• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. desa yang diperlukan serta diprioritaskan oleh masyarakat, yang pemanfaatan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. desa yang diperlukan serta diprioritaskan oleh masyarakat, yang pemanfaatan dan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa atau disingkat dengan ADD adalah dana bantuan langsung yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa digunakan untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat, kelembagaan dan prasarana desa yang diperlukan serta diprioritaskan oleh masyarakat, yang pemanfaatan dan administrasi pengelolaannya dilakukan dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Desa.

Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) dimaksudkan sebagai bantuan stimulant atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan. Salah satunya adalah pegembangan desa di Desa Halaban Kabupaten Langkat.

Untuk itu sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab II tentang profil lokasi penelitian, maka pada bab III ini peneliti akan mencoba menjelaskan jawaban dari rumusan pertanyaan yang ada pada bab I yaitu menegenai Bagaimana Implementasi Penyerapan dana desa berdasarkan UU NO 6 Tahun

(2)

2014 Tentang Desa dengan studi kasus di Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Peneliti akan membagi bab III ke dalam tiga sub-bab.

Sub-bab pertama akan membahas tentang pendeskripsian alur pengalokasian dana desa sesuai berdasarkan UU No 6 Tahun 2014. Sub-bab kedua, akan mencoba memaparkan bagaimana bentuk implementasi pengalokasian dana Desa di Desa Halaban sesuai dengan hasil penemuan peneliti di lokasi penelitan, dan pada sub-bab ketiga, peneliti akan menganalisis faktor apa saja yang menghambat dan capaian implementasi penyerapan dana desa di Desa Halaban.

3.1. Alur Pengalokasian Dana Desa Berdasarkan UU No 6 Tahun 2014

Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa adalah upaya pemerintahan dalam mengatur kemandirian desa agar dapat membantu pembangunan negara dalam mensejahterakan masyarakat secara khusus bagi pembangunan desa yang nota bene adalah tulang punggung pembangunan negara. Mewujudkan kemandirian desa ditengah globalisasi merupakan sebuah keniscayaan dalam pembangunan sebuah negara yang mayoritas masyarakatnya hidup di pedesaan seperti Indonesia.

Melalui kucuran dana finansial yang berikan oleh pemerintahan pusat yang diharapkan dimanfaatkan oleh pemerintahan desa dalam pembangunan desa. Pembangunan ini baik bersifat di lini pendidikan, ekonomi, dan kesehatan masyarakat desa. Maka dengan digunakannya dana desa sebaik mungkin lambat

(3)

laun akan meningkatkan sumber daya masyarakat desa dalam menciptakan kemandirian desa. Secara umum undang-undang desa telah menjabarkan secara sistematis dan mampu memberikan hak-hak pada setiap desa di Indonesia untuk meciptakan pengembangan potensi yang ada didesa.

Undang-undang desa menjadi dasar hukum yang sangat berarti bagi setiap desa. Sebab undang-undang desa adalah pijakan dalam menjalankan pembangunan di desa. Sehingga dalam menjalankan kebijakan undang-undang desa ini baik dimulai dari perencanaan, pengolahan dan evaluasi haruslah mendapatkan perhatian dari pemerintahan pusat secara khusus bagi pemerintahan tingkatan kabupaten/kota. Agar tujuan awal untuk pengembangan desa dapat segera di stimulus dengan dana desa tersebut.

Dalam menyesuaikan perkembangan pengolahan dana desa, pemerintah mengeluarkan peraturan untuk mengatur tata cara pengalokasian, penyaluran penggunaan, pemantauan, dan evaluasi dana desa sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No 247/PMK.07/2015. Sesuai dengan ini Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan melakukan perhitungan rincian dana desa untuk setiap kabupaten kota secara berkeadilan yang berdasarkan pada dua jenis alokasi. Yang pertama adalah alokasi dasar sebesar 90 persen dan kedua adalah alokasi yang

(4)

dihitung berdasarkan jumlah penduduk desa, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat geografis desa setiap kabupaten kota sebesar 10 persen.31

31 PMK No 247/PMK.07/2015 Tentang Tata Cara Pengalokasian, penyaluran, penggunaan dan Evaluasi Dana Desa

Penggunaan dana desa disamakan dengan sumber lain pemasukan desa dengan tujuan pembangunan desa. Pemegang kekuasaan tertinggi adalah kepala desa sebagai kepala pemerintahan dan sebagai pemegang kekuasaan keuangan desa mewakili pemerintahan desa dalam kepemilikan kekayaan desa. Dalam prinsipnya dalam pengolahan dana desa kepala desa dibantu oleh pelaksana teknis pengolahan keuangan desa (PTPKD) yang ditunjuk langsung oleh kepala desa. Sedangkan sekretaris desa berperan sebagai kordinator pelaksana pengolahan keuangan desa dalam pelakasanaan penggunaan anggaran desa.

Diberikannya dana desa kepada setiap desa di Kabupaten/Kota di Indonesia mempunyai tujuan antara lain meliputi:

a. Untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakat sesuai dengan kewenangannya.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta partisipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki.

(5)

c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa dalam rangka pengembangan sosial ekonomi masyarakat.

d. Menorong peningkatan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat.

Rata-rata dana desa setiap provinsi sebagaimana dialokasikan berdasarkan jumlah desa dalam setiap provinsi yang bersangkutan serta jumlah penduduk kabupaten/kota, luas wilayah, angka kemiskinan serta tingkat kesulitan geografis. Anggaran dana desa merupakan bagian dari belanja pusat non kementerian atau lembaga sebagai pos cadangan dana desa. Penyusunan pagu anggaran cadangan dana desa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dibidang penyusunan rencana dana pengeluraan bendahara umum negara.

Anggaran cadangan dana desa diajukan oleh pemerintah untuk disetujui oleh dewan perwakilan rakyat untuk disetujui menjadi dana desa. Dana desa yang sudah disepaki oleh dewan perwakilan rakyat kemudian dimasukan dalam bagian anggaran transfer ke daerah dan desa. Dalam hal ini terdapat perubahan APBN, anggaran dana desa yang telah ditetapkan diubah. Besaran dana desa yang diserahkan ke setiap kabupaten/ kota ditetapkan berdasarkan peraturan menteri keuangan berdasarkan besaran dana desa hasil rujukan dari bupati/wali kota di setiap wilayah.

Tata cara pembagian dan penetapan besaran dana desa setiap desa ditetapkan dengan peraturan bupati/wali kota sebagaimana dimaksud kepada

(6)

menteri keuangan dangan tembusan gubernur. Pengolahan dana desa berdasarkan APBD kabupaten/kota dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang bidang pengolahan keuangan daerah. Pengolahan dana desa dalam APB Desa dilaksanakan sesuang dengan perundang-undangan bidang pengolahan keuangan desa.

Penyaluran dana desa dilakukan dengan cara pemindahbukan dari rekening kas negara kepada rekening kas daerah dan selanjutanya dipindahkan ke rekening kas desa. Dalam mekanismenya penyalurannya dilakukan secara tiga tahap. Pada tahapan awal dilakukan penyaluran sebesar 40% tahapan kedua disalurkan 40% dan tahapan ketiga sebesar 20%.

Untuk memastikan bahwa dana yang disalurkan dari RKUD ke RKD sesuai dengan ketentuan undang-undang maka pemerintah memantau penyaluran. Jika tidak sesuai dengan penyelengaraan dana desa maka menteri keuangan berhak memberikan teguran kepada bupati/wali kota. Selanjutnya bupati/wali kota wajib menyalurkan dana desa sesuai dengan ketentuan. Adapun mekanisme secara umum penyaluran dapat dilakukan melalui tahapan:

1. Penyaluran dana desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan dengan ketentuan:

a. Tahapan I pada bulan April sebesar 40%

(7)

c. Tahapan III pada bulan November sebesar 20%

2. Dana desa disalurkan oleh pemerintahan kepada kabupaten/kota. Penyaluran dana desa tersebut dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD. Penyaluran dana desa diserahkan paling lambat pada minggu kedua setiap periodenya.

3. Dana desa sebagaimana dimaksud pada nomor 1 disalurkan oleh kabupaten/kota kepada desa. Penyaluran dana desa tersebut dilakukan dengan cara pemindahbukan dari RKUK ke rekening kas Desa. Penyaluran paling lambat dilakukan tujuh hari sejak diterima di kas daerah.

Biaya Operasional Pemerintah Desa, dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagaimana diatur dalam peraturan bupati hasil dari turunan UU No 6 tahun 2014 yakni Perbup No.20 Tahun 2015 Tentang Pengalokasian Alokasi Dana Desa Di Kabupaten Langkat Sendiri setiap Desa mendapatkan dana transfer dari tiga sumber yaitu bersumber dari APBN sebesar Rp. 105,94 Miliar, Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp. 131,985 Miliar dan hasil dari pajak daerah dan retribusi sebesar Rp.30,527 Miliar. Sesuai dengan peraturan bupati ketiga dana ini digunakan untuk

a. Belanja pegawai pada belanja tidak langsung terdiri dari :

- tunjangan Kepala Desa

(8)

- tunjangan Kepala Urusan

- tunjangan Kepala Dusun

- tunjangan Ketua BPD

- tunjangan Wakil Ketua BPD

- tunjangan Sekertaris BPD

- tunjangan Anggota BPD

b. Belanja pegawai berupa honorarium pelaksana program dan kegiatan pemerintahan desa terdiri dari;

- honor panitia

- honor pelaksana pengelola keuangan desa

- honor imam desa

- honor imam masjid

- honor RT/RW

c. Belanja barang dan jasa terdiri dari :

- perjalan dinas Pemerintah Desa dan BPD

(9)

- belanja pemeliharaan kendaraan dinas

- belanja pemeliharaan peralatan/perlengakapan kantor

- pendataan profil desa

- pengadaan buku administrasi desa dan buku profil desa

d. Belanja Modal terdiri dari :

- belanja modal tanah

- belanja modal komputer

- belanja modal peralatan/perlengkapan kantor

Biaya kegiatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah biaya yang timbul dalam melaksanakan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan kegiatan pembangunan infrastruktur pedesaan, diantaranya digunakan untuk:

- perbaikan sarana publik dalam skala kecil

- kegiatan penanggulangan kemiskinan

- peningkatan kesehatan masyarakat

- pengadaan infrastruktur pedesaan seperti prasarana perhubungan, prasarana produksi, prasarana pemasaran, dan prasarana kesehatan, pendidikan termasuk prasarana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

(10)

- teknologi tepat guna

- penyertaan modal usaha masyarakat melalui bumdes

- pengadaan ketahanan pangan.

Pengelolaan Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) harus berpedoman pada prinsip-prinsip pengelolaan, yang meliputi:

a. Penyaluran dana harus langsung ditujukan kepada pengelola/penerima.

b. Rencana kegiatan dilakukan dengan tertib dan harus dapat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka.

c. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis maupun administrasi.

d. Pelaksanaan ADD harus sudah selesai pada akhir bulan Desember tahun anggaran yang sedang berjalan.

e. Apabila sampai akhir bulan Desember belum dapat selesai atau belum mencapai 100 % dan terdapat sisa dana, maka sisa dana tersebut dikembalikan ke Kas Daerah.

f. Hasil kegiatan/proyek yang dibangun menjadi milik desa dan dapat dilestarikan serta dikembangkan oleh pemerintah desa dan masyarakat.

(11)

Pengelola Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Bantuan Langsung ADD, terdiri dari:

a. Tim Fasilitasi Tingkat Kabupaten

b. Tim Pendamping Tingkat Kecamatan

c. Tim Pelaksana Tingkat Desa

Tim Pendamping Tingkat Kecamatan di bentuk di Kecamatan dan ditetapkan dengan keputusan camat, jumlah pendamping tingkat kecamatan sebanyak 3 sampai 5 orang, dimana susunan tim Pendamping Tingkat Kecamatan terdiri dari :

a. Ketua : Camat

b. Sekertaris : Sekertaris Kecamatan

c. Anggota : Unsur perangkat Kecamatan dan unsur lain yang dianggap berkompeten

Tugas Tim Pendamping Tingkat Kecamatan adalah :

a. memfasilitasi bimbingan teknik perencanaan kepada Tim Pelaksana Tingkat Desa;

b. memfasilitasi pelaksanaan pelatihan/orientasi kepada Tim Pelaksana Tingkat Desa;

(12)

c. memberikan bimbingan dan asistensi penyusunan, pengelolaan dan pemanfaatan ADD kepada Pelaksana Tingkat Desa;

d. melakukan kegiatan pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan ADD dalam setiap proses tahapan kegiatan;

e. melakukan fasilitasi pemecahan masalah berdasarkan pengaduan masyarakat serta pihak lainnya dan melaporkan kapada Tim Fasilitasi Tingkat Kabupaten;

f. memberikan laporan kemajuan penggunaan ADD kepada Bupati melalui Tim Fasilitasi Tingkat Kabupaten.

Ditingkat Desa dibetuk Tim Pelaksana Tingkat Desa dengan penanggungjawab adalah Kepala Desa, dalam pelaksanaan kegiatan penanggungjawab (Kepala Desa) membentuk Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) yang terdiri dari :

a. kegiatan rehabilitasi/pembangunan infrastruktur pedesaan dalam skala kecil;

b. kegiatan belanja aparatur dan operasional Pemerintah Desa;

c. kegiatan belanja operasional BPD.

Dalam hal pembelanjaan aparatur dan operasional Pemerintah Desa, Kepala Desa menetapkan salah satu perangkat Desa sebagai PTPKD. sedangkan dalam hal rehabilitasi/pembangunan infrastruktur pedesaan, kepala desa membentuk tim pelaksana kegiatan melalui musyawarah Desa. Dimana sesuai

(13)

Perbup No.20 Tahun 2015 Tentang Pengalokasian Alokasi Dana Desa menetapkan tim pelaksana kegiatan yang terdiri dari :

a. Kepala Desa bertindak sebagai penanggung jawab pengolahan dan pelaksaaan ADD

b. Sekretaris Desa bertindak sebagai koordinator pelaksana teknis pengolahan teknis keuangan dan aset desa (PTPTAD)

c. Satu orang Kepala Urusan atau Kepala Dusun sebagai Ketua

d. Satu orang Kepala Urusan atau Kepala Dusun sebagai Sekretaris

e. Satu orang Kepala Urusan atau Kepala Dusun sebagai Bendahara

f. Dua orang anggota biasa yang bisa berasal dari unsur kepala urusan, kepala dusun, unsur LPMD atau sebutan lain, unsur lembaga kemasyarakatan Desa dan lainnya, KPMD atau tokoh masyarakat.

Tim pelakasa ADD memiliki tugas:

1. Menyusun rencana kegiatan pelaksanaan ADD yang melibatkan BPD, LPMD lembaga kemasyarakatan lainnya dan KPMD untuk membahas masukan dan usulan kegiatan untuk dituangkan dalam Rencana Peraturan Desa tentang APB Desa

(14)

3. Mengirimkan dokumen pengajuan pencairan ADD beserta berkas kelengkapan prasyaratannya dan dokumen pertanggungjawaban Teknis Pengolahan Kegiatan ADD melalui Camat selaku Ketua Tim Pembina dan Pengawas Tingkat Kecamatan.

4. Melaksanakan kegiatan ADD sesuai dengan rencana kegiatan yang telah diterapkan

5. Melaporkan pelaksanaan ADD baik fisik maupun keuangan kepada Camat selaku ketua Tim Pembina dan Pengawas Tingkat Kecamatan.

Sedangkan kewajiban tim pelaksana desa dalam hal ini adalah perangkat desa memiliki kewajiban:

1. melaksanakan kegiatan ADD dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

2. mempertanggungjawabkan pengeluaran dan penggunaan keuangan atas pelaksanaan kegiatan ADD

3. memepertanggungjawabkan hasil akhir pelaksanaan kegiatan ADD

Sesuai dengan fungsinya BPD secara kelembagaan melakukan pengawasan dan evaluawsi terhadap keseluruhan pelaksanaan kegiatan ADD baik pada tahapan perencanaan, pelaksanaan maupun pelaporan hasil kegiatan.

(15)

Tahapan pelaksanaan pengalokasian ADD di Desa Kabupaten Langkat secara khusus Desa Halaban harus melalui tiga tahapan, dimulai dari

1. Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan yang dimaksud dalam hal ini adalah dimulai dari pelengkapan administrasi dan pelengkapan dokumen termaksud didalamanya perangkat desa harus menyampaikan informasi rencana anggaran dana desa. Selanjutnya perangkat desa menjalankan sosialisasi ditingkatan kabupaten yang diwakili oleh SKPD dari tingkatan kabupaten dan kecamatan. Ditingkatan kecamatan peserta berasal dari unsur pengolah ADD di tingkat desa. Tujuannya agar tercipta komunikasi dan informatif kebijakan kepada pemerintahan tingkatan atasan baik dalam hak maksud, tujuan, prinsip dan pelaksanaan ADD. Agar memberikan pemahaman dalam hal pengolahan dan pelaksanaan ADD kepada seluruh perangkat ADD.

2. Tahapan Perencanaan

Mekanisme penyusunan rencana penggunaan dan pelaksanaan ADD pada prinsipnya mengikuti mekanisme perencanaan dari bawah dan metode perencanaan partisipatif yaitu sebagai berikut:

a. Musrembangdes: Musrembangdes dilaksanakan dalam rangka menggali gagasan seluruh warga masyarakat mengenai perencanaan kegiatan pembangunan dan juga menetapkan kegiatan yang dibiayai dari ADD dengan mengacu pada

(16)

program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam RPJMDes. Dalam forum musrembang tersebut juga sekaligus membentuk tim pelaksana ADD Desa. Dalam forum musrembangdes forum dipimpin oleh kepala desa dengan dihadiri oleh camat atau unsur kecamatan, anggota LPMD, lembaga kemasyarakat, tokoh masyarakat dan BPD. Hasil dari musrembang inilah yang menjadi matrik rencana kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan.

b. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran

Dari hasil musrembangdes maka desa penerima ADD diharuskan menyusun RKA ADD dan RKA yang sudah disusun marupakan hasil final yang tidak dapat diganti kecuali dalam kondisi mendesak seperti bencana alam.

3. Tahapan Pelaksanaan

a. Pencairan ADD: Pencairan ADD dilaksanakan secara bertahap melalui dua tahap dan diatur sebagai berikut:

1. Tahapan pertama besaran yang dicarikan adalah sebesar 60% dari jumlah ADD yang diterima desa.

2. Tahapan kedua besaran yang dicarikan adalah sebesar 40% dari jumlah ADD yang diterima desa. Namun yang menjadi catatan dalam pencairan tahapan kedua hanya akan diberikan apabila penggunaan dan penyerapan atas pelaksanaan pada tahapan pertama telah sesuai dengan rencana penggunaan dan penyerapan dana atas pelaksanaan kegiatan telah mencapai sekurang-kurangnya 90%

(17)

Setelah melaksanakan pencairan dana, hal yang perlu diperhatikan adalah pertanggungjawaban pelaksanaan ADD terintegrasi dengan pertanggungjawaban APB Desa, sehingga bentuk pertanggungjawaban adalah pertangungjawaban APB Desa dalam hal ini adalah pertanggungjawaban Kepala Desa. Karena pada dasarnya kepala Desa bertanggungjawab kepada rakyatnya namun dalam hal ini pertanggungjawaban disampaikan kepada Bupati melalui perwakilan Camat. Kepala desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggungjawaban kepada BPD. Disamping itu juga itu kewajiban bagi kepala desa untuk menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawaban kepada masyatakat desa.

Sedangkan untuk laporan pertanggungjawaban ADD selain laporan penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa, setiap pengeluaran dan penggunaan dana ADD harus dipertanggungjawabkan oleh tim pelaksana ADD. Pelaporan pengolahan dan pelaksanaan ADD, dilaporakan meliputi laporan berkala yang berisi tentang pengolahan dan pelaksanaan ADD yang berisi secara rutin setiap semester atau setiap 6 bulan sekali serta laporan akhir dari pengolahan dan pelaksanaan ADD yang berisi perkembangan, pelaksanaan dan penyerapan dana.

Penyampaian laporan ini dilakukan secara berkala dan berjenjang yaitu dari tim pelaksana kepada kepala desa, selanjutnya dari kepala desa kepada tim pembina dan pengawas tingkat kecamatan, dan selanjutnya tim pembina dan pengawas tingkat kecamatan membuat laporan atau rekapitulasi laporan desa dari

(18)

setiap wilayahnya dan terakhir laporan kepada bupati melalui pertanggungjawaban teknis pengolahan kegiatan ADD.

3.2. Implementasi Dana Desa Di Desa Halaban Kabupaten Langkat

Pelaksaanaan program Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Halaban telah berjalan dengan baik meskipun masih ada kendala yang ditemui dalam pelaksanaannya. Sebagaimana dengan aturan hukum yang berlaku terkhusus Rancangan Peraturan Daerah tentang Alokasi Dana Desa dan Peraturan Bupati, ADD bertujuan untuk pemerataan pembangunan dan meningkatkan partisipasi, kesejahteraan serta pelayanan masyarakat desa melalui pembangunan dalam skala desa.

Demi optimalnya kegiatan ADD, Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat telah mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 20 tahun 2015 tentang Pengalokasian Dana Desa di Kabupaten Langkat untuk ditindak lanjuti dan dijadikan pedoman aparat terkait yang terlibat langsung dalam pengalokasian ADD di Kabupaten Langkat terlebih di Kecamatan Besitang Desa Halaban.

Dalam hal perencanaan pelaksanaan ADD di Desa Besitang, berdasarkan wawancara dengan Amien Pinem selaku Sekertaris Desa yang mewakili Kepala Desa di Desa Halaban, menyatakan :

(19)

“Kami memandang positif alokasi dana desa, peraturan pemerintah tentang dana desa telah mendapatkan perhatian lebih bagi peningkatan angagaran desa, namum memang masih terdapat kekurangan dalam menjalankan pengolahan dana desa. Namun secara persiapan atau perancanaan kami selalu melakukan musrembangdes setiap kali akan membahas anggaran desa setiap tahunnya, apalagi kalau sudah ada dana desa, otomatis ini akan menjadi modal awal bagi kami untuk mengembangkan desa” (wawancara tanggal 17 Januari 2017)

Hal demikian diungkapkan pula oleh, Samsir Muis (Ketua BPD) mengungkapkan :

“ Kami bersama-sama dengan Kepala Desa, BPD, Sekdes, LKMD serta perangkat desa lain dan tokoh masyarakat lainnya, awalnya telah mengadakan musyawarah untuk pembentukan RAPBDes untuk anggaran satu tahun. Rancangan tersebut akan disesuaikan dengan luas dan potensi wilayah desa sehingga RAPBDes dapat disahkan ditandatangani oleh BPD kemudian akan diajukan ke Kabupaten, sehingga dana desa dapat ditransfer ke kas desa” (wawancara tanggal 17 Januari 2017)

Dari tingkatan pemerintahan tingkatan dusun, Kepala Dusun 2 , Saiful Amri mengatakan, mengatakan :

“ Kemarin itu, telah diadakan musyawarah bersama semua elemen masyarakat, Ketua BPD, kepala Dusun dan jajaran perangkat Desa dalam hal membicarakan pembuatan APBDes dalam hal penyelenggaraan pengalokasian dana ADD”. (wawancara tanggal 18 Januari 2017)

Mewakili tokoh masyarakat, Supriadi (Mantan Kepala Desa) mengatakan:

(20)

“ Di Desa Halaban ini sudah diadakan musyawarah bersama dengan para tokoh masyarakat, perangkat desa, kadus serta telah terbit APBDes untuk Desa (wawancara tanggal 18 Januari 2017)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dari berbagai narasumber dapat ditarik kesimpulan bahwa Perangkat Desa di Desa Halaban telah melaksanakan rancangan pengelolaan ADD di dalam APBDes selanjutnya di tetapkan menjadi Perdes sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2015, APBDes yang disusun berdasarkan RKP Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Wawancara diatas menunjukkan pula bahwa pelaksanaan Perda Nomor 20 Tahun 2008 tentang Alokasi Dana Desa telah berjalan optimal, pemerintahan Desa Halaban telah menjalankan tugasnya dimana Kepala Desa telah mengkordinasikan musyawarah antara Pemerintah Desa, BPD, dan Elemen Desa mengenai rencana penggunaan ADD dan menyusun rencana Peraturan Desa tentang APBDesa setelah disetujui bersama oleh BPD dan Kepala Desa dan ditetapkan menjadi Peraturan Desa (Perdes) sebagaimana tertuang dalam Pedoman Pengolahan dan Pelaksanaan Anggaran Dana Desa.

Perencanaan pelaksanaan ADD di Desa Halaban telah berjalan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan akan tetapi saat ini belum terlihat maksimal program ADD yang telah disusun belum seluruhnya terlaksana, sebagaimana diungkapakan Sekretaris Desa:

(21)

“Saat ini pasca diberikannya dana desa, Desa Halaban telah membangun sarana dan prasarana seperti pembangunan sarana pendidikan, pengerasan jalan, serta membangun sejumlah jembatan penghubung antara dusun, karena sarana dan prasarana dianggap mampu meningkatkan perekonomian warga. Walaupun memang program ini masih terbilang lambat dalam pengerjaannya. Belum semua dusun tersentuh pembangunan dari dana desa. Ini menjadi hasil evaluasi di tahun lalu”

ADD berperang penting dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, ADD merupakan sumber Pendapatan Desa terbesar dari sumber pendapatan desa lainnya, hal ini dipengaruhi karena kurangnya Pendapatan Asli Desa (PAD). Untuk Desa Halaban sendiri tanpa adanya ADD Pemerintahan Desa mungkin sulit menjalankan tugasnya secara optimal, oleh karena itu ADD sangat berperang dalam penyelenggaran Pemerintahan Desa di Desa Halaban, hal ini diutarakan pula oleh Tamaruddin,S.Ag, Kepala Desa Halaban yang mengatakan:

“Dengan adanya ADD kegiatan Pemerintahan Desa dapat berjalan baik, ADD juga bereperan sebagai pendorong peningkatan PAD. Karena ADD jauh lebih banyak dari jumlah PAD di Desa Halaban”

Berdasarkan pendapat dari Kepala Desa diatas, dapat kita simpulkan bahwa ADD menempatkan diri pada urutan terdepan dalam mendukung pelaksanaan Pemerintahan Desa, oleh karena itu Pemerintah Desa diusahakan mampu mengelola ADD sesuai dengan pedoman pelaksanaan ADD dan menempatkan dana ADD sesuai dengan tujuan pelaksanaannya.

(22)

Akan tetapi diharapkan Pemerintah Desa tidak bergantung sepenuhnya pada ADD karena ADD bukanlah satu-satunya sumber pendapatan Desa karena masih banyak pendapatan Desa lainnya sebagaimana dalam Undang-undang 72 Tahun 2005 tentang Desa dimana Pendapatan Desa yakni:

- Pendapatan Asli Desa (PAD)

- Bagi Hasil Pajak

- Bagi hasil retribusi

- ADD

- Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/kota dan Desa lainnya

- Dana Hibah

- Sumbangan pihak ketiga

Oleh karena itu, ADD sebagai penyokong dana terbesar dari pendapatan Desa Halaban diharapkan mampu menjadi pendorong peningkatan pendapatan desa lainnya terutamanya PAD, Pemerintah Desa diharapkan mampu mengelola ADD sebagai perangsang PAD agar nantinya Desa dapat lebih mandiri tanpa mengharapkan ADD sehingga dana ADD dapat dipergunakan sepenuhnya untuk kebutuhan pembangunan Desa.

(23)

Tujuannya Anggaran Dana Desa, haruslah menjadi stimulus atau modal awal dalam membangun desa. Desa boleh bergantung pada dana dari pemerintahan pusat. Akan tetapi ini hanya sementara, tujuan awal dari undang-undang dana desa sebenarnya untuk menjadikan desa mandiri tidak lagi memiliki persoalan ekonomi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa.

Dalam hal pelaksanaan Alokasi Dana Desa menentukan bahwa 30% dana ADD digunakan untuk biaya operasional pemerintahan Desa dan 70% dana ADD digunakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu desa halaban telah mebuat APBDes yang memuat peruntukan dana ADD, dalam hal pelaksanaan aturan tersebut Desa Halaban telah membuat anggaran pendapatan dan belanja desa tahun anggaran 2016 sebagai berikut:

1. ADD Rp. 1.506.295.368

2. Belanja Desa

a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Rp. 593.358.938

b. Bidang Pembangunan Rp. 651.818.900

c. Bidang Pembinaan Masyarakat Rp 127.207.030

d. Biaya tak terduga

Jumlah Belanja Rp. 1.418.938.318

(24)

Surplus/Defisit Rp. 87.357.050

3. Pembiayaan Desa

a. Penerimaan Pembiyaan Rp. 1.506.295.368

- SILPA Rp. 2.642.950

b. Pengeluaran Pembiayaan

- Penyertaan Modal BUMDes Rp. 90.000.000 Rp. 1.418.938.318

Selisih Pembiayaan (a-b) Rp. 0

Berdasarakan wawancara dengan keseluruhan narasumber, penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksaanaan Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2015 tentang Alokasi Dana Desa penerapannya dapat terlaksanakan di Desa Halaban jika kita melihat dari program yang disusun dalam APBDes. Ini juga sesuai dengan roses pembinaan, perencanaan, perananan dan pembagian ADD yang dilakakukan instansi terkait dalam pelakasanaa ADD di Desa Halaban. Peran aktif Pemerintahan Kecamatan sampai pemerintahan kabupaten sudah mampu menjalankan tahapan pelaksanaan ADD, walaupun implementasi dari program itu belum dapat kita lihat secara maksimal.

(25)

3.3. Hambatan dan Capaian Pelaksanaan Pengalokasian Dana Desa

3.3.1. Hambatan Pelaksanaan Pengalokasian Dana Desa

Secara umum pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) telah berjalan dengan baik sebagaimana aturan perundang-undangan. Namun demikian pelaksanaan kebijakan ADD di Desa Halaban masih terdapat kendala. Hal tersebut dapat diketahui melalui berbagai pendapat yang dikemukankan oleh beberapa narasumber. Sekretaris Desa Halaban mengatakan:

“Kurangnya pemahaman perangkat desa tentang tehnologi terbaru sehingga sangat menyulitkan dalam menjalankan aplikasi sistem keuangan, menjadi harapan bagi kami membutuhkan pendamping desa sehingga kedepannya kami bisa memaksimalkan dana desa untuk langsung berkenaan dengan kebutuhan masyarakat”

Selain itu menurut pandangan masyarakat Desa Halaban, salah seorang masyarakat Dusun 2 yang bernama M. Fahmi mengatakan:

“Uang dari dana desa sebenarnya banyak, tapi masih belum begitu terasa bagi kami masyarakat kecil. Memang dibeberapa dusun sudah mulai diperbaiki jalan, tapi didusun ini perbaikan jalan memang ada, tetapi masih belum semua. Harapannya bisa diperhatikan perbaikan jalan di desa ini. Saya rasa semua masyarakat desa halaban keluhannya juga pasti persoalan jalan”

Hal serupa juga dirasakan oleh masyarakat dari dusun 4 , Sugi Yusman. “Kalau ditanya soal hambatan dari pelaksanaan pembangunan di dusun ini saya rasa terletak pada kurang seriusnya pembangunan jalan disini. Sudah 20 tahun kami tidak pernah mendapatkan jatah pengerasan jalan apalagi pengaspalan jalan. Bahkan titi yang selalu dipakai masyarakat untuk menyeberang sudah rusak parah, tidak pernah diperbaiki. Apalagi dibangun secara permanen. Ya kalau boleh dengan adanya dana desa ini

(26)

pemerintahan desa semakin serius. Memang keluhan selama ini desa kita selalu kekurangan dana setiap kali ingin melakukan pembangunan”

Jika dikaji dari hasil wawancara dan observasi peneliti, dapat peneliti simpulkan hambatan yang terjadi dalam pembangunan di Desa Halaban:

1. Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia Di Desa Halaban

Kualitas Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Halaban sebagai faktor internal yang pada umumnya tergolong rendah. Penyebabnya dilatar belakangi oleh pendidikan dari aparatur pemerintah desa yang ada ditingkat desa masih kurang, tetapi sebenarnya masalah ini dapat diatasi dengan memberikan bimbingan dan kesempatan untuk mendapatkan pelatihan. Kurangnya kemampuan yang dimliki oleh perangkat desa menyebabkan munculnya suatu masalah bahkan untuk mendiskusikan suatu masalah pemerintah desa Halaban mengalami kesulitan. Hal ini juga berakibat pada pengoperasian komputer.

Dalam hal ini kepala Desa Halaban, mengeluhkan minimnya pengetahuan perangkat desa tentang IPTEK ditambah akses untuk mendapatkan informasi soal IPTEK sangat sulit. Wajar ketika masyarakat juga terhambat dan lambat dalam mengenal kemajuan. Dampaknya jalanya penyelenggaraan pemerintahan di desa Halaban yang berhubungan dengan administrasi masyarakat akan terhambat pula. Perlu adanya perhatian dari pemerintah kecamatan atau kabupaten untuk menyelesaikan kendala atau hambatan yang rendahnya pemahaman birokrasi tentang IPTEK.

(27)

Memaksimalkan pendamping desa dalam mendampingi pemerintahan desa halaban adalah strategi untuk bisa memaksimalkan kinerja pembangunan desa halaban. Secara finansial dana desa harus mampu mengembangkan desa. Pendampingan dan perhatian dari pemerintahan atasan adalah point penting untuk mensukseskan pembangunan di desa halaban.

Selain itu pelaksanaan pelatihan tentang penggunaan IPTEK dalam pelaksanaan pemerintahan desa harus menjadi prioritas bagi pemerintahan desa. Pengembangan sarana pendidikan juga adalah salah satu jalan keluar dari rendahnya pengetahuan IPTEK dikalangan masyarakat. Dalam program APBDes Desa Halaban program pembangunan sekolah adalah program utama. Mengingat di desa ini hanya memiliki sekolah yang sedikit. Pembangunan akses internet dikantor-kantor, di tempat umum dan perkampungan warga adalah cara untuk mempercepat pembangunan pemahaman tentang IPTEK.

2. Pemikiran Masyarakat Desa Yang Kurang Peduli

Upaya pemerintah desa atau kepala desa memberikan pembinaan kepada masyarakat desa Halaban baik melalui kata-kata dan peraturan yang dibuat oleh aparat desa cukup terhambat dengan pola pikir masyarakat yang cendrung tidak tahu dan kesadaran masyarakat yang rendah akan kebijakan hukum yang telah dibuat. Lemahnya Sumber Daya Manusia tidak lepas dari sisi faktor penunjang seperti sarana dan prsarana yang memadai sehingga aspek tersebut perlu ditingkatkan sesuai dengan tingkat kebutuhan saat ini. Dalam artian singkat

(28)

kesadaran dari masyarakat terhadap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa perlu perhatian khusus agar masyarakat terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pemerintah desa.

Kita perlu ketahui bahwa Desa sebagai ujung tombak pemerintahan dalam hirarki susunan pemerintahan di negara Indonesia juga mengemban amanat otononomi sebagai konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah yang mulai diberlakukan semenjak Tahun 1999. Dalam upaya peningkatan peran pemerintahan desa dalam memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat maka pemerintahan desa perlu didukung dana dalam melaksanakan tugas-tugasnya baik di bidang pemerintahan maupun bidang pembangunan.

Desa mempunyai hak untuk memperoleh Alokasi Dana Desa (ADD) yang dusalurkan melalui kas desa. Pemberian ADD merupakan wujud pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat itu sendiri.

3.3.2. Capaian Pengolahan Dana Desa

Pengolahan dana desa secara umum sudah dapat dinikmati oleh masyarakat di Desa Halaban. Beberapa masyarakat mulai merasa ada perubahan dan pembangunan pasca dana desa dipergunakan untuk kepentingan masyarakat. Hal

(29)

tersebut dapat diketahui melalui berbagai pendapat yang dikemukankan oleh beberapa narasumber. M. Sajali, salah satu warga mengatakan:

“Sebelum ada dana desa, pembangunan desa kami tergolong sangat lambat. Dulu jalanan ini sangat jelek, kalau sudah hujan becek. Jadi warga pun sulit untuk bisa melewatinya. Sekarang jalannya sudah di perkeras, sudah lumayanlah. Masyarakat juga terbantu dengan dana desa ini”

Hal serupa juga disampaikan oleh warga lain, secara umum persoalan warga desa halaban lebih membutuhkan pembangunan fisik dalam bentuk pengerasan jalan dan pembangunan sarana pendidikan. Secara umum inilah menjadi perhatian khusus dari warga. Hal ini juga sejalan dengan program yang dijalankan oleh perangkat desa di desa halaban, hal ini disampaikan oleh kepala desa:

“Kita sebagai perangkat desa memang selalu melakukan musyawarah ketika akan menjalankan sebuah kegiatan. Misalnya kayak membuat kebijakan pengerasan jalan di dusun ini, kebijakan itu lahir karena ini hasil dari penjaringan aspirasi masyarakat. dana kita sudah ada dari dana desa. Makanya kita butuh kerja sama antara warga dan perangkat desa”

Sebagaiama APBDes yang telah disepakati bersama, telah ada pembagian dimana dana ADD sebesar 30% untuk gaji aparat desa dan 70% untuk kegiatan fisik yakni berupa perintisan dan perbaikan jalan Desa Halaban. Program ini berpacu pada pendistribusian 70% dana tersebut.

(30)

Adapun rincian dari hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan beberapa narasumber, implementasi dari dana desa telah berhasil membangun beberapa fasilitas dan bantuan kepada sejumlah organisasi dan lembaga masyarakat dari hasil pembagian 70% dari ADD , berupa:

- Bantuan kepada panitia hari raya

- Bantuan generasi muda

- Perintisan dan pengerasan jalan

- Perbaikan jalan desa dan jalan dusun

- Perbaikan jembatan

- Pengadaan pompa air untuk kelompok tani

- Pemeliharaan kantor desa

- Bantuan pembinaan PKK

- Penyusunan Sistem Data Base Desa

- Perbaikan sekolah dasar

Berdasarkan paparan narasumber diatas menunjukkan jawaban yang relatif sama dimana telah mengadakan peruntukan dana ADD jadi dapat disimpulkan bahwa Desa Halaban telah menempatkan fungsi dan pembagian dana ADD sesuai pada tempatnya berdasarkan aturan yang berlaku.

(31)

Berdasarakan wawancara dengan keseluruhan narasumber, saya dapat menyimpulkan bahwa pelaksaanaan Alokasi Dana Desa dan penerapannya dapat terlaksana di Desa Halaban jika dilihat dari proses pembinaan, perencanaan, perananan dan pembagian ADD yang dilakakukan instansi terkait dalam pelakasanaa ADD yakni dari Pemerintah Kecamatan selaku Tim Pendamping Kecamatan dan pemerintah Desa selaku Tim Pelaksana Tingkat Desa.

(32)

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada fokus penelitian yang penulis temukan, maka dapat disimpulkan bahwa Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Halaban adalah sebagai berikut:

1. Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Halaban berjalan cukup lancar. Hal ini dapat terlihat dari tahap persiapan berupa penyusunan Daftar Usulan Rencana kegiatan (DURK), penyelesaian setiap kegiatan sampai dengan tahap penyusunan pertanggungjawaban. Namun demikian pencapaian tujuan Alokasi Dana Desa belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian tujuan Alokasi Dana Desa (ADD), meliputi tahapan persiapan, perencanaan dan pelaksanaan program Alokasi Dana Desa.

2. Hambatan dalam pengalokasian dana desa terhambat oleh faktor rendahnya sumber daya manusia di Desa Halaban, hal ini dikarenakan akses pendidikan yang sangat rendah untuk bisa dikecap oleh masyarakat. Alhasil kondisi ini menciptakan minimnya pengetahuan tentang IPTEK dalam menjalankan roda pemerintahan desa di Desa halaban. Selain itu persoalan tentang rendahnya partisipasi masyarkat menciptakan lambatnya

(33)

pembangunan. Rendahnya partisipasi masyarakat dikarenakan masih minimnya pengtahuan masyarkat tentang program pembangunan.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diberikan saran-saran yang nantinya diharapkan dapat memperbaiki ataupun menyempurnakan pelaksanaan ADD di Desa Halaban dimaksud adalah :

1. Sosialisasi terhadap kebijakan ADD diberikan kepada masyarakat luas sehingga setelah memahami kebijakan ADD, masyarakat juga akan lebih mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pelaksanaan ADD, ikut melestarikan hasil pelaksanaan ADD serta ikut mengawasi jalannya ADD sesuai dengan ketentuan yang ada.

2. Para pelaksana ADD diberikan peningkatan pengetahuan melalui pendidikan dan latihan, khususnya yang menyangkut pengelolaan IPTEK dan pengolahan keuangan. Agar persoalan administrasi dapat berjalan dengan lancar dan persoalan keuangan dapat di inventarisir dengan benar.

3. Sedangkan untuk mempercepat kinerja pemerintahan kordinasi antara masyarakat dan pemerintahan harus terus dilakukan. Agar pembangunan dengan dana miliaran tersebut dapat tepat sasaran. Serta mengurangi kesalahan dalam pembangunan.

Referensi

Dokumen terkait

najlepszy czas na budowę ogrodu botanicznego. Kryzys to jednak czas wielu możliwości. Kiedy w połowie lat dziewięćdziesiątych, ze względu na powszechny brak pieniędzy,

>aun katuk digunakan sebagai antioksidan 'ebanyakan sumber antioksidan alami adalah tumbuhan dan umumnya merupakan senya4a fenolik yang tersebar di seluruh  bagian tumbuhan baik

Pelaksanaan UNBK harus terus dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pencapaian hasil belajar siswa yang jujur dan mandiri, serta latar belakang pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana penegakan hukum yang dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas

Berdasarkan dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan adalah suatu pola atau sistem koordinasi yang dilakukan dalam organisasi melalui

yang digunakan Hasil yang diharapkan Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan lansia memberikan pengetahuan tentang pentingnya kesehatan lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru yaitu kemampuan manajerial kepala

Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil karakterisasi baik HAp dari kerabang telur ayam kampung maupun kerabang telur ayam broiler adalah benar senyawa HAp, dan hasil