• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA, DAN

MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA AUDITOR

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Provinsi

Bali)

1

Komang Alit Trijayanti

1

Nyoman Ari Surya Darmawan,

2

Gede Adi Yuniarta

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {alittrijayanti@gmail.com , arisuryadharmawan@yahoo.com,

gdadi_ak@yahoo.co.id}@undiksha.ac.id

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris: (1) pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor, (2) pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja auditor, dan (3) pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja auditor.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data yang diperoleh dari kuesioner dan diukur dengan menggunakan skala likert. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor Kantor Akuntan Publik di Bali tahun 2015. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di Provinsi Bali sebanyak 63 auditor. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji regresi linier berganda. Data dianalisis dengan menggunakan software SPSS versi 19.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor, (2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja terhadap kinerja auditor, dan (3) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja auditor.

Kata kunci: gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, motivasi kerja, dan kinerja auditor.

Abstract

This study was aimed at finding empirical evidence on (1) the effect of leadership style on auditor’s performance, (2) the effect of job satisfaction on auditor’s performance, and (3) the effect of work motivation on auditor’s performance.

This was a quantitative study using data collected by questionnaires and measured using Likert’s scale. The population of the study was all of the auditors in Public Accountant Offices in Bali in 2015. The study use purposive sampling technique. The sample used was 63 auditors in Public Accountant Offices (KAP) in Bali Province. The study used multiple linear regression analysis to analyze the data. The data analysis was done using SPSS version 19 software.

The results showed that (1) there is a positive and significant effect of leadership style on auditor’s performance, (2) there is a positive and significant

(2)

effect of job satisfaction and auditor’s performance, and (3) there is a positive and significant effect of work motivation on auditor’s performance.

Keywords: leadership style, job satisfaction, work motivation, and auditor’s performance.

PENDAHULUAN

Berkembangnya profesi akuntan

publik sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sangat pesatnya sehingga tidak hanya memerlukan modal dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang. Profesi akuntan publik atau auditor kantor akuntan publik memegang peranan penting dalam perkembangan bisnis global saat ini.

Posisi akuntan publik sebagai pihak

independen yang memberikan opini

kewajaran terhadap laporan keuangan mulai banyak dipertanyakan apalagi setelah didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan.

Kurangnya independensi auditor dan

maraknya manipulasi akuntansi korporat

membuat kepercayaan para pemakai

laporan keuangan mempertanyakan

eksistensi akuntan publik sebagai pihak

independen. Padahal profesi akuntan

mempunyai peran penting dalam

penyediaan informasi keuangan yang

handal bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan. Sebagai penunjang

keberhasilan dalam menjalankan tugas dan

fungsinya dengan baik, sangatlah

diperlukan kinerja auditor yang baik dan berkualitas.

Seorang auditor harus dituntut untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas

sumber daya manusia (SDM) yang mampu meningkatkan kinerja. Menjadi seorang auditor dituntut harus mampu bekerja secara maksimal dan profesional . Seorang

auditor yang profesional dapat dilihat dari

kinerjanya saat menjalankan tugas-

tugasnya sebagai seorang auditor. Sumber daya manusia dalam suatu organisasi menjadi penentu dalam keefektifan kinerja di suatu organisasi. Kinerja auditor pada saat ini telah banyak mendapat sorotan dari

masyarakat karena masyarakat

menginginkan penyelenggaraan keuangan yang bersih dan bebas dari tidakan korupsi. Tingkat keberhasilan dan kinerja seseorang dalam bidang pekerjaannya di tentukan juga oleh gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan juga motivasi kerjanya pada suatu bidang tertenu yang di tekuninya.

Gaya kepemimpinan akan dapat mempengaruhi kinerja dari seorang auditor. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seorang manajer pada saat ia mempengaruhi perilaku bawahannya. Seseorang yang menjalankan

fungsi manajemen berkewajiban

mengarahkan karyawan yang dibawahinya agar mereka tetap melaksanakan tugas dengan baik, memiliki dedikasi terhadap organisasi dan tetap merasa berkewajiban

untuk mencapai tujuan organisasi

(Sedarmayanti, 2007). Jika kepemimpinan tersebut terjadi pada suatu organisasi formal tertentu, di mana para manajer perlu mengembangkan karyawan, membangun iklim motivasi, menjalankan fungsi-fungsi manajerial dalam rangka menghasilkan kinerja yang tinggi dan meningkatkan kinerja, maka manajer perlu menyesuaikan

gaya kepemimpinannya. Gaya

kepemimpinan diarahkan kepada

keterbukaan dan bersifat humanis yang dimilki oleh pimpinannya serta dengan

keikutsertaannya dalam penyusunan

anggaran, maka kinerja manajerial yang terjadi pada karyawan tersebut akan

meningkat dan semakin bersemangat

dalam mencapai target anggaran yang ditetapkan

(3)

Untuk hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja auditor, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sulton (2010), yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Jika tinggi gaya kepemimpinan, maka kinerja auditor semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis pertama:

H1: gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor.

Dalam meningkatkan kinerjanya,

auditor dihadapkan pada berbagai

tantangan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas. Keberhasilan dan kinerja

seorang auditor dalam melakukan

pemeriksaan keuangan negara sangat

ditentukan oleh adanya peningkatan

kepuasan kerja, profesionalisme auditor, dan adanya penerapan teknologi informasi. Hakikat kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang relatif berbeda dari pemikiran yang objektif dan keinginan perilaku (Davis dan Newstrom, 2004:105). Peningkatan kepuasan kerja bagi auditor berkaitan dengan pemenuhan

harapan kerja dalam melakukan

pemeriksaan. Banyaknya pemeriksaan

yang dilakukan (overload) dan risiko yang dihadapi auditor dalam melakukan audit, mejadikan seorang auditor sukar untuk dapat mencapai tingkat kepuasan kerja. Seorang auditor yang mempunyai tingkat kepuasan kerja tinggi akan menunjukkan kinerjanya dengan baik pula.

Untuk hubungan kepuasan kerja dengan kinerja auditor, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ibnu dan Arfan (2010), yang menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Jika tinggi kepuasan kerja, maka kinerja auditor

semakin tinggi. Berdasarkan uraian

tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis kedua:

H2: kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor.

Kinerja auditor sangat dipengaruhi oleh motivasi kerja. Setiap pegawai belum tentu bersedia mengerahkan kinerja yang dimilikinya secara optimal, sehingga masih

diperlukan adanya pendorong agar

seseorang mau menggunakan seluruh

potensinya untuk bekerja. Daya dorong tersebut disebut motivasi. Orang-orang biasanya termotivasi atau terdorong untuk bekerja pada suatu jabatan tertentu yang mereka rasa akan memperoleh imbalan (Vroom dan Dessler dalam Arrizal, 1999). Pernyataan inilah yang dinamakannya

hukum motivasi. Berdasarkan hukum

motivasi kerja itu maka untuk memotivasi kerja seorang pegawai diperlukan dua syarat mutlak, yaitu kemampuan kerja dan kemauan kerja. Motivasi diartikan sebagai

faktor-faktor yang mengarahkan dan

mendorong perilaku atau keinginan

seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah (Hariandja, 2002:35). Pemahaman terhadap motivasi karyawan akan sangat penting kaitannya dengan pencapaian tujuan, yaitu produktivitas dan efesiensi kinerja karyawan.

Untuk hubungan motivasi kerja

dengan kinerja auditor, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sulton (2010), yang menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Jika tinggi motivasi kerja, maka kinerja auditor semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis ketiga:

H3: motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2009) mengenai pengaruh independensi auditor, komitmen

organisasi, gaya kepemimpinan,dan

pemahaman good governance terhadap kinerja auditor, hasil membuktikan bahwa variabel independensi auditor, komitmen organisasi,dimiliki oleh seorang auditor. Dari Hal ini dapat menunjukkan bahwa

komitmen organisasi dapat tumbuh

manakala harapan kerja dapat terpenuhi . Selanjutnya terpenuhinya harapan kerja ini akan menimbulkan motivasi yang dimiliki Dari penelitian-penelitian sebelumnya yang mendorong peneliti untuk menguji kembali apakah variabel motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja auditor.Berdasarkan uraian diatas dapat diambil hipotesis ke empat. H₄: Gaya Kepemimpinan , Kepuasan Kerja, dan Motivasi Kerja bepengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor.

(4)

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di Provinsi Bali. Rancangan penelitian ini

menggunakan penelitian kuantitatif.

Variabel penelitian ini, yaitu gaya

kepemimpinan, kepuasan kerja, dan

motivasi kerja yang merupakan variabel bebas. Sedangkan, variabel terikat dalam penelitian ini, yaitu kinerja auditor.

Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling.

Sampel dalam penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di Provinsi Bali sebanyak 63 auditor. Responden tersebut terdiri dari 8 responden dari KAP Drs. Ketut Muliartha. R.M & Rekan, 7 responden dari KAP. I Wayan Ramantha, 10 responden dari KAP. Johan Malonda Mustika & Rekan (Cab.), 3 responden dari KAP. K. Gunarsa, 6 responden dari KAP. Ketut Budiartha, M.Si., 18 responden dari KAP. Sri Marmo Djogosarkoro, 8 responden dari KAP. Drs. Wayan Sunasdyana, dan 3 responden dari KAP. Rama Wendra (Cab.).

Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kuesioner. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala likert. Skala likert yaitu skala yang

digunakan untuk mengukur, sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena

sosial. Setiap pernyataan disediakan 5 (lima) alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas, (2) Uji hipotesis menggunakan uji regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas.

Pengujian validitas setiap butir

pertanyaan pada kuesioner digunakan analisis item, yang mengkorelasikan skor tiap butir pertanyaan dengan skor total yang

merupakan jumlah setiap skor butir

pertanyaan. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

korelasi Pearson’s Correlation Product

Moment. Kriteria keputusan valid kuesioner

dinyatakan apabila nilai Sig. (2-tailed) Pearson’s Correlation Product Moment lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Reliabilitas instrumen penelitian dinilai melalui besaran koefisien Alpha Cronbach, yang menunjukan konsistensi internal item-item yang mendasari sebuah variabel. Nilai suatu instrumen dikatakan reliabel bila nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,70 (Ghozali, 2007).

Uji normalitas data menggunakan statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Kriteria uji normalitas, data terdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Uji multikolinieritas diuji dengan Variance Inflation Factor (VIF). Aturan Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance adalah nilai VIF kurang dari 10

atau tolerance lebih dari 0,10, maka

dinyatakan tidak terjadi gejala

multikolinearitas. Model regresi yang baik

adalah model yang tidak terjadi

heteroskedastisitas. Untuk menguji

heteroskedastisitas digunakan uji Glejser.

Kriteria uji heteroskedastisitas, pada

persamaan regresi tidak ditemukannya

gejala heteroskedastisitas jika nilai

signifikansi antara variabel bebas dengan absolut residual lebih besar dari 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Kuesioner gaya kepemimpinan terdiri dari 10 butir dengan indeks validitas bergerak dari 0,608 s.d 0,677 dan indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,757

dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner

kepuasan kerja terdiri dari 16 butir dengan indeks validitas bergerak dari 0,326 s.d

0,588 dan indeks reliabilitas Alpha

Cronbach sebesar 0,718 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner motivasi kerja terdiri dari 12 butir dengan indeks validitas bergerak dari 0,435 s.d 0,530 dan indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,711 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner kinerja auditor terdiri dari 12 butir dengan indeks validitas butir bergerak dari 0,444 s.d 0,606 dan indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,733 dengan klasifikasi tinggi.

Hasil pengujian normalitas data

menggunakan statistik

Kolmogiorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,649. Nilai tersebut

(5)

lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria uji normalitas, data terdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari

0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal.

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolgomorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 63

Normal Parametersa,b Mean 0,000

Std. Deviation 1,153

Most Extreme Differences Absolute 0,093

Positive 0,050

Negative -0,093

Kolmogorov-Smirnov Z 0,737

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,649

(Sumber: data di olah 2015)

Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data gaya kepemimpinan, kepuasan kerja,

motivasi kerja, dan kinerja auditor

berdistribusi normal. Pada Tabel 2 hasil

pengujian multikolinieritas mengunakan

Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel bebas

lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. Berdasarkan nilai VIF dan tolerance, korelasi di antara variabel bebas dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. Dengan demikian di antara variabel bebas tidak ada korelasi atau tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi linier. Tabel 2. Hasil Uji Multikolineritas

Model Collinearity Statistics Keterangan

Tolerance VIF

(Constant)

Gaya kepemimpinan 0,494 2,025 Non Multikolineritas

Kepuasan kerja 0,312 3,209 Non Multikolineritas

Motivasi kerja 0,305 3,281 Non Multikolineritas

(Sumber: data di olah 2015)

Hasil pengujian heteroskedastisitas

menggunakan uji Glejser menunjukkan

bahwa nilai signifikansi antara variabel bebas dengan absolut residual lebih besar

dari 0,05, yang ditunjukkan pada Tabel 3. Dengan demikian, tidak ditemukannya masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

Tabel 3. Hasil Pengujian Asumsi Heterokedastisitas

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2,722 1,885 1,444 0,154

X1 -0,060 0,040 -0,273 -1,519 0,134

X2 -0,018 0,052 -0,079 -0,351 0,727

X3 0,033 0,056 0,135 0,593 0,556

(Sumber: data di olah 2015)

Pada penelitian ini diajukan tiga hipotesis. Pengujian hipotesis digunakan

analisis regresi linier ganda. Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar

(6)

pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), yang ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square. Hasil

analisis uji koefesien determinasi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Koefesien Determinasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 0,918 0,842 0,834 1,18176

(Sumber: data di olah 2015)

Berdasarkan Tabel 4, ditunjukkan

bahwa hasil perhitungan koefisien

determinasi sebesar 0,834. Hal ini

menunjukkan bahwa 83,4% variabel kinerja auditor dipengaruhi oleh variabel gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, motivasi

kerja, sedangkan 16,6% dipengaruhi oleh faktor lain.

Hasil regresi berganda antara variabel gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, dan motivasi kerja terhadap kinerja auditor dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Analisis Persamaan Regresi Linier Ganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2,052 3,217 -0,638 0,526

X1 0,222 0,068 0,241 3,283 0,002

X2 0,203 0,089 0,212 2,287 0,026

X3 0,564 0,096 0,548 5,859 0,000

(Sumber: data di olah 2015)

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh model persamaan regresi linier berganda yaitu:

ε. X ,564 X 0,203 X 0,222 2,052 Yˆ   1 20 3 

Model persamaan regresi linier

berganda di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut.

a. Konstanta sebesar -2,052 menunjukan jika variabel gaya kepemimpinan (X1), kepuasan kerja (X2), motivasi kerja (X3) bernilai konstan, maka variabel kinerja auditor (Y) memiliki nilai negatif sebesar 2,052 satuan.

b. Variabel gaya kepemimpinan (X1)

memiliki koefisien positif sebesar 0,222

dan nilai signifikan 0,002. Nilai

probabilitas signifikan untuk gaya

kepemimpinan (X1) adalah 0,002. Nilai ini lebih kecil dari nilai probabilitas α = 5%, maka dapat dinyatakan bahwa gaya kepemimpinan (X1) berpengaruh

terhadap kinerja auditor (Y).

Sedangkan, nilai koefisien regresi yang

positif menunjukkan bahwa gaya

kepemimpinan (X1) terhadap kinerja auditor (Y) berpengaruh positif. Hal ini

menggambarkan bahwa jika terjadi

kenaikan gaya kepemimpinan (X1)

sebesar 1 satuan, maka kinerja auditor

(Y) akan mengalami peningkatan

sebesar 0,222 satuan dengan asumsi variabel independen yang lain kepuasan kerja (X2) dan motivasi kerja (X3) dianggap konstan.

c. Variabel kepuasan kerja (X2) memiliki koefisien positif sebesar 0,203 dan nilai signifikan 0,026. Nilai probabilitas signifikan untuk kepuasan kerja (X2) adalah 0,026. Nilai ini lebih kecil dari nilai probabilitas α = 5%, maka dapat dinyatakan bahwa kepuasan kerja (X2) berpengaruh terhadap kinerja auditor (Y). Sedangkan, nilai koefisien regresi

yang positif menunjukkan bahwa

kepuasan kerja (X2) terhadap kinerja auditor (Y) berpengaruh positif. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan kepuasan kerja (X2) sebesar 1 satuan, maka kinerja auditor (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,203

(7)

independen yang lain gaya kepemimpinan (X1) dan motivasi kerja (X3) dianggap konstan.

d. Variabel motivasi kerja (X3) memiliki koefisien positif sebesar 0,564 dan nilai signifikan 0,000. Nilai probabilitas signifikan untuk motivasi kerja (X3) adalah 0,000. Nilai ini lebih kecil dari nilai probabilitas α = 5%, maka dapat dinyatakan bahwa motivasi kerja (X3) berpengaruh terhadap kinerja auditor (Y). Sedangkan, nilai koefisien regresi

yang positif menunjukkan bahwa

motivasi kerja (X3) terhadap kinerja auditor (Y) berpengaruh positif. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan motivasi kerja (X3) sebesar 1 satuan, maka kinerja auditor (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,564

satuan dengan asumsi variabel

independen yang lain gaya

kepemimpinan (X1) dan kepuasan kerja (X2) dianggap konstan.

PEMBAHASAN

Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Auditor

Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

auditor diterima. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa berpengaruh positif dan siginifikan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja auditor. Persamaan regresi punya arah koefisien positif. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan gaya kepemimpinan dan kinerja auditor adalah searah. Jika gaya kepemimpinan semakin tinggi, maka kinerja auditor juga semakin tinggi. Terdapat pengaruh yang signifikan

gaya kepemimpinan terhadap kinerja

auditor, yang ditunjukkan dengan nilai

probabilitas signifikan untuk gaya

kepemimpinan adalah 0,002 lebih kecil dari 0,05.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara gaya kepemimpinan

terhadap kinerja auditor. Justifikasi diambil dengan mempertimbangkan kajian teori dan emperis. Secara teori, gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan

seorang manajer pada saat ia

mempengaruhi perilaku bawahannya.

Seseorang yang menjalankan fungsi

manajemen berkewajiban mempengaruhi karyawan yang dibawahinya agar mereka tetap melaksanakan tugas dengan baik, memiliki dedikasi terhadap organisasi dan tetap merasa berkewajiban untuk mencapai tujuan organisasi (Sedarmayanti, 2007). Jika kepemimpinan tersebut terjadi pada suatu organisasi formal tertentu, di mana

para manajer perlu mengembangkan

karyawan, membangun iklim motivasi, menjalankan fungsi-fungsi manajerial dalam rangka menghasilkan kinerja yang tinggi dan meningkatkan kinerja, maka manajer

perlu menyesuaikan gaya

kepemimpinannya (Siagian, 2002). Gaya kepemimpinan yang diarahkan kepada keterbukaan dan lebih bersifat humanis yang dimilki oleh pimpinannya serta dengan

keikutsertaannya dalam penyusunan

anggaran, maka kinerja manajerial yang terjadi pada karyawan tersebut akan

meningkat dan semakin bersemangat

dalam mencapai target anggaran yang ditetapkan. Faktor utama dalam sukses

gaya kepemimpinan adalah gaya

kepemimpinan dasar individu (Fiedler

dalam Amrul & Nasir, 2002). Kinerja

kelompok atau individu yang efektif

bergantung pada padanan yang tepat antara gaya interaksi dari si pemimpin dengan bawahannya, serta sampai tingkat mana situasi memberikan kendali dan pengaruh kepada si pemimpin (Amrul & Nasir, 2002). Secara empiris hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sulton (2010), yang

menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor.

Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Auditor

Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja terhadap kinerja auditor. Persamaan regresi punya arah

koefisien positif. Pengaruh positif

menunjukkan bahwa hubungan kepuasan kerja dan kinerja auditor adalah searah.

(8)

Jika kepuasan kerja semakin tinggi, maka

kinerja auditor juga semakin tinggi.

Terdapat pengaruh yang signifikan

kepuasan kerja terhadap kualitas laporan keuangan, yang ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikan untuk kepuasan kerja adalah 0,026 lebih kecil dari 0,05.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan kerja terhadap kinerja

auditor. Justifikasi diambil dengan

mempertimbangkan kajian teori dan

emperis. Dalam meningkatkan kinerjanya,

auditor dihadapkan pada berbagai

tantangan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas. Saat ini masih terdapat beberapa kelemahan dalam melakukan audit di Indonesia. Kelemahan tersebut bersifat inherent, yakni tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai

dasar mengukur kinerja auditor

(Mardiasmo, 2001). Selama ini, sektor

publik sering dinilai sebagai sarang

inefisiensi, pemborosan, dan sumber

kebocoran dana. Tuntutan baru muncul

agar organisasi sektor publik

memperhatikan value for money yang

mempertimbangkan input, output, dan

outcome secara bersama-sama.

Berdasarkan fenomena di atas diharapkan agar auditor dapat melaksanakan audit seperti yang direncanakan dan sesuai dengan standar audit. Kinerja auditor sangat ditentukan dari hasil audit yang

dapat diandalkan bagi pihak yang

membutuhkan. Keberhasilan dan kinerja

seorang auditor dalam melakukan

pemeriksaan keuangan negara sangat

ditentukan oleh adanya peningkatan

kepuasan kerja, profesionalisme auditor, dan adanya penerapan teknologi informasi.

Peningkatan kepuasan kerja bagi

auditor berkaitan dengan pemenuhan

harapan kerja dalam melakukan

pemeriksaan. Banyaknya pemeriksaan

yang dilakukan (overload) dan risiko yang dihadapi auditor dalam melakukan audit, mejadikan seorang auditor sukar untuk dapat mencapai tingkat kepuasan kerja. Seorang auditor yang mempunyai tingkat kepuasan kerja tinggi akan menunjukkan kinerjanya dengan baik pula. Hakikat kepuasan kerja adalah perasaan senang

atau tidak senang yang relatif berbeda dari pemikiran yang objektif dan keinginan perilaku (Davis dan Newstrom, 2004:105). Perasaan senang ataupun tidak senang ini muncul disebabkan karena pada saat karyawan bekerja mereka membawa serta keinginan, kebutuhan, dan pengalaman masa lalu yang membentuk harapan kerja mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi harapan kerja ini dapat terpenuhi, maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja yang dirasakan oleh

auditor. Jika kepuasan kerja dapat

terpenuhi tentunya auditor akan dapat memberikan kinerja yang baik dalam

melaksanakan pekerjaannya. Secara

empiris hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh (Ibnu dan Arfan, 2010), yang

menunjukkan bahwa kepuasan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor.

Pengaruh Motivasi Kerja terhadap

Kinerja Auditor

Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja auditor. Persamaan regresi punya arah

koefisien positif. Pengaruh positif

menunjukkan bahwa hubungan motivasi kerja dan kinerja auditor adalah searah. Jika motivasi kerja semakin tinggi, maka

kinerja auditor juga semakin tinggi.

Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi

kerja terhadap kinerja auditor, yang

ditunjukkan dengan nilai probabilitas

signifikan untuk motivasi kerja adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja

auditor. Justifikasi diambil dengan

mempertimbangkan kajian teori dan

emperis. Secara teoretis, pegawai dapat melaksanakan tugasnya secara maksimum antara lain ditentukan oleh motivasi yang mendorong pegawai itu bekerja dengan tekun, serta disiplin yang diterapkan sehingga dapat tercapai tujuan perusahaan

(9)

di bawah kepemimpinan yang dapat menciptakan suasana kondusif terhadap lingkungan kerja (Latief, 2012). Setiap

pegawai belum tentu bersedia

mengerahkan kinerja yang dimilikinya

secara optimal, sehingga masih diperlukan adanya pendorong agar seseorang mau menggunakan seluruh potensinya untuk bekerja. Daya dorong tersebut disebut motivasi. Orang-orang biasanya termotivasi atau terdorong untuk bekerja pada suatu jabatan tertentu yang mereka rasa akan memperoleh imbalan (Vroom dan Dessler dalam Arrizal, 1999). Pernyataan inilah

yang dinamakannya hukum motivasi.

Berdasarkan hukum motivasi kerja itu maka untuk memotivasi kerja seorang pegawai

diperlukan dua syarat mutlak, yaitu

kemampuan kerja dan kemauan kerja. Motivasi diartikan sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah (Hariandja, 2002:35). Pemahaman terhadap motivasi karyawan akan sangat penting kaitannya dengan pencapaian tujuan, yaitu

produktivitas dan efesiensi kinerja

karyawan.

Jadi, rasionalnya apabila dorongan seseorang auditor untuk berkinerja adalah tinggi maka kinerja yang dicapai oleh seorang auditor akan tinggi pula. Dorongan berkinerja tinggi disebabkan oleh keinginan

seseorang auditor untuk memenuhi

kebutuhannya. Bila seseorang auditor memiliki kebutuhan akan materi, maka apabila ada yang dapat memberikan

kebutuhan tersebut kepadanya, maka

seseorang auditor akan berusaha untuk memperoleh kebutuhan tersebut dengan melakukan upaya semaksimal mungkin yang dapat dilakukannya. Secara empiris hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulton (2010), yang menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

(1) Variabel gaya kepemimpinan

berpengaruh positif terhadap kinerja

auditor, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif sebesar 0,222 dan nilai probabilitas 0,002 yang lebih kecil dari α = 5%. Artinya, apabila gaya kepemimpinan semakin baik, maka kinerja auditor akan semakin baik. (2) Variabel kepuasan kerja

berpengaruh positif terhadap kinerja

auditor, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif sebesar 0,203 dan nilai probabilitas 0,026 yang lebih kecil dari α = 5%. Artinya, apabila kepuasan kerja semakin tinggi, maka kinerja auditor juga semakin tinggi. (3) Variabel motivasi kerja

berpengaruh positif terhadap kinerja

auditor, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif sebesar 0,564 dan nilai probabilitas 0,000 yang lebih kecil dari α = 5%. Artinya, apabila motivasi kerja semakin tinggi, maka kinerja auditor juga semakin tinggi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai

berikut. (1) Bagi auditor, perlu

dipertahankan dan ditingkatkannya gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, motivasi kerja agar bisa meningkatkan kinerja auditor, sehingga informasi yang diberikan auditor dapat digunakan dengan baik. (2)

Keterbatasan penelitian ini variabel

independen yang digunakan hanya tiga

variabel, yaitu gaya kepemimpinan,

kepuasan kerja, motivasi kerja sehingga

bagi peneliti selanjutnya dapat

menggunakan variabel lain yang

mempengaruhi kinerja auditor namun tidak masuk dalam model yang diuji dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arrizal. 1999. Motivasi Kerja Dapat

Dibangkitkan dengan Pemberian Tunjangan Pegawai. Kajian Bisnis, Vol:2 No. 17, pp. 23-27.

Amrul, Sadat S dan Nasir , Moch, 2002. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap

Hubungan antara Partisipasi

(10)

Anggaran, Simposium Nasional Akuntansi (SNA)-5, Semarang. David, K. dan Newstrom, J. W. 2004.

Perilaku dalam Organisasi, Edisi 7 Bahasa Indonesia, Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Ghozali, Imam.2007. Aplikasi Analisis

Multivarite dengan progrman SPSS.

Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponogoro.

Hariandja,M.T.E. 2002. Manajemen Sumber

Daya Manusia: Pengadaan,

Pengembangan,

Pengkompensasian, dan

Peningkatan Produktivitas Pegawai. Jakarta: Grasindo.

Ibnu, G. dan Arfan, M. 2010. Pengaruh Kepuasan Kerja, Profesionalisme, dan Penerapan Teknologi Informasi

Terhadap Kinerja Audior.Jurnal

Telaah dan Riset Akuntansi 3(2), pp 195-205.

Mardiasmo. 2001. Pengawasan,

Pengendalian, dan Pemeriksaan

Kinerja Pemerintah dalam

Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi,3(2),pp 110-115.

Sedarmayanti. 2007. Manajemen SDM.

Bandung: PT. Refika Aditama. Siagia, P. S. 2002. Kiat Meningkatkan

Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Gambar

Tabel 3. Hasil Pengujian Asumsi Heterokedastisitas
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Koefesien Determinasi

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pembelajaran pada siklus II diperoleh ketuntasan hasil belajar yaitu 74,40 karena siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri ,siswa sudah aktif

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada siklus pertama, maka akan dilakukan tindakan pada pelaksanaan siklus II, langkah pelaksanaan masih sama seperti siklus I

demikian, pada kenyataannya banyak siswa yang tidak memiliki keterampilan berpidato dengan baik. Minat secara umum dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang

oleh orang tua saat melakukan komunikasi dengan cara bertatapan muka langsung dengan anak ketika melakukan komunikasi dan memberikan pesan kepada anak (Pusungulaa,et al.

Tingginya rasio FDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak likuid dan memberikan

Uraian sejarah dakwah Muhammadiyah di atas pada dasarnya tidak bisa lepas dari semangat purifikasi, pembaharuan Islam dan telaah normatif Ahmad Dahlan, sebagai pendirinya..

Penentuan cemaran timbal dan timah dalam makanan dilakukan dengan cara menimbang 5 gram sampel buah cabe jawa dan masukkan ke dalam cawan porselen.. Ditambahkan 10 mL

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil analisis pada siklus II, yaitu sebagai berikut. 1) Pada siklus ketiga peneliti tetap