• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

31

Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6°,41' - 7°,19' Lintang Selatan dan diantara 107°22' - 108°5' Bujur Timur dengan ketinggian 500m-1.800m dpl dan luas wilayah 176.239 ha. Batas Utara Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung terdiri atas 31 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan. Dengan jumlah penduduk sebesar 3.299.988 jiwa (Disnakan Kab. Bandung 2011)

Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara puncak-puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200 m), Gunung Tangkubanperahu (2.076 m) (Wilayah KBB) di perbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan terdapat Gunung Patuha (2.334 m), Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut. (Disnakan Kab. Bandung 2011)

Wilayah Kabupaten Bandung beriklim tropis dipengaruhi oleh angin muson dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 1500 sampai dengan 4000 mm/tahun, suhu rata-rata berkisar antara 19°C sampai dengan 24°C. (Disnakan Kab. Bandung 2011)

Kabupaten Bandung merupakan penghasil perikanan budidaya yang cukup besar di Jawa Barat. Kabupaten Bandung mampu menghasilkan produksi perikanan budidaya yang lebih besar dari daerah lain. Target Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk memproduksi 16,89 juta ton pada tahun 2014 mengharuskan Kabupaten Bandung memberikan kontribusi produksi budidaya sebanyak 7% (Gusdinar dalam Galamedia 2011).

(2)

4.2 Karakteristik Pembudidaya

Struktur umur menurut analisis demografi penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (a) kelompok umur muda, dibawah 15 tahun; (b) kelompok umur produktif, usia 15 – 64 tahun; dan (c) kelompok umur tua, usia 65 tahun ke atas. Struktur umur penduduk dikatakan muda apabila proporsi penduduk umur muda sebanyak 40% atau lebih sementara kelompok umur tua kurang atau sama dengan 5%. Sebaliknya suatu struktur umur penduduk dikatakan tua apabila kelompok umur mudanya sebanyak 30% atau kurang sementara kelompok umur tuanya lebih besar atau sama dengan 10% (Tjiptoherijanto 2001).

Karakteristik pembudidaya air tawar di Kabupaten Bandung memiliki umur berkisar antara 28-65 tahun. Sebanyak 210 responden dengan rata-rata umur 47,49 tahun. 65,24% berada pada usia 15-50 tahun (tabel 5). Hal tersebut berarti bahwa sebagian besar responden berada pada usia produktif.

Tabel 5. Data Kisaran Umur Responden Umur Responden (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) < 15 0 0,0 15-50 137 65,24 > 50 73 34,76 Jumlah 210 100

Sumber : Data Primer (diolah) 2013

Pada umumnya tingkat pendidikan formal responden di daerah penelitian tamat Sekolah Dasar (SD)/sederajat yakni sebesar 57,62 persen. Tingkat menengah pertama dan menengah atas masing-masing sebesar 21,91 dan 20,47 persen. Orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi lebih bermanfaat karena baik dengan sengaja maupun tidak sengaja menyebarluaskan pengetahuannya sewaktu mereka bergaul dalam masyarakat dan juga lebih mudah memahami sikap orang lain sehingga lebih menciptakan kerukunan di dalam kehidupan bermasyarakat (Taringan 2006). Atmanti (2005) menambahkan bahwa pendidikan merupakan salah satu investasi non fisik dimana tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan dapat menjamin perbaikan yang terus berlangsung dalam tingkat

(3)

teknologi yang digunakan masyarakat, sera pendidikan merupakan bagian dari modal insani (human capital) yang berperan dalam peningkatan produktivitas seseorang.

Tabel 6. Data Pendidikan Responden Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) SD 121 57,62 SMP 46 21,91 SMA 43 20,47 Jumlah 210 100

Sumber : Data Primer (diolah) 2013

Sebagian besar tingkat pengalaman usaha budidaya air tawar dari responden berkisar antara 11-20 tahun yakni sebesar 96 orang. Responden berdasarkan lama pengalaman 1-5 tahun, 6-10 tahun, dan >20 tahun masing-masing sebesar 13, 83, dan 18 (Tabel.7). Rata-rata total responden memiliki pengalaman budidaya sebesar 12,75 tahun.

Tabel 7. Data Pengalaman Usaha Budidaya Pengalaman (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1-5 13 6,19 6-10 83 39,52 11-20 96 45,71 >20 18 8,58 Jumlah 210 100

Sumber : Data Primer (diolah) 2013

4.3 Keadaan Umum Usaha Budidaya

Luas lahan responden penelitian kelompok pembenihan berkisar antara 14-10.000 m2, yang sebanyak 75 orang memiliki luas lahan berkisar 0-1000 m2 dan sebanyak 15 orang memiliki luas lahan di atas 1000 m2. Pada kelompok pendederan yang memiliki luas lahan berkisar 0-10.000 m2 sebanyak 37 orang dan sebanyak 23 orang memiliki luas lahan diatas 10.000 m2. Kelompok pembesaran memiliki luas lahan berkisar 0-500 m2 sebanyak 31 orang dan sebanyak 29 orang memiliki luas lahan diatas 500 m2.

(4)

Besarnya luas lahan pada kelompok pendederan mayoritas disebabkan karena lahan yang dipakai tersebut merupakan kawasan pertanian yang setiap setengah tahun dipakai kegiatan pertanian. Berbeda dengan luas lahan pada kelompok pembenihan dan pembesaran yang lahannya dipakai kegiatan perikanan sepanjang musim.

Tabel 8. Jumlah responden menurut luas lahan.

No. Luas Lahan (m2) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 Pembenihan 0-1000 75 35,71 >1000 15 7,14 2 Pendederan 0-10000 37 17,62 >10000 23 10,95 3 Pembesaran 0-500 31 14,76 >500 29 13,82 Total 210 100

Sumber : Diolah dari data primer (2013)

Sebaran benih pada kelompok pembenihan ikan mas berkisar 7-35 pasang, ikan nila berkisar 1-2 paket yang tiap paketnya berisi sekitar 400 ekor ikan nila dengan perbandingan jantan dan betina 3 : 1. Ikan lele berkisar 1-3 paket indukan yang tiap paketnya berisi sekitar 15 ekor indukan.

Pada kasus pendederan ikan mas, benih yang ditebar berkisar antara 20-300L atau sekitar 40.000-600.000 ekor benih yang ditebar setiap siklusnya. Ikan nila berkisar 100-300 Kg benih yang disebar. Pada pembesaran, penyebaran benih ikan lele berkisar antara 2000-45000 ekor setiap siklusnya. Sedangkan pada ikan nila berkisar antara 3000-9000 ekor benih. Besar kecilnya penebaran benih tergantung pada luas lahan budidaya yang dimiliki tiap responden.

Pemupukan merupakan salah satu bentuk masukan energi yang dimanfaatkan ikan secara tidak langsung. Pupuk dibagi menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan sumber hara yang lengkap bagi pakan alami juga dapat memperbaiki struktur tanah. Pupuk anorganik merupakan pelengkap yang dapat menyediakan zat hara secara cepat

(5)

untuk kebutuhan pakan alami. Marsono dan Lingga (2004) menjelaskan lebih terperinci tentang maanfaat dari pemupukan yaitu :

A. Manfaaat pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika Tanah :  Memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur.  Mengurangi erosi pada permukaan tanah

 Sebagai penutup tanah dan dapat memperbaiki struktur tanah dibagian permukaan.

B. Manfaat pupuk yang berkaitan dengan sifat kimia tanah  Menyediakan unsur hara yang diperlukan bagian tanaman.

 Membantu mencegah kehilangan unsure hara yang cepat hilang seperti nitrogen, fosfor dan kalium.

 Memperbaiki keasaman tanah.

Pupuk yang digunakan oleh responden mayoritas menggunakan pupuk kandang, dimana pupuk kandang tersebut digunakan untuk menumbuhkan pakan alami bagi kelangsungan hudup benih-benih ikan baik itu pada pembenihan lele, mas ataupun nila.

Probiotik digunakan sebagian besar responden untuk meningkatkan sistem imunitas dari ikan. Apabila ikan dalam keadaan sehat maka pertumbuhan semakin cepat, hal ini dikarenakan energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk tumbuh, dan apabila sistem imunitas ikan rendah maka akan mudah terserang penyakit sehingga energi dari pakan yang seharusnya digunakan untuk tumbuh akan beralih fungsi untuk menyembuhkan penyakit, hal ini berakibat pada pertumbuhan dari ikan tersebut lambat. Haetami (2008) bahwa penggunaan probiotik secara langsung akan meningkatkan efektivitas mikroba usus yang pada gilirannya meningkatkan pertumbuhan.

Pada kelompok pembenihan, produksi berkisar antara 100.000-2.250.000 ekor setiap siklusnya, dengan rata-rata 578.889 ekor setiap responden. Pada kelompok pendederan, produksi berkisar antara 200-3000 kg setiap siklusnya, dengan rata-rata 539 kg setiap responden. Pada kelompok pembesaran produksi berkisar antara 150-3.700 kg setiap siklusnya, dengan rata-rata produksi tiap

(6)

responden sebesar 873 kg. Tinggi rendahnya produksi ini bias disebabkan oleh besarnya luas lahan budidaya dan juga bisa disebabkan oleh jumlah benih yang ditebar pada setiap siklusnya.

Harga jual benih ikan pada kelompok pembenihan berkisar antara 7.000-30.000 tergantung takaran dan jenis ikan, misalnya saja pada ikan mas yang ditakar per satuan gelas, ikan nila yang ditakar per satuan liter dan ikan lele yang ditakar per satuan kilo. Harga tersebut merupakan harga jual pada tengkulak yang nantinya diteruskan ke konsumen. Harga jual ikan pada kelompok pendederan berkisar antara 12.000-18.000 dengan ukuran sekitar 80-100ekor/Kg. Harga jual benih ikan pada kelompok pembesaran berkisar antara 13.000-15.000 per Kg dengan ukuran 10-15ekor/Kg.

4.3.1 Permasalahan Budidaya

Permasalahan budidaya air tawar di Kabupaten Bandung mayoritas adalah cuaca. Cuaca yang tidak menentu menyebabkan produksi ikan menjadi tidak stabil. Permasalahan lain dalam budidaya air tawar di Kabupaten Bandung ialah sering timbulnya hama penyakit, ketersediaan lahan yang semakin menyempit, serta permintaan ikan yang tidak stabil dari konsumen atau tengkulak

4.4Produksi dan Produktivitas 4.4.1 Produksi budidaya air tawar

Hasil produksi merupakan tujuan dari pelaksanaan kegiatan budidaya ikan yang dilakukan pembudidaya ikan, dimana pembudidaya mendapatkan keuntungan dari kegiatan budidaya yang dilakukan. Hasil produksi berupa banyaknya ikan yang berhasil tumbuh dalam satu siklus panen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, produksi ikan mas, lele dan ikan nila menurut olahan data primer 2013 dapat dilihat pada Tabel 9.

(7)

Tabel 9. Produksi Berdasarkan Luas Ruang yang digunakan

No. Kelompok Produksi per Musim Tanam Total

Produksi

(Tahun) Total

Lele Mas Nila Lele Mas Nila

1. Pembenihan (ekor) 5.900.000 27.000.000 19.200.000 35.400.000 324.000.000 115.2000.000 2. Pendederan (Kg) - 20.650 11.700 - 144.100 70.200 3. Pembesaran (Kg) 40.700 11.670 1.953.600 606.840

Sumber : Data Primer (diolah) 2013

4.4.2 Analisis Produktivitas

A. Analisis Produktivitas per Satuan Luas

Produktivitas merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas pencapaian sasaran, dimana efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi (Atmosoeprapto 2000). Dari hasil penelitian di lapangan, maka didapat nilai produktivitas mengenai kelompok budidaya air tawar seperti pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisis produktivitas per Satuan Luas

No. Produktivitas Per satuan Luas N

(Orang) Minimum (Kg/m2/Th) Median (Kg/m2/Th) Maximum (Kg/m2/Th)

1. Pembenihan 90 2.160ekor 24.000ekor 57.600ekor

2. Pendederan 60 0,06 1,10 2,86

3. Pembesaran 60 0,85 7,87 16,67

Sumber : Data Primer (diolah) 2013

Berdasarkan tabel diatas, nilai produktivitas terkecil ada pada kelompok pendederan dengan nilai 0,06 Kg/m2/Th, dan produktivitas tertinggi ada di kelompok pembesaran dengan nilai 16,67 Kg/m2/Th. Tinggi rendahnya nilai produktivitas ini karena tidak berupa nilai khusus suatu komoditi, sehingga perbedaan dari karakteristik budidaya setiap komoditi dapat membuat nilai produktivitas setiap kelompok berbeda.

Menurut SNI no 01-6141-1999 dan 01-6133-1999 mengenai produksi pembenihan ikan nila dan ikan mas, produksi benih ikan pada masa pendederan sebesar 1,2 Kg/m2/Th. Nilai SNI tersebut berada diatas nilai rata-rata hasil

(8)

penelitian pada kelompok pendederan. Hasil tersebut diduga karena perbedaan jumlah siklus tanam responden dan siklus tanam pada SNI, siklus tanam responden berjumlah 6-7 kali dalam setahun yang menyebabkan perbedaan nilai produktivitas pendederan dengan nilai produktivitas secara SNI yang dihitung dengan jumlah siklus tanam sebanyak 10 kali dalam setahun.

Menurut SNI no 01-6484.3-2000 dan 7550:2009 mengenai produksi pembesaaran lele dan nila, nilai produksi sebesar 7,8 Kg/m2/Th. Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai rata-rata hasil penelitian sebesar 7,87 Kg/m2/Th yang berarti nilai produksi pembesaran di Kabupaten Bandung sesuai dengan standar SNI.

B. Analisis Produktivitas Ekonomi

Produktivitas didefinisikan sebagai Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil (Greenberg, dalam Sinungan 2008). Data produktivitas per satuan biaya dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Analisis Produktivitas Ekonomi

No. Produktivitas Ekonomi N

(Orang) Minimum BCR Median BCR Maximum BCR 1. Pembenihan 90 -0,14 1 2,61 2. Pendederan 60 0,01 0,23 1,57 3 Pembesaran 60 -0,15 0,43 1,48

Sumber : Data Primer (diolah) 2013

Data diatas menunjukkan bahwa nilai terendah produktivitas ekonomi yang dihitung menggunakan Benefit Cost Ratio ada pada kelompok pembesaran dengan nilai -0,15 dan nilai terbesar ada di kelompok pembenihan dengan nilai 2,61. Produktivitas ekonomi ini dihitung berdasarkan keuntungan yang didapat dibagi dengan total biaya yang digunakan dalam waktu satu tahun. Dilihat dari data tersebut nilai dibawah 1 menyatakan bahwa usaha tersebut tidak menguntungkan, dengan kata lain biaya yang dikeluarkan tidak begitu produktif jika dibandingkan dengan hasil yang didapat. Nilai Benefit Cost ratio menunjukkan angka 1 merupakan titik impas dalam pemanfaatan biaya produksi dan hasil yang didapat. Nilai diatas angka 1 menyatakan bahwa biaya tersebut

(9)

positif dan dengan kata lain, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan produksi dikatakan produktif jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapat.

4.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran (compound) dari produksi dan aktivitas, dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya tersebut (Ravianto 1986).

A. Produktivitas Pembenihan

Hasil Regresi Produktivitas Pembenihan

Y = - 10.4 + 1.91 X1 - 0.438 X2 - 0.374 X3 + 0.111 X4 + 0.283 X5

Tabel 12. Analisis hasil regresi Produktivitas Pembenihan

Variabel Koefisien p-Value T Keterangan

X1 1.91462 0.000* 26.56 Benih X2 -0.43814 0.000* -6.19 Pakan X3 -0.3744 0.008* -2.72 Pengalaman X4 0.11065 0.258 1.14 Pendidikan X5 0.2834 0.302 1.04 Umur R-Square 95,7% F hitung = 375,59 Ttabel=1,66 R-Square (adj) 95,5% Ftabel = 2,33

Ket : * Nyata pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi produktivitas pembenihan adalah benih, pakan, dan pengalaman. Hasil regresi ini memiliki nilai R-Square (adj) sebesar 95,5% yang berarti faktor yang mempengaruhi produktivitas sebesar 95,5% dan sisanya merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas.

Uji F dilakukan untuk menggambarkan pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen (Setyorini et al. 2009). Uji f dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan Ftabel. Hasil model regresi linear diperoleh nilai F hitung sebesar 375,59 dan Ftabel 2,333, hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F-tabel yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor produktivitas : benih, pakan, luas lahan, lama

(10)

pengalaman budidaya, pendidikan dan umur berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan.

Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh dari variabel kelangsungan hidup benih (X1), konversi pakan (X2), lama pengalaman budidaya (X3), pendidikan (X4), dan umur (X5) terhadap produktifitas pembenihan di Kabupaten Bandung. Apabila nilai t variabel lebih besar dari t tabel maka variabel tersebut signifikan, dan apabila nilai t variabel lebih kecil dari t tabel maka variabel tersebut tidak signifikan (Purnamasari 2008). Hasil dari model regresi menunjukkan bahwa nilai t pada tiap variabel yaitu nilai t pada variabel X1 adalah 26.56, nilai t pada variabel X2 adalah -6.19 , nilai t pada variabel X3 adalah -2,72, nilai t pada variabel X4 adalah 1.14, nilai t pada variabel X5 adalah 1.04. Nilai dari tiap variabel tersebut menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan adalah variabel X1, X2, dan X3, karena nilai t hitung pada ketiga variabel tersebut lebih besar dari nilai t tabel (1,66).

Faktor pendidikan dan umur sama sekali tidak mempengaruhi produktivitas, dalam pembenihan ini selain faktor fisik seperti benih dan pakan, pengalaman budidaya dan umur juga mempengaruhi produktivitas. Juarno et al.

(2011) menyatakan bahwa pakan merupakan salah satu kendala dalam budidaya dimana ditinjau dari mahalnya harga pakan Indonesia yaitu 40% lebih tinggi dibandingkan China karena belum efesiennya pemasaran dan terkonsentrasinya pabrik pakan, selain itu penggunaan pakan berlebih berpotensi mencemari lingkungan dan meningkatkan serangan penyakit. Faktor lain yang tidak masuk ke dalam model tetapi mempengaruhi produktivitas seperti faktor cuaca dan faktor permintaan ikan yang sering menjadi kendala dalam kegiatan pembenihan ini.

Melihat persamaan hasil regresi nilai koefisien sebesar -10,4 yang artinya ketika variabel-variabel bernilai nol maka nilai produktivitas akan menurun. Hal ini diduga bahwa ada variabel lain selain lima variabel yang menjadi parameter yang membuat produksi menurun. Hal lain yang mungkin menyebabkan hasil nilai koefisien yang negatif karena data yang didapat dari responden adalah data saat ini dan bukan data awal ketika responden memulai satu kegiatan budidaya

(11)

sehingga tidak teridentifikasi hal-hal lain yang menyebabkan menurunnya porduktivitas.

Variabel yang bertanda positif berdasarkan hasil regresi adalah X1 (benih), X4 (pendidikan), dan X5 (umur) sebesar 1,91, 0,111, dan 0,283. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap variabel tersebut bertambah maka produktivitas akan meningkat sebesar satuan tersebut. Secara model seperti yang sudah disajikan di Tabel 12 bahwa variabel X4 dan X5 dinyatakan tidak signifikan yang artinya variabel tersebut tidak mempengaruhi produktivitas namun pada kenyataannya X4 dan X5 ini bernilai positif pada produktivitas yang artinya semakin bertambahnya umur dan pendidikan maka akan bertambah kemampuan individu responden.

Variabel yang bertanda negatif berdasarkan hasil regresi adalah X2 (pakan) dan X3 (pengalaman) sebesar 0,438 dan 0,374. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap variabel tersebut bertambah maka produktivitas akan menurun sebesar satuan tersebut. Secara model yang disajikan pada tabel 11 X2 dan X3 dinyatakan signifikan atau berpengaruh terhadap produktivitas. Hasil negatif dari hasil regresi menunjukkan bahwa memang pada tingkat pembenihan ini tidak begitu menggunakan pakan pada produksinya karena memang benih ikan masih menggunakan pakan alami sebagai makanannya. Begitu juga pada faktor lama pengalaman, yang dibutuhkan adalah kemampuan individu (Skill) bukan lamanya seseorang berkecimpung dalam kegiatan budidaya.

(12)

B. Produktivitas Pendederan

Hasil Regresi Produktivitas Pendederan

Y = 2.04 - 1.16 X1 - 0.0634 X2 + 0.175 X3 + 0.045 X4 - 0.263 X5 Tabel 13. Analisis hasil regresi Produktivitas Pendederan

Variabel Koefisien p-Value T Keterangan

X1 -1.15817 0.000* -11.84 Benih

X2 -0.06343 0.021* -2.37 Pakan

X3 0.1751 0.425 0.80 Pengalaman

X4 0.0446 0.797 0.26 Pendidikan

X5 -0.2634 0.504 -0.67 Umur

R-Square 86.6 % F hitung = 69.55 Ttabel = 1,66

R-Square (adj) 85.3% Ftabel = 2,37

Ket : * Nyata pada taraf 5%

Uji F dilakukan untuk menggambarkan pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen (Setyorini et al. 2009). Uji f dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan F-tabel. Hasil model regresi linear diperoleh nilai F hitung sebesar 69.55 dan F tabel 2,37, hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F-tabel yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor produktivitas : benih, pakan, luas lahan, lama pengalaman budidaya, pendidikan dan umur berpengaruh terhadap produktivitas pendederan.

Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh dari variabel kelangsungan hidup benih (X1), konversi pakan (X2), lama pengalaman budidaya (X3), pendidikan (X4), dan umur (X5) terhadap produktifitas pendederan di Kabupaten Bandung. Apabila nilai t variabel lebih besar dari t tabel maka variabel tersebut signifikan, dan apabila nilai t variabel lebih kecil dari t tabel maka variabel tersebut tidak signifikan (Purnamasari 2008). Hasil dari model regresi (Tabel 13) menunjukkan bahwa nilai t pada tiap variabel yaitu nilai t pada variabel X1 adalah -11.84, nilai t pada variabel X2 adalah -2.37 , nilai t pada variabel X3 adalah 0.80 , nilai t pada variabel X4 adalah 0.26 , nilai t pada variabel X5 adalah -0.67. Nilai dari tiap variabel tersebut menunjukkan bahwa variabel yang

(13)

berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan adalah variabel X1 dan X2, karena nilai t hitung kedua variabel tersebut lebih besar dari nilai t tabel (1,66).

Berdasarkan hasil regresi dan evaluasi kriteria statistik, produktivitas pendederan dipengaruhi oleh jumlah benih yang ditebar, dengan nilai R-Square 86.6 %. Sisanya sebesar 13,4% merupakan faktor lain yang mempengaruhi produktivitas pendederan di kabupaten Bandung. Pada kegiatan pendederan ini kemungkinan berasal dari kualitas air yang semakin lama menurun kondisinya ditambah lagi dengan keadaan cuaca yang tidak stabil. Faktor pengalaman, pendidikan dan umur sama sekali tidak berpengaruh dalam produktivitas pendederan di Kabupaten Bandung. Pada masa pendederan ini tidak begitu banyak campur tangan pelaku budidaya sehingga tidak berpengaruh kepada produktivitas.

Melihat hasil fungsi regresi, nilai koefisien sebesar 2,04 yang dapat diinterpretasikan dengan kondisi dimana variabel-variabel uji bernilai nol maka produktivitas akan bernilai positif.

Variabel pada hasil regresi yang bertanda positif ada pada variabel X3 dan X4 yang masing-masing memiliki nilai 0,175 dan 0,045. Kondisi ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan nilai variabel maka akan bertambah nilai produktivitas sebesar satuan tersebut. Secara model variabel ini dikatakan tidak signifikan karena nilai T lebih besar dari T tabel. Dilihat di lapangan, pengalaman dan pendidikan memang berperan dalam berlangsungnya kegiatan budidaya, pengalaman yang lebih bisa memaksimalkan kondisi budidaya sehingga dapat memaksimalkan produktivitas, namun pada pendidikan ini memang yang menonjol pada responden adalah kemampuan individunya bukan pendidikan formal yang tertulis.

Variabel yang bertanda negatif ada pada variabel X1, X2, dan X5 yang memiliki nilai masing-masing 1,16, 0,0634 dan 0,263. Kondisi ini dapat diinterpretasikan dengan penambahan variabel-variabel tersebut akan menurunkan produktivitas sebesar satuan tersebut. Pada Tabel 13 disebutkan bahwa X1 dan X2 adalah signifikan atau berpengaruh terhadap produktivitas. Namun berbeda pada

(14)

hasil regresi yang menunjukkan penambahan variabel tersebut akan menurunkan produktivitas. Kelompok budidaya ini mayoritas mengandalkan kualitas air dalam pemeliharaannya. Benih yang terlalu banyak belum tentu efisien mendapatkan produksi yang tinggi. Begitu juga pada kasus pakan, kelompok pendederan ini sangat sedikit menggunakan pakan untuk pemeliharaannya sehingga pada fungsi regresi bernilai negatif.

C. Produktivitas Pembesaran

Hasil Regresi Produktivitas Pembesaran

Y = 2.24 + 2.68X1 - 0.731X2 + 0.967 X3 - 0.105 X4 - 2.07 X5 Tabel 14. Analisis Hasil Regresi Produktivitas Pembesaran

Variabel Koefisien p-Value T Keterangan

X1 2.6754 0.000* 5.08 Benih

X2 -0.7313 0.036* -2.15 Pakan

X3 0.9674 0.000* 3.88 Pengalaman

X4 -0.1051 0.688 -0.40 Pendidikan

X5 -2.0725 0.003* -3.13 Umur

R-Square 63.5% F hitung = 18.76 Ttabel=1,66 R-Square (adj) 60.1% Ftabel = 2,37

Ket : * Nyata pada taraf 5%

Uji F dilakukan untuk menggambarkan pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen (Setyorini et al. 2009). Uji f dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan F-tabel. Hasil model regresi linear diperoleh nilai F hitung sebesar 18.76 dan F tabel 2,37, hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F-tabel yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor produktivitas : benih, pakan, luas lahan, lama pengalaman budidaya, pendidikan dan umur berpengaruh terhadap produktivitas pendederan.

Uji t dilakukan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh dari variabel kelangsungan hidup benih (X1), konversi pakan (X2), lama pengalaman budidaya (X3), pendidikan (X4), dan umur (X5) terhadap produktivitas pembesaran di Kabupaten Bandung. Apabila nilai t variabel lebih besar dari t tabel maka variabel

(15)

tersebut signifikan, dan apabila nilai t variabel lebih kecil dari t tabel maka variabel tersebut tidak signifikan (Purnamasari 2008). Hasil dari model regresi (Tabel 14) menunjukkan bahwa nilai t pada tiap variabel yaitu nilai t pada variabel X1 adalah 5,08, nilai t pada variabel X2 adalah -2,15, nilai t pada variabel X3 adalah 3,88 , nilai t pada variabel X4 adalah -0,40, nilai t pada variabel X5 adalah -3.13. Nilai dari tiap variabel tersebut menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan adalah variabel X1,X2,X3 dan X5 karena nilai t hitung pada variabel tersebut lebih besar dari nilai t tabel (1,66).

Berdasarkan hasil regresi dan evaluasi kriteria statistik, produktivitas pendederan dipengaruhi oleh jumlah benih yang ditebar, dengan nilai R-Square 63,5%. Sisanya sebesar 36,5% merupakan faktor lain yang mempengaruhi produktivitas pendederan di kabupaten Bandung. Pada kegiatan pembesaran ini faktor lain sebesar 36,5% kemungkinan berasal dari kemampuan individu (skill)

dalam melakukan kegiatan budidaya lebih terlihat mempengaruhi hasil produksi dan produktivitas.

Koefisien hasil regresi dalam kelompok pembesaran adalah 2,24 yang bisa diinterpretasikan dengan produktivitas akan bernilai 2,24 jika variabel-variabel uji bernilai nol. Variabel yang bernilai positif adalah x1, dan X3 yang merupakan benih dan pengalaman. Variabel bernilai positif tersebut dapat diinterprestasikan dengan penambahan nilai variabel akan menambah nilaii produktivitas sebesar satu satuan tersebut. Dalam kasus ini penambahan jumlah benih dan pengalaman terhadap kegiatan budidaya dapat menambah produktivitas. Variabel yang bernilai negatif adalah X2, X4 dan X5 yang diinterpretasikan dengan penambahan nilai pada variabel tersebut akan mengurangi nilai produktivitas sebesar satuan tersebut. Pada kasus ini penambahan pakan, pendidikan dan umur akan mengurangi produktivitas. Hal ini bisa karena penambahan pakan yang berlebih akan menyebabkan menurunnya kualitas air dan menyebabkan produksi menjadi menurun.

Faktor yang mempengaruhi produktivitas dari dimensi luas dapat dilihat dalam Tabel 15.

(16)

Tabel 15. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

No. Kelompok

Pembenihan Pendederan Pembesaran

1. Benih Benih Benih

2. Pakan Pakan Pakan

3. Pengalaman Budidaya - Pengalaman Budidaya

4. - - Umur Pekerja

Sumber : Data Primer (diolah) 2013

Berdasarkan tabel diatas faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah benih, pakan, pengalaman budidaya dan umur pekerja. Kualitas benih menjadi faktor utama yang mempengaruhi produktivitas. Benih yang digunakan oleh responden berasal dari Ciparay, Cianjur dan hasil dari pembenihan mandiri. Benih-benih tersebut tidak mendapat keluhan dari responden sehingga dapat kita katakan bahwa kualitas benih tersebut bagus. Pakan juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi produktivitas. Penambahan pakan non komersial selain pemberian pakan komersial sangat membantu produksi yang mempengaruhi besar kecilnya produktivitas. Pengalaman dan umur responden juga turut menjadi faktor utama yang mempengaruhi produktivitas. Bertambahnya umur, bertambahnya pengalaman berbudidaya akan menambah ilmu yang akan membuat kemampuan individu (skill) para responden bertambah yang nantinya akan dapat memecahkan permasalahan budidaya sehingga dapat meningkatkan produktivitas budidaya.

Gambar

Tabel 6. Data Pendidikan Responden  Pendidikan  Jumlah  (Orang)  Persentase (%)  SD  121  57,62  SMP  46  21,91  SMA  43  20,47  Jumlah  210  100
Tabel 8. Jumlah responden menurut luas lahan.  No.  Luas Lahan (m 2 )  Jumlah (Orang)  Presentase (%)  1  Pembenihan  0-1000  75  35,71  &gt;1000  15  7,14  2  Pendederan  0-10000  37  17,62  &gt;10000  23  10,95  3  Pembesaran  0-500  31  14,76  &gt;500  29  13,82  Total  210  100
Tabel 9. Produksi Berdasarkan Luas Ruang yang digunakan
Tabel 11. Analisis Produktivitas Ekonomi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Terakhir, Peneliti akan melakukan pembandingan antara upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjaga keamanan informasi melalui sudut pandang ancaman

Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal- hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya

Kepala cabang Bagian admin Karyawan Mulai Selesai Form absensi karyawan Form absensi karyawan yang sudah diisi Laporan absensi karyawan 2 Data absensi 2 Laporan

Masjid Annur Kedungkarang Wedung Demak 96 82 Khoirul Fuad S.Pd. Masjid Annur Kedungkarang Wedung Demak 97 83 Ahmad

Dalam penelitian kualitatif, sasaran penelitian dianggap sebagai subyek yang ditempatkan sebagai informan, yang darinya peneliti belajar mengenai apa yang diinginkan.

Maltodekstrin DE 15-20 dapat digunakan sebagai bahan pengisis, pengikat dan penghancur dalam tablet yang diproses cara cetak langsung menggunakan furo- semid sebagai model

Untuk Pembayaran : Bantuan Bunga Dana Abadi APTISI XI-B KALTIM Tahun 2011 Uang sebesar : Rp.31934000,-. Terbilang : Tiga Puluh Satu Juta Sembilan Ratus Tiga Puluh

domain transitif, domain di mana proses-proses sosial berpengaruh pada semesta, di mana tidak ada obyek yang terlepas dari representasi yang kita gunakan (teori, metode,