterima murid-murid.

D. Renovasi Pasar

Pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual atau lembaga niaga

dengan pembeli atau konsumen, yang diusahakan secara berkelompok dan terbuka

untuk umum baik yang bersifat sementara atau permanen178. Pasar memiliki peran

penting dalam kelangsungan hidup penduduk Kota Mojokerto, dimana proses

distribusi merupakan proses yang sangat penting dalam menyalurkan barang

produksi kepada masyarakat yang dilakukan melalui pasar.

Dalam hubungannya dengan kekuasaan yang ditimbulkan oleh

pelapisan sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat, pasar dapat menjadi makna

simbolis dari penguasa atau pemerintah. Dengan adanya pasar dapat dikatakan

bahwa diwilayah tersebut keamanan terjamin untuk melakukan transaksi. Dengan

demikian penguasa atau pemerintah dianggap berhasil memberikan perlindungan

terhadap rakyatnya untuk melakukan kegiatan ekonomi secara damai, selain itu

pasar juga digunakan sebagai mekanisme kontrol oleh pemerintah yang dapat

mempengaruhi pemasukan pajak179.

178 Rudi, P Lilananda, Transformasi Pasar Tradisional Perkotaan di Surabaya,

(Surabaya: Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Kristen Petra, Pusat Studi Pemukiman dan Perencanaan, 1997), hlm. 6.

179 Titi Surti Nastiti, Pasar di Jawa: Masa Mataram Kuno Abad VII-XI Masehi,

(7)

Pasar yang berada di Kota Mojokerto mempunyai letak yang strategis.

Pasar Kliwon adalah salah satu pasar yang berada di pusat pertokoan Kota

Mojokerto, serta berada pada pada jalur lalu lintas utama di tepi Jalan Majapahit.

Kawasan ini merupakan kawasan pecinan yang sejak dulu menjadi pusat

perdagangan yang paling ramai di Kota Mojokerto. Sejak awal didirikan, Pasar

Kliwon merupakan pasar tradisional yang hanya memiliki beberapa toko dan

hanya terdapat tiga los pasar180.

Pemerintah Kota Mojokerto memberikan perhatian khusus terhadap

Pasar Kliwon. Terlebih dengan kondisi pasar yang tidak teratur telah membuat

Pemerintah Kota Mojokerto merencanakan pembangunan di dalam pasar ini. Di

Pasar Kliwon terdapat dua jenis pedagang, yang pertama adalah pedagang liar

yang sebagian besar merupakan pedagang kecil dengan modal yang sangat

terbatas. Keberadaan pedagang kecil ini sulit dihilangkan begitu saja, karena

sektor yang tidak mampu menampung mereka. Pedagang jenis ini tidak

memerlukan warung tetap atau toko tetapi hanya bermodalkan rombong atau

keranjang sunggi. Jenis pedagang lainnya adalah pedagang tetap yang berada di

dalam pasar. Pedagang jenis ini termasuk pedagang yang mengerti tentang

peraturan pasar, organisasi pasar dan struktur pasar, serta mereka mau di organisir

secara baik di dalam pasar181. Untuk mengatasi segala permasalahan pedagang

terutama yang ditimbulkan oleh pedagang kecil tersebut Pemerintah Kota

180 “Pasar Kliwon dipugar dengan Rp. 55 Juta”, dalam Jawa Pos, 7 Mei 1979.

181 “Pembentukan Bank Pasar: Untung dan Ruginya”, dalam Pewarta Surabaya,

11 Agustus 1952. mengutip Takun Musdha Wirhantoro, “Pasar Wonokromo

1950-1955”, (Skripsi, tidak diterbitkan pada Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya,

(8)

Mojokerto pada tahun 1978 mengambil kebijakan untuk mengatur kembali

kondisi Pasar Kliwon agar teratur dan tertata dengan baik.

Pada akhir tahun 1978, pemerintah mengambil kebijakan untuk

melakukan pembaharuan (renovasi) terhadap pasar Kliwon yang dibangun dengan

dana Inpres tahun 1977 dimana pembangunannya dimulai sejak tanggal 6

November 1978. Pemugaran Pasar Kliwon dilakukan oleh CV Sinar Mojokerto.

Pada waktu pemugaran atau renovasi ini kemudian didirikan 6 los pasar

berukuran 7 meter kali 21 meter dengan konstruksi besi dan beratap asbes

bergelombang serta dilengkapi dengan kantor, kamar mandi dan WC182.

Gambar. 6.

Renovasi Pasar Kliwon tahun 1979

Sumber: Koleksi Badan Arsip Kota Mojokerto

Pasar Kliwon yang awalnya hanya mempunyai beberapa toko. Pasca

renovasi memiliki 16 toko atau bedak yang masing-masing berukuran 3,5 kali 5

meter dan 2 toko atau bedak berukuran 3,5 kali 6 meter. Bangunan Pasar kliwon

182 “Pasar Kliwon Untuk Menampung Golongan Ekonomi Lemah”, dalam

(9)

setelah di renovasi juga dilengkapi dengan saluran got-got untuk pembuangan air,

pemasangan instalasi listrik, serta pengaspalan jalan di sekeliling pasar183.

Jumlah pedagang yang dapat ditampung dalam Pasar Kliwon semakin

banyak, yaitu sejumlah 115 orang dengan rincian untuk pedagang yang akan

menempati los sebanyak 97 orang, untuk pedagang kios sebanyak 18 orang184.

Sedangkan yang dimanfaatkan untuk pedagang kaki lima yang berupa pedagang

kain menempati bedak berukuran 3,5 meter kali 5 meter, dan ditambah 2 bedak

berukuran 3,5 meter kali 6 meter. Pembagian tempat dan toko serta bedak diatur

dengan rincian untuk palen, buku-buku dan buah-buahan sebanyak 23 orang yang

semula menempati pinggir-pinggir pasar lama185.

Gambar. 7.

Pasar Kliwon Setelah di Renovasi tahun 1979

Sumber: Jawa Pos, 7 Mei 1979

183“Pasar Kliwon dipugar dengan Rp. 55 Juta, dalam Jawa Pos, 7 Mei 1979.

184 “Pasar Kliwon Untuk Menampung Golongan Ekonomi Lemah”, dalam

Surabaya Post, 12 Maret 1981.

(10)

Pembangunan Pasar Kliwon menurut laporan Kepala Dinas Pekerjaan

Umum Kota Mojokerto menghabiskan dana sebesar Rp 55.000.000 termasuk

biaya peluncuran. Pembangunan selesai pada tanggal 30 April 1979, kemudian

pada hari Sabtu tanggal 21 Juli 1979 Pasar Kliwon diresmikan. Dalam peresmian

itu dihadiri oleh Samioedin selaku Walikota Mojokerto, Pembantu Gubernur di

Surabaya Susanto Hariasmono beserta istrinya, Bupati Fatchurrochman beserta

istrinya. Para calon penghuni pasar juga hadir unruk menyaksikan acara

peresmian Pasar Kliwon yang baru. Pemakaian Pasar Kliwon secara resmi

ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita oleh Ibu

Susanto. Setelah penandatangan prasasti kemudian panitia melepaskan balon

untuk memeriahkan acara peresmian Pasar Kliwon yang baru186.

Selain kebijakan perbaikan Pasar Kliwon, pada masa pemerintahan

Walikota Samioedin juga mengambil kebijakan untuk melakukan penataan di

Pasar Tanjung Kota Mojokerto. Pasar Tanjung pada tahun 1960an pernah

mengalami kebakaran. Renovasi pasca kebakaran di Pasar Tanjung telah

dilakukan pada masa pemerintahan Walikota Chabib Sjarbini. Renovasi pasar

dilakukan atas kesepakatan kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta.

Pihak swasta berperan sebagai pemodal yang membiayai seluruh pembangunan,

tetapi pedagang nantinya harus membayar sewa los dengan sistem mencicil

selama tiga tahun187.

186 “Pasar Kliwon Untuk Menampung Golongan Ekonomi Lemah”, dalam

Surabaya Post, 12 Maret 1981.

187 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret

(11)

Pada masa pemerintahan Walikota Samioedin tidak banyak mengambil

kebijakan pembangunan terhadap Pasar Tanjung. Perbaikan terfokus pada

pembentukan tim khusus pengaturan penempatan pedagang di Pasar Tanjung

yang dibentuk pada tanggal 1 Maret 1982 berdasarkan Surat Keputusan Nomor

511.2/ 344/ 416.31/ 82188. Susunan keanggotaan tim khusus pengaturan

penempatan pedagang Pasar Tanjung itu antara lain:

Tabel. 9.

Susunan Keanggotaan Tim Pengaturan Penempatan Pedagang Pasar Tanjung

Jabatan Nama Instansi

Pelindung H. R. Moch. Samioedin B.A Walikota Mojokerto

Penasehat - Badan Pertimbangan Kota Mojokerto

Ketua Drs. Slamet Harijadi Sekretaris Kota Mojokerto

Wakil Ketua Drs. Masdra M. Jasin Kepala Inspektorat Kota Mojokerto

Sekretaris Drs. Achmad Salim Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Mojokerto

Anggota-anggota Sawardi Kepala Dinas Pekerjaan Umum

Kota Mojokerto

A. Syakir Mukti, S.H Kepala Bagian Pembangunan Kota Mojokerto

Y. Danang Sumarto Kepala Sub. Bag Ketertiban Kota

Mojokerto

Soetrisno Kepala Unit Pasar Kota Mojokerto

Poernomo, S Kepala Masrkas wilayah pertahanan Sipil Kota Mojokerto

Sri Hadi Sedjati, B. A Kepala bagian perekonomian Kota Mojokerto

M. I. Subono, B. A. Kepala Bagian Hukum dan Organisasi Kota Mojokerto.

Sumber: Tabel diolah dari Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Mojokerto Nomor HK. 32 Tahun 1982.

(12)

Pembentukan tim khusus tersebut mempunyai tugas antara lain:

1. Mengadakan pengaturan penempatan terhadap kios/ toko/ bedak dan los

pasar tanjung di sebelah timur, barat dan selatan.

2. Mengadakan rumusan sistim pembayaran sewa menyewa kios/ toko/

bedak/ dan los pasar tanjung di sebelah timur, barat dan selatan.

3. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan mengenai hasil

pelaksanaan tugas pengaturan tempat dan sistim pembayaran kepada

Walikota Mojokerto189.

Atas kebijakan walikota dengan pembentukan tim khusus pengaturan

penempatan pedagang di Pasar Tanjung di sebelah timur digunakan sebagai

tempat atau kios buah-buahan, disebelah utara dekat dengan pintu masuk pasar

ditempati sebagai kios pedagang pakaian dan sejenisnya, di bagian barat

digunakan sebagai tempat kios pedagang palawija, sayur-sayuran, daging dan

lain-lain, dibagian tengah digunakan sebagai tempat toko/kios grosir kebutuhan

sehari-hari190.

C. Perluasan Wilayah Kota

Istilah perluasan dipakai untuk menggambarkan sebuah daerah yang

mengalami pertambahan luas secara administratif. Dalam hal ini tidak dipakai

istilah pemekaran karena dalam istilah “pemekaran daerah” lazim digunakan

untuk menggambarkan fenomena pertambahan daerah otonom baru dimana dalam

189 Arsip Nomor HK. 32. Tahun 1982, Koleksi Badan Arsip Kota Mojokerto.

190 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret

(13)

proses tersebut terjadi perpisahan atau perpecahan suatu wilayah untuk

membentuk unit administrasi lokal baru191.

Wilayah Kota Mojokerto sejak ditetapkan menjadi daerah otonomi kota

kecil berdasarkan Undang Undang Nomor 17 Tahun 1950192 merupakan sebuah

kota terkecil di Jawa Timur. Luas wilayah Kota Mojokerto pada tahun 1950

adalah 7,25 km2. Dari luas wilayah tersebut, Kota Mojokerto yang hanya terdiri

dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Kota Mojokerto yang membawahi 12

kelurahan. Pada tahun 1974, berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974

statusnya berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto. Selama

beberapa kali mengalami perubahan status hingga tahun 1981, wilayah Kota

Mojokerto tetap dan tidak mengalami perkembangan dalam arti perluasan

wilayah193. Peta wilayah kota Mojokerto sebelum mengalami perluasan wilayah

dapat dilihat pada gambar 8.

191 H. R. Makagansa, Tantangan Pemekaran Daerah, (Yogyakarta: FusPad,

2008), hlm. 17.

192 Arisp Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 tahun 1982 tentang perubahan batas

wilayak Kotamadya Mojokerto.

193 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya, Karya Lima Tahun DPRD

Kotamadya Dati II Mojokerto (Kurun Waktu Tahun 1977-1982) Sebagai Wakil Rakyat,

(14)

Gambar. 8.

Peta Kota Mojokerto Sebelum Perluasan Wilayah (1950-1981)

Sumber: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya, Karya Lima Tahun

DPRD Kotamadya Dati II Mojokerto (Kurun Waktu Tahun 1977-1982) Sebagai

Wakil Rakyat, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1982), hlm.17.

Wilayah Kota Mojokerto yang sempit dengan penduduk yang terus

berkembang dengan pesat. Urbanisasi yang selalu menjadi problem kota yang

disebabkan adanya keterpusatan kesempatan kerja di kota. Jumlah penduduk di

Kota Mojokerto pada tahun 1971 sejumlah 57.295 jiwa, jumlah ini kemudian

terus mengalami kenaikan. Pada tahun 1979 menjadi 66.289 jiwa, tahun 1980

sejumlah 68.507, kemudian pada tahun 1981 menjadi 68.642 jiwa194. Mojokerto

sendiri yang hanya terdiri satu kecamatan dengan luas wilayah hanya 7,25 km²,

194 Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah

(15)

jika dikalkulasi kepadatan penduduk saat itu mencapai 9000 jiwa/ km2, dengan

keadaan penduduk yang hampir 80% berada di wilayah kota195. Adanya

perkembangan penduduk yang terus mengalami kenaikan tersebut pasti akan

mempengaruhi perkembangan kota. Kepadatan penduduk ini juga telah menjadi

menghambat pembangunan yang terbentur masalah tersedianya tanah. Kepadatan

penduduk Kota Mojokerto sebelum perluasan wilayah tersaji dalam tabel berikut:

Tabel. 10.

Data Penduduk Wilayah Kota Mojokerto Tahun 1980

No Kelurahan Luas (Ha) Jumlah Penduduk

1. Magersari 32,892 6. 121 Jiwa

Sumber: Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 2.

195 “Mojokerto Kota terpadat penduduknya”, dalam Surabaya Post, 6 februari

1980. Kepadatan penduduk di Kota Mojokerto telah melebihi kepadatan penduduk Kota Surabaya yang saat itu sekitar 7000 jiwa/km2 dan Kota jakarta yang mencapai sekitar

(16)

Usaha perluasan wilayah Kota Mojokerto sudah muncul sejak masa

pemerintahan Walikota Chabib Sjarbini dan pada masa pemerintahan Walikota

Soehartono196. Gagasan Walikota Chabib Sjarbini untuk terlaksananya

pembangunan kota diperlukan perluasan wilayah kota untuk dua kecamatan lagi.

Untuk menunjang gagasannya tersebut, Walikota Chabib Sjarbini mendatangkan

tim riset dan perencanaan dari ITB yang bekerja sama dengan Direktorat Jenderal

Bina Marga dan Instansi lintas sektor setempat. Tim riset dan perencanaan Kota

Mojokerto ini menghasilkan sebuah masterpalan dan menyimpulkan bahwa Kota

Mojokerto akan diperluas dengan dua kecamatan lagi. Secara alami perluasan itu

bergerak ke arah timur atau selatan. Wacana perluasan wilayah kota tersebut

semakin kuat dengan dibentuknya BAPEDA melalui Surat Keputusan Nomor

28/11/1969 tertanggal 24 Februari 1969. Namun rencana ini gagal karena terdapat

beberapa proses dan prosedur yang harus ditaati dengan mengacu pada Instruksi

Gubernur197.

Menurut Gubernur Jawa Timur perluasan fisik wilayah administrasi

Kota Mojokerto dan kota lainnya harus berjalan melalui proses konstitusi, dimana

pelaksanaannya mengacu pada Instruksi Gubernur Nomor PM.012.4/142/1978

tanggal 19 Oktober 1978, upaya perluasan wilayah Kota Mojokerto kembali

dilakukan masa pemerintahan Walikota Soehartono. Meskipun instruksi dan

196 Chatib Sarbini merupakan Walikota Mojokerto periode tahun 1968-1974, dan

Soehartono merupakan walikota Mojokerto periode tahun 1974-1979, kemudian walikota setelahnya adalah Samioedin tahun 1979-1989. Wahyudi, Seraut Wajah Kota Mojokerto

dalam Sorotan Pers, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1982), hlm. 261.

197 Abdullah Masrur, Birokrat Tanpa Keberanian Tanpa Hati Nurani, (Bogor:

(17)

wacana perluasan sudah matang dilakukan, namun kesepakatan antara bupati dan

walikota juga gagal dilakukan.

Pada tahun 1978, berdasarkan Instruksi Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Jawa Timur Nomor: PM. 012.4/1421/1978 tanggal 19 Oktober 1978

tentang usaha dan upaya pemekaran wilayah daerah, atas instruksi gubernur ini

kemudian Kepala Dearah Tingkat II Kabupaten dan Kota Mojokerto mengadakan

tukar pendapat tentang persiapan-persiapan pemekaran kota, baik sebagai pihak

yang akan menyerahkan atau menerima. Dalam pertemuan ini kedua-duanya telah

sepakat untuk menyerahkan 6 desa, meskipun kesepakatan antara dua belah pihak

telah dicapai namun masalah pemekaran kota belum ada keputusan yang konkrit

dari pemerintah pusat198. Sampai pada masa pemerintahan Walikota Soehartono

berakhir, rencana perluasan wilayah Kota Mojokerto belum dilakukan, kemudian

dilanjutkan pada masa pemerintahan Walikota Samioedin.

Usaha perluasan Wilayah yang dilakukan pada masa pemerintahan

Walikota Samioedin dilakukan dengan menugaskan Masdra M. Jasin untuk

menemui pemerintah pusat dan tim ahli di Jakarta. Hasil yang diperoleh dalam

pertemuan itu adalah perluasan wilayah akan dilakukan ke arah selatan meliputi

Desa Sooko, Japan, Jampirogo, kemudian ke arah barat ke Desa Surodinawan,

Prajurit Kulon, ke arah timur ke Desa Meri199. Ketika Masdra M. Jasin kembali ke

Mojokerto, Walikota Samioedin pada tanggal 5 Maret 1979 di depan muspida

Kota dan Kabupaten Mojokerto memaparkan hasil dari wacana pemerintah pusat

198 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya Mojokerto, log. cit.

199 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret

(18)

yang mengarahkan agar perluasan wilayah dilakukan ke daerah Kecamatan Sooko

dan Puri. Perluasan ini belum mendapat persetujuan dari Bupati Mojokerto,

karena beberapa aset kabupaten banyak terdapat di daerah Kecamatan Sooko.

Kondisi ini menimbulkan sedikit konflik, terlebih lagi banyak media yang

mengekspose. Kondisi ini membuat Bupati Fatchurrohman tersinggung dan

terkesan memperlambat proses perluasan wilayah Kota Mojokerto200.

Usaha perluasan wilayah kembali di bahas dalam sidang paripurna

DPRD Kabupaten dan Kota Mojokerto ke 35. Dalam sidang tersebut Bupati

Mojokerto memutuskan bahwa berdasarkan pertimbangan tentang batas wilayah,

perluasan dilakukan ke arah barat dan timur. Perluasan tidak mungkin dilakukan

ke utara sungai brantas, karena dapat mengganggu kelangsungan perbatasan

tersebut. Juga tidak dilakukan ke arah timur karena akan terbentur pada desa-desa

yang merupakan daerah industri penting yang telah di rencanakan Pemerintah

Kabupaten Mojokerto201. Hasil kesepakatan perluasan wilayah ini tidak sesuai

dengan wacana pemerintah pusat, karena perluasan wilayah tidak mungkin

dilakukan ke wilayah Kecamatan Sooko bagian selatan yang banyak terdapat aset

milik Kabupaten Mojokerto.

Kesepakatan yang diperoleh antara Bupati dan Walikota Mojokerto

dengan memasukkan 6 desa. Enam desa tersebut terdiri dari 2 desa yang berasal

dari Kecamatan Puri yaitu Desa Gunung Gedangan dan Desa Meri. kemudian 4

200 Wawancara dengan Bapak Abdullah Masrur (62 tahun) pada tanggal 11

desember 2013 di Jalan Sawunggaling Nomor 14 Kota Mojokerto.

201 “Pemekaran Wilayah Kotamadya Mojokerto dibahas DPRD”, dalam

Surabaya Post, tanggal 7 Maret 1979,

(19)

desa berasal dari Kecamatan Sooko diantaranya adalah Desa Surodinawan, Desa

Blooto, Desa Pulorejo, dan Desa Prajurit Kulon202.

Pada tahun 1982, kesepakatan akhir antara Walikota Mojokerto dan

Bupati Mojokerto tercapai dengan kesepakatan bahwa Kota Mojokerto terdiri dari

dua kecamatan yang dibagi menjadi Kecamatan Mojokerto Barat yang

berkedudukan di Prajurit Kulon, dan Kecamatan Mojokerto Timur yang

berkedudukan di Kecamatan Magersari. Kecamatan Prajurit kulon terdiri dari

Kelurahan Kauman, Mentikan, Miji, Kranggan, Pulorejo, Prajurit Kulon, Blooto

dan Surodinawan. Sedangkan Kecamatan Magersari terdiri dari Kelurahan

Magersari, Gedongan, Purwotengah, Sentanan, Balongsari, Jagalan, Wates,

Kedundung, Gunung gedangan, dan Meri.203.

Perluasan wilayah Kota Mojokerto ditetapkan berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1982 tentang perubahan wilayah

dan batas Kota Mojokerto yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto204. Peta

wilayah dan batas Kota Mojokerto pasca peruasan wilayah dapat dilihat pada

gambar 9. Berdasarkan peraturan tersebut wilayah Kota Mojokerto terbagi

menjadi 2 kecamatan, 18 kelurahan dan 65 lingkungan. Daftar nama seluruh

kelurahan dan lingkungan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

202 “Enam Desa Baru Untuk Kodya Mojokerto”,dalam Karya Darma, 17 Maret

1979

203“Kodya Mojokerto Akan Menjadi Dua Kecamatan”, dalam Surabaya Post, 13

maret 1979.

204 Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto : Pemerintah

(20)

Tabel. 11.

Daftar Wilayah Kelurahan dan Lingkungan Kota Mojokerto Pasca Perluasan Tahun 1982

Kecamatan Kelurahan Lingkungan

1. Magersari 1. Meri Meri, Kuwung, dan Trosobo.

2. Gunung

Gedangan Gedangan, Gununganyar, Kedungturi, Kuti, dan Keboan.

3. Kedundung Balongrawe, Sekarputih,

Randegan, dan Kedundung.

4. Balongsari Sumolepen, Balongcok,

Gembongsari dan Mangunsari.

5. Jagalan Jagalan dan Kalimati.

6. Sentanan Sentanan Kidul dan Sentanan

Lor.

7. Purwotengah Galuhan, Pangeranan,

Purwosari.

8. Gedongan Gedongan Timur dan Gedongan

Barat.

9. Magersari Magersari, Suronatan,

Margosari, dan Mulyosari.

10. Wates Wates, Karanglo, Banjaranyar,

Bancang, Perumnas Wates Timur, Perumnas Wates tengah, dan Perumnas Wates Barat.

2. Prajurit Kulon 1. Surodinawan Surodinawan, Pekuncen,

Murukan dan Kedungmalang.

2. Kranggan Kranggan, Suratan, Pekayon dan

Penarip.

3. Miji Miji, Miji Baru, Sinoman,

Kedungkwali.

7. Kauman Kauman, Sidogede, dan

Keradenan

8. Pulorejo Balongkrai, Balongcangkring I,

Balongcangkring 2, Pulowetan dan Pulokulon.

Sumber : BPS dan Bapeda Kotamadya Mojokerto, Kotamadya Mojokerto Dalam

Angka 1991,(Mojokerto: Badan Pusat Statistik Kotamadya Mojokerto, 1991),

(21)

Gambar. 9.

Peta Kota Mojokerto Pasca Perlusan Wilayah (1982)

(22)

Mengacu pada gambar 9, dapat dilihat wilayah Kota Mojokerto

sebelum mengalami perluasan wilayah, batas wilayahnya di tunjukkan dengan

garis berwarna coklat. Batas wilayah Kota Mojokerto pasca perluasan wilayah

ditunjukkan dengan garis titik-titik paling luar. Batas wilayah yang berubah

adalah batas sebelah selatan, barat dan timur. Perubahan batas wilayah Kota

Mojokerto sebelum dan pasca perluasan dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. 12.

Batas-Batas Wilayah Kota Mojokerto Sebelum dan Sesudah Perluasan Wilayah

Batas-Batas Sebelum perluasan Sesudah perluasan

Utara Sungai Brantas, daerah

Sumber : diolah dari Wawancara dengan Bapak Irfan Sugiyanto (60 tahun)

(23)

Pasca perluasan wilayah Kota Mojokerto pada tahun 1982, luas Kota

Mojokerto juga mengalami perubahan dari 7,25 km2 menjadi 16,48 km2. Luas

Kota Mojokerto itu terdiri dari: tanah sawah seluas 9,02 km2, tanah tegalan seluas

0,64 km2, tanah pekarangan seluas 6,08 km2, tanah lainnya seluas 0,72 km2205.

Selain luas wilayah Kota Mojokerto berubah, jumlah penduduk juga mengalami

perubahan. Jumlah penduduk Kota Mojokerto wilayah Kecamatan Prajurit Kulon

dan Kecamatan Magersari dapat dilihat dapa tabel di bawah ini.

Tabel. 13.

Daftar Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan/ Desa dalam wilayah Kecamatan Prajurit Kulon Pada Tahun 1982 :

No Kelurahan / Desa Luas (Ha) Penduduk Jumlah

1. Desa Pulorejo 142,335 3.842 Jiwa

2. Desa Prajuritkulon 119,530 3.225 Jiwa

3. Desa Surodinawan 145,875 2.091 Jiwa

4. Kelurahan Mentikan 18,900 7.625 Jiwa

5. Kelurahan Kauman 18,635 4.390 Jiwa

6. Desa Blooto 170,065 2.181 Jiwa

7. Kelurahan Miji 39,600 8.327 Jiwa

8. Kelurahan Kranggan 113,307 9.576 Jiwa

Jumlah 776,267 41.576 Jiwa

Sumber : Sumber: Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 3.

(24)

Tabel. 14.

Daftar Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan/ Desa Dalam Wilayah Kecamatan Magersari Tahun 1982 :

No Kelurahan / Desa Luas (Ha) Penduduk Jumlah

1. Desa Gunung Gedangan 170,455 2.964 Jiwa

2. Desa Meri 164,841 2.881 Jiwa

3. Kelurahan Kedundung 228,575 5.543 Jiwa

4. Kelurahan Wates 132,095 3.840 Jiwa

5. Kelurahan Magersari 32,892 6.121 Jiwa

6. Kelurahan Balongsari 82,860 8.015 Jiwa

7. Kelurahan Jagalan 16,555 4.825 Jiwa

8. Kelurahan Sentanan 13,469 4.031 Jiwa

9. Kelurahan Purwotengah 13,469 3.031 Jiwa

10. Kelurahan Gedongan 14,679 3.180 Jiwa

Jumlah 870,271 44.431 Jiwa

Sumber: Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 4.

D. Realisasi Kota Mojokerto Sebagai Kota Budiparindra

Pembangunan Kota Mojokerto menjadi Kota Budiparindra pada masa

pemerintahan Walikota Samioedin tidak dapat berjalan lancar karena terdapat

beberapa aspek yang tidak terpenuhi. Dalam bidang pendidikan dari tingkat taman

kanank-kanak hingga perguruan tinggi Kota Mojokerto masih tergolong kota yang

masih dalam tahap perkembangan. Jumlah gedung sekolah mengalami

pertambahan jumlah, namun pertambahan tersebut tidak terlalu besar. Adapun

pertumbuhan jumlah sekolah yang terdapat di Kota Mojokerto sejak tahun 1979

(25)

Tabel. 15.

Jumlah Lembaga Pendidikan di Kota Mojokerto Tahun 1979-1989

No. Tingkatan 1979/1980 1983/1984 1988/1989

1. Taman kanak-kanak 22 31 36

2. Sekolah dasar negeri dan swasta 44 60 64

3. Sekolah menegah pertama 16 20 22

4. Sekolah menegah atas 10 22 26

Sumber : Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 39.

Kemajuan dalam bidang pendidikan di Kota Mojokerto pada masa

pemerintahan Walikota Samioedin juga ditunjukkan dengan adanya Universitas

Unsuri atau Sunan Giri Surabaya yang membuka cabang di Mojokerto.

Pembukaan Universitas Sunan giri cabang Mojokerto ini dilakukan di Gedung

Nasional Majapahit oleh wakil rektor I yaitu Mardjiin Syam. Peresmian ini

dilakukan dengan melantik mahasiswa baru tahun akademik 1979-1980206.

Dalam bidang pariwisata belum dapat diwujudkan di Kota Mojokerto

pada masa pemerintahan Walikota Samioedin. Pada tahun 1980an Kota

Mojokerto tercatat hanya mempunyai satu tempat yang bisa dijadikan masyarakat

sebagai tempat rekreasi yakni Kolam Pemandian Sekarsari. Kolam pemandian ini

merupakan kolam pemandian yang secara langsung dikelola oleh Pemerintah

Kota Mojokerto. Dalam perkembangannya kemudian pengunjung di Kolam

Renang Sekarsari belum ramai dikunjungi oleh masyarakat karena minimnya

206 “Mojokerto Kini Mempunyai Perguruan Tinggi”, dalam Surabaya Post, 29

(26)

fasilitas yang terdapat di pemandian ini. Kondisi pengunjung yang kurang

memenuhi target ini mempengaruhi pendapatan yang masih rendah. Untuk

intensifikasi fasilitas agar pendapatan meningkat kemudian pengelolaan

pemandian ini sejak tanggal 1 April 1980 dipindahkan kepada Kepala Markas

Wilayah Pertahanan Sipil yang saat itu di jabat oleh Poernomo207. Pemindahan ini

dilakukan agar pengunjung semakin banyak dan pendapatan meningkat.

Upaya perwujudan Kota Mojokerto sebagai Kota Pariwisata yang

dilakukan Walikota Samioedin adalah meremajakan taman yang terdapat di

alun-alun Kota Mojokerto. Alun-Alun Kota Mojokerto awalnya hanya terdapat tugu

peringatan kemerdekaan atau Proklamasi ini dibuat pada tahun 1949 menjelang

penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia (RIS) pada tahun 1949.

Kemudian pada perkembangan selanjutnya monumen tersebut dihancurkan dan

diganti dengan tugu baru. Pada masa pemerintahan Walikota Samioedin, renovasi

alun-alun dilakukan hanya sebatas pada perbaikan taman untuk menarik banyak

pengunjung dan menjadi salah satu alternatif wisata murah bagi masyarakat Kota

Mojokerto208. Perwujudan Kota Mojokerto sebagai kota pariwisata juga dapat

dilihat melalui tempat-tempat publik yang terdapat di Kota Mojokerto salah

satunya adalah Hotel Slamet dan Pusat Perbelanjaan Kranggan yang dikenal

masyarakat sebagai kawasan Shopping Center Kranggan209.

207 Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaa Kota Mojokerto Nomor HK. 44 tahun

1980.

208 Wawancara dengan Bapak Yazid Qohar (64 tahun) pada tanggal 9 Maret 2014

di Miji Gang 3, Kota Mojokerto.

(27)

Dalam bidang industri, Kota Mojokerto tidak memiliki banyak

perusahaan, hanya terdapat beberapa perusahaan yang secara geografis berada di

dalam Kota Mojokerto, diantaranya yaitu PT Bokormas, PT Dragon, PT Barsindo,

serta home industri yang tersebar di beberapa daerah di Kota Mojokerto. Pada

tahun 1980an terdapat beberapa daerah yang memiliki home industri, diantaranya

industri sepatu yang bayak berdiri di Kedungkwali dan Penarip, industri dandang

yang berada di Desa Suratan210. Untuk menunjang home industri yang berada di

Desa Wates dan Kedundung, pemerintah memperluas jaringan listrik untuk

menunjang pendapatan home industri. Untuk Desa Kedundung dengan daya

76.650 VA sedangkan untuk Desa Wates dengan daya 16.550 VA211.

Konsep yang terakhir adalah konsep Kota Mojokerto sebagai kota

perdagangan. Dalam bidang perdagangan Kota Mojokerto tidak mempunyai

komoditi andalam yang dapat dikirim ke daerah lain. Aktivitas perdagangan di

Kota Mojokerto terjadi di dibeberapa pasar tradisinal, diantaranya Pasar Tanjung

Anyar, Pasar Kliwon, Pasar Pon, Pasar Kranggan, serta di beberapa jalan yang

menjadi pusat pertokoan seperti Jalan Majapahit. Aktivitas perdagangan yang

terjadi di pasar tradisional ini masih didominasi oleh pedagang-pedagang kecil

yang sering kali menimbulkan masalah. Sedangkan aktivitas perdagangan yang

menempati ruko-ruko sepanjang jalan hampir 70% didominasi oleh etnis China.

210 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret

2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto.

(28)

E. Masa Akhir Pemerintahan Walikota Samioedin

Masa pemerintahan Samioedin sebagai Walikota Mojokerto berakhir

pada tanggal 15 Januari 1989. Sebelum jabatannya berakhir Samioedin telah

memperjuangkan pemindahan Kantor Pemerintah Kota Mojokerto yang semula

berada di Jalan Hayam Wuruk, Kota Mojokerto. Menurut perencanaan kantor ini

akan dipindahkan ke Lapangan Balongsari yang berada Jalan Gajah Mada212.

Pemindahan ini dilakukan karena kantor pemerintahan Kota Mojokerto yang

berada di Jalan Hayam Wuruk terlalu sempit dan letaknya yang kurang

strategis213.

Upaya Walikota Samioedin untuk membangun Kantor Pemerintah Kota

Mojokerto yang baru itu tidak berhasil karena terdapat beberapa hambatan.

Hambatan tersebut terutama dalam hal dana pembangunan yang saat itu subsidi

dari pemerintah pusat untuk penyelenggaraan pembangunan Kota Mojokerto

masih sangat minim. Di akhir masa pemerintahan Walikota Samioedin hanya

berhasil memperlebar Jalan Gajahmada menjadi dua jalur, jalan ini nantinya akan

menjadi jalan utama menuju kantor pemerintahan Kota Mojokerto. Dalam

pembangunan jalan tersebut swadaya masyarakat sangat tinggi, swadaya itu

diwujudkan masyarakat dalam bentuk penyerahan tanah masyarakat yang terkena

212 Lapangan Balong sari merupakan satu-satunya lapangan olahraga yang

dimiliki Kota Mojokerto, ketika muncul kebijakan pemindahan kantor pemerintahan Kota Mojokerto, pada masa Walikota Samioedin telah merintis pembangunan Gelora A. Yani sebagai pengganti dari lapangan Balongsari yang akan digunakan untuk kantor pemerintah Kota mojokerto. Wawancara dengan Bapak Dzakir Mukti (70 tahun) pada tanggal 2 Maret 2014 di Balongsari Gang 8 Nomor 2 Kota Mojokerto.

213 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret

(29)

pelebaran Jalan Gajah Mada. Tanah masyarakat yang terkena pelebaran Jalan

Gajah Mada tidak mendapat uang pengganti dari pemerintah Kota Mojokerto, hal

ini terjadi karena tidak adanya dana untuk membayar ganti rugi214.

Pada akhir masa pemerintahan Walikota Samioedin juga belum berhasil

menetralisir peralihan fungsi sungai sinoman I dan sinoman II, pada awalnya

sungai sinoman ini merupakan sungai yang digunakan sebagai sarana irigasi yang

mengairi daerah pertanian di Kota Mojokerto sebelah timur, kemudian ada

perkembangannya daerah pertanian tersebut berubah menjadi pemukiman warga

atau perumahan. Perubahan fungsi Sungai Sinoman dari sarana irigasi menjadi

sarana pembuangan sampah masyarakat, kondisi ini menimbulkan masalah karena

sungai ini bermuara di wilayah kabupaten. Hingga akhir masa jabatan Walikota

Samioedin belum bisa menangani masalah ini215.

214 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret

2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto.

215 Wawancara dengan Bapak Yazid Qohar (64 tahun) pada tanggal 9 Maret 2014

Gambar

Gambar. 5.
Gambar. 6.
Gambar. 7.
Tabel. 9.
+7

Referensi

Dokumen terkait

2014 Judul Paper : Aplikasi Pupuk Organik dan Mikoriza untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jahe Nama seminar : Seminar Nasional dan Lokakarya FKPTPI.

Sedangkan pada kuesioner kedua dilakukan untuk mengetahui penilaian pelanggan terhadap kata Kansei hasil reduksi dan penilaian eiemen desain display visual handphone.. 3.5

4.4 Hasil Observasi Kolabolator dan Peneliti Terhadap Aspek Indikator Pemantapan Pilihan Karir Siswa Kelas XII IPS -1 Di MA NU Ma’arif Kudus Saat Mengikuti Layanan

Banyaknya penawaran program dari berbagai lembaga pendidikan menimbulkan banyak pula pertimbangan bagi peserta didik dalam membuat keputusan. Permasalahan dalam

hubungan yang signifikan antara persepsi karyawan terhadap PKB dengan motivasi. berprestasi

Rancang Bangun Alat Pencetak Briket dan Kompor Briket (Menganalisa Pengaruh Variasi Tekanan Pencetakan Terhadap Karakteristik Thermal.. Biobriket

Hidayat (2010:2), website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau gerak, animasi,

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif ( Qualitative Research ), merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,