KLONING GEN PENYANDI ENDO-1,4-β-XILANASE ASAL ISOLAT A BAKTERI XILANOLITIK SISTEM ABDOMINAL RAYAP TANAH
PADA E.coli Top10 (pET-30a(+))
SKRIPSI
PREVITA ZEIZAR RAHMAWATI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
KLONING GEN PENYANDI ENDO-1,4-β-XILANASE ASAL ISOLAT A BAKTERI XILANOLITIK SISTEM ABDOMINAL RAYAP TANAH
PADA E.coli Top10 (pET-30a(+))
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Bidang Kimia Pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Oleh:
PREVITA ZEIZAR RAHMAWATI NIM 080810623
Tanggal Lulus: 7 Agustus 2012
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ni Nyoman Tri P., M.Si Dr. Sri Sumarsih, M.Si
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI
Judul : Kloning Gen Penyandi Endo-1,4-β-Xilanase Asal Isolat A Bakteri Xilanolitik Sistem Abdominal Rayap Tanah Pada E. coli Top10 (pET30a(+))
Penyusun : Previta Zeizar Rahmawati
NIM : 080810623
Tanggal ujian : 7 Agustus 2012
Disetujui oleh :
Pembimbing I,
Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si NIP. 19630615 198701 2 001
Pembimbing II,
Dr. Sri Sumarsih, M.Si NIP. 19600110 198810 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas Airlangga. Diperkenankan untuk memakai sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan seijin penulis dan harus menyebutkan sumbernya sesuai dengan kebiasaan ilmiah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul Kloning
Gen Penyandi Endo-1,4-β-Xilanase Asal Isolat A Bakteri Xilanolitik Sistem
Abdominal Rayap Tanah Pada E.coli Top10 [pET-30a(+)] dengan tepat waktu.
Penulisan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si selaku dosen
pembimbing I dan Ibu Dr. Sri Sumarsih, M.Si selaku pembimbing II
yang telah memberikan waktu, saran, doa dan bimbingan kepada
penulis sampai terselesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Hartati, MS selaku Dosen Wali yang senantiasa membimbing
serta memberikan banyak masukan.
3. Seluruh staf pengajar program studi S1 Departemen Kimia Fakultas
Sains dan Teknologi yang telah memberikan bekal ilmu yang
bermanfaat kepada penulis.
4. Papa, Mama, Kakak dan Adik yang memberikan kasih sayang, doa,
semangat kepercayaan, dan dukungan baik secara moril maupun materi
kepada penulis selama penyusunan proposal skripsi.
5. Ibu A.A. Istri Ratnadewi, terima kasih telah mempercayakan penulis
6. Tim proteomik TDC, mbak One, mbak Nita, mbak Laura dan mbak
Titin, mas Fanani terima kasih atas segala masukan-masukan dan
semangat yang diberikan kepada penulis.
7. Para staf TDC di lab. Lepra dan lab. Malaria mbak dinar, mbak ratna,
mbak agnes dan mbak wahyu, terima kasih atas bantuan dalam analisis
nanodrop, PCR, dan geldoc.
8. Teman – teman kelompok penelitian biokim blast (Tea, Amal, Amel,
Luluk, Nadya, Dita, Siska, Rohis, Jo, Resti, Mumun, Ryan) yang
saling memberikan semangat selama proses penelitian dan penyusunan
skripsi ini
9. Serta pihak – pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
banyak memberikan saran, masukan dan pengalamannya.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan proposal skripsi ini masih
banyak kekurangan, sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan proposal skripsi ini selanjutnya. Penyusun berharap
proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu bahan alam.
Surabaya, Agustus 2012
Penyusun
Rahmawati, Previta Zeisar., 2012, Kloning gen penyandi endo-1,4-β-xilanase asal isolat A bakteri xilanolitik sistem abdominal rayap tanah pada E.coli
Top10 (pET-30a(+)). Skripsi ini dibawah bimbingan Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si. dan Dr. Sri Sumarsih, M.Si, Departeman Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
ABSTRAK
Endo-1,4-ß-xilanase merupakan enzim yang dapat mengkatalisis hidrolisis ikatan glikosida pada xilan yang berpotensi dalam proses industri pangan, pakan, pulp
dan pengolahan limbah pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengamplifikasi dan kloning gen penyandi endo-1,4- ß-xilanase asal bakteri sistem abdominal rayap tanah ke dalam E.coli Top10 [pET-30a(+)] serta menentukan urutan basa nukleotida dan tingkat homologinya terhadap gen endo-1,4-β-xilanase lain yang ada di GenBank. Proses amplifikasi gen penyandi endo-1,4-β-xilanase isolat A dilakukan dengan menggunakan PCR dengan 30 siklus dan pada kondisi denaturasi 940C, annealing 580C, extension 72oC. Amplikon yang diperoleh kemudian dilakukan transformasi ke dalam plasmid pET-30a(+) dan di klon kan kedalam E.coli Top 10 dan mendapatkan rekombinan yang dinamakan pEXyl06. Dari hasil analisis sekuensing, di dapatkan urutan basa dari gen penyandi endo -1,4-ß-xilanase pada plasmid pET-30a(+) rekombinan dengan ukuran gen 642 bp. Fragmen gen endo-1,4-β-xilanase asal isolat A mempunyai tingkat homologi 99% dengan gen endo-1,4-β-xilanase Bacillus subtilis strain MWO dan termasuk ke dalam kelompok glikosida hidrolase famili 11.
Rahmawati, Previta Zeisar., 2012, Cloning of Genes encoding endo-1,4-β -xilanase from xilanolytic bacterial isolate A of soil termite abdominal system in E.coli Top10 (pET-30a(+)). Script is under the guidance of Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si. dan Dr. Sri Sumarsih, M.Si, Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya.
ABSTRACT
Endo-1,4-ß-xylanase is an enzyme that can catalyze the hydrolysis of the glycoside bond on xylan that industrial processes of food, feed, pulp and agricultural waste. This study aims to amplification and cloning of genes encoding endo-1,4-ß-xylanase from abdominal system termite soil bacteria into E. coli
Top10 [pET-30a (+)] and determine the sequence of nucleotide bases and the level of they homology of the else endo-1,4-β-xylanase genes in GenBank. The process of amplification of the gene encoding endo-1,4-β-xylanase from isolate A were performed using PCR with 30 cycle and the conditions of denaturation at 940C, 580C annealing, extension 72oC. Then, amplicon was transformed into the plasmid pET-30a (+) and clone it into E. coli Top 10. The result showed that recombnant namely pEXyl06. From the results of sequencing analysis, in order to get bases of the gene encoding endo-1,4-ß-xylanase in the plasmid pET-30a (+) recombinants with gene size 642 bp. Gene fragments of endo-1 ,4-β-xylanase from isolate A has 99% homology with the gene endo-1 ,4-β-xylanase Bacillus subtilis strain MWO and belongs to the group of glycoside hydrolase family 11.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
2.3.2 Enzim α-L-arabinofuranosidase... 11
2.4 Enzim-enzim antara untuk memanipulasI DNA ... 12
2.5 Polymerase chain reaction (PCR) ... 15
2.8.2 Proses restriksi DNA insert dan DNA plasmid... 21
2.8.3 Ligasi DNA insert dengan plasmid ... 22
2.8.4 Transformasi DNA rekombinan... 23
3.5 Prosedur penelitian ... 29
3.5.1 Pembuatan larutan ... 29
3.5.1.1 Pembuatan larutan buffer TE 500mM ... 29
3.5.1.2 Pembuatan larutan lisosim ... 29
3.5.1.3 Pembuatan larutan STEP 500 µL... 29
3.5.1.4 Pembuatan larutan Na-asetat 3M ... 29
3.5.2 Pembuatan media ... 30
3.5.2.1 Pembuatan media cair untuk koloni E.coli ... 30
3.5.2.2 Pembuatan media cair untuk koloni E.coli (pET-30a(+)) ... 30
3.5.2.3 Pembuatan media padat ... 30
3.5.2.4 Pembuatan media padat untuk koloni E.coli (pET-30a(+)) ... 31
3.5.3 Peremajaan isolat bakteri xilanolitik (isolat A) ... 31
3.5.4 Isolasi DNA kromosom isolat A ... 31
3.5.5 Peremajaan E.coli (pET-30a(+)) ... 32
3.5.6 Isolasi DNA plasmid pET-30a(+) ... 33
3.5.7 Pemurnian DNA plasmid pET-30a(+) ... 34
3.5.8 Amplifikasi gen penyandi endo-1,4-β-xilanase menggunakan teknik PCR ... 35
3.5.9 Analisis DNA dengan elektroforesis gel agarosa ... 35
3.5.10 Pemurnian amplikon ... 36
3.5.11 Restriksi amplikon dan plasmid pET-30a(+) ... 37
3.5.12 Ligasi gen penyandi endo-1,4-β-xilanase dan plasmid pET-30a(+) ... 37
3.5.13 Kloning pET-30a(+) rekombinan kedalam E.coli Top10 .... 37
3.5.13.1 Peremajaan isolat E.coli Top10 dari stok gliserol.. 37
3.5.13.2 Pembuatan sel kompeten E.coli Top10 ... 38
3.5.13.3 Transformasi plasmid pET-30a(+) ke E.coli Top10 ... 39
3.5.14 Seleksi transforman koloni E.coli Top10 pembawa plasmid rekombinan pET-30a(+) ... 39
3.6 Sekuensing dengan metode sanger ... 40
3.7 Analisis homologi hasil rekombinan dengan gen lain yang telah dipublikasikan dalam database GenBank menggunakan program BLAST ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Isolasi DNA kromosom isolat A... 41
4.2 Isolasi DNA plasmid pET-30a(+) ... 42
4.3 Amplifikasi gen penyandi endo-1,4-β-xilanase dengan teknik PCR . 44 4.4 Kloning gen penyandi endo-1,4-β-xilanase ... 49
4.4.1 Restriksi amplikon dan plasmid pET-30a(+) ... 49
Top10 ... 51
4.4.4 Seleksi transforman E.coli Top10 pembawa plasmid pET- 30a(+) rekombinan ... 54
4.5 Analisis urutan basa nukleotida dan homologi DNA plasmid pET-30a(+) rekombinan pembawa gen penyandi endo-1,4-β-xilanase ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
5.1 Kesimpulan ... 62
5.2 Saran... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
2.1 Koloni rayap ... 7
2.2 Struktur xilan dan sisi pemotongannya. ... 9
2.3 Reaksi yang dikatalisis oleh eksonuklease dan endonuklease.... 12
2.4 Reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh DNA ligase... 13
2.5 Reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh DNA polimerase... 14
2.6 Reaksi-reaksi yang oleh enzim yang memodifikasi DNA... 14
2.7 Langkah-langkah dasar dalam PCR ... 16
2.8 Peta plasmid pET-30a(+) ... 17
2.9 Langkah-langkah dasar dalam kloning gen ... 19
4.1 Elektroforesis hasil isolasi DNA kromosom ... 42
4.2 Elektroforesis hasil isolasi DNA plasmid pET-30a(+) ... 44
4.3a Elektroforesis hasil amplifikasi gen penyandi endo-1,4-β-xilanase isolat A dengan primer xynF dan xynR ... 48
4.3b Hasil elektroforesis amplikon yang telah dimurnikan ... 48
4.4 Analisis restriksi amplikon dan plasmid pET-30a(+) ... 50
4.5 Pengikatan dan pengambilan plasmid oleh sel kompeten dengan larutan CaCl2... 51
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
4.7 Hasil elektroforesis DNA dari transforman plasmid pembawa
pET-30a(+) ... 55
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
4.1 Beberapa gen yang mempunyai homologi yang tinggi dengan gen
penyandi endo-1,4-β-xilanase isolate A bakteri xilanolitik asal rayap
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran
1. Pembuatan Larutan TE
2. Pembuatan Larutan Lisosim
3. Pembuatan Larutan STEP
4. Pembuatan Na-Asetat 3 M
5. Pembuatan Larutan dan Bahan Untuk Elektroforesis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis di dunia yang memiliki
berbagai jenis flora dan fauna. Fauna yang mempunyai tipe hidup di daerah tropis
juga sangat bermacam-macam, salah satunya adalah rayap yang tergolong dalam
kelas insekta. Di Indonesia, rayap mempunyai berbagai macam sebutan nama,
sebagian besar menyebutnya dengan semut putih, di Sumatera digunakan istilah
anai-anai, di Jawa disebut rangas, sedangkan beberapa jenis rayap di daerah Jawa
Barat disebut rinyuh, sumpiyuh. Bergantung jenisnya, panjang tubuh rayap antara
4 - 11 mm. Di alam bebas, rayap berperan penting sebagai penjaga keseimbangan
alam dengan cara menghancurkan kayu dan mengembalikannya sebagai "hara" ke
dalam tanah. Namun di pemukiman rayap menjadi hama yang sangat merugikan
dan menimbulkan kerugian ekonomis. Rayap dapat merusak bahan-bahan yang
mengandung selulosa yang merupakan sumber makanan bagi rayap, karena rayap
merupakan satu-satunya kelompok serangga yang mampu memanfaatkan selulosa
sebagai sumber makanannya, seperti: kayu, kertas dan kain (Johnson, 1992).
Komponen penyusun dinding sel kayu yaitu hemiselulosa, selulosa dan
lignin. Kelimpahan selulosa dalam kayu adalah sebesar 40-55%, hemiselulosa
sebesar 24-40% dan lignin sebesar 18-25% (Howard et al., 2003). Hemiselulosa
tersusun atas xilan, sedangkan pada kayu lunak, komponen penyusunnya adalah
kayu, pada sistem abdominal rayap terdapat mikroba yang bisa menghasilkan dan
mensekresi enzim pendegradasi hemiselulosa seperti enzim xilanolitik. Enzim
xilanolitik merupakan enzim kompleks yang terdiri atas endo-1,4-β-xilanase, β
-xilosidase, α-L-arabinofuranosidase, α-glukuronidase, asetil xilan esterase dan
asam ferulat esterase (Collins et a.l, 2005). Enzim xilanolitik ini dapat digunakan
untuk biobleching pada industri kertas, penjernihan dan meningkatkan aroma jus
dan anggur, industri makanan dan pakan ternak (Jiang et al., 2009). Xilanase
merupakan kelompok enzim yang memiliki kemampuan menghidrolisis
hemiselulosa dalam hal ini ialah xilan atau polimer dari xilosa dan
xilo-oligosakarida. Xilanase dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat yang
dihidrolisis, yaitu β-xilosidase, eksoxilanase, dan endoxilanase (Richana, 2002).
Gen penyandi xilanase dari berbagai sumber, telah dikloning ke dalam
berbagai sel inang misalnya, Kloning gen penyandi xilanase termostabil dari
Actinomandura sp. S14 diekspresikan ke E.coli dan Pichia pastoris (Sriyapai et
al. 2011), gen xilanase dari Bacillus subtillis strain R5 (Jalal et al., 2009), xilanase
dari Bacillus strain B10 di E.coli (Huang et al., 2006), xilanase dari Paecilomyces
thermophilia di E.coli dan mengkarakterisasi xilanase rekombinan (Zhang et al,
2010).
Ratnadewi dkk (2009) telah melakukan: isolasi bakteri-bakteri pensekresi
komponen enzim xilanolitik dari rayap tanah dan mendapatkan salah satu dari
kelompok enzim xilanolitik yaitu enzim endo-1,4-β-xilanase yang dapat diperoleh
rayap. Enzim endo-1,4-β-xilanase yang diperoleh dimanfaatkan untuk produksi
prebiotik xilooligosakarida dari xilan.
Enzim endo-1,4-β-xilanase sangat penting di dunia industri dan dunia
penelitian, maka perlu dilakukan adanya suatu kemampuan untuk produksi enzim
endo-1,4-β-xilanase. Sehingga pada penelitian ini dilakukan kloning gen penyandi
enzim endo-1,4-β-xilanase sehingga akan diperoleh gen penyandi endo-1,4-β
-xilanase yang murni dalam jumlah yang relatif besar.
Pada penelitian ini dilakukan amplifikasi gen penyandi endo-1,4-β
-xilanase yang berasal dari isolat A yang kemudian di lakukan kloning ke E. coli
Top10 (pET-30a(+)) dan menentukan urutan basa nukleotida dan tingkat
homologi gen penyandi endo-1,4-β-xilanase asal sistem abdominal rayap tanah.
Proses amplifikasi gen penyandi endo-1,4-β-xilanase dilakukan dengan teknik
Polymerase Chain Reaction (PCR). Primer forward yang digunakan adalah
berdasarkan dari sekuen primer yang telah berhasil untuk mengamplifikasi gen
penyandi xilanase dari Bacillus strain B10 di E.coli (Huang et al., 2006) dan
primer reverse yang digunakan adalah berdasarkan penelitian skripsi oleh
Amaliah labiqah tentang amplifikasi gen penyandi endo xilanase pada rayap
tanah.
Proses amplifikasi gen endo-1,4-β-xilanase dilakukan proses denaturasi
pada suhu 94oC, annealing menggunaka gradien suhu yaitu 40oC; 48oC; 52,oC; 58
o
C dan extension pada suhu 72oC dengan jumlah siklus 30 kali. Amplikon yang
tersebut kemudian di transformasi ke dalam sel inang Escherichia coli dengan
jenis E.coli yang digunakan disini adalah E.coli Top10.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka dapat diambil suatu
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah gen penyandi endo-1,4-β-xilanase asal bakteri sistem abdominal
rayap tanah dapat di amplifikasi dan diklon ke dalam E.coli Top10
(pET-30a(+))?
2. Bagaimanakah urutan basa nukleotida dan tingkat homologi gen penyandi
endo-1,4-β-xilanase rekombinan asal bakteri sistem abdominal rayap
tanah?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan amplifikasi dan kloning gen penyandi endo-1,4-β-xilanase asal
bakteri sistem abdominal rayap tanah ke dalam E.coli Top10
(pET-30a(+)).
2. Menentukan urutan basa nukleotida dan tingkat homologi gen penyandi
1.4Manfaat Penelitian
Dengan melakukan kloning gen penyandi endo-1,4-β-xilanase pada sistem
abdominal rayap tanah pada E. coli Top10, diharapkan akan mendapatkan suatu
rekombinan penghasil enzim endo-1,4-β-xilanase yang murni, selanjutnya enzim
endo-1,4-β-xilanase dapat dimanfaatkan di dalam dunia industri makanan,
peternakan dan lain-lain. Selain itu di penelitian ini juga memberikan informasi
urutan basa nukleotida gen penyandi enzim endo-1,4-β-xilanase asal bakteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rayap
Rayap adalah jenis serangga pemakan selulosa yang berukuran sedang,
yang termasuk dalam ordo Isoptera, secara relatif kelompok kecil dari serangga
yang terdiri dari kurang lebih 1900 jenis di dunia. Hidup dalam jumlah kecil atau
besar dengan organisasi yang sangat baik, komunitasnya membuat sejumlah
kasta-kasta khusus yang memiliki pekerjaan khusus untuk kelangsungan hidup
koloni. Rayap memiliki bentuk dan ukuran sayap depan yang sama dengan sayap
belakang, sehingga ordonya disebut Isoptera (Iso = sama, ptera = sayap)
(Johnson, 1992). Rayap mempunyai taksonomi sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Subkelas : Pterygota
Ordo : Isoptera
Famili : Mastotermitidae
Kalotermitidae
Termopsidae
Hodotermitidae
Rhinotermitidae
Diseluruh dunia telah dikenal sekitar 2000 spesies rayap (diidentifikasi
dan dideskripsikan sekitar 120 spesies merupakan hama), sedangkan di Indonesia
dari sejumlah 200 spesies yang dikenal baru sekitar 20 spesies yang diketahui
berperan sebagai hama perusak kayu serta hama hutan atau pertanian
(Tarumingkeng, 2001). Pada Gambar 2.1 rayap hidup di dalam habitat-habitat di
bawah tanah yang lembab dan hidup di daerah kering yaitu diatas tanah.
Sarang-sarang rayap dapat didalam tanah seluruhnya, atau dapat menonjol diatas
permukaan. Rayap-rayap kayu kering yang hidup di atas tanah tanpa kontak
dengan tanah sama sekali hidup di potongan potongan batang pohon,
pohon-pohon dan bangunan yang terbuat dari kayu.
Gambar 2.1. Koloni Rayap (Anonim)
Sumber utama kelembabannya adalah air metabolik, yaitu air yang berasal
dari oksidasi makanan. Pada awalnya rayap diyakini tidak dapat mencerna lignin
secara baik, akan tetapi dari perbandingan oleh Seifert (1962) dari kontens lignin
pada kayu dan feses menunjukkan bahwa rayap setidaknya bisa mendemilasi
protista flagella yang berjumlah ribuan yang hidup didalam saluran pencernaan
rayap (Johnson, 1992).
2.2 Xilan
Xilan merupakan suatu heteropolisakarida, yaitu suatu komponen
struktural utama dari hemiselulosa dari dinding sel tumbuhan. Endoxilanase
(1,4-β-D-xilan xilanohidrolase; EC 3.2.1.8) (Sriyapai et al,. 2010). Xilanase adalah
Komponen utama hemiselulosa yang memiliki tulang punggung rantai
D-xilopiranosa dengan ikatan glikosidik β-1,4. Xilan memiliki residu O-asetil,
arabinosil dan 4-O-metil-D-asam glukoronat yang terikat pada tulang
punggungnya. Hidrolisa lengkap xilan menjadi monomernya memerlukan kerja
sinergi beberapa enzim xilanolitik (Zhou, et.,al., 2008). Xilanase banyak diketahui
milik dari famili GH10 dan GH11 (Howard, 2003).
Hidrolisis total xilan membutuhkan beberapa enzim yang berbeda, yaitu
endo-1,4-β-xilanase (1,4-β-D-xilan xilanohidrolase, EC.3.2.1.8) yang
menghidrolisis struktur dasar xilan secara acak menjadi xilooligosakarida; 1,4-β
-D-xilosidase (1,4-β-D-xilanxilohidrolase, EC.3.2.1.37) dan memutus
xilooligosakarida menjadi xilosa. Gugus samping yang menyusun xilan akan
dibebaskan oleh α-L-arabinofuranosidase, β-D-glukuronidase, galaktosidase dan
asetil xilan esterase menjadi arabinosa, glukuronat, galaktosa dan asetat (Lee et
Gambar 2.2. Struktur xilan dan sisi pemotongannya (Shallom, 2003)
2.3 Enzim enzim xilanolitik
Enzim-enzim pendegradasi xilan disebut enzim xilanolitik atau enzim
xilanase. Macam-macam enzim xilanase yang bermanfaat antara lain: enzim
endo-β-xilanase (EC.3.2.1.8), enzim β-xilosidase (EC.3.2.1.37), enzim α
-L-arabinofuranosidase (EC.3.2.1.55) dan enzim ekstra, yang mampu memotong
rantai sisi kelompok heteroxilan . Produk akhir hidrolisis xilan adalah xilosa dan
oligosakarida, dimana mempunyai aplikasi yang potensi di industri produksi
makanan, farmasi, kertas, produk pertanian dan bahan bakar terbarukan (Sriyapai
et al,. 2010).
2.3.1Enzim endo-β-xilanase
Endo xilanase mampu memutus ikatan β 1-4 pada bagian dalam rantai
xilan secara teratur. Ikatan yang diputus ditentukan berdasarkan panjang rantai
substrat, derajat percabangan, ada atau tidaknya gugus subtitusi, dan pola
telah banyak dideteksi pada mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dan
masing masing telah di karakterisasi dengan baik, mikroba mikroba penghasil
xilanase biasanya memiliki pH optimum asam atau netral (Gupta et al, 2000).
Famili GH10 (disebut juga Famili F) merupakan kelompok endo xilanase dengan
massa molekul relatif tinggi dengan harga pI yang rendah. Sebaliknya Famili
GH11 (disebut juga Famili G) mempunyai massa molekul relatif rendah dengan
harga pI yang tinggi. Kedua famili tersebut berbeda dalam hal sifat katalitiknya.
Famili 10 mampu menyerang ikatan glikosidik di sebelah titik cabang dan
mengarah ke ujung non-pereduksi dengan menggunakan dua residu xilopiranosil
non-substitusi antara cabang-cabang, sedangkan famili 11 menggunakan tiga
residu xilopiranosil non-substitusi. Berdasarkan hal tersebut, famili 10
mempunyai beberapa aktivitas katalitik yang sesuai dengan β-xilosidase (Kartika
Ayu, 2006). Enzim xilanase GH famili 11, didapatkan dari Bacillus subtilis, dan
Bacillus licheniformis. Untuk enzim xilanase GH famili 10 dijumpai pada
Bacillus sp. (http://www.CAZy.org). 2.3.2 Enzim endo-β-xilosidase
Endo-β-xilosidase, yaitu enzim xilanase yang mampu menghidrolisis
xilo-oligosakarida rantai pendek menjadi xilosa. Aktivitas enzim akan menurun
dengan meningkatnya rantai xilo-oligosakarida (Reilly, 1991). Xilosa selain
merupakan hasil hidrolisis juga merupakan inhibitor bagi enzim endo-β
-xilosidase. Sebagian besar enzim endo-β-xilosidase yang berhasil dimurnikan
masih menunjukkan adanya aktivitas transferase yang menyebabkan enzim ini
2.3.3 Enzim α-L-arabinofuranosidase
Arabinosa residu ditemukan di pektin atau hemiselulosa seperti sebagai
arabinans, arabinogalaktan, atau arabinoxylans di banyak dinding sel tumbuhan.
Dalam gula bit arabinan, L-arabinosa residu terkait dalam membentuk α
-1,5-L-arabinan dari L arabinofuranose unit yang terpasang pada posisi 2 atau 3 dalam
konfigurasi α sebagai rantai samping (Sakamoto et al., 2010).
Arabinofuranosidase (EC3.2.1.55) mengkatalisis hidrolisis α-1,2 dan α-1
,3-arabinofuranosidik obligasi di hemiselulosa seperti arabinoxylan, arabinan, dan
lainnya yang mengandung arabinosa polisakarida (Canakci et al., 2008).
Enzim ini merupakan bagian dari glikosida hidrolase yang berperan dalm
proses degradasi hemiselulosa seperti arabinoxilan, arabinogalaktan, dan
L-arabinan. Adanya substituen L-arabinofuranosida dalam struktur xilan dapat
secara kuat menghambat aktivits endo-xilanase dan β-xilosidase yang berakibat
menghalangi degradasi total dari polimer xilan (Shallom et al, 2003). Hal ini
disebabkan oleh struktur L-arabinofuranosida yang cukup besar, sehingga akan
terjadi halangan ruang bagi aktivitas endo-xilanase dan xilosidase. Oleh karena
itu, keberadaan enzim arabinofuranosidase sangat penting dalam degradasi total
xilan (Shallom et al, 2003).
Arabinofuranosidase telah menerima banyak perhatian dalam beberapa
tahun terakhir karena aplikasi potensi mereka dalam proses industri agro, seperti
pengolahan buah-buahan, sayuran, dan sereal dan konversi hemiselulosa untuk
meningkatkan aroma anggur dan jus buah serta produksi arabinosa, yang telah
dilaporkan untuk menunjukkan efek antiglsemik (Canakci et al,. 2008).
2.4 Enzim-enzim Untuk Manipulasi DNA
Di dalam kloning gen diperlukan enzim-enzim untuk memanipulasi DNA.
Enzim-enzim ini dikelompokkan berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisis (Brown,
2010), yaitu:
1. Nuklease, yaitu enzim yang memotong atau memendekkan atau
mendegradasi molekul asam nukleat. Berdasarkan cara pemotongannya,
nuklease dibedakan atas dua macam yaitu eksonuklease yang
menghilangkan nukleotid satu persatu dari ujung molekul DNA dan
endonuklease yang memecah ikatan fosfodiester internal pada molekul;
DNA.
2. Ligase, untuk menyambungkan antar asam nukleat satu dengan yang lain
seperti pada DNA insert dengan plasmid dalam salah satu tahapan kloning
gen.
Gambar 2.4 Reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh DNA ligase
3. Polimerase, untuk membuat kopi dari molekul DNA. Polimerase
digunakan pada proses PCR, yaitu penggandaan DNA secara invitro yang
dilakukan dalam tabung eppendorf dengan pencampuran yang
membutuhkan satu set reagen tertentu yang salah satunnya enzim
polimerase. Macam-macam reaksi yang dikatalis oleh enzim polymerase
meliputi 4 macam jenis reaksi, yang pertama adalah basic reaction atau
reaksi perpanjangan untai DNA pada umumnya, yaitu dengan mensintesis
untai-untai DNA dari 5’ hingga 3’. Kedua adalah DNA polimerase I yaitu
enzim yang menambah basa nukleotida pada daerah untai DNA yang
kosong dan kemudian mengganti urutan basa nukleotida pada untai DNA
selanjutnya dengan komplemennya Ketiga reaksi fragmen klenow yaitu
reaksi penambahan basa DNA hanya di daerah untai DNA yang kosong
saja. Dan yang keempat yaitu reaksi DNA reverse transcriptase yaitu
Gambar2.5 Reaksi-reaksi yang dikatalisis oleh DNA polimerase
4. Enzim modifikasi (modifying enzymes) yaitu suatu enzim untuk
menghilangkan gugus fosfat pada ujung 5’ molekul DNA, menambah
gugus fosfat dari ujung 5’ atau menambah satu atau lebih deoksinukleotida
pada ujung 3’ molekul DNA. Dan yang terakhir adalah topoisomerisme,
yaitu suatu enzim yang mampu membentuk dan mengubah lilitan DNA
dari suatu DNA sirkuler.
.
2.5 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Polymerase Chain Reaction (PCR) sangat berbeda dari kloning gen yaitu
Serangkaian dari pada proses penggandaan DNA secara invitro yang dilakukan
dalam tabung Eppendorf dengan pencampuran yang membutuhkan satu set reagen
seperti DNA template, primer forward dan primer reverse, Taq DNA polymerase,
buffer PCR, dNTP, MgCl, ddH2O dan ditempatkan pada suatu cycler secara
terprogram dengan serangkaian suhu yang bervariasi. Langkah-langkah dasar
dalam proses PCR adalah sebagai berikut (Brown, 2010).
1. Denaturasi DNA dilakukan pada suhu 94° C, di mana pada suhu tersebut
ikatan hidrogen yang pada struktur DNA semula double-standed
terdenaturasi berubah menjadi struktur DNA yang single-stranded.
2. Annealing (penempelan) primer dilakukan pada suhu 50-600 C. Dua untai
tiap molekul single-stranded dapat bergabung kembali pada suhu ini.
yaitu dengan cara proses penempelan primer yang dapat menempel ke
molekul DNA pada posisi yang spesifik.
3. Proses sintesis DNA menggunakan suhu 74° C. Pada suhu 740C, Taq DNA
polimerase bekerja dengan proses Taq DNA polimerase menempel pada
ujung masing-masing primer forward dan reverse, kemudian mensintesis
basa basa nukleotida sampai terbentuk untai molekul DNA yang baru
4. Suhu di naikkan kembali ke 94° C. molekul DNA double-stranded,
masing-masing terdiri dari satu untai molekul DNA asli dan salah satu
untai DNA baru, kembali ke proses denaturasi ke untai tunggal untuk
Gambar 2.7.Langkah-langkah dasar dalam PCR (Brown, 2010)
2.6 Vektor Kloning
Vektor kloning adalah konsep molekul DNA artifisial yang mampu
bereplikasi dalam organisme inang dimana sepotong DNA dipelajari secara
khusus dan dapat disisipkan pada posisi yang dikenal, molekul DNA rekombinan
sel inang diperlukan suatu wahana atau vektor. Vektor ini yang akan
mengantarkan DNA target untuk masuk kedalam sel inang. Terdapat tiga jenis
utama dari vektor yang digunakan untuk kloning DNA dalam sel bakteri: plasmid,
bagteriophage, dan Kosmid. Syarat sebuah vektor yang paling penting adalah
bahwa wahana ini mampu mengadakan replikasi dalam sel tuan rumah sehingga
menghasilkan banyak kopi molekul DNA rekombinan dan diturunkan pada sel
anak saat terjadi pembelahan sel (Russell, 1994).
2.6.1 Plasmid pET30a(+)
Gambar 2.8. Peta plasmid pET-30a(+) (Novagen)
Diagram dari vektor plasmid pET30a(+). Vektor ini berukuran 5422bp, vektor ini
memiliki beberapa fitur berikut sehingga berguna untuk kloning DNA
1. Origin of replicalion (ori) pada Plasmid pET30a(+) mengandung pBR322
2. Selectable marker pada plasmid pET30a(+) berupa kanamisin (kan).
3. Terdapat daerah sisi restriksi yang unik dan berguna untuk memasukkan
DNA sekuen yang disebut polylinker atau Multiple Cloning Sites (MCS)
yang digunakan untuk membuat plasmid rekombinan.
4. Terdapat lacI (lac repressor), dimana lacI adalah suatu gen yang dapat
menghasilkan repressor. Repressor adalah suatu protein yang dapat
menghalangi RNA polimerase menterjemahkan urutan gen dalam proses
transkripsi. Bila RNA polymerase terhalangi oleh suatu repressor, maka
DNA tidak bisa diterjemahkan oleh RNA polimerase dan protein tidak
terekspresikan dalam sel inang. lacI yang bersifat alloserik dapat di non
aktifkan oleh isopropil-β-D-thiogalaktopiranosida (IPTG) dan memicu
ekspresi lac operon (Wall, 2009).
2.7 Kloning Gen
Antara tahun 1971 sampai 1973 penelitian mengenai genetika mengalami
revolusi dalam biologi modern. Suatu metode baru yang dikembangkan sehingga
eksperimen eksperimen yang sebelumnya tidak dilakukan lagi. Metode- metode
ini disebut teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetik yang inti dari
prosesnya adalah kloning gen.
Langkah-langkah dasar dalam kloning gen menurut Brown (2010) adalah
sebagai berikut Fragmen DNA yang mengandung gen target di insersikan pada
vektor kloning sehingga menghasilkan suatu molekul DNA rekombinan. Vektor
bakteri, ragi, jamur, tanaman tingkat tinggi, dan sel-sel mamalia. Vektor
mengadakan replikasi di dalam sel inang, sehingga menghasilkan banyak kopi
atau turunan yang identik dari vektor dan gen yang dibawanya. Ketika sel inang
membelah, Kopi molekul DNA rekombinan diwariskan pada progeni dan diikuti
replikasi vektor selanjutnya. Sel inang terus melakukan pembelahan sel, hingga
terbentuk koloni pada media padat dan dihasilkan klon sel inang yang identik
dimana tiap sel dalam satu koloni mengandung satu kopi atau lebih molekul DNA
rekombinan.
Gambar 2.9. Langkah langkah Dasar dalam Kloning Gen (Brown, 2010)
Molekul DNA rekombinan perlu dimasukkan ke dalam suatu sel inang
untuk dapat mengekspresikan produk DNA sisipan. Beberapa komponen yang
perlu diperhatikan dalam memilih sel inang yang baik untuk pengklonan adalah
sebaiknya sel inang memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, dapat tumbuh pada
medium kultur, tidak bersifat patogen, dapat ditransformasi oleh DNA dan stabil.
Sel inang dalam pengklonan umumnya berupa mikroorganisme, misalnya
Escherichia coli, Bacillus subtilis, dan Saccharomyces cerevisiae (Brock et al.,
1994).
Eksperimen kloning gen pada umumnya dilakukan dalam 5 langkah: (1)
generasi fragmen DNA yang cocok untuk kloning. (2) keterkaitan fragmen yang
akan di kloning ke vektor plasmid atau genom virus oleh pengobatan DNA
fragmen / vektor campuran dengan DNA ligase. (3) pengenalan produk ligasi
DNA ke dalam sistem sel inang yang cocok, seperti E.coli, dengan transformasi,
transfeksi atau infeksi. (4) diubah pembelotan klon DNA yang mengandung
spesies hibrida yang dibutuhkan: dan (5) isolasi dan karakterisasi DNA dari
spesies hibrida pada hasil klon (Timmis, 1984).
Kloning merupakan suatu dorongan bagi para ilmuan karena dapat
melakukan seleksi dan pemurnian suatu gen dalam jumlah besar yang bebas dari
kontaminasi oleh urutan DNA lain. Kunci keberhasilan atau kegagalan suatu
eksperimen kloning adalah kemampuan melakukan seleksi terhadap gen target
yang akan dikloning. Bila suatu gen berhasil diklon, maka tidak akan lagi terdapat
kesulitan untuk memperoleh informasi tentang struktur, fungsi, dan ekspresi pada
gen tersebut (Brown, 2010).
2.8 Tahapan Kloning Gen
2.8.1 Amplifikasi DNA sisipan
Sintesis dan amplifikasi DNA sisipan yang akan diklon kan menggunakan
amplifikasi enzimatik secara invitro dari DNA sisipan dengan cara mensintesis
DNA tersebut sehingga menghasilkan jumlah salinan dari fragmen DNA dengan
jumlah banyak dan spesifik (Ausubel et al, 1995). Proses PCR dibutuhkan sampel
DNA yang digunakan sebagai DNA cetakan (template) dan reagen-reagen seperti
Taq DNA polymerase, buffer PCR, dNTP, MgCl, ddH2O juga primer forward dan
reverse (Huang et al., 2006).
Reaksi amplifikasi suatu fragmen DNA diawali dengan denaturasi DNA
cetakan sehingga yang awalnya DNA dalam bentuk untai ganda (double stranded)
akan mengalami denaturasi menjadi untai tunggal (single stranded). Berikutnya
adalah proses annealing pada suhu sekitar 55 °C. Primer akan menempel pada
cetakan yang telah terpisah menjadi untai tunggal. Proses dilakukan selama 1-2
menit, kemudian pada proses sintesis DNA, suhu inkubasi dinaikkan menjadi 72
°C selama 90 detik agar terjadi proses polimerisasi untai DNA yang baru
berdasarkan informasi dari DNA cetakan. DNA untai ganda yang terbentuk
selanjutnya akan didenaturasi lagi dengan menaikkan suhu inkubasi menjadi 95
°C untuk tahap siklus berikutnya (Brown, 2010).
2.8.2 Proses Restriksi DNA Insert dan DNA plasmid
Dalam kloning gen tahap yang paling penting adalah proses restriksi
molekul DNA dan vektor dengan ukuran yang tepat. Tiap vektor harus dipotong
pada posisi tunggal untuk membuka lingkaran sehingga molekul DNA baru dapat
diinsersikan. Fitur yang paling penting dari sebuah enzim restriksi adalah bahwa
enzim restriksi mampu membelah molekul untai ganda DNA pada suatu pasangan
Enzim restriksi dibagi menjadi 3 tipe yaitu berdasarkan komposisi subunit, posisi pemotongan, spesifisitas sekuens dan kofaktor yang diperlukan (Sasnauskas, 2006). Ada dua jenis utama dari enzim restriksi: enzim restriksi tipe
I, yang mengenali sekuen tertentu namun memotong di tempat lain, dan enzim
restriksi tipe II, dapat memotong hanya dalam situs pengenalan. enzim tipe II
adalah kelas yang paling penting. enzim restriksi di semua kelas ini membuat dua
potongan untai tunggal, satu potong di masing-masing untai. ada dua pengaturan
pemotongan: (1) potongan di pusat simetri (menghasilkan ujung tumpul) atau (2)
potongan yang simetris, ditempatkan di sekitar garis simetri (menghasilkan
ujung-ujung kohesif atau ujung-ujung lengket) (Freifelder, 1987). Pada proses kloning gen,
enzim restriksi endonuklease yang digunakan umumnya adalah tipe II karena
dapat memotong DNA pada sisi spesifik, sehingga dihasilkan pola potongan
spesifik. Sisi pengenalan enzim restriksi endonuklease tipe II berupa inverted
repeats, yaitu sekuen dapat dibaca sama dari arah manapun, atau disebut
palindrome (Brown, 2010).
2.8.3 Ligasi antara DNA Insert dengan Plasmid
DNA vektor dan DNA target yang telah dipotong dengan menggunakan
enzim restriksi, kemudian digabungkan untuk membentuk DNA rekombinan
(Snustad and Simmons, 2006). Proses tersebut dinamakan proses ligasi, sebab
dilakukan dengan menggunakan enzim DNA ligase. DNA ligase mengkatalisis
pembentukan ikatan fosfodiester antara ujung 5' fosfat dan 3'-hidroksil terminal
dalam DNA dupleks (Ausubel et al, 1995). Nama enzim biasanya yang di
T4 ligase ini adalah nama enzim DNA ligase yang lain yang efisien
bergabung ujung tumpul Terminal di bawah kondisi reaksi normal. Ligasi ujung
lengket yang pada umumnya dilakukan pada suhu 12oC sampai 15oC, sedangkan
ligasi ujung tumpul biasanya dilakukan pada suhu kamar (<30oC) dengan 10
sampai 100 kali lebih enzim dari ligasi ujung lengket. T4 DNA ligase dihambat
kuat oleh konsentrasi NaCl > 150 mM. (Ausubel et al, 1995).
2.8.4 Transformasi DNA Rekombinan
Transformasi DNA rekombinan adalah proses transfer DNA plasmid
rekombinan ke dalam sel inang (Mulis, 1990). Syarat utama dalam transformasi
DNA rekombinan adalah sel inang harus dibuat kompeten terlebih dahulu. Sel
kompeten tersebut yang kemudian dicampur dengan plasmid rekombinan untuk
proses transformasi ke dalam sel inang, proses ini yang disebut elektroporasi yaitu
mendorong DNA ke dalam sel dengan dialiri arus listrik (Mulis, 1990).
Elektroporasi merupakan metode transformasi paling cepat, mudah dan efisien.
Efisiensi transformasi diperoleh dapat mencapai 1010 transforman/µg DNA
(Sambrook, 1989).
Metode transformasi dilakukan dengan kejutan panas (heat shock) yang
diawali dengan pemberian CaCl2 untuk menghasilkan sel bakteri yang kompeten,
molekul DNA, misalnya plasmid, dimasukkan ke dalam sel kemudian akan
bereplikasi di dalam sel. Sel kemudian diinkubasi dalam medium pertumbuhan
non-selektif untuk memulihkan kondisi sel (membran sel kembali utuh). Sel
bakteri yang umum digunakan dalam proses transformasi DNA rekombinan
2.8.5 Sekuensing DNA
sekuensing DNA adalaah suatu metode yang digunakan untuk membaca
urutan basa nukleotida yang terdapat dalam suatu molekul gen. dalam dunia
kedokteran manfaat dari sekuensing DNA adalah dapat digunakan untuk
mengidentifikasi, mendiagnosis, dan mengembangkan pengobatan penyakit
genetik. Dalam sekuensing DNA terdapat dua metode yang sering digunakan,
yaitu metode secara enzimatik oleh Fredrick Sanger dan metode Metode kimiawi
oleh Maxam - Gilbert (Brown, 2010; Devor, 2005).
1. M et ode kim iawi oleh Maxam - Gilbert
Metode yang dikembangkan adalah untuk sekuensing DNA untai tunggal dengan mengambil keuntungan dari proses dua langkah katalitik yang
melibatkanPiperidinadan dua bahan kimia yangselektif menyerangpurin
danpirimidin(Devon, 2005). Selain itusulfat, dimetildanpiperidina secara selektif akan membelah nukleotida guanin namun dimetil sulfat dan
Piperidinadi asam formiat akanmembelah baik nukleotidaguaninmaupun adenin. Fragmen DNA untai ganda yang akan ditentukan urutannya mula- mula dilabel menggunakan gugus fosfor radioaktif pada ujung 5’ tiap
untai. reaksi-reaksi akan di muat pada gel poliakrilamida dengan
persentase tinggi dan fragmen diselesaikan oleh elektroforesis.
2. Metode enzimatik oleh Frederick Sanger
Rantai pemutusan sekuensing DNA yang didasarkan pada prinsip bahwa
molekul DNA untai tunggal yang berbeda panjang dengan hanya satu
poliakrilamida. Bahan awal untuk percobaan sekuensing terminasi rantai
merupakan persiapan molekul DNA untai tunggal yang identik. Langkah
pertama adalah untuk penempelan oligonukleotida pendek ke posisi yang
sama pada setiap molekul. Langkah kedua adalah sintesis untai reaksi,
yang dikatalisis oleh enzim DNA polimerase dan membutuhkan empat
trifosfat deoksiribonukleotida (dATP, dCTP, dGTP, dan dTTP) sebagai
substrat. (Brown, 2010). Untuk mengetahui urutan DNA hasil analisis,
adalah mengidentifikasi dideoksinukleotida diakhir setiap rantai
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteomik, Institute
Tropical Desease, Universitas Airlangga, Surabaya . Penelitian ini dimulai pada
bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012.
3.2Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat A dari bakteri
asal sistem abdominal rayap tanah yang diperoleh dari A. A. Istri Ratnadewi S,Si.
M,Si (Universitas Jember, Indonesia) dan plasmid pET-30a(+) (Novagen).
3.3 Bahan dan Alat Penelitian
3.3.1 Bahan Penelitian
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: buffer TE,
bacto-agar, lisozim, tris Cl, SDS, HCl, EDTA, proteinase K, kloroform, fenol,
isoamilalkohol, natrium asetat, etanol absolut, etanol 70%, NaOH, dNTP, Taq
DNA polimerase, primer forward xynF, primer reverse xynR, buffer PCR,
MgCl2, ddH2O, agarosa, tripton, yeast extract, NaCl, buffer TAE, etidium
bromida, DNA purification kit, kanamisin (100µg/mL), enzim restriksi SacI dan
3.3.2 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan adalah autoklaf (OSK 6508 Steam pressure
apparatus Ogawa Seiki Co., LTD), laminair air flow cabinet (Kottermann 8580),
sentrifuga Beckman (tipe TJ-6), timbangan analitik (Mettler Toledo), pH meter
(Metro-ohm 744), oven (Memmert, Jerman), rotary shaker, lemari pendingin -20
0
C (Royal Chest Freezer BD195), pipet mikro (Eppendorf), waterbath (sansat type
syk-382-M), shaker incubator (Heidolph Polymax 1040), Spektrofotometer
UV-VIS (Shimadzu UV-1700), Polymerase Chain Reaction (BioRad), UV
transluminator, Sequencer (Applied Biosystems) dan alat-alat gelas yang lazim
Isolasi DNA kromosom
E.coli Dengan molekul DNA rekombinan (Transforman)
Transformasi ke E.coli Top10
E.coli Top10 rekombinan
Seleksi transforman
Urutan basa nukleotida gen endo-1,4-β-xilanase rekombinan
3.5 Prosedur Penelitian
Teknik molekuler ini dilakukan berdasarkan metode dari Smbrook et, al (1989).
3.5.1 Pembuatan Larutan
3.5.1.1 Pembuatan larutan buffer TE 500mM
Larutan stok Tris Cl 500 mM sebanyak 50 mL dibuat dengan cara
menimbang secara kuantitatif 3,0285 gram tris Cl, diadd kan dalam 50 mL H2O.
Dibuat dalam dua pH. Yaitu pH 7,5 dan pH 8. Larutan stok EDTA 500 mM
sebanyak 25 mL, ditimbang secara kuantitatif 4,653 gram EDTA, dilarutkan
dalam 25 mL H2O, dibuat dalam pH 8 dengan cara menambahkan sedikit demi
sedikit larutan NaOH.
3.5.1.2 Pembuatan larutan lisosim
Stok lisosim 10 mg/mL ditimbang secara kuantitatif 0.01 gram
dimasukkan kedalam tabung Eppendorf 1,5 mL lalu ditambahkan akuades hingga
1 mL
3.5.1.3 Pembuatan larutan STEP 500 µL
Ke dalam tabung Eppendorf, ditimbang secara kuantitatif SDS 0,5 %
sebanyak 0,0025 gram, ditambahkan Tris Cl 50 mM pH 7,5 sebanyak 50 µL, 400
µL EDTA 0,4 M dan proteinase K dari stok 20 mg/mL diambil 25 µL, semua
dicampur dalam tabung Eppendorf dan dihomogenkan.
3.5.1.4 Pembuatan larutan Na-Asetat 3M
Di timbang secara kuantitatif 2,4609 gram natrium asetat dan dimasukkan
3.5.2 Pembuatan Media
3.5.2.1 Pembuatan Media Cair untuk pemeliharaan E.coli
Media cair yang digunakan adalah media Luria Bertani. Media ini dibuat
dengan melarukan 1% tripton, 1% NaCl, dan 0,5% yeast extract dalam akuades.,
media cair yang dituangkan kedalam erlenmeyer sebaiknya mengisi 1/5 dari
bagian Erlenmeyer. Hal ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan udara pada
pertumbuhan bakteri.
3.5.2.2 Pembuatan Media Cair untuk pemeliharaan E.coli (pET-30a(+)) Media cair yang digunakan adalah media Luria Bertani kanamisin. Media
ini dibuat dengan melarukan 1% tripton, 1% NaCl, dan 0,5% yeast extract dalam
akuades serta 0,5 µL kanamisin, yaitu antibiotik yang digunakan untuk
menumbuhkan plasmid pET-30a(+), media cair yang dituangkan kedalam
Erlenmeyer sebaiknya mengisi 1/5 dari bagian Erlenmeyer. Hal ini dilakukan
untuk mencukupi kebutuhan udara pada pertumbuhan bakteri.
3.5.2.3 Pembuatan Media Padat
Media padat yang digunakan merupakan media LB (Luria Bertani) yang
digunakan untuk meremajakan koloni Bacillus subtilis. Ditimbang 1 gram
bacto-agar, 0,5 gram tripton, 0,5 gram NaCl, dan 1 gram yeast extract, kemudian semua
bahan di atas dilarutkan dalam 50 mL akuades. Selanjutnya media tersebut
dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu
121oC selama 15 menit. Media steril yang masih hangat-hangat kuku
dihomogenkan kemudian dituang ke dalam cawan petri sebanyak 20 mL. Media
3.5.2.4 Pembuatan Media Padat untuk koloni E.coli (pET-30a(+))
Media yang digunakan merupakan media Luria Bertani (LB). Media padat
digunakan untuk meremajakan koloni E. coli Top10 yang mengandung
pET30a(+). Dibuat media padat 20 mL, ditimbang 0,4 g agar, 0,2 g pepton, 0,2 g
NaCl , dan 0,1 g yeast extract, dilarutkan dalam 20 mL aquades, disterilkan
dengan autoklaf suhu 1210C selama 15 menit. Media steril yang telah
hangat-hangat kuku ditambah dengan 10 µL kanamisin (100 mg/mL), dihomogenkan
kemudian dituang ke dalam cawan petri.
3.5.3 Peremajaan isolat bakteri xilanolitik (isolat A)
Proses peremajaan bakteri dimulai dari mengambil biakan isolat A dari
kultur sebelumnya. Isolat diambil dengan menggunakan kawat ose. Lalu kawat
yang mengandung biakan ini digoreskan pada media padat yang baru. Selanjutnya
biakan diinkubasi pada oven dengan suhu 370C selama 18 jam.
3.5.4 Isolasi DNA kromosom isolat A
Koloni tunggal isolat A diinokulasikan ke dalam 5 ml media cair dan
diinkubasi pada shaker incubator pada suhu 370C dengan kecepatan 150 rpm
selama 18 jam. Kemudian sebanyak 5 ml suspensi sel disentrifuge selama 2 menit
dengan kecepatan 10.000rpm pada suhu 4oC. Setelah terpisah, supernatan dibuang
kemudian pellet sel diresuspensi dengan 250 µl buffer TE (50 mM tris HCl pH 8
dan 50 mM EDTA). Larutan tersebut dibekukan pada suhu -20oC selama 30
menit. kemudian ditambahan 250 µL lisozim 10mg/ml ke dalam sel beku dan
dibiarkan mencair pada suhu kamar. Larutan sel yang sudah mencair dimasukkan
1%, Tris Cl, EDTA pH 8, proteinase K) sebanyak 50µL ke dalam suspensi dan
dicampur rata. Campuran ini selanjutnya dipanaskan dalam waterbath pada suhu
50oC selama 1 jam sambil sesekali digoyang perlahan. Kemudian ditambahkan
300µL larutan fenol jenuh ke dalam campuran lalu dikocok sampai terbentuk
emulsi. Campuran disentrifugasi pada kecepatan 12.000rpm selama 5 menit
sampai terpisah dua lapisan. DNA yang diinginkan berada pada lapisan atas.
Lapisan atas dipipet secara hati-hati dan dipindahkan ke dalam tabung eppendorf
yang steril. Selanjutnya ditambahkan larutan natrium asetat 0,3 M sebanyak 0,1
kali dari volume total hasil pemipetan DNA, lalu dicampur perlahan. Kemudian
ditambahkan etanol absolut dingin sebanyak 2 kali volume larutan kemudian
tabung dibolak-balik untuk pencampuran. Setelah itu, campuran diinkubasi pada
suhu -20oC selama 2 jam sampai semalam. Campuran disentifugasi pada 12000
rpm selama 5 menit, kemudian supernatan dibuang dan pellet dicuci dengan 0,6
ml etanol 70%. Sentrifuge kembali campuran pada 12000 rpm selama 5 menit.
Pelet diambil kemudian ditambahkan 30 µL ddH20
3.5.5 Peremajaan E.coli (pET-30a(+))
Proses peremajaan bakteri dimulai dari mengambil koloni E. coli yang
mengandung plasmid pET-30a(+) dari kultur sebelumnya. Koloni diambil dengan
menggunakan kawat ose. Lalu kawat yang mengandung biakan ini digoreskan
pada media padat yang baru. Selanjutnya biakan diinkubasi pada oven dengan
3.5.6 Isolasi DNA plasmid pET-30a(+)
Koloni tunggal transforman E.coli diinokulasikan ke dalam 5 mL media
LB cair yang mengandung 2.5 µL kanamisin dan diinkubasi pada shaker
incubator pada suhu 370C dengan kecepatan 150 rpm selama 16 jam. Kemudian
sebanyak 5 ml suspensi sel di sentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan
10.000 rpm pada suhu 40C, pellet disuspensi dengan larutan I (Glukosa 50 mM,
Tris-Cl 2.5 mM pH 8, Na2EDTA 10 mM pH 8) 100 µL dan dihomogenkan lalu
didiamkan 5 menit. Ditambahkan 200 µL larutan II (NaOH 0.2 N 20 µL, SDS 1%
100 µL, aquades steril 880 µL) dan dihomogenkan dengan cara membolak balik
tabung Eppendorf, larutan di inkubasi di es selama 15 menit, setelah 15 menit
ditambahkan 150 µL larutan III (Kalium asetat 5M, asam asetat glasial, ddH2O
dingin), di inkubasi dalam es selama 10 menit. campuran tersebut disentrifugasi
selam 5 menit dengan kecepatan 12.000 rpm suhu 40C, supernatan yang diperoleh
dipindah secara perlahan dengan menggunakan pipet kedalam tabung Eppendorf
baru yang steril dan ditambahkan campuran fenol : kloroform : isoamil alkohol
(25:24:1) 1 kali volume total, dikocok sampai terbentuk emulsi kemudian
disentrifugasi lagi 12.000 rpm 2 menit. dihasilkan 3 lapis, fasa paling bawah
adalah fasa organik, fasa tengah adalah suatu emulsi putih dan fasa paling atas
adalah fasa cair, fasa cair di pindah dengan cara mempipet secara hati-hati
kedalam tabung eppendorf baru yang steril, fasa cair tersebut dipekatkan dengan
penambahan etanol absolut dingin 2 kali volume total, dan diinkubasi dalam es
selama 1 jam. Campuran disentrifugasi 12.000 rpm selama 5 menit, pellet dicuci
dari etanol dengan cara membalikkan tabung dan didiamkan 5 menit. Kemudian
pellet dilarutkan dalam 30 µL ddH2O.
3.5.7 Pemurnian DNA plasmid pET-30a(+)
Purifikasi DNA plasmid menggunakan Kit QS Aquick Gel Extraction kit
50, Pertama-tama gel agarosa yang mengandung pita DNA plasmid dipotong
dengan menggunakan cutter bersih dan dimasukkan dalam tabung Eppendorf,
berat total gel dan Eppendorf maksimal 1,3 gram. Pada tabung tersebut
ditambahkan buffer QG 3X volume, dan diinkubasi dalam waterbath suhu 500C
selama 10 menit yang setiap 5 menit tabung eppendorf dibolak balik untuk
penghomogenan larutan. Setelah gel larut dengan sempurna, tabung eppendorf
tersebut si spin sebentar dan di pindah kedalam sebanyak 800µL ke kolom
QIAquick yang dilengkapi dengan tabung pengumpul lalu disentrifugasi 12.000
rpm selama 1 menit. Air pada tabung pengumpul dibuang dan pada kolom dicuci
dengan buffer PE sebanyak 750 µL dan didiamkan selam 30 menit. Lalu
disentrifugasi 12.000 rpm 1 menit, air pada tabung pengumpul dibuang dan
dilakukan lagi sentrifugasi 12.000 rpm 1 menit. Kemudian ditambah ddH20 30 µL
pada kolom, sedangkan tabung pengumpul di ganti dengan tabung eppendorf baru
yang steril dan didiamkan 30 menit baru dilakukan sentrifugasi 12.000 rpm
selama 1 menit. kemudian mengulangi langkah ini sekali lagi. Larutan yang
3.5.8 Amplifikasi gen penyandi endo-1,4-β-xilanase menggunakan teknik PCR
Proses amplifikasi gen penyandi endo-1,4-β-xilanase menggunakan teknik
PCR. Komponen reaksi PCR yang digunakan komposisinya adalah 6,5 L ddH2O
steril, 1µL MgCl2, 1 L primer xynF (50 pmol), 1L primer xynR (50 pmol) dan
3 L DNA kromosom (hasil isolasi DNA) yang digunakan sebagai template,
mastermix 12,5 µl. Total volume PCR sebanyak 25 L. Proses amplifikasi gen
endo-1,4-β-xilanase dilakukan pada kondisi denaturasi pada suhu 94oC selama 1
menit, annealing pada variasi suhu 40oC; 48oC; 52,oC; 58 oC selama 1 menit dan
extension pada suhu 72oC selama 1 menit dengan jumlah siklus 30 kali. Proses
amplifikasi diawali dengan predenaturasi pada suhu 94oC selama 5 menit dan
diakhiri dengan post extension yang dilakukan pada suhu 72oC selama 10 menit
3.5.9 Analisis DNA dengan elektroforesis gel agarosa
Analisis DNA plasmid menggunakan elektroforesis gel agarosa (1%).
Sebelumnya dilakukan persiapan pada perangkat elektroforesis yaitu dengan
menambahkan buffer TAE 0,5x sampai gel agarose tercelup. Campuran DNA dan
loading dye yang telah homogen kemudian dimasukkan dalam sumur pada gel
agarosa. Kemudian perangkat alat elektroforesis tersebut dialiri arus listrik sebesar
80 V dan dibiarkan sampai loading dye berjalan kurang lebih 2/3 gel agarosa. Gel
kemudian dipindah dan dilakukan proses staining dengan direndam dalam larutan
TAE yang telah diberi 20 µL Etidium Bromida (EtBr) selama 30-45 menit.
memasukkan gel kedalam akuades steril. Untuk memvisualisasi DNA yang telah
dielektroforesis digunakan sinar UV dan kemudian didokumentasikan dengan
kamera polaroid atau menggunakan geldoc.
3.5.10 Pemurnian amplikon
Pemurnian DNA kromosom hasil dari PCR menggunakan Kit QS A Quick
Gel Extraction kit 50, Pertama-tama gel agarosa yang mengandung pita DNA
kromosom dipotong dengan menggunakan cutter bersih dan dimasukkan dalam
tabung eppendorf, berat total gel dan eppendorf maksimal 1.3 gram. Pada tabung
tersebut ditambahkan buffer QG 3X volume, dan diinkubasi dalam waterbath suhu
500C selama 10 menit yang setiap 5 menit tabung eppendorf dibolak balik untuk
penghomogenan larutan. Setelah gel larut dengan sempurna, tabung eppendorf
tersebut si spin sebentar dan di pindah kedalam sebanyak 800µL ke kolom
QIAquick yang dilengkapi dengan tabung pengumpul lalu disentrifugasi 12.000
rpm selama 1 menit. Air pada tabung pengumpul dibuang dan pada kolom dicuci
dengan buffer PE sebanyak 750 µL dan didiamkan selam 30 menit. Lalu
disentrifugasi 12.000 rpm 1 menit, air pada tabung pengumpul dibuang dan
dilakukan lagi sentrifugasi 12.000 rpm 1 menit. Kemudian ditambah ddH20 30 µL
pada kolom, sedangkan tabung pengumpul di ganti dengan tabung eppendorf baru
yang steril dan didiamkan 30 menit baru dilakukan sentrifugasi 12.000 rpm
selama 1 menit. kemudian mengulangi langkah ini sekali lagi. Larutan yang
3.5.11 Restriksi amplikon dan plasmid pET-30a(+)
Amplikon yang telah dimurnikan dan plasmid yang telah di isolasi
dilakukan proses restriksi yaitu proses pemotongan DNA oleh enzim restriksi
yang digunakan yaitu SacI dan XhoI dan reagen-reagen tertentu. kedalam tabung
eppendorf 1.5 mL, DNA plasmid sebanyak 21.7 µL, dicampur dengan 3µL buffer
10X, BSA 0.3 µL, enzim restriksi SacI 2µL dan XhoI 3µL sehingga volume total
adalah 30µL. Campuran tersebut di inkubasi dalam waterbath suhu 370C selama 1
jam dan setiap 30 menit di lakukan penghomogenan campuran dengan cara tabung
eppendorf dibolak balik secara perlahan.
3.5.12 Ligasi Gen Penyandi endo-1,4-β-xilanase dan Plasmid pET-30a(+) Dimasukkan kedalam tabung Eppendorf baru dan steril ddH2O 7,6 µL, lalu
gen penyandi endo-1,4-β-xilanase dan DNA plasmid pET-30a(+) yang telah
dipurifikasi dan direstriksi, 3µL DNA plasmid dan 7µL gen penyandi endo-1,4-β
-xilanase, kemudian ditambahkan buffer ligasi 2µL, spin campuran tersebut dan
terakhir ditambahkan T4 ligase 0,4µL. Inkubasi dalam pengangas es yang
kemudian ditaruh dalam suhu 4oC selama 18 jam.
3.5.13 Kloning pET-30a(+) rekombinan kedalam E. coli Top10 3.5.13.1 Peremajaan Isolat E. coli Top10 dari Stok Gliserol
Proses peremajaan E. coli Top10 dimulai dari mengambil isolat E. coli
Top10 dari stok gliserol suhu -80 oC. isolat dalam keadaan beku, diambil dengan
media padat yang baru. Selanjutnya biakan diinkubasi pada oven dengan suhu
370C selama 18 jam.
3.5.13.2 Pembuatan Sel Kompeten E. coli Top10
E.coli Top10 yang telah diremajakan diinokulasikan dalam 4 mL media
LB cair overnight (16-18 jam). Diambil 1% dari E.coli yang telah dikulturkan
selama 18 jam dan diinokulasikan kedalam media LB cair 50mL diinkubasi pada
shaker incubator pada suhu 370C dengan kecepatan 150 rpm selama 2-2,5 jam
dengan syarat kultur ditumbuhkan sampai OD600 nm =0,4. Setelah kultur mencapai
optical density nya sama dengan 0,4, kultur diletakkan di penangas es selama 10
menit. di ambil dengan menggunakan mikropipet sebanyak 1mL kultur yang telah
dingin dan dimasukkan kedalam tabung eppendorf 1,5mL yang baru dan steril.
Sentrifugasi 1 menit kecepatan 12000 rpm suhu 4oC, buang supernatannya dan
diulangi kembali dengan menambahkan lagi 1mL kultur yang telah dingin
kedalam tabung Eppendorf dan di sentrifugasi lalu supernatannya dibuang.
Kemudian kultur dilarutkan pada 1mL CaCl2 0,1M. Larutan CaCl2 tersebut harus
dalam keadaan dingin dan dihomogenkan dengan cara membolak balikkan
tabung. Campuran tersebut diinkubasi dalam es selama 30 menit lalu
disentrifugasi selama 1 menit 12000 rpm suhu 4oC supernatannya dibuang. Pellet
yang didapat diresuspensikan dengan menggunakan 50 µL larutan CaCl2 0,1M
dingin dan fresh. Untuk membuat stok gliserol, larutan sel setelah diberi larutan
CaCl2 dingin, ditambahkan 14,5% 50µL gliserol, kemudian dihomogenkan
3.5.13.3 Transformasi Plasmid pET-30a(+) ke E.coli Top10
Proses transformasi dilakukan dengan mencampurkan 10 µL hasil ligasi
gen penyandi endo-1,4-β-xilanase dan plasmid pET30a(+) ke dalam 100 µL sel
kompeten E.coli Top10. Campuran diinkubasi pada suhu 4 °C selama 30 menit.
Heat shock dilakukan dengan menginkubasi campuran sel dalam waterbath pada
suhu 420C selama 1 menit, kemudian segera dipindah ke icebath selama 2 menit.
Tahap selanjutnya adalah penambahan 200 µL media LB cair ke dalam
masing-masing campuran sel, selanjutnya diinkubasi dalam shaker incubator suhu 370C
selama 1 jam. Tahap terakhir adalah menumbuhkan sel hasil transformasi ke
media agar plate yang mengandung kanamisin, yaitu dengan cara memipet 100
µL suspensi sel kemudian disebar ke permukaan media, lalu diinkubasi pada suhu
370C selama 16 jam. Plasmid yang ada dalam sel inang E.coli Top10
ditumbuhkan pada media agar LB (Luria Bertani) yang mengandung kanamisin,
karena plasmid pET30a(+) memiliki gen resisten kanamisin sedang inang E.coli
Top10 tidak memiliki gen resisten kanamisin.
3.5.14 Seleksi transforman koloni E.coli Top10 pembawa plasmid
rekombinanpET-30a(+)
Seleksi transforman untuk mendapatkan koloni pembawa plasmid yang
mengandung gen endo-1,4-β-xilanase dilakukan dengan restriksi plasmid dengan
enzim XhoI. Dari koloni yang tumbuh hasil transformasi produk ligasi antara gen
endo-1,4-β-xilanase dan plasmid pET-30a(+) diambil koloni yang tumbuh dan
dilakukan isolasi plasmid dengan metode alkali dan dilakukan secara
enzim XhoI untuk mengetahui adanya gen insert yang telah masuk dalam plasmid
pET30a(+) lalu dilakukan analisis dengan elektroforesis gel agarosa.
3.6 Sekuensing dengan metode Sanger
Proses sekuensing dilakukan dengan menggunakan alat Applied
Biosystems di laboratorium 1st Base dengan menggunakan primer T7 promotor
dan T7 terminator.
3.7 Analisis homologi hasil rekombinan dengan gen lain yang telah
dipublikasikan dalam database Genbank menggunakan program BLAST
Sekuens rekombinan pembawa gen endo-1,4-β-xilanase yang telah didapatkan
kemudian dianalisis homologinya dengan gen lain yang juga menyandi gen
endo-1,4-β-xilanase dengan menggunakan program BLAST. Program ini diakses
melalui alamat website yaitu http://blast.ncbi.nlm.nih.gov/ selanjutnya dilakukan langkah-langkah seperti di bawah ini
1. Klik nucleotide blast
2. Dimasukkan hasil sekuens ke dalam kotak yang bertuliskan ”Enter accession
number, gi, or FASTA sequence”
3. Pada kotak bertuliskan “Choose Search Set” dipilih “Others (nr etc)” sebagai
database.
4. Klik BLAST
Setelah melakukan langkah di atas, kemudian ditunggu selama beberapa detik dan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Isolasi DNA kromosom isolat A
Hasil analisis elektroforesis gel agarosa (1%) di dapatkan kadar kemurnian
DNA kromosom isolat A yaitu 267,7 ng/µL dan rasio 1,88. Teknik isolasi DNA
kromosom isolat A berdasarkan dengan metode pengendapan etanol (Sambrook et
al,. 1989). Kultur isolat A yang telah ditumbuhkan pada suhu 370C selama 18 jam
disentrifugasi dan mendapatkan pelet sel. Pelet sel kemudian diresuspensi dengan
buffer TE dan dilisis. Teknik-teknik pemecahan sel bakteri dilakukan melalui 3
macam metode, (1) cara mekanik atau fisik, yaitu sel dipechkan dengan cara
sonikasi, grinding, dan homogenisasi. (2) cara kimiawi yaitu dengan
menambahkan senyawa kimia seperti EDTA dan SDS. Dan (3) proses enzimatis
menggunakan larutan lizosim atau kitinase (Brown, 2010). Pada penelitian ini
proses lisis sel untuk DNA kromosom yaitu dengan metode enzimatis dan
kimiawi, yaitu penambahan larutan lisozim yang berfungsi untuk proses lisis
membran sel bakteri. Sedangkan proses lisis secara kimiawi menggunakan SDS
pada tahapan pemberian larutan STEP yang terdiri atas SDS, tris Cl, EDTA dan
proteinase K berfungsi untuk menyempurnakan kerusakan dinding dan membran
sel bakteri saat proses lisis secara kimiawi dan enzimatis, selain itu, EDTA
ditambahkan untuk menghilangkan ion magnesium yang penting dalam
mempertahankan struktur sel dan untuk menghambat enzim- enzim seluler yang