• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA

Dian Hadian 1)

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi kang_dian78@yahoo.com

Unang 2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi unang17@yahoo.com

M Iskandar Mamoen 3)

Fakultas Pertanian Universitas SIliwangi

ABSTRACT

This research aimed to determine the contribution of agricultural sector to GDP Tasikmalaya City, growth rate, value inequality and inequality dynamics in Tasikmalaya City during the period 2008-2011 as well as the contribution of the agricultural sector in reducing the economic disparities.

The method used is the method of case studies conducted in the Tasikmalaya City, Tasikmalaya City is a consideration that urban areas are in fact inside there is a change of focus of development for traditional sector to the modern sector, which impact on the lack of attention to the development of the agricultural sector. The study was conducted from April to July 2013.

During the period 2008-2011 the agricultural sector still contributes to the GDP formation Tasikmalaya City with an average accounts for 7,94 percent. The growth rate of the agricultural sector during the period 2008-2011 has increased by an average of 0,80 percent. During this period also, the dynamics of economic inequality with a tendency to increase with the average value of the index inequality of 0,360. The analysis also shows that the agricultural sector contributes in reducing economic inequality in Tasikmalaya City evident that the higher the value of inequality if GDP agricultural sector is not included in the calculation.

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Tasikmalaya, laju pertumbuhannya, ketimpangan dan dinamika ketimpangan yang terjadi di Kota Tasikmalaya selama periode tahun 2008-2011 serta kontribusi sektor pertanian dalam mengurangi ketimpangan ekonomi tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus yang dilakukan di Kota Tasikmalaya dengan pertimbangan bahwa Kota Tasikmalaya merupakan daerah perkotaan yang notabene didalamnya terjadi perubahan fokus pembangunan dari sektor tradisional ke sektor modern yang berimbas pada kurangnya perhatian terhadap pembangunan sektor pertanian. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai Juli 2013.

Selama periode tahun 2008-2011 sektor pertanian masih memberikan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota Tasikmalaya dengan menyumbang rata-rata sebesar 7,94 persen. Laju pertumbuhan sektor pertanian selama periode 2008-2011 mengalami peningkatan dengan rata-rata 0,80 persen. Selama periode tersebut pula terjadi dinamika ketimpangan ekonomi dengan kecenderungan meningkat dengan rata-rata nilai indeks ketimpangan sebesar 0,360. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa sektor pertanian berkontribusi dalam mengurangi ketimpangan ekonomi di Kota Tasikmalaya yang terbukti dengan nilai ketimpangan yang semakin tinggi jika PDRB sektor pertanian tidak disertakan dalam perhitungan.

Kata kunci: kontribusi, sektor pertanian, PDRB, ketimpangan ekonomi

PENDAHULUAN

Pembangunan merupakan upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada semua aspek termasuk didalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja (Tri Widodo, 2006). Upaya pembangunan tersebut dilaksanakan tidak hanya ditingkat pusat saja tetapi dapat pula dilaksanakan juga dalam ruang lingkup yang lebih kecil, yaitu ditingkat daerah, provinsi, kabupaten, kecamatan sampai tingkat desa. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di wilayah yang lebih kecil akan berdampak bagi keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan di wilayah yang lebih besar.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan ekonomi di daerah seperti yang dinyatakan oleh Lincolin Arsyad (1999) bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, tidak terkecuali arah tujuan pembangunan di Kota Tasikmalaya. Sejak dimekarkannya dari Kabupaten Tasikmalaya menjadi daerah yang memiliki otoritas pemerintahan sendiri tahun 2001, Kota Tasikmalaya terus berbenah melaksanakan pembangunan di segala bidang dengan

(3)

mengoptimalkan kekayaan daerah yang dimiliki baik di sektor pertanian maupun di sektor non pertanian.

Aktivitas ekonomi yang terjadi semakin menunjukkan peningkatan terutama di sektor perdagangan dan jasa. Sebagai daerah yang sedang tumbuh untuk menjadi daerah yang maju, tentunya fenomena ketimpangan tidak dapat dihindarkan terjadi di Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil penelitian Altito Siagian (2010) mengenai keadaan ketimpanan ekonomi kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat tahun 2004-2007, diketahui bahwa nilai ketimpangan ekonomi yang terjadi di Kota Tasikmalaya selama tahun 2004-2008 memiliki kecenderungan meningkat dengan rata-rata nilai ketimpangan sebesar 0,256. Peningkatan indeks ketimpangan di Kota Tasikmalaya terjadi seiring dengan aktivitas ekonomi dan perkembangan pembangunan yang terjadi.

Meskipun demikian, geliat aktivitas ekonomi yang terjadi pada sektor modern (perdagangan, jasa, industri, dll), tidak serta merta menghilangkan kontribusi sektor petanian terhadap pendapatan daerah Kota Tasikmalaya. Data BPS Kota Tasikmalaya (2006), menunjukkan bahwa mulai dari terbentuknya Kota Tasikmalaya tahun 2001 sampai tahun 2005, sektor pertanian berkontribusi terhadap pembentukan PDRB dengan rata-rata kontribusi sebesar 10,37 persen. Dari lima sub sektor dalam sektor pertanian tersebut, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya merupakan penyumbang terbesar yaitu 5,43 persen. Sementara itu, laju pertumbuhan sektor pertanian dari tahun 2001-2005 sebesar 1,37 persen.

Adapun kecenderungan laju pertumbuhan sektor pertanian yang semakin menurun menurun, tidak lantas mengurangi potensi sektor pertanian untuk dipertahankan bahkan dikembangkan mengingat penurunan laju pertumbuhan sektor pertanian tersebut kontradiktif dengan kenyataan bahwa 65 persen dari luas wilayah Kota Tasikmalaya masih didominasi kegiatan sektor pertanian termasuk sub sektor peternakan, perikanan dan kehutanan (BPS Kota Tasikmalaya, 2010).

Sementara itu berkenaan dengan penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian pun masih memberikan kontribusinya. Selama tahun 2008-2009, dari keseluruhan angkatan kerja di Kota Tasikmalaya sekitar 7,70 persennya adalah tenaga kerja di sektor pertanian (BPS Kota Tasikmalaya, 2009).

Mempertimbangkan kondisi faktual bahwa sektor pertanian masih berkontribusi terhadap perekonomian di Kota Tasikmalaya, penelitian ini dirasa perlu untuk dilaksanakan

(4)

dengan mengkaji secara spesifik bagaimana kontribusi sektor pertanian dalam mengurangi ketimpangan ekonomi di Kota Tasikmalaya, sehingga pada akhirnya diharapkan akan tercipta formulasi kebijakan pembangunan pertanian yang mendukung pada kebijakan pembangunan ekonomi daerah dengan berorientasi pada pertumbuhan, pemerataan dan stabilitasi di Kota Tasikmalaya.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untk mengetahui 1) Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Tasikmalaya selama periode tahun 2008-2011; 2) Pertumbuhan sektor pertanian dalam perekonomian Kota Tasikmalaya selama periode tahun 2008-2011; 3) Ketimpangan ekonomi dan dinamikanya yang terjadi di Kota Tasikmalaya selama periode tahun 2008-2011; 4) Kontribusi sektor pertanian dalam mengurangi ketimpangan ekonomi di Kota Tasikmalaya selama periode tahun 2008-2011.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan mengambil kasus berkenaan dengan kontribusi sektor pertanian dalam mengurangi ketimpangan ekonomi Kota Tasikmalaya Jawa Barat periode tahun 2008-2011. Data yang dianalisis adalah data sekunder.

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB dan Pertumbuhan Sektor Pertanian a) Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB

Besar kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di hitung dengan menggunakan rumus seperti yang digunakan oleh Agus Naufal (2010) yaitu:

Keterangan:

Pit = Besarnya kontribusi sektor pertanian pada tahun t(%)

Sit = PDRB sektor pertanian pada tahun t (rupiah)

Tit = Total PDRB perkapita tahun t (rupiah)

b) Pertumbuhan sektor pertanian

Selanjutnya untuk mengetahui besar pertumbuhan sektor pertanian yang dicapai selama periode waktu tertentu dihitung dengan menggunakan rumus (Agus Naufal, 2010):

(5)

Keterangan:

Git = Besarnya pertumbuhan sektor pertanian pada tahun t(%)

Pit = Besarnya PDRB sektor pertanian pada tahun t (rupiah)

Pit-1 = Besarnya PDRB sektor pertanian pada tahun t-1 (rupiah)

2) Ketimpangan ekonomi Wilayah

Berkenaan dengan tingkat Ketimpangan ekonomi regional (regional disparities) yang terjadi di Kota Tasikmalaya, dalam penelitian ini digunakan indeks ketimpangan Williamson dengan rumus (Sjafrizal, 2008):

√∑

Keterangan:

IW = indeks ketimpangan daerah Williamson

Yi = pendapatan perkapita atas dasar harga konstan di daerah i (rupiah) = PDRB perkapita rata-rata seluruh daerah (rupiah)

fi = Jumlah penduduk di daerah i (jiwa) N = Jumlah penduduk seluruh daerah (jiwa)

Nilai Indeks Williamson berkisar antara 0 sampai 1 (0 ≤ Iw ≤1), jika nilai IW semakin mendekati nol berarti daerah tersebut semakin tidak timpang dan sebaliknya. Kriteria yang digunakan untuk menentukan taraf ketimpangan adalah:

IW ≤0,35 : Ketimpangan taraf rendah 0,35 < IW< 0,50 : Ketimpangan taraf sedang IW ≥ 0,50 : Ketimpangan taraf tinggi

3) Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Ketimpangan ekonomi

Kontribusi sektor pertanian terhadap ketimpangan ekonomi dapat dilihat dengan cara menghitung ketimpangan ekonomi daerah tanpa memasukkan nilai PDRB sektor pertanian dalam perhitungan tersebut, selanjutnya dibandingkan dengan besarnya tingkat ketimpangan dengan memasukkan PDRB sektor pertanian. Kemudian apabila nilai tingkat ketimpangan setelah PDRB sektor pertanian dikeluarkan dari penghitungan semakin besar, maka hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian berperan dalam mengurangi tingkat ketimpangan yang terjadi (Hendra, 2004).

(6)

PEMBAHASAN

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Tasikmalaya

Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode tahun 2008-2011, sektor yang memberikan sumbangan paling besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restorant rata-rata sumbangan atau kontribusi 30,94 persen, disusul oleh sektor industri pengolahan diurutan ke dua dengan menyumbang 17,74 persen dan sektor jasa-jasa di urutan ke tiga yang menyumbang 11,72 persen. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 0,01 persen.

Sementara itu, kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Kota Tasikmalaya selama tahun 2008-2011adalah sebesar 7,94 persen dan menempati urutan ke tujuh setelah sektor pengangkutan dan komunikasi dari sembilan sektor pembentuk PDRB Kota Tasikmalaya. Kontribusi sektor pertanian yang tidak terlalu besar ini merupakan implikasi dari pembangunan modern yang di laksanakan di Kota Tasikmalaya yang lebih memfokuskan pembangunan di sektor perdagangan dan jasa, sehingga sektor pertanian semakin termarjinalkan.

Selanjutnya dari lima sub sektor dalam sektor pertanian di Kota Tasikmalaya, selama perode tahun 2008-2011, sub sektor peternakan merupakan penyumbang terbesar terhadap pembentukan PDRB sektor pertanian adalah sektor peternakan yaitu sebesar 51,6 sedangkan penyumbang terkecil terhadap PDRB pertanian Kota Tasikmalaya adalah sub sektor kehutanan yaitu sebesar 0,13 persen.

Pertumbuhan sektor pertanian dalam perekonomian Kota Tasikmalaya

Berdasarkan hasil analisis, selama periode tahun 2008-2011, rata-rata LPE Kota Tasikmalaya sebesar 5,75 persen. Adapun sektor pertanian memiliki rata-rata laju pertumbuhan ekonomi (LPE) yang paling kecil dibandingkan dengan LPE sektor lainnya yaitu sebesar 0,80 persen. Hal ini dimungkinkan salah satunya disebabkan karena proporsi kenaikan harga produk pertanian cenderung lebih lambat jika dibandingkan dengan proporsi kenaikan harga produk di luar sektor pertanian. Meskipun demikian, kecenderungan laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian Kota Tasikmalaya selama tahun 2008-2011 mengalami peningkatan.

(7)

Tabel 1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tasikmalaya Sektor Pertanian Berdasarkan PDRB Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011

LAPANGAN USAHA Tahun Rata-Rata Pertumbuhan (%) 2008 2009 2010 2011 Pertanian 0,16 0,64 1,10 1,29 0,80

a. Tanaman Bahan Makan 0,32 1,25 1,24 -0,44 0,59

b. Tanaman Perkebunan -0,23 3,39 0,46 -0,02 0,90

c. Peternakan dan

hasil-hasilnya -0,07 0,19 1,01 2,3 0,86

d. Kehutanan -0,03 0,25 0,36 -0,17 0,10

e. Perikanan 0,92 0,36 1,08 3,57 1,48

Sumber: BPS Kota Tasikmalaya Tahun 2008-2011 (diolah)

Selama periode tahun 2008-2011 pula pada Tabel 1 tampak bahwa rata-rata laju pertumbuhan sub sektor tanaman pangan relatif kecil, yaitu sebesar 0,80 persen, bahkan di tahun 2011 mengalami penurunan 0,44 persen. Begitu pun sub sektor tanaman perkebunan yang laju pertumbuhannya mengalami penurunan cukup drastis dari 3,39 persen di tahun 2009 menjadi 0,02 di tahun 2011. Hal ini dimungkinkan terjadi yang salah satunya sebagai dampak dari penyimpangan penggunaan lahan di Kota Tasikmalaya yang banyak terjadi.

Ketimpangan ekonomi dan dinamikanya yang terjadi di Kota Tasikmalaya

Adapun hasil nilai indeks ketimpangan ekonomi Kota Tasikmalaya perode tahun 2008-2011 tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2

Indeks Ketimpangan Ekonomi Kota Tasikmalaya Tahun 2008-2011

Sumber: BPS Kota Tasikmalaya 2008-2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 2, selama periode tahun 2008-2011, nilai indeks ketimpangan ekonomi wilayah yang terjadi di Kota Tasikmalaya termasuk dalam kriteria sedang (0,35 < IW< 0,50) dengan rata-rata indeks ketimpangan mencapai 0,360. Selama kurun waktu itu pula, dinamika ketimpangan yang terjadi di Kota Tasikmalaya memiliki kecenderungan meningkat seperti terlihat pada Gambar 9. Sekalipun peningkatan ketimpangan yang terjadi relatif kecil, namun hal tersebut harus tetap diwaspadai mengingat fenomena ketimpangan

No Tahun IW 1 2008 0,342 2 2009 0,351 3 2010 0,367 4 2011 0,381 Rata-rata 0,360

(8)

merupakan hal yang harus diupayakan untuk ditekan seminimal mungkin jangan sampai ketimpangan semakin meningkat.

Kontribusi sektor pertanian dalam mengurangi ketimpangan ekonomi di Kota Tasikmalaya selama periode tahun 2008-2011.

Berdasarkan hasil perhitungan yang tersaji pada Tabel 3 terlihat bahwa nilai indeks ketimpangan dengan mengeluarkan nilai PDRB sektor pertanian dari perhitungan ternyata lebih besar jika dibandingkan dengan indeks ketimpangan yang menyertakan nilai PDRB sektor pertanian dalam perhitungan. Dengan mengeluarkan PDRB sektor pertanian dari perhitungan, diperoleh rata-rata nilai indeks ketimpangan sebesar 0,428. Sedangkan jika menyertakan nilai PDRB sektor pertanian dalam perhitungan, diperoleh rata-rata nilai indeks ketimpangan sebesar 0,360. Jika dirata-ratakan, penurunan indeks ketimpangan yang terjadi jika memasukkan nilai PDRB pertanian selama tahun 2008-2011 adalah sebesar 15,72 persen. Hal ini membuktikan bahwa sektor pertanian selain berkontribusi terhadap PDRB, juga berkontribusi pula dalam mengurangi ketimpangan ekonomi di Kota Tasikmalaya.

Tabel 3

Perbandingan Indeks Ketimpangan Ekonomi Dengan Dan Tanpa Menyertakan PDRB Sektor Pertanian Tahun 2008-2011

Tahun

Indeks Wiliamson Presentase Penurunan Ketimpangan Ekonomi Wilayah (%) Tanpa PDRB Sektor Pertanian Dengan PDRB Sektor Pertanian 2008 0,422 0,342 18,75 2009 0,428 0,351 17,84 2010 0,441 0,367 16,76 2011 0,421 0,381 9,44 Rata-rata 0,428 0,360 15,72

Sumber: BPS Kota Tasikmalaya 2008-2011 (diolah)

Oleh Karena itu, mengingat bahwa sektor pertanian masih berkontribusi dalam perekonomian Kota Tasikmalaya sekalipun tidak terlalu besar, tetapi bukanlah merupakan tindakan yang bijak untuk meninggalkan sektor tersebut.

Berkenaan dengan hal tersebut, upaya yang harus dilakukan adalah bagaimana supaya wilayah yang memiliki potensi unggul di bidang pertanian harus tetap didukung keberadaannya oleh semua pihak baik masyarakat, swasta maupun pemerintah sebagai regulator. Sektor unggulan pertanian yang ada akan sangat baik kalau diupayakan agar dapat mendukung aktivitas ekonomi sektor yang lain. Bustanul Arifin (2012) menyatakan bahwa secara makro, pembangunan pertanian dikatakan berhasil atau arah pembangunan pertanian

(9)

dikatakan telah berada pada jalur yang benar apabila sektor tersebut dapat menggerakkan dan berkontribusi terhadap sektor yang lain.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Selama periode tahun 2008-2011, sektor pertanian masih berkontribusi dalam pembentukan PDRB Kota Tasikmalaya dengan rata-rata menyumbang sebesar 7,94 persen dan menempati urutan ke tujuh dari sembilan sektor pembentuk PDRB Kota Tasikmalaya.

2) Selama periode tahun 2008-2011 sektor pertanian mengalami peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dengan rata-rata pertumbuhan 0,80 persen.

3) Selama periode tahun 2008-2011, rata-rata indeks ketimpangan ekonomi di Kota Tasikmalaya mencapai 0,360 dan termasuk ke dalam kriteria sedang. Selama periode tersebut pula telah terjadi dinamika ketimpangan ekonomi dengan kecenderungan semakin meningkat.

4) Sektor pertanian berperan dalam mengurangi ketimpangan ekonomi di Kota Tasikmalaya yang tercermin dari semakin kecilnya nilai ketimpangan ekonomi jika sektor pertanian disertakan dalam perhitungan begitu pula sebaliknya nilai ketimpangan semakin besar jika sektor pertanian dikeluarkan dari perhitungan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang disampaikan diantaranya sebagai berikut:

1) Mempertahankan kawasan pertanian di daerah yang potensial di sektor pertanian dengan menciptakan agroinovasi misalnya dengan menciptakan kawasan agrowisata yang selain dapat tetap mempertahankan kelesatarian lingkungan juga dapat mendatangkan pendapatan bagi daerah.

2) Menggalakkan agribisnis dengan harapan akan memberikan kontribusi bagi penguatan perekonomian masyarakat. Misalnya dengan menggalakkan agroindustri yang diharapkan akan dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

3) Membenahi infrastruktur yang menunjang kegiatan pertanian masyarakat misalnya perbaikan irigasi.

(10)

4) Perencanaan pembuatan dan pelaksanaan RTRW Kota harus tegas guna mengendalikan alih fungsi lahan yang kian marak terjadi yang berimplikasi pada semakin sempitnya lahan pertanian produktif.

5) Memberi jaminan terhadap pemasaran hasil pertanian dengan harapan sektor pertanian tetap menjadi lapangan usaha yang menjanjikan misalnya dengan cara membuat pasar sentra komoditas pertanian yang dikelola oleh pemerintah sebagai bentuk dukungan kepada para petani.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Naufal. 2010. Peranan Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Pemerntah Aceh. [skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Altito R Siagian. 2010. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Daerah Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Ketimpangan Wilayah (Sudi Kasus Propinsi Jawa Barat). [skripsi]. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang.

BPS (Badan Pusat Statistik). 2006. Kontribusi dan laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian tahun 2001-2005 atas dasar harga konstan tahun 2000 (persen). BPS Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya.

_____________________.2008-2011a. Kontribusi sektoral terhadap PDRB Kota Tasikmalaya atas dasar harga berlaku tahun 2008-2011. BPS Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya.

_____________________.2008-2011b. Rata-Rata Kontribusi sektor terhadap PDRB Kota Tasikmalaya tahun 2008-2011 atas dasar harga konstan tahun 2000 . BPS Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya.

_____________________.2008-2011c. Kontribusi sektoral Pertanian Per Kecamatan di Kota Tasikmalaya tahun 2008-2011 atas dasar harga konstan tahun 2000. BPS Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya.

_____________________.2008-2011d. Kontribusi Sektor Pertanian Per Kecamatan di Kota Tasikmalaya Tahun 2008-2011atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000. BPS Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya.

_____________________.2008-2011e. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Berdasarkan PDRB Kota Tasikmalaya Menurut Lapangan Usaha. BPS Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya.

_____________________.2009. Penduduk Kota Tasikmalaya berumur 10 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha tahun 2008-2009. BPS Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya.

_____________________.2010. Luas Lahan Pertanian Kota Tasikmalaya. BPS Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya.

(11)

Bustanul Arifin. 2012. Pembangunan Pertanian, Paradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi. PT. Grasindo Pustaka Utama. Jakarta.

Hendra. 2004. Peranan Sektor Pertanian dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan antar Daerah di Provinsi Lampung. [skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lincolin Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPEE.

Yogyakarta.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Baduose Media. Padang.

Tri Widodo. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian skripsi berjudul Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Penanganan Pasca Panen Bunga Potong Krisan di Desa Kenteng dilaksanakan di Desa Kenteng, Kecamatan

Pengaruh lingkungan sosial juga sangat besar terhadap perilaku para informan yang sedang dalam masa remaja, tergabungnya para remaja dalam komunitas atau kelompok permainan Dota

Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengolahan

a. Analisis yuridis adalah suatu kegiatan mengkaji suatu fakta dengan fakta-fakta lainnya untuk mendapatkan kesimpulan guna memperoleh fakta yang sebenarnya berdasarkan

Alat yang digunakan dalam pembunuhan disengaja seperti senjata tajam (pisau, celurit, dan senjata tajam lainnya), dan alat yang dapat membinasakan seperti pistol,

Hubungan Pekerjaan Pasien dengan Penggunaan Pengobatan Tradisional Dalam teori Wolansky (2004) pekerjaan termasuk faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang untuk berobat

Mulai tahun 2019 Direktorat Manajemen Aset mulai mengumpulkan dan mengolah setiap arsip-arsip vital yang dimiliki oleh PT Pertamina dan mulai melakukan digitalisasi

Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan