• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Eksportir dan/atau eksportir produsen yang diketahui sesuai dalam permohonan adalah sebagai berikut:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. Eksportir dan/atau eksportir produsen yang diketahui sesuai dalam permohonan adalah sebagai berikut:"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. PENDAHULUAN

A.1. LATAR BELAKANG

KADI melakukan penyelidikan berdasarkan permohonan yang diajukan oleh PT. Asia Pacific Fibers Tbk., PT. Indorama Synthetic, Tbk., dan PT. Indorama Polyester Industries Indonesia dan selanjutnya disebut sebagai Pemohon. Pemohon merupakan bagian dari Industri Dalam Negeri yang memproduksi Partially Oriented Yarn (POY) di Indonesia. Sesuai dengan ketentuan Article 6.9 Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994, di bawah ini disampaikan data utama (essential facts) hasil penyelidikan yang akan menjadi dasar keputusan akhir Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) terhadap penyelidikan antidumping atas impor produk POY dalam pos tarif 5402.46.00.00 yang berasal dari negara Malaysia, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Republik Korea,Taiwan, dan Thailand.

A.2. PROSEDUR

1. Pada tanggal 30 Juli 2013, KADI menetapkan bahwa Permohonan telah memenuhi persyaratan penyampaian bukti-bukti awal mengenai adanya dumping, kerugian yang dialami Pemohon, dan hubungan kausal antara keduanya.

2. Sesuai dengan Pasal 5.5 Agreement on Implementation of Article VI of GATT

1994, pada tanggal 30 Juli 2013, KADI memberitahukan kepada Perwakilan Negara yang dituduh tentang diterimanya permohonan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) atas impor POY dari pemohon.

3. Eksportir dan/atau eksportir produsen yang diketahui sesuai dalam permohonan adalah sebagai berikut:

a. Malaysia

Recron (Malaysia) Sdn.Bhd.

Level 9, Wisma Goldhill 67,Jalan Raja Chulan 50200, Kuala Lumpur T: 602-2031-6000,

(2)

2 b. RRT

1) Hangzhou Xiangsheng Import And Export Co.;

Dangshan Industry Zone, Hangzhou City Zhejiang Province T: 86-571-8378-8712,

F: +86-571-8378-8768

2) Hyosung Chemical Fibre (Jiaxing) Co., Ltd.;

No.1888, Dongfang North Rd.,Jiaxing E-T-D-Z, Xiuzhou Dist. JiaxingZhejiang, China

T: +86-57382228285

3) Suzhou Huayi Machine Co., Ltd.;

No.88, Nan-Ma Industrial Zone Wu-Jiang City, Jiang-Su China. T:86-512-63832688,

F:86-512-63836186

4) Tongkun Group Zhejiang Hengsheng Chemical;

2nd Industrial Park Tongxiang Economic Development Zone, Wutong Street, Jiaxing, Tongxiang, 314500, China

T: 86 57 3881 82561, F: 86 57 3881 87895

5) Tongxiang Zhongchen Chemical Fiber Co., Ltd.;

Zhouquan Industrial Park, Tongxiang ,Zhejiang Province, China T: 86-573-88519777,

F: 86-573-88519777

6) Zhejiang Hengyi Petrochemicals Co., Ltd. Yaqian, Xiaoshan, Hangzhou, Zhejiang T: 0086-571-82701993,

F: 0086-571-82768565 c. Republik Korea

1) Huvis Corporation;

151-7, Samsung-Dong, Gangnam-Gu, Seoul 2) Hyosung Corporation;

(3)

3 T: 82-2-7077000,

F: 82-2-7070130

3) Reko International Corp.;

Rm 212, Loadland Ez Tower 153 Gumi-Dong, Bundang-Gu 4) Sharon Corporation;

Samik Apartment Tower A Unit 609 Yeouido-Dong No.5 5) Tk Chemical Corp;

3F, Yeonu Bldg. 416-8, Chimsan-Dong, Buk-Gu, Daegu 702713, South Korea

T: 82 220016000, F: 82 220016180

6) Woongjin Chemical Co,Ltd;

23th Floor Kukdong Bldg, 60-1 Chunghuro 3-Ga, Jung-Gu 7) Yoosung Trading.

#474 Unwa-Dong Young Chuncity, Kyungbuk T: 82-31-8071-4434,

F: 82-31-8071-4438 d. Taiwan

1) Far Eastern New Century Corporation;

36F, Taipei Metro Tower, 207, Tun Hwa South Road, Sec. 2, Taipei, Taiwan, R.O.C.

T: +886-2-27338000

2) Nan Ya Plastics Corporation;

201 Tung Hwa North Road, Taipei, Taiwan, R. O. C. T:886-2-27122211,

F:886-2-27129211

3) New Destiny International Co., Ltd; 8th Fl.123,Sec.2, Nanking E, Rd.Taipei T: 886-2-25071251,

(4)

4 e. Thailand

1) Thai Polyester Co.,Ltd.

470 Bangkuntien-Chaitalay Rd., Samaedum, Bangkuntien, Bangkok 10150 Thailand

T: +66 (0) 2415-1111, F: +66 (0) 2892-1987 to 8 2) Thai Toray Synthetics Co., Ltd

4th & 6th Fl., Bubhajit Building, 20 North Sathorn Road, Silom, Bangrak, Bangkok 10500

T: 662-266-6596-8, 662-233-5444, F: 662-236-4020, 662-236-1748

4. Importir yang diketahui sesuai dalam permohonan adalah sebagai berikut: a. CV. Suritex

Jl. Leuwigajah No. 175 Cimahi Bandung b. PT. Dewa Sutratex

Jl. Cibaligo No.76 Leuwigajah Cimindi Cimahi c. PT.Gemilang Maju Texindotama

Jl.Gatot Subroto Km.6.5 Kel.Jatake Kec.Jatiuwung Kota Tangerang d. PT. Gistex Chewon Synthetic

Jl. Braga No. 106 Braga, Bandung

e. PT. Jo Perkasa Synthetic Fiber Industries

Kampung Sukawangi RT/RW 003/012 Jelegong, Soreang, Kab. Bandung, Indonesia

f. PT. Kahatex

Jl.Cijerah Cigondewah Girang 16 Melong Cimahi g. PT. Kia Textile Industries

Jl.Raya Rancaekek No.389

Ds.Solokan Jeruk, Majalaya, Bandung h. PT. Texfibre Indonesia

Tiffani Casa Moda Jl. RS Fatmawati No. 22 D-E Jakarta Selatan 12420 i. PT. Wijaya Mandiri Tintex

(5)

5 j. PT. Yakin Usaha Mandiri Textile

Jl. Ry Kutabumi KM. 6 No. 8 Karet, Sepatan, Tangerang

5. Pada tanggal 2 Agustus 2013, KADI mengumumkan di harian nasional Suara Pembaruan tentang dimulainya penyelidikan antidumping atas Barang Impor POY yang berasal dari Malaysia, RRT, Republik Korea, Taiwan, dan Thailand.

6. Pada tanggal 2 Agustus 2013, KADI menyampaikan pemberitahuan resmi kepada Pihak Yang Berkepentingan, mengenai dimulainya penyelidikan antidumping disertai dengan pengiriman kuesioner untuk Pemohon dan Importir, serta prakuesioner untuk eksportir dan/atau eksportir produsen. KADI memberikan waktu 40 (empat puluh) hari kepada Pemohon dan importir untuk menjawab kuesioner terhitung mulai dari tanggal pengiriman. Pada kesempatan yang sama, KADI memberikan kesempatan untuk menyampaikan tanggapan tertulis serta mengajukan dengar pendapat.

7. Mengingat eksportir dan/atau produsen yang diketahui menyangkut jumlah yang besar, maka sesuai Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 KADI dapat membatasi pemeriksaan dalam penyelidikan. Untuk itu pada tanggal 2 Agustus 2013, KADI mengirimkan prakuesioner kepada eksportir dan/atau eksportir produsen dan memberikan waktu 7 (tujuh) hari untuk menjawab prakuesioner terhitung mulai dari tanggal pengiriman. Prakuesioner dimaksudkan untuk mendapatkan informasi awal mengenai besarnya jumlah ekspor ke Indonesia untuk masing-masing eksportir dan/atau eksportir produsen.

8. Terdapat 1 (satu) eksportir produsen yang tercantum dalam permohonan di Malaysia, yaitu Recron (Malaysia) Sdn, Bhd yang dikirimi prakuesioner, eksportir produsen Malaysia tersebut menjawab prakuesioner.

9. Prakuesioner dikirimkan ke 6 (enam) perusahaan di RRT yang tercantum dalam permohonan dan dijawab oleh 1 (satu) perusahaan yaitu Hangzhou Xiangsheng Import And Export Co, Ltd. Dari jawaban prakuesioner Hangzhou Xiangsheng Import And Export Co, Ltd. menyebutkan bahwa Hangzhou Xiangsheng Import And Export Co, Ltd. berelasi dengan Hangzhou Xiangsheng Textile Co, Ltd. Dimana Hangzhou Xiangsheng Textile Co, Ltd tidak tercantum dalam permohonan namun menjawab prakuesioner. Sedangkan 5 (lima) perusahaan

(6)

6 lainnya yang tidak menjawab prakuesioner yaitu Hyosung Chemical Fibre (Jiaqing) Co., Ltd., Suzhou Huayi Machine Co., Ltd., Tongkun Group Zhejiang Hengseng Chemical, Tongxiang Zhongchen Chemical Fiber Co., Ltd., Zhejiang Hengyi Petrochemicals Co., Ltd.

10. Prakuesioner dikirimkan ke 7 (tujuh) perusahaan di Korea yang tercantum dalam permohonan dan dijawab oleh 3 (tiga) perusahaan yaitu Huvis Corporation, TK Chemical Corp., dan Woongjin Chemical Co., Ltd. Sedangkan 4 (empat) perusahaan lainnya yang tidak menjawab prakuesioner yaitu Hyosung Corporation, Reko International Corp., Sharon Corporation, dan Yoosung Trading.

11. Prakuesioner dikirimkan ke 3 (tiga) perusahaan di Taiwan yang tercantum dalam permohonan dan dijawab oleh 1 (satu) perusahaan yaitu Far Eastern New Century Corporation. Sedangkan 2 (dua) perusahaan lainnya yang tidak menjawab yaitu Nan Ya Plastics Corporation dan New Destiny International Co., Ltd. Terdapat 1 (satu) perusahaan yang tidak diketahui dalam permohonan tetapi menjawab prakuesioner yaitu Shinkong Synthetic Fibers Corporation.

12. Prakuesioner dikirimkan ke 2 (dua) perusahaan di Thailand yang tercantum dalam permohonan dan dijawab oleh 1 (satu) perusahaan yaitu Thai Polyester Co., Ltd. Sedangkan 1 (satu) perusahaan lainnya yang tidak menjawab yaitu Thai Toray Synthetics Co., Ltd.

13. Berdasarkan resital 8 sampai 12, eksportir produsen yang menjawab prakuesioner adalah sebagai berikut:

a. Malaysia: Recron (Malaysia) Sdn, Bhd b. Republik Korea:

(1) Huvis Corporation

(2) Woongjin Chemical Co,Ltd (3) Tk Chemical (Texlon) c. RRT:

(1) Hangzhou XiangshengImport And Export Co, Ltd (2) Hangzhou Xiangsheng Textile Co, Ltd

d. Taiwan :

(7)

7 (2) Shinkong Synthetic Fibers Corporation

e. Thailand: Thai Polyester Co., Ltd.

14. Berdasarkan prakuesioner yang diterima KADI, maka seluruh eksportir produsen yang menjawab prakuesioner ditetapkan sebagai eksportir produsen yang diselidiki oleh karena rendahnya jumlah eksportir produsen yang menjawab prakuesioner.

15. Pada tanggal 23 Agustus 2013, KADI mengirimkan kuesioner untuk eksportir produsen yang diselidiki dan memberikan waktu 30 (tigapuluh) hari untuk menjawab kuesioner terhitung mulai dari tanggal pengiriman.

16. Atas permintaan Pihak Yang Berkepentingan, KADI memperpanjang batas waktu untuk menjawab kuesioner eksportir produsen menjadi paling lambat tanggal 7 Oktober 2013.

17. Hangzhou Xiangsheng Import And Export Co, Ltd dan Hangzhou Xiangsheng Textile Co, Ltd adalah eksportir produsen dari RRT yang tidak menjawab kuesioner sampai batas waktu yang telah ditentukan, sehingga KADI menetapkan bahwa perusahaan tersebut tidak kooperatif. Dengan demikian, semua eksportir dan/atau eksportir produsen dari RRT ditetapkan tidak kooperatif sehingga besaran marjin dumping ditentukan berdasarkan data/informasi yang dimiliki KADI.

18. TK Chemical (Texlon) dan Woongjin Chemical Co., Ltd,. adalah eksportir produsen dari Korea yang tidak menjawab kuesioner sampai batas waktu yang telah ditentukan, sehingga KADI menetapkan bahwa kedua eksportir produsen tersebut tidak kooperatif.

19. Shinkong Synthetic Fibers Corporation adalah eksportir produsen dari Taiwan yang tidak menjawab kuesioner sampai batas waktu yang telah ditentukan, sehingga KADI menetapkan bahwa eksportir produsen tersebut tidak kooperatif.

20. Eksportir produsen yang bekerja sama dalam penyelidikan ini adalah:

a. Malaysia : Recron (Malaysia) Sdn, Bhd

b. Republik Korea : Huvis Corporation

(8)

8 d. Thailand : Thai Polyester Co., Ltd.

21. Berdasarkan tingkat kooperatif eksportir produsen yang menjawab kuesioner, KADI menetapkan bahwa eksportir produsen yang akan menerima marjin dumping individu adalah ke 4 (empat) perusahaan yang terdapat pada resital 20. Sedangkan eksportir dan/atau eksportir produsen lainnya yang tidak kooperatif, marjin dumping ditetapkan berdasarkan data/informasi yang dimiliki KADI.

22. KADI telah melakukan pemeriksaan ke lokasi:

a. Pemohon:

1) PT. Indorama Polyester Industries Indonesia tanggal 18-20 November 2013 2) PT. Indorama Synthetics,Tbk tanggal 9-11Desember 2013

3) PT. Asia Pasific Fibers, Tbk tanggal 16-18 Desember 2013. b. Eksportir produsen:

1) Recron (Malaysia) Sdn, Bhd tanggal 19-21 Februari 2014 2) Huvis Corporation (Korea) tanggal 20-21 Maret 2014

3) Far Eastern New Century Corporation (Taiwan) tanggal 10-12 Maret 2014 4) Thai Polyester Co., Ltd. (Thailand) tanggal 10-12 Februari 2014

(9)

9 B. PENYELIDIKAN

B.1 BARANG YANG DISELIDIKI DAN BARANG SEJENIS

23. Barang Yang diselidiki adalah Partially Oriented Yarn (POY) yang berasal dari negara Malaysia, Republik Korea, RRT, Taiwan, dan Thailand dengan nomor pos tarif dan uraian barang sesuai dengan BTKI 2012 pos tarif 5402.46.00.00.

Tabel 1. Uraian Barang Berdasarkan Nomor HS BTKI

24. Partially Oriented Yarn (POY) yang diproduksi oleh Pemohon sejenis dengan yang diimpor dari negara-negara yang dituduh dumping karena memiliki kesamaan antara lain dalam hal bahan baku, karakter fisik, teknis, dan kegunaan.

B.2 INDUSTRI DALAM NEGERI B.2.1 Standing Petitioner

Tabel 2. Perbandingan Total Produksi Pemohon dengan Total Produksi Nasional Industri Dalam Negeri Produksi 2012 (MT) Presentase Produksi (%) Total Produksi Pemohon :

1. PT. Asia Pacific Fibers, Tbk 2. PT. Indorama Synthetics, Tbk 3. PT. Indorama Polyester

Industries Indonesia Produksi IDN Lainya

61 30 26 6 39 61 30 26 6 39

Total Produksi Domestik 100 100

Sumber : Data pemohon hasil verifikasi, APSIFY

NO. KODE HS URAIAN BARANG

54.02

Benang filamen sintetik (selain benang jahit), tidak disiapkan untuk penjualan eceran, termasuk monofilamen sintetik yang kurang dari 67 desiteks.

- Benang lainnya, tunggal, tanpa antihan atau dengan antihan tidak melebihi 50 putaran tiap meter

(10)

10 25. Berdasarkan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa :

a) Total produksi Pemohon sebesar 61% dari total produksi nasional

b) Tidak ada Industri Dalam Negeri barang sejenis yang menolak dilakukan penyelidikan

Dengan demikian Pemohon dinyatakan mewakili industri dalam negeri (standing petitioner)

B.2.2 Proses Produksi

26. Secara garis besar, POY diproduksi melalui proses polimerisasi purified terepthalic acid (PTA) dan monoethylene glycol (MEG) dan additives lainnya atau dengan pemintalan polyester PET chips. POY adalah bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi Drawn Textured Yarn (DTY), juga dapat digunakan pada proses warping untuk tenun dan proses rajut untuk lusi. Alur proses produksi POY:

Gambar 1. Proses Produksi POY

B.3 PASAR DOMESTIK BARANG YANG DISELIDIKI

27. Besaran tarif bea masuk impor (MFN) untuk produk POY adalah sebesar 5%. Untuk Malaysia, Republik Korea, RRT, dan Thailand berdasarkan 3 (tiga) kesepakatan Free Trade, yaitu Asean-Korea Free Trade Area, Asean Free Trade Area dan Asean-China Free Trade Area, mendapatkan tarif preferensi sebesar 0% yang berlaku sejak tahun 2010. Sedangkan untuk impor POY asal Taiwan tetap berlaku bea masuk impor (MFN) sebesar 5%.

PTA

Polyester

PET Chips Polimerisasi

MEG

POY

(11)

11 Namun sesuai dengan PMK No.117/PMK.011/2012 khusus impor dari RRT meskipun ada ACFTA bea masuk tetap 5% dan sesuai dengan PMK No.118/PMK.011/2012 khusus impor dari Republik Korea meskipun ada AKFTA bea masuk tetap 5%.

Tabel 3. Perkembangan Pasar Domestik POY (Poin Index)

Indikator 2010 2011 2012

Penjualan pemohon 100 97 99

PT. Asia Pacific Fibers, Tbk 100 102 113

PT. Indorama Synthetics, Tbk 100 99 96

PT. Indorama Polyester Industries Indonesia 100 98 97

Penjualan IDN lainya 100 104 102

Total Impor Dumping 100 176 364

Malaysia 100 228 583

Thailand 100 865 2,773

Taiwan 100 85 59

RRT 100 112 199

Rep. Korea 100 464 427

Total Impor Lainya 100 139 619

Konsumsi Nasional 100 101 105

Sumber: BPS, Pemohon, APSIFY, Diolah.

28. Selama tiga tahun periode penyelidikan terlihat bahwa konsumsi nasional POY terus meningkat walaupun tidak signifikan. Namun peningkatan konsumsi nasional tersebut tidak dapat dinikmati oleh Pemohon. Hal ini ditunjukkan dengan penjualan Pemohon yang relatif stabil dari 2010 ke 2012, namun peningkatan impor barang dumping dari 2010 ke 2012 cukup pesat sebagaimana tercermin dalam tabel 3 di atas dan gambar 2 di bawah. Peningkatan konsumsi nasional

(12)

12 untuk POY seharusnya dapat menjadi kesempatan bagi Pemohon untuk meningkatkan penjualan dan pangsa pasarnya, tetapi pada kenyataannya kesempatan tersebut tidak diperoleh karena impor barang dumping. Penjualan Pemohon dan konsumsi nasional yang tercermin pada gambar dan tabel dibawah termasuk captive consumption untuk produk DTY.

Gambar 2. Grafik Konsumsi Nasional, Penjualan Dalam Negeri, Penjualan Pemohon, Total Impor, dan Impor Barang Dumping Tahun 2010-2012

Sumber: BPS, Pemohon, Diolah.

B.4 MARJIN DUMPING

29. Periode penyelidikan dumping menggunakan data satu tahun terakhir yaitu 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2012.

30. Dalam melakukan perhitungan marjin dumping, KADI menggunakan data jawaban kuesioner dan hasil verifikasi dan dibatasi pada eksportir produsen yang diselidiki. Marjin dumping secara umum ditetapkan berdasarkan selisih antara harga normal dengan harga ekspor pada tingkat perdagangan yang sama.

31. Uji Profitabilitas Dan Biaya Produksi

KADI pada umumnya menerima pengalokasian biaya produksi yang dilakukan oleh eksportir produsen, sepanjang pengalokasian tersebut mencerminkan biaya

(13)

13 produksi, pemasaran, dan penjualan yang sebenarnya dan didukung oleh data seperti laporan keuangan dan buku besar. Namun, apabila pengalokasian biaya tersebut dinilai tidak mencerminkan biaya yang sebenarnya, maka dilakukan penyesuaian yang dianggap wajar. Penyesuaian tersebut akan disampaikan kepada eksportir produsen yang bersangkutan.

B.4.1. Nilai Normal

32. Nilai normal (normal value) dihitung berdasarkan data penjualan dalam jawaban kuesioner. Harga penjualan eksportir produsen dapat dipergunakan dalam perhitungan nilai normal apabila memenuhi persyaratan perdagangan yang wajar (ordinary course of trade).

33. Dalam perhitungan nilai normal, data penjualan eksportir produsen dapat digunakan apabila total volume penjualan domestik lebih dari 5% dari total volume penjualan ekspor ke Indonesia.

34. Dalam hal tersebut di atas tidak terpenuhi, nilai normal dikonstruksi berdasarkan biaya produksi, biaya penjualan, biaya umum dan administrasi, serta keuntungan yang wajar.

35. Jika ada penjualan ekspor untuk PCN tertentu, namun tidak dijual di domestik, maka nilai normal dihitung dengan metode konstruksi berdasarkan biaya produksi ekspor untuk PCN tertentu, biaya penjualan, biaya umum dan administrasi domestik, serta keuntungan yang wajar.

36. Allowances yang diusulkan yang dapat diterima adalah yang terkait dengan biaya penjualan langsung (direct selling expense), dan dapat ditelusuri dalam data perusahaan terkait dengan penjualan produk yang dimaksud. Secara umum

allowances dapat diterima jika merupakan bagian dari biaya pemasaran dan penjualan dari barang yang diselidiki, yang umumnya diklasifikasikan dalam biaya penjualan, biaya umum dan administrasi (selling, general and administrative expenses).

(14)

14 B.4.2. Harga Ekspor

37. Harga ekspor ditentukan berdasarkan harga rata-rata tertimbang dari seluruh transaksi penjualan ekspor ke Indonesia selama Periode Penyelidikan.

38. Allowances dapat dipertimbangkan dalam perhitungan marjin dumping jika sudah terdapat di jawaban kuesioner dan disertai dengan penjelasan, cara perhitungan, serta bukti pendukung dan terkait langsung dengan transaksi penjualan tersebut.

39. Seluruh allowances yang disampaikan oleh eksportir produsen dari Malaysia, RRT, Korea, Taiwan, dan Thailand dapat diterima karena telah sesuai dengan catatan historis atau alokasi yang rasional dan disertai bukti pendukung yang relevan.

40. Keputusan KADI atas permintaan allowances dari masing-masing eksportir dan/atau eksportir produsen yang kooperatif, disampaikan secara terpisah kepada masing-masing eksportir dan/atau eksportir produsen sebagai lampiran dari Laporan Data Utama ini.

B.4.3. Perhitungan Marjin Dumping

41. Perhitungan marjin dumping masing-masing perusahaan di negara yang dituduh:

a. Malaysia:

1) Recron (Malaysia) Sdn. Bhd. Nilai normal

Recron tidak menjual POY di pasar domestik, sehingga perhitungan nilai normal dilakukan dengan menggunakan metode konstruksi, yaitu menggunakan COGSOE ditambah profit yang wajar.

Harga Ekspor

Perhitungan harga ekspor dilakukan dengan menggunakan data yang tercantum dalam jawaban kuesioner. Dalam menentukan harga ekspor

(15)

eks-15 pabrik, KADI menggunakan nilai ekspor CIF dikurangi allowances yang semuanya dapat diterima.

Marjin Dumping

Marjin dumping ditentukan dengan membandingkan rata-rata tertimbang nilai normal dengan rata-rata tertimbang harga ekspor pada tingkat perdagangan yang sama. Sehingga diperoleh hasil sebesar MYR 0,48/KG atau sebesar 9,3% dari nilai ekspor CIF.

2) Eksportir Dan/Atau Eksportir Produsen Lainnya

Karena hanya 1 eksportir produsen POY di Malaysia yang diketahui, maka KADI menetapkan marjin dumping bagi eksportir produsen Malaysia yang tidak diketahui adalah sama dengan Recron Malaysia Sdn, Bhd.yaitu sebesar 9,3% dari nilai ekspor CIF.

b. Republik Korea: 1) Huvis Corporation Nilai Normal

Penjualan domestik Huvis lebih dari 5% dari penjualan ekspor ke Indonesia, maka penjualan domestik digunakan dalam perhitungan nilai normal. Perhitungan nilai normal dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat dalam jawaban kuesioner. Barang Sejenis yang digunakan dalam perhitungan nilai normal adalah barang yang diproduksi yang sejenis dengan penjualan ekspor ke Indonesia. Huvis mengajukan sejumlah allowances yang semuanya dapat diterima.

Harga Ekspor

Perhitungan harga ekspor dilakukan dengan menggunakan data yang tercantum dalam jawaban kuesioner. Dalam menentukan harga ekspor eks-pabrik, KADI menggunakan nilai ekspor CIF dikurangi allowances yang semuanya dapat diterima.

(16)

16 Marjin Dumping

Marjin dumping ditentukan dengan membandingkan rata-rata tertimbang nilai normal dengan rata-rata tertimbang harga ekspor pada tingkat perdagangan yang sama. Sehingga diperoleh hasil sebesar KRW (61,36)/KG atau sebesar (2,8)% dari nilai ekspor CIF.

2) Eksportir dan/atau Eksportir Produsen Lainnya

KADI menetapkan marjin dumping bagi eksportir dan/atau eksportir produsen lainya dari Republik Korea berdasarkan salah satu transaksi perusahaan yang kooperatif sehingga diperoleh marjin dumping sebesar 13,7%.

c. RRT

Eksportir dan/atau Eksportir Produsen di RRT

Karena tidak ada eksportir dan/atau eksportir produsen di RRT yang kooperatif dalam penyelidikan ini, maka KADI menetapkan marjin dumping bagi eksportir dan/atau eksportir produsen dari RRT berdasarkan besaran marjin dumping tertinggi dari penyelidikan ini, yaitu marjin dumping Republik Korea sebesar 13,7%.

d. Taiwan

1) Far Eastern New Century Corporation (FENC) Nilai Normal

Penjualan domestik FENC lebih dari 5% dari penjualan ekspor ke Indonesia, maka penjualan domestik digunakan dalam perhitungan nilai normal. Perhitungan nilai normal (normal value) berdasarkan harga aktual di pasar domestik kepada pihak yang terafiliasi maupun tidak terafiliasi. Perhitungan nilai normal dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat dalam jawaban kuesioner. Barang Sejenis yang digunakan dalam perhitungan nilai normal adalah barang yang diproduksi yang sejenis dengan penjualan ekspor

(17)

17 ke Indonesia. FENC mengajukan sejumlah allowances yang seluruhnya dapat diterima. Disamping itu terdapat biaya-biaya yang tidak dapat diterima karena tidak berhubungan dengan proses produksi maupun penjualan Barang Sejenis.

Nilai normal untuk 2 (dua) tipe dilakukan dengan menggunakan metode konstruksi, karena transaksi yang menguntungkan dari tipe tersebut kurang dari 20%. Untuk tipe tersebut, perhitungan nilai normal dilakukan dengan menggunakan metode konstruksi dimana DMCOGSOE dari tipe tersebut ditambah dengan profit rata-rata penjualan domestik lainya.

Harga Ekspor

Harga ekspor ditentukan berdasarkan rata-rata tertimbang dari seluruh transaksi penjualan ekspor ke Indonesia selama Periode Penyelidikan. KADI menggunakan nilai ekspor CIF yang telah dikurangi allowances yang disampaikan dan diterima sehingga didapatkan harga ekspor eks pabrik.

Marjin Dumping

Marjin dumping ditentukan dengan membandingkan rata-rata tertimbang nilai normal dengan rata-rata tertimbang harga ekspor pada tingkat perdagangan yang sama. Sehingga diperoleh hasil sebesar NTD 0,18/KG atau sebesar 0,3% dari ekspor CIF. (de minimis)

2) Eksportir Dan/Atau Eksportir Produsen Lainnya

KADI menetapkan marjin dumping bagi eksportir dan/atau eksportir produsen lainya yang tidak kooperatif di Taiwan dengan menggunakan data dalam permohonan yaitu sebesar 6%.

Thailand

1) Thai Polyester Co., Ltd.

Nilai Normal

Penjualan domestik Thai Polyester Co., Ltd. lebih dari 5% dari penjualan ekspor ke Indonesia, maka penjualan domestik digunakan dalam perhitungan nilai normal. Perhitungan nilai normal (normal value) dilakukan berdasarkan

(18)

18 harga aktual seluruh transaksi like product di pasar domestik. Perhitungan nilai normal dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat dalam jawaban kuesioner. Barang Sejenis yang digunakan dalam perhitungan nilai normal adalah barang yang diproduksi yang sejenis dengan penjualan ekspor ke Indonesia. Thai Polyester Co., Ltd. menyampaikan sejumlah allowances yang seluruhnya dapat diterima.

Nilai normal untuk 1 (satu) tipe dilakukan dengan menggunakan metode konstruksi karena tidak terdapat penjualan di pasar domestik untuk tipe tersebut. Perhitungan nilai normal dilakukan dengan menggunakan data COGS tipe tersebut yang dijual ke Indonesia ditambah dengan data Operational Expenses rata-rata untuk penjualan di pasar domestik dan profit rata-rata penjualan di pasar domestik.

Harga Ekspor

Harga ekspor ditentukan berdasarkan rata-rata tertimbang dari seluruh transaksi penjualan ekspor ke Indonesia selama periode penyelidikan. KADI menggunakan harga ekspor yang telah dikurangi allowances yang disampaikan dan dapat diterima sehingga didapatkan harga ekspor eks pabrik.

Marjin Dumping

Marjin dumping ditentukan dengan membandingkan rata-rata tertimbang nilai normal dengan rata-rata tertimbang harga ekspor pada tingkat perdagangan yang sama. Sehingga diperoleh hasil sebesar THB (0,19)/KG atau sebesar (0,3)% dari ekspor CIF. (de minimis)

2) Eksportir dan/atau Eksportir Produsen Lainnya

KADI menetapkan marjin dumping bagi eksportir dan/atau eksportir produsen lainya yang tidak kooperatif di Thailand dengan menggunakan data yang dimiliki KADI yaitu sebesar 13,3%.

(19)

19 B.5 KINERJA EKONOMI INDUSTRI DALAM NEGERI

Periode penyelidikan kerugian meliputi data 3 tahun terakhir yaitu 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2012. Berikut ini adalah indikator kinerja Pemohon selama Periode Penyelidikan yang telah diperiksa dan diverifikasi:

Tabel 4. Indikator Kinerja Pemohon: Pangsa Pasar, Penjualan, dan Konsumsi Nasional (Poin Index)

No Keterangan 2010 2011 2012 1 Pangsa Pasar 100 100 100 2 Penjualan 100 99 102 3 Captive 100 101 104 4 Impor Dumping 100 176 364 5 Konsumsi Nasional 100 101 105

Sumber: Pemohon, BPS, diolah

42. Pangsa pasar dan penjualan Pemohon relatif stabil, namun apabila dibandingkan dengan adanya kenaikan konsumsi nasional menunjukan bahwa Pemohon tidak menikmati kenaikan konsumsi nasional tersebut akibat peningkatan barang impor dumping yang secara absolut meningkat signifikan sebesar 76 poin index.

Tabel 5. Indikator Kinerja Pemohon: Produksi, Kapasitas Terpasang, Utilisasi Kapasitas, dan Persediaan (Poin Index)

No Keterangan 2010 2011 2012 1 Produksi 100 97 99 2 Kapasitas Terpasang 100 101 103 3 Utilisasi Kapasitas 100 96 96 4 Persediaan 100 92 92 5 Upah 100 110 140

(20)

20 43. Produksi dan utilisasi kapasitas Pemohon stabil dari 2010 hingga 2012. Namun tidak diikuti dengan kenaikan penjualan yang ditunjukkan dengan tetap tingginya persediaan.

Tabel 6. Indikator Kinerja Pemohon: Arus Kas (Operasional), ROI, Kemampuan Meningkatkan Modal, dan Pertumbuhan (Poin Index)

No Keterangan 2010 2011 2012

1 Laba/Rugi (Operasi) (100) (80) (15)

2 Return on Investment 100 9 (31)

3 Kemampuan Meningkatkan Modal (100) 9 (18)

4 Arus Kas (Operasional) 100 147 138

5 Pertumbuhan (Asset) (100) 367 (133)

Sumber: Pemohon diolah

44. ROI dan kemampuan meningkatkan modal menurun tajam dari tahun 2010 ke 2012. Pertumbuhan (Asset) dan arus kas Pemohon dari tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan.

Tabel 7. Indikator Kinerja Pemohon: Penjualan Domestik, Harga Domestik, Biaya Produksi, Laba/Rugi (Operasi), dan Profitabilitas (Poin Index)

No PEMOHON 2010 2011 2012

1 Volume Penjualan Domestik 100 99 102

2 Nilai Penjualan Domestik 100 127 117

3 Harga Domestik 100 129 114

4 Biaya Produksi 100 121 98

5 Laba/Rugi (Operasi) 100 80 15

6 Profitabilitas 100 66 14 Sumber: Pemohon diolah

45. Dari tabel di atas dapat dilihat volume penjualan Pemohon stabil, dan harga jual domestiknya meningkat, namun peningkatan biaya produksi jauh lebih besar dan Pemohon tidak dapat menaikkan harga jualnya di atas biaya produksi sehingga menyebabkan kerugian dan penurunan profitabilitas dari tahun 2010 sampai dengan 2012.

(21)

21 Tabel 8. Indikator Kinerja Pemohon: Tenaga Kerja, produktivitas, dan Upah

(Poin Index)

No Keterangan 2010 2011 2012

1 Tenaga Kerja 100 100 99

2 Produktivitas 100 97 100

3 Upah 100 111 141

Sumber: Pemohon diolah

46. Dalam hal tenaga kerja, jumlah tenaga kerja relatif tidak banyak mengalami perubahan selama periode 3 tahun dan peningkatan upah yang terjadi dalam kurun waktu yang sama disebabkan oleh adanya Peraturan Pemerintah yang menaikan standar upah minimum. Dalam hal produktivitas relatif stabil seiring dengan tenaga kerja.

B.6 HUBUNGAN SEBAB AKIBAT B.6.1. Dampak Volume

B.6.1.1 . Absolut

Tabel 9. Volume Impor Produk POY

Negara 2010 2011 2012 MT % MT % MT % Malaysia 2,361 41 5,373 53 13,759 65 Thailand 142 2 1,228 12 3,937 19 Taiwan 2,601 45 2,201 22 1,533 7 RRT 448 8 500 5 891 4 Rep. Korea 154 3 715 7 658 3

Total Impor Dumping 5,706 99 10,017 99 20,778 98

Total Impor Lainya 67 1 93 1 415 2

Total Impor 5,773 100 10,110 100 21,193 100

Sumber: BPS,Diolah.

47. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa total impor dumping mengalami peningkatan secara absolut dari negara-negara yang dituduh dumping sebesar 75% selama tahun 2010-2011 dan meningkat menjadi 107% selama 2011-2012.

(22)

22 B.6.1.2 Relatif

Tabel 10. Pangsa Pasar POY Terhadap Konsumsi Nasional (Poin Index)

Uraian 2010 2011 2012

Impor Malaysia 100 228 583

Impor Thailand 100 865 2,773

Impor Taiwan 100 85 59

Impor RRT 100 112 199

Impor Rep. Korea 100 464 427

Total Impor Dumping 100 176 364

Total Impor Lainya 100 139 619

Total Impor 100 175 367

Penjualan domestik 100 99 102

Captive 100 101 104

Penjualan IDN lainya 100 104 102

Konsumsi Nasional 100 101 105

Sumber: Pemohon, BPS diolah

48. Penjualan Pemohon dari tahun 2011 ke 2012 stabil, sedangkan volume impor dumping mengalami kenaikan yang signifikan yaitu 3 poin index sehingga kenaikan konsumsi nasional hanya dinikmati oleh barang impor dumping atau terjadi dampak volume secara relatif.

B.6.2. Dampak Harga B.6.2.1 Price Undercutting

Tabel 11. Harga POY dan Price Undercutting (Poin Index)

Negara 2010 2011 2012 Pemohon 100 129 114 Malaysia 92 123 107 Thailand 104 124 106 Taiwan 166 204 180 RRT 119 145 124 Rep. Korea 145 151 123

Total Impor Dumping 126 142 113

Price Undercutting

Malaysia (8) (6) (7)

(23)

23

Taiwan 66 76 66

RRT 19 16 10

Rep. Korea 45 22 9

Total Impor Dumping 26 13 (1)

Sumber: Pemohon, BPS diolah

49. Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi price undercutting barang impor dari Malaysia tahun 2010 sampai 2012, dan dari Thailand dari tahun 2011 ke 2012, namun tidak terjadi price undercutting dari negara Taiwan, RRT, dan Republik Korea dalam periode yang sama.

B.6.2.2 Price Deppression dan Price Suppresion

Tabel 12. Harga Jual dan Biaya Produksi POY (Poin Index)

Harga Jual POY Tahun

2010 2011 2012 Pemohon

100

129

114

Malaysia

92

123

107

Thailand

104

124

106

Taiwan

166

204

180

RRT

119

145

124

Rep Korea

145

151

123

Biaya Produksi

120

145

118

Sumber: Pemohon diolah

50. Pada tabel di atas terlihat bahwa pemohon mengalami price suppression dari tahun 2010 sampai 2012 akibat adanya tekanan dari barang impor dumping yang menyebabkan Pemohon terpaksa menjual POY di bawah biaya produksi. Pemohon mengalami price depression dari Malaysia dari tahun 2010-2012, dari Thailandpada tahun 2011 ke 2012.

(24)

24 B.7 FAKTOR LAIN

Tabel 13. Volume Impor POY

Sumber: BPS diolah

51. Dari tabel di atas terlihat bahwa volume impor POY dari negara lain pada tahun 2010 sampai dengan 2012 terus mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut tidak sebanding dengan peningkatan volume impor dumping dari negara tertuduh. Hal ini menunjukkan bahwa impor dari negara lain bukan merupakan penyebab Kerugian yang dialamioleh Pemohon.

52. Secara umum dalam proses produksi Pemohon menggunakan teknologi yang sama dengan yang digunakan oleh eksportir produsen yang diselidiki. Dengan demikian teknologi tidak berpengaruh terhadap kerugian yang dialami oleh Pemohon.

Tabel 14. Konsumsi Nasional POY (Poin Index)

Keterangan 2010 2011 2012

Konsumsi Nasional 100 101 105

53. Selama Periode penyelidikan konsumsi nasional menunjukkan peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan bukan penyebab kerugian Pemohon.

Negara 2010 2011 2012 MT MT MT Malaysia 2.361 5.373 13.759 Thailand 142 1.228 3.937 Taiwan 2.601 2.201 1.533 RRT 448 500 891 Rep. Korea 154 715 658

Total Impor Dumping 5.706 10.017 20.778

Total Impor Lainya 67 93 415

(25)

25 B.8 TANGGAPAN PIHAK-PIHAK YANG BERKEPENTINGAN

B.8.1. Tanggapan Pemerintah Malaysia (MITI)

Injury Analysis

“Petitioner is insufficient and has not satisfactorily examined all other known factors as required under Article 3.5 of WTO ADA”

“The petitioner has also failed to provide clearly all evidence and the analysis of the examination of evidence as laid down under Articles 5.2 (iv) and 3.4 to justify the initiation of the investigation”

54. Jawaban KADI

KADI telah mengkaji faktor lain penyebab kerugian sebagaimana yang diatur dalam pasal 3.5 ADA, bukti adanya dumping, kerugian, dan hubungan kausal dan informasi lainya sebagaimana diatur dalam pasal 5.2 ADA, dan indikator kinerja sebagaimana diatur dalam pasal 3.4 ADA yang disampaikan dalam permohonan dan menetapkan telah cukup sebagai bukti awal untuk dimulainya penyelidikan.

Price Effects

“The petitioners have not provided evidence given to support the allegation of price undercutting and price depression… The petitioners local selling price did not suffered injury in term of price suppression”

55. Jawaban KADI

Permohonan telah cukup jelas menyampaikan terjadinya price undercutting, price depression, dan price suppression, dan disertai dengan bukti yang cukup yang bersifat rahasia. KADI telah mengkaji informasi, dan bukti-bukti tersebut dan berkesimpulan telah cukup sebagai bukti awal untuk dimulainya penyelidikan.

(26)

26

Establishing Normal Value and Dumping Margin

“Recron (Malaysia) Sdn. Bhd. The sole producer and exporter of POY did not sell this product during period of investigation (POI) in domestic market. … the method of constructing the normal value and adjustment factors used have not been disclosed as the information has been deemed confidential… Malaysian producers/exportes could have been wrongly alleged based on the non-representative normal value.”

56. Jawaban KADI

Sesuai dengan pasal 2.2 ADA apabila tidak ada penjualan di pasar domestik di Negara pengekspor maka nilai normal dapat ditentukan dengan menggunakan harga ekspor ke Negara ke-3 atau dikonstruksi berdasarkan biaya produksi ditambah biaya administrasi, biaya penjualan, dan biaya umum ditambah dengan profit yang wajar.

Cautation

“…from the annual reports obtained for two petitioners i.e. P.T. Asia Pacific Fibers Tbk and P.T. Indorama Synthetic Tbk indicates that both of these companies have strong financial performance in 2012. … The petitioner has failed to prove the existence of injury”

57. Jawaban KADI

Laporan keuangan PT. Asia Pasific Fibers., Tbk dan PT. Indorama Synthethic Tbk., yang digunakan oleh MITI sebagai dasar untuk membuat tanggapan adalah laporan keuangan secara keseluruhan, dan laporan keuangan tersebut mencerminkan kinerja perusahaan untuk seluruh produk yang di produksi. Dalam permohonan analisa kerugian dilakukan hanya terhadap produk POY. Dengan demikian pernyataan MITI bahwa Pemohon tidak mengalami kerugian berdasarkan laporan keuangan adalah tidak benar.

“Insufficient Production of Polyester Yarns by Domestic Industri to meet local demandIncreased in imports from Malaysia for POY is in tandem with DTY due to

(27)

27 POY is raw material used to produce DTY. Malaysia’s export volume increased into Indonesian market was to meet the local demand and not injuring the domestic industri.”

58. Jawaban KADI

Penyelidikan KADI adalah untuk membuktikan terjadinya dumping, kerugian, dan hubungan kausal. Dengan demikian Malaysia dapat mengekspor POY ke Indonesia sepanjang dilakukan dengan perdagangan yang adil (fair trade) dengan tidak menjual dengan harga dumping. Kapasitas produksi POY Industri Dalam Negeri telah dapat memenuhi permintaan POY di dalam negeri.

B.8.2. Tanggapan Asosiasi

Tanggapan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API)

“Agar penyelidikan Anti Dumping untuk produk-produk benang polyester (POY, DTY, dan SDY) dihentikan karena akan mengganggu kinerja industri pertekstilan yang lebih luas sehingga mengancam keberlanjutan ratusan ribu tenaga kerja yang saat ini bekerja di industri pertenunan – yang bukan hal mustahil akan menimbulkan gelombang PHK pada industri pertenunan di kemudian hari.”

59. Jawaban KADI

Penyelidikan tindakan anti dumping adalah untuk membuktikan terjadinya kerugian industri dalam negeri akibat barang dumping. Apabila terbukti, pengenaan BMAD dimaksudkan untuk memulihkan kerugian yang dialami industri dalam negeri akibat adanya barang impor dumping. Besaran pengenaan BMAD ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan, sehingga diperoleh harga yang wajar. Apabila tidak terbukti, maka KADI menghentikan penyelidikan. Hal-hal yang menyangkut masalah kepentingan nasional bukan dalam cakupan penyelidikan KADI.

(28)

28 “API menolak inisiasi penyelidikan anti dumping yang dilakukan berdasarkan petisi yang diajukan oleh para pemohon dan meminta KADI untuk segera menghentikan penyelidikan karena:

- Tidak ada bukti yang cukup terkait dumping, kerugian dan hubungan kausal antara keduanya

- Pemohon merupakan pihak yang terafiliasi dengan eksportir produk dalam penyelidikan karena tidak dapat dianggap sebagai bagian dari industri Dalam Negeri berdasarkan ketentuan Pasal 1.17 PP 34/2011

- Pengenaan BMAD atas impor POY akan sangat merugikan Industri Dalam Negeri, khususnya industri tekstil hilir

- Tidak ada bukti yang memadai bahwa pemohon mengalami kerugian akibat impor”

60. Jawaban KADI

KADI telah menganalisa informasi dan data yang disampaikan dalam permohonan sebagai bukti awal, dan menilai bahwa informasi dan data tersebut telah lengkap dan properly documented untuk membuktikan adanya dumping, adanya kerugian, dan adanya hubungan sebab akibat.

Pemohon dan eksportir produsen produk dalam penyelidikan tidak saling mempengaruhi dalam hal menetapkan harga jual dan biaya produksi. Dengan demikian KADI menetapkan bahwa pemohon adalah bagian dari Industri Dalam Negeri.

Pengenaan BMAD dimaksudkan untuk memulihkan kerugian yang dialami Industri Dalam Negeri akibat adanya barang impor dumping. Besaran pengenaan BMAD ditentukan berdasarkan penyelidikan, sehingga diperoleh harga yang wajar dengan demikian tidak benar pengenaan BMAD akan mengancam kinerja industri hilir.

B.8.3. Tanggapan Recron (Malaysia) Sdn Bhd

“The complainants are affiliated with the exporters of the product concerned and accordingly based on Artticle 1.17 of Government Regulation No.34 of 2011

(29)

29 concerning Anti-Dumping Measure, Countervailing Measure and Safeguard Measure (“PP 34/2011”) they cannot qualify as the Indonesian domestic industry”

61. Jawaban KADI

Pemohon dan eksportir produsen produk dalam penyelidikan tidak saling mempengaruhi dalam hal menetapkan harga jual dan biaya produksi. Dengan demikian KADI menetapkan bahwa pemohon adalah bagian dari Industri Dalam Negeri. Hal ini ditunjukkan dengan tetap dituduhnya Thailand sebagai salah satu negara yang menyebabkan kerugian bagi pemohon.

“The complaint contains a number of deficiencies and fails to establish a sufficient prima facie evidence of dumping, injury, and causality as required by articles 5.2 and article 5.3 of the agreement”

62. Jawaban KADI

KADI telah menganalisa bahwa permohonan telah lengkap dan properly documented dan telah mengandung cukup bukti adanya dumping, adanya kerugian, dan adanya hubungan sebab akibat untuk memutuskan dimulainya penyelidikan.

“The complaint failed to establish a sufficient prima facie eveidence of causal link between dumping and injury

No clear prima facie evidence of injury contained in the complaint which can justify the initiation or the continuation of the investigation

The complaint failed to establish a sufficient prima facie eveidence of causal link between dumping and injury”

63. Jawaban KADI

KADI telah menganalisa informasi dan data yang disampaikan dalam permohonan sebagai bukti awal, dan menilai bahwa informasi dan data tersebut telah lengkap dan properly documented untuk membuktikan adanya dumping, adanya kerugian dan adanya hubungan sebab akibat.

(30)

30 “Any imposition of measures against import of POY would only hurt the other Indonesia downstream industries using POY”

64. Jawaban KADI

Pengenaan BMAD dimaksudkan untuk memulihkan kerugian yang dialami Industri Dalam Negeri akibat adanya barang impor dumping. Hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan nasional akan dibahas dalam Tim Pertimbangan Kepentingan Nasional.

B.8.4. Tanggapan Importir

“HS no. 5407.46.00.00 sangat banyak tipenya 120D/72F, 250D/96F, 85D/72F, 260D/96F, 125D/72F, 125D/36F,75D/72F dan lain lain yang mana tidak tersedia di lokal sehingga apabila pemerintah dalam hal ini KADI memberlakukan anti dumping terhadap benang POY yang merupakan bahan baku industri tekstil, kami industri tekstil sangat keberatan dan menolak pemberlakuan anti dumping...”

65. Jawaban KADI

Penyelidikan KADI mencakup seluruh produk Partially Oriented Yarn dengan nomor HS 5402.46.00.00 yang terdapat dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) dan bukan berdasarkan tipe produk.

“Bahan baku tersebut sangat kami perlukan untuk memenuhi order pembelian kami yang sangat mendesak dan tidak menentu sehingga kami sangat memerlukan persediaan bahan baku benang yang mencukupi dan selalu ada ketika dibutuhkan

Apabila nanti anti dumping diberlakukan kami sudah tidak mungkin menetapkan harga yang bersaing dengan pengimpor kain jadi dari negara lain terutama China, India dan ASEAN sendiri.”

66. Jawaban KADI

Penyelidikan KADI adalah untuk membuktikan terjadinya dumping, kerugian, dan hubungan kausal. Dengan demikian negara yang dituduh dapat mengekspor POY ke Indonesia sepanjang dilakukan dengan perdagangan yang adil (fair trade)

(31)

31 dengan tidak menjual dengan harga dumping. Kapasitas produksi POY Industri Dalam Negeri telah dapat memenuhi permintaan POY di dalam negeri.

“Pemerintah dalam hal ini sudah memberikan perlindungan pada supplier lokal dengan tetap menetapkan bea masuk 5 % untuk impor bahan baku benang dari negara-negara yang sedang diselidiki (Taiwan dan China)”

67. Jawaban KADI

Bea masuk (MFN) berlaku umum, sedangkan bea masuk anti dumping bertujuan untuk menanggulangi perdagangan yang tidak adil (unfair trade)sehingga produk pemohon dapat bersaing di pasar domestik dengan produk impor secara adil.

“Menolak pengenaan bea masuk anti dumping atas impor POY karena: akan menghambat kinerja perusahaan, berdampak negatif pada rencana investasi ke depan dan kemungkinan pengurangan produksi dan tenaga kerja”

68. Jawaban KADI

Pengenaan BMAD dimaksudkan untuk memulihkan kerugian yang dialami Industri Dalam Negeri akibat adanya barang impor dumping.Dengan demikian negara yang dituduh dapat mengekspor POY ke Indonesia sepanjang dilakukan dengan perdagangan yang adil (fair trade) dengan tidak menjual dengan harga dumping, selain itu kapasitas produksi POY Industri Dalam Negeri telah dapat memenuhi permintaan POY di dalam negeri. Hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan nasional akan dibahas dalam Tim Pertimbangan Kepentingan Nasional.

C. KESIMPULAN

69. Berdasarkan temuan-temuan dari hasil penyelidikan seperti yang tertuang dalam bagian B diatas, KADI menyimpulkan sebagai berikut:

a. Terjadi dumping atas impor Barang Yang Diselidiki yang dilakukan oleh eksportir dan/atau eksportir produsen yang berasal dari Malaysia sebesar

(32)

32 9,3%, Republik Korea 13,7%, RRT 13,7%, Taiwan 6%, dan Thailand 0-13,3%.

b. Pemohon mengalami kerugian material, dengan pertimbangan sebagai berikut: i. Perusahaan masih mengalami kerugian meskipun kondisinya membaik dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Arus kas, kemampuan meningkatkan modal, dan ROI mengalami penurunan terutama pada tahun 2011 hingga 2012.

ii. Setelah menganalisa kinerja pemohon dan membandingkanya dengan perkembangan pasar yang positif, pemohon telah kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan peningkatan konsumsi nasional.

c. Hubungan sebab akibat antara dumping dan kerugian yang dialami pemohon:

i. Terjadi dampak volume impor baik secara absolut maupun relatif dari negara yang dituduh dumping.

ii. Terjadi dampak harga dalam bentuk price undercutting, price deppression

dan price suppression.

Gambar

Gambar 1. Proses Produksi POY
Tabel 3. Perkembangan Pasar Domestik POY (Poin Index)
Gambar 2. Grafik Konsumsi Nasional, Penjualan Dalam Negeri, Penjualan  Pemohon, Total Impor, dan Impor Barang Dumping Tahun 2010-2012
Tabel 4. Indikator Kinerja Pemohon: Pangsa Pasar, Penjualan, dan  Konsumsi Nasional (Poin Index)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Keluarga dengan pendapatan tinggi menjadi salah satu faktor penting dalam memberikan asupan gizi yang baik bagi anak dibandingkan dengan keluarga yang memiliki

Penggunaan bagian tumbuhan oleh masyarakat Suku Melayu Desa Durian Sebatang sebagai obat untuk setiap jenis tumbuhan tidak selalu sama, tetapi tergantung dari jenis

Angandika wong kang ahlul supi, khakekate amaujud edat, iku rupane maklume, kang aneng ndalem ngelmu, ing tingale tekeng ing budi, de ngelmune tan ana, tan

Penelitian Bahan Bakar Alternatif Padat (BBAP) / briket Serbuk Gergaji Kayu dengan perekat lignin sabut siwalan, diarahkan untuk mengetahui pengaruh perbandingan lignin sabut

Penelitian yang berjudul “Optimasi Kondisi Proses Elektrokoagulasi Ion Logam Tembaga (II) dalam Limbah Cair Elektroplating” bertujuan untuk menge- tahui karakter limbah cair

Berdasarkan PMK Nomor 76/PMK.03/201 untuk sumbangan bencana alam nasional di Indonesia yang dapat dibebankan dalam fiskal adalah jika bencana alam tersebut merupakan

Berdasarkan pada uraian diatas, maka dalam penelitian ini akan dianalisis beberapa variabel yang mempengaruhi pembayaran deviden yaitu: likuiditas, profitabilitas, dan

Begitu juga pada peralatan yang digunakan persis sama dengan peralatan pembuatan batako biasa, pada pemanfaatan limbah styrofoam diperlukan tambhan peralatan yaitu