Mungkinkah Membela Nabi
Shallallahu alahi wa sallam,
Tapi
Tidak Menaati Beliau
Shallallahu
alahi wa sallam
1?
Ustadz Dr. Ali Misri Semjan Putra, MA ﷲﺍﻪﻈﻔﺣ
Publication: 1434 H_2013 M Mungkinkah Membela Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ
Tapi Tidak Menaati Beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ Ustadz Dr. Ali Misri Semjan Putra, MA ﷲﺍﻪﻈﻔﺧ
Disalin dari Majalah As-Sunnah No.08 Thn.XIV_1432H/2010M
Download > 600 eBook Islam di www.ibnumajjah.com
1
Tulisan ini dikutipkan dari makalah Penulis berjudul Taqwimul Mafahi
al-Khathi'ah 'Indal Ghulati wal Jufati fid Difa'i 'anin Nabiyyi ﻢﻠﺳﻭﻪﻴﻠﻋﷲﺍﻰﻠﺻ, dipresentasikan dalam muktamar bertema Nabiyyir Rahmati Muhammad ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋﷲﺍﻰﻠﺻ yang diadakan oleh Jum'iyyah al-Ilmiyyah as-Sa'udiyyah lis Sunnati wa 'Ulumiha di kota Riyadh Saudi Arabia.
Kemarahan yang meledak dari umat Islam di bumi belahan timur dan barat kepada orang-orang yang melecehkan Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ, menyisakan pertanyaan, "Sejauh manakah kita taat kepada Nabi Muhammad ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ
ﻢﻠﺳﻭ? Umat Islam telah berpecah-belah menjadi sekian kelompok dan golongan. Setiap golongan merasa mantap dengan apa yang diyakininya. Padahal Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ telah memperingatkan bahaya perpecahan. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah, dari Auf bin Malik ﻪﻨﻋ ﷲﺍ ﻲﺿﺭ bahwa Nabi ﻰﻠﺻ
ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ bersabda :
ﻱﺬﱠﻟﺍﻭ
ﺲﹾﻔﻧ
ﺪﻤﺤﻣ
ﻩﺪﻴﹺﺑ
ﻦﹶﻗﹺﺮﺘﹾﻔﺘﹶﻟ
ﻲﺘﻣﹸﺃ
ﻰﹶﻠﻋ
ﺙﹶﻼﹶﺛ
ﻦﻴﻌﺒﺳﻭ
ﹰﺔﹶﻗﺮﻓ
ﹲﺓﺪﺣﺍﻭ
ﻲﻓ
ﺔﻨﺠﹾﻟﺍ
ﻥﺎﺘﻨﺛﻭ
ﹶﻥﻮﻌﺒﺳﻭ
ﻲﻓ
،ﹺﺭﺎﻨﻟﺍ
ﹶﻞﻴﻗ
:
ﺎﻳ
ﹶﻝﻮﺳﺭ
ِﷲﺍ
ﻦﻣ
؟ﻢﻫ
ﹶﻝﺎﹶﻗ
:
ﹸﺔﻋﺎﻤﺠﹾﻟﺍ
Demi Dzat yang aku berada di tangan-Nya. Umatku akan benar-benar terpecah belah menjadi tujuh ptiliih tiga golongan. Satu golongan di surga dan tujuh puluh dua golongan di neraka." Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapa mereka (yang berada di surga)?" Beliau
ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ menjawab, "al-Jama'ah." (HR. Abu Dawud no.
Persatuan umat yang terbentuk di hadapan musuh ketika membela kehormatan Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ, mestinya dijadikan momen untuk mengajak kaum Muslimin seluruh dunia agar meninggalkan perpecahan dan silang-pendapat untuk selanjutnya bersatu di bawah naungan Kitabullah dan Sunnah Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ dengan pemahaman Salaful Ummah, serta ber'gabung' bersama para Ulama pemegang panji tauhid dan pembela kehormatan dan sunnah Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ. Ketaatan kepada Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ merupakan konsekuensi dan tuntutan dari syahadat (persaksian) kita bahwa Muhammad ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ adalah utusan Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ. Sebab persaksian bahwa Muhammad ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ benar-benar utusan Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ maknanya adalah menaati perintahnya, membenarkan berita yang beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ sampaikan, menjauhi larangan dan peringatannya ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ, serta tidak beribadah kepada Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ kecuali dengan syariat beliau.
Demikianlah bentuk pengagungan yang sempurna kepada beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ serta penghormatan yang tertinggi. Pengagungan model apakah yang bisa diberikan kepada Nabi
ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ oleh orang yang meragukan atau enggan taat
kepada beliau atau mengadakan bid'ah dalam agama beliau dan beribadah kepada Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ dengan cara yang tidak sesuai dengan cara beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ?! Karena itu, begitu
keras pengingkaran Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ kepada orang-orang yang melakukan ibadah dengan cara-cara yang tidak pernah disyariatkan. Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ berfirman:
ﻡﹶﺃ
ﻢﻬﹶﻟ
ُﺀﺎﹶﻛﺮﺷ
ﺍﻮﻋﺮﺷ
ﻢﻬﹶﻟ
ﻦﻣ
ﹺﻦﻳّﺪﻟﺍ
ﺎﻣ
ﻢﹶﻟ
ﹾﻥﹶﺫﹾﺄﻳ
ﻪﹺﺑ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ? (QS. as-Syura/42:21)
Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ bersabda:
ﻦﻣ
ﹶﻞﻤﻋ
ﹰﻼﻤﻋ
ﺲﻴﹶﻟ
ﻪﻴﹶﻠﻋ
ﺎﻧﺮﻣﹶﺃ
ﻮﻬﹶﻓ
ﺩﺭ
Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintah dari kami, maka amalan itu tertolak (HR. Bukhari, no. 2550 dan Muslim, no. 4590)
Bukti pembelaan yang serius terhadap (kehormatan) Nabi
ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ adalah dengan mengagungkan syari'ah (risalah)
yang beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ bawa dalam al-Qur'an dan Sunnah (Hadits) dengan pemahaman Salaful ummah. Yaitu dengan cara mengikuti dan berpegung teguh dengannya secara lahir dan batin, selanjutnya dengan menjadikan syariat ini sebagai hakim (penengah) dalam segenap sisi kehidupan dan urusan-urusan yang khusus maupun umum. Sungguh
mustahil, keimanan akan sempurna tanpa itu. Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ berfirman:
ﹶﻥﻮﹸﻟﻮﹸﻘﻳﻭ
ﺎﻨﻣﺁ
ﻪﱠﻠﻟﺎﹺﺑ
ﹺﻝﻮﺳﺮﻟﺎﹺﺑﻭ
ﺎﻨﻌﹶﻃﹶﺃﻭ
ﻢﹸﺛ
ﻰﱠﻟﻮﺘﻳ
ﻖﻳﹺﺮﹶﻓ
ﻢﻬﻨﻣ
ﻦﻣ
ﺪﻌﺑ
ﻚﻟﹶﺫ
ﺎﻣﻭ
ﻚﺌﹶﻟﻭﹸﺃ
ﲔﹺﻨﻣﺆﻤﹾﻟﺎﹺﺑ
Dan mereka berkata, "Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati (keduanya)." Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. (QS an-Nur/24:47)
Sikap ini jelas merupakan bentuk pembelaan yang hakiki dan penghormatan yang sejati. Pasalnya, standar penilaian dalam segala urusan adalah kenyataan yang terbukti, bukan sekedar penampilan lahiriah atau simbol-simbol kosong atau pernyataan hampa. Karenanya, Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ mengedepankan adab ini dari adab-adab lain yang mesti dilakukan bersama Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ . Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ melarang mendahului keputusan beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ dengan keputusan yang tidak sejalan dengan keputusan beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sabda beliau. Akan tetapi, mestinya mereka mengikuti segala perintah beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ , tunduk kepada beliau dan menjauhi larangan beliau. Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ berfirman di permulaan surat al-Hujurat:
ﺎﻳ
ﺎﻬﻳﹶﺃ
ﻦﻳﺬﱠﻟﺍ
ﺍﻮﻨﻣﺁ
ﻻ
ﺍﻮﻣّﺪﹶﻘﺗ
ﻦﻴﺑ
ﹺﻱﺪﻳ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻪﻟﻮﺳﺭﻭ
ﺍﻮﹸﻘﺗﺍﻭ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﱠﻥﹺﺇ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻊﻴﻤﺳ
ﻢﻴﻠﻋ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. SesungguhNya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Hujurat/49:1)
Termasuk sikap taqaddum baina yadaihi (lancang mendahului Beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ) yaitu sikap lebih memprioritaskan pemakaian undang-undang dan peraturan produk manusia daripada syariat yang dibawa Muhammad ﻰﻠﺻ
ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ atau lebih mengutamakan hukum lain daripada
hukum (ketetapan hukum) beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ; atau menyamakan hukum produk manusia tersebut dengan ketetapan hukum Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ atau berkomitmen untuk tetap berpegang teguh dengan ketentuan yang jelas-jelas bertentangan dengan petunjuk beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ. Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ berfirman :
ﻼﹶﻓ
ﻚّﹺﺑﺭﻭ
ﻻ
ﹶﻥﻮﻨﻣﺆﻳ
ﻰﺘﺣ
ﻙﻮﻤّﻜﺤﻳ
ﺎﻤﻴﻓ
ﺮﺠﺷ
ﻢﻬﻨﻴﺑ
ﻢﹸﺛ
ﻻ
ﺍﻭﺪﹺﺠﻳ
ﻲﻓ
ﻢﹺﻬِﺴﹸﻔﻧﹶﺃ
ﺎﺟﺮﺣ
ﺎﻤﻣ
ﺖﻴﻀﹶﻗ
ﺍﻮﻤّﻠﺴﻳﻭ
ﺎﻤﻴﻠﺴﺗ
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. an-Nisa/4:65)
Orang yang paling berkomitmen dengan sunnah beliau ﻰﻠﺻ
ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ dan paling besar kesempatannya untuk meneguk air
dari telaga Rasulullah adalah ahlus Sunnah wal Jama'ah. Karena mereka menghidupkan sunnah Rasulullah ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ serta mengikuti syari'at dan petunjuk beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ .
Sebagian orang ada yang menampakkan bahwa dirinya sedang melakukan pembelaan terhadap Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ, namun ironisnya, ia justru tidak menaati perintahnya atau tidak menjauhi larangan dan tidak menghiraukan peringatan beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ. Bahkan, terkadang kita temukan, sebagian dari mereka bermalasan dalam menjalankan shalat fardhu, mencukur jenggot, isbal (memanjangkan celana sampai menutupi mata kaki) dan berbuat berbagai macam maksiat dan kemungkaran.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ﷲﺍ ﻪﲪﺭ mengatakan, "Pengagungan kepada para urusan Allah diwujudkan dengan cara membenarkan berita yang mereka kabarkan dari Allah, menaati perintah mereka, mengikuti, mencintai dan berwala
kepada mereka, bukan (sebaliknya,) malah mendustakan risalah yang mereka emban, menomorduakan mereka atau berbuat melampaui batas dalam mengagungkan mereka. Justru ini adalah bentuk kekufuran terhadap mereka, pelecehan dan permusuhan terhadap mereka."
Jadi, Ittiba' (mengikuti) rasul adalah barometer untuk mengukur sejauh mana kejujuran orang yang mengaku-aku mengagungkan Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ. Sebab, tidak masuk di akal atau tidak dapat dibayangkan, ada orang mengklaim mengagungkan Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ dan menghormati beliau ﷲﺍ ﻰﻠﺻ
ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ , tapi (pada saat yang sama, dia) tidak berpegang
teguh dengan perintah atau larangan beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ, tidak memberikan perhatian dan memperhitungkan apa yang dibawa beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ.
Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ telah menjadikan ittiba’ (mengikuti) Rasulullah
ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ sebagai pertanda kecintaan kepada-Nya. Allah
ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ berfirman :
ﹾﻞﹸﻗ
ﹾﻥﹺﺇ
ﻢﺘﻨﹸﻛ
ﹶﻥﻮﺒﺤﺗ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻲﹺﻧﻮﻌﹺﺒﺗﺎﹶﻓ
ﻢﹸﻜﺒﹺﺒﺤﻳ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻐﻳﻭ
ﺮﻔ
ﻢﹸﻜﹶﻟ
ﻢﹸﻜﺑﻮﻧﹸﺫ
ﻪﱠﻠﻟﺍﻭ
ﺭﻮﹸﻔﹶﻏ
ﻢﻴﺣﺭ
Katakanlah, "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran/3:31)
Bahkan lebih dari itu, Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ menjadikannya sebagai syarat keimanaan dimana pengagungan terhadap Nabi ﷲﺍ ﻰﻠﺻ
ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ merupakan bagian dari keimanan itu. Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ
berfirman :
ﻼﹶﻓ
ﻚّﹺﺑﺭﻭ
ﻻ
ﹶﻥﻮﻨﻣﺆﻳ
ﻰﺘﺣ
ﻙﻮﻤّﻜﺤﻳ
ﺎﻤﻴﻓ
ﺮﺠﺷ
ﻢﻬﻨﻴﺑ
ﻢﹸﺛ
ﻻ
ﺍﻭﺪﹺﺠﻳ
ﻲﻓ
ﻢﹺﻬِﺴﹸﻔﻧﹶﺃ
ﺎﺟﺮﺣ
ﺎﻤﻣ
ﺖﻴﻀﹶﻗ
ﺍﻮﻤّﻠﺴﻳﻭ
ﺎﻤﻴﻠﺴﺗ
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. an-Nisa/4:65)
Ittiba’ juga merupakan sifat kaum Mukminin, sebagaiman
terkandung dalam firman Allah ﹼﻞﺟﻭﺰﻋ:
ﺎﻤﻧﹺﺇ
ﹶﻥﺎﹶﻛ
ﹶﻝﻮﹶﻗ
ﲔﹺﻨﻣﺆﻤﹾﻟﺍ
ﺍﹶﺫﹺﺇ
ﺍﻮﻋﺩ
ﻰﹶﻟﹺﺇ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻪﻟﻮﺳﺭﻭ
ﻢﹸﻜﺤﻴﻟ
ﻢﻬﻨﻴﺑ
ﹾﻥﹶﺃ
ﺍﻮﹸﻟﻮﹸﻘﻳ
ﺎﻨﻌﻤﺳ
ﺎﻨﻌﹶﻃﹶﺃﻭ
ﻚﺌﹶﻟﻭﹸﺃﻭ
ﻢﻫ
ﹶﻥﻮﺤﻠﹾﻔﻤﹾﻟﺍ
Sesungguhnya jawaban orang-orang Mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, "Kami mendengar dan kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (QS. an-Nur/24:51)
Juga dalam firman-Nya :
ﺎﻣﻭ
ﹶﻥﺎﹶﻛ
ﹴﻦﻣﺆﻤﻟ
ﻻﻭ
ﺔﻨﻣﺆﻣ
ﺍﹶﺫﹺﺇ
ﻰﻀﹶﻗ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻪﹸﻟﻮﺳﺭﻭ
ﺍﺮﻣﹶﺃ
ﹾﻥﹶﺃ
ﹶﻥﻮﹸﻜﻳ
ﻢﻬﹶﻟ
ﹸﺓﺮﻴﺨﹾﻟﺍ
ﻦﻣ
ﻢﻫﹺﺮﻣﹶﺃ
ukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. (QS. al-Ahzab/33:36)
Kesimpulannya, tidak ada orang yang mengagungkan beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ kecuali hanya orang-orang yang berpegang teguh dengan petunjuk beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ dan berjalan di atasnya serta mengikuti petunjuk beliau.2
Para Sahabat telah memperlihatkan praktek nyata yang sangat istimewa dan tindakan yang sangat jujur dalam membela Nabi ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ dengan mengorbankan jiwa, harta
2
dan anak untuk menebus beliau dalam kondisi senang atau tidak, seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
ِﺀﺍﺮﹶﻘﹸﻔﹾﻠﻟ
ﻦﻳﹺﺮﹺﺟﺎﻬﻤﹾﻟﺍ
ﻦﻳﺬﱠﻟﺍ
ﺍﻮﺟﹺﺮﺧﹸﺃ
ﻦﻣ
ﻢﻫﹺﺭﺎﻳﺩ
ﻢﹺﻬﻟﺍﻮﻣﹶﺃﻭ
ﺘﺒﻳ
ﹶﻥﻮﻐ
ﻼﻀﹶﻓ
ﻦﻣ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﺎﻧﺍﻮﺿﹺﺭﻭ
ﹶﻥﻭﺮﺼﻨﻳﻭ
ﻪﱠﻠﻟﺍ
ﻪﹶﻟﻮﺳﺭﻭ
ﻚﺌﹶﻟﻭﹸﺃ
ﻢﻫ
ﹶﻥﻮﹸﻗﺩﺎﺼﻟﺍ
Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka Itulah orang-orang yang benar. (QS. al-Hasyr/59:8)
Barangsiapa ingin mencintai dan membela Nabi ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ
ﻢﻠﺳﻭ, maka hendaknya ia mengagungkan perkataan dan sunnah beliau melebihi pengagungannya terhadap perkataan selain beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ. Manakala pengagungan kepada Nabi
ﷲﺍ ﻰﻠﺻ
ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ telah meresap di hati, terpahat di dalamnya dalam
kondisi apapun, maka pasti pengaruh positifnya akan tampak nyata pada anggota badannya.
Saat itulah, akan terlihat lisannya terus memuji dan menyanjung beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ serta menyebut-nyebut sisi kebaikan beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ. Sementara organ tubuh lainnya juga terlihat mengikuti syari'at yang dibawa beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ serta menjalankan apa yang menjadi hak Rasulullah ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ
ﻢﻠﺳﻭ yang berwujud pengagungan dan penghormatan. Dan bukti pengagungan yang benar tulus ialah mengagungkan petunjuk yang beliau ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ bawa berupa syari'at yang terkandung dalam al-Quran dan Sunnah dengan pemahaman
Salaful ummah, yaitu dengan mengikuti dan
berpegang-teguh dengannya secara lahir dan batin serta menetapkannya sebagai hakim dalam seluruh aspek kehidupan dan segala urusan. Tidak mungkin keimanan akan sempurna tanpa itu. Wallahu a'lam.[]