• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. Generasi muda merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. Generasi muda merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan yang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGANTAR

A. Latar Belakang

Generasi muda merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan yang memiliki potensi strategis, dinamis, kreatif, inovatif dan produktif sangat diperlukan dalam kaitannya untuk mewujudkan pengetahuan kebangsaan dan sumber daya manusia guna mengantisipasi arus globalisasi, dengan menumbuhkan sikap optimisme dalam menatap masa depan bangsa dan negara, serta sikap proaktif dalam menghadapi tantangan dan peluang di era global untuk menghantar negara Indonesia dalam arus utama dunia.

Globalisasi telah menempatkan masyarakat dunia untuk dapat menjangkau satu dengan yang lainnya dan saling berhubungan dengan aspek kehidupan mereka, baik dalam budaya, ekonomi, politik, teknologi, lingkungan dan pertahanan keamanan (Winarno, 2004).

Pergeseran orientasi masyarakat menuju modernisasi merupakan suatu fenomena yang sulit dihindari. Dampak yang dibawa sangat beragam, baik positif maupun negatif. Pada satu sisi globalisasi telah menciptakan peluang-peluang yang dapat menguntungkan kehidupan manusia. Misalnya saja suasana kehidupan manusia menjadi semakin mudah, nyaman dan praktis. Setiap orang dapat bekerja dengan lebih cepat dan efisien. Tetapi pada sisi lain, ada juga individu yang merasa kesulitan dengan adanya perubahan teknologi yang baru tersebut.

(2)

Dampak-dampak tersebut tidak hanya dirasakan pada setiap individu saja, akan tetapi dapat juga dirasakan oleh lembaga maupun instansi-instansi lainnya, dan hal itu berlaku di semua aspek kehidupan secara garis besar, secara langsung maupun tidak langsung arus globalisasi melibatkan semua aspek berbangsa dan bernegara.

Salah satu bidang yang juga terkena dampak globalisasi adalah bidang pendidikan, yang didalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan dalam wawasan kebangsaan yang mengalami perubahan (Water, 2004).

Salah satu solusi jangka panjang adalah “menciptakan sistem ketahanan negara yang tangguh adalah melalui Pendidikan Bela Negara” (Afandi, 2008). Pendidikan yang dimaksud adalah sesuai amanat pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.

Pembelaan negara bukan semata-mata tugas TNI, tetapi merupakan juga tanggung jawab segenap warga negara sesuai kemampuan dan profesinya dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (http://www.ojimori.com/2011/05/17/pengertian-bela-negara-di-indonesia/).

Era reformasi yang membawa banyak perubahan di hampir segala bidang di Republik Indonesia. Banyak perubahan yang positif dan bermanfaat bagi

(3)

masyarakat, tetapi ada juga yang negatif yang pada gilirannya akan merugikan keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri.

Bela negara merupakan sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara yang mencerminkan patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen untuk kepentingan mempertahankan eksistensi negara. Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara. Sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.

Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan paham kemiliteran, dimana seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional Indonesia, padahal berdasarkan pasal 30 Undang Undang Dasar 1945, bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bela negara juga dapat dimaknai sebagai upaya setiap warga negara untuk mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri dengan cara penyelenggaraan pertahanan negara yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia maupun oleh seluruh komponen bangsa.

Kesadaran bela negara hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras, mulai dari hubungan baik sesama

(4)

warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata (Dephan RI, 2007). Termasuk didalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Beberapa sikap perilaku seseorang warga negara seperti cinta tanah air; kesadaran berbangsa dan bernegara; yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara; rela berkorban untuk bangsa dan negara; memiliki kemampuan awal bela negara yang kesemua itu dikenal sebagai unsur dasar bela negara. Dengan melakukan kegiatan belajar dengan rajin bagi para pelajar; Taat akan hukum dan aturan-aturan negara; Melestarikan budaya; bergotong royong, menjauhi narkoba; menanamkan sikap kejujuran, dan lain lain maka pada dasarnya seseorang itu sudah dapat dikatakan memiliki sikap bela negara yang baik.

Potensi ancaman tampaknya akan lebih berbentuk upaya menghancurkan moral dan budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkotika dan obat-obat terlarang, film-film porno atau berbagai kegiatan kebudayaan asing yang mempengaruhi bangsa Indonesia terutama generasi muda, yang pada gilirannya dapat merusak budaya bangsa. Pada kenyataannya potensi ancaman yang dihadapi Negara Kesatuan Republik Indonesia tampaknya akan lebih banyak muncul dari dalam negeri sendiri (Satari, 2003), antara lain dalam bentuk ketidakadilan dan kemiskinan, terjadinya terorisme, gerakan-gerakan separatime di daerah berdasarkan sentimen kesukuan, potensi konflik antar kelompok atau antar golongan baik akibat perbedaan pendapat dalam masalah politik, maupun akibat masalah SARA, pelanggaran Hak Azasi Manusia yang pada gilirannya dapat menyebabkan huru-hara atau kerusuhan massa, dan dapat menimbulkan

(5)

terkikisnya kemampuan pertahanan negara, yang pada gilirannya akan menyebabkan disintegrasi nasional.

Dewasa ini suasana keterbukaan pasca pemerintahan orde baru menyebabkan arus informasi dari segala penjuru dunia seolah tidak terbendung. Berbagai ideologi, mulai dari ekstrim kiri sampai ke ekstrim kanan, menarik perhatian bangsa kita, khususnya generasi muda untuk dipelajari, dipahami dan diterapkan dalam upaya mencari jati diri bangsa setelah selama lebih dari 30 tahun merasa terbelenggu oleh sistem pemerintahan yang otoriter. Salah satu dampak buruk dari reformasi adalah memudarnya semangat nasionalisme dan kecintaan pada negara. Semangat untuk membela negara seolah telah memudar, perbedaan pendapat antar golongan atau ketidaksetujuan dengan kebijakan pemerintah adalah suatu hal yang wajar dalam suatu sistem politik yang demokratis namun berbagai tindakan anarkis, konflik sara dan separatisme yang sering terjadi dengan mengatas namakan demokrasi menimbulkan kesan bahwa tidak ada lagi semangat kebersamaan sebagai suatu bangsa, kepentingan kelompok, bahkan kepentingan pribadi, telah menjadi tujuan utama.

Ketidaksiapan masyarakat bangsa akan sebuah perubahan sosial yang terjadi pada era reformasi ini menjadikan pengaruh-pengaruh asing mudah masuk dan mudah menggoyahkan sendi sendi kehidupan berbangsa, diantaranya adalah semangat dan nilai nilai untuk membela bangsanya seperti, cinta pada tanah air, kewaspadaan terhadap ancaman, dan kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara lambat laun akan menjadi luntur (Murdani, 1992). Kondisi ini menjadi makin

(6)

rentan karena bela negara yang dilakukan oleh pemerintah masih dinilai oleh masyarakat belum memiliki tujuan positif bagi kehidupan masyarakat Indonesia.

Munculnya berbagai kerusuhan dengan latar belakang suku, ras dan agama yang terjadi selama ini menunjukkan, bahwa bangsa ini masih belum siap secara mental dalam menghadapi tantangan masa depan untuk hidup didalam sebuah ruang keanekaragaman dan pluralitas (space of plurality) dalam sebuah wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kerusuhan berlatar belakang suku, ras dan agama yang sering terjadi akhir akhir ini menunjukkan bahwa perubahan sosial yang terjadi pada era reformasi tidak selamanya berdampak positif bagi kehidupan bangsa ini (Sutrisno, 2006).

Sejumlah aksi kekerasan akhir-akhir ini merebak di sejumlah daerah. Tawuran anak STM; tawuran antar suporter; tawuran SMA; tawuran SMP; tawuran The Jak vs Viking; tawuran mahasiswa dan yang masih kuat melekat di ingatan mayarakat adalah bentrok antara siswa SMA Negeri 6 Jakarta Selatan dan wartawan yang terjadi di kawasan Bulungan, Senin, 19 September 2011. Kejadian itu semua bukan menjadi contoh bagaimana kita harus menghindarinya, tetapi malah menjadi pemicu kelompok masyarakat lainnya ikut memulai tawuran baru di lingkungannya, dengan kata lain tawuran bukan dihindari, tetapi semakin merebak kemana mana. Seharusnya kekerasan yang terjadi di sejumlah daerah bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat dan aparat penegak hukum untuk mencegah dan menghukum bagi yang bersalah atas terjadinya tauran tersebut. (http://www.tempo.co/read/news/2011/09/20/064357207/SBY-Pun-Komentari-Tawuran-SMA-6-vs-Wartawan)

(7)

Di mata para remaja narkoba adalah zat yang berbahaya untuk dikonsumsi dan disalahgunakan. Tetapi mereka menganggap bahwa hanya narkoba yang bisa memberikan ketenangan kepada mereka dikala mereka mempunyai masalah atau stress. Dampak yang diakibatkan kepada para remaja pengguna narkoba khususnya terhadap sekolah mereka menjadi terbengkalai dan mereka menjadi putus sekolah. Namun, tetap ada beberapa remaja yang tidak memikirkan pengaruh narkoba terhadap sekolahnya. Dari hasil penelitian penyebab para remaja-remaja di kota Serang 75% mengatakan karena pergaulan bebas yang mengharuskan mereka memakai narkoba, 25% mengatakan karena ingin menenangkan diri dari banyaknya masalah atau stress

(http://moegrafis.blogspot.com/2011/05/penggunaan-narkoba-dikalangan-remaja.html).

Nilai-nilai bela negara merupakan benteng bagi negara dalam menyelamatkan kelanggengan kehidupan berbangsa dan bernegara serta peningkatan kualitas eksistensinya, tanpa semangat dan nilai-nilai bela negara di masyarakat maka dapat dipastikan kehidupan berbangsa di negara ini akan mudah goyah, luntur, dan pada akhirnya akan hancur (Soepandji, 2008). Melemahnya semangat bela negara masyarakat akan berdampak kurang baik bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Anak-anak dan remaja dewasa ini sedang mengalami krisis kepribadian dan intelektual. Fakta mengatakan banyak anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar sudah berani mencoba merokok, pacaran, ciuman, dan membuka situs-situs website terlarang. Bahkan kita pernah mendengar berita di media massa

(8)

bahwa anak yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama telah mencabuli gadis yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 4 akibat menonton film porno.

Budaya asing yang masuk ke Indonesia membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan generasi muda saat ini. Dalam menyikapi kebudayaan yang masuk kita harus berupaya menanggulanginya agar jati diri kita sebagai anak bangsa tidak rusak. Banyaknya tindak kejahatan yang terjadi saat ini juga tidak lepas dari budaya asing yang masuk, tindak kriminal, narkoba, tawuran, perkosaan, pergaulan bebas terjadi karena generasi muda kita meniru kebudayaan asing yang menurut mereka sudah tidak tabu lagi untuk diikuti. Inilah fenomena yang terjadi pada generasi muda kita saat ini akibat tidak bisa memilah budaya asing yang masuk.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari, yang apabila digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno dan situs-situs negatif lainnya.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak

(9)

sesuka hati mereka. Contoh nyata adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, apa jadinya generasi muda tersebut. Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungan dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme.

Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme. Langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme antara lain yaitu :

1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.

2. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.

3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya. 4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum

dalam arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.

5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.

(10)

Generasi muda menjadi harapan dan tulang punggung bangsa ini yang tengah mengalami problema yang sangat serius dan berpotensi pada hilangnya generasi. Pembangunan menuntut bangsa Indonesia untuk mengembangkan seluruh aspek kehidupan secara utuh menyeluruh dan terpadu guna mewujudkan kesejahteraan dan keamanan nasional, masalah generasi muda yang menjadi dinamisator pembangunan nasional yang perlu mendapat perhatian secara serius. Hal mendasar yang harus dimiliki oleh generasi muda dalam kontribusinya mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional adalah semangat kebangsaan sebagai sinergi antara rasa kebangsaan dan faham kebangsaan yang menyatukan tekad untuk senantiasa menjaga martabat bangsa serta pemahaman tentang apa dan bagaimana bangsa ini mewujudkan masa depannya. (Lemhannas RI, 2008)

Dengan kondisi demikian itu dalam rangka menumbuhkan semangat bela negara bagi generasi muda guna menjamin ketahan nasional Indonesia dalam pencapaian tujuan nasional, pendidikan nasional sangat dibutuhkan keberhasilannya guna menumbuhkan sikap, moral dan watak bangsa. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional mempertegas rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :

1. Fungsi Pendidikan Nasional ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

(11)

2. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Depdiknas, 2003).

Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa kurikulum dan isi pendidikan yang memuat pendidikan Pancasila, pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan terus ditingkatkan dan dikembangkan di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan.

Sebagai bagian dari pendidikan nasional, Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional serta memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Semua itu diperlakukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para siswa, mahasiswa calon sarjana/ilmuwan, warga negara Republik Indonesia.

(12)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembahasan masalah di atas dapat dirumuskan bahwa permasalahan mendasar yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat pemahaman generasi muda tentang nilai bela negara. 2. Bagaimana implikasi perwujudan pemahaman nilai bela negara terhadap

ketahanan pribadi dan ketahanan sekolah.

C. Tujuan Penelitian

Ada dua tujuan penelitian ini dilakukan, yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman generasi muda sebagai warga negara tentang nilai-nilai bela negara.

2. Untuk mengetahui implikasi perwujudan pemahaman nilai bela negara terhadap ketahanan pribadi dan ketahanan sekolah.

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan selain sebagai sumbangan pemikiran bagi instansi yang mengelola pertahanan negara dalam mengambil langkah kebijakan dalam menyusun program pembinaan kesadaran bela negara bagi generasi muda sebagai salah satu komponen masyarakat yang berperan dalam upaya pertahanan negara, serta dapat dijadikan pengembangan dalam melakukan pendidikan mengimplementasikan upaya pembelaan negara dengan menyelenggarakan sosialisasi dan pelaksanaan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) bagi segenap warga negara melalui

(13)

tiga lingkungan kehidupan yaitu di lingkungan pendidikan, pekerjaan dan pemukiman.

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti bahwa judul dan substansi penelitian ini belum pernah dilakukan oleh orang lain. Namun demikian beberapa judul penelitian yang sejenis dapat disampaikan sebagai berikut :

Tabel 1. Judul Penelitian Sejenis

No Nama Tahun Judul Tujuan Hasil Penelitian

1 Suprapto 2008 Semangat Bela Negara Dalam Masyarakat (Studi di Kota : Makassar, Solo dan Kupang) a. Untuk mengetahui secara mendalam mengenai tingkat pemahaman dan pengamalan tentang semangat bela negara masyarakat di tiga kota, yaitu kota Makassar, kota Solo dan kota Kupang

b. Untuk mengetahui tingkat korelasi atau hubungan tentang tinggi dan rendahnya semangat bela Negara masyarakat dengan jenis kelamin, umur, tingkat

pendidikan dan kategori responden/ stage holder c. Untuk mengetahui bentuk sosialisasi semangat bela Negara yang diinginkan oleh masyarakat di tiga kota, yaitu kota Makassar, kota Solo dan kota Kupang

Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan,

pemahaman serta pengamalan semangat bela negara di tiga kota masih cukup tinggi

(14)

No Nama Tahun Judul Tujuan Hasil Penelitian 2 Chairul Ashri 2009 Peran Serta Masyarakat Untuk Bela Negara Guna Meningkatkan Ketahanan Nasional (Studi Kasus di Kelurahan Pasir Jaya Kota Tangerang Banten) a. Mengetahui dan menganalisis pemahaman masyarakat kelurahan Pasir Jaya Kota Tangerang terhadap nilai-nilai bela negara dalam meningkatkan ketahanan nasional. b. Mengetahui dan menganalisis peran masyarakat kelurahan Pasir Jaya Kota Tangerang dalam bela negara

c. Mengetahui dan komitmen masyarakat Kota Tangerang tentang pelaksanaan nilai-nilai semangat bela negara

1. Pemahaman masyarakat Kelurahan Pasir Jaya Kota Tangerang tentang nilai-nilai bela negara dapat dikatakan tinggi 2. Peran serta

masyarakat Kelurahan Pasir Jaya Kota

Tangerang relatif kecil, terutama dalam

penyusunan rencana pembentukan Hansip/Wanra 3. Komitmen

masyarakat Pasir Jaya Kota Tangerang dalam menyikapi berbagai persoalan, termasuk keterlibatannya dalam bela negara dapat diimplementasikan melalui berbagai pernyataan 3 Muhammad Nur Ali 2009 Pemahaman Nilai Bela Negara dan Implikasi Terhadap Peningkatan Ketahanan Wilayah (Studi Tentang Masyarakat Kota Solo, Jawa Tengah) a. Untuk mengetahui pemahaman nilai bela negara masyarakat di Solo

b. Untuk menganalisis implikasi pemahaman nilai bela negara terhadap peningkatan ketahanan wilayah

1. Pemahaman nilai bela negara kota Solo masih relatif kecil 2. Pemahaman tentang kesadaran dan kewaspadaan terhadap ancaman, belum di mengerti betul. 3. Pemahaman tentang rela berkorban untuk bangsa dan Negara belum diketahui makna dan implementasinya. 4. Implikasi pemahaman nilai bela negara

masyarakat terhadap peningkatan ketahanan wilayah kota Solo belum dipahami secara mendalam. 4 Suryo Hariyanto 2009 Perilaku Membolos Mempengaruhi Ketahanan Pribadi (Studi a. Bagaimana kondisi kota Magelang yang dapat memberikan pengaruh terhadap tingkah laku siswa

Kondisi disiplin siswa murid di 3 SLTA Negeri Magelang, pada

umumnya dapat dikatakan cukup baik.

(15)

No Nama Tahun Judul Tujuan Hasil Penelitian Kasus di 3

SLTA Negeri Magelang)

SLTA, dan bagaimana karateristik siswa SLTA di kota Magelang serta bagaimana fakta perilaku membolos di kalangan siswa SLTA

b. Menguraikan tentang faktor-faktor yang menyebabkan siswa/pelajar SLTA membolos melalui pengaruh lingkungan global, pengaruh lingkungan sosial/komunitas, pengaruh lingkungan keluarga, pengaruh lingkungan pendidikan dan faktor individual dan teman sebaya c. Menguraikan implikasi membolos dapat mempengaruhi kepribadian siswa/pelajar SLTA d. Mengatasi masalah membolos dan apa yang perlu dilakukan agar membolos yag dilakukan oleh siswa/pelajar dapat dicegah minimal dapat dikurangi sehingga akan tercipta kepribadian siswa/pelajar sesuai yang diharapkan

(16)

F. Sistematika Penelitian

Penulisan ini terdiri dari 5 (lima) bab yang saling berkaitan satu dengan lainnya dan lebih diperinci dalam setiap sub bab. Dalam Bab I yang merupakan pengantar menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan keaslian penulisan serta sistematika penulisan. Kemudian pada Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka, landasan teori dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pada Bab III berisi mengenai gambaran umum tentang objek yang akan diteliti. Baik dari kondisi perilaku siswa selama jam pelajaran tentang nilai-nilai bela negara di sampaikan oleh guru baik di kelas maupun praktek dilapangan, kondisi lingkungan, dan kondisi yang terkait pada objek penelitian.

Setelah dilakukan penelitian mengenai pemahaman nilai bela negara pada generasi muda dan implikasinya terhadap ketahanan pribadi dan ketahanan sekolah maka didapat faktor apa saja yang dipahami pelajar tentang nilai bela negara pada generasi muda. Pada Bab IV merupakan jawaban dari pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah, disini akan dibahas tentang tingkat pemahaman generasi muda tentang bela negara dan implikasi pemahaman nilai bela negara terhadap ketahanan pribadi dan ketahanan sekolah.

Kemudian ditutup dengan Bab V yang berisi tentang kesimpulan dan saran merupakan bab terakhir dalam tesis ini. Kesimpulan dan saran dari penelitian ini, yang merupakan rangkuman dari interpretasi dan rekomendasi. Selain ini juga meliputi telaah terhadap metode yang digunakan dalam penelitian ini. Diharapkan

(17)

dalam kesimpulan dan saran penelitian ini, dapat menjawab semua pertanyaan yang ada di tujuan penelitian.

Gambar

Tabel 1. Judul Penelitian Sejenis

Referensi

Dokumen terkait

Arsip yang ada pada pusat penelitian dan pengembangan teknologi minyak dan gas bumi (PPPTMGB) “LEMIGAS” semakin hari bertambah volumenya sehingga dapat mengakibatkan

(Brooks 1987, dikutip dari buku Object Oriented Modeling And Design, tulisan James Rumbaugh, dkk) (NUG[10]) mengemukakan bagian tersulit dari pengembangan perangkat lunak

Pengetahuan Dengan Minat Ibu Hamil Trimester III Dalam Mengikuti Hypnobirthing di Puskesmas Kabuh, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, dengan hasil penelitian

 Selain  itu  perumahan  juga  kembali  dibangun  dan   bertambah  sebarannya  ke  arah  utara  dan  agak  menjauh  dari  bibir  pantai..  Grafik  perubahan  tata

Hasil adaptasi tujuh varietas kentang di desa Bontolojong, kacamatan Ulu Ere, kabupaten Bantaeng dapat disimpulkan bahwa varietas yang beradaptasi baik dengan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 23,6 persen yang berarti variasi manajemen laba dapat dijelaskan oleh variabel independen,

Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya resiko cidera yang tinggi dan mengetahui efektifitas pada latihan tersebut maka dalam penelitian ini, penulis ingin membuktikan

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskrimasi sebagaimana diamanatkan dalam